Anda di halaman 1dari 3

TEMA MINGGUAN : “Bukan Memerintah, Melainkan Melayani”

Bacaan Alkitab : Markus 10 : 35 – 45

Ibu-ibu yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan


Konteks terdekat dari Markus 10:35-45 ialah pemberitahuan ketiga
mengenai diserahkannya Anak Manusia kepada orang bukan Yahudi, Dia akan
dicerca, disiksa sampai mati dan akan bangkit pada hari ketiga. Setelah
pemberitahuan tentang penderitaan-Nya, mendekatlah Yakobus dan Yohanes
anak-anak Zebedeus kepada Yesus dan mengajukan permintaan. Permintaan ini
menurut injil Matius disampaikan oleh ibu mereka yakni Salome, yang adalah
saudara perempuan Maria Ibu Yesus. Jadi, Yakobus dan Yohanes adalah sepupu
Yesus. Selain itu, Yakobus dan Yohanes serta Petrus adalah murid-murid
pertama yang dipilih Yesus dan dikhususkan. Mereka diajak Yesus ke atas
gunung dan juga menemani-Nya di taman Getsemani
Hubungan kekeluargaan yang cukup besar inilah yang membuat Yakobus
dan Yohanes memiliki keberanian untuk mengajukan permintaan yang cukup
besar kepada Yesus. Yohanes dan Yakobus memanfaatkan kekerabatannya
dengan Yesus ini, untuk mendapatkan posisi yang menurut mereka menjamin
masa depannya. Mereka berdua meminta sebagai saudara sepupu Yesus, untuk
sebuah kedudukan yang layak yaitu agar mereka dapat diperkenankan duduk
dalam kemuliaanNya kelak, yang seorang duduk disebelah kanan dan seorang
lagi disebelah kiri.

Ibu-ibu yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan


Permintaan ke-2 murid-Nya ini tentu saja membuat Yesus sebagai guru-
Nya kecewa, sehingga Yesus menjawab mereka, kata-Nya pada ayat 38: “Kamu
tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus
Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima? Jawaban ini

1
mengarah pada penderitaan yang akan dialami oleh Yesus. Selain itu, kata
cawan dan baptis mempunyai kesejajaran makna mengenai penderitaan yang
ditanggung oleh Tuhan Yesus dan sebagai respon atas permintaan mereka.
Yesus sedang memberitahukan bahwa tanpa salib tak akan pernah ada mahkota
karena standar untuk kebesaran atau kemuliaan dalam Kerajaan Allah adalah
standar salib
Tetapi, pernyataan Yesus ini, tidak mendalam dipikirkan oleh Yohannes
dan Yakobus, sehingga mereka dengan mudah saja menjawab, “kami dapat”,
asalkan mereka boleh mendapatkan kedudukan itu, ternyata dalam
pelaksanaannya mereka tidak mampu menghadapi penderitaan, buktinya
waktu Yesus memikul salibNya satupun para muridNya tidak ada yang mau
membantunya termasuk Yakobus dan Yohannes yang saudara sepupuNya.

Ibu-ibu yang dikasihi dan diberkati oleh Tuhan


Karena itulah Yesus kembali mengatakan bagi para muridNya, Jika ingin
menjadi besar terkemuka hendaklah ia menjadi pelayan dan hamba untuk
semuanya. Dan pada pada ayat 45 dikatakan , “Karena anak manusia juga
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan
nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Pada ayat ini Yesus telah
memberikan pola dan konsep pelayanan yang baru. Jika pandangan dunia
bahwa kemuliaan, kehormatan atau kebesaran itu diperoleh karena menduduki
sebuah jabatan dan menerima pelayanan serta penghormatan. Maka tidak
demikian dengan ajaran Yesus, yakni tidak ada kemuliaan tanpa jalan salib dan
tidak ada kehormatan tanpa melayani orang lain. Setiap orang yang mau
menjadi besar dan terkemuka harus mempunyai hati yang melayani dan mau
berkorban. Tidak mementingkan diri sendiri, melainkan melayani sesama
dengan rendah hati.

2
Sikap dan motivasi yang diperlihatakan para murid adalah semua ingin
menjadi besar, mau jadi terkemuka dan semua ingin dilayani. Pada masa kini,
kita lebih mengenal pemahaman melayani atau sebagai pelayan diukur dari
keterlibatan seseorang dalam aktivitas-aktivitas atau pekerjaan kerohanian.
Namun kita perlu meluruskan motovasi, orientasi dan sikap dalam melayani.
Sebab ada kalanya orang terlibat dalam pelayanan, tetapi untuk kepentingan
dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan orang yang dilayani. Hal ini bisa
terjadi jika seeorang melayani supaya mendapatkan nama. Memang terlihat
melayani orang lain, namun terkandung motivasi yang tidak mulia.

Pertanyaannya, bagaimana kita dapat melayani? Semua itu Bergantung


kepada orientasi dan motivasi seseorang. Jika seseorang mengingat diri sendiri,
maka dia akan berpikir bagaimana dilayani. Sebaliknya, jika seseorang berpikir
untuk orang lain, maka ia akan berpikir bagimana ia akan melayani. Namun
bertitik tolak pada teladan pelayanan Yesus, hendaknya kita kita sadar bahwa
kita semua dipanggil untuk melayani dan bukan untuk dilayani seperti mpada
ayat 45 dalam bacaan kita saat ini. Hendaknya setiap pelayanan dapat kita
lakukan dengan rendah hati dengan orientasi dan motivasinya hanyalah untuk
kemuliaan Allah, seperti yang ditunjukkan oleh teladan pengorbanan Yesus.

Amin….

Anda mungkin juga menyukai