Anda di halaman 1dari 3

Markus 10:35-37

DI zaman sekarang ini, banyak orang berusaha untuk mendapatkan kuasa, jabatan dan
kedudukan. Yang menjadi persoalan ada yang berjuang dengan melakukan hal-hal yang tidak
benar dengan menghalalkan segala cara tapi ada juga dengan jalan yang benar.
Ambisi adalah sebuah keinginan atau harapan untuk sukses atau mencapai sesuatu yang
lebih. Tidak salah jika manusia berambisi. Bahkan, untuk memajukan gereja di butuhkan
pemimpin yang berambisi. Masalahnya, kemana ambisi itu di arahkan?
Yakobus dan Yohanes memiliki ambisi yang terarah pada dirinya sendiri. Mereka meminta
kepada Yesus kelak menempatkan mereka di posisi yang tertinggi untuk duduk di sebelah
kanan dan kiri dalam kemuliaan-Nya. Ingin menjadi yang terhebat dari murid lain.
Permintaan ini sarat dengan ambisi dan tendensius.
Cara pandang duniawi rupanya masih tetap menguasai mereka yang ingin memerintah
sebagai penguasa sebagai simbol dari status seseorang, walaupun sudah sekian lama bersama-
sama dengan Tuhan Yesus.
Inilah persekongkolan Gerejawi yang pertama untuk mendapatkan kedududukan yang tinggi
dalam Gereja” yang dimulai dari usaha kekeluargaan dimana mereka sebagai sepupu Yesus.
Kenyataan, ada orang percaya yang mewujudkan ambisi pribadi dengan memanfaatkan
kerabat ataupun keluarga untuk menda-patkan kuasa, jabatan dan kedudukan. Seharusnya
orang percaya menjadi teladan melalui komitmen dan prestasi kerja untuk menggapai
ambisinya bukan dengan menghalalkan semua cara.
Keluarga Kristen, dalam bekerja dan melayani tidak salah memiliki ambisi, tetapi hati-hati
sebab ambisi itu bagaikan api. Bisa menghangatkan, tetapi bisa menghanguskan. Apalagi
ambisi egois bisa menghasilkan perseteruan, sebaliknya ambisi yang positif mempersatukan.
Amin.

Renungan Harian Misioner


Selasa Biasa VII, 26 Februari 2019
Peringatan S. Alexandros & S. Didakus Carvalho
Sir. 2:1-11 & Mrk. 9:30-37

Setiap orang memiliki ambisi dalam hidupnya. Sesungguhnya, ambisi memiliki tujuan yang
positif. Tanpa ambisi kita akan kekurangan motivasi untuk bekerja keras atau bahkan untuk
hidup. Itu sebabnya orang-orang yang tanpa ambisi hanya melewati hari-hari hidupnya tanpa
makna dan tujuan. Sebagian orang mungkin disesatkan dalam kehidupan yang hanya untuk
kesenangan belaka. Tanpa tujuan dalam hidup, kita bisa kehilangan arah hidup kita.

Menggarisbawahi ambisi sebagai upaya untuk mendorong orang untuk melakukan sesuatu
yang berharga adalah hal yang sangat berguna. Tetapi ini bisa seperti pedang bermata dua
karena ambisi cenderung berfokus pada diri sendiri. Ketika ambisi kita ditujukan pada usaha
untuk meninggikan diri, maka ambisi tersebut dapat menjadi kejam, membuat orang bersaing
dan manipulatif. Ambisi juga membuat kita memanipulasi orang lain-orang-orang lemah, tak
berdaya, yang sedang menderita-demi mengejar kehormatan, pujian atau kemuliaan. Karena
ambisi itu pula, kita bisa melihat orang lain sebagai pesaing dan musuh. Kita tidak memiliki
waktu lagi untuk membangun relasi persahabatan yang sejati dan juga tidak memiliki teman
sejati.
Inilah yang terjadi dengan para Rasul dalam bacaan Injil hari ini. Mereka terlibat dalam
pertengkaran untuk mendapatkan posisi, kuasa dan kemuliaan. Mereka berdebat di jalan
tentang siapa yang terbesar. Mereka termotivasi untuk mengikuti Yesus, namun dengan
motivasi yang tidak murni. Mereka mengikuti Yesus demi kepentingan diri mereka, dan
bukan demi Yesus dan kebaikan orang banyak. Mereka begitu dikuasai oleh pikiran mereka
untuk mendapatkan posisi ketika Yesus datang dalam Kerajaan-Nya. Karenanya, mereka
tidak sanggup untuk merasakan kecemasan Yesus tentang penderitaan-Nya yang sudah
hampir tiba. Yesus berpikir tentang apa yang akan terjadi dengan mereka ketika penderitaan
itu tiba, tetapi mereka membayangkan posisi apa yang akan mereka dapatkan.
Hari ini Yesus juga mengajarkan kita untuk menyadari panggilan kita sebagai pengikut-Nya.
Panggilan kita adalah panggilan demi pelayanan dan bukan untuk memenuhi ambisi pribadi
kita. Kita dipanggil oleh Allah untuk melayani kemanusiaan. Panggilan Allah ini
menyempurnakan ambisi kita, untuk melayani TUHAN dan sesama. Inilah yang dikatakan
Yesus kepada para Rasul-Nya, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia
menjadi yang terakhir dari semua dan pelayan dari semuanya.” (Mrk. 9:35) Pelayanan harus
menjadi motivasi bagi apa yang kita lakukan. Namun pelayanan tidak hanya demi tujuan
pribadi kita, tetapi menjadi sesuatu yang membuat kita merasa berguna dan menjadi
sumbangan kita bagi banyak orang.
Panggilan selalu merupakan sebuah pelayanan demi tindakan amal dan kebenaran. Kita
dipanggil untuk melayani semua orang, secara khusus bagi mereka yang paling lemah dalam
masyarakat, yang disimbolkan dalam diri anak kecil dalam injil hari ini. “Yesus mengambil
seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian memeluk anak
itu dan berkata, ‘Barang siapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia
menyambut Aku’.” (Mrk. 9:36-37). Anak-anak pada zaman Yesus dan mungkin juga pada
zaman kita, dianggap sebagai orang-orang yang tidak memiliki pengaruh. Tetapi Yesus
memberikan perintah dengan jelas bahwa bentuk pelayanan terbesar adalah pelayanan
terhadap orang-orang miskin dan tak berdaya, lemah dan rentan. Melayani mereka adalah
melayani TUHAN sendiri. Dengan demikian, pekerjaan apa pun yang kita lakukan, bukan
semata-mata untuk keuntungan sendiri tetapi selalu menjadi bentuk pelayanan kita kepada
banyak orang. Inilah panggilan kita untuk melayani!

Dengan demikian, motivasi kita untuk melayani hendaklah tidak untuk memenuhi ambisi
pribadi kita tetapi sebaliknya untuk melayani Allah melalui sesama kita! Banyak orang bisa
terjebak dalam pelayanan kepada orang kecil, miskin, lemah, dan terlantar, tetapi dengan
ambisi pribadi, yang akhirnya bisa memanipulasi orang-orang kecil untuk mendapatkan
kekayaan, kekuasaan dan popularitas. Sekali lagi, Yesus hari ini dengan jelas menjernihkan
panggilan kita bahwa, pelayanan kita hendaknya termotivasi oleh panggilan Allah untuk
orang-orang lemah dan bukannya mengejar ambisi pribadi kita. Pengalaman para Rasul
hendaknya menjadi refleksi bagi kita untuk memurnikan motivasi panggilan pelayanan kita!

Marilah berdoa memohon kuasa Roh Kudus untuk memampukan kita menjernihkan
panggilan kita, agar pelayanan kita kepada orang-orang kecil bukan untuk memenuhi
keinginan pribadi kita namun merupakan sebuah pelayanan yang tulus, karena
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang
paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku!” (Mat. 25:40)

Anda mungkin juga menyukai