PEMBAHASAN
4
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, adapun pendidikan
vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu berupa program diploma
dan setingkat sarjana terapan, magister terapan serta doktor terapan.
5
POLMAN Bandung adalah politeknik pertama di Indonesia yang
diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjarif Thajeb pada tanggal
24 Maret 1977 meskipun angkatan mahasiswa pertama masuk tahun 1976.
Pengembangan POLMAN Bandung selanjutnya dibantu melalui pendanaan dari
pinjaman ADB dan Barik Dunia serta proyekproyek DIP (DUE Like), IGI dan
TPSDP.
Awal mula munculnya politeknik dapat dilihat dari sejarahnya. Politeknik
pertama kali dimunculkan oleh ITB bekerjasama dengan Departemen Pekerjaan
Umum tahun 1972 dengan nama Lembaga Politeknik Pekerjaan Umum-ITB
(LPPU-ITB), untuk mengatasi kebutuhan tenaga kerja teknis berketerampilan
tinggi yang mampu menjembatani kesenjangan antara lulusan Universitas/lnstitut
dengan Sekolah Menengah Teknologi.Lembaga Pendidikan ini didirikan atas
dasar langkanya persediaan teknisi ahli madya yang diperlukan oleh industri dan
keberhasilan politeknik mekanik Swiss dan ITB, yang didirikan pada tahun 1976.
Tahun 1982 telah dioperasikan 6 buah Politeknik di Universitas Sumatera
Utara Medan, Universitas Sriwijaya Palembang, Universitas Indonesia Jakarta,
Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro Semarang dan Universitas
Brawijaya. Malang dengan bantuan Bank Dunia sesuai dengan surat keputusan
Direktorat Jendral pendidikan Tinggi No. 03/DJ/Kep/1979.
Politeknik Universitas Diponegoro pada awal mulanya (1982) mempunyai
tiga departemen bidang keteknikan yaitu DepartemenTeknik Sipil, Departemen
Teknik Mesindan Departemen Teknik Elektroyang dipimpin warga asing. Karena
kebutuhan industri menuntutadanya tenaga terampil di bidang bisnis, sehingga
pada tahun ,1985 berdiri Jurusan Tata Niaga di Politeknik yang dipimpin warga
asing. Pada tahun 1989 terjadi pengembangan jurusan Teknik Elektromenjadi
Teknik Listrikdan Teknik Elektronika/Telekomunikasi.
Pada tanggal 6 Agustus 1997 Politeknik Universitas Diponegoro
dinyatakan mandiri dan lepas dari manajemen Universitas Diponegoro dengan
SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI No. 175/0/1997 dengan nama
Politeknik Negeri Semarang (POLINES)~ Kemudian tanggal 31 Juli 2002 terbit
SK Menteri Pendidikan Nasional No. 134/0/2002 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Politeknik Negeri Semarang.
Tujuan pendidikan Politeknik mengacu pada tujuan pendidikan nasional
sesuai Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3, bahwa pendidikan
nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
6
Politeknik menghasilkan lulusan yang mampu melakukan tugas-tugas di
industri secara profesional.Hal ini berarti lulusannya harus dapat menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan secara sempuma. Selain itu,
lulusan Politeknik pun dituntut untuk dapat bekerja dengan ketepatan, yakni tepat
ukuran, tepat waktu dan tepat aturan.
7
2. Prinsip 2, Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana
tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti
yang ditetapkan di tempat kerja.
Prinsip ini sama dengan prinsip sebelumnya. Prinsip yang kedua ini
hanya cocok digunakan pada beberapa bidang keterampilan yang memiliki
sarana dan prasaran yang memadai. Sementara untuk bidang keterampilan
tertentu yang berteknologi tinggi, Indonesia belum sepenuhnya memiliki alat
berteknologi tinggi tersebut cenderung hanya dimiliki oleh pihak swasta.
Oleh karena itu, pemerintah harus menjalin kerjasama dengan industri
swasta dalam mendukung pengembangan keterampilan peserta didik
pendidikan kejuruan. Namun jika sekolah mampu menyelenggarakan
praktek kerja langsung di industri secara memadai dari sisi waktu, intensitas
dan dengan pengawasan yang baik, maka prinsip ini bisa terpenuhi. Dalam
kenyataan sekolah kewalahan harus menempatkan siswa dalam jumlah
banyak untuk melaksanakan praktek yang sesuai kurikulum langsung di
lokasi industri.
3. Prinsip 3, Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam
kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu
sendiri.
Hal ini juga sangat sulit diterapkan di Indonesia karena budaya dan
lingkungan sekolah yang sangat berbeda dengan lingkungan industri
sebenarnya. Idealnya sekolah bisa menciptakan kondisi yang mendukung
pembentukan pola pikir dan pola kerja bagi siswanya, namun kendala
terbesar adalah bahwa manajemen sekolah tidak memiliki latar belakang
industri yang kuat. Hampir semua sekolah vokasi dipimpin dan diajar oleh
para profesional pendidikan yang tidak memiliki pengalaman industri cukup.
Pendidik sekolah vokasi dan kejuruan hanya memiliki pengalaman di
kampus karena mereka bukan pelaku di dunia industri. Sehingga tidak bisa
menciptakan suasana industri didalam sekolah, kecuali pihak sekolah sering
mendatangkan tamu dari pihak dunia industri.
4. Prinsip 4, Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap
individu mengembangkan minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya
pada tingkat yang paling tinggi.
Prinsip ini sudah banyak diterapkan dan berhasil di banyak sekolah
kejuruan. Sistem pendidikan kita memungkinkan bagi individu siswa untuk
maju dan meraih tingkat kompetensi dan keberhasilan yang setinggi-
tingginya. Ini kemungkinan akibat liberalnya sistem pendidikan kita
sehingga memungkinkan siswa yang memiliki potensi, rajin dan memiliki
kemauan kuat dapat melaju cepat. Namun hal ini juga berlaku bagi siswa
8
yang lemah, dimana siswa seperti ini akan tertinggal jika tidak memiliki
keinginan dan motivasi yang kuat untuk maju. Sistem pendidikan yang ada
memberikan keleluasaan besar pada guru untuk menentukan kualitas proses
pembelajaran. Guru akan cenderung memberikan prioritas pada siswa yang
potensial dan aktif. Sistem kontrol pembelajaran kurang bisa memastikan
pemerataan prioritas terhadap semua siswa untuk mendapat pelajaran yang
sama kuantitas dan kualitasnya. Budaya masyarakat Indonesia cenderung
memaksakan anaknya untuk menjalani pendidikan kejuruan sesuai dengan
keinginannya bukan melihat bakat dan minat siswa itu sendiri. Orang tua
siswa cenderung menginginkan anaknya setelah menempuh pendidikan
langsung mendapatkan pekerjaan
5. Prinsip 5, Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan atau
pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya,
yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya.
Idealnya memang semua calon siswa yang masuk ke sekolah kejuruan
sudah melewati seleksi potensi teknis dan non-teknis, sehingga siswa yang
masuk adalah siswa yang secara bakat dan minat sesuai dengan jurusan yang
dipilih serta memiliki motivasi intrinsik yang besar untuk menjalani
pembelajaran. Namun ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini kurang
bisa dilaksanakan di sebagian besar sekolah. Salah satu faktor penting adalah
karena tidak adanya bimbingan dan konseling karir atau vokasional di level
SMP sebelum masuk SMK dan juga di level SMA/SMK ke program vokasi
lanjutannya. Ini menyebabkan calon siswa sekolah kejuruan tidak memiliki
pengertian yang cukup mengenai dunia kerja, sehingga dalam banyak kasus
terjadi ketidaksesuaian siswa yang masuk ke sekolah vokasi.
6. Prinsip 6, Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-
ulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya.
Prinsip keenam ini, tidak cocok di Indonesia karena siswa tidak hanya
perlu belajar tentang keahliannya namun harus pula belajar pelajaran
normatif dan adaptif yang akan menunjang di dunia kerja nantinya. Saya kira
telah cukup porsi pelajaran kejuruannya di sekolah tapi nantinya siswa akan
bisa mengulang-ulang pelajarannya di tempat praktek industri. Pembelajaran
praktek kejuruan tidak begitu optimal di sekolah disebabkan karena sarana
dan prasarana yang tidak memadai. Maka pemilihan tempat praktek industri
sangat perlu melihat sarana dan prasarana yang bisa digunakan oleh siswa
nantinya. Namun kenyataannya masih banyak siswa terkendala dalam
pemilihan tempat praktek industri dan pihak industri juga biasa melarang
siswa untuk menggunakan beberapa alat praktek.
9
7. Prinsip 7, Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan
pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan.
Prinsip tidak akan cocok diterapkan di Indonesia. Tenaga pendidik di
lingkungan pendidikan kejuruan bukan pelaku di dunia industri jadi pendidik
tidak memiliki pengalaman kerja mumpuni di dunia industri. Pendidik hanya
mendapatkan ilmu teori dan praktek dari kampus. Sebagaia pendidik yang
ada sekarang hanya memiliki ketrampilan tingkat pemula. Praktisi murni
lebih cenderung terjun langsung ke dunia industri bukan sebagai tenaga
pendidik di sekolah. Prinsip ini bisa dilaksanakan jika pihak industri dan
sekolah saling menjalin kerja sama. Pihak sekolah mendatangkan pendidik
tamu dari pihak industri untuk menjelaskan pengalaman kerja mereka di
dunia industri. Namun karena keterbatasan waktu biasanya kegiatan ini
hanya bisa memberi wawasan tentang dunia industri saja, tidak bisa sampai
pemberian ketrampilan. Pendidikan kejuruan dan vokasional memang tidak
bisa menghasilkan calon tenaga kerja yang benar-benar telah siap masuk
dunia industri. Jadi pihak industri harus memberikan pelatihan khusus ke
calon tenaga kerja.
8. Prinsip 8, Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus
dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut.
Prinsip tidak cocok di Indonesia karena peserta didik belum terjun
langsung ke dunia industri. Saat ini di sekolah sudah ada standar kompetensi
baku yang dipakai sebagai acuan di SMK yaitu SKKD dan Program
Diploma banyak mengacu pada SKKNI. Hal ini sudah cukup memadai,
namun masih ada kendala dalam implementasi di lapangan seperti tidak
standarnya proses pembelajaran antar sekolah dan antar daerah dalam satu
bidang keahlian. Kesulitan lain adalah pada saat uji kompetensi yang juga
tidak standar antar sekolah dan antar daerah karena menggunakan penguji
yang berbeda dan tidak profesional. Seharusnya uji kompetensi dilakukan
oleh satu lembaga khusus dibawah asosiasi industri tertentu, namun secara
kelembagaan hal ini belum bisa diwujudkan sepenuhnya di Indonesia. Masih
banyak sekolah kejuruan yang tidak bisa mendapatkan mitra penguji
kompetensi yang benar-benar kompeten dan layak menjadi penguji.
9. Prinsip 9, Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar.
Secara alamiah prinsip ini mulai berlaku dan diterapkan terutama di
sekolah kejuruan yang memiliki birokrasi lebih fleksibel seperti sekolah
swasta. Prinsip ekonomi supply-demand berlaku saat ini, program keahlian
yang tidak dibutuhkan industri akan dengan sendirinya mendapatkan
peminat yang sedikit. Jika sekolah tidak mampu menyesuaikan dengan
10
cepat, maka besar kemungkinan sekolah akan kesulitan menjaring siswa.
Namun banyak kendala yang harus dihadapi sekolah agar bisa menjadi
sekolah yang mampu selalu memenuhi permintaan pasar kerja. Penghapusan
program keahlian yang ada pasti akan menimbulkan konsekuensi besar dan
menimbulkan kerugian bagi sekolah. Pembukaan program keahlian baru
juga tidak mudah karena mahal dan rumitnya persiapan. Dalam realita,
banyak sekolah yang akhirnya mengorbankan kesiapan penyelenggaraan
demi mengejar permintaan pasar, hal ini sangat berbahaya dan pada akhirnya
akan membuat nama baik sekolah tercemar karena gagal menghasilkan
lulusan yang berkualitas.
10. Prinsip 10, Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan
tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata (pengalaman
sarat nilai).
Secara sistem prinsip ini sudah diterapkan di sekolah kejuruan kita. Ada
Praktek Industri dan Pemagangan di SMK yang diberikan alokasi waktu
cukup panjang hingga 1 tahun. Kesempatan juga dibuka lebar dalam hal
penempatan, bisa diluar kota, luar negeri, dll. Bahkan siswa diperbolehkan
untuk masuk ke industri yang relevansinya kurang dengan jurusan yang
dimiliki. Ini adalah hal yang salah dan tidak sesuai dengan prinsip
pendidikan kejuruan, namun sekolah harus menghadapi kenyataan bahwa
penempatan praktek lapangan siswa sangat sulit. Ini disebabkan kurangnya
jumlah industri yang mau menerima siswa praktek dan semakin banyaknya
jumlah siswa sekolah kejuruan pada saat ini. Sayangnya tidak ada upaya
konkrit untuk memecahkan masalah rasio yang timpang ini dari pemerintah.
11. Prinsip 11, Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan
pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi
tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan oleh sekolah kejuruan, materi
belajar memang disediakan dari sumber yang cukup terpercaya. Ini
disebabkan semakin mudahnya pencarian informasi melalui teknologi
informasi sehingga dimungkinkan penggunaan dokumen untuk belajar yang
berasal dari berbagai sumber. Bahkan saat ini hampir tidak ada perbedaan
materi belajar antar sekolah dan antar daerah karena sumber yang dipakai
sangat banyak dan tersedia bebas. Namun utnuk beberapa jurusan tertentu,
sekolah harus lebih proaktif membangun hubungan dengan industri lokal
karena adanya materi yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
12. Prinsip 12, Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain.
11
Prinsip ini sudah didekati oleh sistem pendidikan kejuruan dengan
adanya pengelompokan jurusan dan program keahlian. Sekolah juga
cenderung membuka program keahlian yang serumpun agar bisa terjadi
efisiensi dalam proses mengajar karena adanya kompetensi atau sub-
kompetensi yang dipakai bersama dalam bidang keahlian yang berbeda.
13. Prinsip 13, Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang efisien
jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan
memang paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan.
Prinsip ini memerlukan banyak sumber daya dalam penerapannya.
Setiap bidang keahlian memerlukan materi, metode belajar dan pendekatan
yang berbeda satu sama lain. Kebutuhan masing-masing jurusan harus
dipenuhi agar hasil dari proses pembelajaran bisa maksimal. Di Indonesia
sudah diterapkan dalam skala tertentu seperti adanya pelajaran Matematika
khusus untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, ada Matematika
khusus bidang Teknologi, dll. Hal yang sama juga sudah diterapkan di
masing-masing rumpun seperti antar jurusan Multimedia dan Animasi ada
pelajaran Gambar Grafis yang sedikit berbeda karena berbeda tujuan.
14. Prinsip 14, Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang
digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan
sifat-sifat peserta didik tersebut.
Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan karena karakter sosial
masyarakat Indonesia yang sangat menghargai hubungan sosial yang
harmonis. Hubungan antara sekolah, guru, siswa dan orangtua siswa
tergolong baik jika dibanding dengan negara lain. Ini adalah hal positif
karena siswa dapat secara positif mengembangkan minat dan bakatnya
karena hubungan guru-siswa berjalan sehat dalam proses belajar. Namun
kendala utama prinsip ini adalah karena banyaknya siswa yang harus diajar
oleh 1 guru, artinya rasio guru-siswa masih sangat timpang sehingga masih
sulit bagi guru untuk dapat memberikan perhatian khusus pada setiap
siswanya.
15. Prinsip 15, Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes. Pada
umumnya manajemen administrasi sekolah di Indonesia relatif fleksibel dan
tidak kaku.
Ini juga berhubungan dengan karakter sosial masyarakat Indonesia yang
mengedepankan rasa saling percaya dan keterbukaan. Bahkan dalam banyak
kasus terlalu fleksibel dan mengabaikan prinsip tertib administrasi. Namun
dengan semakin banyaknya penerapan standar manajemen mutu terpadu di
sekolah, hal ini semakin baik, artinya tetap luwes namun tertib.
12
16. Prinsip 16, Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak
terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi.
Prinsip ini banyak dilanggar.
Prinsip sebaliknya yang justru sering dipakai yaitu, biarpun biaya tidak
cukup yang penting dibuka dulu. Ini adalah prinsip yang salah namun justru
menjadi mainstream di kalangan sekolah kejuruan. Pembukaan sekolah
kejuruan membutuhkan dana sangat besar, pemerintah saat ini tidak bisa
memenuhi seluruh kebutuhan di seluruh penjuru Nusantara, demikian juga
swasta. Hanya beberapa sekolah saja, baik negeri maupun swasta, yang
mampu membiayai sekolah yang dikelola secara memadai, sebagian besar
lainnya tidak didukung sumber pembiayaan yang cukup.
13
3. Prinsip 12 yaitu setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya. Pendidikan kejuruan di Indonesia sudah
menerapkan prinsip ini yang cenderung membuka program keahlian yang
serumpun agar bisa terjadi efesiensi dalam proses pembelajaran karena
adanya kompetensi dan sub kompetensi yang dipakai bersama dalam bidang
keahlian yang berbeda. Misal teknik komputer dan jaringan serumpun dengan
rekayasa perangkat lunak.
4. Prinsip 14 yaitu pendidikan kejuruan akan efesien jika metode pengajaran
yang digunakan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan
sifat-sifat peserta didik tersebut. Prinsip ini sangat cocok di Indonesia karena
budaya masyarakat Indonesia sangat menghargai hubungan sosial. Hubungan
siswa, guru, pihak sekolah dan wali siswa termasuk dalam golongan yang
sangat baik. Ini sangat membantu pendidik untuk mengetahui setiap karakter
setiap peserta didik yang dapat mengembangkan soft skill dalam diri peserta
didik.
14