Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelembagaan Penyelenggaraan Pendidikan Vokasi dan Kejuruan


Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Berdasarkan penjelasan UUSPN No 20 Tahun 2003 pasal 15:
1. Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik
untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
3. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan
pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan
disiplinilmupengetahuan tertentu.
4. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana
yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
persyaratan keahlian khusus.
5. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta
didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal
setara dengan program sarjana.
6. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan atau menjadi
ahli ilmu agama.
7. Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan
khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.

Penyelenggaraan pendidikan berorientasi dunia kerja di Indonesia, terdapat


dua istilah yang digunakan, yaitu: pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi.
Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan

4
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, adapun pendidikan
vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu berupa program diploma
dan setingkat sarjana terapan, magister terapan serta doktor terapan.

Ditinjau kelembagaan, jenis pendidikan di bawah Kementerian


pendidikan dan kebudayaan terdapat Dirjen Dikdasmen (Pendidikan Dasar dan
Menengah) untuk pendidikan umum dan kejuruan, Dirjen Pendidikan Non
Formal (Lembaga Kursus) serta Dirjen Dikti (Pendidikan Tinggi) menangani
pendidikan akademik, profesi dan vokasi.

Pendidikan kejuruan mencakup institusi SMK dan MA Kejuruan, serta ada


juga SMK yang menyelenggarakan community college. Untuk pendidikan vokasi
dijalankan oleh perguruan tinggi termasuk politeknik pada jenjang D1, D2, D3
dan D4, hingga 5P1 dan 5P2 (singkatan dari spesialis yang setara S2 dan S3).
Selain dari kementerian pendidikan dan kebudayaan, terdapat pula pada
kementerian ketenagakerjaan yang mengatur tentang pelatihan kerja dan
pemagangan yang dilindungi oleh Undang-undang ketenagakerjaan. Lebih
khusus mengatur pelatihan yang bersifat vokasional yang berorientasi pada
pekerjaan.sebagai tindak lanjutnya dilandasi oleh Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2006 tentang pelatihan kerja yang diselenggarakan oleh pemerintah
dan atau lembaga pelatihan kerja swasta: seperti BLK (Balai Latihan Kerja).

Istilah pendidikan vokasi sesungguhnya adalah kejuruan, namun secara


legalitas di Indonesia sesuai dengan undang-undang, merupakan pendidikan
tinggi yang menyelenggarakan pendidikan diploma. Politeknik Manufaktur
Negeri Bandung adalah sebuah politeknik di Bandung, Indonesia. Politeknik ini
merupakan cikal bakal pendidikanpoliteknik di Indonesia, didirikan tahun 1975
hasil kerjasama Pemerintah Indonesia melalui ITB dan Pemerintah Swiss melalui
Swiss Contact dengan nama Politeknik Mekanik Swiss-ITS (PMS-ITB).
Setelah kerjasama berakhir dan pemerintah Indonesia menggulirkan
kebijakan politeknik mandiri maka pada tahun 1990 PMS-ITB berubah menjadi
Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (POLMAN Bandung).Mempunyai
empat program studi 03, Teknik Manufaktur, Teknik Perancangan Manufaktur,
Pengecoran Logam, Teknik Otomasi Manufaktur dan Mekatronika, serta 1
program D4 Teknik Manufaktur. POLMAN Bandung berdiri sejak tahun 1976
merupakan hasil kerjasama bilateralantara pemerintah RI dan pemerintah
KonfederasiSwiss,yang dalam pelaksanaannya Pemerintah Indonesia diwakili
olehITB dan Swiss contact mewakili Pemerintah Swiss yang berakhir padatahun
1995.

5
POLMAN Bandung adalah politeknik pertama di Indonesia yang
diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjarif Thajeb pada tanggal
24 Maret 1977 meskipun angkatan mahasiswa pertama masuk tahun 1976.
Pengembangan POLMAN Bandung selanjutnya dibantu melalui pendanaan dari
pinjaman ADB dan Barik Dunia serta proyekproyek DIP (DUE Like), IGI dan
TPSDP.
Awal mula munculnya politeknik dapat dilihat dari sejarahnya. Politeknik
pertama kali dimunculkan oleh ITB bekerjasama dengan Departemen Pekerjaan
Umum tahun 1972 dengan nama Lembaga Politeknik Pekerjaan Umum-ITB
(LPPU-ITB), untuk mengatasi kebutuhan tenaga kerja teknis berketerampilan
tinggi yang mampu menjembatani kesenjangan antara lulusan Universitas/lnstitut
dengan Sekolah Menengah Teknologi.Lembaga Pendidikan ini didirikan atas
dasar langkanya persediaan teknisi ahli madya yang diperlukan oleh industri dan
keberhasilan politeknik mekanik Swiss dan ITB, yang didirikan pada tahun 1976.
Tahun 1982 telah dioperasikan 6 buah Politeknik di Universitas Sumatera
Utara Medan, Universitas Sriwijaya Palembang, Universitas Indonesia Jakarta,
Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas
Brawijaya. Malang dengan bantuan Bank Dunia sesuai dengan surat keputusan
Direktorat Jendral pendidikan Tinggi No. 03/DJ/Kep/1979.
Politeknik Universitas Diponegoro pada awal mulanya (1982) mempunyai
tiga departemen bidang keteknikan yaitu DepartemenTeknik Sipil, Departemen
Teknik Mesindan Departemen Teknik Elektroyang dipimpin warga asing. Karena
kebutuhan industri menuntutadanya tenaga terampil di bidang bisnis, sehingga
pada tahun ,1985 berdiri Jurusan Tata Niaga di Politeknik yang dipimpin warga
asing. Pada tahun 1989 terjadi pengembangan jurusan Teknik Elektromenjadi
Teknik Listrikdan Teknik Elektronika/Telekomunikasi.
Pada tanggal 6 Agustus 1997 Politeknik Universitas Diponegoro
dinyatakan mandiri dan lepas dari manajemen Universitas Diponegoro dengan
SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI No. 175/0/1997 dengan nama
Politeknik Negeri Semarang (POLINES)~ Kemudian tanggal 31 Juli 2002 terbit
SK Menteri Pendidikan Nasional No. 134/0/2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Politeknik Negeri Semarang.
Tujuan pendidikan Politeknik mengacu pada tujuan pendidikan nasional
sesuai Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, bahwa pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

6
Politeknik menghasilkan lulusan yang mampu melakukan tugas-tugas di
industri secara profesional.Hal ini berarti lulusannya harus dapat menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan secara sempuma. Selain itu,
lulusan Politeknik pun dituntut untuk dapat bekerja dengan ketepatan, yakni tepat
ukuran, tepat waktu dan tepat aturan.

B. 16 Prinsip Dalil Prosser


Dr. Charles Allen Prosser (1871-1952) adalah seorang praktisi dan
akademisi Amerika Serikat yang sering dianggap sebagai bapak pendidikan
kejuruan terutama di Amerika Serikat. Prosser juga adalah seorang guru fisika
dan sejarah di New Albany High School dan mendapatkan gelar PhD dari
Colombia University. Di kalangan akademisi pendidikan vokasi dan kejuruan di
Indonesia. Prosser cukup dikenal sebagai penyusun 16 prinsip pendidikan vokasi
atau sering juga disebut sebagai 16 dalil prosser.
Prosser yakin bahwa sekolah harus membantu para siswanya untuk
mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan tersebut dan terus maju
dalam karir. Prosser yakin bahwa harus ada sekolah vokasional untuk publik
sebagai alternatif terhadap sekolah umum yang sudah ada. Sekolah vokasional
yang dimaksud adalah sekolah yang menyediakan pelajaran untuk berbagai jenis
pekerjaan yang ada di industri. Prosser percaya bahwa pendidikan vokasional di
jenjang sekolah menengah atas akan mampu menjadikan para siswa lebih
independen.
1. Prinsip 1, Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa
dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja.
Prinsip ini akan sangat sulit untuk bisa diterapkan di Indonesia karena
pembuatan replika akan memerlukan biaya besar dan harus selalu mengikuti
perkembangan yang terjadi di dunia industri. Melihat keadaan sekolah
kejuruan di Indonesia, sangat sulit mewujudkan prinsip ini. Hal terjauh yang
bisa dilaksanakan adalah menyediakan fasilitas praktek dasar sehingga
lulusan nanti akan memiliki kompetensi dasar yang kuat untuk
dikembangkan lebih lanjut jika sudah diterima di industri. Tapi prinsip ini
bisa saja diterapkan karena mengingat sumber daya alam di Indonesia
sangatlah besar. Hanya saja prinsip ini bisa dilaksanakan jika ada kebijakan
dari pemerintah dalam mengikat perusahaan atau industri karena masih
banyak industri yang terkesan tidak mau menerima peserta didik belajar di
tempatnya. Hal yang mungkin bisa dilaksanakan adalah menyediakan
fasilitas praktek dasar sehingga lulusan nanti akan memiliki kompetensi
dasar yang kuat untuk dikembangkan lebih lanjut jika sudah diterima di
industri.

7
2. Prinsip 2, Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana
tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang ditetapkan di tempat kerja.
Prinsip ini sama dengan prinsip sebelumnya. Prinsip yang kedua ini
hanya cocok digunakan pada beberapa bidang keterampilan yang memiliki
sarana dan prasaran yang memadai. Sementara untuk bidang keterampilan
tertentu yang berteknologi tinggi, Indonesia belum sepenuhnya memiliki alat
berteknologi tinggi tersebut cenderung hanya dimiliki oleh pihak swasta.
Oleh karena itu, pemerintah harus menjalin kerjasama dengan industri
swasta dalam mendukung pengembangan keterampilan peserta didik
pendidikan kejuruan. Namun jika sekolah mampu menyelenggarakan
praktek kerja langsung di industri secara memadai dari sisi waktu, intensitas
dan dengan pengawasan yang baik, maka prinsip ini bisa terpenuhi. Dalam
kenyataan sekolah kewalahan harus menempatkan siswa dalam jumlah
banyak untuk melaksanakan praktek yang sesuai kurikulum langsung di
lokasi industri.
3. Prinsip 3, Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam
kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu
sendiri.
Hal ini juga sangat sulit diterapkan di Indonesia karena budaya dan
lingkungan sekolah yang sangat berbeda dengan lingkungan industri
sebenarnya. Idealnya sekolah bisa menciptakan kondisi yang mendukung
pembentukan pola pikir dan pola kerja bagi siswanya, namun kendala
terbesar adalah bahwa manajemen sekolah tidak memiliki latar belakang
industri yang kuat. Hampir semua sekolah vokasi dipimpin dan diajar oleh
para profesional pendidikan yang tidak memiliki pengalaman industri cukup.
Pendidik sekolah vokasi dan kejuruan hanya memiliki pengalaman di
kampus karena mereka bukan pelaku di dunia industri. Sehingga tidak bisa
menciptakan suasana industri didalam sekolah, kecuali pihak sekolah sering
mendatangkan tamu dari pihak dunia industri.
4. Prinsip 4, Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap
individu mengembangkan minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya
pada tingkat yang paling tinggi.
Prinsip ini sudah banyak diterapkan dan berhasil di banyak sekolah
kejuruan. Sistem pendidikan kita memungkinkan bagi individu siswa untuk
maju dan meraih tingkat kompetensi dan keberhasilan yang setinggi-
tingginya. Ini kemungkinan akibat liberalnya sistem pendidikan kita
sehingga memungkinkan siswa yang memiliki potensi, rajin dan memiliki
kemauan kuat dapat melaju cepat. Namun hal ini juga berlaku bagi siswa

8
yang lemah, dimana siswa seperti ini akan tertinggal jika tidak memiliki
keinginan dan motivasi yang kuat untuk maju. Sistem pendidikan yang ada
memberikan keleluasaan besar pada guru untuk menentukan kualitas proses
pembelajaran. Guru akan cenderung memberikan prioritas pada siswa yang
potensial dan aktif. Sistem kontrol pembelajaran kurang bisa memastikan
pemerataan prioritas terhadap semua siswa untuk mendapat pelajaran yang
sama kuantitas dan kualitasnya. Budaya masyarakat Indonesia cenderung
memaksakan anaknya untuk menjalani pendidikan kejuruan sesuai dengan
keinginannya bukan melihat bakat dan minat siswa itu sendiri. Orang tua
siswa cenderung menginginkan anaknya setelah menempuh pendidikan
langsung mendapatkan pekerjaan
5. Prinsip 5, Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau
pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya,
yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
Idealnya memang semua calon siswa yang masuk ke sekolah kejuruan
sudah melewati seleksi potensi teknis dan non-teknis, sehingga siswa yang
masuk adalah siswa yang secara bakat dan minat sesuai dengan jurusan yang
dipilih serta memiliki motivasi intrinsik yang besar untuk menjalani
pembelajaran. Namun ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini kurang
bisa dilaksanakan di sebagian besar sekolah. Salah satu faktor penting adalah
karena tidak adanya bimbingan dan konseling karir atau vokasional di level
SMP sebelum masuk SMK dan juga di level SMA/SMK ke program vokasi
lanjutannya. Ini menyebabkan calon siswa sekolah kejuruan tidak memiliki
pengertian yang cukup mengenai dunia kerja, sehingga dalam banyak kasus
terjadi ketidaksesuaian siswa yang masuk ke sekolah vokasi.
6. Prinsip 6, Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-
ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
Prinsip keenam ini, tidak cocok di Indonesia karena siswa tidak hanya
perlu belajar tentang keahliannya namun harus pula belajar pelajaran
normatif dan adaptif yang akan menunjang di dunia kerja nantinya. Saya kira
telah cukup porsi pelajaran kejuruannya di sekolah tapi nantinya siswa akan
bisa mengulang-ulang pelajarannya di tempat praktek industri. Pembelajaran
praktek kejuruan tidak begitu optimal di sekolah disebabkan karena sarana
dan prasarana yang tidak memadai. Maka pemilihan tempat praktek industri
sangat perlu melihat sarana dan prasarana yang bisa digunakan oleh siswa
nantinya. Namun kenyataannya masih banyak siswa terkendala dalam
pemilihan tempat praktek industri dan pihak industri juga biasa melarang
siswa untuk menggunakan beberapa alat praktek.

9
7. Prinsip 7, Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan
pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
Prinsip tidak akan cocok diterapkan di Indonesia. Tenaga pendidik di
lingkungan pendidikan kejuruan bukan pelaku di dunia industri jadi pendidik
tidak memiliki pengalaman kerja mumpuni di dunia industri. Pendidik hanya
mendapatkan ilmu teori dan praktek dari kampus. Sebagaia pendidik yang
ada sekarang hanya memiliki ketrampilan tingkat pemula. Praktisi murni
lebih cenderung terjun langsung ke dunia industri bukan sebagai tenaga
pendidik di sekolah. Prinsip ini bisa dilaksanakan jika pihak industri dan
sekolah saling menjalin kerja sama. Pihak sekolah mendatangkan pendidik
tamu dari pihak industri untuk menjelaskan pengalaman kerja mereka di
dunia industri. Namun karena keterbatasan waktu biasanya kegiatan ini
hanya bisa memberi wawasan tentang dunia industri saja, tidak bisa sampai
pemberian ketrampilan. Pendidikan kejuruan dan vokasional memang tidak
bisa menghasilkan calon tenaga kerja yang benar-benar telah siap masuk
dunia industri. Jadi pihak industri harus memberikan pelatihan khusus ke
calon tenaga kerja.
8. Prinsip 8, Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus
dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
Prinsip tidak cocok di Indonesia karena peserta didik belum terjun
langsung ke dunia industri. Saat ini di sekolah sudah ada standar kompetensi
baku yang dipakai sebagai acuan di SMK yaitu SKKD dan Program
Diploma banyak mengacu pada SKKNI. Hal ini sudah cukup memadai,
namun masih ada kendala dalam implementasi di lapangan seperti tidak
standarnya proses pembelajaran antar sekolah dan antar daerah dalam satu
bidang keahlian. Kesulitan lain adalah pada saat uji kompetensi yang juga
tidak standar antar sekolah dan antar daerah karena menggunakan penguji
yang berbeda dan tidak profesional. Seharusnya uji kompetensi dilakukan
oleh satu lembaga khusus dibawah asosiasi industri tertentu, namun secara
kelembagaan hal ini belum bisa diwujudkan sepenuhnya di Indonesia. Masih
banyak sekolah kejuruan yang tidak bisa mendapatkan mitra penguji
kompetensi yang benar-benar kompeten dan layak menjadi penguji.
9. Prinsip 9, Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
Secara alamiah prinsip ini mulai berlaku dan diterapkan terutama di
sekolah kejuruan yang memiliki birokrasi lebih fleksibel seperti sekolah
swasta. Prinsip ekonomi supply-demand berlaku saat ini, program keahlian
yang tidak dibutuhkan industri akan dengan sendirinya mendapatkan
peminat yang sedikit. Jika sekolah tidak mampu menyesuaikan dengan

10
cepat, maka besar kemungkinan sekolah akan kesulitan menjaring siswa.
Namun banyak kendala yang harus dihadapi sekolah agar bisa menjadi
sekolah yang mampu selalu memenuhi permintaan pasar kerja. Penghapusan
program keahlian yang ada pasti akan menimbulkan konsekuensi besar dan
menimbulkan kerugian bagi sekolah. Pembukaan program keahlian baru
juga tidak mudah karena mahal dan rumitnya persiapan. Dalam realita,
banyak sekolah yang akhirnya mengorbankan kesiapan penyelenggaraan
demi mengejar permintaan pasar, hal ini sangat berbahaya dan pada akhirnya
akan membuat nama baik sekolah tercemar karena gagal menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
10. Prinsip 10, Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan
tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman
sarat nilai).
Secara sistem prinsip ini sudah diterapkan di sekolah kejuruan kita. Ada
Praktek Industri dan Pemagangan di SMK yang diberikan alokasi waktu
cukup panjang hingga 1 tahun. Kesempatan juga dibuka lebar dalam hal
penempatan, bisa diluar kota, luar negeri, dll. Bahkan siswa diperbolehkan
untuk masuk ke industri yang relevansinya kurang dengan jurusan yang
dimiliki. Ini adalah hal yang salah dan tidak sesuai dengan prinsip
pendidikan kejuruan, namun sekolah harus menghadapi kenyataan bahwa
penempatan praktek lapangan siswa sangat sulit. Ini disebabkan kurangnya
jumlah industri yang mau menerima siswa praktek dan semakin banyaknya
jumlah siswa sekolah kejuruan pada saat ini. Sayangnya tidak ada upaya
konkrit untuk memecahkan masalah rasio yang timpang ini dari pemerintah.
11. Prinsip 11, Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan
pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi
tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan oleh sekolah kejuruan, materi
belajar memang disediakan dari sumber yang cukup terpercaya. Ini
disebabkan semakin mudahnya pencarian informasi melalui teknologi
informasi sehingga dimungkinkan penggunaan dokumen untuk belajar yang
berasal dari berbagai sumber. Bahkan saat ini hampir tidak ada perbedaan
materi belajar antar sekolah dan antar daerah karena sumber yang dipakai
sangat banyak dan tersedia bebas. Namun utnuk beberapa jurusan tertentu,
sekolah harus lebih proaktif membangun hubungan dengan industri lokal
karena adanya materi yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
12. Prinsip 12, Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain.

11
Prinsip ini sudah didekati oleh sistem pendidikan kejuruan dengan
adanya pengelompokan jurusan dan program keahlian. Sekolah juga
cenderung membuka program keahlian yang serumpun agar bisa terjadi
efisiensi dalam proses mengajar karena adanya kompetensi atau sub-
kompetensi yang dipakai bersama dalam bidang keahlian yang berbeda.
13. Prinsip 13, Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien
jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
Prinsip ini memerlukan banyak sumber daya dalam penerapannya.
Setiap bidang keahlian memerlukan materi, metode belajar dan pendekatan
yang berbeda satu sama lain. Kebutuhan masing-masing jurusan harus
dipenuhi agar hasil dari proses pembelajaran bisa maksimal. Di Indonesia
sudah diterapkan dalam skala tertentu seperti adanya pelajaran Matematika
khusus untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, ada Matematika
khusus bidang Teknologi, dll. Hal yang sama juga sudah diterapkan di
masing-masing rumpun seperti antar jurusan Multimedia dan Animasi ada
pelajaran Gambar Grafis yang sedikit berbeda karena berbeda tujuan.
14. Prinsip 14, Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang
digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan
sifat-sifat peserta didik tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan karena karakter sosial
masyarakat Indonesia yang sangat menghargai hubungan sosial yang
harmonis. Hubungan antara sekolah, guru, siswa dan orangtua siswa
tergolong baik jika dibanding dengan negara lain. Ini adalah hal positif
karena siswa dapat secara positif mengembangkan minat dan bakatnya
karena hubungan guru-siswa berjalan sehat dalam proses belajar. Namun
kendala utama prinsip ini adalah karena banyaknya siswa yang harus diajar
oleh 1 guru, artinya rasio guru-siswa masih sangat timpang sehingga masih
sulit bagi guru untuk dapat memberikan perhatian khusus pada setiap
siswanya.
15. Prinsip 15, Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes. Pada
umumnya manajemen administrasi sekolah di Indonesia relatif fleksibel dan
tidak kaku.
Ini juga berhubungan dengan karakter sosial masyarakat Indonesia yang
mengedepankan rasa saling percaya dan keterbukaan. Bahkan dalam banyak
kasus terlalu fleksibel dan mengabaikan prinsip tertib administrasi. Namun
dengan semakin banyaknya penerapan standar manajemen mutu terpadu di
sekolah, hal ini semakin baik, artinya tetap luwes namun tertib.

12
16. Prinsip 16, Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak
terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Prinsip ini banyak dilanggar.
Prinsip sebaliknya yang justru sering dipakai yaitu, biarpun biaya tidak
cukup yang penting dibuka dulu. Ini adalah prinsip yang salah namun justru
menjadi mainstream di kalangan sekolah kejuruan. Pembukaan sekolah
kejuruan membutuhkan dana sangat besar, pemerintah saat ini tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan di seluruh penjuru Nusantara, demikian juga
swasta. Hanya beberapa sekolah saja, baik negeri maupun swasta, yang
mampu membiayai sekolah yang dikelola secara memadai, sebagian besar
lainnya tidak didukung sumber pembiayaan yang cukup.

C. Prinsip Yang Cocok Di Indonesia


16 dalil prosser diyakini bisa membantu peserta didiknya untuk
mendapatkan pekerjaan dengan meningkatkan kualitas keterampilan peserta
didik. Beberapa dalil ini tidak cocok dengan budaya di Indonesia dan ada pula
yang cocok tapi penerapannya yang kurang maksimal. Berikut pembahasan
beberapa prinsip prosser yang cocok dilaksanakan di Indonesia, yaitu:
1. Prinsip pertama dan kedua cocok di Indonesia, asalkan pihak sekolah dan
pemerintah bisa menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan industri
yang bisa menyediakan saran prasarana yang bisa digunakan peserta didik
untuk mengembangkan skil mereka. Hasil lulusan ini nantinya akan memiliki
ketrampilan sesuai dengan bidangnya dan lulusan ini pula akan siap terjun ke
dunia industri.
2. Prinsip kesepuluh yaitu proses pembinaan kebiassaan yang efektif pada siswa
aan tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman
sarat nilai). Prinsip telah dilaksanakan di pendidikan kejuruan/vokasional di
Indonesia. Pendidikan kejuruan/vokasional mengharuskan peserta didiknya
melaksanakan praktek industri atau magang pada suatu perusahaan atau dunia
industri. Sehingga peserta didik bisa langsung terjun kedalam dunia industri
walaupun batas waktu tertentu. Beberapa pendidikan kejuruan
memperbolehkan peserta didik untuk masuk ke industri yang tidak sesuai
dengan bidangnya. Ini yang menjadi masalah beberapa pendidikan kejuruan,
jika memperbolehkan untuk masuk ke industri tidak sesuai dengan bidanya
maka peserta didik tidak dapat mengembangkan ketrampilan sesuai dengan
bidangnya. Pemerintah dan pelaksana pendidikan kejuruan harus lebih
selektif dalam memilih lokasi praktek industri karena ini yang akan menjadi
bekal peserta didik mengembangkan skill dan menjadi pengalaman kerja
sesuai dengan bidangnya.

13
3. Prinsip 12 yaitu setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan kejuruan di Indonesia sudah
menerapkan prinsip ini yang cenderung membuka program keahlian yang
serumpun agar bisa terjadi efesiensi dalam proses pembelajaran karena
adanya kompetensi dan sub kompetensi yang dipakai bersama dalam bidang
keahlian yang berbeda. Misal teknik komputer dan jaringan serumpun dengan
rekayasa perangkat lunak.
4. Prinsip 14 yaitu pendidikan kejuruan akan efesien jika metode pengajaran
yang digunakan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan
sifat-sifat peserta didik tersebut. Prinsip ini sangat cocok di Indonesia karena
budaya masyarakat Indonesia sangat menghargai hubungan sosial. Hubungan
siswa, guru, pihak sekolah dan wali siswa termasuk dalam golongan yang
sangat baik. Ini sangat membantu pendidik untuk mengetahui setiap karakter
setiap peserta didik yang dapat mengembangkan soft skill dalam diri peserta
didik.

14

Anda mungkin juga menyukai