Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Mengintegrasikan Iman, Islam, dan Ihsan dalam


Membentuk Insan Kamil

TUGAS INDIVIDUAL :

DICKY AGUNG PRATAMA (18513369 )

DOSEN : Titi Widya Risni, S.Pd.I, M.Pd.I

PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM


FAKULTAS TEKNI SIPIL
UNIVERSITAS KADIRI
2018-2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam realita kehidupan saat ini, seringkali ditemukan ketidaknyamanan dalam hidup,
layaknya perperangan, kemiskinan, kelaparan, dll. Bukan hanya itu, bahkan orang lain juga
suka membiarkan keburuka terjadi layaknya hal yang "biasa" dalam kehidupan sehari-
hari yang menunjukkan bahwa manusia gagal memahami hakikatnya sebagai manusia. Hal
tersebut jelas menunjukkan bahwa manusia sudah mulai kehilangan sifat kemanusiaan dalam
dirinya.

Sudah seharusnya jika manusia hidup sebagai "manusia" yang sesungguhnya. Diantaranya
seperti tolong menolong, menghilangkan rasa tamak, iri juga dengki terhadap orang lain guna
menciptakan kehidupan yang lebih baik. Maka untuk memahami hakikat manusia, manusia
itu sendiri harus mengerti arti dari Insan Kamil.
PEMBAHASAN

A. Konsep Iman, Islam, dan Ihsan

1. Iman

Iman memiliki arti ketentraman dan kedamaian kalbu yang dari kata itu bisa muncul kata al-
amanah (amanah: dapat dipercaya). Yang dimaksud keimanan seseorang terhadap sesuatu
adalah jika dalam hati orang tersebut telah tertanam kepercayaan dan keyakinan tentang
sesuatu dan sejak saat itu ia tidak khawatir lagi terhadap menyelusupnya kepercayaan lain
yang bertentangan dengan kepercayaannya. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya
tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna.
Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah
memerintahkan agar umat manusia beriman kepada-Nya, sebagai firman Allah:

Artinya:

“Wahai orang-oran yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasulnya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada Rasulnya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat
sangat jauh.”(Q.S An Nisa : 136)
Dalam kasus ini, iman disini lebih merujuk ke enam rukun iman.

Enam rukun iman:

1. Percaya kepada Allah


2. Percaya kepada Malaikat Allah
3. Percaya kepada kitab-kitab
4. Percaya kepada rasul-rasul
5. Percaya kepada hari akhir(kiamat)
6. Percaya kepada Qada dan Qadar

2. Islam

Islam sendiri secara bahasa memiliki banyak pengertian, beberapa diantaranya:

1. Berserah diri (Aslama)


2. Tunduk patuh (Istislam)
3. Bersih/suci (Saliim)
4. Selamat/sejahtera (Salama)
5. Perdamaian (Silmu)

yang masing-masing sudah dijelaskan di Al-Quran. Islam yang dimaksud dalam hal ini
adalah rukun islam, yaitu lima tindakan dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib
bagi orang-orang beriman dan merupakan dasar dari kehidupan Muslim.

Lima rukun islam:

1. Mengucapkan dua kalimat syahadat


2. Mendirikan Shalat
3. Berpuasa di bulan Ramadhan
4. Membayar Zakat
5. Pergi Haji (jika mampu)

3. Ihsan

Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt. berfirman. “Jika kamu berbuat
baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (QS Al-Isra’: 7).

Ihsan juga merupakan puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh
hamba Allah Swt.Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-
Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat di sisi Allah Swt.
Rasulullah Saw pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya
mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia
guna mencari rahmat dari Allah Swt.
(https://sepcor.blogspot.com/2015/09/imanislamihsan.html?m=1:2018)

B. Konsep Insan Kamil

Menurut Khan Sahib Khaja Khan, kata ”insan” dipandang berasal dari turunan beberapa kata.
Misalnya ”uns” yang artinya cinta. Sedangkan yang lain memandangnya berasal kata ”nas”
yang artinya pelupa, karena manusia hidup di dunia dimulai dari terlupa dan berakhir dengan
terlupa. Yang lain lagi berkata asalnya adalah ”ain san”, ”seperti mata”. Manusia adalah
mata, dengan nama Tuhan menurunkan sifat dan asma-Nya secara terbatas. Insan Kamil,
karenanya merupakan cermin yang merupakan pantulan dari sifat dan asma Tuhan", yakni
Allah Swt. (Kosasih, Aceng, 2012:2; https://docplayer.info/36752219-Konsep-insan-kamil-
menurut-al-jili-oleh-drs-h-aceng-kosasih-m-ag.html:2018)

Sedangkan menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan manusia dalam mengimani
Tuhan. Pertama, tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian.
Artinya, mereka "menyaksikan" Tuhan; mereka menyembah tuhan yang
disaksikannya. Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimani tuhan dengan
cara pendefinisian, yang berarti mereka tidak menyaksikan Tuhan tetapi mereka
mendefinisikan Tuhan, berdasarkan sifat-sifat dan nama-nama Tuhan
(Asma'ul Husna). (Hadiyanto, Andy. dkk, 2016:93)

Menurut al-Jili, Insan Kamil adalah dia yang berhadapan dengan Pencipta dan pada saat yang
sama juga dengan makhluk. Insan Kamil atau manusia sempurna merupakan quib atau axis,
tempat segala sesuatu berkeliling dari mula hingga akhir. Oleh karena itu segala sesuatu
menjadi ada, maka dia adalah satu (wahid) untuk selamanya. Ia memiliki berbagai bentuk dan
ia muncul dalam kana’is atau rupa yang bermacam-macam. Untuk menghormati hal yang
demikian, maka namanya dipanggil secara berbeda dan untuk menghormati selain
daripadanya, maka panggilan nama yang demikian tidak dipergunakan pada mereka.
Siapakah dia? Nama sebenarnya adalah Muhammad, nama untuk kehormatannya adalah
Abdul Qosim, dan gelarnya Syamsudin atau Sang Menteri Agama.(Kosasih, Aceng, 2012:4;
https://docplayer.info/36752219-Konsep-insan-kamil-menurut-al-jili-oleh-drs-h-aceng-
kosasih-m-ag.html:2018)
Abdulkarim Al-Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan. yaitu:

1. Tingkatan permulaan (al-bidāyah).

Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat merealisasikan asma dan sifat-sifat ilahi pada
dirinya.

2. Tingkat menengah (at-tawasuth)

Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit kehalusan sifat manusia yang terkait dengan
realitas kasih Tuhan. Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah
meninngkat dari pengetahuan biasa. karena sebagian hal-hal yang gaib telah dibukakan
Tuhan kepadanya.

3. Tingkat terakhir (al-khitām)

Pada tingkat ini insan kamil telah dapat merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Ia pun telah
dapat mengetahui rincian dari rahasia penciptaan takdir. (Hadiyanto, Andy. dkk, 2016:95)

Insan kamil pada umumnya diartikan sebagai manusia yang sempurna baik dari segi wujud
dan pengetahuannya. Kesempurnaan dari segi wujudnya ialah karena dia merupakan
manifestasi sempurna dari citra Tuhan, yang pada dirinya tercermin nama-nama dan sifat
Tuhan secara utuh. Adapun kesempurnaan dari segi pengetahuannya ialah karena dia telah
mencapai tingkat kesadaran tertinggi, yakni menyadari kesatuan esensinya dengan Tuhan,
yang disebut makrifat. (ibid, hal.60;
https://pengkajianpelitahati.wordpress.com/2011/04/25/konsep-insan-kamil-ibn
arabi/#_ftn3:2018)

C. Pengaruh iman, Islam, dan ihsan dalam membentuk insan kamil

Kaum muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama islam yakni, iman,
Islam, dan ihsan sebagai kesatuan yang utuh. Para ulama mengembangkan ilmu-ilmu Islam
guna memahami ketiga unsur tersebut. (Hadiyanto, Andy. dkk, 2016:98)

Kaum muslimin di Indonesia lebih mengenal istilah akidah, syariat, dan akhlak sebagai tiga
unsur pokok ajaran islam. Akidah merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar
iman; syariat merupakan cabang ilmu agam untuk memahami pilar Islam dan akhlak
merupakan cabang ilmu agama untuk memahami pilar ihsan. (Hadiyanto, Andy. dkk,
2016:98)
Jika keenam unsur tersebut saling dihubungkan, maka bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1:

Hubungan Islam, Iman dan Ihsan dengan Ilmu-ilmu Islam

No. Unsur Ilmu Objek Kajian

1. Islam Syariat Lima rukun Islam

2. Iman Akidah Enam rukun iman

3. Ihsan Akhlak Bagusnya akhlak


sebagai buah dari
keimanan dan
peribadatan

Sumber: Departemen Agama RI

Jika manusia sudah mahami arti iman dan juga beriman dengan benar, juga menjalani Islam
dan rukun-rukunnya dengan istiqamah. Maka akan lebih mudah bagi mereka untuk
memahami makna ihsan, manusia akan mencapai derajat ihsan dengan meningkatkan terus
kualitas iman dan Islam dalam dirinya, dengan begitu menjadi insan kamil bukanlah hal yang
mustahil baginya.
DAFTAR PUSTAKA

4. Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddîn. 1986. Bimbingan untuk Mencapai


5. Tingkat Mu`min: Ringkasan Ihya `Ulumiddîn Al-Ghazali.
(Terjemahan). Bandung: CV Diponegoro.
6. Othman, Ali Issa. 1982. Manusia Menurut Al-Ghazali. (Penerjemah Johan
7. Smith & Anas Mahyudin Yusuf). Bandung: Pustaka.
8. Takeshita, Masataka. 2005. Insân Kâmil Pandangan Ibnu `Arabi. Sebuah
9. Disertasi. Surabaya: Risalah Gusti.
10. Rahmat, Munawar. 2010. Pendidikan InsanKamil Berbasis Sufisme
11. Syaththariah. Bandung: ADPISI Press.
12. Hadiyanto, Andy, dkk. 2016. Pendidikan Agama Islam Cetakan I. Jakarta : Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi.
13. https://pengkajianpelitahati.wordpress.com/2011/04/25/konsep-insan-kamil-ibn-
arabi/#_ftn3(08:24/06/072018)
14. https://docplayer.info/36752219-Konsep-insan-kamil-menurut-al-jili-oleh-drs-h-
aceng-kosasih-m-ag.html(05-07-2018/20:43 Kosasih, Aceng, Makalah: Konsep Insan
Kamil Menurut Al-Jilli, 2012)
15. https://sepcor.blogspot.com/2015/09/imanislamihsan.html?m=1(06:41/06/07/2018)

Anda mungkin juga menyukai