Anda di halaman 1dari 165

Foto: BendunganRoselend| Danau Roselend | Kenaikan Bndungan Roselend

(73) (camping-eden-savoie.com)
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar v

Daftar Lampiran vii

Daftar Singkatan dan Akronim ix

Kata Pengantar xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 2

C. Lingkup 2

D. Dasar Hukum Penyusunan Suplemen Panduan 3

E. Sistematika Penulisan 3

BAB II JENIS PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR 5

A. Pengantar 5

B. Pekerjaan Pintu Air dan Peralatan Hidromekanik 5

C. Bendung 6

D. Jaringan Irigasi 9

E. Bendungan dan Embung 19

F. Pengaman Pantai 29

G. Pengaman Sungai 33

H. Pengendali Muara Sungai 34

I. Rawa 35

J. Air Tanah 35

i
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

K. Pekerjaan Umum pada Konstruksi Sumber Daya Air 36

BAB III PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR 41

A. Pengantar 41

B. Standar Mutu Kontruksi Sumber Daya Air 49

BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONTRUKSI SUMBER DAYA 79


AIR

A. Pengantar 79

B. Persiapan Pengujian Fisik 80

C. Pengujian Fisik Ketepatan Volume 86

D. Pengujian Fisik Ketepatan Mutu 101

E. Kesimpulan dan Rekomendasi 114

BAB V CONTOH KASUS TEMUAN PEMERIKSAAN PEKERJAAN KONTRUKSI 117


SUMBER DAYA AIR

A. Pengantar 117

B. Contoh Kasus Kelebihan Pembayaran Pekerjaan Bendungan 117

C. Contoh Kasus Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan 122


Saluran Irigasi

D. Contoh Kasus Kekurangan Volume Pekerjaan Galian 125

BAB VI PENUTUP 129

A. Pemberlakuan Suplemen 129

B. Pemutakhiran Suplemen 129

C. Pemantauan Suplemen 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi

Tabel 2.2 Fungsi Bangunan Pengaman Pantai

Tabel 2.3 Matriks Ringkasan Metode Pelaksanaan Konstruksi Bangunan


Pengaman Pantai

Tabel 3.1 Standar Pengujian Dalam Rangka Pengendalian Mutu Pekerjaan


Timbunan Tanah, Beton, dan Mortar

Tabel 3.2 Hubungan Sifat Bahan, Mutu Pekerjaan, dan Pengawasan Sifat Bahan

Tabel 3.3 Pemeriksaan Sifat Bahan dan Uji Laboratorium Untuk Pekerjaan
Timbunan Tanah dan Beton

Tabel 3.4 SNI Pekerjaan Tanah

Tabel 3.5 SNI Tata Cara Pengujian Beton

Tabel 3.6 Selimut Beton Sesuai Kelas Beton

Tabel 3.7 Ukuran dan Bentuk Penyekat Air

Tabel 3.8 Persyaratan Karet Penyekat Air

Tabel 3.9 Persyaratan Perletakan Jembatan

Tabel 3.10 Ukuran Bronjong Kawat Bentuk I

Tabel 3.11 Ukuran Bronjong Kawat Bentuk II

Tabel 3.12 Toleransi Dimensi Pengujian Kawat Bronjong

Tabel 3.13 Persentase Kelolosan Bahan Dasaran Sesuai Ukuran Saringan

Tabel 4.1 Tata Cara Penghitungan Luas Penampang Saluran

Tabel 4.2 Tabel Hammer Rebound

Tabel 4.3 Nilai Estimasi Homogenitas Beton

Tabel 4.4 Ketentuan Rasio L/D

Tabel 4.5 Faktor Koreksi jika 1 < Rasio L/D < 1,75

Tabel 4.6 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Benda Uji

Tabel 4.7 Eurocode 2–EN 1991-1-1 Concrete Strength Classes and Properties

Tabel 5.1 Hasil Analisis Dokumen Berupa Indikasi Kelebihan Pembayaran


Kontrak

iii
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tabel 5.2 Rekapitulasi Nilai Kelebihan Pembayaran Akibat Adanya Item-Item


Pekerjaan yang Tidak Dapat Dibayarkan

Tabel 5.3 Realisasi Pembayaran Pasangan Batu dan Mortar, Plasteran dan
Galian

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Fisik Pekerjaan yang Dituangkan dalam BA Pengujian
Fisik

Tabel 5.5 Volume Galian Sesuai Log Book Mandor

Tabel 5.6 Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Volume Pembersihan


Lumpur

iv
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembangunan Bendungan Tukul sebagai Salah Satu PSN di Jawa Timur

Gambar 2.1 Bendung Ma Nam Nam di Kabupaten Kendal

Gambar 2.2 Contoh Jaringan Irigasi

Gambar 2.3 Jenis-Jenis Jaringan Irigasi

Gambar 2.4 Overflow Dams dan Non-overflow Dams

Gambar 2.5 Contoh Pekerjaan Pengaman Pantai

Gambar 2.6 Contoh Pasangan Batu Dengan Mortar

Gambar 3.1 Bagan Alur Pengendalian Mutu

Gambar 3.2 Standar Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Tanah

Gambar 3.3 Standar Pelaksanaan Pekerjaan Beton

Gambar 3.4 Bronjong Kawat

Gambar 3.5a Bronjong Kawat Bentuk I

Gambar 3.5b Bronjong Kawat Bentuk II

Gambar 4.1 Ilustrasi Pasangan Bronjong yang Tidak Tampak

Gambar 4.2 Metode Penghitungan Timbunan

Gambar 4.3 Pemeriksaan Fisik Volume Saluran Irigasi Tanah

Gambar 4.4 Rebar Scanning

Gambar 4.5 Pengukuran Menggunakan GPR Pada Bendung

Gambar 4.6 Pengukuran Menggunakan Waterpass

Gambar 4.7 Pengukuran Menggunakan Theodolite

Gambar 4.8 Titik Koordinat Poligon Tertutup

Gambar 4.9 Penggunaan Total Station

Gambar 4.10 Alat dan Keluaran Single Beam Echosounder

Gambar 4.11 Ilustrasi Mekanisme Single Beam Echosounder

Gambar 4.12 Ilustrasi Mekanisme dan Keluaran Multibeam Echosounder

v
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.13 Ilustrasi Mekanisme Airborne Laser Sounding System

Gambar 4.14 Gema Palsu

Gambar 4.15 Contoh Pengujian Hammer Test

Gambar 4.16 Posisi Alat Hammer Test

Gambar 4.17 Contoh Penggunaan UPV

Gambar 4.18 Cara Penggunaan UPV

Gambar 4.19 Contoh Pengambilan Sampel dengan Core Drill

Gambar 4.20 Contoh Segregasi Beton

Gambar 5.1 Pasangan Batu dan Mortar, Plasteran dan Galian

vi
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 2.1 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Infrastruktur Bendung

Lampiran 2.2 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Jaringan Irigasi

Lampiran 2.3 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Konstruksi Bendungan Dan Embung

Lampiran 2.4 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Konstruksi Pengaman Pantai

Lampiran 2.5 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Konstruksi Krib Sungai

Lampiran 2.6 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Konstruksi Pengendali Muara Sungai

Lampiran 2.7 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Infrastruktur Rawa

Lampiran 2.8 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Infrastruktur Air Tanah

Lampiran 3.1 Matriks Hubungan Sifat Bahan, Standar Pengujian, Standar Mutu, Cara
Pengendalian, dan Pengambilan Tindak Lanjut Pada Pekerjaan Timbunan
Tanah dan Beton

Lampiran 5.1 Perhitungan Volume Aktual Pekerjaan Mortar dan Batu

Lampiran 5.2 Perhitungan Volume Aktual Pekerjaan Plesteran

vii
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

AHSP Analisis Harga Satuan Pekerjaan

AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

BA Berita Acara

BAHP Berita Acara Hasil Pemeriksaan

BAPP Berita Acara Penjelasan Pekerjaan

BoQ Bill of Quantity

BPK Badan Pemeriksa Keuangan

FHO Final Hand Over

HSP Harga Satuan Pekerjaan

Juklak Petunjuk Pelaksanaan

KemenPUPR Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

KKB Komisi Keselamatan Bendungan

K3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

LPSE Layanan Pengadaan Secara Elektronik

MC Monthly Certificate

PHO Provisional Hand Over

PPK Pejabat Pembuat Komitmen

P3A Perkumpulan Petani Pemakai Air

PSN Proyek Strategis Nasional

Renstra Rencana Strategis

RPJMN/D Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/Daerah

SDA Sumber Daya Air

SLF Sertifikat Laik Fungsi

SNI Standar Nasional Indonesia

SPI Sistem Pengendalian Intern

ix
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

SPKN Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

SPPBJ Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

UPT Unit Pelaksana Teknis

UU Undang-Undang

x
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan Suplemen Pengujian Fisik Pekerjaan
Konstruksi Sumber Daya Air (Suplemen) ini. Suplemen merupakan level kelima dalam
hierarki Perangkat Lunak, dan bertujuan untuk memberikan acuan atau tuntunan dalam
melakukan Pengujian Fisik. Penyusunan Suplemen ini sendiri telah melalui serangkaian
proses mulai dari pemahaman literatur, diskusi dengan pihak regulator, praktisi, dan
tentunya Pemeriksa BPK sebagai pihak yang akan menjadi pengguna utama dari
Suplemen.
Suplemen ini merupakan pelengkap dari Panduan Pemeriksaan Kepatuhan
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi (P-002.0/XII.3.4/2021 yang disahkan pada 28 Januari
2021). Panduan tersebut memberikan informasi mengenai pengendalian intern yang
seharusnya dijalankan oleh Pemerintah dan jajarannya dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, sedangkan suplemen ini secara khusus memberikan informasi mengenai
tata cara Pengujian Fisik Pekerjaan Konstruksi Sumber Daya Air khususnya pengujian
ketepatan volume dan mutu sesuai perencanaan.
Sebagaimana kita ketahui, SPKN membolehkan Pemeriksa untuk menggunakan ahli
manakala diperlukan, namun demikian SPKN juga mengamanatkan bahwa Pemeriksa
harus memiliki bukti yang menjamin kualitas hasil pekerjaan ahli. Oleh karena itu,
Suplemen ini hadir untuk memberikan referensi kepada Pemeriksa mengenai tata cara
pengujian fisik sehingga walaupun pengujian fisik akan dilakukan oleh ahli terkait,
namun Pemeriksa tetap memiliki kendali atas kualitas pekerjaan ahli.
Secara spesifik, Suplemen menyajikan gambaran pengendalian mutu yang dilakukan
Pemerintah beserta jajarannya, kemudian Suplemen menjelaskan standar mutu
beberapa pekerjaan utama konstruksi sumber daya air seperti galian, timbunan, beton,
bronjong. Lebih lanjut, Suplemen mengelaborasi beberapa contoh kasus dan analisis
pemeriksaan konstruksi sumber daya air untuk menjadi acuan Pemeriksa.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian Suplemen, kepada Bapak Anggota I dan Ibu
Anggota IV atas arahannya dalam penyusunan Suplemen, serta tentunya rekan-rekan
Pemeriksa yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa
Suplemen ini belumlah sempurna, sehingga kami mengharapkan adanya masukan-
masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan berkelanjutan dari Suplemen.

Jakarta, 07 Oktober 2021


Kaditama Revbang
B. Dwita Pradana

xi
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – Agenda penguatan


2024 menetapkan agenda penguatan infrastruktur sebagai salah satu infrastruktur SDA
agenda pembangunan nasional. Penguatan infrastruktur sendiri
antara lain ditujukan untuk mendukung meningkatnya tata kelola dan
pemanfaatan Sumber Daya Air (SDA). Di samping itu, perkembangan
pekerjaan konstruksi SDA di Indonesia juga tidak terlepas dari
dampak perubahan iklim dan meningkatnya kebutuhan masyarakat
akan hasil pertanian.

02 Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Bendungan dan
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan irigasi sebagai
Proyek Strategis Nasional (PSN) memuat setidaknya 48 bendungan PSN
dan sembilan irigasi sebagai PSN. Kebijakan ini antara lain untuk
merespon peningkatan kebutuhan pengelolaan SDA di Indonesia.
Gambar 1.1 menunjukkan salah satu contoh PSN yang diselenggarakan
di Jawa Timur.

Gambar 1.1. Pembangunan Bendungan Tukul sebagai Salah Satu PSN di Jawa Timur

Sumber: https://www.metrotvnews.com/play/b2lCO9o6-bendungan-tukul-perkuat-ketahanan-pangan diakses 23


Februari 2021

03 Salah satu upaya BPK untuk menilai dan mendorong perbaikan Strategi
program pembangunan nasional adalah menyelaraskan tema pemeriksaan BPK
pemeriksaan dalam Rencana Strategis (Renstra) BPK 2020 – 2024
dengan fokus RPJMN 2020 – 2024. Untuk itu, BPK melaksanakan

1
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

pemeriksaan yang memerhatikan isu publik, termasuk atas proyek- dalam Renstra
proyek dalam kategori PSN atau yang berpengaruh terhadap hajat BPK 2020 - 2024
hidup warga, termasuk diantaranya pekerjaan konstruksi SDA.

04 Pengendalian mutu pekerjaan dalam pekerjaan konstruksi SDA Penyusunan


mengacu pada standar pengendalian mutu yang berlaku, antara lain Suplemen
untuk pekerjaan tanah, beton serta sebagaimana yang diatur pada Panduan
spesifikasi teknis yang ditetapkan dalam kontrak. Meskipun terdapat pemeriksaan
standar yang mengatur mutu konstruksi, Pemeriksa perlu merancang
dan memperkuat strategi pemeriksaan untuk dapat memberikan
kesimpulan dengan keyakinan yang memadai. Untuk mendukung hal
tersebut, Direktorat Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
menyusun Suplemen Pengujian Fisik Pekerjaan Konstruksi Sumber
Daya Air.

05 Suplemen ini diterbitkan untuk melengkapi Seri Panduan Hubungan antara


Pemeriksaan Kepatuhan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Nomor Suplemen
P-002.0/XII.3.4/2021. Seri Panduan tersebut lebih menekankan pada Panduan dengan
pengujian tata kelola dalam pelaksanaan kontrak konstruksi. Namun Panduan
demikian, Pemeriksa dituntut untuk tetap memahami pengujian- Pemeriksaan
pengujian fisik yang akan dilakukan, meskipun pengujian tersebut Kepatuhan
dilakukan oleh Tenaga Ahli atau laboratorium. Oleh karena itu, Pelaksanaan
Suplemen Panduan ini disusun untuk memberikan referensi tata cara Pekerjaan
pengujian fisik, khususnya pada pekerjaan konstruksi SDA. Konstruksi

B. Tujuan

06 Suplemen Panduan ini merupakan level kelima dalam hierarki Tujuan


perangkat lunak, yaitu sebagai acuan atau tuntunan dalam melakukan penyusunan
kegiatan, namun tidak bersifat mengikat. Dengan demikian, Suplemen Suplemen
Panduan ini dapat menjadi salah satu acuan bagi Pemeriksa dalam Panduan
melaksanakan pengujian fisik atas pekerjaan konstruksi SDA yang
menggunakan pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

C. Lingkup

07 Suplemen Panduan ini menyajikan tata cara pengujian fisik pekerjaan Lingkup Suplemen
konstruksi SDA khususnya ketepatan volume dan mutu sesuai Panduan
perencanaan dan/atau pembayaran. Karena konstruksi SDA terdiri
dari banyak jenis pekerjaan, acuan normatif standar mutu untuk
masing-masing pekerjaan mengacu pada standar terkait.

2
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

08 Suplemen Panduan ini disusun sejalan dengan SPKN, Petunjuk Pemberlakuan


Pelaksanaan (Juklak) Pemeriksaan Kepatuhan, dan Seri Panduan perangkat lunak
Pemeriksaan Kepatuhan Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi. lain
Pemeriksaan atas pelaksanaan kontrak konstruksi yang dilaksanakan
dalam kerangka pemeriksaan atas laporan keuangan dapat
menggunakan panduan ini sepanjang relevan.

D. Dasar Hukum Penyusunan Suplemen Panduan

09 Dasar hukum penyusunan Suplemen Panduan adalah: Dasar hukum


penyusunan
a. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Suplemen
Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Panduan
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
b. UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 4654);
c. Peraturan BPK No. 1 Tahun 2008 tentang Penggunaan Pemeriksa
dan/atau Tenaga Ahli dari Luar BPK (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 45);
d. Peraturan BPK No. 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 1);
e. Peraturan BPK No. 3 Tahun 2018 tentang Penyusunan Peraturan,
Instruksi, Surat Edaran, Keputusan, dan Pengumuman pada Badan
Pemeriksa Keuangan;
f. Keputusan BPK No. 9/K/I-XIII.2/8/2017 tentang Pedoman
Penyusunan dan Revisi Perangkat Lunak pada Badan Pemeriksa
Keuangan; dan
g. Keputusan BPK No. 3/K/I-XIII.2/5/2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemeriksaan Kepatuhan.

E. Sistematika Penulisan

10 Suplemen Panduan ini disajikan dengan sistematika sebagai berikut: Sistematika


penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini membahas latar belakang, tujuan, lingkup, dasar
hukum, dan sistematika penulisan Suplemen Panduan.

3
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Bab II : Jenis Pekerjaan Konstruksi Sumber Daya Air


Bab ini menjabarkan jenis pekerjaan SDA sebagaimana
tertuang dalam PermenPUPR 28/PRT/M/2016.

Bab III : Pengendalian Mutu Pekerjaan Sumber Daya Air


Bab ini menguraikan standar mutu pekerjaan Sumber
Daya Air yang mencakup standar mutu pekerjaan tanah,
beton, pasangan batu, campuran aspal untuk bangunan
air, pipa, pemugaran, dan jalan inspeksi.

Bab IV : Prosedur Pengujian Fisik Pekerjaan Sumber Daya Air


Bab ini mengelaborasi persiapan pemeriksaan fisik serta
pelaksanaan pemeriksaan fisik. Bab ini juga dilengkapi
dengan penjelasan mengenai alat ukur yang digunakan
dalam pengujian volume dan pengujian mutu.

Bab V : Contoh Kasus Temuan Pemeriksaan Pekerjaan Sumber


Daya Air
Bab ini menyajikan beberapa studi kasus dan temuan
pemeriksaan untuk pekerjaan sumber daya air.

Bab VI : Penutup
Bab ini menjelaskan pemberlakuan, pemutakhiran, serta
pemantauan suplemen panduan, termasuk kontak yang
dapat dihubungi untuk menyampaikan masukan dan
pertanyaan terkait Suplemen Panduan.

4
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

BAB II
JENIS PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

A. Pengantar

01 UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air mendefinisikan SDA Definisi SDA
sebagai air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.

02 Pelaksanaan konstruksi prasarana SDA dilakukan oleh pemerintah Pelaksana


pusat dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya Pekerjaan
berdasarkan program dan rencana kegiatan. Pelaksanaan konstruksi konstruksi SDA
ini juga dapat dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat.

03 Terdapat sembilan pekerjaan bidang SDA sebagaimana tertuang Pekerjaan bidang


dalam PermenPUPR 28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisis Harga SDA
Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum, yaitu:
a. pekerjaan pintu air dan peralatan hidromekanik;
b. bendung;
c. jaringan irigasi;
d. pengaman sungai;
e. bendungan dan embung;
f. pengaman pantai;
g. pengendali muara sungai;
h. infrastruktur rawa; dan
i. infrastruktur air tanah.

B. Pekerjaan Pintu Air dan Peralatan Hidromekanik1

04 Pintu air memiliki fungsi vital dalam pengamanan bendungan. Pintu air Pintu air
dan katup sendiri berfungsi untuk menyetop aliran air saat tertutup
dan mengalirkan air dari hulu ke hilir saluran pembawa bendungan.
Pintu air terdiri dari daun pintu, alat angkat, dan rangka pengarah
(guide frame). Pintu air dikelompokkan berdasarkan tekanan, fungsi,
dan konstruksinya.

1
Disarikan dari Modul Desain Peralatan Hidromekanik Pelatihan Perencanaan Bendungan Tingkat
Dasar, Pusdiklat SDA dan Konstruksi, BPSDM KemenPUPR, 2017

5
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

05 Peralatan hidromekanik merupakan kelengkapan dari bangunan Peralatan


pelengkap bendungan dan mencakup pintu air, katup, saringan hidromekanik
sampah, generator set, konduit pipa baja, dan alat bantu pemeliharaan.
Peralatan hidromekanik bermanfaat untuk mengatur tinggi muka air
waduk serta untuk melepas air ke hilir bendungan.

06 Pemilihan tipe pintu atau katup untuk ditempatkan pada bangunan Pertimbangan
pelengkap mempertimbangkan fungsi, struktur, pengaruh hidrolika, dalam pemilihan
dan struktur bangunan pelengkap di mana pintu akan dipasang. Untuk tipe pintu air
itu, perlu diperhatikan tentang ukuran, kegunaan, frekuensi
pemakaian, dan lokasi penggunaannya.

07 Berdasarkan beban yang bekerja pada daun pintu, Perencana Dasar


menghitung bagian daun pintu yang berupa pelat muka, rangka penghitungan
penyangga pelat muka, roda-roda, dan kekuatan rangka pengarah bagian daun pintu
pintu.

08 Dalam mendesain peralatan hidromekanik, beberapa persyaratan Pertimbangan


penting harus diperhatikan, seperti aman menahan beban yang dalam
diperhitungkan, kerapatan/kedap air yang cukup, mudah dan andal perencanaan
dalam operasinya, mempunyai ketahanan yang tinggi, dan tidak terjadi peralatan
getaran atau sentakan saat dioperasikan. Untuk itu, beberapa hal hidromekanis
berikut harus dipahami dalam mendesain perencanaan pekerjaan
peralatan hidromekanik:
a. jenis peralatan hidromekanik yang dibutuhkan;
b. tipe peralatan hidromekanik yang dibutuhkan sesuai dengan
kebutuhan, baik ukuran maupun karakter hidrolis alat;
c. kriteria desain pintu/katup;
d. perhitungan rinci; dan
e. alat dan bahan yang dibutuhkan untuk tiap bagian peralatan.

09 Bahan utama yang digunakan untuk konstruksi pintu air adalah logam Bahan utama
(misalnya baja dan tembaga) serta non logam (misalnya karet dan konstruksi pintu
teflon). Untuk mencegah korosi pada permukaan baja, biasanya air
dilakukan pelapisan, dalam bentuk pengecatan.

C. Bendung2

10 Bendung adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun Definisi dan
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan tujuan bendung

2
Disarikan dari Modul Perencanaan Bangunan Utama (Bendung), Pusdiklat SDA dan Konstruksi
BPSDM KemenPUPR, 2016

6
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun sehingga air
sungai yang disadap dan dialirkan secara gravitasi atau dengan pompa
dapat mencapai ke tempat-tempat tertentu yang membutuhkannya
dan atau untuk mengendalikan dasar sungai, debit, dan angkutan
sedimen.

11 Bendung terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut: Jenis-jenis


bendung
a. secara umum
Secara umum terdapat enam jenis bendung, yaitu bendung tetap,
gerak vertikal, karet (gerak horizontal), saringan bawah,
pengambilan bebas, dan gergaji.
b. berdasar fungsi
Ada tiga jenis bendung berdasar fungsinya, yaitu bendung
penyadap, pembagi banjir, dan penahan pasang.
Gambar 2.1. memberikan salah satu proyek bendung yang dibangun di
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Gambar 2.1. Bendung Ma Nam Nam di Kabupaten Kendal

Sumber: https://dpupr.kendalkab.go.id/berita/id/20200414001/mengenal_perbedaan_antara_bendung_dan_bendungan#

12 Pemilihan lokasi bangunan bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor Pertimbangan


berikut: lokasi bangunan
bendung
a. pertimbangan topografi
Lokasi yang ideal untuk lokasi bendung adalah lembah sungai yang
sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam dengan
mempertimbangkan topografi di daerah tangkapan air maupun
daerah layanan irigasi.

7
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. kemantapan geoteknik pondasi bendung


Keadaan geoteknik pondasi bendung harus terdiri dari formasi
batuan yang baik dan mantap. Pada tanah aluvial, kemantapan
pondasi ditunjukkan dengan angka standard penetration test (SPT)
>40. Bila angka SPT <40 dan batuan keras berada jauh di bawah
permukaan, dalam batas-batas tertentu, bendung dapat dibangun
dengan tiang pancang.
c. pengaruh hidraulik
Keadaan hidraulik yang paling ideal adalah pada sungai yang lurus.
d. pengaruh regime sungai
Lokasi yang perlu dihindari adalah lokasi di mana terjadi perubahan
kemiringan sungai yang mendadak karena di tempat ini akan terjadi
endapan atau gerusan yang tinggi.
e. tingkat kesulitan saluran induk
Lokasi bendung dipilih sedemikian rupa sehingga pembangunan
saluran induk dekat dengan bendung, tidak terlalu sulit, dan tidak
terlalu mahal. Hindari trace saluran menyusuri tebing terjal apalagi
berbatu. Ketinggian galian tebing pada saluran induk diusahakan
kurang dari 8m dan ketinggian timbunan kurang dari 6m.
f. ruang untuk bangunan pelengkap bendung
Lokasi bendung harus dapat menyediakan ruangan untuk
bangunan pelengkap bendung, utamanya untuk kolam pengendap
dan saluran penguras dengan panjang dan lebar masing-masing
kurang lebih 300 – 500m dan 40 – 60m.
g. luas layanan irigasi
Lokasi bendung harus dipilih sedemikian sehingga luas layanan
irigasi layak.
h. luas daerah tangkapan air
Pada sungai bercabang, lokasi bendung harus dipilih sebelah hulu
atau hilir cabang anak sungai. Kajian teknis, ekonomis, dan sosial
harus dilakukan dalam memilih lokasi bendung terkait dengan luas
daerah tangkapan air.
i. tingkat kemudahan pencapaian
Lokasi bendung harus mudah dicapai untuk keperluan mobilisasi
alat dan bahan saat pembangunan fisik maupun operasi dan
pemeliharaan serta pada saat pelaksanaan inspeksi oleh aparat
pemerintah.

8
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

j. biaya pembangunan
Lokasi bendung dipilih pada lokasi yang biaya konstruksinya
minimal dan memberikan output yang optimal.
k. kesepakatan pemangku kepentingan
Keputusan mengenai lokasi bendung harus dilakukan melalui
konsultasi publik dengan menyampaikan seluas-luasnya mengenai
alternatif-alternatif lokasi serta tinjauan dari aspek teknis,
ekonomis, dan sosial, terutama kepada masyarakat petani yang
akan memanfaatkan air irigasi.

13 Desain bendung dirancang dengan memerhatikan kondisi tanah dan Perancangan


hasil analisis debit banjir rencana dengan mengacu pada standar desain bendung
kriteria perencanaan.

14 Uji laboratorium dilakukan atas semua komponen/data hasil Uji model


perhitungan dengan menggunakan skala model (atau dikenal dengan
uji model). Uji model dilakukan terutama pada jenis aliran yang terjadi
pada mercu bendung (bagian bendung yang berfungsi mengatur
ketinggian air minimum, melewatkan debit banjir dan untuk membatasi
tinggi genangan yang akan terjadi), keamanan tubuh bendung, dan
sebagainya.

15 Pelaksanaan pekerjaan konstruksi bendung didokumentasikan untuk Dokumentasi


menunjukkan semua aktivitas konstruksi sebelum, pada saat, dan pekerjaan
sesudah selesainya pekerjaan. Dokumentasi berupa foto, video
pekerjaan, dan foto detail pada bagian pekerjaan yang dipandang
penting (misalnya bagian konstruksi yang akan terbenam) diserahkan
Penyedia kepada PPK. Jenis pekerjaan pada komponen infrastruktur
bendung dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

D. Jaringan Irigasi3

16 Menurut PermenPUPR No.30/PRT/M/2015 tentang Pengembangan dan Definisi irigasi


Pengelolaan Sistem Irigasi, irigasi adalah usaha penyediaan, dan jaringan
pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian irigasi
dan meliputi irigasi permukaan, rawa, air bawah tanah, pompa, dan
tambak.
Sementara, jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan
pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk
penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air

3
Disarikan dari Modul Pengenalan Sistem Irigasi, Dirjen SDA KemenPUPR, 2019

9
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

irigasi. Gambar 2.2 menunjukkan salah satu contoh proyek jaringan


irigasi.

Gambar 2.2. Contoh Jaringan Irigasi

17 Menurut PermenPUPR No. 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi Jenis-jenis


dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, terdapat tiga jenis jaringan irigasi, jaringan irigasi
yaitu:
a. Jaringan Irigasi Primer, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang
terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran
pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan
sadap, dan bangunan pelengkapnya.
b. Jaringan Irigasi Sekunder, yaitu bagian dari jaringan irigasi yang
terdiri atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan
bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap dan bangunan
pelengkapnya.
c. Jaringan Irigasi Tersier, yaitu jaringan irigasi yang berfungsi
sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang
terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter, saluran pembuang,
boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.
Ilustrasi jenis-jenis jaringan irigasi dapat dilihat pada Gambar 2.3.

10
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.3. Jenis-jenis Jaringan Irigasi

18 Menurut Modul Pengenalan Sistem Irigasi oleh Dirjen SDA Tahun 2019, Jaringan irigasi
berdasarkan cara pengaturan aliran air dan lengkapnya fasilitas, berdasarkan
jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: pengaturan aliran
air dan
a. Jaringan irigasi sederhana
lengkapnya
Jaringan irigasi sederhana dicirikan oleh kesederhanaan fasilitas fasilitas
bangunan yang dimiliki, sehingga operasional pembagian air pada
jaringan irigasi sederhana pada umumnya tidak diukur dan diatur.
Jaringan irigasi desa yang banyak dibangun masyarakat secara
mandiri dapat diklasifikasikan ke dalam jaringan irigasi sederhana.
b. Jaringan irigasi semiteknis
Fasilitas-fasilitas yang ada untuk melaksanakan fungsi pada
jaringan irigasi semiteknis sudah lebih baik dan lengkap
dibandingkan jaringan irigasi sederhana, misalnya bangunan
pengambilan sudah dibangun permanen, debit air sudah diukur,
tetapi sistem jaringan pembagi masih sama dengan sistem jaringan
irigasi sederhana. Hal ini ditunjukkan dengan pemisahan saluran
pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara baik dan
pembagian petak tersier belum dilakukan secara detail, sehingga
pembagian air sulit dilakukan dengan baik.
c. Jaringan irigasi teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah
lengkap. Salah satu prinsip rancang bangun dalam jaringan irigasi
adalah pemisahan fungsi jaringan pembawa dengan jaringan
pembuang. Jaringan irigasi teknis juga dilengkapi dengan

11
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

bangunan pengambilan yang sudah permanen, dan sistem


pembagian air dapat diukur dan diatur.
Perbandingan rinci ketiga jenis jaringan irigasi tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
No. Parameter
Sederhana Semiteknis Teknis
1 Konstruksi bangunan Sederhana Semi Permanen
permanen/permanen
2 Pengukuran debit Tidak ada Ada Ada
3 Pengaturan debit Tidak ada Tidak ada Ada
4 Fungsi saluran Saluran pembawa Saluran pembawa dan Saluran pembawa
berfungsi ganda saluran pembuang dan saluran
sebagai saluran tidak sepenuhnya pembuang terpisah
pembuang terpisah
5 Ukuran Tidak lebih dari 500ha Sampai 2.000ha Tak ada batasan

19 Konstruksi bangunan irigasi mencakup: Konstruksi


bangunan irigasi
a. Bangunan Utama
Bangunan utama (head work) didefinisikan sebagai kompleks
bangunan yang direncanakan di sumber air guna meninggikan
muka air, membelokkan/mengalirkan air, atau menampung
kelebihan air pada musim hujan ke jaringan saluran agar dapat
dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama ini diharapkan
dapat mengurangi sedimen yang masuk ke jaringan irigasi dan
mengukur debit aliran. Bangunan utama dibedakan menjadi:
1) Bendung (Weir) atau Bendung Gerak (Barrage)
Bendung atau bendung gerak dipakai untuk meninggikan muka
air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air
dapat dialirkan ke saluran irigasi sampai di lahan pertanian
(command area). Tubuh bendung (dinding penahan air) pada
bendung gerak dilengkapi dengan pintu air guna mengalirkan
aliran banjir dan ditutup jika aliran kecil. Secara ideal,
bangunan utama ini terdiri dari beberapa bangunan, yaitu:
a) bangunan pelimpah guna mengalirkan air banjir melalui
tubuh bendung;
b) kolam olak dan peredam energi guna mengurangi energi
ketinggian air banjir;
c) pintu kuras berguna untuk menguras dan membersihkan
kandungan lumpur di depan bangunan pengambilan;
d) bangunan pengambilan utama dan pintu pengambilan
guna mengalirkan air ke jaringan irigasi;

12
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

e) saluran ukur merupakan saluran yang menghubungkan


antara bangunan/pintu pengambilan dengan bangunan
ukur;
f) bangunan ukur guna mengukur debit yang masuk ke
jaringan irigasi;
g) kantong lumpur guna mengendapkan lumpur yang masuk
ke bangunan pengambilan;
h) pintu bilas guna mengeluarkan kandungan lumpur ke
sungai;
i) sayap bendung guna stabilitas bendung; dan
j) tanggul sungai guna menahan erosi.
2) Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas merupakan bangunan yang dibuat pada
tepi sungai guna mengalirkan air ke dalam jaringan irigasi,
tanpa mengatur ketinggian muka air sungai sehingga
bangunan ini harus lebih tinggi dari lahan yang akan diairi.
Secara ideal bangunan ini terdiri dari:
a) pengarah aliran yang berfungsi untuk mengarah aliran
sungai ke bangunan pengambilan (untuk daerah yang
mempunyai aliran sungai yang lurus);
b) bangunan pengambilan dan pintu pengambilan untuk
mengalirkan air ke jaringan irigasi;
c) saluran ukur merupakan saluran yang menghubungkan
antara bangunan/pintu pengambilan dengan bangunan
ukur;
d) bangunan ukur guna mengukur debit yang masuk ke
jaringan irigasi.
3) Sumber Air
Sumber air dapat berfungsi sebagai sumber air utama atau
sumber air suplesi. Bangunan pengambilan sumber air ini
pada umumnya terdiri dari:
a) bak penampung yang berfungsi untuk menampung air dari
mata air;
b) bangunan pelimpah guna mengalirkan kelebihan air;
c) bangunan pengambilan dan pintu pengambilan guna
mengalirkan dan mengatur air yang mengalir dari mata
air;

13
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

d) saluran ukur merupakan saluran yang menghubungkan


antara bangunan/pintu pengambilan dengan bangunan
ukur; dan
e) bangunan ukur guna mengukur debit yang dikeluarkan.
4) Waduk atau Embung
Waduk/embung adalah bangunan utama yang berfungsi
sebagai penampungan (reservoir), yaitu menampung
kelebihan air sehingga dapat dipergunakan pada saat
kekurangan air (atau sebagai pengatur aliran sungai).
Waduk yang berukuran besar mempunyai banyak fungsi
seperti irigasi, pembangkit listrik tenaga air, pengendali banjir,
perikanan, pariwisata, dan sebagainya. Sementara, waduk
yang berukuran kecil (embung) dipergunakan untuk keperluan
irigasi dan air minum. Waduk atau embung mempunyai sarana
atau bangunan sebagai berikut:
a) daerah genangan merupakan daerah yang dipergunakan
sebagai tempat menyimpan air (reservoir, tandon);
b) tubuh bendung berfungsi sebagai dinding penahan air;
c) dinding penahan hilir tubuh bendung berfungsi untuk
menahan bagian hilir bawah tubuh bendung dan
membelokkan garis rembesan;
d) bangunan pelimpah guna mengalirkan air banjir;
e) bangunan pengambilan dan pintu pengambilan guna
mengalirkan air dari waduk;
f) saluran ukur merupakan saluran yang menghubungkan
antara bangunan/pintu pengambilan dengan bangunan
ukur; dan
g) bangunan ukur guna mengukur debit yang dikeluarkan
Waduk bertipe urukan pada umumnya dilengkapi dengan
bangunan kontrol debit untuk mengukur debit yang keluar
dari rembesan tubuh bendung.
5) Stasiun Pompa Air
Jika ketersediaan air permukaan tidak dapat mencukupi
kebutuhan, alternatif pengembangan sumber air dilakukan
dengan memanfaatkan air bawah tanah. Bangunan utama
pada pengembangan sumber air bawah tanah adalah stasiun
pompa serta pompa air dan instalasinya.

14
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

a) Pompa Air Permukaan


Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan dengan
pompa air. Secara ideal bangunan ini terdiri dari:
- bangunan pengambilan yang dilengkapi pintu
pengambilan guna disalurkan ke kolam penampung;
- pompa air guna mengambil dari kolam penampung
untuk dialirkan ke saluran irigasi melalui bangunan
ukur; dan
- bangunan ukur guna mengukur debit yang masuk ke
jaringan utama.
b) Pompa Air Tanah
Pompa air tanah digunakan untuk mengambil air bawah
tanah yang umumnya digunakan pada daerah irigasi tadah
hujan atau sebagai pengganti irigasi air permukaan di saat
musim kemarau. Secara ideal bangunan ini terdiri dari:
- sumber dalam air bawah tanah;
- pompa air yang dilengkapi dengan mesin pompa;
- jaringan irigasi untuk menyalurkan air ke lahan atau
melalui saluran irigasi tersier; dan
- bangunan ukur untuk mengukur ke saluran.
b. Bangunan Pengatur
Bangunan Pengatur merupakan bangunan yang berfungsi untuk
mengatur pembagian air antara dua atau lebih daerah layanan.
Bangunan pengatur dapat dibedakan menjadi dua kelompok
berdasarkan pengelolaan layanan, yaitu :
1) Bangunan Pengatur Jaringan Utama
Bangunan pengatur terdiri dari empat macam bangunan, yaitu:
a) Bangunan Bagi
Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder
pada suatu titik cabang dan berfungsi untuk membagi
aliran antara dua saluran atau lebih.
b) Bangunan Sadap
Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran
primer atau sekunder tersier penerima.
c) Bangunan Bagi dan Sadap
Bangunan ini merupakan gabungan antara bangunan bagi
dan bangunan sadap.

15
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

d) Bangunan Pengatur (individu)


Bangunan ini merupakan bangunan pengatur tinggi muka
air di saluran primer atau sekunder.
2) Bangunan Pengatur Jaringan Tersier
Bangunan pengatur di jaringan tersier adalah boks bagi
tersier, sub tersier dan kuater, boks-boks bagi di saluran
tersier yang membagi aliran untuk dua atau lebih saluran
tersier, sub tersier dan atau kuater. Boks tersier dilengkapi
dengan pintu untuk keperluan giliran pemberian air. Bangunan
pengatur jaringan tersier tidak dilengkapi dengan bangunan
ukur sehingga pelaksanaan pembagian air hanya dibuka dan
ditutup saja.
c. Bangunan Pelengkap
Bangunan pelengkap terdiri dari:
1) Talang
Talang merupakan saluran buatan yang melintasi permukaan
tanah yang rendah (lembah, saluran irigasi/pembuang,
sungai). Talang dipergunakan pada tempat di mana perbedaan
tinggi antara saluran irigasi dengan permukaan tanah yang
dilewati cukup tinggi dan dipandang lebih ekonomis
dibandingkan dengan siphon. Talang dapat terbuat dari beton,
baja, kayu atau paralon PVC/HDPE.
2) Siphon
Siphon merupakan bangunan saluran tertutup yang berguna
untuk mengalirkan air yang melintasi tempat dengan
perbedaan tinggi yang relatif kecil dibanding dengan muka air
di saluran. Siphon dipakai untuk mengalirkan air irigasi
dengan menggunakan gravitasi di bawah saluran pembuang,
cekungan, anak sungai atau sungai. Siphon juga dipakai untuk
melewatkan air irigasi dibawah jalan, jalan kereta api atau
bangunan-bangunan lainnya.
3) Bangunan Terjun
Bangunan terjun adalah bangunan yang berfungsi untuk
mengurangi kemiringan saluran. Bangunan terjun dapat
dipisahkan menjadi dua tipe, yaitu bangunan terjun tegak dan
bangunan terjun miring. Bangunan terjun tegak pada
umumnya dipergunakan pada perbedaan ketinggian maksimal
1,5m dengan debit lebih kecil dari 2,5m³/detik atau perbedaan
ketinggian 0,75m dengan debit lebih besar dari 2,5m³/detik.
Jika perbedaan ketinggian air antara 1,5 - 2,5m, maka
dipergunakan bangunan terjun miring. Untuk mencegah muka

16
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

air yang tinggi atau rendah di saluran akibat terjunan, dipakai


mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapeziodal notch).
4) Got Miring
Bangunan got miring dipergunakan pada trase saluran dengan
kemiringan yang cukup tajam. Got miring berupa potongan
saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran super
kritis, dan umumnya mengikuti kemiringan medan alamiah
dengan beda tinggi di atas 2,5m. Bangunan ini dilengkapi
dengan kolam olak pada bagian hilir. Untuk mencegah muka
air yang tinggi atau rendah di saluran akibat terjunan dipakai
mercu tetap atau celah kontrol trapesium (trapeziodal notch).
5) Gorong-Gorong
Gorong-gorong adalah bangunan yang berfungsi untuk
mengalirkan air di bawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau
untuk mengalirkan air di persilangan antara saluran
pembuang dengan saluran pembawa.
6) Terowongan
Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran
memungkinkan untuk saluran tertutup guna mengalirkan air
melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi. Aliran yang
mengalir dalam terowongan adalah aliran terbuka.
7) Bangunan Pelimpah Samping
Bangunan pelimpah samping berfungsi untuk membatasi debit
yang masuk ke saluran pembawa dan melimpaskan kelebihan
air hujan yang masuk ke saluran pembawa.
8) Jalan dan Jembatan
Jalan yang dimaksud adalah jalan masuk dan jalan inspeksi
untuk menunjang kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi pembawa dan pembuang oleh instansi yang
membidangi irigasi. Untuk menghubungkan jalan inspeksi
yang dipisahkan oleh saluran irigasi, saluran pembuang, dan
sungai diperlukan jembatan. Masyarakat dapat menggunakan
fasilitas ini untuk sarana transportasi sesuai ketentuan yang
ditetapkan oleh pengelola irigasi. Jika saluran dibangun
sejajar dengan jalan umum di dekatnya, maka tidak diperlukan
jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.
9) Tanggul
Tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap
banjir yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang
besar. Pada umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai
di sebelah hulu bendung atau di sepanjang saluran primer.

17
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

20 Dalam kaitannya dengan jaringan irigasi, dikenal istilah Pengembangan,


pengembangan, pengelolaan, dan pembangunan jaringan irigasi pengelolaan, dan
sebagai berikut: pembangunan
jaringan irigasi
a. Pengembangan jaringan irigasi adalah pembangunan jaringan
irigasi baru/dan atau peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada.
b. Pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi,
pemeliharaan, dan rehabilitasi jaringan irigasi di daerah irigasi.
c. Pembangunan jaringan irigasi adalah seluruh kegiatan penyediaan
jaringan irigasi di wilayah tertentu yang belum ada jaringan
irigasinya.

21 Berdasarkan PermenPUPR No. 30/PRT/M/2015, proses pembangunan Proses


irigasi mencakup tahap sebagai berikut: pembangunan
irigasi
a. Survei, investigasi, dan desain
Sebelum menyusun desain pembangunan dan/atau peningkatan
jaringan irigasi primer dan sekunder, penanggung jawab kegiatan
melaksanakan survei penelusuran lapangan, baik sendiri maupun
bekerja sama dengan masyarakat, untuk mendapatkan gambaran
nyata mengenai kondisi di lapangan.
b. Pengadaan tanah
Penanggung jawab kegiatan bertanggung jawab dalam pengadaan
tanah untuk pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi
sesuai dengan kebutuhan.
c. Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi pembangunan dan/atau peningkatan
jaringan irigasi primer dan sekunder dapat dilaksanakan dengan
cara swakelola atau kontraktual. Masyarakat dapat berpartisipasi
dalam pelaksanaan konstruksi dengan cara swakelola dan
kontraktual pada daerah irigasinya berdasarkan kesepakatan
bersama yang ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan,
wakil masyarakat, dengan Penyedia.
d. Operasi dan pemeliharaan
Operasi diartikan sebagai upaya pengaturan air irigasi dan
pembuangannya untuk menjaga agar pelayanan air dapat berjalan
sesuai harapan. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan
mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan
baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan kelestariannya.
Jenis pekerjaan pada komponen jaringan irigasi terdapat pada
Lampiran 2.2.

18
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

E. Bendungan dan Embung

22 PermenPUPR No. 27/PRT/M/2015 tentang Bendungan sebagaimana Definisi


diubah dengan PermenPUPR No. 6 Tahun 2020 mendefinisikan bendungan dan
bendungan sebagai bangunan yang berupa urukan tanah, urukan batu, waduk
dan beton, yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air,
dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang,
atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk. Sementara
waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat
dibangunnya bendungan.

23 Secara umum ada beberapa tipe bendungan berdasarkan fungsi, Tipe bendungan
aspek hidraulik, dan material pembentuk sebagai berikut:
a. berdasar fungsi
Ada empat jenis bendungan sesuai fungsinya, yaitu bendungan
penampung air, pengalih aliran, pengendali banjir, dan serbaguna.
b. berdasar aspek hidraulik
Ada dua jenis bendungan sesuai aspek hidrauliknya, yaitu
bendungan yang boleh dilimpahi air (Overflow Dams) dan
bendungan yang tidak boleh dilimpahi air (Non-overflow Dams).
Ilustrasi penampang bendungan dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Overflow Dams dan Non-overflow Dams

Typical Dam Overflow Section Typical Dam Non-Overflow Section

c. berdasar material pembentuk


Ada dua jenis bendungan sesuai material pembentuknya, yaitu
bendungan urukan tanah dan bendungan urukan batu.

19
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

24 Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan Tahun 2003 Dirjen SDA Kriteria dasar dan
menyatakan bahwa desain bendungan harus memenuhi kriteria dasar umum desain
dan umum sebagai berikut: bendungan

a. kriteria dasar
kriteria dasar bendungan adalah harus aman terhadap kegagalan
struktural, rembesan dan bocoran, serta kegagalan hidraulik.
b. kriteria umum
Kriteria umum desian bendungan mencakup:
1) Bendungan secara keseluruhan, temasuk tubuh, pondasi,
bukit tumpuan (abutment), dan tepi sekeliling waduk harus
selalu stabil dalam keadaan apapun, termasuk dalam keadaan
gempa bumi selama operasi dan pemeliharaan yang
kemungkinan terjadi selama umur bendungan. Penurunan
dimungkinkan sepanjang masih dalam batas toleransi yang
diizinkan.
2) Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan di atas puncak
bendungan harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan
setelah terjadi penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga
tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar yang
diperlukan. Tinggi jagaan harus cukup untuk menahan
limpasan air banjir sebagai akibat gelombang.
3) Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk melewatkan
debit banjir dengan aman.
4) Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang
berlebihan pada bendungan dan pondasi yang mengakibatkan
terjadinya aliran buluh, sembulan pasir, retak hidraulik, dan
arching.

25 Pasal 2 ayat (3) PermenPUPR 27/PRT/M/2015 menyatakan bahwa Pembangunan


pembangunan dan pengelolaan bendungan beserta waduknya harus dan pengelolaan
dilakukan berdasarkan pada konsepsi dan kaidah-kaidah keamanan bendungan
bendungan yang tertuang dalam berbagai norma, standar, pedoman,
dan manual untuk meningkatkan kemanfaatan fungsi SDA,
pengawetan air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi pengamanan
tampungan limbah tambang atau tampungan lumpur.

26 Pasal 2 ayat (4) PermenPUPR 27/PRT/M/2015 mengatur bahwa Konsepsi


konsepsi keamanan bendungan terdiri dari tiga pilar, yaitu: keamangan
bendungan
a. keamanan struktur berupa aman terhadap kegagalan struktural,
aman terhadap kegagalan hidraulis, dan aman terhadap kegagalan
rembesan;

20
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. operasi, pemeliharaan dan pemantauan; dan


c. kesiapsiagaan tindak darurat.
Untuk itu, Pasal 6 PermenPUPR 27/PRT/M/2015 mengatur bahwa
dalam pembangunan bendungan, instansi pemerintah atau badan
usaha wajib menggunakan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan
keterampilan di bidang bendungan.

Komisi Keamanan Bendungan dan UPT Bidang Bendungan

27 Komisi Keamanan Bendungan (KKB) adalah instansi yang bertugas KKB dan Balai
membantu Menteri dalam penanganan keamanan bendungan. Dalam Bendungan
menjalankan tugasnya, KKB didukung oleh Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Bidang Keamanan Bendungan atau Balai Bendungan.

28 Tugas KKB adalah: Tugas KKB

a. melakukan pengkajian terhadap hasil evaluasi keamanan


bendungan yang disiapkan oleh Pembangun/Pemilik/Pengelola
bendungan;
b. memberi rekomendasi mengenai keamanan bendungan; dan
c. menyelenggarakan inspeksi bendungan.

29 Dalam rangka melaksanakan tugasnya, KKB menyelenggarakan Fungsi KKB


fungsi:
a. pemberian rekomendasi kepada Menteri dalam rangka pemberian
persetujuan desain, izin pengisian awal, izin operasi, persetujuan
desain perubahan atau persetujuan desain rehabilitasi, dan izin
penghapusan fungsi bendungan;
b. pemberian rekomendasi kepada Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dalam rangka
pemberian izin penempatan awal limbah tambang dan izin operasi
untuk bendungan penampung limbah tambang;
c. pemberian saran teknis bendungan;
d. evaluasi terhadap hasil kegiatan yang dilakukan oleh UPT bidang
keamanan bendungan; dan
e. penyelenggaraan inspeksi bendungan.

30 Balai Bendungan bertugas memberikan dukungan teknis dan Tugas Balai


administrasi kepada KKB. Bendungan

31 Dalam memberikan dukungan teknis, Balai Bendungan melakukan Kegiatan Balai


kegiatan: Bendungan

a. pengumpulan dan pengolahan data bendungan;

21
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. pengkajian pembangunan dan pengelolaan bendungan;


c. penyelenggaraan inspeksi bendungan;
d. pemberian saran teknis bendungan;
e. pemantauan pelaksanaan konstruksi dalam aspek keamanan
bendungan;
f. inventarisasi dan registrasi bendungan serta klasifikasi bahaya
bendungan; dan
g. pengelolaan arsip bendungan.

E.1 Pembangunan Bendungan

32 Pasal 7 ayat (1) PermenPUPR No. 27/PRT/M/2015 menyatakan bahwa Tahap


pembangunan bendungan meliputi beberapa tahapan, yaitu: pembangunan
bendungan
a. persiapan pembangunan;
b. perencanaan pembangunan;
c. pelaksanaan konstruksi; dan
d. pengisian awal waduk.

Persiapan pembangunan bendungan

33 Pembangunan bendungan untuk pengelolaan SDA berdasarkan Dasar


rencana pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang bersangkutan. pembangunan
Dalam hal rencana pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang bendungan
bersangkutan belum ditetapkan, pembangunan bendungan disusun
berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air pada wilayah sungai dan
rencana tata ruang pada wilayah sungai yang bersangkutan.

34 Dalam rangka pembangunan bendungan diperlukan izin penggunaan Izin penggunaan


SDA. Izin tersebut diberikan oleh: SDA

a. Menteri untuk penggunaan SDA pada wilayah sungai lintas provinsi,


wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis
nasional;
b. Gubernur untuk penggunaan SDA pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota; dan
c. Bupati/Walikota untuk penggunaan SDA pada wilayah sungai dalam
satu kabupaten/kota.
Izin tersebut diberikan berdasarkan permohonan dari Pembangun
bendungan serta harus memenuhi persyaratan administratif dan
persyaratan teknis.

22
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

35 Persyaratan administratif dalam rangka pengajuan izin penggunaan Persyaratan


SDA meliputi dokumen: administratif dan
teknis dalam
a. permohonan izin penggunaan SDA;
rangka pengajuan
b. identitas Pembangun Bendungan; dan izin penggunaan
c. izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan SDA
perundang-perundangan.
Sementara, persyaratan teknis berupa rekomendasi teknis dari unit
pelaksanan teknis yang membidangi SDA pada wilayah sungai yang
bersangkutan.

36 Berdasarkan permohonan izin penggunaan SDA yang memenuhi Keputusan


kelengkapan persyaratan, dalam jangka waktu 30 hari sejak perizinan
permohonan diterima, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangannya dalam pengelolaan SDA harus mengeluarkan
keputusan untuk memberikan izin atau menolak permohonan izin.

37 Izin penggunaan SDA, paling sedikit memuat: Izin penggunaan


SDA
a. identitas pembangunan bendungan;
b. lokasi penggunaan SDA;
c. maksud dan tujuan pembangunan dan pengelolaan bendungan;
d. jenis dan tipe bendungan yang akan dibangun;
e. volume air dan/atau jumlah daya air;
f. rencana penggunaan sumber daya air;
g. ketentuan hak dan kewajiban; dan
h. jangka waktu berlakunya izin.

38 Pembangun bendungan dapat mengajukan perpanjangan izin Perpanjangan izin


penggunaan SDA paling lambat tiga bulan sebelum waktu izin penggunaan SDA
berakhir. Selain itu, dalam jangka waktu paling lama lima tahun dan persetujuan
setelah mendapat izin penggunaan SDA, Pembangun bendungan harus prinsip
mengajukan permohonan persetujuan prinsip pembangunan
bendungan.

Perencanaan pembangunan bendungan

39 Perencanaan pembangunan bendungan meliputi: Perencanaan


pembangunan
a. studi kelayakan;
bendungan
b. penyusunan desain; dan
c. studi pengadaan tanah.

23
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Perencanaan pembangunan bendungan disusun dengan


memerhatikan kondisi SDA, keberadaan masyarakat, benda
bersejarah, daya dukung lingkungan hidup, dan rencana tata ruang
wilayah.

40 Dalam perencanaan pembangunan bendungan harus dilakukan Keikutsertaan


pertemuan konsultasi publik dengan mengikutsertakan instansi dan instansi dan
masyarakat terkait. masyarakat

41 Studi kelayakan juga mencakup pra studi kelayakan dan harus disertai Dokumen studi
dengan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Studi kelayakan
kelayakan untuk pembangunan bendungan dituangkan dalam
dokumen studi kelayakan yang paling sedikit memuat:
a. analisis kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan
akses, quarry dan borrow area, penyimpanan material, tempat
pembuangan galian, dan daerah genangan;
b. analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan, lokasi
material bahan bendungan, dan daerah bendungan;
c. analisis hidrologi daerah tangkapan air;
d. analisis kependudukan di daerah tapak bendungan, rencana
genangan, serta daerah penerima manfaat bendungan;
e. analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan,
rencana genangan, serta daerah penerima manfaat bendungan;
f. analisis kelayakan teknis, ekonomis termasuk umur layan
bendungan, dan lingkungan untuk setiap alternatif rencana
bendungan;
g. rencana bendungan yang paling layak dipilih;
h. desain pendahuluan bendungan yang paling layak pilih; dan
i. rencana penggunaan SDA.

42 Studi kelayakan dan penyusunan desain dilakukan Pembangun Survei dan


bendungan melalui kegiatan survei dan investigasi. investigasi

43 Desain bendungan dituangkan dalam dokumen yang paling sedikit Dokumen


memuat: penyusunan
desain
a. gambar teknis rencana bendungan beserta bangunan
pelengkapnya dan fasilitas yang berkaitan dengan pembangunan
bendungan dan peta genangan;
b. nota desain yang meliputi kriteria yang dipergunakan dalam
menyusun desain dan perhitungan gambar teknis;

24
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

c. spesifikasi teknis yang meliputi ukuran yang harus dipenuhi untuk


mencapai kualitas pekerjaan yang disyaratkan dan peralatan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi;
d. metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan
aliran sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan
peralatan hidromekanikal; dan
e. rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi bendungan yang
meliputi perhitungan volume pekerjaan dan biaya.

44 Pembangun bendungan mengajukan desain dan surat permohonan Persetujuan


persetujuan, yang mencakup informasi maksud dan tujuan desain oleh
pembangunan bendungan, kepada Menteri untuk memperoleh Menteri
persetujuan desain. Pengajuan persyaratan desain harus memenuhi
persyaratan administratif dan persyaratan teknis.

45 Persyaratan administratif pengajuan persetujuan desain bendungan Persyaratan


meliputi dokumen: administarif
persetujuan
a. permohonan persetujuan desain;
desain
b. identitas Pembangun bendungan; dan
c. izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

46 Persyaratan teknis pengajuan persetujuan desain bendungan meliputi Persyaratan


dokumen: teknis
persetujuan
a. gambar teknis rencana bendungan beserta bangunan
desain
pelengkapnya dan fasilitas yang berkaitan dengan pembangunan
bendungan serta peta genangan;
b. nota desain yang meliputi kriteria yang dipergunakan dalam
menyusun desain dan perhitungan gambar teknis sebagaimana
dimaksud pada huruf a;
c. spesifikasi teknis yang meliputi ukuran yang harus dipenuhi untuk
mencapai kualitas pekerjaan yang disyaratkan dan peralatan yang
dipergunakan dalam pelaksanaan konstruksi;
d. metode pelaksanaan yang paling sedikit meliputi cara pengelakan
aliran sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan
peralatan hidromekanikal; dan
e. rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi bendungan yang
meliputi perhitungan volume pekerjaan dan biaya.
Persetujuan desain diberikan Menteri setelah mendapat rekomendasi
dari KKB.

25
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

47 Studi pengadaan tanah dituangkan dalam dokumen studi pengadaan Studi pengadaan
tanah yang paling sedikit memuat: tanah

a. lokasi tanah yang diperlukan;


b. peta dan luasan tanah;
c. status dan kondisi tanah; dan
d. rencana pembiayaan.
Dalam hal pembangunan bendungan memerlukan lahan pada
kawasan permukiman, perencanaan pembangunan bendungan perlu
dilengkapi dengan studi pemukiman kembali penduduk.

48 Sementara, dalam hal pembangunan bendungan berada dalam Pembangunan


kawasan hutan, ketentuan studi kelayakan, penyusunan desain, dan bendungan di
studi pengadaan tanah disesuaikan dengan ketentuan perundangan kawasan hutan
bidang kehutanan.

Pelaksanaan konstruksi bendungan

49 Dalam jangka waktu paling lama lima tahun setelah mendapat Pelaksanaan
persetujuan desain, Pembangun bendungan harus mengajukan konstruksi
permohonan izin pelaksanaan konstruksi bendungan. Sementara,
pelaksanaan konstruksi wajib dilakukan berdasarkan izin pelaksanaan
konstruksi yang diberikan oleh Menteri. Izin tersebut diberikan Menteri
paling lama enam bulan sejak permohonan diterima. Permohonan izin
pelaksanaan konstruksi bendungan harus memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis.

50 Persyaratan administratif pelaksanaan konstruksi bendungan meliputi Persyaratan


dokumen: administratif
pembangunan
a. permohonan izin pelaksanaan konstruksi;
bendungan
b. pernyataan dari Pembangun bendungan mengenai tersedianya
lahan untuk lokasi bendungan, sumber material dan jalan akses
menuju lokasi bendungan; dan
c. izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

51 Persyaratan teknis pelaksanaan konstruksi bendungan meliputi Persyaratan


dokumen: teknis
pembangunan
a. desain bendungan yang telah mendapat persetujuan;
bendungan
b. studi pengadaan tanah; dan
c. pengelolaan lingkungan hidup.

26
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

52 Izin pelaksanaan konstruksi bendungan paling sedikit memuat: Izin pelaksanaan


konstruksi
a. identitas Pembangun bendungan;
bendungan
b. lokasi bendungan yang akan dibangun;
c. maksud dan tujuan pembangunan bendungan;
d. jenis dan tipe bendungan yang akan dibangun;
e. gambar dan spesifikasi teknis;
f. jadwal pelaksanaan konstruksi;
g. metode pelaksanaan konstruksi;
h. ketentuan hak dan kewajiban; dan
i. jangka waktu berlakunya izin.

53 Pelaksanaan konstruksi bendungan dimulai dengan persiapan Persiapan


pelaksanaan kontruksi yang meliputi: pelaksanaan
konstruksi
a. Pengadaan tanah
bendungan
Pengadaan tanah dilakukan Pembangun bendungan sesuai hasil
studi pengadaan tanah.
b. Mobilisasi sumber daya
Mobilisasi sumber daya mencakup penyediaan tenaga kerja,
peralatan, dan fasilitas pendukung.

54 Pelaksanaan konstruksi bendungan dilakukan sesuai desain yang Pelaksanaan


disetujui dan harus mengutamakan teknologi dengan memanfaatkan konstruksi
sumber daya lokal. bendungan

55 Selama pelaksanaan konstruksi, Pembangun bendungan harus Dokumen dalam


menyiapkan dokumen: pelaksanaan
konstruksi
a. rencana pengisian awal waduk;
bendungan
b. rencana pengelolaan bendungan;
c. rencana pembentukan unit pengelola bendungan; dan
d. rencana tindak darurat.
Pada akhir pelaksanaan konstruksi, Pembangun bendungan harus
membuat laporan akhir pelaksanaan konstruksi bendungan.

Pengisian awal waduk

56 Pengisian awal waduk dilakukan setelah pelaksanaan konstruksi Pengisian awal


bendungan selesai. Pengisian awal waduk wajib dilakukan waduk
berdasarkan izin yang diajukan oleh Pembangun bendungan kepada
Menteri dan tembusannya disampaikan kepada KKB. Permohonan

27
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

pengisian awal waduk harus memenuhi persyaratan administratif dan


persyaratan teknis.

57 Persyaratan administratif pengisian awal waduk meliputi dokumen: Persyaratan


administratif
a. permohonan izin pengisian awal waduk;
pengisian awal
b. identitas Pembangun bendungan; waduk
c. rencana pembentukan unit pengelola bendungan; dan
d. izin atau persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

58 Persyaratan teknis pengisian awal waduk meliputi dokumen: Persyaratan


teknis pengisian
a. laporan akhir pelaksanaan konstruksi;
awal waduk
b. laporan pelaksanaan penyiapan daerah genangan waduk;
c. rencana pengisian awal waduk;
d. rencana pengelolaan bendungan; dan
e. rencana tindak darurat.

59 KKB melakukan penilaian terhadap dokumen persyaratan teknis. Hasil Rekomendasi


penilaian tersebut harus disampaikan dalam bentuk rekomendasi KKB kepada
kepada Menteri paling lambat tiga bulan sejak tembusan permohonan Menteri dan izin
diterima. Berdasarkan rekomendasi KKB, dalam jangka waktu paling Menteri
lama sepuluh hari, Menteri memberikan izin pengisian awal waduk.

60 Serangkaian kegiatan pembangunan bendungan tersebut Pengendalian


dimaksudkan agar bendungan yang dibangun aman, efektif, dan mutu
efisien. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan pengawasan yang pelaksanaan
ketat dan kontinu pada waktu pelaksanaan agar sesuai dengan desain pekerjaan
dan spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk itu, pada waktu konstruksi
pelaksanaan konstruksi, perlu dilakukan uji mutu perbaikan pondasi bendungan
dan ebatmen, uji mutu material di borrow area dan quarry, serta uji
mutu konstruksi atau pemadatan urukan tanah, filter, dan batu.

61 Beberapa contoh pekerjaan konstruksi bendungan yang mungkin Contoh pekerjaan


ditemui di lapangan adalah bendungan urukan tanah, bendungan konstruksi
urukan batu, bendungan beton, pelimpah, intake, pengelak, bendungan
terowongan, instrumentasi, dan embung. Jenis pekerjaan pada
komponen konstruksi bendungan dan embung terdapat pada Lampiran
2.3.

28
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

F. Pengaman Pantai4

62 Pengamanan pantai adalah upaya untuk melindungi dan Pengamanan


mengamankan daerah pantai dan muara pantai dari kerusakan akibat pantai
erosi, abrasi, dan akresi. Pengamanan pantai dimaksudkan untuk
melakukan perlindungan dan pengamanan terhadap:
a. masyarakat yang tinggal di sepanjang pantai dari ancaman
gelombang dan genangan pasang tinggi (rob), erosi serta abrasi;
b. fasilitas umum, fasilitas sosial, kawasan yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi dan nilai sejarah serta nilai strategis nasional yang
berada di sepanjang pantai; dan
c. pendangkalan muara sungai.

63 Aspek umum pengamanan pantai meliputi: Aspek umum


pengamanan
a. Studi kelayakan pengamanan pantai
pantai
Studi kelayakan dimaksudkan untuk mengevaluasi kelayakan
bangunan pengaman pantai, meliputi:
1) kelayakan ekonomi, sosial, dan lingkungan;
2) kesiapan masyarakat untuk menerima rencana kegiatan;
3) keterpaduan antar sektor;
4) kesiapan pembiayaan; dan
5) kesiapan kelembagaan
b. Penyusunan program pengamanan pantai.

64 Aspek teknis pengamanan pantai meliputi: Aspek teknis


pengamanan
a. perencanaan detail pengamanan pantai;
pantai
b. pelaksanaan pengamanan pantai;
c. operasi dan pemeliharaan bangunan pengaman pantai;
d. pengelolaan barang milik negara/barang milik daerah berupa
bangunan Pengaman Pantai;
e. pembiayaan pengamanan pantai; dan
f. peran masyarakat.

65 Pengembangan alternatif, kriteria desain, tata letak, bentuk dan Detail desain
material pengamanan pantai dilakukan melalui konsultasi publik Pengaman Pantai
dengan instansi teknis dan masyarakat terkait. Detail desain dilakukan
berdasarkan pemilihan alternatif Pengaman Pantai dan meliputi:
a. perhitungan struktur;

4
Disarikan berdasar PermenPUPR No. 07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai

29
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. gambar rencana;
c. spesifikasi teknis;
d. perhitungan volume; dan
e. perhitungan biaya.

66 Spesifikasi teknis merupakan bagian dari dokumen lelang mengenai Spesifikasi teknis
pelaksanaan konstruksi bangunan Pengaman Pantai yang berisi konstruksi
penjelasan persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan dan Pengaman Pantai
meliputi:
a. syarat-syarat material yang digunakan;
b. syarat jenis, kapasitas, dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan;
c. syarat-syarat kualifikasi dan jumlah personil inti yang
dipekerjakan;
d. metode pelaksanaan pekerjaan;
e. jadwal waktu pelaksanaan;
f. mengutamakan produksi dalam negeri; dan
g. kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan.

67 Bangunan Pengaman Pantai pada umumnya terbagi menjadi beberapa Contoh


jenis bangunan, diantaranya adalah tanggul laut, tembok laut, konstruksi
revetment, pemecah gelombang, krib, jetty, pengisian pasir, serta Pengaman Pantai
penanaman tumbuhan dan transplantasi karang. Bangunan Pengaman
Pantai memiliki fungsi yang berbeda-beda di pantai, seperti terlihat
pada Tabel 2.2. Sementara, jenis pekerjaan pada komponen konstruksi
Pengaman Pantai terdapat pada Lampiran 2.4.

Tabel 2.2. Fungsi Bangunan Pengaman Pantai


Struktur Tujuan Fungsi Utama
Tanggul laut (sea dike) Melindungi daratan pantai rendah Pengamanan daratan pantai rendah
terhadap genangan air pasang, terhadap genangan air pasang,
gelombang dan badai gelombang dan badai
Tembok laut (sea wall) Mencegah/mengurangi limpasan dan Perkuatan pada bagian profil pantai
genangan areal pantai yang berada di tertentu
belakangnya
Revetment Melindungi profil pantai dengan Perlindungan pada profil pantai yang
kemiringan alami tererosi
Pemecah gelombang Mengurangi energi (gaya-gaya) Peredam energi gelombang di
(breakwater) gelombang di belakang struktur. belakang struktur dan pengurangan
transpor sedimen tegak lurus pantai
Krib Menstabilkan bentang pantai alami atau Pengarah arus angkutan sedimen
pantai buatan sejajar pantai
Jetty Menstabilkan alur pelayaran pada muara Pengarah arus aliran sungai dan arus
sungai dan tidal inlet pasang surut
Pengisian pasir Mencegah erosi pantai dan melindungi Pengganti suplai sedimen pantai dan
pantai dari penggerusan material dune secara alami yang
tererosi oleh gelombang dan arus

30
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.5 menunjukkan contoh pekerjaan konstruksi SDA Pengaman Pantai, berupa
tembok laut dan revetment.
Gambar 2.5. Contoh Pekerjaan Pengaman Pantai

Tembok Laut di Pantai Panjang Bengkulu Revetment di Pantai Kuta Bali

68 Perencanaan detail pengamanan pantai, termasuk perhitungan Pedoman


struktur dan perhitungan volume, dilakukan sesuai dengan Pedoman perencanaan
Perencanaan Teknis Pengamanan Pantai. teknis
pengamanan
pantai

69 Kegiatan prapersiapan pelaksanaan konstruksi pengamanan pantai Prapersiapan


meliputi kegiatan serah terima/penyerahan lapangan, penerbitan konstruksi
surat perintah mulai kerja (SPMK), dan pre-construction meeting.

70 Pekerjaan persiapan pelaksanaan meliputi kegiatan penyiapan lahan Persiapan


kerja, mobilisasi, reviu desain, pengukuran dan pengumpulan data pelaksanaan
(meliputi pengukuran topografi, bathimetri, serta pengamatan dan konstruksi
pengumpulan data pasang surut), pembuatan base camp dan
perlengkapannya, material, pengaturan lalu lintas alat berat,
peralatan, sumber daya manusia, dan perlengkapan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3).

71 Ringkasan metode pelaksanaan konstruksi bangunan pengaman


pantai dapat dilihat pada matriks pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Matriks Ringkasan Metode Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai
Tipe Bangunan Langkah kerja Peralatan Keterangan
Tanggul laut Pemasangan profil theodolite Peralatan tambahan:
Pekerjaan pembersihan lahan dan bulldozer generator set
striping
Pemasangan geotekstil -
Penimbunan dump truck, bulldozer
Pemadatan tanah handstamper/sheepfoot
roller
Penyusunan armour ekskavator
Perkerasan jalan inspeksi roller

31
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tipe Bangunan Langkah kerja Peralatan Keterangan


Tembok laut Pemasangan profil theodolite Peralatan tambahan:
Penumpukan material batu dan dump truck dan generator set dan
penggalian pondasi ekskavator pompa air
Pemasangan geotekstil -
Penyusunan batu kosong ekskavator/crane
Peyusunan buis beton dan pengisian dump truck, ekskavator,
beton cyclop dan molen
Penggalian untuk pemasangan batu -
secara manual
Pemasangan paving block dan balok -
beton kepala

Revetment Pemasangan profil theodolite Peralatan tambahan:


Penggalian tanah pondasi (kaki ekskavator generator set
bangunan) saat air surut
Pemasangan geotekstil -
Penyusunan lapis antara dan lapis ekskavator/crane
armour pada kaki bangunan
Penyusunan material armour ekskavator/crane
Pekerjaan pasangan batu kali dan roller
pekerjaan jalan setapak
Pekerjaan timbunan roller

Krib Penentuan rute kapal - Peralatan tambahan:


(pengangkutan Transportasi material ponton dan loader generator set
melalui laut) Penyusunan material inti ekskavator
Transportasi material lapis antara ponton dan loader
Peralatan material lapis antara ekskavator
Penyusunan material lapis antara ekskavator
Transportasi armour ponton dan loader
Penyusunan armour ekskavator

Pemecah Pembuatan jalan kerja di laut - Peralatan tambahan:


gelombang Transportasi material ponton, dump truck, generator set
(transportasi bulldozer
material melalui Pembongkaran muatan material ekskavator dan loader
laut) Penempatan material ekskavator
Pembentukan pemecah gelombang ekskavator

Pemecah Pekerjaan persiapan/pembuatan - Angkutan material


gelombang jembatan kerja menggunakan kereta
(transportasi Pekerjaan pemancangan cerucuk - dorong
material melalui kayu/bambu
darat) Pekerjaan anyaman/rakit bambu - Peralatan tambahan:
Penyusunan material inti - generator set
Penyusunan lapis antara -
Penyusunan armour dari batu atau -
kubus beton

Jetty Material lapis inti, lapis antara dan dump truck Biasanya muara
armour ditempatkan dari darat terlalu dangkal untuk
Penimbunan lapis inti dan antara dump truck dan ponton
ekskavator
Penempatan armour crawler crane/ekskavator Peralatan tambahan:
Pemasangan U-shell molen generator set

32
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tipe Bangunan Langkah kerja Peralatan Keterangan


Pengisian pasir Eksploitasi pasir kapal keruk Peralatan tambahan:
Penempatan pipa kapal penarik, kapal crane, generator set
kapal pemandu
Penarikan pipa ekskavator, kapal crane, Monitoring titik pada
kapal pemandu, kapal potongan melintang
keruk maupun memanjang.
Pemasangan silt protector boat
Pengisian pasir kapal keruk
Perataan pasir bulldozer, ekskavator
Monitoring theodolite

G. Pengaman Sungai

72 Pengamanan sungai dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai Pengamanan


ragam pemanfaatan fungsi dan potensi sungai dan bertujuan untuk sungai
menjaga kelestarian sungai dari hal-hal yang sifatnya mengganggu
atau merusak kelestarian sungai. Kegiatan pengamanan sungai antara
lain berupa pengaturan alur sungai, yang terdiri dari perbaikan alur
sungai dan penstabilan alur sungai.

73 Konstruksi Pengaman Sungai antara lain berupa: Contoh


konstruksi
a. Krib
pengaman sungai
Krib adalah bangunan yang dibuat melintang terhadap arus aliran
sungai yang berfungsi untuk melindungi tebing sungai yang
tererosi dengan cara mengarahkan/membelokkan aliran sungai
(yang biasanya menyusur pada sisi luar belokan sungai) agar
menjauhi tebing sungai dan mengurangi kecepatan arus sungai.
Krib sungai terdiri dari beberapa tipe, yaitu Krib bronjong kawat,
Krib tiang pancang beton, Krib tiang pancang kayu, dan Krib
kombinasi.
b. Pelindung tebing dan talud
Pelindung tebing dan talud yang berfungsi sebagai perkuatan
lereng adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu
lereng untuk melindungi tebing sungai terhadap terjangan arus
yang dapat mengakibatkan terjadinya gerusan pada tebing sungai.
Biasanya bagian yang dilindungi adalah tebing alur sungai bagian
bawah, namun bisa juga untuk melindungi tebing.
c. Tanggul
Tanggul adalah suatu bangunan pengendali sungai yang fungsi
utamanya untuk membatasi penyebaran aliran air, mengarahkan
aliran, dan penggunaan lainnya.

33
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

d. Bangunan pengendali dasar sungai


Bangunan ini berfungsi untuk menahan dan mengatur volume
sedimen yang mengalir ke hilir sehingga proses
pengendapan/agradasi di hilir dapat dikurangi. Untuk lebih
memantapkan serta mencegah terjadinya degradasi alur sungai di
daerah hilir maka diperlukan adanya bangunan ambang dasar.
Bangunan tersebut dibangun menyilang sungai untuk menstabilkan
dasar sungai agar tidak turun berlebihan.
e. Bangunan pengendali sedimen
Untuk mencegah gejala sedimen akibat erosi di bagian lain, perlu
dibangun sederetan bangunan pengatur yang berfungsi
mengendalikan dan menahan sedimen. Bangunan tersebut dapat
dibuat dari konstruksi beton, pasangan batu, atau struktur lainnya.
Jenis pekerjaan pada komponen konstruksi krib sungai terdapat pada
Lampiran 2.5.

H. Pengendali Muara Sungai

74 Contoh konstruksi pengendalian muara sungai: Contoh


konstruksi
a. Jetty
pengendalian
Jetty didefinisikan sebagai bangunan menjorok ke laut yang dibuat muara sungai
di mulut sungai (muara) serta direncanakan untuk mencegah
pendangkalan alur mulut sungai akibat adanya angkutan pasir
sejajar pantai dan mengarahkan arus aliran sungai atau arus
pasang surut. Pada mulut muara sungai untuk keperluan lalu lintas
nelayan, jetty dibuat panjang sehingga tidak ada sedimen yang
melimpas mulut muara. Ujung jetty panjang ditempatkan di luar
lokasi gelombang pecah. Sementara pada penutupan mulut muara
sungai yang tidak dipergunakan sebagai lalu lintas nelayan, jetty
dapat dibuat lebih pendek sehingga masih memungkinkan adanya
sedimen yang melimpas ke mulut jetty. Meskipun demikian, pada
saat debit besar sedimen akan hanyut oleh debit banjir. Ujung jetty
ditepatkan di belakang lokasi gelombang pecah.
b. Pengerukan
Apabila pembuatan jetty dilakukan pada musim kemarau saat
mulut tertutup, perlu dilakukan pengerukan. Kedalaman
pengerukan pada alur pelayaran antara dua jetty disesuaikan
dengan perahu yang akan keluar masuk TPI (Tempat Pelelangan
Ikan) dan muara.

34
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Jenis pekerjaan pada komponen konstruksi Pengendali Muara Sungai


terdapat pada Lampiran 2.6.

I. Rawa

75 Lahan rawa adalah lahan yang hampir sepanjang tahun selalu jenuh Rawa dan
air (saturated) atau tergenang (waterlogged) oleh air permukaan infrastrukturnya
dan/atau air tanah dangkal. Air umumnya tidak bergerak atau tidak
mengalir dengan bagian dasar tanah berupa lumpur.
Infrastruktur rawa pada umumnya berupa saluran beserta
infrastruktur pelengkapnya seperti intake, revetment, pintu-pintu
pengatur, dan lain-lain. Jenis pekerjaan pada komponen infrastruktur
rawa terdapat pada Lampiran 2.7.

76 Dalam perencanaan pembangunan infrastruktur rawa, perlu dipahami Pengelolaan rawa


kondisi lokasi, terutama untuk rawa pasang surut yang lokasinya
dipengaruhi pasang surut dan rawa lebak yang lokasinya tidak
terjangkau oleh pasang surut. Pengelolaan rawa, baik pasang surut
maupun rawa lebak, dilandasi pada prinsip keseimbangan antara
upaya konservasi dan pendayagunaan rawa dengan memerhatikan
daya rusak air dan perlindungan terhadap daya rusak air di daerah
rawa. Tujuan utama dari pembangunan rawa adalah untuk
melestarikan rawa sebagai sumber air dan meningkatkan manfaatnya
untuk mendukung kegiatan sosial, ekonomi, budaya, dan
pembangunan wilayah.

77 Parameter detail desain pengelolaan rawa antara lain: Parameter desain


pengelolaan rawa
a. beban drainase dan/atau beban tenaga;
b. waktu drainase efektif;
c. tingkah laku aliran;
d. karakteristik tanah;
e. topografi;
f. work ability; dan
g. eksplorasi dan pemeliharaan serta peningkatannya di kemudian
hari tanpa lining.

J. Air Tanah

78 Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di Air tanah
bawah permukaan tanah. Pelaksanaan pemanfaatan air tanah pada

35
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

umumnya mengambil air dari akuifer (lapisan batuan jenuh air tanah
yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup
dan ekonomis).
Infrastruktur air tanah antara lain berupa sumur air tanah dalam dan
pipa transmisi/distribusi air baku (air baku adalah air yang memenuhi
standar kualitas air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan sehari-
hari). Jenis pekerjaan pada komponen infrastruktur air tanah terdapat
pada Lampiran 2.8.

79 Air tanah secara umum dikelompokkan menjadi: Jenis air tanah

a. Air tanah dangkal


Berdasarkan surat izin pengambilan air (SIPA), air tanah dangkal
yaitu sumur gali yang umumnya hanya sampai kedalaman 10 - 15m
saja, sedangkan untuk sumur bor dangkal dengan pipa diameter 1
¼ ”– 1 ½ ” dan dimungkinkan juga sumur bor deep well dengan
casing 4”- 6” sampai kedalaman <30m.
b. Air tanah dalam
Sumur bor dalam dimaksudkan adalah sumur bor yang secara
umum kedalamannya >30m sesuai dengan kebutuhan dan perizinan
yang berlaku.

K. Pekerjaan Umum pada Konstruksi Sumber Daya Air

80 Secara umum, pekerjaan konstruksi SDA memiliki banyak kemiripan Pekerjaan umum
dan mencakup diantaranya: pada Konstruksi
SDA
a. Pekerjaan tanah
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian dan timbunan tanah
serta angkutan (houling) yang dapat dilaksanakan baik secara
manual, semi mekanis ataupun mekanis. Pekerjaan tanah antara
lain berupa pembersihan dan pengupasan permukaan tanah,
percobaan bahan timbunan, uitzet trase saluran dan pasang profil
melintang penampang, pengadaan dan pemasangan patok,
penggalian (galian tanah, batu, tanah cadas atau tanah keras,
lumpur, pasir), perkuatan dinding galian, peledakan batuan,
timbunan dan pemadatan, angkutan material dan/atau hasil galian,
pembuangan, serta pengeringan. Peralatan yang dibutuhkan untuk
mendukung pekerjaan tanah antara lain bulldozer, ekskavator,
dump truck, dan lain-lain.
b. Pekerjaan beton
Pekerjaan beton mencakup pembesian kolom, balok, ring balok,
sloof, pembuatan/penyediaan bekisting beton, floordeck, bekisting

36
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

balok, bongkar bekisting, curring beton, pemasangan water stop,


dan lain-lain. Alat yang digunakan biasanya berupa molen, pompa
beton.
c. Pekerjaan batu
Pekerjaan pasangan batu mencakup antara lain pekerjaan bata,
pekerjaan pasangan batu, pekerjaan perlindungan, pekerjaan lapis
lindung saluran (lining), dan pekerjaan batu candi.
Batu yang digunakan pada pekerjaan SDA sesuai dengan
spesifikasi teknis yang diatur dalam kontrak. Pada permulaan
pekerjaan pasangan batu, Penyedia membuat contoh pasangan
batu/tembok, yang mutu dan wujudnya disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan. Semua pekerjaan berikutnya harus sesuai dengan
contoh yang telah disetujui.
d. Pekerjaan pipa
Pekerjaan pipa mencakup antara lain peletakan pipa, pemasangan
pipa, dan pembuatan landasan. Pemasangan pipa dilakukan dengan
memerhatikan bahan pembuat pipa (besi, asbes), sambungan
(lentur dan sayap), dan dasarannya (pada landasan beton, bahan
berbutir, dan lain-lain).
e. Pembuatan campuran aspal untuk bangunan air
Campuran konstruksi aspal untuk bangunan air secara umum
hampir sama dengan yang digunakan untuk lapisan jalan, yaitu
terdiri dari agregat (batu pecah/kerikil, pasir), filler (bahan pengisi),
dan aspal. Untuk pekerjaan konstruksi SDA biasanya dipakai
beberapa tipe antara lain:
1) Tipe A, B, C yaitu lapisan yang kedap air;
2) Tipe D yaitu lapisan yang lolos air dan setengah berongga; dan
3) Tipe E yaitu lapisan yang berfungsi sebagai pembuang
(drainase) dengan berongga.
f. Pekerjaan pasangan batu
Pekerjaan ini mencakup berbagai jenis pekerjaan pasangan batu
yang termasuk lapisan penutup batu muka dan lainnya (pasangan
batu dapat berupa pasangan batu dengan mortar ataupun tanpa
mortar), plesteran, acian, pasangan batu kosong, pasangan batu
bronjong kawat, pasangan bronjong kawat, cerucuk, geotekstil,
armour, pembuatan blok beton, struktur krib, dan lain-lain. Alat
yang digunakan biasanya berupa molen.
g. Pekerjaan pasangan dengan mortar
Pekerjaan pasangan dengan mortar banyak digunakan di bidang
SDA, seperti untuk pekerjaan irigasi dan talud. Pasangan dengan

37
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

mortar dapat digunakan untuk pekerjaan pasangan bata, pasangan


batu, pekerjaan perlindungan, dan pekerjaan lapis lindung saluran
(lining). Gambar 2.6 menunjukkan contoh pasangan batu dengan
mortar.
Gambar 2.6. Contoh Pasangan Batu Dengan Mortar

Sumber: pupr.tasikmalayakota.go.id

Berdasarkan SNI 6882:2014, pasangan dengan mortar sering


disalahasumsikan sama dengan pasangan beton semen. Secara
teknik, tujuan utama dari mortar dalam pasangan adalah untuk
mengikat unit-unit pasangan menjadi satu kesatuan agar bekerja
sebagai elemen integral yang memiliki karakteristik kinerja
fungsional yang diinginkan sekaligus meningkatkan ketahanannya
terhadap air. Adapun beton merupakan struktural itu sendiri.
Perbedaan lainnya terletak pada kekuatan tekan, dhi. kriteria utama
beton adalah kuat tekan, sedangkan pada mortar, kuat tekan hanya
salah satu dari beberapa faktor penting.
Pada mortar, kekuatan lekat secara umum lebih penting, misalnya
kelecakan yang baik dan retensivitas air, yang keduanya
dibutuhkan untuk menghasilkan lekatan maksimal. Kekuatan lentur
juga penting karena merupakan ukuran kemampuan mortar untuk
menahan retak. Mortar secara tipikal harus lebih lemah dari unit
pasangan sehingga retakan yang mungkin akan terjadi pada joint
mortar dapat lebih mudah diperbaiki.
Kecuali diatur lain dalam kontrak, standar pasangan dengan mortar
telah diatur dalam SNI 6882:2014 dan metode pengujian kuat tekan
diatur dalam SNI 03-6825-2002 untuk pengujian di laboratorium.
Pengujian mortar di lapangan dapat mengacu pada ASTM C780.
Selain itu, khusus untuk pekerjaan pembuatan selokan, apron, dan
struktur saluran kecil lainnya, penggunaan pasangan batu dengan
mortar dapat mengacu pada Seksi 2.2. Spesifikasi Umum Bina
Marga 2019 (Revisi 2) beserta perubahannya (jika ada).

38
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

h. Pekerjaan pemancangan
Selain untuk keperluan pondasi, pemancangan dapat juga
dilakukan untuk membuat perkuatan dinding galian tanah sebagai
turap ataupun untuk bangunan sementara dalam rangka upaya K3.
Berbagai jenis pekerjaan pemancangan dapat berupa tiang
pancang untuk menahan gaya normal dan ada pula turap (sheet
pile) untuk menahan gaya geser.
Secara umum bahan yang digunakan berupa kayu, baja, dan beton.
Jika dilihat dari alat pemancangnya (pile driver), pemancangan
dilakukan secara manual dan/atau mekanis. Adapun alat pancang
yang tanpa mesin/manual cukup menggunakan tripod dan hammer,
sedangkan peralatan mekanis umumnya berupa crane dengan pile
driver.
i. Pekerjaan pemugaran
Pekerjaan pemugaran termasuk memugar, memperbaiki, atau
meningkatkan bangunan lama.
j. Pekerjaan dewatering
Pekerjaan dewatering meliputi pembuatan dan pemasangan
kistdam dan/atau perkuatan dnding serta pemompaan air pada
daerah kerja.
k. Pekerjaan pintu air
Pintu air pada umumnya sudah tersedia di pasaran sebagai produk
pabrikan. Biaya pekerjaan pintu air ini berasal dari harga pintu air,
biaya transportasi dan biaya pemasangan. Pembelian pintu air
umumnya sudah termasuk biaya transportasi dan pemasangannya.
Pekerjaan pemasangan pintu air dan peralatan hidromekanik
meliputi pintu angkat, pintu kayu rangka besi, dan pintu sorong kayu
ataupun baja.
l. Pekerjaan air tanah
Pekerjaan air tanah dapat merupakan pemanfaatan air tanah
dangkal seperti sumur gali atau juga sumur bor ø pipa 1 ¼” – 1 ½”
ataupun sumur bor jenis deep well. Pekerjaan ini umumnya
termasuk pada pekerjaan Cipta Karya. Terkait dengan pekerjaan air
tanah yang termasuk bidang SDA adalah pembuatan sumur bor air
tanah dalam.
m. Pekerjaan jalan inspeksi
Pekerjaan jalan inspeksi adalah pekerjaan jalan yang digunakan
untuk keperluan operasi dan pemeliharaan jalan irigasi.

39
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

n. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang dikelompokkan sebagai pekerjaan lain-lain
meliputi pembersihan lapangan, pemagaran daerah kerja,
pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang, serta
moblisasi/demobilisasi.

81 Untuk mengefisienkan waktu atau memaksimalkan produktivitas Analisis peralatan


peralatan, perlu diperhatikan kesesuaian jenis dan jumlah peralatan pendukung
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Analisis ini pekerjaan
bersesuaian dengan prinsip tepat waktu, tepat mutu, dan tepat biaya.
Untuk itu, berbagai jenis pekerjaan, terutama yang terkait berapa
jumlah alat, lokasi, kondisi medan serta lingkungannya perlu dianalisis
(prosedur analitis).

40
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

BAB III
PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR

A. Pengantar

01 Untuk mengendalikan mutu pekerjaan konstruksi SDA, Penyedia dan Pengendalian


Pengendali Pekerjaan melakukan pengendalian mutu pada seluruh mutu
proses pekerjaan maupun terhadap bahan/material, tenaga kerja, pekerjaan
peralatan, metode kerja, dan hal lain yang mempengaruhi mutu konstruksi SDA
pekerjaan konstruksi SDA. Subbab ini akan mengelaborasi
pengendalian mutu secara umum tanpa memperhatikan jenis dan
tahapan pekerjaan konstruksi SDA.

02 Untuk menjamin pekerjaan dilaksanakan dengan tepat mutu, Komponen


pengendalian mutu pekerjaan konstruksi SDA dilakukan berdasarkan utama
spesifikasi teknis yang dimuat dalam kontrak dan mencakup hal-hal pengendalian
berikut, tapi tidak terbatas pada: mutu pekerjaan
konstruksi SDA
a. Peralatan laboratorium dan personel
Peralatan laboratorium yang dipergunakan untuk pekerjaan utama
SDA, kecuali ditentukan lain dalam kontrak, antara lain sebagai
berikut:
1) atterberg test;
2) hidrometer;
3) CBR;
4) kepadatan proctor;
5) kepadatan lapangan dengan sand cone;
6) Los Angeles abration test;
7) berat jenis;
8) kadar rongga udara campuran;
9) termometer logam;
10) core drill;
11) tes beton, slump, kuat tekan, flexural strength;
12) dan lain-lain sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi.
Personel terkait pengendalian mutu berpengalaman dan
menguasai pengujian, baik pengujian melalui laboratorium maupun
pengujian lapangan.

41
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. Penyimpanan bahan/material
Bahan/material harus disimpan dengan suatu cara untuk menjamin
perlindungan mutu bahan dan dapat diperiksa oleh pihak yang
kompeten dengan mempertimbangkan antara lain:
1) Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan dan puing
dan memiliki drainase yang lancar;
2) Bahan-bahan yang yang diletakkan langsung di atas tanah
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan kecuali tempat kerja
tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan
suatu lapisan pasir atau kerikil dengan ketebalan tertentu.
3) Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian
rupa untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi
yang sesuai serta mengontrol kadar air dengan tinggi
maksimal sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Penumpukan berbagai ragam agregat, misalnya hotmix dan
beton, harus dipisahkan dengan papan pembatas guna
mencegah pencampuran bahan-bahan.
5) Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk
mencegah kejenuhan agregat yang akan mengakibatkan
penurunan mutu.
c. Cara pengangkutan material/campuran ke lokasi kerja
Pengangkutan material didasarkan pada pembatasan bobot
pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau
struktur yang ada di sekitar proyek.
d. Pengujian material yang akan digunakan
Material yang akan digunakan diuji untuk mendapatkan jenis dan
jumlah tes sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi.
e. Penyiapan job mix formula
Untuk memperoleh campuran yang memenuhi persyaratan
spesifikasi, job mix formula dibuat dan disetujui Pengawas
Pekerjaan, misalnya untuk hotmix dan beton.
f. Pengujian laboratorium selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
SDA
Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi SDA, sebagaimana
disebutkan dalam spesifikasi, dilakukan pengujian rutin bahan atau
campuran guna menjamin mutu sesuai dengan persyaratan. Jenis
dan frekuensi/jumlah pengujian dilakukan sesuai yang disebutkan
dalam spesifikasi.

42
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

g. Tes lapangan
Pengujian/tes lapangan dilakukan sesuai yang disebutkan dalam
persyaratan pengujian setelah pekerjaan selesai dan sebelum
pekerjaan diserahterimakan.
h. Administrasi dan formulir
Administrasi, tata cara pengendalian mutu pekerjaan, dan formulir
yang akan digunakan selama kelangsungan pekerjaan konstruksi
mengikuti ketentuan yang baku atau yang telah ditetapkan dalam
kontrak.

03 Pengendalian mutu pekerjaan konstruksi SDA dilakukan pada tiga Waktu


tahapan, yaitu: pengendalian
mutu pekerjaan
a. pada saat perencanaan, dhi. pada saat mendesain, sehingga
konstruksi SDA
pekerjaan konstruksi SDA memenuhi kebutuhan dan tujuan
pengadaannya;
b. pada saat pelaksanaan dengan terus memerhatikan faktor-faktor
yang signifikan mempengaruhi keberhasilan pembangunan
pekerjaan konstruksi SDA; dan
c. pada saat ditemukan adanya ketidaksesuaian antara kondisi di
lapangan dengan kondisi standar sehingga perlu segera dilakukan
langkah peningkatan kualitas, baik berupa penyesuaian maupun
perbaikan.

04 Pengendalian mutu pekerjaan konstruksi SDA diselenggarakan Bentuk


melalui: pengendalian
mutu pekerjaan
a. Kajian dan analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
konstruksi SDA
1) mengadakan studi dan pemeriksaan terhadap bahan-bahan
yang akan digunakan dan memilih yang sesuai;
2) mengadakan percobaan–percobaan terhadap bahan yang
telah dipilih, dhi. apakah memenuhi standar mutu yang
ditetapkan dalam spesifikasi teknis; dan
3) menyusun metode kerja, yaitu tata cara pelaksanaan dan
penggunaan peralatan dan fasilitas.
b. Pelaksanaan pengendalian dan pengambilan sampel yang terdiri
dari dua kegiatan, yaitu:
1) memberi penjelasan dan latihan kepada semua unsur yang
terkait tata cara pelaksanaan;
2) mengendalikan jalannya pelaksanaan sesuai dengan tata cara
pelaksanaan yang telah ditetapkan, mengambil benda-benda
uji/sampel untuk pemeriksaan, serta membuat laporan
jalannya pelaksanaan, hasil pengujian lapangan dan benda–
benda uji yang akan dikirim ke laboratorium.

43
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

c. Pemeriksaan, yaitu memeriksa laporan, hasil-hasil pengujian


lapangan dan hasil pengujian laboratorium serta membuat
kesimpulan dari hasil pemeriksaan.
d. Tindak lanjut yang terdiri dari dua kegiatan, yaitu:
1) menyusun rekomendasi agar pekerjaan dilanjutkan
berdasarkan tata cara pelaksanaan yang sudah ditetapkan
(bila hasil pemeriksaan berkesimpulan bahwa mutu sudah
sesuai dengan spesifikasi teknis);
2) melakukan survei/penelitian penyebab ketidaksesuaian (bila
hasil pemeriksaan berkesimpulan tidak sesuai/tidak baik).
Penyebab ketidaksesuaian pekerjaan tersebut antara lain:
- Tata cara pelaksanaan tidak dilaksanakan dengan baik
sehingga pekerjaan harus dibongkar dan dikerjakan ulang
mengikuti tata cara pelaksanaan yang telah ditetapkan.
- Tata cara pelaksanaan tidak cocok untuk pekerjaan
tersebut sehingga tata cara pelaksanaan harus
diperbaiki/diubah dan pekerjaan diperbaiki menurut tata
cara yang baru.
Bagan alur pengendalian mutu dapat dilihat pada Gambar 3.1.

05 Spesifikasi pekerjaan konstruksi SDA merupakan salah satu bagian Spesifikasi


penting dari dokumen kontrak yang memuat segala peraturan dan sebagai kriteria
ketentuan tentang bagaimana pekerjaan konstruksi SDA harus mutu
dikerjakan dan hasil akhir tertentu yang diharapkan. Spesifikasi
disebut juga dengan spesifkasi teknis atau spesifikasi umum dan dapat
dilengkapi dengan spesifikasi khusus.
Spesifikasi teknis sendiri meliputi:
a. spesifikasi bahan bangunan;
b. spesifikasi peralatan konstruksi dan peralatan bangunan;
c. spesifikasi proses/kegiatan;
d. spesifikasi metode konstruksi/metode pelaksanaan/metode kerja;
dan
e. spesifikasi jabatan kerja konstruksi.
Dengan demikian, pengawasan dan pengendalian mutu pekerjaan
konstruksi SDA dilakukan dengan memerhatikan berbagai spesifikasi
teknis di atas.

44
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 3.1. Bagan Alur Pengendalian Mutu

Penilaian bahan yang


sesuai

Kajian dan
analisis

Penetapan
standar

Metode Modifikasi Metode


pelaksanaan pelaksanaan

Pelaksanaan
(Latihan, Pengawasan / Pengendalian dan
laporan)

Pemeriksaan Penyelidikan
Tidak

Rekomendasi

Ya

Pemeriksaan

Ya
Selesai

45
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

06 Pengendalian mutu dicapai melalui penetapan empat standar, yaitu: Standar dalam
rangka
a. Standar mutu, yaitu kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang
pengendalian
tercantum dalam kontrak.
mutu
b. Standar pengujian yaitu pengujian yang dilakukan berdasarkan
standar yang berlaku untuk mencapai mutu tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam standar mutu. Contoh standar pengujian dalam
rangka pengendalian mutu pekerjaan timbunan tanah, beton, dan
mortar untuk pasangan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Standar Pengujian Dalam Rangka Pengendalian Mutu


Pekerjaan Timbunan Tanah, Beton, dan Mortar
No. Jenis Pekerjaan Standar Keterangan
1. Pekerjaan ASTM, JIS, British Standar Pengujian:
Timbunan Tanah Standard, SNI, dan lain- - Fisik
lain - Mekanik
2. Pekerjaan Beton ASTM, PBI 71, British - Standar Pengujian
Standard, SNI dan lain- Beton
lain - Standar Mutu Beton
- Syarat Mutu Bahan
3. Pekerjaan Mortar ASTM, SNI dan lain-lain - Standar pengujian
Untuk Pasangan sampel mortar
- Standar mutu mortar
- Standar syarat dan
proporsi material
- Standar rasio agregat
terhadap material
sementisius

c. Standar pelaksanaan yaitu prosedur untuk menjamin tercapainya


mutu pekerjaan yang dikehendaki sebagaimana dinyatakan dalam
standar mutu. Standar pelaksanaan mencakup beberapa aspek
seperti pemilihan bahan, percobaan-percobaan, tata cara
pelaksanaan (mengolah/meramu, mengangkut, dan merekayasa).
Contoh standar pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah dapat
dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Standar Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Tanah

- Pemeriksaan
bahan Percobaan Metode Pemeriksaan
timbunan pemadatan penimbunan/ Penimbunan/
hasil
- Percobaan timbunan pemadatan pemadatan
pekerjaan
pemadatan
laboratorium

46
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Contoh standar pelaksanaan pekerjaan beton dapat dilihat pada


Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Standar Pelaksanaan Pekerjaan Beton

Percobaan Pengadukan Pengecoran Pemeriksaan


Pemeriksaan
campuran (concrete Pengangkutan Pemadatan Hasil
bahan
(mix design) mixing plant) Perawatan Pekerjaan

d. Standar pengendalian yaitu pengendalian yang harus dilakukan


untuk mencapai mutu yang dikehendaki.

07 Pemeriksaan sifat bahan (atau disebut juga dengan pengawasan sifat Pemeriksaan
– characteristic controls) dilakukan untuk mengendalikan sifat-sifat /pengawasan
bahan agar sesuai dengan spesifikasi teknis. Sifat-sifat bahan yang sifat bahan
diawasi dipilih dengan mempertimbangkan antara lain:
a. dapat dikendalikan selama proses pelaksanaan konstruksi;
b. cocok dengan sifat yang dikehendaki dalam spesifikasi teknis;
c. mudah diperiksa; dan
d. mudah mengambil tindak lanjut yang diperlukan berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Pemeriksaan dilakukan karena mutu pekerjaan sangat dipengaruhi
oleh sifat-sifat bahan. Sementara, sifat bahan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti cuaca yang dapat mempengaruhi kadar air
tanah dan kadar air permukaan agregat. Tabel 3.2 menunjukkan
contoh hubungan sifat bahan, mutu pekerjaan dan pengawasan sifat
bahan dilakukan di lapangan.

Tabel 3.2. Hubungan Sifat Bahan, Mutu Pekerjaan, dan Pengawasan Sifat Bahan
Pengawasan Faktor-Faktor
No. Jenis Pekerjaan Mutu Pekerjaan
Lapangan yang Berubah
1. Timbunan Tanah - Kepadatan proctor -Kadar air - Keadaan cuaca
- CBR lapangan -Tingkat kejenuhan - Metode kerja
- Permeabilitas -Berat isi - Gradasi butir
- Parameter C dan Q -Angka pori
2. Beton - Kekuatan tekan - Slump - Keadaan
- Kekuatan lentur - Kandungan udara cuaca
- Faktor air/semen - Mutu bahan
- Berat isi
- Metode kerja

47
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

08 Selain melalui pengawasan di lapangan, sifat-sifat bahan yang Pengujian


mempengaruhi mutu pekerjaan harus diperiksa melalui pengujian laboratorium
laboratorium. Tabel 3.3 menunjukkan contoh sifat yang diuji dan nama atas sifat bahan
pengujian untuk pekerjaan timbunan tanah dan beton.

Tabel 3.3. Pemeriksaan Sifat Bahan dan Uji Laboratorium Untuk


Pekerjaan Timbunan Tanah dan Beton
No. Bagian Yang Diperiksa Nama Percobaan
Pemeriksaan
1. Bahan-Bahan - Ukuran butir agregat - Analisa saringan (sieves analysis)
(materials) - Kadar air permukaan agregat - Percobaan air permukaan (surface
- Tingkat keausan agregat moisture test)
- Berat jenis - Los Angeles Test
- Masa pengikatan semen
2. Adonan Beton - Slump - Percobaan Slump (slump test)
(fresh - Kandungan udara - Percobaan kandungan udara (air
concentrate) - Perbandingan campuran content test)
- Berat isi - Percobaan campuran (mix
proportion test)
- Percobaan berat isi (unit weight
test)
3. Beton yang Sudah - Kekuatan tekan - Percobaan tekan (compression
Mengeras - Kekerasan permukaan test)
- Kekuatan lentur - Percobaan pukulan (impact
hammer test)
- Percobaan kekasaran permukaan
(surface roughness test)
- Percobaan lentur (flexurel test)
- Pengambilan sampel (core
sampling)

Contoh hubungan antara sifat bahan, standar pengujian, standar mutu,


cara pengendalian dan pengambilan tindak lanjut diuraikan pada
Lampiran 3.1.

09 Proses pengendalian mutu pada dasarnya bertujuan untuk menjamin Laporan


bahwa pekerjaan yang sedang maupun telah dilaksanakan betul-betul pengendalian
memenuhi/sesuai dengan persyaratan dan spesifikasi yang mutu
ditentukan, bahan-bahan yang digunakan maupun keterampilan kerja
yang dibutuhkan memenuhi standar yang dipersyaratkan, serta
prosedur pelaksanaannya sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan.
Untuk keperluan tersebut, Laporan Pengendalian Mutu disusun dan
mencakup informasi yang berisi segala peristiwa yang terjadi selama
proses pelaksanaan pekerjaan untuk menilai mutu pekerjaan itu
sendiri, sehingga dapat diambil keputusan serta tindak turun tangan.
Secara umum, Laporan Pengendalian Mutu dapat mencakup informasi
sebagai berikut:
a. Pendahuluan, yang menjelaskan latar belakang, dasar diadakannya
pekerjaan, tujuan pekerjaan, nama pekerjaan, kontraktor

48
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

pelaksana, dan lingkup pekerjaan (volume pekerjaan, lokasi


pekerjaan, serta rencana waktu pelaksanaan);
b. Ringkasan Pengujian yang menjelaskan langkah-langkah
pengujian yang telah dilakukan dalam pekerjaan laboratorium
secara umum;
c. Masalah dan Pemecahan yang menjelaskan permasalahan selama
proses pelaksanaan yang menghambat kemajuan pekerjaan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, serta langkah pemecahan
yang telah dilakukan; dan
d. Lampiran yang berisi berbagai macam informasi yang tidak perlu
menjadi bagian inti laporan dan cukup disajikan tersendiri, yaitu
berupa tabel yang memuat angka-angka pajang, pembuktian
matematika, dokumen-dokumen contoh, dan lain-lain.

10 Dalam proses konstruksi juga terdapat dokumentasi pelaporan dalam Laporan teknis
bentuk Laporan Teknis. Laporan Teknis berisi hal-hal yang mencakup
seluruh pelaksanaan pekerjaan di laboratorium seperti prosedur
pengujian, prosedur analisis, hasil analisis, serta kesimpulan dan
saran. Dengan adanya laporan ini, pihak-pihak yang berkepentingan
dapat menilai secara tepat apakah prosedur dan langkah-langkah
pengujian sudah dilakukan dengan benar, sehingga dapat menentukan
apakah hasil pengujian reliable atau tidak.
Secara umum isi dan kerangka dari Laporan Teknis dapat mencakup:
a. ringkasan Laporan;
b. prosedur Pengujian;
c. prosedur Analisa;
d. hasil Pengujian;
e. hasil Analisa;
f. kesimpulan; dan
g. saran.

B. Standar Mutu Kontruksi Sumber Daya Air

11 Sebagaimana telah dinyatakan dalam subbab di atas, salah satu Pengantar


pengendalian mutu yang dilakukan pada seluruh proses pelaksanaan
pekerjaan konstruksi SDA adalah pengendalian bahan/material,
dimensi, dan lain-lain. Subbab ini akan menjelaskan standar mutu
untuk beberapa pekerjaan utama pada pekerjaan konstruksi SDA, yang
mencakup galian, timbunan, tanah, beton, bronjong campuran aspal
untuk bangunan air, pipa, pemugaran, jalan inspeksi, dan mortar untuk
pasangan.

49
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

12 Semua pekerjaan tanah harus dilaksanakan menurut ukuran Standar mutu


ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar sesuai kontrak, atau pekerjaan galian
menurut ukuran dan ketinggian lain, yang mungkin akan diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan. Yang dimaksud dengan ketinggian tanah
dalam spesifikasi adalah tinggi permukaan tanah sesudah
pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai. Jika
Penyedia akan memanfaatkan hasil material bahan galian untuk
pekerjaan lain, pekerjaan pembuangan tidak boleh diperhitungkan.
Pekerjaan galian tanah akan diukur sebagai dasar pembayaran hingga
mencapai elevasi yang diperlihatkan dalam gambar atau, bila tidak
diperlihatkan dalam gambar, sampai mencapai garis elevasi sesuai
dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam kontrak.
Hal yang membedakan jenis galian adalah material yang akan digali
yang berimplikasi terhadap jenis peralatan dan produktivitas hasil
galian. Pekerjaan galian umumnya dibedakan menjadi empat
kelompok pembayaran sebagai berikut:
a. Galian tanah biasa
Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil
galian berupa tanah pada umumnya, yang dengan mudah dapat
dilakukan dengan ekskavator. Seluruh galian dikerjakan sesuai
dengan garis-garis dan bidang-bidang yang ditunjukkan dalam
gambar/gambar kerja atau sesuai dengan yang arahan Pengawas
Pekerjaan. Galian tanah biasa dimaksudkan untuk daerah yang
bahan hasil galiannya terdiri dari tanah, pasir, dan kerikil.
Peralatan pengangkutan diperhitungkan terhadap pemindahan
material hasil galian ke suatu tempat penimbunan sementara yang
disetujui Pengawas Pekerjaan. Khusus untuk jaringan tersier yang
dimensinya relatif kecil dan berada di daerah persawahan, perlu
diperhitungkan pula tingkat kesulitan penggalian atau alternatif lain
berupa galian secara manual.
b. Galian deposit sungai
Galian deposit sungai adalah suatu kegiatan penggalian pada badan
sungai atau daerah tertentu yang material galiannya merupakan
endapan sungai yang terdiri tanah berbatu kerikil dan kerakal yang
padat, sehingga alat ekskavator tidak dapat bekerja secara
maksimal.
c. Galian batu lapuk
Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian dengan material galian
berupa batu yang sudah lapuk. Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan
dengan kombinasi alat ekskavator dan pick hammer.
d. Galian batu
Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di
tempat yang tidak dapat disingkirkan dengan mudah, baik dengan

50
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

mempergunakan pacul, ekskavator biasa, maupun pick hammer,


kecuali dengan ekskavator yang dilengkapi dengan breaker atau
dengan peledakan. Apabila menggunakan peledakan, Penyedia
harus sudah memperhitungkan segala peralatan dan material yang
diperlukan berikut perizinan dan penanganan peledakannya.
e. Galian untuk pekerjaan pasangan beton
Dasar dan sisi miring dari galian untuk pondasi atau di mana beton
akan ditempatkan akan digali sesuai yang diperlukan seperti
ketinggian, garis dan ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar,
atau seperti diarahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, pengendalian mutu pekerjaan
galian dilakukan berdasarkan spesifikasi teknis pekerjaan tanah, yaitu:
a. Pengujian contoh harus dilakukan untuk setiap lapisan tanah dan
batuan yang berbeda.
b. Pekerjaan galian lereng tanah harus dilakukan pemeriksaan sudut
geser dan kohesi tanah beserta informasi mengenai sumber mata
air dan ketinggian muka air tanah.
c. Pekerjaan galian batu harus dilakukan pemeriksaan tingkat
pelapukan (slake durability) dan informasi batuan yang meliputi
keras dan kemiringan.
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan, pemeriksaan
dilakukan pada lokasi tempat pembuangan, yakni pemeriksaan
kestabilan, parameter longsoran, dan parameter daya dukung
tanah setempat.

13 Penyedia melakukan pekerjaan timbunan dan penutupan kembali di Standar mutu


lokasi yang ditunjukkan oleh gambar atau di tempat lain seperti arahan pekerjaan
Pengawas Pekerjaan. Kualitas material harus mendapatkan izin dari timbunan
Pengawas Pekerjaan dan tidak termasuk bahan organik atau bahan
lain yang tidak diizinkan. Tidak diizinkan adanya semak, akar, rumput
atau material tidak memenuhi syarat lain yang akan dipakai sebagai
bahan timbunan. Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk
penempatan material timbunan dan semua material yang digunakan
dalam konstruksi timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknis.
Penyedia harus semaksimal mungkin menggunakan material hasil
galian sebagai bahan untuk timbunan sejauh secara kualitas
memenuhi syarat.
Sebelum mulai menimbun, permukaan tanah digaruk sampai
kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah yang ada dan
paling tidak sampai kedalaman 0,15m, dan kadar air tanah yang digaruk
harus dijaga, baik secara pengeringan alami atau pembasahan dengan
alat semprot.

51
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Jenis uji timbunan (trial embankment) yang mungkin dilakukan pada


pekerjaan timbunan antara lain:
a. kepadatan lapangan (field density);
b. permeabilitas lapangan (field permeability);
c. berat jenis;
d. kadar air;
e. konsistensi (Atterrberg limit);
f. gradasi lapangan dan laboratorium; dan
g. kepadatan laboratorium (Proctor compaction).
Semua biaya uji timbunan sudah termasuk dalam harga satuan yang
ditetapkan untuk pekerjaan timbunan dalam Bill of Quantity (BoQ).
Dengan demikian, pembayaran terpisah tidak diperkenankan.
Sesuai kebutuhan dan spesifikasi di lapangan, pekerjaan timbunan
dapat terdiri dari:
a. Timbunan tanah kembali dari galian
Timbunan tanah kembali dari hasil galian adalah kegiatan
penimbunan dengan mempergunakan bahan timbunan dari hasil
galian yang secara spesifikasi teknis bahan tersebut dapat
dipertangungjawabkan. Penimbunan dan pemadatan tanah isian di
bangunan boleh dilakukan setelah umur bangunan sudah dinilai
cukup oleh Pengawas Pekerjaan. Penimbunan dilaksanakan secara
lapis per lapis dengan ketebalan hampar sesuai dengan spesifikasi.
b. Timbunan tanah dengan material dari borrow area
Timbunan tanah dengan material dari borrow area adalah kegiatan
penimbunan dengan mempergunakan bahan timbunan dari galian
pada suatu lokasi borrow dengan jenis dan kualitas tanah yang
tertentu dan Penyedia mengeluarkan biaya untuk pengadaan
material tanah timbunan tersebut. Sumber material borrow untuk
setiap timbunan harus sesuai dengan borrow area yang telah
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Semua bagian dari timbunan
akan dihitung dan dibayar terhadap material terpasang dalam
lokasi timbunan dengan dasar setelah pekerjaan pemadatan.
c. Timbunan lolos air
Timbunan kembali lolos air harus ditempatkan berdasarkan garis,
ketinggian, dan ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar atau
seperti arahan Pengawas Pekerjaan. Material harus ditangani dan
diletakkan sedemikian rupa untuk menghindari segregasi.
Timbunan kembali lolos air harus ditimbun secara lapis horisontal
dengan ketebalan tidak lebih dari 50cm sebelum dipadatkan dan

52
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

dipadatkan secara menyeluruh dengan alat pemadat kapasitas 10


ton (vibratory roller) atau berdasarkan kepadatan dari uji timbunan.
Material filter dapat diperoleh dari sungai setempat, galian pondasi
bendung/bangunan air lain, atau lokasi yang telah disetujui
Pengawas Pekerjaan. Material filter harus terdiri dari material
yang layak, awet, pasir, dan kerikil bergradasi dengan ukuran
partikel kurang dari 8cm. Material tidak boleh mengandung fraksi
lolos saringan no.4 dalam jumlah lebih dari 50% dan lolos saringan
no. 200 tidak lebih atau kurang dari 10%.
Pengujian dalam rangka pengendalian mutu bahan timbunan dilakukan
terhadap setiap 1000m kubik bahan timbunan.

14 Standar mutu pekerjaan tanah adalah sesuai ukuran dan ketinggian Standar mutu
yang ditunjukkan dalam gambar pada kontrak atau menurut ukuran pekerjaan tanah
dan ketinggian lain yang mungkin akan diperintahkan Pengawas
Pekerjaan sesuai kondisi di lapangan dengan mempertimbangkan
ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak.
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, acuan normatif adalah SNI
pekerjaan tanah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. SNI Pekerjaan Tanah

Nomor SNI Judul SNI


SNI 1742:2008 Cara uji kepadatan ringan untuk tanah
SNI 1743:2008 Cara uji kepadatan berat untuk tanah
SNI 1966:2008 Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah
SNI 1965:2019 Metode uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan
di laboratorium (ASTM D2216-10, MOD)
SNI 1965:2008 Cara uji penentuan kadar air untuk tanah dan batuan
SNI 03-1965.1-2000 Metode pengujian kadar air tanah dengan alat speedy
SNI 1967:2008 Cara uji penentuan batas cair tanah
SNI 2828:2011 Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan
alat konus pasir
SNI 6872:2015 Metode uji kepadatan tanah dan batuan di lapangan
dengan cara penggantian air pada sumur uji (ASTM D
5030-04, IDT)

Contoh standar mutu pekerjaan tanah dalam pekerjaan konstruksi


SDA adalah sebagai berikut:
a. Material
1) Urukan biasa
Pengendalian pekerjaan urukan biasa, kecuali ditentukan lain
dalam kontrak, adalah:
- Bahan tidak termasuk tanah klasifikasi A-7-6 atau CH;
- CBR 6% standar Proctor 85%;
- Nilai aktif > 1,25 tidak boleh digunakan.

53
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

2) Urukan pilihan
- CBR 10 % standar Proctor 95%
- Indeks plastisitas 6%.
b. Frekuensi pengujian
Pada urukan biasa, pengujian material dilakukan sekurang-
kurangnya setiap 1.000m3 stok material, jumlah benda uji masing-
masing 3 buah, masing-masing 50kg tiap jenis material.
Sementara, pada urukan pilihan, pengujian material dilakukan
sekurang-kurangnya 1 tes setiap 200 m3.
c. Pemadatan
1) Urukan biasa
- Kadar air: pada rentang 3% kurang dari kadar air optimum
sampai dengan 1% lebih dari kadar air optimum;
- Lapisan pada kedalaman >30 cm di bawah elevasi akhir
harus dipadatkan 95%;
- Tes kepadatan dengan sand cone: 1 titik setiap jarak 100m
per lajur lalu lintas per lapis pemadatan atau setiap 100
m3.
2) Urukan pilihan
- Kadar air: pada rentang 3% kurang dari kadar air optimum
sampai dengan 1% lebih dari kadar air optimum;
- Kepadatan: 100% dari kepadatan kering maksimal;
- Pengujian kepadatan sand cone berselang 200m.
d. Toleransi dimensi
1) Urukan biasa
- Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan
harus tidak lebih tinggi 1cm atau lebih rendah 2cm dari
yang ditentukan;
- Seluruh permukaan akhir urukan yang terbuka harus
cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup;
- Ketebalan pemadatan maksimal 20cm padat.
2) Urukan pilihan
- Permukaan akhir harus tidak berbeda lebih/kurang dari
1cm;
- Kerataan permukaan maximum 2cm arah memanjang;
- Toleransi ketebalan: 1cm;
- Lebar dasar: 10cm.

54
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

e. Ketentuan lain-lain:
1) Tebal tanah dikupas tidak kurang dari 0,25m dan tanah
kupasan untuk sementara ditimbun dan ditempatkan di
sekitarnya yang kemudian dikembalikan setelah pekerjaan
galian selesai.
2) Apabila tanah borrow area berupa sawah atau tegalan, tanah
yang digali untuk timbunan tidak boleh lebih dalam dari 0,5m
dan setelah semua penggalian selesai, daerah tersebut harus
ditinggalkan dalam keadaan sedemikian sehingga dapat
dipakai kembali untuk pertanian, termasuk hal-hal yang
menyangkut pengairan dan drainase dari daerah tersebut.
3) Bahan-bahan yang diusulkan sebagai bahan timbunan diuji
menurut cara yang disyaratkan di dalam laboratorium yang
disetujui guna mendapatkan ketebalan lapisan yang ditimbun,
sampai berapa jauh pemadatannya serta kebutuhan air,
siraman dalam pemadatannya, demikian juga kelayakannya.
4) Timbunan dengan pemadatan khusus terdiri dari bahan-bahan
yang telah disetujui dihampar dalam tiap-tiap lapisan datar
dan merata tebal 0,20 – 0,25m dengan kemiringan keluar, dan
kemudian dipadatkan sehingga tebal setelah padat menjadi
lebih kurang 0,15m.
5) Hasil kepadatan kering tidak kurang dari 95% dari kepadatan
kering yang dilaksanakan menurut Uji Proctor. Jika Penyedia
telah melakukan semua langkah yang tercantum dalam
spesifikasi namun belum mencapai angka 95%, Direksi
mempertimbangkan untuk menerima tidak kurang dari 90%
kepadatan kering.
6) Sebelum mulai menimbun, permukaan tanah harus digaruk
sampai kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah
yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0,15m, dan kadar
air dari tanah yang digaruk harus selalu dijaga baik secara
pengeringan alami atau pembasahan dengan alat semprot.
7) Timbunan di atas tanah asli di belakang bangunan baru harus
dipadatkan untuk jalan inspeksi. Apabila tidak ditentukan lain
di dalam gambar atau atas perintah Pengawas Pekerjaan,
semua tanggul harus mempunyai kemiringan (slope) 1 : 40 ke
arah luar.
8) Toleransi ukuran dalam pekerjaan tanah, dengan syarat
bahwa luas potongan melintang rata-rata untuk panjang
500m dari saluran, sama dengan yang tertera pada gambar
atau seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

55
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

15 Standar mutu pekerjaan beton (termasuk beton pracetak) adalah Standar mutu
sesuai ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak. Kecuali ditentukan pekerjaan beton
lain dalam kontrak, acuan normatif pekerjaan beton adalah SNI
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. SNI Tata Cara Pengujian Beton


Pengujian Beton pada Saat Proses Pembangunan Infrastruktur
SNI 03-2834:2000 Job mixed beton/mortar
SNI 1972:2008 Slump test
SNI 2458: 2008 Contoh uji Pembuatan benda uji 1-set sampel
setiap 10m3 beton
SNI 1974:2011 Benda uji silinder Uji load test beton di laboratorium
SNI 1974:1990 Benda uji silinder dan kubus
Pengujian Beton Pasca Konstruksi (Termasuk Inspeksi Penerimaan Pekerjaan)
SNI 2491:2002 Metode pengambilan benda uji Pengujian beton inti (core drill)
SNI 03-3403-1994 Metode pengujian beton
inti pemboran
SNI 2491;2018 Metode pengambilan dan
pengujian inti beton hasil pemboran dan
balok beton hasil pemotongan

Contoh standar mutu pekerjaan beton pada pekerjaan konstruksi SDA


adalah sebagai berikut:
a. Semen
Semen yang dipergunakan dalam pekerjaan SDA sesuai dengan
jenis dan merk yang disetujui atau standar lain sesuai spesifikasi
teknis dalam kontrak.
b. Bahan batuan
Bahan batuan untuk beton dan adukan memenuhi spesifikasi teknis
dalam kontrak. Bahan batuan harus memenuhi syarat bergradasi
dengan diameter maksimal tergantung kelas beton.
c. Air
Air yang digunakan untuk membuat dan merawat beton harus dari
sumber yang disetujui Pengawas Pekerjaan dan memenuhi
spesifikasi teknis dalam kontrak.
d. Tulangan
Tulangan baja untuk beton harus sesuai dengan PBI 1971 atau
standar lain sesuai spesifikasi teknis dalam kontrak. Tulangan pada
waktu pengecoran beton harus bersih dan bebas dari kerusakan
dan kulit gilingan yang lepas dan berkarat. Batang baja yang telah
bentrok tidak boleh diluruskan, atau dibengkokkan lagi untuk
dipakai tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan.

56
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

e. Acuan/Bekisting dan Perancah


Acuan harus diusahakan tetap kaku selama pengecoran dan
pengerasan beton serta untuk memperoleh bentuk permukaan
yang diperlukan. Acuan untuk permukaan beton harus sedemikian
rupa sehingga bisa menghasilkan permukaan beton yang padat.
Tiang-tiang cetakan harus dipasang di atas papan kayu yang kokoh
dan harus mudah distel dengan baja. Tiang perancah boleh
mempunyai paling banyak satu sambungan yang tidak disokong ke
arah samping. Stabilitas perlu dipikirkan terutama terhadap berat
sendiri beton serta beban-beban lain yang timbul selama
pengecoran, seperti akibat getaran alat penggetar, berat pekerja,
dan lain-lain.
f. Kelas beton
Kelas beton harus sesuai dengan PBI 1971 atau standar lain sesuai
spesifikasi teknis dalam kontrak.
g. Beton pracetak
Beton pracetak harus memenuhi standar sesuai spesifikasi teknis
dalam kontrak.
h. Pembetonan pada permukaan tidak kedap air
Penyedia tidak boleh melaksanakan pengecoran pada permukaan
yang tidak kedap air sebelum permukaan itu ditutup dengan
kulit/membran kedap air atau bahan kedap lainnya.
i. Pembetonan pada cuaca yang tidak menguntungkan
Penyedia tidak boleh mengecor beton pada waktu hujan deras atau
suhu lebih dari 35oC tanpa pelindung. Penyedia harus menyiapkan
alat pelindung beton terhadap hujan dan terik sinar matahari
sebelum pengecoran.
j. Bengkokan tulangan baja
Tulangan baja harus dipotong dari batang yang lurus, yang bebas
dari belitan dan bengkokan atau kerusakan lainnya, dan
dibengkokkan dalam keadaan dingin oleh pekerja yang
berpengalaman. Batang dengan garis tengah 20mm atau lebih
harus dibengkokkan dengan mesin pembengkok.
k. Pemasangan tulangan baja
Tulangan baja harus dipasang hingga terdapat selimut/penutup
minimum sampai permukaan penyelesaian beton sebagaimana
tampak pada Tabel 3.6.

57
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tabel 3.6. Selimut Beton Sesuai Kelas Beton


Selimut Minimum
Kelas Beton Jenis Pekerjaan
(mm)
K.300 Beton prestress, Tiang beton 25
bertulang, Bagian-bagian pracetak
K.300 Bidang yang terkena gesekan/atau 50
pada air laut
K.225 Pekerjaan-pekerjaan SDA umumnya 40
K.225 Pelat beton pracetak 25
Pipa beton
K.175 Beton bertulang umumnya 40

l. Penyekat air (water stops)


Penyedia harus menyediakan dan memasang penyekat air pada
semua tempat sambungan gerak pada bagian bagian–bagian yang
memerlukan kekedapan air atau menurut ketentuan kontrak.
Sambungan tersebut harus kedap air. Apabila tidak diminta lain
dalam kontrak, penyekat air harus dari karet. Ukuran minimum dan
bentuk penyekat air disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Ukuran dan Bentuk Penyekat Air
Diameter Diameter Diameter
Bahan Lebar Tebal Lingkaran Lingkaran Lubang Tengah
Ujung (mm) Tengah (mm) (mm)
Karet 2.250 9,5 25 38 19
150 9,5 19 - -

Karet penyekat air harus memenuhi persyaratan sebagaimana


tersaji pada Tabel 3.8 apabila bahannya diuji, kecuali ditentukan lain
dalam kontrak.
Tabel 3.8. Persyaratan Karet Penyekat Air
Kuat tarik minimum 2 kg/mm2
Pertambahan panjang sebelum putus (minimum) 500%
Kekerasan 60 – 65 derajat
Kepadatan maksimal pada metode deflection secara 20% dari defleksi asli
tetap
Penyerapan air maksimal setelah dua hari pada 20 5%
derajat celcius
Sesudah pelapukan (selama 48 jam pada 70 derajat 80% dari nilai asli
celcius dalam zat asam pada tekanan 0,20 kg/mm2):
- Kuat tarik minimum
- Pertambahan panjang minimum sebelum putus

m. Batang Dowel (dowel sheaths)


Bila batang Dowel menembus suatu sambungan, batang tersebut
harus dibungkus di mana bungkus harus dibuat lebih dahulu dari
bahan yang memenuhi syarat untuk mengisi sambungan atau dari
bahan lain yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

58
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

n. Penutup sambungan (joint sealer)


Penyedia harus membuat alur pada sambungan gerak dan
sambungan kontraksi pada kedua permukaan dari pekerjaan
betonnya kecuali bagian bawah dari pekerjaan beton yang ada
penyangganya. Alur tersebut harus dibuat lurus dan berukuran
sesuai yang ditunjukkan oleh gambar. Bahan yang dipakai harus
tidak meleleh pada sambungan vertikal dengan lebar 40mm dan
kedalaman 25mm pada suhu 80oC.
o. Sambungan dengan bitumen
Bila pada gambar ditunjukkan selapis bitumen antara dua
permukaan beton, Penyedia harus membersihkan dan
mengeringkan permukaan-permukaan tersebut sebelum
pengecatan bitumen dilaksanakan dalam 2 lapisan. Jenis bitumen
harus dari jenis penetrasi 40 / 50 atau lainnya yang mendapat
persetujuan dari Pengawas Pekerjaan sesuai kontrak.
p. Perletakan jembatan
Perletakan jembatan dari karet harus dari pelat karet atau dari
karet yang mengandung lapisan pelat-pelat baja, kecuali
ditentukan lain dalam spesifikasi teknis dalam kontrak, dengan
persyaratan tersaji dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Persyaratan Perletakan Jembatan
Beban vertikal Perpindahan datar
Lokasi perletakan
maksimal maksimal
Perletakan pelat sederhana 7,5 t/m 2mm
bentang bebas kurang dari 4,5m
Perletakan pelat sederhana 8,5 t/m 3mm
bentang bebas sda. 2,4 – 6,5m
Perletakan balok sederhana 14 t/m 4mm
bentang bebas kurang dari 9m

Perletakan karet yang dipasang pada ujung–ujung tetap dari balok


atau pelat beton harus dilengkapi dengan batang Dowel dari baja
lunak dan menembus pelat perletakan dan lubang-lubangnya
kemudian diisi dengan spesi semen. Batang dowel harus dibungkus
dengan kertas bangunan pada bagian yang masuk dalam beton.
Karet perletakan dapat diganti dengan lapis timah hitam dengan
ukuran tebal yang disetujui atas pengetahuan dan persetujuan
Pengawas Pekerjaan.

16 Bronjong kawat adalah kotak yang dibuat dari anyaman kawat baja Standar mutu
berlapis seng yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pekerjaan
pencegahan erosi yang dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai, bronjong
yang proses penganyamannya dengan menggunakan mesin.

59
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Kecuali diatur lain dalam kontrak, spesifikasi teknis bronjong mengacu


pada SNI 03-0090-1999 sebagai berikut:
a. Syarat bahan baku
Bahan baku bronjong berupa kawat bronjong berdasarkan SNI 03-
6154-1999 Kawat bronjong.
b. Sifat tampak
Bronjong kawat harus kokoh, bentuk anyaman heksagonal dengan
lilitan ganda dan berjarak maksimum 40 mm dan harus simetri.
Lilitan harus erat dan tidak terjadi kerenggangan, hubungan antara
kawat sisi dan kawat anyaman dililit minimum 3 kali sehingga
bronjong kawat mampu menahan beban dari segala jurusan
sebagaimana tampak pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Bronjong Kawat

Keterangan:

1. Kawat anyaman

2. Kawat sisi

3. Lilitan ganda

S lebar anyaman

D panjang lilitan

c. Bentuk
Ada dua bentuk bronjong kawat dan apabila disetel akan berbentuk
kotak persegi panjang dengan lempengan-lempengan anyaman
kawat penyekat pada tiap-tiap jarak 1 m sebagaimana tampak pada
Gambar 3.5.
Gambar 3.5a. Bronjong Kawat Bentuk I

Bronjong Kawat Bentuk I Sebelum Bronjong Kawat Bentuk I Setelah

Disetel Menjadi Kotak Distel Menjadi Kotak

60
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 3.5b. Bronjong Kawat Bentuk II

Bronjong Kawat Bentuk II Sebelum Bronjong Kawat Bentuk II Setelah

Distel Menjadi Kotak Distel Menjadi Kotak

d. Ukuran
1) Bronjong bentuk I
Ukuran bronjong bentuk I dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Ukuran Bronjong Kawat Bentuk I
Ukuran (m) Jumlah Kapasitas
Kode
a b c Sekat (m3)
A 2 1 1 1 2
B 3 1 1 2 3
C 4 1 1 3 4
D 2 1 0,5 1 1
E 3 1 0,5 2 1,5
F 4 1 0,5 3 2

Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat. Bronjong


bentuk I berukuran anyaman 80 x 100 mm - diameter kawat
anyaman 2,70 mm- kawat sisi 3,400 mm dan kawat pengikat 2
mm atau anyaman bronjong 100 x 120 mm - diameter kawat
anyaman 3,00 mm - kawat sisi 4,00 mm - diameter kawat
pengikat 2,0 mm. Toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan
panjang) sebesar 5%.
2) Bronjong bentuk II
Ukuran bronjong bentuk II dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Ukuran Bronjong Kawat Bentuk II
Kode Ukuran (m) Jumlah Kapasitas
a b c Sekat (m3)
G 6 2 0,17 5 2,04
H 6 2 0,23 5 2,76
I 6 2 0,30 5 3,60

61
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Kolom kode menunjukkan ukuran bronjong kawat. Bronjong


bentuk II berukuran anyaman bronjong 60 x 80 mm - diameter
kawat anyaman 2 mm - kawat sisi 2,70 mm - kawat pengikat
2 mm atau anyaman bronjong 80 mm x 100 mm - diameter
kawat anyaman 2,70 mm - kawat sisi 3,40 mm - kawat
pengikat 2 mm. Toleransi ukuran kotak (lebar, tinggi dan
panjang) sebesar 5%.
Pengujian diameter kawat, kecuali ditentukan lain dalam kontrak,
mengacu pada SNI 03-6154-1999 sebagai berikut:
1) Pengujian diameter dilakukan sebanyak tiga kali pada posisi
yang berbeda;
2) Pengujian dilakukan dengan cara diputar 90o;
3) Ketelitian alat ukur 0,01 mm
4) Hasil ukur harus memenuhi toleransi dimensi sebagaimana
tersaji dalam Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Toleransi Dimensi Pengujian Kawat Bronjong
No. Diameter Disyaratkan (mm) Toleransi Diameter (mm)
1. Di atas 1,8 – 2,24 ± 0,08
2. Di atas 2,24 – 2,72 ± 0,11
3. Di atas 2,72 – 3,55 ± 0,12
4. Di atas 3,55 – 4,25 ± 0,16

e. Pengambilan contoh
Pengambilan contoh dilakukan secara random, dhi. dari suatu
kelompok bronjong kawat dengan ukuran yang sama ukuran setiap
500 unit atau kurang diambil 3 contoh.
f. Pengujian mutu bronjong
Pengujian ketentuan syarat mutu terkait bentuk, jumlah sekat, dan
lilitan dapat dilakukan secara visual. Uji dimensi bronjong kawat
dapat dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar, tinggi dan
ukuran lubang anyaman bronjong. Kelompok bronjong dinyatakan
lulus uji mutu bila memenuhi seluruh syarat mutu bentuk dan
ukuran.
Pengujian mutu bronjong, kecuali ditentukan lain, dilakukan
sebagai berikut:
1) Uji tarik minimum kawat bronjong adalah 41 kgf/mm2 dengan
pengujian kuat tarik sesuai SNI 8389:2017 tentang cara uji tarik
logam.
2) Uji puntir mengacu SNI 07-0552-1989 tentang cara uji puntir
kawat baja.

62
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

3) Uji lapis seng mengacu SNI 07-0311-1989 tentang cara uji lapis
seng.
4) Detail pengujian mengacu pada SNI 03-6154-1999 tentang
Kawat Bronjong.
Uji ulang dapat dilakukan dengan jumlah contoh bronjong kawat 2x
dari contoh pertama dan diambil dari kelompok yang sama. Apabila
setelah dilakukan uji ulang terhadap contoh uji memenuhi
ketentuan syarat mutu, kelompok bronjong kawat tersebut
dinyatakan lulus uji.
Tiap-tiap bendel bronjong kawat dari suatu kelompok yang
dinyatakan lulus uji harus diberi label dari logam yang sekurang-
kurangnya berisi tanda SNI, tanda pengenal
perusahaan/logo/merk, diameter nominal kawat anyaman,
diameter nominal kawat sisi, berat lapisan seng, ukuran anyaman,
dan ukuran bronjong.
g. Pengemasan
Kemasan bronjong kawat terdiri dari 10 unit diikat cukup kokoh dan
rapi menjadi satu merupakan satu bendel.

17 Standar mutu pekerjaan batu adalah sesuai ketentuan spesifikasi Standar mutu
teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan pasangan batu pekerjaan batu
pada pekerjaan konstruksi SDA adalah sebagai berikut:
a. Bahan
1) Batu
Batu yang dipakai pada pekerjaan harus bersih dan keras,
tahan lama dan sejenis, bersih dari campuran besi, noda-
noda, lubang-lubang, pasir, cacat atau ketidaksempurnaan
lainnya. Batu tersebut harus diambil dari sumber yang
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
2) Bata
Semua bata harus memenuhi spesifikasi dalam kontrak. Bata
harus keras, utuh dan dibakar dengan baik, sama ukurannya,
kuat, lurus dan tajam sudut-sudutnya harus diperoleh dari
pabrik yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Pekerjaan bata harus diselenggarakan secara teratur lapis
demi lapis dan tidak boleh ada lapisan yang 1 meter lebih tinggi
terhadap lainnya, bagian akhir sementara harus bertangga
(bukan bergigi).

63
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

3) Adukan
Adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat seperti
ditentukan dalam gambar kontrak untuk tiap jenis pekerjaan.
4) Kerikil pengisi (gravel backing)
Kerikil harus terdiri dari kerikil sungai yang bersih, keras, dan
tahan lama atau pecahan batu dengan gradasi baik, dari 50mm
sampai 1cm berdasarkan persetujuan Pengawas Pekerjaan
(sesuai kontrak).
5) Filter kerikil bergradasi (graded gravel filter)
Filter kerikil yang dimaksudkan di sini harus mempunyai
pembagian butir tertentu dan terdiri dari bahan yang
mengandung silikat, bersih, keras, dan tahan lama, serta
bebas dari lapisan yang melekat, seperti tanah liat. Bahan ini
tidak boleh mengandung besi, belerang, batu bara, mika, batu
lempung atau bahan lainnya yang serupa yang berbentuk
lempengan, berlapis-lapis atau panjang-panjang, kulit-kulit
kerang atau bahan lainnya yang berpori atau rapuh yang
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan mengurangi
kekuatan atau keawetan dari filter bila kena air atau bahan
lain.
Kerikil untuk filter harus memiliki pembagian butir yang
memenuhi syarat berikut:
- Ukuran 50% bahan filter berada antara 5 sampai 8 kali
ukuran 50% bahan yang dilindungi.
- Keseragaman bahan filter harus sama dengan
keseragaman bahan yang dilindungi. Yang dimaksud
dengan keseragaman suatu contoh bahan ialah
perbandingan antara yang berukuran 60% sampai dengan
ukuran 10% dari bahan tersebut.
6) Filter pasir (sand filter)
Pasir untuk filter pada umumnya harus sesuai dengan
ketentuan spesifikasi untuk bahan batuan halus, tetapi harus
selalu merupakan pasir kasar dan mudah dilalui air menurut
persetujuan Pengawas Pekerjaan.
b. Pekerjaan bata
1) Pemasangan
Kecuali ditentukan lain, pekerjaan bata harus dipasang
menurut ikatan teknis yang disetujui Pengawas Pekerjaan.
Sesaat sebelum dipasang, bata dicelupkan lebih dahulu ke
dalam air dan sebelum meneruskan sisa pekerjaan yang
belum selesai, permukaan sambungan yang kelihatan juga

64
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

harus disiram air. Umumnya tebal sambungan siar mendatar


tidak boleh lebih dari 0,6cm dan tegak 1cm atau dengan ukuran
lainnya yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Seluruh
sambungan harus penuh diisi dengan adukan. Komposisi
adukan adalah sesuai spesifikasi teknis dalam kontrak.
2) Pekerjaan siar
Sambungan yang kelihatan harus disiar rata dan halus. Pada
waktu pekerjaan sedang berlangsung, harus dijaga supaya
ada keseragaman warna. Semua sambungan yang tidak
kelihatan harus diisi rata dengan adukan. Sambungan yang
kelihatan harus digaruk bersih sampai dalamnya 1 cm dan diisi
kembali dengan adukan yang disiar rata dan halus dengan
dijaga supaya ada keseragaman warna.
c. Pekerjaan pasangan batu
1) Pemasangan
Tiap batu untuk pasangan harus seluruhnya dibasahi lebih
dahulu sebelum dipasang dan harus diletakkan dengan
alasnya tegak lurus kepada arah tegangan pokok. Setiap batu
harus diberi alas adukan dan semua sambungan diisi padat
dengan adukan pada waktu pekerjaan berlangsung. Tebal
adukan tidak lebih dari 50mm lebarnya, serta tidak boleh ada
batu berimpit satu sama lain. Batu pasak tidak boleh
disisipkan sesudah semua batu selesai dipasang.
2) Pasangan batu muka
Pada pasangan batu yang terlihat dibuat pasangan batu muka,
batu muka harus mempunyai bentuk seragam dan bersudut
dengan ukuran tebal minimal 15cm. Permukaan batu muka
harus merata setelah dipasang. Batu harus dipilih dan
diletakkan dengan hati-hati sehingga tebal adukan tidak
kurang dari pada rata-rata 1cm. Semua pekerjaan batu muka
yang kelihatan harus disiar. Sebelum pekerjaan siaran
dimulai, semua bidang sambungan di antara batu muka harus
dikorek sebelum adukan mengeras (atau dibetel untuk
pasangan batu lama).
3) Pipa peresapan (suling-suling)
Tembok penahan, pasangan serongan dan tembok-tembok
kepala harus dilengkapi dengan suling-suling, kecuali
ditentukan lain dalam kontrak. Suling-suling harus dibuat dari
pipa PVC dengan diameter 50mm dan paling tidak satu buah
untuk setiap 2m2 luas permukaan. Suling-suling dipotong rata
pada sisi muka pasangan. Setiap ujung pemasukan suling-
suling harus dilengkapi dengan saringan. Suling-suling

65
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

dipasang bersamaan dengan pasangan batu dan disisakan


0,20m keluar sisi belakang pasangan batu guna pemasangan
saringan sebelum diurug. Pasangan serongan filter kerikil
juga dibuat bersamaan dengan pasangan batu. Filter terdiri
atas lapisan ijuk yang dipasang pada ujung pipa yang menonjol
keluar pasangan, dibungkus dengan kerikil atau batu pecah
sekeliling pipa setebal 15cm. Filter kerikil tersebut dibungkus
lagi dengan ijuk untuk membatasi filter dari tanah asli atau
tanah urug.
4) Sambungan gerak sederhana
Apabila diperintahkan atau tertera dalam gambar pada
kontrak, perlu diadakan sambungan gerak sederhana pada
bagian pasangan batu yang tidak direncanakan untuk
menahan air. Sambungan gerak sederhana dibutuhkan
bilamana terdapat suatu perubahan penampang yang besar
pada pasangan batu yang dapat terjadi penurunan
(settlement) yang berbeda. Sambungan gerak sederhana
dapat dibuat dengan memasang batuan bergradasi (saringan
kerikil, atau filter) di belakang pasangan batu pada bagian
sambungan, setinggi sambungan tadi. Filter harus terdiri dari
batu dan kerikil. Untuk menahan longsornya filter ini, harus
diberi lapisan penutup ijuk setebal 3cm atau geotextile
membrane.
5) Berapen
Sebelum melaksanakan back fill pada muka pasangan batu
yang tidak kelihatan, pasangan batu harus diplester kasar
(berapen).
d. Pasangan Batu Dengan Mortar
1) Toleransi Dimensi
- Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan
mortar haruslah 20cm;
- Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan
batu dengan mortar tidak boleh melebihi 1cm dari profil
permukaan rata-rata pasangan batu dengan mortar di
sekitarnya;
- Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil
permukaan rata-rata selokan dan saluran air yang
dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh
berbeda lebih dari 3cm dari profil permukaan lantai
saluran yang ditentukan atau disetujui, juga tidak
bergeser lebih dari 5cm dari profil penampang melintang
yang ditentukan atau disetujui.

66
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

2) Bahan
- Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber
bahan yang tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet,
padat, tahan terhadap udara dan air, dan cocok dalam
segala hal untuk fungsi yang dimaksud;
- Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang
dapat mengurangi kelekatan dengan adukan;
- Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh
permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk
proses penyerapan air sampai jenuh.
3) Pengukuran dan Pembayaran
Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk
pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal
pekerjaan yang selesai dan diterima.
e. Pekerjaan perlindungan
1) Penyiapan permukaan tanah untuk lantai kerja
Penyedia harus menyiapkan permukaan galian tanah untuk
pondasi dengan lapisan lantai kerja menurut ukuran yang
ditentukan. Kemudian kerikil ditempatkan di atas permukaan
tanah tersebut, dengan ketebalan yang sesuai dengan gambar
untuk membuat permukaan yang rata dan sejajar dengan
permukaan yang direncanakan.
2) Lantai kerja blok beton
Bila diatur dalam gambar pada kontrak, Penyedia harus
menyediakan dan meletakkan lantai kerja blok beton di atas
muka tanah galian untuk pondasi yang disiapkan sesuai
ukuran yang ditentukan. Blok beton harus dilengkapi dengan
pengait dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Blok-blok
harus diletakkan dan dialasi dengan seksama untuk membuat
permukaan yang benar-benar rata, dengan sambungan
terbuka sejajar lebar 1cm antara tiap-tiap blok. Semua itu
harus dibuat dari beton kelas K.225.
3) Lantai kerja batu kosong
Bila diatur dalam gambar pada kontrak, Penyedia harus
menyediakan dan meletakkan lantai kerja batu kosong yang
terdiri dari batu pecah kasar. Tiap batu mempunyai panjang
dan lebar yang tidak kurang dari 20cm dan tebal tidak kurang
dari yang tertera dalam gambar. Batu harus diberi landasan
pasir dan diletakkan pada dasar alamiah sedemikian rupa
sehingga permukaan yang telah selesai merupakan bidang
yang benar-benar rata.

67
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

4) Lantai kerja pasangan batu


Bila diatur dalam gambar pada kontrak, Penyedia harus
menyediakan dan meletakkan lantai kerja pasangan batu di
atas dasar yang telah ditetapkan. Batu seperti yang ditentukan
untuk lantai kerja batu kosong, tetapi semuanya harus
didasari dan disambung dengan adukan semen dan pasir.
5) Drain dari batu
Bila diatur dalam gambar pada kontrak, Penyedia harus
membuat drain dari batu yang dibungkus dengan ijuk menurut
ukuran yang ditentukan. Drain harus terdiri dari parit yang
digali dan diisi kembali dengan batu belah yang dibungkus
dengan ijuk. Batu belah harus terdiri dari batu-batu yang akan
tertinggal di atas ayakan 40mm.
6) Bronjong dan matras
Batu untuk bronjong harus dengan ukuran tidak kurang dari
15cm dan tidak lebih dari 25cm. Batu yang dipakai dipilih yang
berbentuk agak bulat. Bronjong kotak dan bersusun harus
mempunyai batas pemisah bagian dalam dengan bahan kawat
dan bentuk anyaman yang sama. Batas pemisah tersebut
ditempatkan sedemikian sehingga membentuk matras
berukuran 2,00m x 0,60m. Hubungan antara bronjong atau
matras harus terikat erat dengan kawat pada ujung-ujungnya
sehingga menjadi satu kesatuan. Bronjong untuk penahan
tanah harus ditempatkan bagian yang bersinggungan dengan
tanah dan diberi lapisan filter kerikil, geotextile, atau lapisan
ijuk. Pengerjaan bronjong harus sesuai dengan pengaturan
yang dimuat dalam kontrak.
7) Lindungan dengan batu kosong (rip rap)
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, batu untuk rip rap
harus keras, padat, dan tahan lama dengan berat jenis tidak
kurang dari 2.4. Tiap-tiap batu harus mempunyai ukuran dan
bentuk kira-kira sama, dengan ukuran 10 - 20cm untuk slope
protection dan minimal 40cm untuk penahan gerusan pada
bendung.
8) Pekerjaan plesteran
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, adukan untuk
pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan untuk
bahan dan campuran. Pekerjaan plesteran dikerjakan secara
dua lapis sampai ketebalan 2cm. Apabila tidak diperintahkan
lain, pasangan harus diplester pada bagian atas dari dinding.
Ujung-ujung lapis lindung talut saluran pekerjaan plesteran
dipasangkan dalam satu lapisan yang tebalnya maksimal

68
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

15mm. Bilamana tebal plesteran lebih dari 15mm (maksimal


25mm) maka harus dibuat secara dua lapis dan di bawah tepi
atas dinding dan serongan selebar 0, 10m.
f. Lapis lindung saluran (lining)
1) Lapis lindung pasangan batu
Pekerjaan lapis lindung pada saluran harus dikerjakan sesuai
dengan penjelasan dan spesifikasi pada kontrak.
2) Lapis lindung beton pracetak
Bahan dan pengerjaan pelat beton pracetak harus memenuhi
ketentuan spesifikasi kontrak. Beton yang dipakai untuk
pembuatan pelat harus beton K.175 dengan ukuran kerikil
maksimal 2cm. Ukuran pelat, panjang saluran yang akan diberi
lapis lindung, serta batas-batas dan ketinggiannya harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam gambar atau
menurut petunjuk Pengawas Pekerjaan.
3) Pencetakan pelat
Pencetakan pelat beton pracetak harus dikerjakan di tempat
yang sudah dipilih dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan
sebelumnya. Tempat pencetakan harus ditutup dengan atap
sementara hingga pelat yang baru dicetak terlindung dari
sinar matahari dan hujan. Cetakan harus dibuat demikian
hingga dapat dibuka dengan mudah tanpa merusak sisi-sisi
dan sudut-sudut pelat.
Pelat kemudian ditaruh dalam suasana lembab dan dingin
dengan ditutup goni basah atau lainnya, sampai menjadi cukup
keras guna tindakan selanjutnya. Pelat kemudian ditaruh di
halaman pencetakan di keteduhan dan dirawat lebih lanjut
untuk paling sedikit tujuh hari.
4) Pemasangan pelat
Pelat harus dipasang demikian pula hingga bata atas dan
bawah menjadi simetris. Kecuali ditentukan lain dalam
spesifikasi, sambungan harus selembar 2cm dan harus disiar
secara rata. Tebal siar sama dengan tebal pelat. Sebelum
disiar, sambungan harus dibersihkan secara menyeluruh
serta dicuci dan disikat. Permukaan yang sudah selesai harus
dirawat selama paling tidak tujuh hari dengan cara yang di
setujui Pengawas Pekerjaan. Jika diperlukan, pada pelat juga
harus dipasang pipa-pipa peresapan.
g. Batu candi
Batu candi digunakan pada bendung untuk menanggulangi gerusan
pasir pada permukaan bendung. Kecuali ditentukan lain, batu candi

69
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

tersebut harus memenuhi persyaratan mutu melalui pengujian


laboratorium yang disetujui Pengawas Pekerjaan.
Batu yang dipakai harus berasal dari gunung berapi, berwarna
gelap sewarna dan sejenis semua batu harus didapatkan dari satu
sumber, kuat tidak mudah pecah dan tahan terhadap cuaca atau
bahan-bahan yang dibawa arus sungai.
Setiap batu harus dibentuk dari batu besar dan dibelah menyerupai
piramida terpancung dengan ukuran 30cm x 30cm bujur sangkar
atau maksimal 40cm x 40cm pada permukaan luarnya. Bagian
dalam berukuran minimal 20cm x 20cm dan tingginya 30 – 60cm.
Pada bagian atas/luar setebal 4cm dari permukaan harus dibuat
halus dan rata. Pada bagian bawah/luar dibuat dari permukaan
kasar kecuali ditentukan lain.
Bahan untuk batu candi harus dari batuan yang mempunyai berat
jenis tidak boleh kurang dari 2,65 dengan angka porositas
maksimal 3%. Uji kekerasan dilakukan dengan jalan membuat
kubus berukuran 150 x 150 x 150 mm3 yang diambil sebuah secara
random untuk setiap 300 buah batu. Kekuatan tekan sampai pecah
harus lebih besar dari 800kg/cm2.

18 Standar mutu campuran aspal untuk bangunan air adalah sesuai Standar mutu
ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu campuran aspal
pengendalian campuran aspal untuk bangunan air adalah: untuk bangunan
air
a. Pengujian material
1) Aspal
Uji laboratorium dapat dilakukan untuk menguji aspal sebelum
dipakai sebagai bahan campuran, antara lain pengujian berat
jenis, titik lembek, kekerasan, kemuluran, titik nyala,
kehilangan berat, dan kekentalan aspal.
2) Agregat
- Agregat halus (pasir)
Pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui mutu
pasir sebelum dipakai sebagai campuran antara lain
pengujian berat jenis dan penyerapan, analisis saringan,
kandungan organik, dan kadar air pasir.
- Agregat kasar (kerikil)
Pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui mutu
kerikil sebelum dipakai sebagai campuran antara lain
pengujian berat jenis dan penyerapan, analisis saringan,
kandungan organik, kekekalan, kekerasan, kadar air,
kepipihan, dan berat isi kerikil.

70
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

3) Bahan pengisi (filler)


Pengujian laboratorium yang dapat dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pengisi antara lain pengujian berat
jenis, analisis saringan, dan kadar air bahan pengisi.
b. Komposisi agregat campuran dan aspal
Unsur–unsur dasar yang membentuk konstruksi itu adalah batu
kasar, batu halus, filler, dan aspal.
Spesifikasi komposisi pada kontrak harus dipatuhi mengingat
lapisan aspal harus dapat menahan tekanan gelombang, tekanan
air, dan lain–lain aksi yang merusak. Selain itu, aspal harus cukup
cocok untuk berbagai kondisi seperti stabil; kuat dari pondasi,
lapisan pondasi, dan ancaman luar/cuaca; mudah
dicampur/dipanaskan/dipadatkan/diberi lapis atas tanpa terjadi
pemisahan bahan; dan mempunyai sifat dapat dikerjakan
sebagaimana diperlukan.
Syarat berikut harus dipenuhi untuk menghasilkan konstruksi
aspal yang baik:
1) Harus mempunyai stabilitas tinggi. Tidak boleh terdapat
perubahan bentuk yang disebabkan oleh tekanan gelombang,
tekanan air, dampak ketidakmurnian, atau beban lalu lintas.
Terutama pada lereng–lereng harus dapat mempertahankan
bentuknya.
2) Tidak terdapat retak–retak. Harus dapat menahan pelenturan
yang terjadi pada lapisan pondasi tanah.
3) Harus mempunyai ketahanan. Tidak boleh terjadi
pengelupasan atau turbulansi yang disebabkan oleh cuaca,
dan lain–lain.
4) Harus ekonomis tetapi memenuhi syarat – syarat tersebut di
atas.

19 Standar mutu pekerjaan pipa adalah sesuai ketentuan spesifikasi Standar mutu
teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan pipa adalah pekerjaan pipa
sebagai berikut:
a. Pipa beton
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, pipa beton dengan diameter
kurang dari 0,7m dibuat tanpa tulangan dengan permukaan yang
halus dan rata serta dibuat dari beton K. 175. Untuk pipa beton
dengan diameter lebih besar dari 0,7m dibuat dengan tulangan
spiral dan dibuat dari beton K.225. Pipa harus diletakkan/dipasang
dengan selimut pasangan batu kali menurut ukuran yang
ditunjukkan didalam gambar.

71
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. Landasan beton
Lapisan landasan dari beton dihampar ke seluruh lebar dari
formasi atau galian pondasi dengan ketebalan minimum 70mm dan
menurut kemiringan rencana dari saluran pipanya.
c. Pemasangan pipa dengan pembungkus pasangan batu kali
Sebelum pipa diletakkan, pasangan batu dasar harus diselesaikan
sampai 3cm di bawah pipa dan lantai kerja menurut kemiringan
pipa. Pipa yang diletakkan harus diganjal kuat di atas blok–blok
beton pracetak menurut arah dan kelandaiannya. Kemudian, pipa
dihubungkan dan dibungkus dengan adukan sampai 15cm di atas
lapis kerja. Pemasangan pembungkus pasangan batu tidak boleh
dilanjutkan sebelum sambungan di atas berumur 24 jam.
Sambungan antara dua pipa harus diplester dengan adukan
sehingga muka bagian dalam pipa menjadi kontinu merata.
d. Sambungan lentur dan sayap (flange adaptors)
Pipa besi dan pipa asbes harus diletakkan di atas bahan dasaran.
Bahan dasaran ini harus dipasang ke seluruh lebar dasar galian
dan dipadatkan dengan hati – hati sampai dengan ketinggian
minimum 15cm di bawah pipa bagian bawah atau 1/6 dari diameter
luar pipa, dipilih mana yang lebih besar.
e. Bahan untuk dasaran
Bahan dasaran harus terdiri dari pasir kasar, kerikil, baru pecah,
bata pecah atau beton pecah menurut persetujuan Pengawas
Pekerjaan. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, semua bahan
harus lolos dari saringan dengan ukuran sebagaimana tertera
dalam Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Persentase Kelolosan Bahan Dasaran Sesuai Ukuran Saringan
Diameter saringan (mm) % lolos
75 5 - 30
52 5 - 20
45 1 - 10

f. Pemasangan pipa pada bahan berbutir


Apabila pipa dipasang di dalam bahan berbutir, pada tiap
sambungan harus disisakan ruang kerja untuk pemasangan.
Sambungan pipa harus dijaga supaya bahan berbutir tidak masuk
ke dalam sambungan.
Setelah peletakan pipa selesai dan diuji sesuai persetujuan
Pengawas Pekerjaan, sisa galian harus ditimbun sampai setinggi
tengah pipa dengan bahan granular. Timbunan ini harus dipadatkan
dengan hati – hati dengan cara yang disetujui Pengawas Pekerjaan,
sehingga tidak merusak pipa maupun sambungannya. Bahan
timbunan terpilih kemudian ditambahkan dan dipadatkan menurut

72
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

spesifikasi dengan syarat tambahan bahwa lapisan – lapisan


urukan di bawah puncak dari pipa tidak boleh lebih dari 7,5cm.

20 Standar mutu pekerjaan pemugaran adalah sesuai ketentuan Standar mutu


spesifikasi teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan pekerjaan
pemugaran adalah sebagai berikut: pemugaran

a. Pekerjaan siar ulang pasangan batu lama


Bila diperintahkan dalam kontrak, permukaan pasangan lama
harus disiar kembali, bidang sambungan antara batu harus digaruk
dengan kedalaman paling tidak 2 cm dan disiar kembali.
b. Pekerjaan bongkaran
Bila bagian dari bangunan pasangan batu atau beton yang telah ada
akan dibongkar, Penyedia harus melaksanakan pekerjaan tersebut
dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak merusak bagian
bangunan yang masih tertinggal. Tiap kerusakan pada bagian
bangunan yang masih tertinggal sebagai akibat dari pekerjaan
bongkaran harus dikembalikan kepada keadaan semula sesuai
petunjuk Pengawas Pekerjaan. Semua runtuhan hasil dari
bongkaran harus dibuang dengan cara seperti diatur dalam kontrak
dan permukaan tanah atau tampang lintang saluran harus
diselesaikan dan dirapikan sesuai pengaturan dalam kontrak atau
petunjuk Pengawas Pekerjaan.
c. Ikatan sambungan
Bila diperintahkan dalam kontrak, Penyedia harus mengeringkan
dan membuang endapan pada semua pintu, memasang pintu
sementara, dan memindahkan semua daun pintu yang ada,
termasuk pembongkaran rangka bila perlu. Bila sesudah
pemeriksaan Pengawas Pekerjaan menganggap pintu tersebut
masih memenuhi syarat operasional, Penyedia harus memasang
kembali pintu tersebut. Sesudah pemasangan kembali, pengecatan
dan pelumasan, dan sebelum pembongkaran kistdam atau balok
penahan, setiap pintu harus diuji lebih dahulu sampai mendapat
persetujuan Pengawas Pekerjaan. Setelah saluran dibuka (dialiri),
setiap pintu harus diuji kembali sampai mendapatkan persetujuan
Pengawas Pekerjaan.
d. Pembersihan saluran
Endapan harus dibuang sampai dengan lantai yang ada atau
ketinggian dasar asli atau sampai dengan ketinggian menurut
perintah kontrak. Semua tumbuhan, lumut yang tumbuh pada
permukaan pasangan, plesteran yang lepas, kotoran, dan pasir
harus dibuang dari tempat sekitar bangunan.

73
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

21 Standar mutu pekerjaan jalan inspeksi adalah sesuai ketentuan Standar mutu
spesifikasi teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan jalan pekerjaan jalan
inspeksi adalah sebagai berikut: inspeksi

a. Galian
Galian untuk terowongan harus dikerjakan, sesuai batas
kemiringan dan ukuran–ukuran yang tertera dalam gambar pada
kontrak. Bahan hasil galian selama pelaksanaan konstruksi
terowongan harus disingkirkan dan ditimbun di tempat yang sudah
direncanakan. Tempat timbunan ini harus diatur dan dibiarkan
dalam keadaan yang rapi dan stabil.
b. Penopang terowongan (tunnel support)
Penopang dari baja konstruksi (steel support) harus disediakan
dan dipasang sesuai kontrak atau menurut persetujuan Pengawas
Pekerjaan. Penopang baja dan perlengkapan baja lain harus
disediakan lengkap, seperti baut, mur, ring, pelat, batang pengikat,
dan lain-lain kelengkapan untuk pemasangan penopang-penopang
tersebut.
Penopang baja didirikan menurut kedudukan dan arah yang
sebenarnya dan Penyedia harus menjaganya dalam keadaan yang
sedemikian sampai pembetonan di sekitarnya selesai dikerjakan.
Pemasangan penopang yang kurang sempurna harus diperbaiki
selambat-lambatnya 48 jam sesudah kekurangan dilaporkan.
c. Lain-lain penopang
Jumlah dan ukuran dari blok-blok kaki, papan-papan penunjang di
atas penopang baja, pemisah-pemisah, dan baja bisa jadi tidak
semuanya dicantumkan dalam gambar pada kontrak, Namun,
semuanya harus ada sesuai dengan keperluan dan untuk
keamanan. Bahan yang dipakai untuk blok kaki atau ganjal dapat
dibuat dari kayu, baja, atau beton pracetak.
d. Lapisan beton pada terowongan (tunnel concrete lining)
Lapisan beton untuk terowongan harus beton klas K.175 dan
dilaksanakan tahap demi tahap sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar pada kontrak. Pada keadaan yang normal, tidak
diperkenankan ada sambungan cor dalam arah mendatar, kecuali
pada sambungan antara dinding dan lantai dasar. Parit-parit
darurat dan jalan-jalan air harus diisi padat setelah pembetonan
selesai. Tidak diperbolehkan pemakaian garam khlor.
e. Acuan (bekisting)
Acuan harus dibuat kuat, dipasang teliti dan dibuat kaku sesuai
garis bentuk yang ditentukan. Acuan ini harus menghasilkan muka

74
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

beton jadi sesudah dicor. Lubang-lubang masuk untuk inspeksi


harus dibuat dengan ukuran 0,60m lebar dan 1m tinggi.
f. Beton untuk galian lebih (concrete for overbreak)
Beton untuk mengisi rongga akibat kelebihan galian harus sama
mutunya dengan lapis beton terowongan dan diisikan dengan cara
sama pula seperti untuk bagian – bagian lainnya.
g. Grouting untuk celah
Setelah pengecoran lapisan beton selesai dan apabila Pengawas
Pekerjaan menduga adanya celah, Pengawas Pekerjaan
memerintahkan pengisian/grouting celah tersebut, hingga yakin
bahwa lapisan beton menjadi penuh sampai batas permukaan
galian. Pengisian dilaksanakan melalui lubang yang dibor sebesar
minimum 40mm menembus beton sampai permukaan tanah, pada
tempat-tempat yang ditentukan dengan jarak tidak lebih dari 4m.
Ke dalam lubang bor tersebut akan diisikan /diinjeksikan grout
dengan tekanan 0,2 MN/m2 (2 kg/cm2). Setelah grout mengeras,
lubang-lubang dibersihkan dan sedalam 0,1m diisi dengan spesi.
Pengisian dengan grout dilakukan hanya setelah paling sedikit 14
hari pengecoran beton selesai.
h. Sambungan konstruksi
Sambungan konstruksi harus melingkar (terpisah dari sambungan
antara dinding dan dasar) dan harus dipasang karet water stop atau
seperti diatur dalam kontrak. Sambungan memanjang (longitudinal
joints) yang disetujui Pengawas Pekerjaan atau sesuai gambar
diperbolehkan yang sedapat mungkin diusahakan jumlahnya
minimal dan yang terletak pada bidang yang memotong as
terowongan serta miring dengan sudut 45o terhadap garis tegak.
i. Pengeringan
Penyedia harus mengusahakan pengeringan dalam terowongan
dengan cara pengaliran bebas atau pemompaan untuk
mendapatkan kondisi yang memuaskan guna melaksanakan
pekerjaan. Penyedia juga harus mengusahakan pencegahan
terhadap akibat sampingan dari pembuangan air (dengan pompa),
termasuk antara lain memperkuat tanah terhadap beratnya sendiri
akibat air dipompa keluar.
j. Penerangan
Penerangan dimaksudkan di sini hanya listrik. Untuk penerangan
dan titik-titik pengambilan aliran listrik harus dipasang jaringan
kabel/instalasi tersendiri. Lampu tangan dan pemandu harus
disediakan untuk keperluan Pengawas Pekerjaan dan stafnya
dalam melakukan inspeksi dan pemeriksaan dalam terowongan.

75
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Semuanya itu harus dijaga dalam keadaan baik selama


pelaksanaan pekerjaan.
k. Ventilasi
Penyedia harus menyediakan dan memelihara semua peralatan
untuk keperluan ventilasi yang cukup dalam terowongan, pada
setiap tahap pelaksanaan konstruksi, termasuk pembuangan asap
dan debu secara efektif pada waktu bekerja dengan ledakan.
l. Mal
Mal yang diperlukan untuk pekerjaan selama pelaksanaan harus
dibuat dengan ukuran 5cm lebih kecil dari ukuran dalam dari
terowongan. Mal harus dibuat dari kayu, diperkuat dengan palang-
palang secukupnya, dilengkapi dengan tangga, pelat titian, dan lain-
lain untuk dapat dipakai dengan mudah mencapai dan memeriksa
dinding dan atap galian.

22 Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, standar mutu mortar untuk Standar mutu
pekerjaan pasangan diatur sesuai SNI 6882:2014 sebagai berikut: mortar untuk
pekerjaan
a. Material
pasangan
1) Material Sementisius
Material sementisius berupa semen portland, kapur tohor,
kapur hidroksida, dempul kapur, semen hidrolis campuran,
semen hidrolis, semen portland-slag tanur tinggi, semen
pasangan, dan semen mortar yang digunakan untuk campuran
mortar harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
4.1.1. SNI 6882:2014.
Mortar dengan semen portland saja tidak dapat digunakan
karena kekurangan plastisitas, retensivitas airnya rendah, dan
kasar serta kelecakannya kurang bila dibandingkan mortar
semen portland-kapur, atau mortar semen pasangan sesuai
ASTM C91.
2) Air
Air harus bersih dan bebas dari minyak, asam, alkali, garam,
material organik, atau substansi lain yang merusak mortar
atau logam di dalam dinding.
3) Bahan campuran tambahan
Bahan campuran tambahan tidak boleh ditambahkan ke dalam
mortar kecuali dispesifikasikan. Bahan campuran tambahan
tidak boleh lebih dari 65ppm (0,0065%) klorida larut dalam air
atau 90 ppm (0,0090%) klorida larut dalam asam terhadap
kadar klorida total mortar, kecuali secara eksplisit diatur
dalam dokumen kontrak. Bahan campuran tambahan yang

76
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

diklasifikasikan sebagai penguat lekatan, penambah


kelecakan, pemercepat pengikatan, pemerlambat pengikatan
dan penolak air harus sesuai ASTM C1384. Jika diperlukan
pewarna, maka pigmen pewarna harus sesuai dengan ASTM
C979. Mortar yang mengandung bahan campuran tambahan di
luar lingkup ASTM C1384 dan ASTM C979 di atas harus sesuai
dengan persyaratan properti pada SNI 6882:2014 dan bahan
campuran tambahan tersebut harus dibuktikan tidak merusak
mortar, metal-metal tertanam, dan unit pasangan.
4) Kalsium Klorida
Bila diatur dalam dokumen kontrak, kalsium klorida boleh
digunakan sebagai akselerator dalam jumlah tidak melebihi
2% berat dari kadar semen portland atau 1% kadar semen
pasangan, atau keduanya, dari mortar tersebut.
b. Proporsi
Proporsi mortar harus terdiri dari campuran material sementisius,
agregat, dan air. Tidak ada kombinasi bahan untuk membuat mortar
memiliki semua kualitas mutu yang diinginkan secara optimal.
Faktor-faktor yang meningkatkan satu kualitas mutu umumnya
dilakukan dengan mengorbankan yang lain.
c. Pencampuran Mortar
1) Semua material sementisius dan agregat harus diaduk dengan
menggunakan alat pencampur mekanis untuk satu kali
pencampuran dengan jumlah air maksimum selama 3 menit
sampai 5 menit untuk menghasilkan konsistensi mortar yang
mudah dikerjakan. Pencampuran mortar secara manual boleh
dilakukan bila ada ijin tertulis dan sesuai prosedur pada
spesifikasi teknis kontrak;
2) Mortar yang telah kaku harus diaduk kembali dengan
menambahkan air sejumlah yang ditentukan untuk
mengembalikan konsistensi yang dibutuhkan;
3) Mortar yang sudah dicampur lebih dari 2½ jam tidak boleh
digunakan lagi.

77
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

BAB IV
PROSEDUR PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR

A. Pengantar

01 Pengujian fisik pada pemeriksaan pekerjaan konstruksi SDA dilakukan Metode


untuk menilai kesesuaian volume dan mutu pekerjaan. Namun pengambilan dan
demikian, pengujian fisik ini harus dilakukan berdasarkan hasil pengujian benda
pengujian intern yang memadai sehingga ada indikasi yang kuat bahwa uji
fisik pekerjaan konstruksi SDA tidak memenuhi spesifikasi
sebagaimana diatur dalam kontrak. Pengujian SPI dapat dilakukan
salah satunya dengan menguji pengendalian mutu yang dilaksanakan
oleh entitas dan Penyedia.

02 Pemeriksa memilih item pekerjaan yang akan diuji serta metode Pemilihan metode
pengujian dengan mempertimbangkan risiko pemeriksaan, dan jenis
materialitas dan pekerjaan utama dari kontrak pekerjaan konstruksi pengujian
SDA yang diperiksa. Risiko pemeriksaan berkaitan dengan
pertimbangan profesional Pemeriksa dengan memerhatikan beberapa
hal seperti efektivitas SPI, kondisi pekerjaan konstruksi SDA sesuai
hasil pengamatan visual pada saat akan diperiksa, nilai pekerjaan, dan
lain-lain. Selain itu pemilihan metode disesuaikan dengan kondisi,
ketentuan/standar yang berlaku, praktik terbaik yang menjadi
pedoman, yang kemudian disepakati dalam BA Kesepakatan Pengujian
Fisik.
Contoh: Hasil pengamatan awal secara visual terhadap item pekerjaan
konstruksi bendung menunjukkan terdapat keretakan, misal dalam
pekerjaan plesteran atau pasangan bata atau beton. Keretakan
tersebut merupakan penanda awal adanya kerusakan dalam item
pekerjaan dan kemungkinan ketidaksesuaian mutu pekerjaan
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kontrak. Oleh karena itu,
Pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk melaksanakan pengujian
fisik untuk mengidentifikasi kesesuaian ketepatan mutu hasil
pekerjaan tersebut dengan kontrak.

03 Sebelum melakukan pengujian volume dan mutu, Pemeriksa Pengamatan


melakukan pengamatan visual fisik pekerjaan konstruksi. Misalnya, visual
pada pekerjaan bronjong, sesuai SNI 03-0090-1999, pengamatan visual
dilakukan untuk menguji kesesuaian antara bentuk, jumlah sekat,
lilitan, serta sulaman bronjong dengan persyaratan yang ditetapkan
pada kontrak sesuai gambar kerja dan spesifikasi teknis pekerjaan.

79
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Selain itu, Pemeriksa juga dapat melakukan pengamatan visual


pekerjaan bronjong untuk memperoleh indikasi berikut:
a. ada-tidaknya kawat maupun anyaman yang putus atau rusak;
b. isi bronjong benar-benar padat, sebab kekurangan kepadatan
menyebabkan bronjong mudah goyang. Pengujian kepadatan dapat
dilakukan dengan cara memberikan beban di atas bronjong.
Apabila telah dibebani dan digoyang konstruksi bronjong tetap
kokoh, maka bronjong telah kuat menahan beban dan dorongan
beban;
c. ada-tidak lendutan atau penurunan pada bronjong. Lendutan atau
penurunan pada bronjong mengindikasikan adanya permasalahan
pada tanah dasar maupun kepadatan isian batu; dan
d. lilitan harus ganda (lebih dari satu), erat, dan tidak terdapat
kerenggangan pada lilitan.
Contoh lain, pada pekerjaan dinding penahan tanah/talud, Pemeriksa
dapat melakukan pengamatan visual untuk memperoleh indikasi:
a. kerusakan pada talud, seperti retak, runtuh, atau ada bagian yang
pecah pada struktur talud;
b. adukan mortar mudah hancur, rontok, atau terkikis pada saat
digenggam atau menerima tekanan ringan;
c. pasangan batu yang mudah lepas/goyang pada saat pendapat
tarikan ringan; dan
d. pekerjaan mortar tidak dilakukan oleh Penyedia.

B. Persiapan Pengujian Fisik

04 Pemeriksa dapat melakukan pengujian fisik, walaupun sebelumnya Perlunya


PPK dan Penyedia telah melakukan pengujian dan menuangkan hasil pengujian fisik
pengujian tersebut dalam back up data (quantity dan quality). Hal
tersebut karena adanya kemungkinan perbedaan antara benda uji yang
dibuat langsung sebelum diaplikasikan di lapangan dengan benda uji
yang diperoleh dari lapangan. Perencanaan dan pelaksanaan
pengujian fisik tetap memerhatikan pertimbangan profesional
Pemeriksa.
Pertimbangan profesional Pemeriksa juga perlu dipergunakan untuk
menentukan perlu tidaknya melibatkan Tenaga Ahli, diantaranya untuk
menguji pekerjaan yang berisiko tinggi, tidak lagi terlihat (underwater
dan underground), dan lain-lain.

80
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

05 Pemeriksa melakukan persiapan pengujian fisik berupa pengumpulan Langkah-langkah


dan analisis data awal dengan langkah-langkah sebagai berikut: persiapan
pengujian fisik
a. Pemeriksa harus memperoleh informasi yang lengkap mengenai
paket yang akan diperiksa, baik dari dokumen-dokumen terkait
maupun dari wawancara atau ekspose oleh entitas yang diperiksa;
1) Pemeriksa melakukan koordinasi awal dengan Pelaksana dan
Pengendali Pekerjaan dimulai semenjak entry meeting,
dilanjutkan dengan permintaan data maupun permintaan
ekspose perihal pekerjaan konstruksi yang menjadi objek
pemeriksaan. Melalui kegiatan ekspose, Pemeriksa dapat
mempercepat pemahaman perihal pelaksanaan konstruksi,
sehingga mempermudah pemilihan sampel;
2) Pemeriksa melakukan diskusi awal ataupun ekspose dengan
entitas yang diperiksa terkait proyek konstruksi yang diperiksa
(jika diperlukan untuk memahami gambaran umum konstruksi);
3) Pemeriksa mempelajari dan melakukan reviu/analisis awal
dokumen terkait;
4) Pemeriksa memastikan jenis kontrak pekerjaan (lumpsum atau
harga satuan) untuk menentukan metode pemeriksaan. Untuk
kontrak lumpsum, kriteria utama pemeriksaan adalah gambar
dan spesifikasi (harga dan lingkup yang tetap). Output tidak
dapat diterima jika tidak sesuai dengan gambar/spesifikasi, dan
hal tersebut menjadi risiko yang harus ditanggung Penyedia.
Namun Pemeriksa perlu berhati-hati untuk menilai
ketidaksesuaian output tersebut dengan mempertimbangkan:
- ketentuan yang ada pada kontrak
Jika kontrak menyatakan bahwa ketidaksesuaian dengan
spesifikasi tidak dapat dibayar, Pemeriksa mengikuti
aturan kontrak.
- signifikansi permasalahan
Dalam hal ini apakah output yang tidak sesuai spesifikasi
berdampak signifikan, seperti pada pekerjaan struktur,
atau tidak berdampak signifikan, seperti pada pekerjaan
nonstruktur. Jika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
output yang disepakati, penetapan total loss harus
berdasarkan pertimbangan Ahli.
Namun demikian, jika terjadi perubahan desain, kontrak
lumpsum dapat diuji dengan metode pengujian kontrak harga
satuan.

81
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. Pemeriksa harus memiliki gambaran mengenai efektivitas SPI atas


paket pekerjaan yang akan diperiksa. Pengujian pengendalian
intern mengacu pada PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah sebagaimana diuraikan pada Seri
Panduan Pemeriksaan Kepatuhan Pelaksanaan Pekerjaan
Konstruksi Nomor P-002.0/XII.3.4/2021;

Contoh:
1. PPK atau KPA belum sepenuhnya melakukan proses verifikasi
hasil pelaksanaan pekerjaan, baik dalam hal pekerjaan fisik
Pekerjaan konstruksi SDA, pekerjaan jasa konsultansi
supervisi, maupun pekerjaan swakelola. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa pengendalian belum secara efektif dapat
mencegah risiko terjadinya kelebihan pembayaran sebagai
akibat ketidaksesuaian pelaksanaan pekerjaan, baik dari sisi
volume pekerjaan, spesifikasi/kualifikasi, dan metodologi;
2. PPK tidak melakukan evaluasi atas Laporan Harian, Laporan
Mingguan, dan Laporan Bulanan yang dibuat oleh Konsultan
Pengawas untuk memastikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi SDA.
3. Seorang PPK mengendalikan 30 proyek konstruksi sekaligus, di
mana lokasi proyek tersebar dan saling berjauhan sehingga
tidak mungkin bagi PPK untuk mengontrol langsung setiap
proyek yang di bawah kewenangannya.

c. Pemeriksa menggunakan pertimbangan profesional dalam


menentukan paket yang akan diuji fisik berdasarkan hasil analisis
SPI dan indikasi permasalahan yang ditemukan;
d. Pemeriksa menyusun rencana teknis pelaksanaan pengujian fisik,
termasuk alokasi waktu pengujian fisik, metode pengujian fisik,
jadwal dan lokasi pengujian fisik, serta apakah melibatkan Tenaga
Ahli atau tidak. Selanjutnya, Pemeriksa menuangkan informasi
tersebut ke dalam BA Kesepakatan Pengujian Fisik; dan
e. Pemeriksa memastikan peralatan yang dibutuhkan untuk pengujian
fisik telah lengkap, terkalibrasi, dan bisa dipakai saat pengujian
fisik, seperti penggaris, meteran, roll meter, meteran gelinding,
laser meter, dan jangka sorong, dan lain-lain.

06 Sebagai gambaran, Pemeriksa dapat meminta dokumen-dokumen Pengumpulan


berikut kepada Pengendali Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan untuk data awal
kemudian dianalisis lebih lanjut: pemeriksaan

a. Dokumen Umum, seperti:

82
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

1) Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)/Dokumen Perubahan


Pelaksanaan Anggaran (DPPA);
2) Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan;
3) Surat Keputusan (SK) Pelaksana Kegiatan;
4) Laporan pengadaan/pemilihan penyedia dari Unit Kerja
Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ);
5) Rencana Umum Pengadaan (RUP);
6) Peta Lokasi Kegiatan;
7) Dokumen Harga Satuan Daerah atau sejenisnya; dan
8) Dan lain-lain dokumen yang diperlukan.
b. Dokumen khusus, seperti:
1) Kontrak dan dokumen yang menjadi bagian tidak terpisah
dengan kontrak (adendum, pokok perjanjian, dokumen
penawaran berikut metode kerja serta daftar kuantitas dan
harga, syarat-syarat khusus kontrak, syarat-syarat umum
kontrak), dokumen uitzet (pengukuran lapangan), gambar-
gambar seperti gambar perencanaan, shop drawing, dan as
built drawing; serta dokumen lainnya seperti surat jaminan,
Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ), Berita Acara
Hasil Pemeriksaan (BAHP), Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(BAPP) atau Aanwijzing), dan lain-lain;
2) Rencana Mutu Pekerjaan Konstruksi (RMPK) yang disetujui
Pengendali Pekerjaan, dan dokumen terkait pelaksanaannya.
Jika pekerjaan tidak mempunyai dokumen RMPK, Pemeriksa
dapat mengindentifikasi dan meminta dokumen pengendalian
mutu seperti Laporan Uji Mutu, Job Mix Design, Job Mix
Formula, dan Uji Mutu Material, dan lain-lain;
3) Laporan-laporan, seperti Laporan Harian, Laporan Mingguan,
dan Laporan Bulanan, serta foto dan dokumen lain sebagai
kelengkapannya; dan
4) Dokumen Pembayaran atau disebut Monthly Certificate (MC)
dan dokumen pembayaran termin, termasuk pendukung yang
melampirinya seperti Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan,
Back Up Data Perhitungan Kuantitas (Back Up Quantity) dan
Perhitungan Kualitas (Back Up Quality).
Pemeriksa perlu memastikan keabsahan dokumen yang diterima
sebelum diuji lebih lanjut.

07 Pemeriksa mempelajari dan melakukan reviu/analisis awal dokumen Analisis dokumen


terkait untuk menilai efektivitas SPI yang dilakukan Pengendali awal
Pekerjaan dan mendapatkan indikasi permasalahan yang perlu

83
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

ditindaklanjuti dengan pengujian fisik untuk mendapatkan bukti


pendukung yang menguatkan dugaan Pemeriksa.

08 Analisis dokumen yang dapat dilakukan sebelum pelaksanaan cek fisik Contoh analisis
lapangan, antara lain: dokumen awal

a. melakukan pengujian kelengkapan kontrak, dhi. apakah kontrak


telah menerapkan kaidah-kaidah sesuai PermenPUPR No. 14 Tahun
2020 atau PerLKPP No. 9 Tahun 2018. Pemeriksa mengevaluasi
apakah kontrak telah mengatur prosedur pengendalian mutu
selama pelaksanaan pekerjaan, kriteria penerimaan pekerjaan,
serta langkah-langkah apa yang harus diambil jika terjadi
kekurangan volume/mutu. Apabila kontrak tidak mengatur secara
jelas ketentuan-ketentuan tersebut, Pemeriksa membuat temuan
terkait ketidaklengkapan kontrak;
Catatan:
Pada kondisi ini, Pemeriksa dapat melakukan pengujian fisik terkait
volume dan mutu dengan mempergunakan kriteria atau standar
yang lebih tinggi yang saat itu berlaku, misalnya untuk mortar
mengacu ke SNI 6882:2014.
b. melakukan pengujian aritmatika, yaitu menguji perhitungan
(perkalian, penjumlahan) pada perhitungan kuantitas dan harga
item pekerjaan pada kontrak;
c. memastikan tidak ada item pekerjaan sama dengan harga satuan
yang berbeda;
d. memastikan tidak ada item-item pekerjaan ganda, termasuk
pekerjaan yang sudah masuk ke pembentuk Harga Satuan item
pekerjaan namun juga terdapat harga satuan terpisah atas
pekerjaan tersebut;
e. membandingkan harga satuan bahan/material sebagai pembentuk
harga satuan pekerjaan pada kontrak dengan Harga Satuan yang
berlaku;
f. membandingkan foto-foto pekerjaan, as built drawing, dengan
dokumen pembayaran. Jika perhitungan back up data lebih besar
dari pada as built drawing, pengujian fisik dilakukan untuk
memperoleh ukuran terpasang yang sebenarnya;
g. mempelajari komponen pembentuk AHSP (metode kerja, bahan,
tenaga kerja dan alat) untuk dievaluasi/dibandingkan dengan
realisasi di lapangan;
h. dan lain-lain.

84
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Contoh hasil analisis dokumen awal yang dapat dilakukan Pemeriksa.

Contoh

Atas pembangunan jaringan irigasi, entitas telah melakukan


pembayaran berdasarkan pada penghitungan back up data. Namun,
perbandingan penghitungan antara back up data dengan as built
drawing menunjukkan ketidaksesuaian, di mana volume pada back
up data lebih besar dari as built drawing (kelebihan pembayaran).
Untuk itu, Pemeriksa perlu melakukan pengujian fisik untuk
memastikan ukuran terpasang sebenarnya.

09 AHSP SDA sangat tergantung dari kebutuhan mutu yang disesuaikan AHSP SDA
dengan spesifikasi teknis pekerjaan dan berbagai aspek lainnya
seperti K3 dan dampak lingkungan.
AHSP SDA diharapkan dapat menjadi acuan untuk menghitung Harga
Satuan Pekerjaan (HSP) dengan menganalisis biaya upah tenaga kerja
dan/atau tanpa harga bahan-bahan bangunan dan peralatan sebagai
koefisien kebutuhan penggunaan bahan, tenaga kerja, dan peralatan
yang digunakan untuk satu satuan volume pekerjaan. AHSP SDA telah
mengakomodasi berbagai karakteristik pekerjaan SDA yang umumnya
berhubungan dengan air (underwater dan underground), keterbatasan
aksesibilitas ke lokasi pembangunan, waktu pelaksanaan pekerjaan
terkait dengan musim ataupun kondisi air di sungai (banjir), di laut
(pasang atau surut) serta ketersediaan bahan yang kurang berkualitas
dan juga penggunaan jenis semen khusus.
Seperti halnya spesifikasi teknis, AHSP juga merupakan bagian dari
dokumen kontrak pekerjaan yang digunakan sebagai ketentuan teknis
untuk mencapai suatu produk pekerjaan mulai dari proses persiapan,
metode pelaksanaan, bahan, peralatan, pengendalian mutu, dan tata
cara pembayaran. Penerapan spesifikasi ini dilakukan selama periode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan sebagai dasar penentuan
pembayaran.
Dengan mempertimbangkan kondisi di atas, Pemeriksa dapat
melakukan evaluasi atas AHSP minimal apabila ditemui salah satu
kondisi berikut:
a. Terdapat indikasi awal kecurangan;
b. Terjadi pengurangan terhadap kuantitas, kualitas, dan pemenuhan
spesifikasi;
c. Terjadi perubahan penggunaan material atau cara kerja yang
menyebabkan perbedaan harga yang material (misalnya terdapat
pekerjaan galian dan timbunan jalan yang kemudian tidak dibuang
ke lokasi sebagaimana diperjanjikan dalam kontrak).

85
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Selain itu, Pemeriksa memastikan adanya kesepakatan dengan entitas


tentang apa yang bisa dievaluasi dalam AHSP. Kesepakatan ini menjadi
hal utama yang harus diperhatikan sebelum melakukan analisis lebih
lanjut.

10 Item pekerjaan yang diuji, metode pengambilan sampel, metode BA Kesepakatan


pengujian sampel, jumlah sampel, titik pengambilan sampel, formula Pengujian Fisik
konversi hasil pengujian mutu, dan lain-lain harus dituangkan dalam
BA Kesepakatan Pengujian Fisik yang ditandatangani oleh pihak-pihak
yang terkait. BA Kesepakatan Pengujian Fisik dapat dilihat pada
Lampiran 4.5., Seri Panduan Pemeriksaan Kepatuhan Pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi Nomor P-002.0/XII.3.4/2021.

11 Setelah memiliki informasi yang komprehensif mengenai paket Titik awal


pekerjaan yang di periksa baik dari wawancara, ekspose, maupun dari pengujian fisik
hasil analisis atas dokumen awal, Pemeriksa dapat
menindaklanjutinya dengan melakukan pengujian fisik.

C. Pengujian Fisik Ketepatan Volume

12 Pengujian ketepatan volume pada pekerjaan konstruksi SDA dilakukan Pengujian


untuk memastikan volume hasil pekerjaan yang terpasang sesuai ketepatan volume
dengan nilai yang dibayarkan. Oleh karena itu, pengujian ketepatan
volume difokuskan pada kesesuaian perhitungan volume akhir dengan
back up data, as built drawing, foto dokumentasi kegiatan, laporan
pendukung, dan dokumen lain yang relevan. Contoh pengujian
ketepatan volume antara lain:
a. pengukuran pekerjaan volume beton kolom;
b. pengukuran diameter kawat bronjong;
c. volume material galian dan timbunan;
d. dan lain-lain.

13 Pemeriksa melakukan prosedur analitis untuk mendukung Prosedur analitis


pelaksanaan pengujian volume pekerjaan konstruksi SDA. Contohnya
dalam pekerjaan normalisasi sungai, mungkin Pemeriksa tidak dapat
lagi menguji volume realisasi galian/timbunan sehingga diperlukan
analisis untuk mengetahui volume realisasi galian/timbunan. Dalam
hal ini, Pemeriksa melakukan analisis produktivitas alat sesuai jenis
pekerjaan konstruksi SDA, dengan membandingkan antara lain jumlah
alat yang digunakan, lokasi alat dan pekerjaan, kondisi medan dan
lingkungannya, jam kerja alat/waktu operasional alat, waktu tempuh
alat dari satu lokasi ke lokasi tujuan, dokumentasi operasional (misal
ditunjukkan dengan foto dan laporan periodik), dan lain-lain dengan
volume pekerjaan yang harus dipenuhi sesuai spesifikasi dalam

86
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

kontrak. Jika volume hasil galian tidak dapat diyakini, misal karena
pengaruh kondisi cuaca, Pemeriksa tidak menjadikan hasil prosedur
analitis produktivitas alat sebagai satu-satunya dasar pengembangan
temuan pemeriksaan. Pemeriksa memperkuat prosedur analitis
tersebut dengan konfirmasi atau wawancara dengan pihak yang
relevan dan kompeten.

14 Contoh pengujian volume bronjong Contoh pengujian


volume bronjong
Titik kritis pekerjaan bronjong adalah ketidaksesuaian antara volume
terpasang dengan volume yang dibayarkan, terutama pada lapisan
pasangan yang tidak tampak, sebagaimana pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Ilustrasi Pasangan Bronjong yang Tidak Tampak

Pemeriksa menguji dimensi bronjong dengan melakukan pengukuran


panjang, lebar, dan tinggi.

15 Penghitungan luas penampang saluran Contoh


penghitungan
Pengujian volume saluran irigasi antara lain terkait dengan
luas penampang
pengukuran penampang saluran. Pengukuran penampang saluran
saluran irigasi
dilakukan dengan mengukur dimensi potongan saluran berupa lebar
dinding atas saluran, tinggi dinding saluran, lebar dasar saluran, dan
pondasi kaki saluran. Rumus umum tata cara perhitungan luas
penampang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

87
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tabel 4.1. Tata Cara Penghitungan Luas Penampang Saluran

16 Pengujian urukan Contoh


penghitungan
Pengujian volume urukan dapat dilakukan dengan menggunakan pit
volume urukan
test dan luasan pekerjaan. Pemeriksa dapat meminta Penyedia untuk
melakukan penggalian pada pada titik-titik pit test yang mewakili
luasan pekerjaan sebagaimana tertuang dalam BA Kesepakatan
Pengujian Fisik.

17 Pengujian timbunan Contoh metode


penghitungan
Pengujian volume timbunan dapat dilakukan dengan membandingkan
timbunan
elevasi rencana dengan elevasi akhir. Contoh rumus umum metode
penghitungan timbunan disajikan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Metode Penghitungan Timbunan

Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021

18 Berikut adalah contoh prosedur pengujian fisik untuk menghitung Contoh prosedur
ketepatan volume pekerjaan timbunan: pengujian fisik
ketepatan volume

88
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

a. Pelajari gambar topografi (peta elevasi), hasil pengukuran area


eksisting, foto dokumentasi awal dan selama pelaksanaan, back up
data, as built drawing, laporan, dan gambar layout keseluruhan jadi
untuk memperoleh gambaran riil pekerjaan.
b. Bandingkan kesesuaian perhitungan volume RAB, back up data,
volume final yang diterima, as built drawing sesuai dengan data MC
100% dengan hasil pengujian fisik di lapangan.
c. Ukur luas timbunan dengan bentuk sederhana dan tidak luas
secara manual. Untuk timbunan yang cukup luas dengan bentuk
tidak beraturan, lakukan pengukuran dengan alat ukur
(Theodolite/Total Station).
d. Pengukuran volume galian tanah (misal pada irigasi tanah)
dilakukan dengan mengukur elevasi galian terlaksana dengan
menggunakan alat ukur (Total Station/Waterpass/Total Station).
Bandingkan elevasi hasil pengukuran tersebut dengan elevasi
dalam as built drawing. Jika terdapat perbedaan signifikan, hitung
selisihnya sebagai temuan kekurangan volume. Gambar 4.3
memberikan contoh pengukuran elevasi pada pekerjaan saluran
irigasi tanah.
Gambar 4.3. Pemeriksaan Fisik Volume Saluran Irigasi Tanah

e. Ukur ketebalan dengan menggunakan pit test. Pemeriksa harus


meyakini bahwa sampel yang diambil memadai untuk mewakili
populasi.
f. Untuk pekerjaan bendungan, apabila bendungan sudah selesai dan
impounding (menampung air), lakukan pengujian pengukuran top
elevasi bendungan utama. Jika pekerjaan masiih berlangsung,
volume timbunan diuji dengan melakukan pengukuran elevasi
penampang bendungan utama. Pengujian struktur lain dilakukan
dengan pengukuran dimensi.
g. Cek metode perhitungan, misal apakah volume timbunan secara
keseluruhan telah dikurangi dengan struktur di dalam timbunan,

89
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

seperti akibat adanya pondasi batu kali, pile cap, saluran, urukan
pasir di bawah pondasi, pekerjaan struktur, dan lain-lain.
h. Buat BA Pemeriksaan Fisik.

19 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalan pengujian ketepatan Beberapa hal
volume pada pekerjaan konstruksi SDA, antara lain: yang diperhatikan
dalam pengujian
a. Satuan volume pekerjaan yang digunakan sesuai dengan ketentuan
ketepatan volume
dalam Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2016 yang tercantum
pada bagian Lampiran Bidang Sumber Daya Air atau sebagaimana
yang diatur dalam kontrak;
b. Pekerjaan SDA sangat dipengaruhi karakteristik lokasi yang akan
dibangun, misal penghitungan volume galian pada pekerjaan
konstruksi SDA di daerah rawan banjir akan cukup sulit karena
material sudah terbawa banjir;
c. Pemeriksa mendasarkan penghitungan volume dengan
membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan as built
drawing dan back up data quantity;
d. Pemeriksa melakukan konfirmasi dengan supplier/pihak selain
Penyedia apabila material yang digunakan adalah material
pabrikan atau dibeli dari pihak lain atau apabila terdapat data yang
saling tidak bersesuaian/tidak ada;
e. Perhitungan volume pada pekerjaan dengan dimensi terlihat
dilakukan dengan pengukuran secara langsung, sedangkan untuk
bagian yang tidak terlihat dapat digunakan dimensi dalam gambar
atau back up data quantity;
f. Apabila berdasarkan hasil pengujian fisik Pemeriksa menemukan
kelebihan volume pekerjaan dari yang diperjanjikan dalam kontrak,
Pemeriksa mengakui volume pekerjaan sesuai dengan bill of
quantity. Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan volume, volume
yang dipakai adalah volume aktual yang terpasang;
g. Hasil perhitungan didiskusikan dan dibahas bersama, kemudian
dituangkan dalam BA Hasil Perhitungan dan disepakati serta
ditandatangani oleh semua pihak (Pemeriksa, PPK, Penyedia, dan
Konsultan).

Peralatan dalam pengujian ketepatan volume

20 Penggaris, meteran, roll meter, meteran gelinding, laser meter, dan Alat ukur
jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi panjang/ panjang/tebal
tebal.

21 Rebar scanning merupakan alat pengujian untuk mengidentifikasi Rebar scanning


konfigurasi tulangan. Prinsip kerja alat ini adalah dengan induksi
gelombang elektromagnetik yang beraksi terhadap material yang

90
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

mengandung unsur besi. Dengan alat ini kita dapat mengetahui


kedalaman selimut beton, konfigurasi tulangan utama dan sengkang
berupa jumlah dan jarak antar tulangan. Namun demikian, alat ini
hanya dapat mengidentifikasi sebatas tulangan terluar saja. Dengan
menggunakan rebar scanning, jika terdapat beberapa jenis tulangan,
lapis tulangan bagian dalam tidak dapat terdeteksi dengan baik,
termasuk dalam hal ini adalah pengaruh overlap/sambungan lewatan
dan bundel tulangan. Akurasi alat ini dipengaruhi oleh:
a. selimut beton;
b. jarak antar tulangan yang terlalu rapat;
c. pengaruh dari kandungan besi dalam agregat; dan
d. penggunaan jenis semen khusus.
Contoh penggunaan Rebar Scanning dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Rebar Scanning

Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021

Tata cara pengujian dengan Rebar Scanning:


a. Alat sensor ditempelkan pada permukaan beton lalu digeser
perlahan sambal diamati bacaan di display. Posisi scanning bisa
vertikal maupun horisontal.
b. Arah gerakan adalah tegak lurus pada sumbu tulangan yang akan
dideteksi.
c. Khusus pada alat tipe Profometer ini, akan terdengar nada sinyal
bila sensor mendeteksi keberadaan tulangan.
d. Tandai posisi/titik yang terdeteksi.
Mengingat keterbatasan akurasi alat, beberapa sampel perlu
dikonfirmasi melalui chipping dan pengukuran manual. Untuk
mengoperasikan alat ini disarankan melibatkan Tenaga Ahli yang
berkompeten.

91
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

22 Pada dunia teknik geofisika, Ground Penetrating Radar (GPR) Ground


digunakan untuk eksplorasi dan monitoring bawah permukaan secara Penetrating
dangkal dengan gelombang elektromagnetik (radar), umumnya dalam Radar
rentang frekuensi 1 – 2000 MHz (untuk kedalaman tiang: antena
vertikal frekuensi sekitar 400-900 MHz, antena horizontal frekuensi
100 MHz). Metode alat ini menggunakan pantulan gelombang pada
permukaan dan material objek dianalisis untuk menentukan lokasi
(jarak horisontal) dan kedalaman (jarak vertikal) dari permukaan dan
objek terpendam yang terdeteksi.
Pada pekerjaan konstruksi SDA, GPR dapat digunakan untuk untuk
mendeteksi lubang-lubang pada gamping, pemetaan pertemuan/batas
tanah-batuan dan pemetaan permukaan air tanah. GPR juga dapat
dapat mendeteksi zona anomali besar yang diinterpretasikan sebagai
zona di mana erosi dalam atau rembesan terjadi.
Prosedur penggunaan GPR yaitu:
a. menentukan lintasan yang akan diukur (misal dalam bendung,
lintasan dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu lintasan memanjang
sepanjang jalan inspeksi bendung dan lintasan melintang yang
merupakan jalan antar kolom);
b. menentukan jarak antar titik pengukuran (jarak antar titik tertuang
dalam BA Kesepakatan Pengujian Fisik);
c. menentukan koordinat titik pengukuran (titik-titik yang diberi tanda
ditentukan koordinatnya dengan GPS);
d. instalasi GPR; dan
e. Pengukuran menggunakan GPR.
Contoh penggunaan alat GPR dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Pengukuran Menggunakan GPR Pada Bendung

Pengukuran pada arah memanjang bendung Pengukuran pada arah melintang bendung

Output GPR berupa grafik amplitude (kontur) dalam hubungan jarak (x)
dan kedalaman – waktu (y). Untuk membaca hasil GPR diperlukan
interpretasi dan justifikasi ahli geofisika dalam menentukan geometri
objek di bawah permukaan berdasarkan perbedaan nilai amplitude.

92
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

23 Waterpass merupakan alat survei lapangan yang bermanfaat untuk Waterpass


mengukur elevasi atau ketinggian tanah atau mengukur jarak atau
mengecek kedalaman pengerukan, termasuk perbedaan ketinggian
antara dua titik. Alat ini juga dapat digunakan untuk mengukur
ketinggian penulangan agar tidak melebihi tinggi rencana pada
pembuatan struktur, mengukur ketebalan pada pengecoran sehingga
lantai bisa datar, serta membuat marking atau tanda pada kolom
sebagai acuan pada pengerjaan lain. Contoh penggunaan waterpass
dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Pengukuran Menggunakan Waterpass

Waterpass Penggunaan Waterpass

Contoh Hasil Pengukuran Menggunakan


Ilustrasi Penghitungan Menggunakan
Waterpass
Waterpass

24 Theodolite merupakan alat ukur digital yang berfungsi untuk Theodolite


membantu mengukur kontur tanah pada wilayah tertentu. Produk yang
dihasilkan dari penggunaan Theodolite adalah peta situasi dan peta
kontur tanah. Peta situasi adalah peta suatu wilayah yang memuat data
letak bangunan, elevasi tanah atau kontur, letak pohon, letak saluran
drainase, koordinat bangunan tertentu, sungai, dan sebagainya.
Sedangkan peta kontur berisi data kontur tanah saja pada wilayah
tertentu. Theodolite juga bisa digunakan untuk pengitungan cut and fill,
pengukuran bendungan, sungai, tebing, serta setting out bangunan.
Setting out bangunan adalah kegiatan menentukan patok-patok
pondasi di lapangan atau memindahkan data pada gambar kerja ke
lapangan.

93
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Berbeda dengan waterpass, Theodolite mampu mengukur sudut


horisontal dan vertikal sehingga cakupan pekerjaan yang dapat
dilakukan instrumen ini lebih banyak daripada waterpass. Contoh
penggunaan Theodolite dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7. Pengukuran Menggunakan Theodolite

Theodolite Penggunaan Theodolite

Ilustrasi Penghitungan Menggunakan Theodolite

25 Poligon adalah segi banyak yang seringkali digunakan dalam Luas Poligon
pengukuran karena sifatnya yang fleksibel dan sederhana. Pengukuran tertutup
poligon merupakan pekerjaan menetapkan stasiun-stasiun poligon dan
membuat pengukuran yang diperlukan. Pengukuran poligon berupa
pengukuran sudut dan jarak yang keduanya harus konsisten dalam hal
ketelitiannya. Umumnya, dalam pengukuran poligon, ketelitian relatif
yang hendak dicapai tertulis dalam spesifikasi teknis pekerjaannya.
Hal yang penting diketahui dalam penggunaan poligon tertutup adalah
arah ukuran akan mempengaruhi sudut yang terbentuk. Arah ukuran
berlawanan arah jarum jam akan terbentuk sudut dalam sedangkan
arah ukuran searah jarum jam akan terbentuk sudut luar; dengan
catatan sudut yang dihitung adalah bacaan horisontal muka dikurangi
belakang.
Adapun rumus poligon tertutup adalah sebagai berikut:

(𝑥1 . 𝑌2 − 𝑥2 . 𝑦1 ) + (𝑥2 . 𝑌3 − 𝑥3 . 𝑦2 )+. . . . + (𝑥𝑛 . 𝑌1 − 𝑥1 . 𝑦𝑛 )


𝐴𝑝 =
2

94
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Dimana
𝑋𝑛 = titik ke-(n) pada koordinat X
𝑌𝑛 = titik ke-(n) pada koordinat Y
Rumus diatas dapat dijabarkan lebih lanjut pada contoh perhitungan
luas bidang poligon tertutup tak beraturan sebagai berikut.
a. Tentukan titik-titik koordinat X dan Y pada setiap sudut bidang
poligon. Contoh titik koordinat X dan Y pada sebuah bidang poligon
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Titik Koordinat Poligon Tertutup

b. Setelah diketahui titik-titik koordinat setiap sudut bidang poligon


tertutup, kemudian tentukan nilai 𝑋𝑛 dan 𝑌𝑛 secara berurutan dan
berlawanan arah jarum jam. Penentuan titik koordinat 1 s.d 7 pada
contoh dapat dilihat pada gambar 4.8.
c. Kalikan nilai 𝑋𝑛 dengan 𝑌𝑛−1 dan jumlahkan seluruh hasil
perkalian antara 𝑋𝑛 dengan 𝑌𝑛−1 . Dalam contoh diatas, jumlah
hasil perkalian adalah 80,00 m2.
d. Kalikan nilai 𝑋𝑛+1 dengan 𝑌𝑛 dan jumlahkan seluruh hasil
perkalian antara 𝑋𝑛+1 dengan 𝑌𝑛 . Dalam contoh diatas, jumlah
hasil perkalian adalah 46,00 m2.
e. Kurangkan nilai total ( 𝑋𝑛 . 𝑌𝑛−1 ) dengan nilai total ( 𝑋𝑛+1 . 𝑌𝑛 ).
Dalam contoh diatas, nilai total ( 𝑋𝑛 . 𝑌𝑛−1 ) adalah 80,00 m2, dan
nilai total (𝑋𝑛+1 . 𝑌𝑛 ) adalah 46,00 m2, sehingga
∑8𝑖=1( 𝑋𝑛 . 𝑌𝑛−1 )– ∑8𝑖=1( 𝑋𝑛+1 . 𝑌𝑛 ) = 80,00 m2 – 46,00 m2 = 34 m2.
f. Hitung luas bidang poligon sebagai berikut
(∑𝑖=1( 𝑋𝑛 . 𝑌𝑛−1 )– ∑𝑖=1( 𝑋𝑛+1 . 𝑌𝑛 )) / 2 = 34 ⁄2 = 17 𝑚2
8 8

26 Total Station merupakan Theodolite yang terintegrasi dengan EDM Total station
(Electronic Distance Machine) dan digunakan untuk membaca jarak
serta kemiringan dari alat ke titik tertentu. Total Station mempunyai
chip memori yang berperan untuk menyimpan informasi pengukuran

95
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

sudut serta jarak untuk dilakukan komputasi lebih lanjut. Total station
antara lain dimanfaatkan untuk survei pemetaan lahan dan topografi,
mengukur sudut/jarak/koordinat, serta mengumpulkan dan memroses
data.
Contoh penggunaan total station dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Penggunaan Total Station

Total Station Penggunaan Total Station

Ilustrasi Penghitungan Menggunakan Total Station

27 Echosounder dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengukuran Echosounder


kedalaman, gambaran (model), bentuk (topografi), dan dasar (seabed
surface) permukaan bawah perairan seperti laut atau sungai.
Pengukuran-pengukuran di atas disebut peneruman atau sounding
(Lubis et. al, 2017). Menurut International Hydrographic Organization
(IHO) (2011), secara umum, pengukuran dilakukan untuk melakukan
profiling permukaan bawah perairan secara vertikal. IHO (2011)
mengidentifikasi tiga Echosounder:
a. Single Beam Echosounder (SBES)
SBES bekerja dengan menghitung interval waktu sejak pancaran
suara (beam) berupa sonar atau ultrasonic dikeluarkan (Gambar
4.10) oleh transducer sampai dengan gelombang tersebut diterima
kembali oleh tranceiver setelah dipantulkan oleh
benda/permukaan dasar (seabed surface) (Hidayat et. al, 2014)
sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 4.11.

96
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.10. Alat dan Keluaran Single Beam Echosounder

Sumber: Snellen et. al. (2011) dalam Lubis et. al. (2017)

Gambar 4.11. Ilustrasi Mekanisme Single Beam Echosounder

Sumber: Bambang Triatmojo (2008) dalam Hidayat et. al. (2014)

b. Multibeam Echosounder (MBES)


Cara kerja MBES pada prinsipnya sama seperti SBES. Perbedaan
mendasar antara keduanya adalah jumlah pancaran suara (beam)
yang dikeluarkan. Pada MBES, dalam sekali pancaran di emisi
terdapat lebih dari satu pancaran suara (beam) (Brammadi et. al,
2017). Dengan demikian, MBES dapat memberikan hasil yang lebih
akurat, cakupan yang lebih luas, dengan resolusi yang tinggi (IHO,
2011). Gambar 4.12 mengilustrasikan mekanisme dan keluaran
MBES.

97
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.12. Ilustrasi Mekanisme dan Keluaran Multibeam Echosounder

Sumber: Hogg et. al. (2010) dan Lubis et. al. (2017)

c. Airborne Laser Sounding System (ALS).


Berbeda dengan SBES dan MBES yang menggunakan kapal, ALS
memanfaatkan pesawat udara maupun helikopter untuk
melakukan peneruman. ALS bekerja dengan lidar udara yang
mengirimkan dua pulsa optik yang dihasilkan laser. Panjang
gelombang yang dihasilkan ALS dirancang untuk propagasi melalui
air (Sizgoric, Banic, dan LaRocque, 1995). Kedalaman air dapat
dihitung dari perbedaan waktu pengembalian laser yang
dipantulkan dari permukaan laut dan dasar laut (LaRocque dan
West, 1999) sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Ilustrasi Mekanisme Airborne Laser Sounding System

Sumber: LaRocque dan West (1999)

Dari tiga teknologi di atas, peneruman di Indonesia (BSN, 2010) maupun


secara internasional (IHO, 2011) lebih banyak menggunakan teknologi
SBES. Oleh karena itu suplemen ini membahas terbatas pada SBES.
Output yang dihasilkan Echosounder dapat digunakan jika memenuhi
kualitas keandalan serta terhindar dari error sehingga kesimpulan
yang diambil oleh Pemeriksa bebas dari bias dan kesalahan.

98
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

a. Keandalan
Untuk menjamin keandalan, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Pengujian berpedoman pada SNI 7646:2010, atau pedoman lain
yang berterima umum seperti Special Publication no. 44 yang
diterbitkan IHO beserta perubahannya (jika ada);
2) Ketelitian penentuan posisi maupun peneruman harus
memiliki tingkat kepercayaan 95%;
3) Alat telah dikalibrasi untuk memastikan akurasi keluaran;
4) Transducer harus:
- diletakkan sejauh mungkin dari sumber suara yang
dikeluarkan oleh kapal seperti mesin;
- selalu berada di dalam air (tenggelam) selama
penggunaan;
- berada cukup dalam untuk menghindari kebisingan yang
ada di permukaan; dan
- Orientasi transducer dijaga agar tetap vertikal.
5) frekuensi gelombang harus dipilih sesuai dengan rentang
kapabilitas yang tepat.
b. Error
Pemeriksa harus memerhatikan unsur error pada saat
menggunakan Echosounder sebab keluaran tidak dapat digunakan
untuk mengambil kesimpulan jika ditemukan error. Menurut IHO
(2005), terdapat tiga jenis error yaitu:
1) Blunder, yaitu error yang disebabkan oleh kegagalan mesin
seperti adanya konsleting, kerusakan pada komponen, dan
cacat pabrik. Jika kesalahan ini terjadi maka Pemeriksa
hendaknya tidak menggunakan alat yang bermasalah tersebut
atau memperbaikinya terlebih dahulu;
2) Systematic error, yaitu error yang utamanya disebabkan
offset (kesalahan tetap) atau bias dalam pendeteksiaan gerak
kapal survei, dan pemasangan posisi antara transduser dan
sudut sensor tidak sesuai. Error ini dapat dihilangkan dengan
kalibrasi.
3) Random errors, yaitu kesalahan data keluaran yang dihasilkan
oleh Echosounder yang terjadi secara acak serta bukan
disebabkan oleh adanya blunder error maupun systematic
error. Random error diidentifikasi dengan pendekatan statistik
dan dikoreksi pada saat melakukan pengujian atau olah data.
Random error dapat terjadi karena:

99
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

- Kecepatan gelombang suara, sifat fisik air laut yang tidak


konstan mengakibatkan perubahan kecepatan suara
dalam air laut;
- Perbedaan waktu dan tinggi pasang surut;
- Kecepatan kapal; dan
- Singkronisasi waktu, dikarenakan jenis peralatan yang
banyak dan berbeda serta harus terintegrasi salam
satuan satuan waktu.
c. Kesalahan Interpretasi
Jika Pemeriksa telah meyakini bahwa keluaran yang dihasilkan
telah andal dan bebas dari error, langkah selanjutnya adalah
memastikan bahwa interpretasi yang dilakukan oleh Tenaga Ahli
terhindar dari kesalahan. Beberapa kesalahan yang sering terjadi
adalah, diantaranya:
1) Gema Palsu
Gema palsu disebabkan oleh benda asing seperti rumput laut
atau ikan atau adanya perubahan suhu dan/atau salinitas yang
mendadak. Jika Tenaga Ahli salah menginterpretasikan benda
asing tersebut sebagai dasar perairan (seabed surface) maka
kesimpulan yang diambil berpotensi keliru. Gambar 4.14
mengilustrasikan kondisi yang mengakibatkan terjadinya
gema palsu.
Gambar 4.14. Gema Palsu

Sumber: IHO (2011)

2) Gema Ganda
Gema yang diterima tranceiver setelah yang pertama (very
first echo) disebut gema ganda. Gema ini dapat terjadi karena
banyaknya pantulan bolak-balik antara dasar laut dan
permukaan. Jika tenaga ahli salah menginterpretasi refleksi

100
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

ini sering dicatat sebagai kelipatan dari kedalaman pertama,


maka kesimpulan yang diambil berpotensi keliru.
3) Gema Samping
Merupakan gema palsu yang terjadi akibat hasil deteksi gema
di lobus samping yang menghasilkan kesalahan dalam
pengukuran kedalaman dan pemosisian (positioning).
4) Sedimen yang tidak terkonsolidasi
Kesalahan ini terjadi jika tenaga ahli salah
menginterpretasikan sedimen lunak sebagai dasar perairan
(seabed surface). Kesalahan umum terjadi jika menggunakan
Echosounder frekuensi tinggi. Untuk menghindari kesalahan
ini, di perairan dangkal, disarankan menggunakan dua
frekuensi secara bersamaan sehingga sedimen lunak bisa
dipisahkan dari batuan dasar.

D. Pengujian Fisik Ketepatan Mutu

28 Pengujian mutu hasil pekerjaan pada pekerjaan konstruksi SDA Pengujian


sebagian besar merupakan pengujian mutu atas pekerjaan beton. ketepatan mutu
Pengujian mutu dilakukan dengan menggunakan Tenaga Ahli yang
memiliki akreditasi izin praktik atau laboratorium independen yang
sedapat mungkin sudah terakreditasi. Pemeriksa menguji sampel yang
diambil bersama-sama oleh Pemeriksa, Penyedia, PPK, dan Pengawas
Pekerjaan atau oleh Tenaga Ahli tersebut. Sebagai catatan, Pemeriksa
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memilih laboratorium untuk
menghindari permasalahan terkait profesionalisme, independensi, dan
integritas laboratorium yang dipilih (Panduan Pemeriksaan Kepatuhan
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi, Bab 5).

29 Standar yang digunakan untuk menguji mutu pekerjaan konstruksi Standar


SDA adalah standar atau spesifikasi teknis yang tercantum pada pengujian mutu
kontrak. Jika kontrak tidak memuat standar spesifikasi teknis,
Pemeriksa menggunakan standar yang berlaku pada saat kontrak
dibuat, yaitu berupa SNI, ASTM, atau standar lain yang bersifat khusus.
Pemilihan standar tersebut disepakati dan dituangkan dalam BA
Kesepakatan Pengujian Fisik.

30 Pengujian mutu beton dapat dilakukan dengan pengujian kekuatan Uji kekuatan
tekan beton yang dilakukan di laboratorium. Uji kekuatan tekan fc’ tekan beton fc’
dapat diartikan sebagai kuat beton yang disyaratkan (Potential
concrete strength/ Ideal concrete strength).

31 Jika spesifikasi disyaratkan pada kontrak adalah mutu beton Kekuatan mutu
terpasang atau fc’ in-place strength, kekuatan mutu beton dapat terpasang
ditentukan dari pengujian terhadap sampel beton inti (core).

101
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Secara umum, kekuatan mutu terpasang digunakan untuk:


a. penyelidikan lanjutan atas temuan mutu beton yang dirawat di
laboratorium tidak memenuhi persyaratan fc’;
b. menentukan apakah beban konstruksi dapat diterapkan; dan
c. evaluasi struktur eksisting, termasuk untuk kepentingan
pemeriksaan.

32 Pengujian kekuatan mutu beton terpasang dapat dilakukan dengan Metode pengujian
menggunakan dua metode, yaitu: kekuatan mutu
beton terpasang
a. Non-destructive Test
Non Destructive Test (NDT) adalah teknik analisis yang dilakukan
untuk mengevaluasi suatu material tanpa merusak fungsi dari
benda uji tersebut. Pengujian ini dilakukan untuk menjaga material
yang sedang digunakan agar masih aman untuk digunakan dan
tidak mengalami kerusakan. Dengan kata lain, NDT merupakan
pengujian kekuatan mutu beton dengan cara tanpa merusak benda
uji. Contoh NDT antara lain hammer test dan Ultrasonic Pulse
Velocity (UPV) test.
b. Destructive Test
Destructive test (DT) merupakan pengujian yang bersifat merusak
karena sampel beton diambil dengan mesin core. Dengan demikian,
sedapat mungkin jumlah sampel dibatasi agar tidak merusak
struktur.

Non Destructive Test (NDT)

33 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan NDT antara Hal-hal yang
lain: diperhatikan
dalam NDT
a. NDT akan lebih valid jika pengujian telah dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang sudah dikalibrasi (ACI 301-99 pada
sec.1.6.6.1);
b. NDT tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk menerima atau
menolak beton, tetapi dapat digunakan untuk "mengevaluasi" beton
saat kekuatan standard-cured cylinder gagal memenuhi kriteria
kekuatan yang ditentukan (ACI 301-99 pada sec.1.6.7.2);
c. Penggunaan rebound hammer (palu pantul) atau pulse-velocity
dapat ditentukan oleh Engineer untuk mengevaluasi keseragaman
beton in-place (di tempat) atau untuk memilih area yang akan di-
core. Metode ini tidak boleh digunakan untuk mengevaluasi in-
place strength (kekuatan di tempat) (ACI 301-20, sec.1.7.4.2); dan

102
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

d. Hasil pengujian NDT tidak dapat digunakan untuk menilai mutu


beton, hasil pengujian NDT digunakan sebagai indikasi awal untuk
menilai mutu beton. Jika hasil pengujian NDT tidak memenuhi mutu
beton yang dipersyaratkan, maka perlu dilakukan pengujian DT
untuk memastikan mutu beton tersebut.

34 Pengujian hammer test merupakan pengujian yang bertujuan untuk Hammer test
memperkirakan nilai kuat tekan beton terpasang yang didasarkan
pada kekerasan permukaan beton pada seluruh bagian komponen
struktur. Pengujian hammer test menggunakan alat palu beton
(Hammer Schmidt) tipe N/NR. Standar pengujian yang dipakai pada
hammer test adalah SNI ASTM C805: 2012 mengenai Metode Uji Angka
Pantul Beton Keras. Contoh pengujian hammer test dapat dilihat pada
Gambar 4.15.

Gambar 4.15. Contoh Pengujian Hammer Test

Sumber: https://hesa.co.id/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test/

Tata cara pengujian Hammer Test, yaitu:


a. Siapkan area pengujian sekitar diameter 300 mm;
b. Kupas/chipping plesteran/acian hingga permukaan beton;
c. Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak, atau terkelupas
mortarnya harus diratakan dengan batu penggosok;
d. Bagi dan tandai area pengujian untuk minimal 10 titik dengan jarak
antar titik minimal 25mm. Periksa permukaan beton setelah
tumbukan, batalkan pembacaan jika tumbukan memecahkan atau
menghancurkan permukaan beton karena terdapat rongga udara,
dan ambil titik bacaan yang lain.

103
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

e. Elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100
mm dan menyatu dengan struktur. Benda uji yang lebih kecil harus
diletakkan pada tumpuan kaku;
f. Hindari pengujian pada daerah yang menunjukkan adanya keropos,
permukaan beralur (scaling), permukaan kasar, atau daerah
dengan porositas yang tinggi, dan beton harus bebas dari
karbonasi;
g. Pengujian tidak diizinkan apabila di bawah permukaan beton
terdapat batang tulangan dengan selimut kurang dari 20mm;
h. Kelembaban beton pada suhu 0 oC (32 F) atau kurang dapat
meningkatkan angka pantul, beton seharusnya diuji hanya sesudah
mencair atau suhu normal;
i. Pelaksanaan pengujian disesuaikan dengan metode pelaksanaan
konstruksi yang telah dilakukan, misalnya pengecoran tiang
sendiri, dan pengecoran plat bersamaan dengan balok. Jadi ketika
kita sudah melaksanakan pengujian di balok, maka plat terdekat
sudah terwakili mutunya. Namun, Pemeriksa perlu melakukan
konfirmasi kepada Penyedia untuk memastikan terkait teknis
pengecoran yang dilakukan.
j. Perhatikan arah pengambilan data (horisontal/vertikal) dan koreksi
datanya; dan
k. Hasil pembacaan yang berbeda lebih dari 6 satuan dari rata-rata 10
titik bacaan diabaikan dan tentukan nilai rata-rata dihitung dari
pembacaan data yang memenuhi syarat. Bila lebih dari 2 titik
bacaan memiliki perbedaan lebih dari 6 satuan dari nilai rata-rata,
maka seluruh rangkaian pembacaan harus dibatalkan dan tentukan
angka pantul pada 10 titik bacaan baru pada daerah pengujian.

35 Terdapat tiga poisi pengujian Hammer Test yang dapat mempengaruhi Posisi alat
nilai pengujian, yaitu: Hammer Test

a. Posisi A, yaitu posisi horisontal ke samping (0 derajat);


b. Posisi B, yaitu posisi vertikal ke bawah (-90 derajat); dan
c. Posisi C, yaitu posisi vertikal ke atas (90 derajat).
Posisi penggunaan alat hammer test dapat dilihat pada Gambar 4.16.

104
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.16. Posisi Alat Hammer Test

Sumber: https://hesa.co.id/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test/

36 Nilai keluaran pengujian Hammer Test adalah nilai lenting R (rebound) Hasil pengujian
yang kemudian diintrepretasikan menjadi kuat tekan karakteristik Hammer Test
beton, dengan langkah sebagai berikut:
a. Konversikan nilai lenting R menjadi kuat tekan beton
Pembacaan hasil pengujian hammer test menggunakan tabel
Hammer Rebound yang mencakup tiga posisi pengujian A, B, dan C
yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Tabel Hammer Rebound

Sebagai contoh, jika alat pada posisi horisontal (A) dan hammer
rebound (R) menunjukkan nilai 30 maka nilai kuat tekan hasil
hammer test adalah sekitar 24 N/mm2.

105
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

b. Hitung kuat tekan rata-rata hasil pengujian dari sekian banyak titik
uji.
c. Hitung faktor koreksi alat
Faktor koreksi alat merupakan perbandingan antara uji pantul anvil
penguji ideal dan uji pantul alat yang dipakai dengan menggunakan
anvil penguji. Umumnya palu pantul idealnya menghasilkan angka
pantul 80±2 ketika diuji pada anvil. Anvil penguji merupakan
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 150 mm terbuat dari
baja dengan kekerasan permukaan tumbukan sampai dengan 66
HRC ± 2 HRC diukur dengan metode uji ASTM E18.
d. Hitung simpangan baku (standard deviation).
e. Hitung kuat tekan karakteristik beton berdasarkan hammer test.

37 Jika kuat tekan karakteristik (fc’) hammer test lebih kecil dari pada Tindak lanjut hasil
80% kuat beton spesifikasi kontrak, Pemeriksa dapat Hammer Test
mempertimbangkan untuk melakukan destructive test, yaitu
mengambil benda uji inti beton untuk dilakukan uji kuat tekan di
laboratorium.

38 Pengujian cepat rambat gelombang ultra/Utrasonic Pulse Velocity Ultra Pulse


(UPV) bertujuan untuk memperkirakan kualitas beton pada komponen Velocity
struktur berdasarkan homogenitas beton dan identifikasi adanya retak
atau rongga di dalam beton. Hasil bacaan alat ini adalah cepat rambat
gelombang ultra antara dua tranducer (transmitter dan receiver).
Acuan pengujian alat ini adalah SNI ASTM C597: 2012 tentang Metode
Uji Kecepatan Rambat Gelombang melalui beton. Contoh penggunaan
alat UPV dapat dilihat pada Gambar 4.17.
Gambar 4.17. Contoh Penggunaan UPV

Sumber: https://www.binanusa.co.id/wp-content/uploads/2021/02/IMG-20200805-WA0102-
1067x800.jpg

106
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

39 Cara kerja alat UPV adalah dengan memberikan getaran gelombang Prinsip Kerja UPV
longitudinal lewat tranduser elektroakustik, melalui bahan perantara
(coupling agent) yang berwujud gemuk ataupun sejenis pasta selulose,
yang dioleskan pada permukaan beton sebelum tes dimulai. Saat
gelombang merambat melalui media yang berbeda, yaitu gemuk dan
beton, pada batas gemuk dan beton akan terjadi pantulan gelombang
yang merambat dalam bentuk gelombang geser dan longitudinal.
Gelombang geser merambat tegak lurus lintasan dan gelombang
longitudinal merambat sejajar lintasan.

40 Pengujian UPV dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: (a) langsung; (b) Cara penggunaan
semi langsung; dan (c) tidak langsung. Cara penggunaan UPV dapat UPV
dilihat pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18. Cara Penggunaan UPV

Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021

41 Hasil alat UPV ini berupa nilai estimasi homogenitas beton, sesuai Nilai estimasi
dengan Tabel 4.3. homogenitas
beton
Tabel 4.3. Nilai Estimasi Homogenitas Beton
V (km/det) Estimasi Homogenitas
< 2.13 Kurang
2.14 – 3.05 Cukup
3.06 – 3.66 Cukup Baik
3.67 – 4.57 Baik
 4.58 Sangat Baik
Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021

Destructive Test

42 Destructive test (DT) dapat dilakukan dengan uji tekan beton inti hasil Uji tekan beton
core drill yang dilakukan di laboratorium. Pengujian yang dilakukan
bersifat destruktif atau merusak sehingga sedapat mungkin jumlah
sampel dibatasi. Contoh pengambilan sampel dengan core drill dapat
dilihat pada Gambar 4.19.

107
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.19. Contoh Pengambilan Sampel dengan Core Drill

Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021

43 Standar yang dipakai pada tes ini yaitu metode pengambilan sampel Standar uji tekan
menggunakan SNI 2492: 2018 tentang Metode Pengambilan Benda Uji beton
Beton Inti di Lapangan dan metode pengujian menggunakan SNI 1974:
2011 tentang Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
Pemeriksa perlu melakukan kesepakatan dengan pihak terkait
(Penyedia, Pemilik, Pengawas) terkait metode pengambilan tersebut
dan dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan Pengujian Fisik.

44 Meskipun pengambilan dan pengujian benda uji inti beton dilakukan Hal-hal yang
oleh Tenaga Ahli/Laboratorium yang ditunjuk, Pemeriksa juga perlu perlu
memahami beberapa hal yang perlu dipertimbangkan proses diperhatikan
pengambilan benda uji inti. Berdasarkan SNI 2492: 2018, terdapat dalam
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan beton inti, pengambilan
yaitu: beton inti

a. Kekuatan beton inti tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas bahan


pembentuk beton, akan tetapi juga oleh lokasi beton dalam elemen
struktur dan orientasi beton inti relatif terhadap bidang horizontal.
Selain itu, faktor kelembaban juga dapat mempengaruhi kekuatan
beton. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus
dipertimbangkan dalam perencanaan lokasi pengambilan
spesimen dan dalam membandingkan hasil uji kekuatan;
b. Nilai kuat tekan beton inti umumnya lebih kecil dibandingkan
dengan nilai kuat tekan benda uji beton yang dicetak, dirawat, dan
diuji di laboratorium pada umur yang sama;
c. Kekuatan tekan beton inti juga sangat dipengaruhi oleh rasio
panjang terhadap diameter beton inti yang diuji (L/D). Rasio ini
harus dipertimbangkan dalam mempersiapkan spesimen beton inti
dan mengevaluasi hasil-hasil uji;
d. Sampel tidak boleh diambil sebelum cukup kuat untuk dipindahkan
tanpa mengganggu letakan antara mortar dan agregat kasar.

108
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Secara umum, tidak disarankan untuk mengambil spesimen beton


inti sebelum beton tersebut berumur 14 hari;
e. Sampel yang telah rusak selama pemindahan tidak boleh
digunakan kecuali bagian yang rusak dibuang dengan syarat
panjang spesimen uji yang tersisa masih memenuhi rasio minimal
panjang terhadap diameter (L/D);
f. Beton inti yang mengandung tulangan maupun logam, atau bahan
lainnya sebisa mungkin tidak digunakan untuk pengujian kekuatan
beton karena benda-benda tersebut akan mempengaruhi nilai hasil
pengujian. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan untuk mengambil
beton inti yang bebas tulangan atau logam lainnya, maka ukuran,
bentuk, dan lokasi tulangan ataupun logam harus
didokumentasikan dalam laporan pengujian;
g. Jarak antara titik pengeboran minimum 150mm dari sambungan
atau tepi ujung;
h. Diameter spesimen beton inti untuk menentukan kekuatan tekan
minimum harus 94mm [3,70 inci] atau minimum dua kali ukuran
nominal maksimal agregat kasar, ambil yang terbesar. Akan tetapi,
jika tidak memungkinkan, diameter beton inti lebih kecil dari 94mm
tidak dilarang tetapi harus dilaporkan alasannya;
i. Spesimen beton inti yang hendak diuji harus memenuhi ketentuan
rasio panjang dan diameter (L/D) sesuai Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Ketentuan Rasio L/D
No Rasio Panjang & Diameter (L/D) Uraian
1 1,9 ≤ L/D ≤ 2,1 kali Kondisi ideal
2 1,75 < L/D < 1,9 Tidak diperlukan faktor koreksi
3 L/D > 2,1 Potong panjang sampel sehingga rasio
L/D-nya berada di rentang 1,9 sampai
dengan 2,1
4 L/D < 1,75 Harus dilakukan koreksi nilai kuat
tekan
5 L/D < 1 setelah dikaping, atau L/D Tidak boleh diuji
< 0,95 sebelum dikaping

j. Jika rasio L/D < dari 1,75, maka dilakukan koreksi atas hasil
pengujian kekuatan mengacu pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Faktor Koreksi jika 1 < Rasio L/D < 1,75
No Rasio (L/D) Faktor Koreksi
1 1,75 0,98
2 1,50 0,96
3 1,25 0,93
4 1,00 0,87

k. Core drill menggunakan mata berlian (diamond bit), diangkur kuat


pada struktur yang diambil agar tidak goyang dan menyebabkan
variasi diameter benda uji;

109
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

l. Beton inti (core) yang diambil harus dijaga kelembabannya dalam


kontainer atau tempat yang kedap air, diantarkan ke tempat
pengujian dan diuji sesuai dengan SNI 1974: 2011; dan
m. Beton inti harus diuji dalam waktu antara 48 jam dan 7 hari setelah
coring dilakukan.

45 Kriteria penerimaan kuat tekan beton inti adalah: Kriteria


penerimaan kuat
a. Rata-rata tiga beton inti sama dengan atau sekurangnya 85% dari
tekan beton inti
nilai fc’ yang ditentukan; dan
b. Tidak ada satupun hasil beton inti yang kurang dari 75% dari nilai fc’
yang ditentukan.
Kriteria penerimaan kuat tekan beton inti tersebut merupakan
penerimaan kelaikan secara struktur konstruksi, bukan penerimaan
untuk keperluan pemeriksaan. Dengan kata lain, jika ditemukan kuat
tekan beton inti adalah lebih besar atau sama dengan 85% dari nilai fc’
yang ditentukan, maka secara struktur konstruksi tersebut dapat
diterima. Namun, secara pemeriksaan kekurangan kuat tekan beton
inti tersebut dapat menyebabkan kelebihan pembayaran. Hal tersebut
memerlukan analisa lebih lanjut.

46 Bila rata-rata tiga beton inti lebih kecil dari 85% dari nilai fc’ yang Tindak lanjut
ditentukan dan/atau terdapat hasil beton inti yang kurang dari 75% dari mutu beton di
nilai fc’ yang ditentukan, maka Pemeriksa melakukan prosedur bawah spesifikasi
lanjutan dalam rangka untuk menilai kelaikan struktur gedung dan
bangunan tersebut. Pemeriksa dapat meminta Konsultan Perencana
untuk menghitung ulang kekuatan struktur bangunan dengan kualitas
beton di bawah spesifikasi yang disyaratkan dalam kontrak.
Berdasarkan perhitungan ulang tersebut, Pemeriksa meminta
keterangan Konsultan Perencana secara tertulis terkait struktur
bangunan tersebut apakah dapat diperbaiki, diperkuat, atau dibongkar.

47 Pada saat pemeriksaan dilakukan bersamaan dengan pekerjaan Segregasi beton


berlangsung (on going), pengujian awal kualitas beton dapat dilakukan
dengan melakukan pengamatan secara visual terhadap hasil
pekerjaan beton. Salah satunya dengan melihat ada tidaknya segregasi
beton. Segregasi beton adalah terpisahnya material beton pada saat
dilakukan pengecoran beton akibat campuran yang kurang lecak.
Material beton terpisah antara semen air, pasir dan split sehingga
tidak homogen. Contoh segregasi beton dapat dilihat pada Gambar
4.20.

110
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Gambar 4.20. Contoh Segregasi Beton

Sumber: http://www.pokohjayateknik.com/2020/12/segregasi-pada-beton-cor-jenis-
penyebab.html

48 Ketika menemukan permasalahan segregasi beton secara masif, Tindak lanjut


Pemeriksa dapat melakukan prosedur lanjutan untuk menilai kelaikan permasalahan
struktur gedung dan bangunan tersebut. Pemeriksa melakukan segregasi beton
pengujian kelaikan struktur menggunakan Tenaga Ahli, seperti KKB,
Balai Bendungan, atau pihak kompeten lain.

49 Jika dalam pemeriksaan ditemukan kondisi mutu beton di bawah


standar, yang diantaranya diindikasikan oleh:
a. Ukuran besi tulangan yang dipakai tidak memenuhi spesifikasi
kontrak dan di luar toleransi teknis;
b. Rata-rata tiga beton inti lebih kecil dari 85% dari nilai fc’ yang
ditentukan dan/atau terdapat hasil beton inti yang kurang dari 75%
dari nilai fc’ yang ditentukan; dan
c. Terjadinya segregasi beton secara masif.
Maka, Pemeriksa melakukan prosedur lanjutan untuk menguji
kelaikan struktur beton yang terpasang dengan menggunakan Tenaga
Ahli yang independen. Tenaga Ahli yang dapat dipakai antara lain KKB,
Balai Bendungan, atau Tenaga Ahli lainnya yang mempunyai
kompetensi dan kewenangan untuk menguji dan menilai kelaikan
struktur. Kajian dari tim tersebut menjadi dasar terbitnya Sertifikat
Laik Fungsi (SLF) sehingga pekerjaan konstruksi SDA dapat
dimanfaatkan atau tidak.

50 Kekuatan tekan beton karakteristik (K) merupakan kekuatan tekan di Kekuatan tekan
mana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan, kemungkinan adanya beton
kekuatan tekan yang kurang terbatas sampai 5% saja dengan satuan karakteristik (K)
kg/m2, sedangkan fc’ kemungkinan adanya kekuatan tekan yang
kurang terbatas sampai 10% (based on 10% lower tail). Oleh karena itu,
nilai fc’ ≠ K karena tingkat kepercayaannya berbeda.

111
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Untuk kekuatan tekan beton karakteristik (K) tidak diatur lagi dalam
SNI 2847: 2019, sehingga pengujian tekan beton dengan benda uji
kubus juga tidak diatur lagi dalam SNI 2847: 2019.

51 Nilai kekuatan tekan beton karakteristik (K) dapat dikonversi ke fc’ Konversi
dengan menggunakan tabel perbandingan kekuatan tekan beton pada kekuatan beton
berbagai benda uji sesuai dengan Tabel 4.6. karakteristik (K)
ke fc’
Tabel 4.6. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Benda Uji
Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan
Kubus 15x15x15 cm 1,00
Kubus 20x20x20 cm 0,95
Silinder 15x30 cm 0,83
Sumber: PBI-1971

Sebagai alternatif dapat juga menggunakan Eurocode 2–EN 1992-1-1


seperti Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Eurocode 2–EN 1991-1-1 Concrete Strength Classes and Properties
Strength Classes for Concrete
fc’ silinder 12 16 20 25 30 35 40 45 50 55 60 70 80 90
(MPa)
fc’ kubus 15 20 25 30 37 45 50 55 60 67 75 85 95 105
(MPa)

52 Dalam melakukan konversi, nilai kekuatan tekan beton karakteristik Contoh konversi
(K) harus diubah dahulu dari satuan kg/m2 ke MPa, dimana: 1 kg/m2 = beton
0,1 MPa. Kemudian nilai tersebut yang dikonversikan ke fc’ dengan karakteristik (K)
menggunakan Tabel 4.6 atau Tabel 4.7. ke fc’

Contoh:
Beton dengan kekuatan tekan K250 setara dengan fc’ berapa MPa?
Beton K250 = 250 kg/cm2 = 250x0,1 Mpa = 25 Mpa; kemudian
berdasarkan Tabel 4.6: fc’ = 25x0,83 Mpa = 20,75 MPa; atau
berdasarkan Tabel 4.7: fc’ kubus 25 MPa = fc’ silinder 20 MPa.

53 Spesifikasi beton pada kontrak umumnya menggunakan terminologi Pengecekan


fc’, sehingga jika ingin mengecek pemenuhan fc’ ini terhadap pemenuhan fc’
spesifikasi di kontrak Pemeriksa perlu mendapatkan data hasil uji kuat
tekan beton yang dirawat di laboratorium, serta memastikan:
a. Jumlah sampel telah sesuai dengan persyaratan minimum atau
diatur lain dalam kontrak;
b. Jumlah sampel yang dikirim ke laboratorium sama dengan jumlah
sampel pada laporan hasil pengujian; dan
c. Sedapat mungkin pengujian dilakukan oleh laboratorium yang
mempunyai sertifikat akreditasi KAN SNI/ ISO 17025.

112
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

54 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalan pengujian ketepatan mutu Beberapa hal
pada pekerjaan konstruksi SDA, antara lain: yang diperhatikan
dalam pengujian
a. Standar mutu mengacu pada spesifikasi teknis dalam kontrak. Jika
ketepatan mutu
kontrak tidak mengatur hal tersebut, Pemeriksa dapat
menggunakan kriteria lain, seperti SNI/Pedoman/Manual yang
dikomunikasikan dengan Penyedia dan Pengendali Pekerjaan;
b. Mutu pekerjaan konstruksi SDA dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (misal cuaca dan kesesuaian penggunaan), sumber
daya manusia (misal tenaga kerja yang digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi), serta teknologi (teknologi yang
diaplikasikan dalam pelaksanaan konstruksi);
c. Pemeriksa melakukan konfirmasi dengan supplier/pihak selain
Penyedia apabila material yang digunakan adalah material
pabrikan atau dibeli dari pihak lain;
d. Untuk pekerjaan bendungan, Pemeriksa meminta laporan evaluasi
pembangunan bendungan atau laporan pengawasan atau
rekomendasi atau dokumen terkait pembangunan pekerjaan
konstruksi SDA kepada KKB atau Balai Bendungan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang mungkin terjadi selama
proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi SDA;
e. Perhitungan mutu pada pekerjaan dengan dimensi terlihat
dilakukan dengan pengukuran secara langsung, sedangkan untuk
bagian yang tidak terlihat digunakan dimensi dalam gambar atau
back up data quality;
f. Apabila berdasarkan hasil pengujian fisik Pemeriksa menemukan
kelebihan mutu pekerjaan dari yang diperjanjikan dalam kontrak,
Pemeriksa mengakui mutu pekerjaan sesuai dengan bill of quantity.
Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan mutu, mutu yang dipakai
adalah mutu yang diperoleh dari hasil pengujian atas konstruksi
aktual yang terpasang;
g. Titik pengambilan benda uji beton inti disesuaikan dengan zona
pengujian yang dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi;
h. Lakukan pengujian non-destructive test, misal menggunakan
hammer test, atau pengamatan visual untuk memperoleh indikasi
penggunaan destructive test. Pada pengujian mutu beton, misalnya,
hammer test tidak dapat dijadikan acuan utama menghitung mutu
beton. Uji beton inti, melalui core drill, dapat dijadikan acuan untuk
menetapkan mutu beton. Pemeriksa membandingkan hasil
pengujian mutu dengan spesifikasi mutu yang diminta. Misal mutu
beton diminta adalah fc’ = 25 MPa. Jika secara umum hasilnya fc’ >
25 MPa, pekerjaan diterima. Namun jika di beberapa tempat
ditemukan ada fc” = 21 – 24,6 MPa, pekerjaan tidak dapat diterima.

113
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Untuk pekerjaan yang tidak dapat diterima, lakukan konfirmasi dan


diskusi dengan PPK dan Pengawas Pekerjaan untuk
mengidentifikasi kelemahan pengendalian dan menyusun
rancangan rekomendasi yang akan diberikan (perbaikan
minor/perkuatan struktur/pengembalian/total loss). Pemberian
rekomendasi mengacu pada subbab berikutnya;
i. Pengujian mutu sampel hasil galian dilakukan melalui uji
laboratorium untuk mengetahui memenuhi syarat atau tidaknya
sebagai bahan timbunan tanah. Pemeriksa membandingkan hasil
pengujian mutu dengan spesifikasi mutu yang diminta. Misal tingkat
kepadatan ≥ 90% γd maks. Jika kepadatan terukur >90%γd maka
pekerjaan diterima. Namun jika di beberapa tempat ditemukan ada
< 90% γd maks, pekerjaan tidak diterima. Untuk pekerjaan yang
tidak dapat diterima, lakukan konfirmasi dan diskusi dengan PPK
dan Pengawas Pekerjaan untuk mengidentifikasi kelemahan
pengendalian dan menyusun rancangan rekomendasi yang akan
diberikan (perbaikan minor/perkuatan
struktur/pengembalian/total loss). Pemberian rekomendasi
mengacu subbab berikutnya;
j. Untuk menguji kualitas kepadatan, pelajari spesifikasi teknis dan
bandingkan dengan foto dokumentasi pelaksanaan dan laporan
hasil pengujian. Jika diperlukan lakukan uji sand cone;
k. Penggunaan alat uji sebisa mungkin tidak merusak struktur
konstruksi.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi

55 Hasil pengujian fisik hanya terbatas mewakili item pekerjaan yang Kesimpulan
diuji, bukan semua pekerjaan pada kontrak atau pada keseluruhan
pekerjaan fisik pada periode yang diuji. Walaupun hasil pengujian fisik
hanya mewakili item pekerjaan yang diuji, namun sesuai SPKN,
kesimpulan diberikan secara populasi atas kepatuhan entitas dalam
melaksanakan tata kelola pelaksanaan kontrak konstruksi yang dapat
diperoleh dengan menguji SPI entitas dalam melaksanakan kontrak
konstruksi. Untuk itu, salah satunya, Pemeriksa dapat membuat
lingkup pemeriksaan yang lebih manageable agar mampu meyakini
kesimpulan atas keseluruhan populasi yang diuji.

56 Pemeriksa menilai apakah temuan ketidakpatuhan entitas terhadap Pengaruh ke


peraturan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdampak Laporan
material terhadap kewajaran penyajian akun-akun terkait dalam Keuangan
laporan keuangan entitas yang diperiksa.

114
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

57 Rekomendasi hasil pemeriksaan meliputi rekomendasi perbaikan tata Perumusan


kelola dan rekomendasi pengembalian/perbaikan pekerjaan/total rekomendasi
loss. Rekomendasi perbaikan tata kelola diperlukan untuk mencegah
terjadinya temuan berulang. Kondisi yang perlu dipertimbangkan
untuk merekomendasikan pengembalian/ perbaikan pekerjaan/total
loss adalah:
a. Asas manfaat, dhi. apakah rekomendasi perbaikan lebih
bermanfaat dibanding rekomendasi pengembalian. Pemeriksa
memastikan rekomendasi tersebut tepat untuk menjamin mutu
hasil pekerjaan. Pemeriksa dapat menggunakan pendapat Tenaga
Ahli dalam menyusun rekomendasi yang tepat. Namun, Pemeriksa
dapat memberikan rekomendasi secara langsung untuk perbaikan
yang bersifat minor misalnya cat kurang rapi;
b. Umur teknis pekerjaan, dhi. apakah dengan rekomendasi
perbaikan, Pemeriksa meyakini bahwa konstruksi akan memiliki
umur layanan sesuai dengan yang direncanakan (dikembalikan ke
umur rencana awal);
c. Efektivitas perbaikan, dhi. apakah Pemeriksa meyakini efektivitas
tindak lanjut perbaikan dalam mencapai hasil yang diharapkan;
d. Feasibility perbaikan, dhi. apakah perbaikan masih mungkin
dilakukan (misal pekerjaan masih berlangsung, pekerjaan masih
dalam masa pemeliharaan, atau pekerjaan sudah selesai namun
masih mungkin untuk dilakukan perbaikan). Untuk pekerjaan yang
telah selesai cukup lama, Pemeriksa dapat mempertimbangkan
pengembalian; dan
e. Rekomendasi perbaikan harus disertai beberapa langkah
tambahan yang harus dipenuhi entitas, misalnya penyusunan kajian
oleh tim ahli (misal dari Pusair, akademisi, dan pengawalan serta
evaluasi dari Inspektorat).
f. Rekomendasi pengembalian diberikan jika Pemeriksa tidak
meyakini tindak lanjutnya efektif. Sementara penetapkan total loss
perlu didukung dengan pendapat ahli (atau Penilai Ahli sesuai UU
Jasa Konstruksi Pasal 61).

115
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

BAB V
CONTOH KASUS TEMUAN PEMERIKSAAN PEKERJAAN
KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR

A. Pengantar

01 Bab IV telah mengelaborasi prosedur persiapan pengujian fisik dan Prosedur


pengujian fisik yang dapat dilaksanakan Pemeriksa. Pemeriksa pengujian fisik
melakukan prosedur pengujian fisik dengan mempertimbangkan jenis
konstruksi dan/atau pekerjaan yang akan diuji, dengan berbagai
pertimbangan profesional Pemeriksa.

02 Kekhasan pekerjaan konstruksi SDA adalah tidak ada spesifikasi Kekhasan


teknis khusus, memungkinkan bagi Pemberi Jasa dan Penyedia untuk kontruksi
membuat spesifikasi teknis sendiri. Tidak adanya spesifikasi teknis bangunan SDA
dalam pekerjaan bangunan SDA tersebut membuat spesifikasi teknis
mengacu pada apa yang tertera dalam kontrak. Selain itu sifat
bangunan SDA yang jika mengalami kerusakan akan mengakibatkan
masalah sosial dan lingkungan yang besar, membuat Pemeriksa harus
berati-hati dalam mempertimbangkan destructive test. Berikut akan di
bahas studi kasus yang dimaksudkan sebagai contoh dalam pekerjaan
konstruksi SDA.

B. Contoh Kasus Kelebihan Pembayaran Pekerjaan Bendungan

03 Pada Tahun anggaran 2017, Satuan Kerja Pembangunan Bendungan Kondisi


Bemerah menganggarkan belanja modal sebesar
Rp323.273.182.000,00., dengan realisasi 100%. Informasi umum
pekerjaan adalah sebagai berikut:

Pekerjaan : Pembangunan Bendungan Bemerah

Rekanan : PT MK

Nomor Kontrak : HM.XX.03/Au/SNVT-PJSASS/PBK/17

Tanggal Kontrak : 1 Maret 2017

Nilai Kontrak : Rp323.273.182.000,00

Lama Pekerjaan : 218 hari kalender

Pekerjaan telah diselesaikan seluruhnya pada 10 November 2017


dengan dokumen Berita Acara Serah Terima I (PHO) Nomor 199/BAST-

117
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

PHO/ SNVT-PJSASS /XI/2017 dan pembayaran terakhir SP2D Nomor


180541302023574 tanggal 13 November 2017 dengan nilai sebesar
Rp20.029.085.279,00.

04 Direktorat Jenderal SDA sebagai leading sector di bidang konstruksi Kriteria


bendungan tidak memiliki spesifikasi khusus untuk pembangunan
bendungan sehingga kontrak menjadi kriteria utama pekerjaan.
Kriteria sebagaimana yang diatur dalam kontrak adalah sebagai
berikut.
a. Bab 1 Fasilitas Sementara, Poin 1.2.12. Pembuatan Laporan yang
antara lain menyatakan bahwa “Tidak ada pembayaran terpisah
yang akan dibuat untuk dokumen, surat-menyurat, pengembalian,
dan laporan, dll yang dibuat oleh Penyedia dan diserahkan kepada
Direksi dan / atau Pemberi Kerja sesuai dengan Pasal 10 dari
Spesifikasi Umum atau berdasarkan ketentuan kontrak”;
b. Bab 1 Fasilitas Sementara, Poin 1.2.13 Tambahan Investigasi yang
antara lain menyatakan bahwa “Penyedia harus melaksanakan,
sesuai dengan Pasal 20 dari Spesifikasi Umum, seperti investigasi
lapangan tambahan sebagaimana ditentukan dalam berbagai
bagian dari Spesifikasi Teknis, atau seperti yang diarahkan oleh
Direksi, berkaitan dengan pekerjaan timbunan, pekerjaan tanah,
pekerjaan jalan, dan struktur, serta untuk evaluasi dan
perencanaan untuk operasi borrow area dan quarry. Semua biaya
yang dikeluarkan oleh Penyedia dalam melakukan investigasi
tambahan, harus dianggap termasuk dalam harga satuan atau
harga lumpsum untuk berbagai item pekerjaan yang ditenderkan
dalam Daftar Kuantitas”;
c. Bab 4 Proteksi Galian, Poin 4.4.6 Pengukuran dan Pembayaran
angka (2) Dasar Pembayaran yang antara lain menyatakan bahwa
“Volume pekerjaan terukur dengan metode pengukuran seperti di
atas akan dibayar sesuai harga kontrak dalam satuan per m2
dengan ketebalan yang sesuai. Pembayaran yang dilakukan sudah
mencakup penyediaan semua peralatan, material, tenaga kerja, dan
kelengkapannya untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi dan desain, termasuk pekerjaan lain untuk memperoleh
alinyemen dan ketebalan shotcrete sesuai yang direncanakan.
Seluruh material drainase termasuk drain strip, pipa untuk weep
holes, penangkap air, geotekstil, dan seluruh asesori untuk
kesempurnaan pekerjaan tidak akan dibayar terpisah”;
d. Bab 5 Timbunan Bendungan CFRD, Poin 5.10.3 Pengukuran dan
Pembayaran yang antara lain menyatakan bahwa “Pengukuran dan
pembayaran untuk peralatan dan pemasangan penyaring sampah
akan dilakukan secara lumpsum. Lumpsum ditenderkan dalam Bill
of Quantity harus mencakup semua biaya bahan tenaga kerja

118
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

furnishing, dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan


pekerjaan yang ditentukan dalam sub-bagian, termasuk
pembangunan blok jangkar beton di pondasi.”; dan
e. Bab 7 Beton Struktur, Poin 7.6 Beton untuk Terowongan, Poin 7.6.5
Pengukuran dan Pembayaran huruf (b) Pembayaran yang antara
lain menyatakan bahwa “Pembayaran untuk beton dalam lapisan
terowongan dilakukan pada harga satuan yang berlaku pada saat
tender per meter kubik dalam Daftar Kuantitas. Harga satuan harus
mencakup seluruh biaya furnishing semua bahan, termasuk
semen, pengecoran semua beton dan peralatan yang digunakan.
Tidak ada pengukuran terpisah untuk pembayaran akan dilakukan
untuk bekisting”.

05 Pemeriksa melakukan analisis dokumen sebagai berikut: Analisis Dokumen

a. dokumen pengadaan secara lengkap guna memastikan jenis


kontrak serta menelaah kesesuaian kontrak dan proses umum
pengadaan dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu Pemeriksa
mempelajari spesifikasi umum dan spesifikasi teknis khususnya
terkait metode pengukuran dan pembayaran pekerjaan sehingga
pemeriksa dapat mengindentifikasi pembebanan biaya yang
tumpang tindih atau tidak bisa dibayarkan;
b. dokumen pengendalian mutu dan foto dokumentasi selama
pekerjaan dilakukan untuk mendapat gambaran mengenai
efektifitas SPI terkait pekerjaan serta realisasi teknis pekerjaan;
dan
c. dokumen pembayaran untuk memastikan kesesuaian proses
pembayaran dengan ketentuan yang berlaku.
Pemeriksa menjadikan hasil analisis dokumen sebagai salah satu
dasar pertimbangan profesional untuk menentukan fokus
pemeriksaan, pengambilan sampling, dan poin-poin penting yang
selanjutnya perlu dikonfirmasikan dengan pihak terkait. Hasil analisis
dokumen mengindikasikan:
a. terdapat item pekerjaan yang sudah masuk kedalam item
pekerjaan lainnya tetapi ditagihkan kembali sebagai item terpisah;
dan
b. terdapat item pekerjaan yang tidak dapat dibayarkan sesuai
Spesifikasi Teknis kontrak, namun tetap ditagihkan dan dibayarkan.
Indikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1, yang selanjutnya perlu
dikonfirmasikan kepada PPK, Penyedia, dan Pengawas Pekerjaan.

119
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tabel 5.1. Hasil Analisis Dokumen Berupa Indikasi Kelebihan Pembayaran Kontrak

No. Item Pekerjaan Satuan Volume Keterangan


A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1 Pembuatan, pemasangan, pengoperasian, Biaya SMK3 sudah diperhitungkan
pemeliharaan fasilitas keamanan dan LS 1 dalam biaya umum
fasilitas pemadam kebakaran termasuk
fasilitas kesehatan lingkungan
2 Pembuatan laporan mingguan, laporan Spesifikasi teknis menyebutkan
bulanan dan laporan kegiatan konstruksi LS 1 bahwa item pekerjaan tersebut
tidak dapat dibayarkan secara
terpisah
B. RELOKASI DAN REHABILITASI JALAN MASUK
a. REHABILITASI JALAN MASUK
- Pekerjaan Proteksi dan Drainase
3 Pipa PVC weep holes diameter 50mm, L= Spesifikasi teknis menyebutkan
25cm,termasuk pemboran ke dalam batuan m 265,00 bahwa seluruh material drainase
diameter lubang 65 mm setiap 2 x 2 m2 termasuk drain strip, pipa untuk
weep holes, penangkap air,
geotekstil, dan seluruh asesori
251,85
untuk kesempurnaan pekerjaan
tidak akan dibayar terpisah.
C. TEROWONGAN PENGELAK
a. PEKERJAAN PENUNJANG DAN PROTEKSI
4 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, untuk Spesifikasi teknis menyebutkan
drainase, termasuk pemboran lubang dia 65 m 402,60 bahwa seluruh material drainase
mm. termasuk drain strip, pipa untuk
weep holes, penangkap air,
5 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, Untuk
geotekstil, dan seluruh asesori
drainase, termasuk pemboran lubang dia 65 m 2,149.96
untuk kesempurnaan pekerjaan
mm.
tidak akan dibayar terpisah.
b. PEKERJAAN BETON
6 Bekisting tipe F4 untuk lining terowongan Spesifikasi teknis menyebutkan
m2 4.587,00 bahwa tidak ada
pengukuran terpisah untuk
pembayaran akan dilakukan untuk
bekisting pada pembayaran untuk
beton dalam lapisan terowongan
D. JALAN PELAYANAN KE INLET DAN OUTLET
a. PEKERJAAN PROTEKSI DAN DRAINASE
7 Pipa perporasi PVC dia 50 mm , Untuk Spesifikasi teknis menyebutkan
drainase, termasuk pemboran lubang dia m 265.00 bahwa seluruh material drainase
65mm. termasuk drain strip, pipa untuk
weep holes, penangkap air,
geotekstil, dan seluruh asesori
untuk kesempurnaan pekerjaan
tidak akan dibayar terpisah.

Untuk melakukan pengujian fisik, Pemeriksa akan menghitung volume BA Kesepakatan


pekerjaan Pipa Perporasi dan Pipa PVC untuk memastikan bahwa pipa Pengujian Fisik
yang terpasang termasuk dalam asesori untuk kesempurnaan
pekerjaan yang tidak dapat dibayar terpisah. Selain itu, Pemeriksa
akan mengkonfirmasi beberapa item pekerjaan yang sudah tidak
terlihat seperti bekisting. Selanjutnya Pemeriksa membuat BA

120
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Kesepakatan Pengujian Fisik untuk memastikan ketepatan volume dan


tidak ada pembayaran ganda.

06 Pemeriksa menuangkan hasil pengujian fisik yang kemudian Hasil pengujian


ditandatangani Para Pihak. Berdasarkan pengujian fisik, diketahui fisik
bahwa item-item pekerjaan berupa Pipa PVC weep holes diameter
50mm dan Pipa perporasi PVC dia 50 mm telah dilaksanakan
(terpasang) dengan volume sesuai as built drawing dan back up data.
Sedangkan bekisting tipe F4 untuk lining terowongan sudah tidak ada
di lokasi dikarenakan konstruksi pekerjaan telah selesai pada saat
dilakukan pengujian fisik. Konfirmasi lebih lanjut kepada Penyedia dan
Pengawas Pekerjaan diketahui bahwa pekerjaan pipa perforasi
merupakan bagian dari fungsi weep holes yang merupakan bagian
tidak terpisah dari pekerjaan drainase.

07 Setelah meyakinkan keberadaan item pekerjaan, Pemeriksa Temuan


menghitung item-item yang tidak dapat dibayarkan secara terpisah pemeriksaan
karena telah menjadi tanggung jawab Penyedia melalui biaya umum
atau telah termasuk dalam item pekerjaan lainnya sebagaimana telah
diatur melalui spesifikasi teknis kontrak. Kondisi tersebut
mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar Rp1.642.774.823,33
sebagaimana tersaji pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rekapitulasi Nilai Kelebihan Pembayaran Akibat Adanya Item-Item Pekerjaan yang Tidak
Dapat Dibayarkan
Volume Harga Satuan Nilai Kelebihan
No Item Pekerjaan
(Rp) Pembayaran (Rp)
A. Pekerjaan Persiapan
1 Pembuatan, pemasangan, pengoperasian, 1 132.810.000,00 132.810.000,00
pemeliharaan fasilitas keamanan dan fasilitas
pemadam kebakaran termasuk fasilitas kesehatan
lingkungan
2 Pembuatan laporan mingguan, laporan bulanan dan 1 52.040.000,00 52.040.000,00
laporan kegiatan konstruksi
B. Relokasi dan Rehabilitasi Jalan Masuk
1 Pipa PVC weep hole diameter 50mm, L= 25cm,termasuk 265 m 100.928,00 26.745.920,00
pemboran ke dalam batuan diameter lubang 65 mm
251,85 m 85.469,00 21.525.367,65
setiap 2 x 2 m2
C. Terowongan Pengelak
1 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, Untuk drainase, 402,6 m 100.928,00 40.633.612,80
termasuk pemboran lubang dia 65 mm.
2 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, Untuk drainase, 2.149,96 m 100.928,00 216.991.162,88
termasuk pemboran lubang dia 65 mm.
3 Bekisting tipe F4 untuk lining terowongan 4.587,00 m2 245.320,00 1.125.282.840,00
D. Jalan Pelayanan ke Inlet dan Outlet
1 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, untuk drainase, 265 m 100.928,00 26.745.920,00
termasuk pemboran lubang dia 65 mm.
Jumlah 1.642.774.823,33

121
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

C. Contoh Kasus Kekurangan Volume Pekerjaan Pembangunan Saluran Irigasi

08 Dinas SDA Kabupaten E merealisasikan belanja modal untuk Kondisi


pembangunan saluran irigasi XYZ cyclop sepanjang 550 m. Informasi
umum pekerjaan sebagai berikut.
Kegiatan : Pekerjaan Saluran Irigasi
Pekerjaan : Pembangunan Saluran Irigasi XYZ
Rekanan : CV Mawar
Nomor Kontrak : 808/06/SP/APBD.EPROC/IV/2018
Tanggal Kontrak : 21 April 2018
Nilai Kontrak : Rp580.683.800,00
Lama Pekerjaan : 120 hari kalender
Pekerjaan telah dinyatakan selesai melalui Berita Acara Serah Terima
I (PHO) Nomor 11/BAST-PHO/APBD.EPROCK/VIII/2018 tanggal 10
Agustus 2018 dan telah dibayar sebesar Rp580.683.800,00 (100%)
melalui SP2D terakhir No. 0711/1.03.01.01/SP2D/2018 sebesar
Rp58.068.380,00. Dalam paket pekerjaan tersebut terdapat pekerjaan
pasangan batu dan mortar, plasteran dan galian sebagaimana
disajikan dalam Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Realisasi Pembayaran Pasangan Batu dan Mortar, Plasteran dan Galian

Harga Satuan Jumlah


No. Uraian Satuan Kuantitas
(Rp) (Rp)
1 Pasangan batu dan m3 360,25 806.697,80 290.612.882,45
mortar
2 Plasteran m2 1.320,00 107.800,00 142.296.000,00
3 Galian m3 165,00 385,350,00 63.582.750,00
Total 496.491.632,45

Gambar 5.1 menyajikan desain pasangan batu dan mortar, plesteran,


dan galian berdasarkan as built drawing dan back up data.
Gambar 5.1. Pasangan Batu dan Mortar, Plasteran dan Galian

Pasangan batu dan Mortar

122
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Plasteran

Galian

Atas item-item pekerjaan di atas, Pemeriksa akan melakukan pengujian fisik


untuk menguji ketepatan volume pekerjaan.

09 SSUK pada Kontrak Nomor 808/06/SP/APBD.EPROC/IV/2018 angka Kriteria


66.2 menyatakan bahwa “pembayaran dilakukan senilai pekerjaan
yang telah terpasang, kecuali peralatan dan/atau bahan yang menjadi
bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan sebagaimana
diatur dalam SSKK”.

10 Pemeriksa, PPK, Pengawas Lapangan dan Penyedia menyepakati BA BA Kesepakatan


Kesepakatan Pengujian Fisik dengan rincian sebagai berikut: Pengujian Fisik

a. pengukuran atas lebar, tinggi, dan panjang menggunakan roll


meter (meteran kelos);
b. jarak pengambilan per sampel disamakan dengan back up data
yaitu 50 meter atau 2 titik sampel per 100 m, dari Sta 0+50 s.d. Sta
0+550; dan
c. lebar bawah penampang luar dan Pekerjaan Pondasi tidak
dilakukan pengujian lebar dan tinggi dikarenakan telah tertutup
sehingga mempergunakan informasi sesuai as built drawing dan
back up data.

11 Pemeriksa menuangkan hasil pengujian fisik berupa lokasi Hasil Pengujian


pengukuran (STA), nilai lebar atas, lebar bawah dan tinggi aktual Fisik
penampang dalam, serta penampang luar dalam Tabel 5.4.

123
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Tabel 5.4. Hasil Pengujian Fisik Pekerjaan yang Dituangkan dalam BA Pengujian Fisik

A. Penampang Dalam B. Penampang Luar


Panjang
No. Station Lebar (m) Lebar (m)
(m)
Atas Bawah Tinggi Atas Bawah Tinggi
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Sta 0+000 1,5 1,2 1 1,9 1,6 1,1 50

2 Sta 0 + 050 1,5 1,2 1 1,9 1,6 1,1


50

3 Sta 0 + 100 1,6 1,3 1 1,8 1,6 1,1


50

4 Sta 0 + 150 1,5 1,2 1 1,8 1,6 1,1


50

5 Sta 0 + 200 1,65 1,35 1 1,8 1,6 1,1


50

6 Sta 0 + 250 1,5 1,2 1 1,9 1,6 1,1


50

7 Sta 0 + 300 1,5 1,2 1 1,9 1,6 1,1


50

8 Sta 0 + 350 1,6 1,3 1 1,85 1,6 1,1


50

9 Sta 0 + 400 1,4 1,1 1 1,95 1,6 1,1


50

10 Sta 0 + 450 1,7 1,4 1 1,85 1,6 1,1


50

11 Sta 0 + 500 1,55 1,25 1 1,9 1,6 1,1


43

12 Sta 0 + 550 1,5 1,2 1 1,9 1,6 1,1


TOTAL 543

12 Berdasarkan pengujian fisik diketahui sebagai berikut: Temuan


Pemeriksaan
a. Volume aktual terpasang atas pekerjaan batu dan mortar adalah
231,04 m3 (Rincian pada Lampiran 5.1). Sedangkan volume
dibayarkan adalah 360,25 m3 sehingga terdapat selisih volume
atas pekerjaan batu dan mortar sejumlah 39,21 m3 senilai
Rp31.630.620,74 (39,21 m3 x Rp806.697,80).

Untuk menghitung volume batu dan mortar di atas, digunakan


persamaan-persamaan berikut:

Volume Pasangan Batu Mortar = (Volume PL-Volume PD)+Volume Pondasi

124
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Volume penampang luar dan penampang dalam dihitung dengan


persamaan:

Volume Penampang
Volume PL = ((lebardalam dihitung
atas PL+lebar dengan
bawah persamaan:
PL))/2 x Tinggi PL x PS

Volume PD = ((lebar atas PD+lebar bawah PD))/2 x Tinggi PD x PS

Volume Pondasi dihitung dengan persamaan sbb:

Volume Pondasi = Lebar x Tinggi x PS

Keterangan
PD : Penampang Dalam
PL : Penampang Luar
PS : Panjang Saluran (lebar dan tinggi pondasi sesuai as built drawing)

b. Luas aktual plasteran adalah 1.260,88 m2 (Rincian pada Lampiran


5.2) sedangkan luas dibayarkan adalah 1.320 m2 sehingga terdapat
selisih luas 59,13 m2 senilai Rp6.373.675,00 (59,13 m2 x
Rp107.800,00). Luas plesteran dihitung dengan persamaan
berikut:

Luas Plesteran = (Lebar atas Saluran + tinggi PD) x PS

c. Dikarenakan panjang aktual saluran irigasi adalah 543 m, maka


terdapat kekurangan volume atas pekerjaan galian. Volume
aktual pekerjaan galian adalah 162,9 m3 (0,2 x 1,5 x 543) sedangkan
volume dibayarkan adalah 165 m3. Sehingga terdapat selisih
sebanyak 2,1 m3 senilai Rp809.235,00 (2,1 m3 x Rp385.350). Volume
galian didapatkan dengan persamaan berikut:

Volume Galian = Panjang x Lebar x Tinggi

Catatan: Rumus perhitungan disesuaikan dengan bentuk konstruksi.

D. Contoh Kasus Kekurangan Volume Pekerjaan Galian

13 Pekerjaan pemeliharaan jaringan irigasi berupa pembersihan lumpur Kondisi


dan pencabutan rumput pada Dinas XYZ Kabupaten ABC dengan
informasi umum sebagai berikut:

125
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Kegiatan : Pemeliharaan jaringan irigasi


Pekerjaan : Pemeliharaan jaringan irigasi
Rekanan : CV. Mira Mulia
Nomor Kontrak : 03/SPK/DPUPRD-KT/VII-2020
Tanggal Kontrak : 30 Juli 2020
Nilai Kontrak : Rp199.290.000,00
Lama Pekerjaan : 150 hari kalender
Realisasi fisik dan keuangan telah dinyatakan selesai 100% sesuai
Berita Acara PHO Nomor 03/PL/BAST/PPK.V/XII/2020 tanggal 01
Desember 2020. Atas pekerjaan tersebut telah dilakukan pembayaran
100% dengan SP2D terakhir Nomor 122110/SP2D-LS/XII/2020 tanggal
30 Desember 2020.

14 SSUK Kontrak Nomor 03/SPK/DPUPRD-KT/VII-2020 angka 66.2 Kriteria


menyatakan bahwa “pembayaran dilakukan senilai realisasi
pekerjaan, kecuali peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari
hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan sebagaimana diatur
dalam SSKK”

15 Pemeriksa melakukan analisis dokumen. Hasil analisis dokumen Analisis dokumen


mengindikasikan permasalahan pada pekerjaan pembersihan lumpur
dikarenakan hal sebagai berikut:
a. Bahwa item pekerjaan terbesar adalah pembersihan lumpur;
b. Berdasarkan back up data, ketinggian lumpur yang dibersihkan
sepanjang saluran tipikal di angka 80 cm. Akan tetapi, berdasarkan
penelusuran lebih lanjut oleh Pemeriksa, diketahui bahwa:
1) Tidak ada kejadian signifikan seperti banjir dan tanah longsor
yang berpotensi menyebabkan ketinggian lumpur hingga 80
cm, sementara tinggi saluran 120 cm;
2) Pada kondisi normal, ketinggian lumpur di lapangan akan
turun-naik (tidak konstan) baik karena faktor organik maupun
anorganik seperti arus air, erosi, vegetasi di sekitar saluran,
sampah, dll. Selain itu, ketinggian lumpur daerah turunan
normalnya akan berkurang karena lumpur tersapu air ke
bawah;
c. Foto dokumentasi pekerjaan menunjukkan bahwa lumpur yang
dibersihkan setinggi mata kaki Mandor. Analisis metadata
dilakukan pada softcopy foto yang diberikan, yang
menginformasikan lokasi pengambilan foto (koordinat), tanggal
pengambilan foto.

126
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Indikasi di atas menjadi landasan bagi pertimbangan profesional


Pemeriksa untuk memperdalam pemeriksaan atas pekerjaan
pembersihan lumpur dan melanjutkan ke tahap pengujian fisik.

16 Pemeriksa membuat BA Kesepakatan Pengujian Fisik dengan rincian BA Kesepakatan


sebagai berikut: Pengujian Fisik

a. Pengujian dilaksanakan bersama dan dihadiri PPK, Penyedia,


Pengawas Pekerjaan, Inspektorat, dan Pemeriksa;
b. Penyedia harus menghadirkan minimal satu orang mandor/pekerja
yang benar-benar terlibat dalam mengerjakan pembersihan di ruas
yang diuji petik;
c. Seksi yang dijadikan uji petik adalah ruas-ruas di daerah
Ronowingko.

17 Berdasarkan hasil pengujian fisik diketahui sebagai berikut: Hasil pengujian


fisik
a. Bahwa saluran irigasi ruas Ronowingko ada berlokasi sesuai
dengan dokumen kontrak; dan
b. Lapisan bawah saluran irigasi bukan berupa tanah melainkan cor
tumbuk dengan batu pecah ukuran 20 cm yang mampu mengurangi
volume lumpur dari tanah.

18 Untuk mengkonfirmasi pengujian fisik, Pemeriksa melakukan Wawancara


wawancara dengan Mandor. Hasil wawancara menunjukkan:
a. Bahwa ketinggian lumpur yang dibersihkan kurang dari 80 cm;
b. Bahwa pembersihan tidak dilakukan sepanjang seksi melainkan
hanya pada titik-titik tertentu;
c. Pekerja menyimpan seluruh catatan log volume lumpur yang
dibersihkan dan bersedia menyerahkannya kepada Pemeriksa,
dengan rincian volume lumpur pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Volume Galian Sesuai Log Book Mandor

Panjang Lebar Tinggi Volume


Segmen Lokasi Galian
(m) (m) (m) (m3)
Ronowingko I STA 0-550 550 1,00 0,375 206,250
STA 725-925 200 1,00 0,275 55,000
STA 1.025-1.700 675 1,00 0,275 185,625
STA 1.850- 2.515 665 1,00 0,225 149,625
Ronowingko I.b STA 0-350 350 1,00 0,320 112,000
STA 400 - 850 450 1,00 0,270 121,500
STA 950 - 1.600 650 1,00 0,350 227,500
STA 1.750 - 2.300 550 1,00 0,250 137,500
Ronowingko I.c STA 0 - 300 300 0,80 0,300 72,000
STA 750- 1.200 450 0,80 0,150 54,000
STA 1250-1850 600 1,00 0,400 240,00

127
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

Panjang Lebar Tinggi Volume


Segmen Lokasi Galian
(m) (m) (m) (m3)
Ronowingko II.a STA 700 - 950 250 1,00 0,350 87,500
Ronowingko II STA 0-400 400 1,00 0,300 120,000
STA 500-950 450 1,00 0,250 112,500
STA 1150-1.600 450 0,80 0,200 72,000
STA 1.700-1.950 250 0,80 0,200 40,000
Ronowingko III STA 0-600 600 0,80 0,160 76,800
STA 710-1022 312 0,80 0,100 24,960
STA 1520-1870 350 0,80 0,150 42,000
STA 1900-1925 15 0,80 0,700 8,400
STA 2118-2443 325 0,80 0,150 39,000
STA 2580-2830 250 0,80 0,200 40,000
Ronowingko IV STA 675-725 50 1,50 0,100 7,500
Ronowingko V STA 125-140 15 1,50 0,500 11,250
Total Volume Galian 2.242,910

19 Pemeriksa melakukan perhitungan volume aktual pekerjaan Temuan


berdasarkan catatan log volume lumpur yang diberikan para Mandor Pemeriksaan
(Tabel 5.5). Dari hasil perhitungan diketahui terdapat kekurangan
volume pekerjaan senilai Rp75.577.944,75 dengan rincian
sebagaimana terjadi pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6. Kelebihan Pembayaran Karena Kekurangan Volume Pembersihan Lumpur

Hasil
Uraian Kuantitas Selisih Harga Kekurangan
No Satuan Pemeriksaa
Pekerjaan PHO Volume Satuan (Rp) Volume (Rp)
n
1 2 3 4 5 6=4-5 7 8=6x7
Pembuangan Lumpur di Bangunan dan Saluran
1 Galian
m3 15.330,00 2.242,91 13.087,09 5.775.000,00 75.577.944,75
Lumpur
JUMLAH 75.577.944,75

128
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR

BAB VI
PENUTUP

A. Pemberlakuan Suplemen

01 Suplemen ini berlaku untuk pengujian fisik pelaksanaan pekerjaan Pemberlakuan


konstruksi SDA sejak suplemen ini ditetapkan. Penerapan lebih awal suplemen
dari tanggal efektif pemberlakuan diizinkan.

B. Pemutakhiran Suplemen

02 Agar Suplemen Pengujian Fisik Pekerjaan Konstruksi SDA ini dapat Pemutakhiran
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan fungsinya, suplemen ini perlu suplemen
dievaluasi, disempurnakan, atau dimutakhirkan sesuai dengan
kebutuhan dan/atau untuk merespon perubahan kebijakan yang
berlaku.

C. Pemantauan Suplemen

03 Suplemen ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Pemantauan
perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan suplemen
kondisi lain. Pemantauan suplemen akan dilakukan oleh Direktorat
Litbang.

Masukan atau pertanyaan terkait suplemen ini dapat disampaikan Kontak


kepada: Subdirektorat
Litbang PDTT
Subdirektorat Litbang PDTT
Direktorat Penelitian dan Pengembangan
Ditama Revbang
Lantai II Gedung Arsip BPK RI
Jl. Gatot Subroto No. 31 Jakarta 10210
Telp. (021) 25549000 ext. 3311
Faks. (021) 5705372
Email: subditlitbangpdtt@bpk.go.id

129
DAFTAR PUSTAKA

Publikasian
Adang S. Soewaeli., dan Nurlia, Sadikin. (2014). Pemetaan Kondisi Bawah
Permukaan Dengan Metode Geofisika (Studi Kasus: Bendung Pasarbaru,
Tangerang). Jurnalth.pusair-pu.go.id
Badan Pemeriksa Keuangan. 2020. Rencana Strategis 2020-2024.
Balai Bendungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2010. Pengaturan dan
Konsepsi Keamanan Bendungan.
BPSDM Kementerian PUPR. 2017. Modul Desain Peralatan Hidromekanik Pelatihan
Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar.
Brammadi, Sendy. et. al. (2017). Analisis Pengolahan Data Multibeam Echosounder
Menggunakan Perangkat Lunak MB-System Dan CARIS HIPS Dan SIPS
Berdasarkan Standard S-33 IHO 2008. Jurnal Geodesi Undip Volume 6, Nomor
4, Tahun 2017 Hal. 351-360 (ISSN: 2337-845X).
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2003. Pedoman Kriteria Umum Desain
Bendungan.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2016. Diklat Teknis Perencanaan Irigasi
Tingkat Dasar. Perencanaan Bangunan Irigasi (Modul 09)
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2016. Diklat Teknis Perencanaan Irigasi
Tingkat Dasar. Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) (Modul 08).
Hidayat, Ahmad. et. al. (2014). Survei Bathimetri Untuk Pengecekan Kedalaman
Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Jurnal Geodesi Undip. Volume 3, No. 1
Januari 2014. Hal.198-210 (ISSN: 2337-845X).
Hogg, Mariana M. et. al. 2010. Deep-sea Sponge Grounds: Reservoirs of Biodiversity.
UNEP-WCMC Biodiversity Series No. 32. Cambridge: UNEP-WCMC.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-04: Manajemen Mutu. Modul Pelatihan Ahli Mutu
Pekerjaan Konstruksi.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-06: Standar Mutu Pekerjaan Konstruksi SDA. Modul
Pelatihan Ahli Mutu Pekerjaan Konstruksi.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-08: Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi SDA.
Modul Pelatihan Ahli Mutu Pekerjaan Konstruksi.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-09: Sistem Pelaporan. Modul Pelatihan Ahli Mutu
Pekerjaan Konstruksi.
LaRocque, Paul E. dan West, Geraint (1999). Airborne Laser Hydrography: an
Introduction. Link:
https://www.researchgate.net/publication/228867617_Airborne_laser_hydrog
raphy_an_introduction. Diakses tanggal 27 Juli 2021)
Lubis, Zainuddin. et. al. 2017. Pengantar Survei Hidrografi. Bogor: IPB Press.
Sizgoric S., Banic J., dan LaRocque P. (1995). The History of Laser Bathymetry.
Applications of Photonic Technology Hal. 207-217. https://doi.org/10.1007/978-
1-4757-9247-8_40.
Susanto, Hendra dan Hediana Makmur, 2013, Auditing Proyek-Proyek Konstruksi,
ANDI Yogyakarta

Peraturan dan Standar


Undang-Undang No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air.
Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2020 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PermenPUPR) Nomor
27 Tahun 2015 tentang Bendungan.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PermenPUPR) Nomor
30 Tahun 2015 tentang Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi.
International Hydrographic Organization. 2011. Manual on Hydrography (Publication
C-3). Monaco: International Hydrographic Organization.
Badan Standardisasi Nasional. 2010. Survei Hidrografi Menggunakan Singlebeam
Echosounder (SNI 7646:2010). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PermenPUPR) Nomor
32 Tahun 2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
Lampiran 2.1

Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung

1. Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Tetap


2. Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Tyrol

Catatan: Selanjutnya untuk butir 2 s.d. 7 adalah sama dengan Tabel Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Tetap.

3. Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Gerak

Catatan: Selanjutnya untuk butir 2 s.d. 7 adalah sama dengan Tabel Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Tetap.

4. Jenis Pekerjaan Komponen pada Infrastruktur Bangunan Penangkap Sedimen


Lampiran 2.2

Jenis Pekerjaan pada Komponen Jaringan Irigasi


Lampiran 2.3

Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Bendungan dan Embung

1. Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Bendungan Urukan


2. Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Bangunan Pelengkap, Peralatan
Hidromekanik dan Instrumentasi
Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Embung
Lampiran 2.4

Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Pengaman Pantai


Lampiran 2.5

Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Krib Sungai


Lampiran 2.6

Jenis Pekerjaan pada Komponen Konstruksi Pengendali Muara Sungai


Lampiran 2.7

Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Rawa


Lampiran 2.8

Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Air Tanah


Lampiran 3.1

Matriks Hubungan Sifat Bahan, Standar Pengujian, Standar Mutu, Cara Pengendalian, san Pengambilan Tindak
Lanjut pada Pekerjaan Timbunan Tanah dan Beton

NO PENGUJIAN STANDAR STANDAR PENGUJIAN PERSYARATAN CARA PENGENDALIAN PENGAMBILAN


SPESIFIKASI TINDAKAN
1 2 3 4 5 6 7
1. Timbunan tanah 1. JIS 1. Harus dilakukan 1. Bila menggunakan 1. Membuat laporan Dalam hal nilai spesifik
1. Sifat-sifat fisik: 2. ASTM sebelum metode tingkat a. Hasil pengujian yang diperoleh kurang
- Analisa butiran 3. British penimbunan dan kepadatan berat isi disusun dalam dari yang diperoleh
- Batas Atterberg setiap perubahan harus memenuhi 90% formasi laporan kurang dari yang
- Berat jenis lokasi pengambilan s/d 100% kepadatan b. Untuk pengujian 20 ditetapkan, dilakukan
2. Sifat-sifat mekanik bahan kering maksimal (+ 95 titik atau lebih pemadatan ulang,
a. Pemadatan 2. Setiap jarak 50–100 %) dilakukan dengan pembongkaran atau
standard m diambil 3 (tiga) 2. Bila menggunakan grafik X - RS – Rm pekerjaan ulang
b. Pemadatan titik tingkat kepadatan atau X - R
modifikasi basah, harus c. Untuk pengujian
c. Permeabilitas memenuhi 98% s/d kurang dari 20 titik,
d. CBR/Penetrasi 100% kepadatan basah lakukan dengan
3. Pengawasan maksimal memakai tabulasi
kepadatan: 3. Nilai spesifikasi 2. Pengendalian
a. Berat jenis (dry khusus, Void ratio 21- a. Pengendalian
density) 0% tingkat kejenuhan kepadatan timbunan
b. Permeabilitas 80-85% dilakukan bertitik
c. CBR/Penetrasi 4. Atau disesuaikan tolak pada metode
lapangan dengan spesifikasi yang dipilh antara:
dalam kontrak - Berat isi (dry
density)
- Tingkat kebasahan
- Ruang pori
b. Apabila metode lain
yang diperiksa,
pemeriksaan
NO PENGUJIAN STANDAR STANDAR PENGUJIAN PERSYARATAN CARA PENGENDALIAN PENGAMBILAN
SPESIFIKASI TINDAKAN
1 2 3 4 5 6 7
dilakukan secara
khusus
c. Bila kepadatan
berdasarkan pada
daya dukung,maka
dilakukan percobaan
CBR atau percobaan
beban pelat
2. Pekerjaan beton
1. Semen 1. JIS Bila semen tersimpan Disesuaikan dengan 1. Pembuatan laporan 1. Apabila terjadi
a. Berat jenis 2. PBI 71 digudang lebih dari 3 spesifikasi dalam hasil pengujian disusun perbedaan antara nilai
b. Waktu pengerasan 3. ASTM bulan, harus diuji kontrak sebagai berikut: pengujian dengan
c. Kehalusan 4. SII kembali sifat-sifat a. Berat jenis dan daya spesifikasi, maka
d. kekuatan fisiknya peresapan juga diambil alternatif
kadar air percobaan
permukaan agregat perbandingan
disusun dalam campuran
formulir dan diberi 2. Untuk kekuatan beton
penjelasan yang memenuhi
b. Nilai slump dan spesifikasi perlu
kandungan udara dilakukan
juga kekuatan tekan pengendalian yang
disusun dalam teliti terhadap mutu
formulir. bahan beton,
pemeriksaan perbandingan
terhadap 20 sampel campuran dan metode
atau lebih dilakukan pencampuran
dengan grafik X 0 RS
– Rm atau X - R
c. Pemeriksaan untuk
sampel kurang dari
20, diperiksa dengan
metode tabulasi
2. Pengendalian
NO PENGUJIAN STANDAR STANDAR PENGUJIAN PERSYARATAN CARA PENGENDALIAN PENGAMBILAN
SPESIFIKASI TINDAKAN
1 2 3 4 5 6 7
a. Mutu bahan beton
dilakukan dengan
membandingkan
nilai spesifikasi
teknis
b. Nilai slump dan
kandungan udara
juga kekuatan tekan
diperiksa apakah
sesuai nilai
spesifikasi atau
tidak termasuk
penyebaran
2. Air 1. JIS Air yang digunakan
a. pH 2. PBI 71 ASTM harus dites pHnya,
b. kandungan mineral kandungan mineral,
kadar organis dan kadar organis
satu kali untuk setiap
sumber
3. Agregat (halus dan 1. JIS 1. Pengujian fisik
kasar) 2. PBI 71 dilakukan setiap
a. Berat jenis 3. ASTM PUBI 82 Quarry
b. Daya serap air 2. Analisa saringan
c. Gradasi butir dilakukan untuk
Kandungan organis setiap 600 m3
Dilakukan satu kali
sehari atau setiap
ada perubahan
cuaca
4. Agregat (halus dan 1. JIS 1. Pengujian fisik
kasar) 2. PBI 71 dilakukan setiap
a. Berat jenis 3. ASTM Quarry
b. Daya serap air 4. PUBI 82
c. Gradasi butir
NO PENGUJIAN STANDAR STANDAR PENGUJIAN PERSYARATAN CARA PENGENDALIAN PENGAMBILAN
SPESIFIKASI TINDAKAN
1 2 3 4 5 6 7
d. Kandungan organis 2. Analisa saringan
dilakukan untuk
setiap 600 m3
3. Dilakukan satu kali
sehari atau setiap
ada perubahan
cuaca
5. Percobaan campuran 1. Untuk pengadukan
a. Slump tempat pengujian
b. Kandungan udara slump dilakukan
c. Kuat tekan pada permulaan
d. Kuat lentur pengecoran dan
apabila diperlukan
pengendali
2. Khusus beton
ready mix, slump
diambil setiap
penuangan dari
mobil mixer
4. Pengujian
kandungan udara
dilakukan setiap
pengambilan
sampel
Lampiran 5.1

Perhitungan Volume Aktual Pekerjaan Mortar dan Batu

Tabel I.a. Penampang Dalam


Luas
Lebar (m) Tinggi Luas Panjang
No. Station Rerata Volume (m3)
(m) (m2) (m)
Atas Bawah Rerata (m2)
(1) (2) (3) (4) (5)=((3)+(4))/2 (6) (7) (8) (9) (10)=(8)x(9)
1 Sta 0+00 1,5 1,2 1,35 1 1,35 1,35 50 67,5
2 Sta 0 + 50 1,5 1,2 1,35 1 1,35
1,4 50 72,5
3 Sta 0 + 100 1,6 1,3 1,45 1 1,45
1,4 50 67,5
4 Sta 0 + 150 1,5 1,2 1,35 1 1,35
1,43 50 75
5 Sta 0 + 200 1,65 1,35 1,5 1 1,5
1,43 50 67,5
6 Sta 0 + 250 1,5 1,2 1,35 1 1,35
1,35 50 67,5
7 Sta 0 + 300 1,5 1,2 1,35 1 1,35
1,4 50 72,5
8 Sta 0 + 350 1,6 1,3 1,45 1 1,45
1,35 50 62,5
9 Sta 0 + 400 1,4 1,1 1,25 1 1,25
1,4 50 77,5
10 Sta 0 + 450 1,7 1,4 1,55 1 1,55
1,48 50 70
11 Sta 0 + 500 1,55 1,25 1,4 1 1,4
1,38 43 58,05
12 Sta 0 + 550 1,5 1,2 1,35 1 1,35
Total 543 758,05

Tabel I.b. Penampang Luar


Lebar Luas
(m) Tinggi Luas Panjang Volume
No. Station Rerata
Atas Bawah Rerata (m) (m2) (m) (m3)
(m2)
(1) (2) (3) (4) (5)=((3)+(4))/2 (6) (7) (8) (9) (10)=(8)x(9)
1 Sta 0+00 1,9 1,6 1,75 1,1 1,93 1,93 50 96,5
2 Sta 0 + 50 1,9 1,6 1,75 1,1 1,93
1,9 50 93,5
3 Sta 0 + 100 1,8 1,6 1,7 1,1 1,87
1,87 50 93,5
4 Sta 0 + 150 1,8 1,6 1,7 1,1 1,87
1,87 50 93,5
5 Sta 0 + 200 1,8 1,6 1,7 1,1 1,87
1,9 50 96,25
6 Sta 0 + 250 1,9 1,6 1,75 1,1 1,93
1,93 50 96,25
7 Sta 0 + 300 1,9 1,6 1,75 1,1 1,93
1,91 50 94,88
8 Sta 0 + 350 1,85 1,6 1,73 1,1 1,9
1,93 50 97,63
9 Sta 0 + 400 1,95 1,6 1,78 1,1 1,95
1,93 50 94,88
10 Sta 0 + 450 1,85 1,6 1,73 1,1 1,9
1,91 50 96,25
11 Sta 0 + 500 1,9 1,6 1,75 1,1 1,93
12 Sta 0 + 550 1,9 1,6 1,75 1,1 1,93 1,93 43 82,78

Total Penampang Luar 543 1.035,65


Tabel I.c. Pondasi

Lebar Tinggi Luas Luas Rerata Panjang Volume Jumlah Volume Total
No. Station
(m) (m) (m2) (m2) (m) (m) Pondasi (m3)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7) (8)=(6)x(7) (9) (10)=(8)x(9)
1 Sta 0+00 0,2 0,2 0,04 0,04 50 2 2 4
2 Sta 0 + 50 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
3 Sta 0 + 100 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
4 Sta 0 + 150 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
5 Sta 0 + 200 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
6 Sta 0 + 250 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
7 Sta 0 + 300 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
8 Sta 0 + 350 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
9 Sta 0 + 400 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
10 Sta 0 + 450 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
11 Sta 0 + 500 0,2 0,2 0,04
0,04 43 1,72 2 3,44
12 Sta 0 + 550 0,2 0,2 0,04
Total 543 43,44

Perhitungan:

Volume Aktual = (Volume Penampang Luar - Volume Penampang Dalam) + Volume


Pondasi
= (1.035,65 - 758,05) + 43,44
= 277,60 + 43,44
= 321,04

Tabel I.d. Plesteran

Lebar Penampang Tinggi


(m) Lebar Atas Rerata Lebar (m) Panjang Luas Plasteran
No. Station Saluran Atas Saluran
Sisi Kiri Sisi Kanan Total (m) (m2)
Luar Dalam (m) (m)
(m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6) (7) (8) (9)=(7)+(8) (10) (11)=((6)+(9))x(10)

1 Sta 0+00 1,9 1,5 0,4 0,4 1 1 2 50 120


2 Sta 0 + 50 1,9 1,5 0,4
0,3 1 1 2 50 115
3 Sta 0 + 100 1,8 1,6 0,2
0,25 1 1 2 50 112,5
4 Sta 0 + 150 1,8 1,5 0,3
0,23 1 1 2 50 111,25
5 Sta 0 + 200 1,8 1,65 0,15
0,28 1 1 2 50 113,75
6 Sta 0 + 250 1,9 1,5 0,4
0,4 1 1 2 50 120
7 Sta 0 + 300 1,9 1,5 0,4
0,33 1 1 2 50 116,25
8 Sta 0 + 350 1,85 1,6 0,25
0,4 1 1 2 50 120
9 Sta 0 + 400 1,95 1,4 0,55
0,35 1 1 2 50 117,5
10 Sta 0 + 450 1,85 1,7 0,15
0,25 1 1 2 50 112,5
11 Sta 0 + 500 1,9 1,55 0,35
0,38 1 1 2 43 102,13
12 Sta 0 + 550 1,9 1,5 0,4
Luas Plasteran Aktual 1.260,88
Luas Plasteran Dibayarkan 1.320,00
Selisih = Luas Pelsteran Aktual - Luas Plesteran Dibayarkan 59,12
Harga Satuan/m2 Rp107.800,00
Nilai Selisih (Rp)=Selisih x Harga Satuan 6.373.136,00
Lampiran 5.2

Perhitungan Volume Aktual Pekerjaan Plesteran

Lebar Penampang Tinggi


(m) Lebar Atas Rerata Lebar (m) Panjang Luas Plasteran
No. Station Saluran Atas Saluran
Sisi Kiri Sisi Kanan Total (m) (m2)
Luar Dalam (m) (m)
(m) (m) (m)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)-(4) (6) (7) (8) (9)=(7)+(8) (10) (11)=((6)+(9))x(10)

1 Sta 0+00 1,9 1,5 0,4


0,4 1 1 2 50 120
2 Sta 0 + 50 1,9 1,5 0,4
0,3 1 1 2 50 115
3 Sta 0 + 100 1,8 1,6 0,2
0,25 1 1 2 50 112,5
4 Sta 0 + 150 1,8 1,5 0,3
0,23 1 1 2 50 111,25
5 Sta 0 + 200 1,8 1,65 0,15
0,28 1 1 2 50 113,75
6 Sta 0 + 250 1,9 1,5 0,4
0,4 1 1 2 50 120
7 Sta 0 + 300 1,9 1,5 0,4
0,33 1 1 2 50 116,25
8 Sta 0 + 350 1,85 1,6 0,25
0,4 1 1 2 50 120
9 Sta 0 + 400 1,95 1,4 0,55
0,35 1 1 2 50 117,5
10 Sta 0 + 450 1,85 1,7 0,15
0,25 1 1 2 50 112,5
11 Sta 0 + 500 1,9 1,55 0,35
0,38 1 1 2 43 102,13
12 Sta 0 + 550 1,9 1,5 0,4
Luas Plasteran Aktual 1.260,88
Luas Plasteran Dibayarkan 1.320,00
Selisih = Luas Pelsteran Aktual - Luas Plesteran Dibayarkan 59,12
Harga Satuan/m2 Rp107.800,00
Nilai Selisih (Rp)=Selisih x Harga Satuan 6.373.136,00

Anda mungkin juga menyukai