Anda di halaman 1dari 13

FINAL EXAM

ENTR6582005 - Business Strategy


Departement of International Relations, Bina Nusantara University
Nama: Imanuela Natasya Kojo
NIM: 2440068171
Kelas: LE28

SWOT Unilever
Umumnya, sebuah perusahaan atau organisasi akan menyusun perencanaan strategis.
Perencanaan strategis ini merupakan jalan untuk mendorong sebuah perusahaan atau organisasi
agar lebih produktif, caranya dengan membantu mengarahkan alokasi sumber daya guna
memperoleh tujuan. Perencanaan strategis merupakan alat serta kunci kesuksesan dari manajemen
strategis. Manajemen strategis sendiri merupakan metode berikutnya untuk membuat,
menerapkan, serta menganalisis kebijakan yang memberi kesempatan organisasi untuk
memperoleh tujuannya. Tahap berikutnya dari metode manajemen strategis yaitu analisis internal
dan eksternal yang biasa disebut analisis SWOT. Dengan menganalisis bagian internal akan
menolong organisasi untuk menemukan kekuatan dan kelemahannya. Analisis ini akan membuat
organisasi mengerti kapabilitas dan sumber daya apa yang bisa menjadi sumber keunggulan dan
kelebihan kompetitif. Sementara itu, analisis eksternal membantu suatu organisasi menemukan
peluang dan ancaman dalam lingkup pesaingnya. Analisis eksternal juga melihat bagaimana
kemungkinan perkembangan pesaing yang ada dalam lingkungan serta adanya keterkaitan dalam
evolusi terhadap peluang dan ancaman yang akan ditemui perusahaan atau organisasi. Dari analisis
SWOT, perusahaan atau organisasi dapat menentukan strategi-strategi yang baik dan tepat (Gurel
& Tat, 2017).
Analisis SWOT merupakan metode analisis yang dipakai untuk mengevaluasi, menilai atau
melihat kekuatan, kelemahan, ancaman, dan peluang yang berada pada suatu proyek, perusahaan,
organisasi, kegiatan bisnis atau individu, atau dalam sebuah rencana. Analisis SWOT ialah alat
yang dipergunakan dalam perencanaan strategis serta manajemen strategis dalam sebuah
organisasi, yang dapat dipakai secara efektif untuk meningkatkan strategi bersaing dan organisasi,
dengan kata lain, analisis SWOT dapat berarti proses evaluasi lingkungan dan organisasi. Analisis
SWOT sangat sederhana namun kuat dalam pengukuran kekurangan dan kemampuan peluang
pasar, ancaman eksternal masa depan, dan sumber daya dalam perusahaan (Gurel & Tat, 2017).
Terdapat 4 (empat) bagian dalam analisis SWOT. Pertama, bagian internal, kekuatan
perusahaan yaitu ciri khas atau perbedaan penambah nilai yang menjadikannya lebih spesial
dibandingkan yang lain. Kedua, masih di bagian internal, ialah kelemahan perusahaan yang berarti
adanya sebuah hal yang tidak menguntungkan dibanding yang lain, atau terdapat sifat buruk yang
merugikan. Ketiga, dalam bagian eksternal, terdapat ancaman lingkungan yang merupakan situasi
berbahaya bagi aktualisasi kegiatan. Keempat, peluang lingkungan yaitu kondisi yang selaras bagi
sebuah kegiatan, ini juga memberi keuntungan serta dorongan dalam berjalannya kegiatan (Gurel
& Tat, 2017).
Analisis SWOT Unilever

STRENGHT WEAKNESS
1. Tingginya kebutuhan 1. Harga yang bersaing di
semua orang akan barang pasar bisnis.
atau peralatan rumah tangga 2. Daya kelola promosi
berkualitas tinggi. dalam media sosial
2. Iklan produk jelas dan kurang optimal. 3.
menarik. Kurangnya respon
3. Mempunyai karyawan konsumen bagi produk
yang terampil dan tertentu.
berintegritas.
4. Aktif menjalankan misi
sosial.
STRATEGI ST : STRATEGI WT :
THREATS
1. Produk-produk diberikan 1. Melakukan sosialisasi
1. Pemalsuan produk oleh pihak-pihak signature atau tanda keaslian atau pengenalan produk
yang tak berhak. untuk menghindari pemalsuan yang dipasarkan kepada
produk (S2, T1). konsumen (W2, T1).
2. Harga bahan baku yang tidak menentu. 2. Mempertahankan kualitas
3. Persaingan dengan merek lain dalam 2. Memperluas daerah
produk dan layanan (S1, T1).
pasar bisnis yang sama. 3. Berinovasi pada produk pemasaran, misalnya
melakukan pendekatan
4. Munculnya tren-tren baru yang rumah tangga menggunakan
konsep baru dan unik, dengan kepada konsumen dengan
mempengaruhi gaya hidup masyarakat.
tetap mengunakan bahan baku memanfaatkan media
berkualitas dan memperhatikan sosial (W2, T3).
harga penjualan (S1,S3, T3). 3. Melakukan inovasi
4. Menganalisis tren terbaru produk dengan bahan
yang sedang berlangsung guna baku ramah lingkungan
menyesuaikan produk yang yang dibuat berbeda
akan dipasarkan agar dapat
dengan merek lain
tetap diterima dalam
masyarakat (S3,T4). (W3,T3).
5. Terus aktif dalam melakukan 4. Membaca tren yang
misi sosial untuk menjaga sedang berlangsung untuk
hubungan baik dengan menyesuaikan produk
konsumen (S4, T3). yang akan dipasarkan
(W1,T4).
STRATEGI SO : STRATEGI WO :
OPPORTUNITY
1. Melakukan evaluasi 1. Meningkatkan
1. Kebutuhan akan barang atau produk perusahaan, setidaknya 3/6 promosi dalam media
bulan sekali, untuk
rumah tangga yang berkualitas. meningkatkan penjualan dan
sosial agar konsumen
2. Ketergantungan pada produk-produk membaca pasar bisnis yang dapat dengan mudah
consumer goods sangat tinggi. sedang berlangsung (S3, 04). mengetahui produk-
3. Kerja sama dan investasi terbuka lebar 2. Mementingkan kepuasan produk yang dipasarkan
karena merek telah dikenal secara global. konsumen (S1, O2). (W2, O4).
3. Bekerja sama dengan pihak
4. Besarnya potensial market (190+ tertentu untuk menjalankan
2.Menggunakan
negara dan 3,4 miliar rakyat). misi sosial untuk meningkatkan influencer/selebriti
hubungan baik dengan sebagai brand
konsumen dan menjaga citra ambassador untuk
perusahaan (S4, 03). memperkenalkan
4. Menjelaskan komposisi,
kegunaan, dan manfaat produk
produk dan
yang dipasarkan dalam memperluas pangsa
promosi/iklan yang dibuat pasar (W3, O3).
menarik, agar konsumen dapat 3. Penawaran potongan
membeli produk sesuai harga bagi konsumen
kebutuhan, serta dapat
memenuhi ekspektasi dan
setia (W1, O2).
menghindari kekecewan
konsumen (S2,O1).

Referensi:

Gurel, E & Tat, M. (2017). SWOT ANALYSIS: A THEORITICAL REVIEW. August 2017.
Journal of International Social Research 10(51):994-1006. DOI:10.17719/jisr.2017.1832.

Strategy. (n.d.). Unilever. Retrieved July 9, 2022, from https://www.unilever.com/our-


company/strategy/.

Picture Unilever: Unilever Indonesia Homepage. (n.d.). Unilever. Retrieved July 9, 2022, from
https://www.unilever.co.id.

Jawablah pertanyaan essay di bawah ini! Maksimum Nilai: 100

1. [LO3, LO4 | Bobot: 30%] Buatlah analisis faktor internal menggunakan IFE (Internal
Factor Evaluation) Matrix berdasarkan informasi yang tercantum pada link terlampir
https://www.unilever.com/our-company/strategy/ .

Menurut David & David (2017), audit internal membutuhkan prioritas, pengumpulan, serta
asimilasi mengenai manajemen metode sistem informasi manajemen, akuntansi, perusahaan,
produksi atau operasi, pemasaran, penelitian serta pengembangan, serta keuangan. Ini
membuka lebih banyak kesempatan untuk peserta mengerti cara kerja divisi, departemen,
pekerjaannya sesuai pada perusahaan secara keseluruhan (David & David, 2017).

Matriks Evaluasi Faktor Internal atau Internal Factor Evaluation Matrix (IFE)
mengevaluasi dan merangkum kelemahan dan kekuatan utama dalam wilayah fungsional
bisnis. Skor tertimbang serta peringkat adalah bagian variabel penting dalam matriks. Tabel
disini berfungsi memperlihatkan keefektifan strategi perusahaan dalam menanggapi faktor
yang ada. Bobot yang ditetapkan perusahaan dimulai dari 0,0 sampai 1,0 bagi setiap faktor
dalam tabel, bobot ini memperlihatkan relative penting dari faktor tersebut untuk memperoleh
kesuksesan dalam perusahaan (Yazdani, Larijani, Zarimohaleh, Monavarian, 2012).

Matriks IFE dipakai untuk mencari tahu besarnya peran dari faktor-faktor internal yang
ada dalam perusahaan. Matriks ini memperlihatkan situasi internal perusahaan, yaitu kekuatan
dan kelemahan yang diukur berdasarkan bobot dan rating. Matriks IFE berisi kolom faktor
internal, bobot, rating, skor tertimbang (yang diperoleh dari hasil perkalian antara bobot dan
rating), dan total keseluruhan. Bagi kolom bobot juga rating dapat diisi berdasarkan tingkat
kepentingan dari nilai hasil pengelompokkan faktor-faktor internal (Astuti & Ratnawati, 2020).

Ada beberapa langkah dalam pembuatan matriks internal ini. Pertama, menuliskan daftar
faktor internal yang utama. Kemudian, memberikan bobot yang dapat diisi dari 0.0,
menunjukkan tidak penting, sampai 1,0, sangat penting, pada setiap faktor yang ada.
Selanjutnya, memberikan peringkat antara 6 hingga 4 dalam setiap faktor guna
memperlihatkan apakah faktor itu merepresentasikan kelemahan dan kekuatan. Berikutnya,
mengkalikan bobot faktor masing-masing dengan peringkat yang diberikan untuk memperoleh
skor bobot bagi semua variable. Terakhir, menjumlahkan skor tertimbang setiap variable guna
memperoleh total skor secara keseluruhan bagi suatu organisasi (David & David, 2017).

INTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX

Key Internal Factors Weighted


Weight Rating
Strength Score

1. Tingginya kebutuhan barang rumah tangga


0,25 3 0,75
berkualitas.

2. Iklan produk jelas dan menarik. 0,1 1 0,1

3. Memiliki karyawan terampil dan berintegritas. 0,15 4 0,6

4. Aktif menjalankan misi sosial. 0,1 2 0,2


Key Internal Factors
Weighted
Weight Rating
Weakness Score

1. Harga barang yang bersaing di pasar bisnis. 0,15 4 0,6

2. Daya kelola promosi media sosial kurang


0,15 2 0,3
optimal.

3. Kurangnya respon konsumen bagi produk


0,1 1 0,1
tertentu.

Total 1,0 2,65

Pada tabel IFE, dapat diperoleh kekuatan dari perusahaan Unilever. Dengan skor sebesar
0,75, “Tingginya kebutuhan barang rumah tangga berkualitas” menjadi faktor kekuatan
utama dalam perusahaan ini, dimana dengan tingginya minat masyarakat terhadap barang
rumah tangga, penjualan perusahaan dapat meningkat dan pangsa pasar semakin luas.
Kemudian, pada poin 2, ada faktor “Iklan produk jelas dan menarik”, dimana perusahaan ini
menjelaskan produk mereka secara jelas melalui iklan yang dibuat menarik untuk mendapat
perhatian konsumen, yang memperoleh skor 0,1. Selanjutnya, “Memiliki karyawan terampil
dan berintegritas”, yang merupakan dasar sebuah perusahaan karena mereka menngambil
bagian dalam proses produksi dan distribusi dalam perusahaan, berada pada faktor nomor
3 dengan total skor 0,6. Terakhir, faktor ke empat dengan total skor 0,2, yaitu “Aktif
menjalankan misi sosial”, dimana dengan keaktifan Unilever melakukan misi sosial mereka
dapat menunjukan sisi sosial dan kepeduliannya serta mempererat hubungan dengan
masyarakat terlebih konsumen setianya.

Selain kekuatan, dalam matriks IFE dapat diketahui kelemahan perusahaan Unilever.
Pertama, “Harga barang yang bersaing di pasar bisnis”, dimana begitu beragamnya harga di
pasar bisnis dengan produk berkualitas tinggi, harga yang ditawarkan Unilever dapat
menjadi kelemahan perusahaan, faktor ini memperoleh skor 0,6. Selanjutnya, faktor kedua,
faktor dengan skor 0,3 “Daya kelola promosi media sosial kurang optimal”, dapat dilihat
Unilever kurang menggunakan media sosial dalam promosi produk melainkan mereka
menggunakan startegi lain, seperti misi sosial atau iklan dalam media nasional. Posisi faktor
terakhir, “Kurangnya respon konsumen bagi produk tertentu” dengan total skor 0,1, pada
beberapa produk respon kurang memperoleh minat atau respon dari konsumen karena
disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.

Hasil analisis IFE, mendapat skor akhir sebanyak 2, 65. Skor ini berada pada jumlah
rata-rata, dimana Unilever menggunakan kekuatan internal untuk menyeimbangkan
kelemahannya.

Referensi:
Astuti, A. M. I. & Ratnawati, S. (2020). Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Pemasaran.
Jurnal Ilmu Manajemen,17(2): 58-70.

Fred R David & Forest R David. (2017). Strategic Management: A Competitive Advantage
Approach Concepts. 16. Pearson Education. Harlow. ISBN 978-1292148496.

Strategy. (n.d.). Unilever. Retrieved July 9, 2022, from https://www.unilever.com/our-


company/strategy/.

Yazdani, M., Larijani, A. L., Zarimohaleh, S. T., & Monavarian, A. (2012). Developing Optimized
Strategy by Comprehensive Framework of Strategy; Case Study in a Construction Inspection
Company. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 58: 73-83.
DOI:10.1016/j.sbspro.2012.09.980.

2. [LO3, LO4 | Bobot: 30%] Buatlah analisis faktor eksternal menggunakan EFE
(External Factor Evaluation) Matrix berdasarkan informasi yang tercantum pada
link terlampir https://www.unilever.com/our-company/strategy/ .

Audit eksternal mementingkan identifikasi serta evaluasi peristiwa dan tren di luar kontrol
suatu perusahaan. Audit ini memperlihatkan ancaman dan peluang utama yang akan ditemui
perusahaan, sehingga perusahaan bisa menyusun strategi untuk menggunakan peluang yang
ada dan meminimalisir akibat dari ancaman (David & David, 2017).

Matriks Evaluasi Faktor Eksternal atau External Factor Evaluation Matrix (EFE)
mengevaluasi serta merangkum politik, sosial, budaya, hukum, ekonomi, teknologi, informasi
kompetitif, dan pemerintah (David, 2009). Sama seperti IFE, skor tertimbang serta peringkat
adalah bagian variabel penting dalam matriks. Tabel disini juga berfungsi memperlihatkan
keefektifan strategi perusahaan dalam menanggapi faktor yang ada. Seperti IFE, bobot yang
ditetapkan perusahaan dimulai dari 0,0 sampai 1,0 bagi setiap faktor dalam tabel, bobot ini
memperlihatkan relative penting dari faktor tersebut untuk memperoleh kesuksesan dalam
perusahaan (Yazdani, Larijani, Zarimohaleh, Monavarian, 2012).

Matriks EFE dipakai untuk mencari tahu berapa besar dampak dari faktor-faktor eksternal
yang ada dalam perusahaan. Matriks ini memperlihatkan situasi ancaman serta peluang pada
suatu perusahaan yang terhitung dari bobot dan rating. Seperti matriks IFE, matriks EFE diisi
dengan kolom faktor internal, bobot, rating, skor tertimbang (yang diperoleh dari hasil
perkalian antara bobot dan rating), dan total keseluruhan. Bagi kolom bobot juga rating dapat
diisi berdasarkan tingkat kepentingan dari nilai hasil pengelompokkan faktor-faktor internal
(Astuti & Ratnawati, 2020).

Matriks EFE mengevaluasi dan merumuskan beberapa faktor, seperti, demografi, sosial,
budaya, politik, pemerintahan, teknologi, kompetitif, hukum, ekonomi, dan lingkungan.
Kemudian, ada beberapa langkah dalam matriks eksternal ini, yaitu menyebutkan 20 faktor
eksternal yang utama, berat diisi dari paling rendah 0.0 sampai paling tinggi 1,0, efektivitas
strategi dinilai dari 7-4, berat dikalikan dengan peringkat untuk memperoleh skor tertimbang,
dan kemudian menjumlahkan skor tertimbang (David & David, 2017).

EXTERNAL FACTOR EVALUATION MATRIX

Key External Factors


Weighted
Weight Rating
Score
Opportunity

1. Kebutuhan akan barang rumah tangga yang


0,2 3 0,6
berkualitas.

2. Ketergantungan pada produk consumer goods


0,15 4 0,6
sangat tinggi.

3. Kerja sama dan investasi terbuka lebar. 0,1 2 0,2

4. Besarnya potensial market (jumlah negara dan


0,1 3 0,3
populasi di dunia).

Key External Factors


Weighted
Weight Rating
Threats Score

1. Pemalsuan produk oleh pihak yang tak berhak. 0,15 4 0,6

2. Harga bahan baku tidak menentu. 0,05 1 0,05

3. Persaingan dengan merek lain dalam pasar bisnis


0,15 2 0,3
yang sama.

4. Munculnya tren baru yang mempengaruhi gaya


0,1 2 0,2
hidup masyarakat.

Total 1,0 2,85

Dari hasil matriks EFE dapat diperoleh kesempatan perusahaan dalam menjalankan bisnis.
Faktor pertama dengan skor 0,6, “Kebutuhan akan barang rumah tangga yang berkualitas”,
dimana kebutuhan ini akan membuka kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan
pangsa pasar dan meningkatkan penjualan. Kemudian, “Ketergantungan pada produk
consumer goods sangat tinggi”, faktor nomor 2 ini memberikan perusahaan peluang untuk
memiliki konsumen setia, dengan total skor 0,6. Berikutnya, skor sebesar 0,2, “Kerja sama
dan investasi terbuka lebar”, karena nama atau merek perusahaan sudah dikenal secara
global, maka peluang untuk memeroleh investasi dan melakukan kerja sama terbuka lebar.
Faktor ke empat, “Besarnya potensial market (jumlah negara dan populasi di dunia)”,
dimana banyaknya negara dan besarnya populasi dapat meningkatkan pangsa pasar
perusahaan secara global, memperoleh skor 0,3.

Dalam matriks EFE, diperoleh juga ancaman eksternal bagi perusahaan. Faktor
ancaman pertama dengan skor 0,6, “Pemalsuan produk oleh pihak yang tak berhak”, dimana
produk-produk palsu yang beredar di masyarakat dapat mengancam penjualan perusahaan
karena produk palsu tersebut dapat dipasarkan dengan harga yang lebih murah. Kemudian,
faktor yang memiliki skor 0,05 yaitu “Harga bahan baku tidak menentu”, dikarenakan inflasi
dan ketidakstabilan ekonomi di setiap negara, harga bahan baku dapat menjadi ancaman
bagi kelangsungan hidup perusahaan. Selanjutnya, Adapun faktor “Persaingan dengan
merek lain dalam pasar bisnis yang sama” memperoleh skor 0,3, dimana perusahaan akan
bersaing dengan merek lain dengan penjualan produk sejenis. Terakhir, dengan skor 0,2,
“Munculnya tren baru yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat” yang mengubah pola
hidup masyarakat mengikuti hal-hal popular menjadi suatu ancaman bagi perusahaan dan
strategi-strategi bisnisnya.

Analisis dalam EFE Unilever memperoleh skor sebesar 2,85. Skor tersebut
memperlihatkan daya perusahaan yang memanfaatkan kesempatannya dan menyelesaikan
hal-hal mengancam yang ditemui dalam menjalankan bisnis.

Referensi:

Astuti, A. M. I. & Ratnawati, S. (2020). Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Pemasaran.
Jurnal Ilmu Manajemen,17(2): 58-70.

David, M.E., David, F.R., David, F.R, (2009), The Quantitative Strategic Planning matrix (QSPM)
applied to a retail computer store, The Coastal Business Journal, 8(1), pp. 42-52.

Fred R David & Forest R David. (2017). Strategic Management: A Competitive Advantage
Approach Concepts. 16. Pearson Education. Harlow. ISBN 978-1292148496.

Strategy. (n.d.). Unilever. Retrieved July 9, 2022, from https://www.unilever.com/our-


company/strategy/.

Yazdani, M., Larijani, A. L., Zarimohaleh, S. T., & Monavarian, A. (2012). Developing Optimized
Strategy by Comprehensive Framework of Strategy; Case Study in a Construction Inspection
Company. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 58: 73-83.
DOI:10.1016/j.sbspro.2012.09.980.
3. [LO3, LO4 | Bobot: 40%] Jelaskan dan buatlah masing-masing 2 (dua) strategi
berdasarkan hasil analisis faktor internal pada Soal No.1 dan analisis faktor ekternal pada
Soal No.2 menggunakan alat analisis The SPACE Matrix.

Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategis atau Strategic Position and Action
Evaluation (SPACE) Matrix merupakan prosedur kerja empat kuadran yang memperlihatkan
manakah strategi yang paling tepat bagi suatu organisasi di antara strategi kompetitif, defensif,
konservatif, dan agresif. Matriks ini menentukan posisi strategis dari organisasi secara
keseluruhan. Terdapat dua bagian dalam matriks ini, yaitu internal yang berisi posisi keuangan
(Financial Position-FP) serta posisi kompetitif (Competitive Position-CP), dan eksternal yang
memuat posisi stabilitas (Stability Positions-SP) serta posisi industri (Industry Position-IP) (David
& David, 2017). Berikut langkah-langkah untuk membuat SPACE Matrix menurut David & David
(2017);

1. Pilih sepaket variabel guna menentukan posisi industri, posisi stabilitas, posisi
kompetitif, dan posisi keuangan.
2. Menetapkan nilai numerik dimulai dari yang terburuk angka +1 sampai angka +7
menandakan yang terbaik bagi variabel pembentuk FP dan IP. Kemudian, melakukan
hal yang sama dengan sebelumnya bagi variabel pembentuk SP dan CP dengan
mentepakan nilai numerik dari -1 yang terbaik dan terburuk -7.
3. Menghitung hasil rata-rata sesuai sumbu untuk FP, IP, SP, serta CP.
4. Plot hasil rata-rata dalam sumbu yang sesuai bagai FP, IP, SP, dan CP.
5. Menambahkan dua skor dalam sumbu x serta plot titik resultan dalam X. Berikutnya,
hal yang sama untuk sumbu y, dengan menambah dua skor dalam sumbu y serta plot
titik resultan dalam Y. Plot potongannya dari poin xy yang baru.
6. Kemudian, gambar vector arah asal SPACE Matriks lewat titik persimpangan baru.
Vektor tersebut menyatakan jenis strategi rekomendasi bagi suatu organisasi, yaitu
konservatif, defensif, kompetitif, atau agresif

(David & David, 2017).

Fokus utama SPACE Matriks berada pada kekuatan finansial serta keunggulan kompetitif, bagian
dari faktor internal, dan kestabilan lingkungan juga kekuatan industri, bagian dari faktor eksternal.
Faktor internal dan eksternal pada SPACE Matriks mempunyai pengukuran spesifik masing-
masing. Faktor internal pertama, kekuatan finansial, diukur dengan arus kas, leverage,
menggembalikan investasi, mudahnya keluar dari pasar, likuiditas, resiko bisnis, dan modal yang
diperlukan. Sementara, faktor keungggulan kompetitif, dilihat dari siklus kehidupan produk,
pengetahuan teknologi, pangsa pasar, integrasi vertikal, kualitas produk, dan loyalitas pelanggan.
Pada faktor eksternal, kestabilan lingkungan, diukur dari kisaran harga dari pesaing, variasi
permintaan, perubahan teknologi, tekanan persaingan, tingkat inflasi, dan penghambat masuk
dalam pasar. SPACE Matriks ini meliputi empat bagian, yaitu agresif, konservatif, defensif, dan
kompetitif. Garis horizontal pada matriks memperlihatkan keunggulan kompetitif (CA) dan
kekuatan finansial (FS), sementara garis vertikal menampilkan kekuatan industri (IS) dan
kestabilan lingkungan (ES). Setelah memperoleh hasil dari penilaian dalam empat bagian tersebut,
matriks ini bisa memberikan empat rekomendasi strategi berbeda-beda, ialah strategi agresif,
bersaing, defensif, juga konservatif. Penilaian CA-IS pada matriks ada dalam sumbu X, dengan
kisaran nilai CA antara -1 sampai -6 dan IS dari +1 sampai +6. Di sisi lain, nilai FS dan ES ada
dalam sumbu Y, dengan nilai FS antara +1 sampai +6 dan nilai ES antara -1 sampai -6. Model
matriks ini dibuat dengan menentukan nilai yang dijumlahkan untuk semua bagian di dalamnya
(CA, IS, ES, dan FS) (Tafti, Jalili, & Yahyaeian, 2013).

Internal Strategic Position


Ratings
Financial Position (FP)
Pertumbuhan 9,5% pada pasar negara
+5
berkembang & 4,1% dalam pasar negara maju.
Peningkatan omset 11,8% menjadi € 13,8 miliar. +4
7,1% pertumbuhan Beauty & Personal Care, serta
+2
6,5% Foods & Refreshment.
Peningkatan penjualan mendasar sebanyak 7,3%. +3
Rata-rata +3,5

Competitive Position (CP)


Perkembangan teknologi. -3
Konsistensi dalam Sustainability, CSR, dan Etika
-1
Bisnis.
Perubahan tren yang mempengaruhi gaya hidup. -2
Kesetiaan dan respon konsumen. -1
Rata-rata -1,75

External Strategic Position


Ratings
Stability Position (SP)
Inflasi. -2
Price elasticity of demand. -3
Peraturan pemerintah. -3
Persaingan lokal dan pemalsuan produk. -1
Rata-rata -2,25

Industry Position (IP)


Pertumbuhan merek secara global. +4
Merek utama dalam consumer goods. +1
Peningkatan harga bahan baku. +5
Perluasan wilayah bisnis. +3
Rata-rata +3,25
X-Asis (CP+IP) 1,5

Y-Asis (FP+SP) 1,25

SPACE MATRIX

-Dibuat di CANVA-

Berdasarkan tabel diatas, pada posisi strategis internal, Financial Position (FP)
memperoleh rating +3,5 dan -1,75 untuk Competitive Position (CP). Sementara itu, dalam posisi
strategis eksternal, Stability Position (SP) mendapat rating -2,25 dan +3,25 pada Industry Position
(IP). Rating secara keseluruhan, untuk sumbu X (CP+IP) memperoleh 1,5, dan sumbu Y (FP+SP)
mendapat 1,25.
Berdasarkan rating tersebut, diperoleh hasil SPACE Matrix untuk Unilever. Hasil SPACE
Matrix menunjukkan profil agresif. Maka dari itu, Unilever disarankan untuk memanfaatkan
strategi agresif. Berikut beberapa strategi agresif yang dapat digunakan Unilever:

Strategi Internal
1. Berinovasi pada produk disesuaikan dengan tren yang sedang berlangsung. Merancang
berbagai jenis produk rumahan dan perawatan pribadi, menggunakan (sambil pula
meningkatkan) teknologi terbarukan, supaya produk yang dihasilkan dapat memenuhi
kebutuhan konsumen, berkualitas tinggi, baik bagi kesehatan, serta ramah lingkungan.
2. Diversifikasi pada produk. Membuat ‘keanekaragaman’ dalam proses produksi produk,
untuk menciptakan barang atau jasa baru, guna meningkatkan keuntungan perusahaan.
Strategi ini membantu perusahaan agar tidak hanya fokus pada satu atau dua jenis barang,
namun bisa menghasilkan produk lain yang berguna bagi konsumen. Perusahaan juga dapat
menggunakan strategi ini untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba membuat hal baru
lainnya.
3. Menggembangkan daya guna bahan baku. Untuk menjaga lingkungan sekaligus
menghemat pengeluaran, perusahaan dapat membuat kemasan produk ramah lingkungan
dengan memanfaatkan bahan bekas pakai yang dapat didaur ulang dan mudah ditemui,
seperti plastik bekas, kaleng bekas, kardus bekas, botol bekas, dan lain-lain.

Strategi Eksternal
1. Perluasan pangsa pasar. Perusahaan dapat mencoba melebarkan sayap bisnisnya dalam
konsumen kelas menengah-bawah. Produk-produk yang ditawarkan diproduksi dengan
dana yang lebih rendah dari dana normal, namun tetap memperhatikan kualitas, untuk
menyesuaikan dengan harga jual. Strategi ini juga membuat harga jual menjadi “masuk
akal” bagi kelas menengah-bawah.
2. Melakukan kerja sama dengan supplier, distributor, retailers. Perusahaan dapat
membentuk dan mempertahankan hubungan baik dengan agen pemasok, distribusi,
pengecer dengan mengajukan penawaran bagus dan menarik yang menguntungkan kedua
pihak. Strategi ini sangat menguntungkan bagi perusahan dalam memperluas kerajaan
bisnis, juga mendatangkan investasi.

Referensi:

Fred R David & Forest R David. (2017). Strategic Management: A Competitive Advantage
Approach Concepts. 16. Pearson Education. Harlow. ISBN 978-1292148496.

Strategy. (n.d.). Unilever. Retrieved July 9, 2022, from https://www.unilever.com/our-


company/strategy/.

Tafti, S. F., Jalili, E., & Yahyaeian, L. (2013). Assessment and Analysis Strategies according to
Space matrix-case study: petrochemical and baking industries in Tehran Stock Exchange (TSE).
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 99:893-901.

Unilever PLC. (2022, April 28). Strong execution in challenging conditions. Unilever. Retrieved
July 10, 2022, from https://www.unilever.com/news/press-and-media/press-releases/2022/strong-
execution-in-challenging-conditions/.
Referensi

Astuti, A. M. I. & Ratnawati, S. (2020). Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Pemasaran.
Jurnal Ilmu Manajemen,17(2): 58-70.

David, M.E., David, F.R., David, F.R, (2009), The Quantitative Strategic Planning matrix (QSPM)
applied to a retail computer store, The Coastal Business Journal, 8(1), pp. 42-52.

Fred R David & Forest R David. (2017). Strategic Management: A Competitive Advantage
Approach Concepts. 16. Pearson Education. Harlow. ISBN 978-1292148496.

Gurel, E & Tat, M. (2017). SWOT ANALYSIS: A THEORITICAL REVIEW. August 2017.
Journal of International Social Research 10(51):994-1006. DOI:10.17719/jisr.2017.1832.

Strategy. (n.d.). Unilever. Retrieved July 9, 2022, from https://www.unilever.com/our-


company/strategy/.

Tafti, S. F., Jalili, E., & Yahyaeian, L. (2013). Assessment and Analysis Strategies according to
Space matrix-case study: petrochemical and baking industries in Tehran Stock Exchange (TSE).
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 99:893-901.

Unilever PLC. (2022, April 28). Strong execution in challenging conditions. Unilever. Retrieved
July 10, 2022, from https://www.unilever.com/news/press-and-media/press-releases/2022/strong-
execution-in-challenging-conditions/.

Yazdani, M., Larijani, A. L., Zarimohaleh, S. T., & Monavarian, A. (2012). Developing Optimized
Strategy by Comprehensive Framework of Strategy; Case Study in a Construction Inspection
Company. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 58: 73-83.
DOI:10.1016/j.sbspro.2012.09.980.

Referensi Gambar

Gambar Unilever di tabel SWOT: Unilever Indonesia Homepage. (n.d.). Unilever. Retrieved July
9, 2022, from https://www.unilever.co.id.

Grafik SPACE MATRIX: https://www.canva.com/design/DAFF7J7DuTU/X8N3AU3AO6j-


_3ePoWKIbw/edit#.

Anda mungkin juga menyukai