Anda di halaman 1dari 11

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI

PENDIDIKAN AGAMA
WABARAKATUH.

ISLAM
REG C 19
PENDIDIKAN KIMIA

DOSEN PENGAMPU :
Helty, S.Pd., M.Pd
KELOMPOK 1

Faradhilla Bonita Miken Pestiya


A1C119085 A1C119069
Wilyanda Rezeki
A1C119024
INTEGRASI ANTARA
IMAN, ISLAM DAN IHSAN
Urgensi islam, iman dan ihsan dalam membentuk Insan Kamil

Menurut Ibnu Araby, ada dua tingkat manusia dalam mengimani tuhan. Pertama, tingkat
ihsan kamil. Mereka mengiman tuhan dengan cara penyaksian. Artinya mereka “ menyaksikan tuhan
, mereka menyembah tuhan yang disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya.
Mereka mengimani tuhan dengan cara pendefisian. Artinya, mereka tidak menyaksikan tuhan, tetapi
mereka mendefiniskan tuhan. Mereka mendefinisikan tuhan berdasarkan sifat sifat dan nama nama
tuhan (asmaul husna).

Abdulkarim Al-jilli membagi ihsan kamil atas tiga tingkatan.


1. Tingkat permulaan (albidayah). Pada tingkat ini ihsan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat sifat ilahi pada dirinya.
2. Tingkat menengah (attawasuth). Pada tingkat ini ihsan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih tuhan (al-haqaiq ar-rahmaniyyah)
3. Tingkat terakhir (al-khitam). Pada tingkat ini ihsan kamil telah dapat merealisasikan citra tuhan
secara utuh. Ia pun telah dapat mengetahui dari rincian dari manusia penciptaan takdir.
Iman adalah “percaya”. Jadi, seseorang dapat
Iman, Islam, dan Ihsan menjadi disebut beriman jika orang itu percaya akan adanya
Allah, percaya akan adanya malaikat malaikatnya,
persyaratan dalam percaya akan adanya kitab kitabnya, percaya akan
membentuk Insan Kamil adanya rasul rasul nya, percaya akan adanya hari
akhir, dan percaya pada takdir baik dan takdir buruk.

Tema ihsan dan insan kamil mungkin


merupakan dua tema yang relatif asing (kurang
diketahui) oleh kaum muslim. “ihsan adalah
menjalankan ibadah seolah seolah kita melihat
Allah, kalau pun kita tidak dapat melihatnya,
Allah melihat kita. “ sampai disini saja
pengetahuan orang orang islam kebanyakan
tentang ihsan.

Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa di dalam


sikap ihsan sudah terkumpul di dalamnya iman dan
Islam. Oleh karena itu, orang yang bersikap ihsan itu
lebih istimewa dibandingkan orang-orang mukmin
yang lain, dan orang yang mukmin itu juga lebih
istimewa dibandingkan muslim yang lain.
Sumber teologis, storis dan filosofi tentang iman , islam dan
ihsan

No. Unsur Ilmu Objek kajian


1. Islam Syariat Lima rukun islam
2. Iman Akidah Enam rukun iman
3. Ihsan Akhlak Bagusnya akhlak sebagai buah dari
keimanan dan peribadatan.
Masalah keimanan adalah masalah fundamental dalam islam. Jangan sampai manusia merasa sudah
beriman, padahal iman nya keliru karna tidak sejalan dengan kehendak allah.seperti yamg tertera dalam QS
saba/34:51-54, artinya “dan (ala ngkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang orang
kafir)terperanjat ketakutan (pada hari kiamat). maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka
ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka). dan (diwaku itu )mereka berkata,”kami beriman
kepada alllah”. Bagaimana mereka dapat mencapai keimanan dari tempat yang jauh itu? Dan sesungguhnya
telah mengingkari allah sebelum itu,dan mereka menduga duga tentang yang gaib dari tempat yang jauh.dan
dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini sebagai mana yang dilakukan terhadap orang orang
yang serupa dengan mereka pada masa lalu. Sesungguhnya mereka dahulu didunia dalam keraguan yang
mendalam.”
Sumber teologis,historis,dan filosofis konsep insan kamil

Istilah insan kamil (manusia sempurna) pertama kali dikenalkan oleh syekh ibnu araby
(abad ke 14). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan kamil dan monster setengah
manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah menanggalkan kemonsterannya. konsekuensinya
diluar kedua jenis manusia ini ada manusia yang sedang berproses menanggalkan kemonsterannya
dalam membentuk insan kamil.

a. konsep manusia dalam alquran.

Kajian ini bertujuan menjelaskan term manusia dalm alquran ada tiga term yang biasa di
terjemahkan sebagai manusia dalam al quran , yakni basyar,al- insan,an- nas. Dalam banyak
tulisan basyar disebut sebagai dimensi jasmania, al-insan dimensi psikologis rohania,dab an- nas
dimensi sosiologis kemasyarakatan dari manusia.
b. Unsur unsur manusia pembentuk insan kamil

Pertama Kedua Ketiga

• Panca indra memiliki • Nur Ilahi. Ketika Al-Ghazali


keterbatasan, dan tidak bisa • Akal. metode ini, dengan
cara yang sama, sembuh dari sakitnya (setelah
mencapai “pengetahuan yang lama merenungkan dan
benar, setelah dinilai oleh akal. seharusnya orang pun
menilai tingkat kebenaran mencari guru untuk
akal. Orang seharusnya mendapatkan jawaban tentang
menggunakan cara yang ”Siapakah Tuhan yang
sama dengan cara yang disembah itu?”), ia menuturkan,
digunakan oleh akal ketika ”Kesembuhannya dari sakit
menilai kekeliruan karena adanya nur Ilahi yang
pancaindra. menembus dirinya.”
Argumen tentang karakteristik
insan kamil dan metode
pencapainnya

Dengan merujuk kepada seluruh ayat


Al-Quran tentang term “manusia”
ternyata untuk dapat selamat kembali
kepada Tuhan (masuk surga-Nya) kita
harus melepaskan kemanusiaan (dalam
arti basyar, al-insān, dan an-nās). Kita
harus mencapai derajat insan kamil.
Untuk itu, kita perlu mengenali struktur
manusia agar kita dapat
mengembangkan diri untuk mencapai
derajat insan kamil.
1. Jasad
2. Hati nurani
3. Roh
4. Sirr (rasa)
Untuk mencapai derajat insan kamil, kita harus dapat menundukkan nafsu dan syahwat hingga mencapai tangga nafsu
muthma`innah, sebagaimana firman-Nya:

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS AlFajr / 89:27-30)
Ulama sufi, antara lain Imam Ghazali (1989), menjelaskan tujuh macam nafsu dan tangga tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Nafsu Ammārah
b. Nafsu Lawwāmah,
c. Nafsu Mulhimah,
d. Nafsu Muthma`innah,
e. Nafsu Rādhiyah,
f. Nafsu Mardhiyyah
g. Nafsu Kāmilah,
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai