A. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter • Karakter Karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Sehingga karakter dapat difahami sebagai sifat dasar, kepribadian, tingkah laku/perilaku dan kebiasaan yang berpola. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Pendidikan Karakter Pendidikan karakter merupakan segala upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan berperilaku yang membantu anak untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan, karakter juga dapat diistilahkan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. B. Landasan Pendidikan Karakter di Indonesia
Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter
sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu telah ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, dimana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu “mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila” (Bafadhol, 2003). C. Tujuan Pendidikan Karakter Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi, dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi dapat diukur. Adapun tujuan pendidikan karakter meliputi:
Meningkatkan kemmpuan Menanamkan jiwa
menghindari sifat tercela yang kepemimpinan yang dapat merusak diri sendiri, Memupuk ketegaran dan bertanggung jawab sebagai orang lain, dan lingkungan. kepekaan mental peserta didik penerus bangsa. terhadap situasi sekitarnya, sehingga tidak terjerumus kepada perilaku yang menyimpang, baik secara Mendorong kebiasaan perilaku Agar siswa memahami dan indivdu maupun sosial. yeng terpuji sejalan dengan menghayati nilai-nilai yang nilai-nilai universal, tradisi relevan bagi pertumbuhan dan budaya, kesepakatan sosial, penghargaan harkat dan dan religiositas agama. martabat manusia. D. Karakteristik Pembelajaran Abad ke 21 Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21. Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat pula. Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C yaitu, sebagai berikut: - Critical Thinking (berpikir kritis) - Communication (komunikasi) - Collaboration (kolaborasi) - Creativity (kreativitas) Di Indonesia generasi z bisa dikatagorikan mereka yang lahir sekitar tahun 1995 setelah layanan internet pertama oleh Indonet di Indonesia tersedia pada tahun 1994. Kesenjangan digital tidak lagi sekedar ditentukan faktor ekonomi seperti kepemilikan handphone, namun lebih disebabkan perbedaan tingkat literasi lintas antara generasi guru dan generasi peserta didik. Seperti apakah karakteristik generasi z? Mari kita cermati bersama-sama: • Generasi z menyukai kebebasan dalam belajar (self directed learning) mulai dari mendiagnosa kebutuhan belajar, menentukan tujuan belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih strategi belajar, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. • Generasi z suka mempelajari hal-hal baru yang praktis sehingga mudah beralih focus belajarnya meskipun memiliki kecukupan waktu untuk mempelajarinya. • Merasa nyaman dengan lingkungan yang terhubung dengan jaringan internet karena memenuhi hasrat berselancar, berkreasi, berkolaborasi, dan membantu berbagi informasi sebagai bentuk partisipasi. • Generasi z lebih suka berkomunikasi dengan gambar images, ikon, dan simbol-simbol daripada teks. • Memiliki rentang perhatian pendek (short attention span) atau dengan kata lain sulit untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu lama. • Berinteraksi secara kompleks dengan media seperti smartphone, televisi, laptop, desktop, dan iPod. • Generasi z lebih suka membangun eksistensi di media sosial daripada di lingkungan nyata dan cenderung memilih menggunakan aplikasi seperti Snapchat, Secret dan Whisper daripada whatsapp. E. Asesmen Pembelajaran Abad 21 Adapun penilaian atau asesmen pembelajaran pada abad 21 yaitu penilaian autentik. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan apa seharusnya dinilai, baik secara proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetisi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD). Autentik berarti keadaan yang sebenarnya jadi dalam penilaian autentik, peserta didik diminta untuk menerapkan teori atau konsep pada dunia nyata. Adapun tahapan penilaian autentik yaitu: 1. Masalah kontekstual. 2. Kolaborasi. 3. Penggunaan variasi sumber belajar. 4. Kegiatan investigasi merupakan tahapan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan menarik kesimpulan sementara. Kesimpulan Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan zaman era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21. Abad ke-21 yang dikaitkan dengan era revolusi industri 4.0 memberikan pengaruh luas bagi pendidikan guru sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah-sekolah menerapkan pembelajaran abad 21. Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran harus diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat pula. Terima Kasih sekian dari kelompok kami, kami siap menerima semua pertanyaan, kecuali menerima kenyataan bahwa kita hanya sebatas teman #friendzone #YouBelongWithMebyTaylor Swift