Anda di halaman 1dari 8

MENGINTEGRASIKAN IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL

DI SUSUN OLEH :
(KELOMPOK 5)

- NURUL AINUN MUNAWAROH ( 210501500016)


- AIMAR AKBAR (210501501048)

Dosen Mata Kuliah PAI

Sukmawati, S.Ag, M.Pd.I


PEMBAHASAN MATERI :

01
Konsep pembelajaran
Mengintegrasikan iman,islam,dan
ihsan dalam membentuk insan kamil
{manusia sempurna}.

02 Cara membedakan imam, islam dan


ihsan dalam membentuk islam kamil

Alasan Mengapa Iman, Islam, dan


Ihsan Menjadi Persyaratan dalam
Membentuk Insan Kamil. 03
RANGKUMAN TENTANG BAGAIMANA
04 MENJADI INSAN KAMIL

Kesimpulan dan saran


05
Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan
Ihsan
Konsepdalam Membentuk
pembelajaran Insan Kamil
Mengintegrasikan iman,islam,dan ihsan
( Manusia Sempurna
dalam membentuk ) muhyidin
insan kamil Ibn Araby (abad ke-13
{manusia sempurna}.
M) adalah orang pertama yang mengemukakan istilah
insan kamil. Kemudian Syekh Fadhlullah menyebut
insan kamil sebagai proses tanazzul (turun) terakhir
Tuhan.
Maksudnya, sebagaimana pandangan Ibn Araby,
untuk dapat kembali kepada Tuhan, maka seseorang
haruslah mencapai martabat insan kamil. Apa
persyaratan seseorang untuk mencapai derajat insan
kamil? Jika keislaman, keimanan dan keihsanan
merupakan syarat-syarat utama, lalu kualitas Islam,
iman dan ihsan yang bagaimanakah yang dapat
mengantarkan seseorang mencapai martabat insan
kamil? Ihsan dan insan kamil mungkin merupakan dua
Cara membedakan imam, islam dan ihsan dalam membentuk islam kamil

Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga


terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya. Iman
lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. ¤Islam adalah
sikap aktif untuk berbuat/beramal. ¤ihsan merupakan perwujudan dari
iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman
dan islam itu sendiri.

Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan. a) Tingkat


Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya. b) Tingkat menengah (
at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat
kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar –
ramaniyyah ). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah
meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal – hal yang gaib
telah dibukakan Tuhan kepadanya. c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada
tinhgkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh.
Iapun telah dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir.
Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi
Persyaratan dalam Membentuk Insan Kamil.

Karena Insan kamil adalah manusia yg sempurna..


ya meskipun tidak ada manusia yg sempurna
(kecuali nabi) namun Islam,iman dan Ihsan akan
membentuk insan kamil itu sendiri menjadi manusia
yg lebih sempurna. Ia Islam (berserah diri terhadap
aturan Allah). Ia Iman (Mengimani Allah itu
ada,mengimani rukun² iman). Ia Ihsan (berbuat baik
seolah ia melihat Allah dan dilihat Allah).
Dari mengamalkan 3 hal tersebut, maka dia akan
terbentuk menjadi insan kamil
RANGKUMAN TENTANG BAGAIMANA MENJADI INSAN KAMIL
Untuk menapaki jalan insan kamil
terlebih dahulu kita perlu mengingat
kembali tentang 4 unsur manusia yaitu
jasad atau raga, hati, roh dan rasa.
Keempat unsur manusia ini harus di
fungsikan untuk menjalankan kehendak
allah. Hati nurani harus dijadikan
rajanya dengan cara selalu mengingat
tuhan. Jika sudah secara benar
menjalankan 4 unsur tersebut, lalu
mengkokohkan keimanan,
meningkatkan peribadatan, dan
membaguskan perbuatan, sekaligus
menghilangkan karakter-karakter yang
buruk.
Kesimpulan
kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan
jika dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan
dari Iman dan Islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari
kadar Iman dan Islam itu sendiri 1. Iman, islam dan ihsan
merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits nabi
diatas. 2.Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena
seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah
cukup tanpa dibarengi dengan iman

Kritik dan Saran


Kesimpulan, Penulis bersedia menerima kritik dan saran yang
kritik & saran positif dari pembaca. Penulis akan menerima kritik dan
saran tersebut sebagai bahan pertimbangan yang
memperbaiki makalah ini di kemudian hari. Semoga
makalah berikutnya dapat penulis selesaikan dengan
hasil yang lebih baik lagi.
Sekian,dan terimah kasih.

Anda mungkin juga menyukai