Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK MI


Memahami Sifat-Sifat Allah dan Nabi

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Mahluddin,M.Pd. I
DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
1. Nabila Qotrunada (204200049)
2. Imroatul Muhayyanah (204200048)
3. Putri Hariani (204200054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kami berupa iman, ihsan maupun Kesehatan
dan Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabat dan semua umat yang mengikuti petunjuknya.

Kehadiran makalah ini diharapkan dapat melengkapi tugas mata kuliah “Pembelajaran
Akidah Akhlak MI”. Materi-materi yang disajikan dalam makalah ini, disaring dari berbagai
referensi yang memuat informasi mengenai “Sifat-sifat Allah dan Nabi”. Diharapkan pembaca
dapat memahami dengan baik dan benar.

Kami menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna, masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu, kami mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan
makalah ini.

Jambi, 08 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A Pengertian iman dan sifat Allah ...................................................................................... 3

B. Sifat-sifat Allah terbagi menjadi sifat tsubutiyah dan sifat salbiyah .............................. 4

C. Sifat-sifat Wajib bagi Allah. ........................................................................................... 5

D. Sifat-Sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam ................................... 7

E. Implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad SAW sebagai karakter Islam. ... 9

F. Keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad Saw ............................................. 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran .............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat yang menunjukkan dan sekaligus
memberitahukan, menggambarkan dan membuktikan kesempurnaan-Nya Allah. Allah SWT
melakukan pilihan-pilihan sesuai kehendak-Nya untuk memberikan pahala atau memberikan
siksa, mencipta atau tidak mencipta, memberi petunjuk atau tidak memberikannya dan
sebagainya. Allah melakukan perbuatan-perbuatan yang layak bagi-Nya dan sesuai dengan
kehendak dan kekuasaan-Nya. Apapun yang terdapat pada diri Allah dan keluar dari-Nya
adalah kehendak, kekuasaan, kesempurnaan dan milik Allah yang Maha suci. Itulah sifat Allah
yang Maha sempurna dan meliputi segala sesuatu.
Melalui pemahaman sifat-sifat Allah sebagai kesempurnaan bagi-Nya dapat membantu
meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Sesungguhnya keimanan manusia itu yazid wa
yankus (naik turun). Oleh karena itu agar keimanan manusia bisa yazid dan tidak yankus maka
manusia harus memahami sifat-sifat Allah, keajaiban-keajaiban alam dan seluruh isi alam
jagad raya ini milik Allah SWT.
Agama Islam berisi ajaran yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik
sebagai hamba Allah, individu, anggota masyarakat maupun sebagai makhluk dunia. Termasuk
di dalamnya masalah kepemmpinan. Kepemimpinan dalam Islam pada dasarnya aktivitas
menuntun, memotivasi, membimbing, dan mengarahkan agar manusia beriman kepada Allah
SWT, dengan tidak hanya mengerjakan perbuatan atau bertingkah laku yang diridhai Allah
SWT. Islam sangat cermat dalam menetapkan pemimpin yang akan menjadi teladan yaitu
menyuburkan dan membangun kepribadian Muslim. Salah seorang pemimpin yang memenuhi
kualitas seperti itu, bagi seluruh umat Islam adalah Nabi Muhammad SAW. Pengangkatan
beliau sebagai Rasul Allah SWT itu selain untuk memimpin umat manusia adalah juga untuk
seluruh alam.
Kepribadian yang sempurna yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Allah, sebagai kepribadian yang terpuji dan sempurna, terkenal dengan sebutan sifat-sifat wajib
bagi Rasul Allah yang meliputi shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.Nabi Muhammad SAW
merupakan pintu utama bagi setiap hamba yang ingin membangun
kepribadian rabbani tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iman dan sifat Allah ?
2. Bagaimana sifat-sifat Allah yang tsubutiya dan salbiyah ?
3. Apa saja sifat-sifat wajib bagi Allah ?
4. Apa saja ayat-ayat al-quran yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah ?
5. Bagaimana sifat-sifat Nabi Muhammad SAW sebagai karakter Islam?
6. Bagaimana implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad
SAW sebagai karakter Islam ?
7. Bagaimana keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad SAW?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian iman dan sifat Allah.
2. Untuk mengetahui dan memahami sifat-sifat Allah yang stubutiyah dan salbiyah
supaya yazid keimanan manusia.
3. Untuk mengetahui dan memahami sifat-sifat wajib bagi Allah agar bertambah
.keimanan manusia dengan mempelajari sifat-sifat wajib bagi Allah tersebut.
4. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah.
5. Untuk mengetahui sifat-sifat Nabi Muhammad SAW sebagai karakter Islam
6. Untuk mengetahui implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad
SAW sebagai karakter Islam.
7. Untuk mengetahui keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad SAW.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian iman dan sifat Allah
Iman dari segi bahasa berarti percaya. Berasal dari bahasa arab
‫ ِا ْي َمانًا‬- ُ‫اَ َمنَ – يُؤْ مِ ن‬
Menurut istilah:
‫َان‬ ْ ‫ع َم ٌل ِب‬
ِ ‫األرك‬ َ ‫ان َو‬
ِ ‫س‬ ٌ ‫ص ِد ْي ُق ِب ْال َق ْلبُ َواِ ْق َر‬
َ ‫ار ِبالِل‬ ْ َ ‫اَإل ْي َما ُن ه َُو ت‬
Artinya: “iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
memperbuat dengan anggota badan (beramal).”
Iman itu terdiri atas tiga tingkatan:
a. Tingkatan mengenal. Pada tingkatan pertama ini seseorang baru mengenalsesuatu yang
diimani.
b. Tingkatan kesadaran. Pada tingkat kedua ini iman seseorang sudah lebih tinggi, karena
sesuatu yang diimani didasari oleh alasan-alasan tertentu.
c. Tingkatan haqqul yaqin. Tingkat ini adalah tingkatan iman yang tertinggi. Seseorang
mengimani sesuatu tidak hanya mengetahui dengan alasan-alasan tertentu, tetapi
dibarengi dengan ketaatan dan berserah diri kepada Allah.1
Adapun “Sifat” (sifah) adalah nama yang menunjukkan pada sebagian keadaan dari dzat 2 dan
sifat tersebut merupakan sesuatu yang terjadi dengan mengambil sesuatu dari dzat tersebut,
seperti ilmu kekuasaan dan sebagainya.”3
Ibnu Faris mengatakan: sifat adalah al-amarah (tanda-tanda) yang lazim untuk sesuatu. 4 Ia
juga mengatakan: “sifat (na’t) adalah penyebutan (penjelasan) mengenai sesuatu dengan
kebaikan yang ada di dalamnya.”5
Sifat-sifat Allah seluruhnya sifat sempurna yang tidak memiliki kekurangan sedikitpun dalam
segala aspeknya.. seperti sifat Al Hayah (hidup). Al Ilmu (berilmu), Al Qudrah (berkuasa), As
Sam’u (mendengar), Al Bashar (melihat), dan lain-lainnya.
Sifat-sifat di atas semuanya sempurna ditinjau dari segala aspeknya. Ini berdasarkan dalil
wahyu, akal maupun fitrah manusia.

1
H. Masan AF, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11,(Semarang: Karya Toha putra,2009), hal.4
2
“Al-Ta’rifat” (h. 133)
3
“Al-Kulliyat” (h. 546)
4
“Mu’jam Maqayis al-Lughah” (5/448)
5
Ibid., (6/115)

3
B. Sifat-sifat Allah terbagi menjadi sifat tsubutiyah dan sifat salbiyah
1. Sifat Tsubutiyah
Sifat tsubutiyah adalah sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah menjadi sifat diri-Nya di
dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah. Sifat ini semuanya sifat yang sempurna, tidak
sedikitpun memiliki kekurangan. Yang termasuk sifat-sifat tsubutiyah misalnya: sifat Al-
Hayah (hidup), ilmu, Qudrah (berkuasa), Istiwa’ ‘alal Arsy (bersemayam di atas Arsy), Nuzul
(turun) ke langit dunia, mempunyai wajah, mempunyai dua tangan, dan lain-lain.6
Sifat tsubutiyah ini terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Sifat Dzatiyah adalah sifat yang senantiasa dan selamanya ada pada Allah. Yang
termasuk sifat-sifat dzatiyah adalah Al Ilmu (mengetahui), Al Qudrat (berkuasa), Al
Hikmah (bijaksana), Al ‘Uluw (tinggi) dan Al ‘Azhamah (agung).vSifat dzatiyah ada
yang berupa sifat khobariyah, seperti Allah mempunyai wajah, mempunyai dua tangan
dan mempunyai dua mata.
2) Sifat fi’liyah adalah sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan perbuatan-Nya, jika
berkehendak, maka Dia akan melakukan, dan jika tidak, maka Dia tidak melakukannya.
Yang termasuk sifat-sifat fi’liyah misalnya Allah bersemayam di atas Arsy-Nya, Allah
turun ke langit dunia, dan sebagainya. Terkadang satu sifat bisa termasuk sifat dzatiyah
sekaligus sifat fi’liyah. Seperti sifat kalam (berbicara). Ditinjau dari asal sifatnya, sifat
Al Kalam adalah dzatiyah karena Allah senantiasa berbicara, tetapi jka ditinjau dari
peristiwanya, maka Al Kalam merupakan sifat fi’liyah karena Allah berbicara jika Dia
menghendaki kapan dan bagaimananya.
Semua sifat yang berhubungan dengan kehendak Allah selalu mengikuti hikmah-Nya.
Terkadang hikmah tersebut bisa kita ketahui, namun terkadang tidak mampu kita ketahui,
tetapi kita harus tetap meyakini bahwa Allah berkehendak sesuai dengan hikmah-Nya. Ini
diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya:

َ َ‫َللا َكان‬
‫علِي ًما َحكِي ًما‬ ّ ‫َو َما تَشَا ُءونَ ِإال أ َ ْن َيشَا َء‬
َ ّ ‫َللاُ ِإ ّن‬
“Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki oleh Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” (Q.s. Al Insan:30) 7
2. sifat salbiyah
Sifat salbiyah adalah sifat-sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya, baik dalam al-quran maupun
hadits. Sifat salbiyah semuanya sifat kekurangan dan tercela yang tidak layak dinisbatkan
kepada Allah. Yang termasuk sifat salbiyah misalnya sifat Al Maut (mati), An Naum (tidur),
Al Jahlu (bodoh), An Nisyan (lupa), Al ‘Ajzu (lemah), At Ta’ab (lelah).
Sifat-sifat salbiyah ini wajib dinafikan dari Allah, berdasarka penjelasan di atas, namun harus
disertai dengan menetapkan kebalikan dari sifat-sifat tersebut yang sempurna. Hal itu karena

6
Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah,
2003), h. 72
7
Al utsman syaikh M. bin Sholeh, Al Qowa’idul Mutsla memahami nama dan sifat Allah, (yogyakarta: hidayah,
2003), h. 88-89

4
yang dimaksud dengan meniadakan sifat salbiyah tidak lain adalah menjelaskan tidak adanya
sifat-sifat tersebut disebabkan adanya kesempurnaan lawan sifat tersebut. Jadi, bukan sekedar
meniadakan saja. Sebab penafian tersebut tidak akan menghasilkan sesuatu yang sempurna jika
tidak mengandung sesuatu yang menunjukkan kesempurnaan. Contoh sifat salbiyah dalam
firman Allah:
‫علَى ْال َحي ِ يَ ُموتُالالّذِي‬
َ ‫َوت ََو ّك ْل‬
“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal), yang tidak mati.” (Q.s. Al Furqan:58)
Peniadaan sifat kematian pada ayat di atas mengandung penetapan sifat hidup yang sempurna
bagi Allah.
C. Sifat-sifat Wajib bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Dzat Allah sebagai kesempurnaan bagi-
Nya. Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. Dari 20
sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
1) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Sifat nafsiyah ini
hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).
2) Sifat Salbiyah yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat
yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada
lima, yaitu:
a. Wujud
b. Qidam (dahulu)
c. Baqa’(kekal)
d. Mukhalafatul lil-hawadis (berbeda dengan yang baru)
e. Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri)
f. Wahdaniyah (keesaan)
3) Sifat Ma’ani yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh, yaitu:
a. Qudrah (berkuasa)
b. Iradat (berkehendak)
c. ‘llmu (mengetahui)
d. Hayat (hidup)
e. Sama’ (mendengar)
f. Basar (melihat)
g. Kalam (berbicara)
4) Sifat Ma’nawiyah adalah kelaziman dari sifat Ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat
berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat Ma’nawiyah. Jumlah sifat
ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1. Qadiran ( Maha berkuasa)
2. Muridan (Maha berkehendak)
3. ‘Aliman (Maha mengetahui)

5
4. Hayyan (Maha hidup)
5. Sami’an (Maha mendengar)
6. Basiran (Maha melihat)
7. Mutakalliman (Maha berbicara)
Sifat mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada Allah
Adapun sifat-sifat mustahil tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sifat mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam (tidak ada)
b. Sifat mustahil dari sifat salbiyah ada lima, yaitu:
1. Hudus (baru)
2. Fana’ (rusak)
3. Mumatsalatuhu lil-hawadis (sama dengan makhluknya)
4. Ihtiyajuhu li gairih ( membutuhkan yang lain)
5. Ta’addud (berbilang)
c. Sifat mustahil dari sifat Ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajz (tidak mampu)
2. Karahah ( dipaksa)
3. Jahl (bodoh)
4. Maut (mati)
5. Samam (tuli)
6. Umy (buta)
7. Bukm (bisu)
d. Sifat mustahil dari sifat Ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajizan
2. Mukrahan
3. Jahilan
4. Mayyitan
5. Asamm
6. A’ma
7. Abkam

6
D. Sifat-Sifat wajib Nabi Muhammad Saw sebagai karakter Islam
Dalam Islam, suri tauladan yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi Muhammad
Saw, seorang yang mempunyai sifat-sifat yang yang selalu terjaga dan dijaga oleh Rasulullah
Saw. Sifat-sifat yang ada pada diri Nabi Muhammad Saw juga terdapat pada diri rasul-rasul
1. Shidiq (Benar)
Shiddiq adalah hadirnya suatu kekuatan yang dapat melepaskan diri dari sikap dusta atau tidak
jujur terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang lain.8
Nabi Muhammad Saw mempunyai banyak sifat yang membuatnya disukai oleh setiap orang
yang berhubungan dengannya dan yang membuatnya menjadi pujaan para pengikutnya.
Sewaktu muda, semua orang Quraisy menamakannya “shidiq” dan “amin”. Beliau sangat
dihargai dan dihormati oleh semua orang termasuk para pemimpin Mekkah. Nabi memiliki
kepribadian dan kekuatan bicara yang demikian memikat dan menonjol sehingga siapa pun
yang pergi kepadanya pasti akan kembali dengan keyakinan, ketulusan dan kejujuran pesannya.
Hal ini dikarenakan, Nabi Muhammad Saw hanya mengikuti apa yang diwahyukan pada
beliau. Dalam kepemimpinan berarti semua keputusan, perintah dan larangan beliau, agar
orang lain berbuat atau meninggalkannya pasti benar karena Nabi bermaksud mewujudkan
kebenaran dari Allah Swt.
Peranannya sebagai seorang Rasul dan pemimpin telah diberikan oleh Allah sebuah kitab
sebagai penguat misinya itu. Nabi Muhammad Saw teladan umat telah ditonjolkan oleh Allah
sebagai manusia pilihan, oleh karena itu sunnahnya, cara hidupnya menjadi satu-satunya
perilaku yang sah bagi kaum muslim. Sebagaimana sabda Nabi Saw
2. Amanah (Dapat dipercaya)
Yaitu segala sesuatu yang dipercayakan kepada manusia, baik yang menyangkut dirinya, hak
orang lain, maupun hak Allah SWT, atau sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang dinilai
memiliki kemampuan untuk mengembannya. Arti sesungguhnya dari penyerahan amanah
kepada manusia adalah Allah SWT percaya bahwa manusia mampu mengemban amanah
tersebut sesuai dengan keinginan Allah SWT.9
Karakter yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana karakter yang dimiliki
Rasul yaitu sifat dapat dipercaya. Beliau jauh sebelum menjadi Rasul pun sudah dibeli gelar al-
Amin (yang dapat dipercaya). Sifat amanah inilah yang dapat mengangkat posisi Nabi di atas
pemimpin yang benar-benar bertanggung jawab pada amanah, tugas, dan kepercayaan yang
diberikan Allah Swt. Yang dimaksud amanah dalam hal ini adalah apapun yang dipercayakan
kepada Rasulullah Saw meliputi segala aspek kehidupan, baik politik, ekonomi, maupun
agama.
Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW memberi bukti bahwa beliau adalah
orang yang dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan

8
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Jogjakarta, DIVA Press, 2008, hlm 154.
9
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Op cit., hlm 157

7
sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang
harus disampaikan.
Sifat amanah yang ada pada diri Nabi Muhammad SAW begitu kuatnya, hingga apapun yang
dilakukannya hanyalah semata-mata berasal dari perintah Allah untuk umatnya. Kemiskinan
yang beliau alami adalah sebagai bukti bahwa beliau benar-benar hanya memikirkan tugasnya
untuk memimpin umatnya. Beliau tidak pernah takut kemiskinan, karena semenjak menjadi
Rasul keseluruhan hidupnya hanya untuk menyebarkan syiar Islam yang telah menjadi
amanahnya.
3. Tabligh (Menyampaikan)
Dalam makna bahasa, tabligh berati menyampaikan sedangkan dalam makna istilah adalah
menyampaikan ajaran-ajaran Islam yang diterima dari Allah SWT kepada umat manusia untuk
dijadikan pedoman dan dilaksanakan agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Isi yang
utama dan pokok aktivitas tabligh adalah amar ma’ruf nahi munkar (perintah untuk
mengerjakan yang baik dan larangan untuk mengerjakan perbuatan yang keji) serta mengajak
beriman kepada Allah SWT.
Panggilan menjadi Rasul bagi Nabi Muhammad SAW ketika berusia 40 tahun adalah bukti
bahwa beliau seorang penyampai risalah Tuhan. Kunjungan Malaikat Jibril yang
memerintahkan beliau membaca wahyu dari Allah, ternyata juga merupakan pemberitahuan
pengangkatan beliau menjadi seorang Rasul Allah. Tidak ada surat keputusan atau simbol lain
yang dapat beliau tunjukan, sebagai bukti kerasulan. Wahyu pertama yang turun pada tanggal
17 Ramadhan, yakni surat Al-Alaq 1-5 adalah sebagai buktinya. Sejak itulah beliau menjadi
utusan beliau menjadi utusan Allah, dengan tugas menyeru, mengajak dan memperingatkan
manusia agar hanya menyembah kepada Allah SWT.
4. Fathonah (Cerdas)
Nabi Muhammad SAW yang mendapat karunia dari Allah dengan memiliki kecakapan luar
biasa (geniusgenius abqariyah) dan kepemimpinan yang agung (genius leardership-qiyadah
abqariyah) sebagai pahala berganda sepanjang masa, dituduh oleh kaum musyrikin dan musuh-
musuh lainnya dengan tuduhan keji, yaitu beliau dikatakan gila.
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin umat memang telah dibekali
kecerdasan oleh Allah SWT. Kecerdasan ini tidak saja diperlukan untuk memahami dan
menjelaskan wahyu Allah SWT. Kecerdasan dibekalkan juga karena beliau mendapat
kepercayaan Allah SWT untuk memimpin umat, karena agama Islam diturunkan untuk seluruh
manusia dan sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Sesuai dengan kesaksian sejarah, bukti-bukti Al-quran dan berbagai petunjuk yang diambil dari
sejarah Islam beliau adalah seorang ummi tidak dapat baca dan tulis, maka dapat dikatakan
bahwa pikiran Rasulullah SAW sama sekali tidak pernah tersentuh oleh ajaran manusia. Beliau
hanya diajar pada sekolah illahi dan menerima pengetahuan dari Allah sendiri. Oleh karenanya
kecerdasan beliau di luar batas manusia biasa bahkan melebihi nabi-nabi yang lain. Kecerdasan
beliau merupakan suatu hikmah yang dianugerahkan Allah kepada beliau dengan sifat kearifan
yang selalu ditampakkan.

8
E. Implementasi nilai-nilai sifat wajib Nabi Muhammad SAW sebagai karakter Islam
Kandungan akhlak mulia yang melekat pada sifat-sifat para Nabi, khususnya Nabi Muhammad
SAW hendaknya dapat menjadi pedoman praktis bagi kaum muslimin dalam berkeyakinan,
berfikir, bersikap, berperilaku, berpenampilan, bertindak dan menjadi sumber inspirasi serta
refleksi sehingga kepribadian kita semakin kuat menghadapi tantangan di tengah-tengah medan
kehidupan. Hal ini baik diterapkan dalam kehidupan individu dengan Tuhannya, individu
dengan dirinya sendiri (nurani), individu dengan lingkungan keluarga, individu dengan
lingkungan kerja atau organisasi, individu dengan lingkungan sosial atau masyarakat, dan
individu dengan lingkungan lingkungan alam semesta.
Dibawah ini bentuk implementasi dari sifat-sifat Rasulullah Saw yaitu
1. Sidhiq
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Meyakini sepenuh hati bahwa setiap kebohongan, pemalsuan, penipuan merupakan
bentuk penghianatan dan kemunafikan yang dapat menjatuhkan martabat dirinya di
hadapan Allah dan merusak reputasinya di hadapan mahkluk-Nya.
b. Melaksanakan tugas-tugas atau tanggung jawabnya
sebagai abdullah dan khalifatullah dengan integritas yang tinggi, dan karenanya
bersikap tidak mengenal kompromi terhadap segala bentuk kebatilan.
c. Berkeyakinan, berpikir, bersikap, berperilaku, berpenampilan, dan bertindak
berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.
d. Berusaha meningkatkan kualitas dirinya untuk menjadi yang terbaik, benar, jujur,
profesional, berakhlak mulia, dan bertanggung jawa di tengah-tengah lingkungan
agamanya, lingkungan keluarganya, lingkungan kerja/organisasinya, lingkungan
sosial/masyarakatnya, dan lingkungan alam semestanya.
2. Amanah
Setiap muslim hendaknya melakukan hal-hal berikut :
a. Menyadari sepenuh hati bahwa hidup itu amanah. Sehingga, dalam setiap
aktivitasnya, beribadah, belajar, dan bekerja, ia akan selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas pencapaiannya dengan penuh kesungguhan dan rasa tanggung
jawab yang tinggi.
b. Bekerja dengan sikap saling menghormati kapasitas orang lain, partisipatif, dan
kooperatif untuk mencapai hasil kerja kelompok yang optimal dan berkualitas.
c. Tidak pernah mengkomersialkan status atau potensi dirinya, pangkat atau jabatannya,
serta tidak memanipulasi dan memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi dengan
dengan cara KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), karea hal itu merupakan
penghianatan terhadap amanah Allah.
d. Berteguh hati dan penuh rasa tanggung jawab memelihara agama, kehormatan
keluarga, harta dan jiwa, serta kemaslahatan orang banyak yang merupakan amanah
pada diri setiap muslim.

9
3. Tabligh
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Mempunyai jiwa dan potensi kepemimpinan yang unggul, karismatik, dan
menunjukkan keteladanan (uswatun hasanah), sehinggga dirinya menjadi panutan,
baik di lingkungan keluarga, agama, kerja/organisasi, maupun dalam pergaulannnya di
masyarakat dan alam semesta.
b. Menyadari bahwa dirinya adalah khalifah Allah di permukaan bumi yang senantiasa
harus menunjukkan sikap, perilaku, dan tindakan yang sesuai dengan prinsip
kepribadian rabbani.
c. Menjadikan proses belajar dan mengajar sebagai upaya meningkatkan kualitas kerja
dan pelayanan. Melalui proses tersebut, dirinya terpanggil untuk senantiasa berbagi
ilmu pengetahuan, kiat-kiat sukses, dan pengalaman kepada keluarga, mitra kerja atau
organisasi, mitra usaha, dan mitra-mitra lainnya tanpa merasa takut tersaingi.
d. Mampu menghargai pendapat orang lain dan sikap terbuka (open soul, open heart,
open minded, open management), menyikapi perbedaan pendapat dengan lapang dada,
dan berkomunikasi dengan penuh empati, dengan dasar akhlak mulia dan kasih sayang
karena Allah Swt.
4. Fathonah
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Melaksanakan tugas-tugas dengan standar kualitas tinggi sesuai dengan visi dan misi
iman, Islam dan ihsan. Hendaknya ia selalu mawas diri dan penuh tanggung jawab.
b. Menyadari sepenuh hati bahwa berdisiplin tinggi dan memetuhi peratuan Allah dan
Rasul-Nya merupakan bagian dari sikap dan cara kerja islami. Hal ini akan
membangkitkan rasa pengabdian yang tinggi kepada Allah SWT.
c. Berusaha untuk menempatkan diri sebagai bagian dari khairunnas anfa’uhum
linnas (sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya),
bekerja secara kreatif dan inovatif untuk menemukan dan mengembangkan berbagai
bentuk produk, karya dan pelayanan (jasa) yang unggul.
d. Meningkatkan akhlakul karimah, kecerdasan, skill, dan kemampuannya secara
totalitas sebagai upaya untuk menempatkan diri sebagai seorang profesional di
bidangnya.
5. Istiqomah
Setiap muslim hendaknya senantiasa melakukan hal-hal berikut :
a. Bekerja dengan sikap atau pendirian yang teguh serta optimal, mempunyai daya
juang, dan pantang menyerah terhadap segala bentuk tekanan yang dapat
memengaruhi pelaksanaan tugas-tugasnya.
b. Bersikap dan bertindak bijaksana dalam mengambil keputusan serta dalam melayani
keluarga, mitra kerja, mitra usaha, dan bentuk hubungan lainnya. Ia senantiasa
memperhatikan kemaslahatan dan keselamatan bersama.

10
c.
Bekerja dengan niat, iktikad, tujuan, dan maksud yang jelas. Ia berusaha dengan
konsisten dan konsekuen serta sungguh-sungguh mencapai target yang hakiki, yakni
ridha Allah, cinta Allah, dan perjumpaan dengan-Nya.
d. Berteguh hati untuk melaksanakan visi dan misi agama Islam dengan senantiasa
berorientasi pada prestasi kerja, amal dan ibadah.[4]
F. Keutamaan mengikuti dan meniru Nabi Muhammad Saw
Telah menjadi ketentuan bahwa meniru dan mengikuti jejak Rasulullah SAW termasuk
perbuatan mulia dan agung, yang menjadikan seorang muslim berhasrat mempraktekan
perbuatan mulia tersebut, dapat berharap akan kebaikan dunia dan akhirat. Beretika dengan
Rasul SAW merupakan hal yang diwajibkan oleh hukum syariat.[5]Di antara keutamaan
mengikuti dan meniru jejak Rasulullah SAW adalah sebagai berikut :
1. Mengikuti dan meniru jejak Rasulullah SAW dapat menghantar kepada cinta dan
ampunan Allah Swt. Allah berfirman dalam QS Ali Imron ayat : 31 “Katankalah, Jika
kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

2. Hal itu, dapat menghantarkan kepada rahmat Allah SWT yang sangat luas. Allah
SWT berfirman dalam QS Al-A’raaf ayat 156-157 ”Dan rahmat-Ku meliputi segala
sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat
Kami. (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi
yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka.”

3. Maksud dari firman Allah SWT pada Al-Quran surah Al-Fatihah ayat 7 ”(yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka;...” Adalah
mereka yang mengikuti sunnah.10

ss

10
Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Op cit., hlm 96-98.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kedatangan para Nabi, khususnya Nabi Muhammad SAW adalah dalam rangka mendidik,
mengajar, membimbing, dan mengarahkan umat manusia agar kembali ke kepada jalan
Tuhannya. Jalan itu adalah jalan menuju revolusi dan tranformasi kedirian dan kepribadian dari
hewani ke insani, dan dari insani ke rabbani.
Membentuk kepribadian rabbani artinya memproses diri menyerap nilai-nilai ketuhanan,
kenabian dan selanjutnya mengimplementasikannya ke seluruh aspek kehidupan beragama,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nabi Muhammad SAW merupakan pintu utama
bagi setiap hamba yang ingin membangun kepribadian rabbani tersebut.
Meniru dan mengikuti jejak Rasulullah SAW termasuk perbuatan mulia nan agung, yang
menjadikan seorang muslim berhasrat mempraktekan perbuatan mulia tersebut, dapat berharap
akan kebaikan dunia dan akhirat. Di antara manfaatnya yaitu dapat menghantar kepada cinta
dan ampunan Allah SWT, menghantarkan kepada rahmat Allah SWT yang sangat luas,
menjamin diterimanya amal perbuatan, menjamin hidayah dari Allah dan termasuk sunnah
Nabi.

B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaannya makalah kami . semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin

12
DAFTAR PUSTAKA
Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1996, Qowa’idul Mutsla, yogyakarta : media
Hidayah
Al- jibrin, Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz, 2006, Cara Mudah Memahami Aqidah, Jakarta:
Pustaka At-Tazkia.
Al Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, 1995, Syarah Lum’atul I’tiqad, yogyakarta:
Media hidayah .
As-Segaf, Alawi bin Abdul Qadir, 2001, Mengungkapkan Kesempurnaan Sifat-sifat Allah
dalam Alquran dan As-sunnah, Jakarta:Pustaka Azzam.
Drs. H. Masan AF, 2009, Aqidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah kelas V11, Semarang: Karya
Toha Putra.
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership, Jogjakarta, DIVA Press, 2008, hlm
154
Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Bagaimana Mencintai Rasulullah Saw, Jakarta, GEMA INSANI
PRESS, 2002, hlm 96-100.
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Op cit., hlm 157
Rachmat Ramadhanaal-Banjari, Membaca Kepribadian Muslim seperti Membaca Al-Quran ,
Jogjakarta, DIVA Press, 2008, hlm 284-294.
Bahrun Abubakar Ihsan Zubaidi, Visualisasi Kepribadan Nabi Muhammad Saw, Bandung,
Irsyad Baitus Salam, 2006, hlm 245.
Abdul Hayyie al-Kattani dkk, Op cit., hlm 96-98.

13

Anda mungkin juga menyukai