Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rinaldo Marcelino Dumopa

NIM : F11120052

UTS REKLANTAS
1. A. Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu titik atau garis
tertentu pada suatu penampang melintang jalan.Data pencacahan volume lalu lintas adalah
informasi yang diperlukan untuk fase perencanaan, desain, manajemen sampai pengoperasian
jalan (Sukirman 1994).
Menurut Sukirman (1994), volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang
melintasi satu titi pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Sehubungan
dengan penentuan jumlah dan lebar jalur, satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan
adalah lalu lintas harian rata-rata, volume jam perencanaan dan kapasitas. Jenis kendaraan
dalam perhitungan ini diklasifikasikan dalam 3 macam kendaraan yaitu :
1. Kendaraan Ringan (Light Vechicles = LV) Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4
roda (mobil penumpang),
2. Kendaraan berat ( Heavy Vechicles = HV) Indeks untuk kendaraan bermotor dengan roda
lebih dari 4 ( Bus, truk 2 gandar, truk 3 gandar dan kombinasi yang sesuai),
3. Sepeda motor (Motor Cycle = MC) Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 2 roda.
Kendaraan tak bermotor (sepeda, becak dan kereta dorong), parkir pada badan jalan dan
pejalan kaki anggap sebagai hambatan samping.
Data jumlah kendaraan kemudian dihitung dalam kendaraan/jam untuk setiap kendaraan,
dengan faktor koreksi masing-masing kendaraan yaitu : LV=1,0; HV = 1,3; MC = 0,40
Arus lalu lintas total dalam smp/jam adalah :
Qsmp = (emp LV × LV + emp HV × HV + emp MC × MC)
Keterangan:
Q : volume kendaraan bermotor ( smp/jam)
EmpLV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan ringan
EmpHV : nilai ekivalen mobil penumpang untuk kendaraan berat
EmpMC : nilai ekivalen mobil penumpang untuk sepeda motor
LV : notasi untuk kendaraan ringan
HV :notasi untuk kendaraan berat
MC :notasi untuk sepeda motor
Keterangan Nilai SMP Jenis Kendaraan Nilai Satuan Mobil Penumpang (smp/jam)
Kendaraan berat (HV) 1,3 Kendaraan Ringan (LV) 1,0 Sepeda Motor (MC) 0,40
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 Yang nantinya hasil faktor satuan mobil
penumpang (P) ini dimasukkan dalam rumus volume lalu lintas:
Q = P × Qv
Dengan: Q = volume kendaraan bermotor (smp/jam), P = Faktor satuan mobil penumpang,
Qv = Volume kendaraan bermotor (kendaraan per jam)

B. Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktivitas samping
segmen jalan yang ditunjukkan dengan faktor jumlah berbobot kejadian, yaitu frekuensi
kejadian sebenarnya dikalikan dengan faktor berbobot kendaraan. Faktor berbobot tersebut
seperti pejalan kaki (bobot=0,5), kendaraan berhenti (bobot=1,0), kendaraan masuk/keluar
sisi jalan (bobot=0,7) dan kendaraan lambat (bobot=0,4).
❖ Jumlah kendaraan berhenti dan parker
❖ Jumlah pejalan kaki yang berjalan atau menyebrang tidak pada jalur pejalan kaki.
❖ Arus kendaraan tak bermotor yaitu arus total (kend/jam) dari sepeda, becak,
delman, dan sebagainya.
❖ Jumlah kendaraan bermotor yang masuk dan keluar ke / dari lahan samping jalan
dan sisi jalan.
Dengan adanya persimpangan pada suatu jaringan jalan, kendaraan bermotor, kendaraan
tidak bermotor, dan pejalan kaki dapat bergerak dengan arah yang berbeda – beda namun
pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian maka akan muncul konflik di persimpangan
akibat dari pergerakan – pergarakan tersebut.

2. A.

B. Data Jumlah dan Jenis Hambatan Samping


FAKTOR FREKUENSI FREKUENSI
TIPE KEJADIAN SIMBOL
BOBOT KEJADIAN BERBOBOT

Pejalan Kaki PED 0.5 252 126

Parkir, Kend Berhenti PSV 1.0 152 152


Kend. Masuk + keluar + Memutar EEV 0.7 82 57,4
Kend. Lambat (Becak) SMV 0.4 52 20,8
TOTAL 356,2

3. A. Kapasitas Ruas Jalan


Perhitungan Kapasitas Ruas jalan dilakukan dengan menggunakan Indonesian Highway Capacity Manual
(IHCM 1997) untuk daerah perkotaan dengan formula sebagai berikut :

Kapasitas Dasar (Co)


Kapasitas dasar Co ditentukan berdasarkan tipe jalan sesuai dengan nilai yang tertera pada
Tabel Kapasitas Dasar berikut:

B. Kapasitas Aktual Jalan (C)


A. Kapasitas aktual suatu jalan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut.
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCcs
Dengan:
C = kapasitas (smp/jam)
C0 = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuian lebar jalan
FCsp = faktor penyesuian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCSF = faktor penyesuian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
FCcs = faktor penyesuian ukuran kota

4. A.

B. Puncak suatu Ruas Jalan Perkotaan dihitung berdasrkan persamaan berikut:

N
Q=
T

Dimana :
Q = Volume (smp/jam)
N = Jumlah Kendaraan (Kend.)
T = Waktu Pengamatan (Jam)

1. 5. A. Untuk mendapatkan SF dilakukan analisis dari data yang dikumpulkan selama 12 x 24


jam.
B. Untuk menetapkan FCsp jalan perkotaan dapat dilihat dari tabel berikut:

Anda mungkin juga menyukai