(73) (camping-eden-savoie.com)
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
DAFTAR ISI
Daftar Isi i
Daftar Gambar v
Kata Pengantar xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Lingkup 2
E. Sistematika Penulisan 3
A. Pengantar 5
C. Bendung 6
D. Jaringan Irigasi 9
F. Pengaman Pantai 29
G. Pengaman Sungai 33
I. Rawa 35
J. Air Tanah 35
i
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
A. Pengantar 41
A. Pengantar 79
A. Pengantar 117
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Hubungan Sifat Bahan, Mutu Pekerjaan, dan Pengawasan Sifat Bahan
Tabel 3.3 Pemeriksaan Sifat Bahan dan Uji Laboratorium Untuk Pekerjaan
Timbunan Tanah dan Beton
Tabel 4.5 Faktor Koreksi jika 1 < Rasio L/D < 1,75
Tabel 4.6 Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Benda Uji
Tabel 4.7 Eurocode 2–EN 1991-1-1 Concrete Strength Classes and Properties
iii
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Tabel 5.3 Realisasi Pembayaran Pasangan Batu dan Mortar, Plasteran dan
Galian
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Fisik Pekerjaan yang Dituangkan dalam BA Pengujian
Fisik
iv
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pembangunan Bendungan Tukul sebagai Salah Satu PSN di Jawa Timur
v
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
vi
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.3 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Konstruksi Bendungan Dan Embung
Lampiran 2.6 Jenis Pekerjaan Pada Komponen Konstruksi Pengendali Muara Sungai
Lampiran 3.1 Matriks Hubungan Sifat Bahan, Standar Pengujian, Standar Mutu, Cara
Pengendalian, dan Pengambilan Tindak Lanjut Pada Pekerjaan Timbunan
Tanah dan Beton
vii
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BA Berita Acara
MC Monthly Certificate
ix
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
UU Undang-Undang
x
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan Suplemen Pengujian Fisik Pekerjaan
Konstruksi Sumber Daya Air (Suplemen) ini. Suplemen merupakan level kelima dalam
hierarki Perangkat Lunak, dan bertujuan untuk memberikan acuan atau tuntunan dalam
melakukan Pengujian Fisik. Penyusunan Suplemen ini sendiri telah melalui serangkaian
proses mulai dari pemahaman literatur, diskusi dengan pihak regulator, praktisi, dan
tentunya Pemeriksa BPK sebagai pihak yang akan menjadi pengguna utama dari
Suplemen.
Suplemen ini merupakan pelengkap dari Panduan Pemeriksaan Kepatuhan
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi (P-002.0/XII.3.4/2021 yang disahkan pada 28 Januari
2021). Panduan tersebut memberikan informasi mengenai pengendalian intern yang
seharusnya dijalankan oleh Pemerintah dan jajarannya dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, sedangkan suplemen ini secara khusus memberikan informasi mengenai
tata cara Pengujian Fisik Pekerjaan Konstruksi Sumber Daya Air khususnya pengujian
ketepatan volume dan mutu sesuai perencanaan.
Sebagaimana kita ketahui, SPKN membolehkan Pemeriksa untuk menggunakan ahli
manakala diperlukan, namun demikian SPKN juga mengamanatkan bahwa Pemeriksa
harus memiliki bukti yang menjamin kualitas hasil pekerjaan ahli. Oleh karena itu,
Suplemen ini hadir untuk memberikan referensi kepada Pemeriksa mengenai tata cara
pengujian fisik sehingga walaupun pengujian fisik akan dilakukan oleh ahli terkait,
namun Pemeriksa tetap memiliki kendali atas kualitas pekerjaan ahli.
Secara spesifik, Suplemen menyajikan gambaran pengendalian mutu yang dilakukan
Pemerintah beserta jajarannya, kemudian Suplemen menjelaskan standar mutu
beberapa pekerjaan utama konstruksi sumber daya air seperti galian, timbunan, beton,
bronjong. Lebih lanjut, Suplemen mengelaborasi beberapa contoh kasus dan analisis
pemeriksaan konstruksi sumber daya air untuk menjadi acuan Pemeriksa.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian Suplemen, kepada Bapak Anggota I dan Ibu
Anggota IV atas arahannya dalam penyusunan Suplemen, serta tentunya rekan-rekan
Pemeriksa yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Kami menyadari bahwa
Suplemen ini belumlah sempurna, sehingga kami mengharapkan adanya masukan-
masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan berkelanjutan dari Suplemen.
xi
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
02 Peraturan Presiden No. 109 Tahun 2020 tentang Perubahan Ketiga atas Bendungan dan
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan irigasi sebagai
Proyek Strategis Nasional (PSN) memuat setidaknya 48 bendungan PSN
dan sembilan irigasi sebagai PSN. Kebijakan ini antara lain untuk
merespon peningkatan kebutuhan pengelolaan SDA di Indonesia.
Gambar 1.1 menunjukkan salah satu contoh PSN yang diselenggarakan
di Jawa Timur.
Gambar 1.1. Pembangunan Bendungan Tukul sebagai Salah Satu PSN di Jawa Timur
03 Salah satu upaya BPK untuk menilai dan mendorong perbaikan Strategi
program pembangunan nasional adalah menyelaraskan tema pemeriksaan BPK
pemeriksaan dalam Rencana Strategis (Renstra) BPK 2020 – 2024
dengan fokus RPJMN 2020 – 2024. Untuk itu, BPK melaksanakan
1
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
pemeriksaan yang memerhatikan isu publik, termasuk atas proyek- dalam Renstra
proyek dalam kategori PSN atau yang berpengaruh terhadap hajat BPK 2020 - 2024
hidup warga, termasuk diantaranya pekerjaan konstruksi SDA.
B. Tujuan
C. Lingkup
07 Suplemen Panduan ini menyajikan tata cara pengujian fisik pekerjaan Lingkup Suplemen
konstruksi SDA khususnya ketepatan volume dan mutu sesuai Panduan
perencanaan dan/atau pembayaran. Karena konstruksi SDA terdiri
dari banyak jenis pekerjaan, acuan normatif standar mutu untuk
masing-masing pekerjaan mengacu pada standar terkait.
2
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
E. Sistematika Penulisan
3
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Bab VI : Penutup
Bab ini menjelaskan pemberlakuan, pemutakhiran, serta
pemantauan suplemen panduan, termasuk kontak yang
dapat dihubungi untuk menyampaikan masukan dan
pertanyaan terkait Suplemen Panduan.
4
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BAB II
JENIS PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
A. Pengantar
01 UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air mendefinisikan SDA Definisi SDA
sebagai air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.
04 Pintu air memiliki fungsi vital dalam pengamanan bendungan. Pintu air Pintu air
dan katup sendiri berfungsi untuk menyetop aliran air saat tertutup
dan mengalirkan air dari hulu ke hilir saluran pembawa bendungan.
Pintu air terdiri dari daun pintu, alat angkat, dan rangka pengarah
(guide frame). Pintu air dikelompokkan berdasarkan tekanan, fungsi,
dan konstruksinya.
1
Disarikan dari Modul Desain Peralatan Hidromekanik Pelatihan Perencanaan Bendungan Tingkat
Dasar, Pusdiklat SDA dan Konstruksi, BPSDM KemenPUPR, 2017
5
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
06 Pemilihan tipe pintu atau katup untuk ditempatkan pada bangunan Pertimbangan
pelengkap mempertimbangkan fungsi, struktur, pengaruh hidrolika, dalam pemilihan
dan struktur bangunan pelengkap di mana pintu akan dipasang. Untuk tipe pintu air
itu, perlu diperhatikan tentang ukuran, kegunaan, frekuensi
pemakaian, dan lokasi penggunaannya.
09 Bahan utama yang digunakan untuk konstruksi pintu air adalah logam Bahan utama
(misalnya baja dan tembaga) serta non logam (misalnya karet dan konstruksi pintu
teflon). Untuk mencegah korosi pada permukaan baja, biasanya air
dilakukan pelapisan, dalam bentuk pengecatan.
C. Bendung2
10 Bendung adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun Definisi dan
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan tujuan bendung
2
Disarikan dari Modul Perencanaan Bangunan Utama (Bendung), Pusdiklat SDA dan Konstruksi
BPSDM KemenPUPR, 2016
6
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun sehingga air
sungai yang disadap dan dialirkan secara gravitasi atau dengan pompa
dapat mencapai ke tempat-tempat tertentu yang membutuhkannya
dan atau untuk mengendalikan dasar sungai, debit, dan angkutan
sedimen.
Sumber: https://dpupr.kendalkab.go.id/berita/id/20200414001/mengenal_perbedaan_antara_bendung_dan_bendungan#
7
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
8
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
j. biaya pembangunan
Lokasi bendung dipilih pada lokasi yang biaya konstruksinya
minimal dan memberikan output yang optimal.
k. kesepakatan pemangku kepentingan
Keputusan mengenai lokasi bendung harus dilakukan melalui
konsultasi publik dengan menyampaikan seluas-luasnya mengenai
alternatif-alternatif lokasi serta tinjauan dari aspek teknis,
ekonomis, dan sosial, terutama kepada masyarakat petani yang
akan memanfaatkan air irigasi.
D. Jaringan Irigasi3
3
Disarikan dari Modul Pengenalan Sistem Irigasi, Dirjen SDA KemenPUPR, 2019
9
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
10
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
18 Menurut Modul Pengenalan Sistem Irigasi oleh Dirjen SDA Tahun 2019, Jaringan irigasi
berdasarkan cara pengaturan aliran air dan lengkapnya fasilitas, berdasarkan
jaringan irigasi dapat dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: pengaturan aliran
air dan
a. Jaringan irigasi sederhana
lengkapnya
Jaringan irigasi sederhana dicirikan oleh kesederhanaan fasilitas fasilitas
bangunan yang dimiliki, sehingga operasional pembagian air pada
jaringan irigasi sederhana pada umumnya tidak diukur dan diatur.
Jaringan irigasi desa yang banyak dibangun masyarakat secara
mandiri dapat diklasifikasikan ke dalam jaringan irigasi sederhana.
b. Jaringan irigasi semiteknis
Fasilitas-fasilitas yang ada untuk melaksanakan fungsi pada
jaringan irigasi semiteknis sudah lebih baik dan lengkap
dibandingkan jaringan irigasi sederhana, misalnya bangunan
pengambilan sudah dibangun permanen, debit air sudah diukur,
tetapi sistem jaringan pembagi masih sama dengan sistem jaringan
irigasi sederhana. Hal ini ditunjukkan dengan pemisahan saluran
pembawa dan pembuang belum dipisahkan secara baik dan
pembagian petak tersier belum dilakukan secara detail, sehingga
pembagian air sulit dilakukan dengan baik.
c. Jaringan irigasi teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai fasilitas bangunan yang sudah
lengkap. Salah satu prinsip rancang bangun dalam jaringan irigasi
adalah pemisahan fungsi jaringan pembawa dengan jaringan
pembuang. Jaringan irigasi teknis juga dilengkapi dengan
11
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
12
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
13
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
14
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
15
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
16
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
17
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
18
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
23 Secara umum ada beberapa tipe bendungan berdasarkan fungsi, Tipe bendungan
aspek hidraulik, dan material pembentuk sebagai berikut:
a. berdasar fungsi
Ada empat jenis bendungan sesuai fungsinya, yaitu bendungan
penampung air, pengalih aliran, pengendali banjir, dan serbaguna.
b. berdasar aspek hidraulik
Ada dua jenis bendungan sesuai aspek hidrauliknya, yaitu
bendungan yang boleh dilimpahi air (Overflow Dams) dan
bendungan yang tidak boleh dilimpahi air (Non-overflow Dams).
Ilustrasi penampang bendungan dapat dilihat pada Gambar 2.4.
19
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
24 Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan Tahun 2003 Dirjen SDA Kriteria dasar dan
menyatakan bahwa desain bendungan harus memenuhi kriteria dasar umum desain
dan umum sebagai berikut: bendungan
a. kriteria dasar
kriteria dasar bendungan adalah harus aman terhadap kegagalan
struktural, rembesan dan bocoran, serta kegagalan hidraulik.
b. kriteria umum
Kriteria umum desian bendungan mencakup:
1) Bendungan secara keseluruhan, temasuk tubuh, pondasi,
bukit tumpuan (abutment), dan tepi sekeliling waduk harus
selalu stabil dalam keadaan apapun, termasuk dalam keadaan
gempa bumi selama operasi dan pemeliharaan yang
kemungkinan terjadi selama umur bendungan. Penurunan
dimungkinkan sepanjang masih dalam batas toleransi yang
diizinkan.
2) Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan di atas puncak
bendungan harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan
setelah terjadi penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga
tinggi jagaan yang tersedia masih memenuhi standar yang
diperlukan. Tinggi jagaan harus cukup untuk menahan
limpasan air banjir sebagai akibat gelombang.
3) Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk melewatkan
debit banjir dengan aman.
4) Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang
berlebihan pada bendungan dan pondasi yang mengakibatkan
terjadinya aliran buluh, sembulan pasir, retak hidraulik, dan
arching.
20
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
27 Komisi Keamanan Bendungan (KKB) adalah instansi yang bertugas KKB dan Balai
membantu Menteri dalam penanganan keamanan bendungan. Dalam Bendungan
menjalankan tugasnya, KKB didukung oleh Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Bidang Keamanan Bendungan atau Balai Bendungan.
21
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
22
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
23
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
41 Studi kelayakan juga mencakup pra studi kelayakan dan harus disertai Dokumen studi
dengan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Studi kelayakan
kelayakan untuk pembangunan bendungan dituangkan dalam
dokumen studi kelayakan yang paling sedikit memuat:
a. analisis kondisi topografi untuk tapak rencana bendungan, jalan
akses, quarry dan borrow area, penyimpanan material, tempat
pembuangan galian, dan daerah genangan;
b. analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan, lokasi
material bahan bendungan, dan daerah bendungan;
c. analisis hidrologi daerah tangkapan air;
d. analisis kependudukan di daerah tapak bendungan, rencana
genangan, serta daerah penerima manfaat bendungan;
e. analisis sosial, ekonomi, dan budaya pada daerah tapak bendungan,
rencana genangan, serta daerah penerima manfaat bendungan;
f. analisis kelayakan teknis, ekonomis termasuk umur layan
bendungan, dan lingkungan untuk setiap alternatif rencana
bendungan;
g. rencana bendungan yang paling layak dipilih;
h. desain pendahuluan bendungan yang paling layak pilih; dan
i. rencana penggunaan SDA.
24
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
25
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
47 Studi pengadaan tanah dituangkan dalam dokumen studi pengadaan Studi pengadaan
tanah yang paling sedikit memuat: tanah
49 Dalam jangka waktu paling lama lima tahun setelah mendapat Pelaksanaan
persetujuan desain, Pembangun bendungan harus mengajukan konstruksi
permohonan izin pelaksanaan konstruksi bendungan. Sementara,
pelaksanaan konstruksi wajib dilakukan berdasarkan izin pelaksanaan
konstruksi yang diberikan oleh Menteri. Izin tersebut diberikan Menteri
paling lama enam bulan sejak permohonan diterima. Permohonan izin
pelaksanaan konstruksi bendungan harus memenuhi persyaratan
administratif dan persyaratan teknis.
26
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
27
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
28
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
F. Pengaman Pantai4
65 Pengembangan alternatif, kriteria desain, tata letak, bentuk dan Detail desain
material pengamanan pantai dilakukan melalui konsultasi publik Pengaman Pantai
dengan instansi teknis dan masyarakat terkait. Detail desain dilakukan
berdasarkan pemilihan alternatif Pengaman Pantai dan meliputi:
a. perhitungan struktur;
4
Disarikan berdasar PermenPUPR No. 07/PRT/M/2015 tentang Pengamanan Pantai
29
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
b. gambar rencana;
c. spesifikasi teknis;
d. perhitungan volume; dan
e. perhitungan biaya.
66 Spesifikasi teknis merupakan bagian dari dokumen lelang mengenai Spesifikasi teknis
pelaksanaan konstruksi bangunan Pengaman Pantai yang berisi konstruksi
penjelasan persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan dan Pengaman Pantai
meliputi:
a. syarat-syarat material yang digunakan;
b. syarat jenis, kapasitas, dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan;
c. syarat-syarat kualifikasi dan jumlah personil inti yang
dipekerjakan;
d. metode pelaksanaan pekerjaan;
e. jadwal waktu pelaksanaan;
f. mengutamakan produksi dalam negeri; dan
g. kriteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan.
30
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Gambar 2.5 menunjukkan contoh pekerjaan konstruksi SDA Pengaman Pantai, berupa
tembok laut dan revetment.
Gambar 2.5. Contoh Pekerjaan Pengaman Pantai
Tabel 2.3. Matriks Ringkasan Metode Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai
Tipe Bangunan Langkah kerja Peralatan Keterangan
Tanggul laut Pemasangan profil theodolite Peralatan tambahan:
Pekerjaan pembersihan lahan dan bulldozer generator set
striping
Pemasangan geotekstil -
Penimbunan dump truck, bulldozer
Pemadatan tanah handstamper/sheepfoot
roller
Penyusunan armour ekskavator
Perkerasan jalan inspeksi roller
31
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Jetty Material lapis inti, lapis antara dan dump truck Biasanya muara
armour ditempatkan dari darat terlalu dangkal untuk
Penimbunan lapis inti dan antara dump truck dan ponton
ekskavator
Penempatan armour crawler crane/ekskavator Peralatan tambahan:
Pemasangan U-shell molen generator set
32
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
G. Pengaman Sungai
33
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
34
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
I. Rawa
75 Lahan rawa adalah lahan yang hampir sepanjang tahun selalu jenuh Rawa dan
air (saturated) atau tergenang (waterlogged) oleh air permukaan infrastrukturnya
dan/atau air tanah dangkal. Air umumnya tidak bergerak atau tidak
mengalir dengan bagian dasar tanah berupa lumpur.
Infrastruktur rawa pada umumnya berupa saluran beserta
infrastruktur pelengkapnya seperti intake, revetment, pintu-pintu
pengatur, dan lain-lain. Jenis pekerjaan pada komponen infrastruktur
rawa terdapat pada Lampiran 2.7.
J. Air Tanah
78 Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di Air tanah
bawah permukaan tanah. Pelaksanaan pemanfaatan air tanah pada
35
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
umumnya mengambil air dari akuifer (lapisan batuan jenuh air tanah
yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup
dan ekonomis).
Infrastruktur air tanah antara lain berupa sumur air tanah dalam dan
pipa transmisi/distribusi air baku (air baku adalah air yang memenuhi
standar kualitas air yang dapat dipergunakan untuk kegiatan sehari-
hari). Jenis pekerjaan pada komponen infrastruktur air tanah terdapat
pada Lampiran 2.8.
80 Secara umum, pekerjaan konstruksi SDA memiliki banyak kemiripan Pekerjaan umum
dan mencakup diantaranya: pada Konstruksi
SDA
a. Pekerjaan tanah
Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan galian dan timbunan tanah
serta angkutan (houling) yang dapat dilaksanakan baik secara
manual, semi mekanis ataupun mekanis. Pekerjaan tanah antara
lain berupa pembersihan dan pengupasan permukaan tanah,
percobaan bahan timbunan, uitzet trase saluran dan pasang profil
melintang penampang, pengadaan dan pemasangan patok,
penggalian (galian tanah, batu, tanah cadas atau tanah keras,
lumpur, pasir), perkuatan dinding galian, peledakan batuan,
timbunan dan pemadatan, angkutan material dan/atau hasil galian,
pembuangan, serta pengeringan. Peralatan yang dibutuhkan untuk
mendukung pekerjaan tanah antara lain bulldozer, ekskavator,
dump truck, dan lain-lain.
b. Pekerjaan beton
Pekerjaan beton mencakup pembesian kolom, balok, ring balok,
sloof, pembuatan/penyediaan bekisting beton, floordeck, bekisting
36
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
37
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: pupr.tasikmalayakota.go.id
38
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
h. Pekerjaan pemancangan
Selain untuk keperluan pondasi, pemancangan dapat juga
dilakukan untuk membuat perkuatan dinding galian tanah sebagai
turap ataupun untuk bangunan sementara dalam rangka upaya K3.
Berbagai jenis pekerjaan pemancangan dapat berupa tiang
pancang untuk menahan gaya normal dan ada pula turap (sheet
pile) untuk menahan gaya geser.
Secara umum bahan yang digunakan berupa kayu, baja, dan beton.
Jika dilihat dari alat pemancangnya (pile driver), pemancangan
dilakukan secara manual dan/atau mekanis. Adapun alat pancang
yang tanpa mesin/manual cukup menggunakan tripod dan hammer,
sedangkan peralatan mekanis umumnya berupa crane dengan pile
driver.
i. Pekerjaan pemugaran
Pekerjaan pemugaran termasuk memugar, memperbaiki, atau
meningkatkan bangunan lama.
j. Pekerjaan dewatering
Pekerjaan dewatering meliputi pembuatan dan pemasangan
kistdam dan/atau perkuatan dnding serta pemompaan air pada
daerah kerja.
k. Pekerjaan pintu air
Pintu air pada umumnya sudah tersedia di pasaran sebagai produk
pabrikan. Biaya pekerjaan pintu air ini berasal dari harga pintu air,
biaya transportasi dan biaya pemasangan. Pembelian pintu air
umumnya sudah termasuk biaya transportasi dan pemasangannya.
Pekerjaan pemasangan pintu air dan peralatan hidromekanik
meliputi pintu angkat, pintu kayu rangka besi, dan pintu sorong kayu
ataupun baja.
l. Pekerjaan air tanah
Pekerjaan air tanah dapat merupakan pemanfaatan air tanah
dangkal seperti sumur gali atau juga sumur bor ø pipa 1 ¼” – 1 ½”
ataupun sumur bor jenis deep well. Pekerjaan ini umumnya
termasuk pada pekerjaan Cipta Karya. Terkait dengan pekerjaan air
tanah yang termasuk bidang SDA adalah pembuatan sumur bor air
tanah dalam.
m. Pekerjaan jalan inspeksi
Pekerjaan jalan inspeksi adalah pekerjaan jalan yang digunakan
untuk keperluan operasi dan pemeliharaan jalan irigasi.
39
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
n. Pekerjaan lain-lain
Pekerjaan yang dikelompokkan sebagai pekerjaan lain-lain
meliputi pembersihan lapangan, pemagaran daerah kerja,
pembuatan direksi keet, los kerja dan gudang, serta
moblisasi/demobilisasi.
40
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BAB III
PENGENDALIAN MUTU PEKERJAAN KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR
A. Pengantar
41
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
b. Penyimpanan bahan/material
Bahan/material harus disimpan dengan suatu cara untuk menjamin
perlindungan mutu bahan dan dapat diperiksa oleh pihak yang
kompeten dengan mempertimbangkan antara lain:
1) Tempat penyimpanan harus bebas dari tumbuhan dan puing
dan memiliki drainase yang lancar;
2) Bahan-bahan yang yang diletakkan langsung di atas tanah
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan kecuali tempat kerja
tersebut telah dipersiapkan dan diberi lapisan atas dengan
suatu lapisan pasir atau kerikil dengan ketebalan tertentu.
3) Bahan-bahan harus disimpan dengan cara yang sedemikian
rupa untuk mencegah segregasi dan untuk menjamin gradasi
yang sesuai serta mengontrol kadar air dengan tinggi
maksimal sesuai ketentuan yang berlaku.
4) Penumpukan berbagai ragam agregat, misalnya hotmix dan
beton, harus dipisahkan dengan papan pembatas guna
mencegah pencampuran bahan-bahan.
5) Tumpukan agregat harus dilindungi dari hujan untuk
mencegah kejenuhan agregat yang akan mengakibatkan
penurunan mutu.
c. Cara pengangkutan material/campuran ke lokasi kerja
Pengangkutan material didasarkan pada pembatasan bobot
pengangkutan untuk perlindungan terhadap setiap jalan atau
struktur yang ada di sekitar proyek.
d. Pengujian material yang akan digunakan
Material yang akan digunakan diuji untuk mendapatkan jenis dan
jumlah tes sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi.
e. Penyiapan job mix formula
Untuk memperoleh campuran yang memenuhi persyaratan
spesifikasi, job mix formula dibuat dan disetujui Pengawas
Pekerjaan, misalnya untuk hotmix dan beton.
f. Pengujian laboratorium selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
SDA
Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi SDA, sebagaimana
disebutkan dalam spesifikasi, dilakukan pengujian rutin bahan atau
campuran guna menjamin mutu sesuai dengan persyaratan. Jenis
dan frekuensi/jumlah pengujian dilakukan sesuai yang disebutkan
dalam spesifikasi.
42
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
g. Tes lapangan
Pengujian/tes lapangan dilakukan sesuai yang disebutkan dalam
persyaratan pengujian setelah pekerjaan selesai dan sebelum
pekerjaan diserahterimakan.
h. Administrasi dan formulir
Administrasi, tata cara pengendalian mutu pekerjaan, dan formulir
yang akan digunakan selama kelangsungan pekerjaan konstruksi
mengikuti ketentuan yang baku atau yang telah ditetapkan dalam
kontrak.
43
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
44
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Kajian dan
analisis
Penetapan
standar
Pelaksanaan
(Latihan, Pengawasan / Pengendalian dan
laporan)
Pemeriksaan Penyelidikan
Tidak
Rekomendasi
Ya
Pemeriksaan
Ya
Selesai
45
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
06 Pengendalian mutu dicapai melalui penetapan empat standar, yaitu: Standar dalam
rangka
a. Standar mutu, yaitu kesesuaian dengan spesifikasi teknis yang
pengendalian
tercantum dalam kontrak.
mutu
b. Standar pengujian yaitu pengujian yang dilakukan berdasarkan
standar yang berlaku untuk mencapai mutu tertentu sebagaimana
dinyatakan dalam standar mutu. Contoh standar pengujian dalam
rangka pengendalian mutu pekerjaan timbunan tanah, beton, dan
mortar untuk pasangan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
- Pemeriksaan
bahan Percobaan Metode Pemeriksaan
timbunan pemadatan penimbunan/ Penimbunan/
hasil
- Percobaan timbunan pemadatan pemadatan
pekerjaan
pemadatan
laboratorium
46
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
07 Pemeriksaan sifat bahan (atau disebut juga dengan pengawasan sifat Pemeriksaan
– characteristic controls) dilakukan untuk mengendalikan sifat-sifat /pengawasan
bahan agar sesuai dengan spesifikasi teknis. Sifat-sifat bahan yang sifat bahan
diawasi dipilih dengan mempertimbangkan antara lain:
a. dapat dikendalikan selama proses pelaksanaan konstruksi;
b. cocok dengan sifat yang dikehendaki dalam spesifikasi teknis;
c. mudah diperiksa; dan
d. mudah mengambil tindak lanjut yang diperlukan berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Pemeriksaan dilakukan karena mutu pekerjaan sangat dipengaruhi
oleh sifat-sifat bahan. Sementara, sifat bahan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti cuaca yang dapat mempengaruhi kadar air
tanah dan kadar air permukaan agregat. Tabel 3.2 menunjukkan
contoh hubungan sifat bahan, mutu pekerjaan dan pengawasan sifat
bahan dilakukan di lapangan.
Tabel 3.2. Hubungan Sifat Bahan, Mutu Pekerjaan, dan Pengawasan Sifat Bahan
Pengawasan Faktor-Faktor
No. Jenis Pekerjaan Mutu Pekerjaan
Lapangan yang Berubah
1. Timbunan Tanah - Kepadatan proctor -Kadar air - Keadaan cuaca
- CBR lapangan -Tingkat kejenuhan - Metode kerja
- Permeabilitas -Berat isi - Gradasi butir
- Parameter C dan Q -Angka pori
2. Beton - Kekuatan tekan - Slump - Keadaan
- Kekuatan lentur - Kandungan udara cuaca
- Faktor air/semen - Mutu bahan
- Berat isi
- Metode kerja
47
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
48
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
10 Dalam proses konstruksi juga terdapat dokumentasi pelaporan dalam Laporan teknis
bentuk Laporan Teknis. Laporan Teknis berisi hal-hal yang mencakup
seluruh pelaksanaan pekerjaan di laboratorium seperti prosedur
pengujian, prosedur analisis, hasil analisis, serta kesimpulan dan
saran. Dengan adanya laporan ini, pihak-pihak yang berkepentingan
dapat menilai secara tepat apakah prosedur dan langkah-langkah
pengujian sudah dilakukan dengan benar, sehingga dapat menentukan
apakah hasil pengujian reliable atau tidak.
Secara umum isi dan kerangka dari Laporan Teknis dapat mencakup:
a. ringkasan Laporan;
b. prosedur Pengujian;
c. prosedur Analisa;
d. hasil Pengujian;
e. hasil Analisa;
f. kesimpulan; dan
g. saran.
49
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
50
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
51
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
52
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
14 Standar mutu pekerjaan tanah adalah sesuai ukuran dan ketinggian Standar mutu
yang ditunjukkan dalam gambar pada kontrak atau menurut ukuran pekerjaan tanah
dan ketinggian lain yang mungkin akan diperintahkan Pengawas
Pekerjaan sesuai kondisi di lapangan dengan mempertimbangkan
ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak.
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, acuan normatif adalah SNI
pekerjaan tanah sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. SNI Pekerjaan Tanah
53
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
2) Urukan pilihan
- CBR 10 % standar Proctor 95%
- Indeks plastisitas 6%.
b. Frekuensi pengujian
Pada urukan biasa, pengujian material dilakukan sekurang-
kurangnya setiap 1.000m3 stok material, jumlah benda uji masing-
masing 3 buah, masing-masing 50kg tiap jenis material.
Sementara, pada urukan pilihan, pengujian material dilakukan
sekurang-kurangnya 1 tes setiap 200 m3.
c. Pemadatan
1) Urukan biasa
- Kadar air: pada rentang 3% kurang dari kadar air optimum
sampai dengan 1% lebih dari kadar air optimum;
- Lapisan pada kedalaman >30 cm di bawah elevasi akhir
harus dipadatkan 95%;
- Tes kepadatan dengan sand cone: 1 titik setiap jarak 100m
per lajur lalu lintas per lapis pemadatan atau setiap 100
m3.
2) Urukan pilihan
- Kadar air: pada rentang 3% kurang dari kadar air optimum
sampai dengan 1% lebih dari kadar air optimum;
- Kepadatan: 100% dari kepadatan kering maksimal;
- Pengujian kepadatan sand cone berselang 200m.
d. Toleransi dimensi
1) Urukan biasa
- Permukaan dan ketinggian akhir setelah pemadatan
harus tidak lebih tinggi 1cm atau lebih rendah 2cm dari
yang ditentukan;
- Seluruh permukaan akhir urukan yang terbuka harus
cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup;
- Ketebalan pemadatan maksimal 20cm padat.
2) Urukan pilihan
- Permukaan akhir harus tidak berbeda lebih/kurang dari
1cm;
- Kerataan permukaan maximum 2cm arah memanjang;
- Toleransi ketebalan: 1cm;
- Lebar dasar: 10cm.
54
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
e. Ketentuan lain-lain:
1) Tebal tanah dikupas tidak kurang dari 0,25m dan tanah
kupasan untuk sementara ditimbun dan ditempatkan di
sekitarnya yang kemudian dikembalikan setelah pekerjaan
galian selesai.
2) Apabila tanah borrow area berupa sawah atau tegalan, tanah
yang digali untuk timbunan tidak boleh lebih dalam dari 0,5m
dan setelah semua penggalian selesai, daerah tersebut harus
ditinggalkan dalam keadaan sedemikian sehingga dapat
dipakai kembali untuk pertanian, termasuk hal-hal yang
menyangkut pengairan dan drainase dari daerah tersebut.
3) Bahan-bahan yang diusulkan sebagai bahan timbunan diuji
menurut cara yang disyaratkan di dalam laboratorium yang
disetujui guna mendapatkan ketebalan lapisan yang ditimbun,
sampai berapa jauh pemadatannya serta kebutuhan air,
siraman dalam pemadatannya, demikian juga kelayakannya.
4) Timbunan dengan pemadatan khusus terdiri dari bahan-bahan
yang telah disetujui dihampar dalam tiap-tiap lapisan datar
dan merata tebal 0,20 – 0,25m dengan kemiringan keluar, dan
kemudian dipadatkan sehingga tebal setelah padat menjadi
lebih kurang 0,15m.
5) Hasil kepadatan kering tidak kurang dari 95% dari kepadatan
kering yang dilaksanakan menurut Uji Proctor. Jika Penyedia
telah melakukan semua langkah yang tercantum dalam
spesifikasi namun belum mencapai angka 95%, Direksi
mempertimbangkan untuk menerima tidak kurang dari 90%
kepadatan kering.
6) Sebelum mulai menimbun, permukaan tanah harus digaruk
sampai kedalaman yang lebih besar dari retak-retak tanah
yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0,15m, dan kadar
air dari tanah yang digaruk harus selalu dijaga baik secara
pengeringan alami atau pembasahan dengan alat semprot.
7) Timbunan di atas tanah asli di belakang bangunan baru harus
dipadatkan untuk jalan inspeksi. Apabila tidak ditentukan lain
di dalam gambar atau atas perintah Pengawas Pekerjaan,
semua tanggul harus mempunyai kemiringan (slope) 1 : 40 ke
arah luar.
8) Toleransi ukuran dalam pekerjaan tanah, dengan syarat
bahwa luas potongan melintang rata-rata untuk panjang
500m dari saluran, sama dengan yang tertera pada gambar
atau seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.
55
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
15 Standar mutu pekerjaan beton (termasuk beton pracetak) adalah Standar mutu
sesuai ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak. Kecuali ditentukan pekerjaan beton
lain dalam kontrak, acuan normatif pekerjaan beton adalah SNI
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.5.
56
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
57
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
58
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
16 Bronjong kawat adalah kotak yang dibuat dari anyaman kawat baja Standar mutu
berlapis seng yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pekerjaan
pencegahan erosi yang dipasang pada tebing-tebing, tepi-tepi sungai, bronjong
yang proses penganyamannya dengan menggunakan mesin.
59
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Keterangan:
1. Kawat anyaman
2. Kawat sisi
3. Lilitan ganda
S lebar anyaman
D panjang lilitan
c. Bentuk
Ada dua bentuk bronjong kawat dan apabila disetel akan berbentuk
kotak persegi panjang dengan lempengan-lempengan anyaman
kawat penyekat pada tiap-tiap jarak 1 m sebagaimana tampak pada
Gambar 3.5.
Gambar 3.5a. Bronjong Kawat Bentuk I
60
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
d. Ukuran
1) Bronjong bentuk I
Ukuran bronjong bentuk I dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Ukuran Bronjong Kawat Bentuk I
Ukuran (m) Jumlah Kapasitas
Kode
a b c Sekat (m3)
A 2 1 1 1 2
B 3 1 1 2 3
C 4 1 1 3 4
D 2 1 0,5 1 1
E 3 1 0,5 2 1,5
F 4 1 0,5 3 2
61
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
e. Pengambilan contoh
Pengambilan contoh dilakukan secara random, dhi. dari suatu
kelompok bronjong kawat dengan ukuran yang sama ukuran setiap
500 unit atau kurang diambil 3 contoh.
f. Pengujian mutu bronjong
Pengujian ketentuan syarat mutu terkait bentuk, jumlah sekat, dan
lilitan dapat dilakukan secara visual. Uji dimensi bronjong kawat
dapat dilakukan pengukuran terhadap panjang, lebar, tinggi dan
ukuran lubang anyaman bronjong. Kelompok bronjong dinyatakan
lulus uji mutu bila memenuhi seluruh syarat mutu bentuk dan
ukuran.
Pengujian mutu bronjong, kecuali ditentukan lain, dilakukan
sebagai berikut:
1) Uji tarik minimum kawat bronjong adalah 41 kgf/mm2 dengan
pengujian kuat tarik sesuai SNI 8389:2017 tentang cara uji tarik
logam.
2) Uji puntir mengacu SNI 07-0552-1989 tentang cara uji puntir
kawat baja.
62
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
3) Uji lapis seng mengacu SNI 07-0311-1989 tentang cara uji lapis
seng.
4) Detail pengujian mengacu pada SNI 03-6154-1999 tentang
Kawat Bronjong.
Uji ulang dapat dilakukan dengan jumlah contoh bronjong kawat 2x
dari contoh pertama dan diambil dari kelompok yang sama. Apabila
setelah dilakukan uji ulang terhadap contoh uji memenuhi
ketentuan syarat mutu, kelompok bronjong kawat tersebut
dinyatakan lulus uji.
Tiap-tiap bendel bronjong kawat dari suatu kelompok yang
dinyatakan lulus uji harus diberi label dari logam yang sekurang-
kurangnya berisi tanda SNI, tanda pengenal
perusahaan/logo/merk, diameter nominal kawat anyaman,
diameter nominal kawat sisi, berat lapisan seng, ukuran anyaman,
dan ukuran bronjong.
g. Pengemasan
Kemasan bronjong kawat terdiri dari 10 unit diikat cukup kokoh dan
rapi menjadi satu merupakan satu bendel.
17 Standar mutu pekerjaan batu adalah sesuai ketentuan spesifikasi Standar mutu
teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan pasangan batu pekerjaan batu
pada pekerjaan konstruksi SDA adalah sebagai berikut:
a. Bahan
1) Batu
Batu yang dipakai pada pekerjaan harus bersih dan keras,
tahan lama dan sejenis, bersih dari campuran besi, noda-
noda, lubang-lubang, pasir, cacat atau ketidaksempurnaan
lainnya. Batu tersebut harus diambil dari sumber yang
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
2) Bata
Semua bata harus memenuhi spesifikasi dalam kontrak. Bata
harus keras, utuh dan dibakar dengan baik, sama ukurannya,
kuat, lurus dan tajam sudut-sudutnya harus diperoleh dari
pabrik yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
Pekerjaan bata harus diselenggarakan secara teratur lapis
demi lapis dan tidak boleh ada lapisan yang 1 meter lebih tinggi
terhadap lainnya, bagian akhir sementara harus bertangga
(bukan bergigi).
63
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
3) Adukan
Adukan untuk pekerjaan pasangan harus dibuat seperti
ditentukan dalam gambar kontrak untuk tiap jenis pekerjaan.
4) Kerikil pengisi (gravel backing)
Kerikil harus terdiri dari kerikil sungai yang bersih, keras, dan
tahan lama atau pecahan batu dengan gradasi baik, dari 50mm
sampai 1cm berdasarkan persetujuan Pengawas Pekerjaan
(sesuai kontrak).
5) Filter kerikil bergradasi (graded gravel filter)
Filter kerikil yang dimaksudkan di sini harus mempunyai
pembagian butir tertentu dan terdiri dari bahan yang
mengandung silikat, bersih, keras, dan tahan lama, serta
bebas dari lapisan yang melekat, seperti tanah liat. Bahan ini
tidak boleh mengandung besi, belerang, batu bara, mika, batu
lempung atau bahan lainnya yang serupa yang berbentuk
lempengan, berlapis-lapis atau panjang-panjang, kulit-kulit
kerang atau bahan lainnya yang berpori atau rapuh yang
menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan mengurangi
kekuatan atau keawetan dari filter bila kena air atau bahan
lain.
Kerikil untuk filter harus memiliki pembagian butir yang
memenuhi syarat berikut:
- Ukuran 50% bahan filter berada antara 5 sampai 8 kali
ukuran 50% bahan yang dilindungi.
- Keseragaman bahan filter harus sama dengan
keseragaman bahan yang dilindungi. Yang dimaksud
dengan keseragaman suatu contoh bahan ialah
perbandingan antara yang berukuran 60% sampai dengan
ukuran 10% dari bahan tersebut.
6) Filter pasir (sand filter)
Pasir untuk filter pada umumnya harus sesuai dengan
ketentuan spesifikasi untuk bahan batuan halus, tetapi harus
selalu merupakan pasir kasar dan mudah dilalui air menurut
persetujuan Pengawas Pekerjaan.
b. Pekerjaan bata
1) Pemasangan
Kecuali ditentukan lain, pekerjaan bata harus dipasang
menurut ikatan teknis yang disetujui Pengawas Pekerjaan.
Sesaat sebelum dipasang, bata dicelupkan lebih dahulu ke
dalam air dan sebelum meneruskan sisa pekerjaan yang
belum selesai, permukaan sambungan yang kelihatan juga
64
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
65
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
66
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
2) Bahan
- Batu harus terdiri dari batu alam atau batu dari sumber
bahan yang tidak terbelah, yang utuh (sound), keras, awet,
padat, tahan terhadap udara dan air, dan cocok dalam
segala hal untuk fungsi yang dimaksud;
- Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang
dapat mengurangi kelekatan dengan adukan;
- Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh
permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk
proses penyerapan air sampai jenuh.
3) Pengukuran dan Pembayaran
Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk
pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal
pekerjaan yang selesai dan diterima.
e. Pekerjaan perlindungan
1) Penyiapan permukaan tanah untuk lantai kerja
Penyedia harus menyiapkan permukaan galian tanah untuk
pondasi dengan lapisan lantai kerja menurut ukuran yang
ditentukan. Kemudian kerikil ditempatkan di atas permukaan
tanah tersebut, dengan ketebalan yang sesuai dengan gambar
untuk membuat permukaan yang rata dan sejajar dengan
permukaan yang direncanakan.
2) Lantai kerja blok beton
Bila diatur dalam gambar pada kontrak, Penyedia harus
menyediakan dan meletakkan lantai kerja blok beton di atas
muka tanah galian untuk pondasi yang disiapkan sesuai
ukuran yang ditentukan. Blok beton harus dilengkapi dengan
pengait dengan persetujuan Pengawas Pekerjaan. Blok-blok
harus diletakkan dan dialasi dengan seksama untuk membuat
permukaan yang benar-benar rata, dengan sambungan
terbuka sejajar lebar 1cm antara tiap-tiap blok. Semua itu
harus dibuat dari beton kelas K.225.
3) Lantai kerja batu kosong
Bila diatur dalam gambar pada kontrak, Penyedia harus
menyediakan dan meletakkan lantai kerja batu kosong yang
terdiri dari batu pecah kasar. Tiap batu mempunyai panjang
dan lebar yang tidak kurang dari 20cm dan tebal tidak kurang
dari yang tertera dalam gambar. Batu harus diberi landasan
pasir dan diletakkan pada dasar alamiah sedemikian rupa
sehingga permukaan yang telah selesai merupakan bidang
yang benar-benar rata.
67
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
68
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
69
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
18 Standar mutu campuran aspal untuk bangunan air adalah sesuai Standar mutu
ketentuan spesifikasi teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu campuran aspal
pengendalian campuran aspal untuk bangunan air adalah: untuk bangunan
air
a. Pengujian material
1) Aspal
Uji laboratorium dapat dilakukan untuk menguji aspal sebelum
dipakai sebagai bahan campuran, antara lain pengujian berat
jenis, titik lembek, kekerasan, kemuluran, titik nyala,
kehilangan berat, dan kekentalan aspal.
2) Agregat
- Agregat halus (pasir)
Pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui mutu
pasir sebelum dipakai sebagai campuran antara lain
pengujian berat jenis dan penyerapan, analisis saringan,
kandungan organik, dan kadar air pasir.
- Agregat kasar (kerikil)
Pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui mutu
kerikil sebelum dipakai sebagai campuran antara lain
pengujian berat jenis dan penyerapan, analisis saringan,
kandungan organik, kekekalan, kekerasan, kadar air,
kepipihan, dan berat isi kerikil.
70
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
19 Standar mutu pekerjaan pipa adalah sesuai ketentuan spesifikasi Standar mutu
teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan pipa adalah pekerjaan pipa
sebagai berikut:
a. Pipa beton
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, pipa beton dengan diameter
kurang dari 0,7m dibuat tanpa tulangan dengan permukaan yang
halus dan rata serta dibuat dari beton K. 175. Untuk pipa beton
dengan diameter lebih besar dari 0,7m dibuat dengan tulangan
spiral dan dibuat dari beton K.225. Pipa harus diletakkan/dipasang
dengan selimut pasangan batu kali menurut ukuran yang
ditunjukkan didalam gambar.
71
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
b. Landasan beton
Lapisan landasan dari beton dihampar ke seluruh lebar dari
formasi atau galian pondasi dengan ketebalan minimum 70mm dan
menurut kemiringan rencana dari saluran pipanya.
c. Pemasangan pipa dengan pembungkus pasangan batu kali
Sebelum pipa diletakkan, pasangan batu dasar harus diselesaikan
sampai 3cm di bawah pipa dan lantai kerja menurut kemiringan
pipa. Pipa yang diletakkan harus diganjal kuat di atas blok–blok
beton pracetak menurut arah dan kelandaiannya. Kemudian, pipa
dihubungkan dan dibungkus dengan adukan sampai 15cm di atas
lapis kerja. Pemasangan pembungkus pasangan batu tidak boleh
dilanjutkan sebelum sambungan di atas berumur 24 jam.
Sambungan antara dua pipa harus diplester dengan adukan
sehingga muka bagian dalam pipa menjadi kontinu merata.
d. Sambungan lentur dan sayap (flange adaptors)
Pipa besi dan pipa asbes harus diletakkan di atas bahan dasaran.
Bahan dasaran ini harus dipasang ke seluruh lebar dasar galian
dan dipadatkan dengan hati – hati sampai dengan ketinggian
minimum 15cm di bawah pipa bagian bawah atau 1/6 dari diameter
luar pipa, dipilih mana yang lebih besar.
e. Bahan untuk dasaran
Bahan dasaran harus terdiri dari pasir kasar, kerikil, baru pecah,
bata pecah atau beton pecah menurut persetujuan Pengawas
Pekerjaan. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, semua bahan
harus lolos dari saringan dengan ukuran sebagaimana tertera
dalam Tabel 3.13.
Tabel 3.13. Persentase Kelolosan Bahan Dasaran Sesuai Ukuran Saringan
Diameter saringan (mm) % lolos
75 5 - 30
52 5 - 20
45 1 - 10
72
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
73
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
21 Standar mutu pekerjaan jalan inspeksi adalah sesuai ketentuan Standar mutu
spesifikasi teknis dalam kontrak. Contoh standar mutu pekerjaan jalan pekerjaan jalan
inspeksi adalah sebagai berikut: inspeksi
a. Galian
Galian untuk terowongan harus dikerjakan, sesuai batas
kemiringan dan ukuran–ukuran yang tertera dalam gambar pada
kontrak. Bahan hasil galian selama pelaksanaan konstruksi
terowongan harus disingkirkan dan ditimbun di tempat yang sudah
direncanakan. Tempat timbunan ini harus diatur dan dibiarkan
dalam keadaan yang rapi dan stabil.
b. Penopang terowongan (tunnel support)
Penopang dari baja konstruksi (steel support) harus disediakan
dan dipasang sesuai kontrak atau menurut persetujuan Pengawas
Pekerjaan. Penopang baja dan perlengkapan baja lain harus
disediakan lengkap, seperti baut, mur, ring, pelat, batang pengikat,
dan lain-lain kelengkapan untuk pemasangan penopang-penopang
tersebut.
Penopang baja didirikan menurut kedudukan dan arah yang
sebenarnya dan Penyedia harus menjaganya dalam keadaan yang
sedemikian sampai pembetonan di sekitarnya selesai dikerjakan.
Pemasangan penopang yang kurang sempurna harus diperbaiki
selambat-lambatnya 48 jam sesudah kekurangan dilaporkan.
c. Lain-lain penopang
Jumlah dan ukuran dari blok-blok kaki, papan-papan penunjang di
atas penopang baja, pemisah-pemisah, dan baja bisa jadi tidak
semuanya dicantumkan dalam gambar pada kontrak, Namun,
semuanya harus ada sesuai dengan keperluan dan untuk
keamanan. Bahan yang dipakai untuk blok kaki atau ganjal dapat
dibuat dari kayu, baja, atau beton pracetak.
d. Lapisan beton pada terowongan (tunnel concrete lining)
Lapisan beton untuk terowongan harus beton klas K.175 dan
dilaksanakan tahap demi tahap sesuai yang ditunjukkan dalam
gambar pada kontrak. Pada keadaan yang normal, tidak
diperkenankan ada sambungan cor dalam arah mendatar, kecuali
pada sambungan antara dinding dan lantai dasar. Parit-parit
darurat dan jalan-jalan air harus diisi padat setelah pembetonan
selesai. Tidak diperbolehkan pemakaian garam khlor.
e. Acuan (bekisting)
Acuan harus dibuat kuat, dipasang teliti dan dibuat kaku sesuai
garis bentuk yang ditentukan. Acuan ini harus menghasilkan muka
74
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
75
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
22 Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, standar mutu mortar untuk Standar mutu
pekerjaan pasangan diatur sesuai SNI 6882:2014 sebagai berikut: mortar untuk
pekerjaan
a. Material
pasangan
1) Material Sementisius
Material sementisius berupa semen portland, kapur tohor,
kapur hidroksida, dempul kapur, semen hidrolis campuran,
semen hidrolis, semen portland-slag tanur tinggi, semen
pasangan, dan semen mortar yang digunakan untuk campuran
mortar harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
4.1.1. SNI 6882:2014.
Mortar dengan semen portland saja tidak dapat digunakan
karena kekurangan plastisitas, retensivitas airnya rendah, dan
kasar serta kelecakannya kurang bila dibandingkan mortar
semen portland-kapur, atau mortar semen pasangan sesuai
ASTM C91.
2) Air
Air harus bersih dan bebas dari minyak, asam, alkali, garam,
material organik, atau substansi lain yang merusak mortar
atau logam di dalam dinding.
3) Bahan campuran tambahan
Bahan campuran tambahan tidak boleh ditambahkan ke dalam
mortar kecuali dispesifikasikan. Bahan campuran tambahan
tidak boleh lebih dari 65ppm (0,0065%) klorida larut dalam air
atau 90 ppm (0,0090%) klorida larut dalam asam terhadap
kadar klorida total mortar, kecuali secara eksplisit diatur
dalam dokumen kontrak. Bahan campuran tambahan yang
76
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
77
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BAB IV
PROSEDUR PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR
A. Pengantar
02 Pemeriksa memilih item pekerjaan yang akan diuji serta metode Pemilihan metode
pengujian dengan mempertimbangkan risiko pemeriksaan, dan jenis
materialitas dan pekerjaan utama dari kontrak pekerjaan konstruksi pengujian
SDA yang diperiksa. Risiko pemeriksaan berkaitan dengan
pertimbangan profesional Pemeriksa dengan memerhatikan beberapa
hal seperti efektivitas SPI, kondisi pekerjaan konstruksi SDA sesuai
hasil pengamatan visual pada saat akan diperiksa, nilai pekerjaan, dan
lain-lain. Selain itu pemilihan metode disesuaikan dengan kondisi,
ketentuan/standar yang berlaku, praktik terbaik yang menjadi
pedoman, yang kemudian disepakati dalam BA Kesepakatan Pengujian
Fisik.
Contoh: Hasil pengamatan awal secara visual terhadap item pekerjaan
konstruksi bendung menunjukkan terdapat keretakan, misal dalam
pekerjaan plesteran atau pasangan bata atau beton. Keretakan
tersebut merupakan penanda awal adanya kerusakan dalam item
pekerjaan dan kemungkinan ketidaksesuaian mutu pekerjaan
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam kontrak. Oleh karena itu,
Pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk melaksanakan pengujian
fisik untuk mengidentifikasi kesesuaian ketepatan mutu hasil
pekerjaan tersebut dengan kontrak.
79
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
80
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
81
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Contoh:
1. PPK atau KPA belum sepenuhnya melakukan proses verifikasi
hasil pelaksanaan pekerjaan, baik dalam hal pekerjaan fisik
Pekerjaan konstruksi SDA, pekerjaan jasa konsultansi
supervisi, maupun pekerjaan swakelola. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa pengendalian belum secara efektif dapat
mencegah risiko terjadinya kelebihan pembayaran sebagai
akibat ketidaksesuaian pelaksanaan pekerjaan, baik dari sisi
volume pekerjaan, spesifikasi/kualifikasi, dan metodologi;
2. PPK tidak melakukan evaluasi atas Laporan Harian, Laporan
Mingguan, dan Laporan Bulanan yang dibuat oleh Konsultan
Pengawas untuk memastikan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi SDA.
3. Seorang PPK mengendalikan 30 proyek konstruksi sekaligus, di
mana lokasi proyek tersebar dan saling berjauhan sehingga
tidak mungkin bagi PPK untuk mengontrol langsung setiap
proyek yang di bawah kewenangannya.
82
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
83
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
08 Analisis dokumen yang dapat dilakukan sebelum pelaksanaan cek fisik Contoh analisis
lapangan, antara lain: dokumen awal
84
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Contoh
09 AHSP SDA sangat tergantung dari kebutuhan mutu yang disesuaikan AHSP SDA
dengan spesifikasi teknis pekerjaan dan berbagai aspek lainnya
seperti K3 dan dampak lingkungan.
AHSP SDA diharapkan dapat menjadi acuan untuk menghitung Harga
Satuan Pekerjaan (HSP) dengan menganalisis biaya upah tenaga kerja
dan/atau tanpa harga bahan-bahan bangunan dan peralatan sebagai
koefisien kebutuhan penggunaan bahan, tenaga kerja, dan peralatan
yang digunakan untuk satu satuan volume pekerjaan. AHSP SDA telah
mengakomodasi berbagai karakteristik pekerjaan SDA yang umumnya
berhubungan dengan air (underwater dan underground), keterbatasan
aksesibilitas ke lokasi pembangunan, waktu pelaksanaan pekerjaan
terkait dengan musim ataupun kondisi air di sungai (banjir), di laut
(pasang atau surut) serta ketersediaan bahan yang kurang berkualitas
dan juga penggunaan jenis semen khusus.
Seperti halnya spesifikasi teknis, AHSP juga merupakan bagian dari
dokumen kontrak pekerjaan yang digunakan sebagai ketentuan teknis
untuk mencapai suatu produk pekerjaan mulai dari proses persiapan,
metode pelaksanaan, bahan, peralatan, pengendalian mutu, dan tata
cara pembayaran. Penerapan spesifikasi ini dilakukan selama periode
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan sebagai dasar penentuan
pembayaran.
Dengan mempertimbangkan kondisi di atas, Pemeriksa dapat
melakukan evaluasi atas AHSP minimal apabila ditemui salah satu
kondisi berikut:
a. Terdapat indikasi awal kecurangan;
b. Terjadi pengurangan terhadap kuantitas, kualitas, dan pemenuhan
spesifikasi;
c. Terjadi perubahan penggunaan material atau cara kerja yang
menyebabkan perbedaan harga yang material (misalnya terdapat
pekerjaan galian dan timbunan jalan yang kemudian tidak dibuang
ke lokasi sebagaimana diperjanjikan dalam kontrak).
85
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
86
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
kontrak. Jika volume hasil galian tidak dapat diyakini, misal karena
pengaruh kondisi cuaca, Pemeriksa tidak menjadikan hasil prosedur
analitis produktivitas alat sebagai satu-satunya dasar pengembangan
temuan pemeriksaan. Pemeriksa memperkuat prosedur analitis
tersebut dengan konfirmasi atau wawancara dengan pihak yang
relevan dan kompeten.
87
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021
18 Berikut adalah contoh prosedur pengujian fisik untuk menghitung Contoh prosedur
ketepatan volume pekerjaan timbunan: pengujian fisik
ketepatan volume
88
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
89
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
seperti akibat adanya pondasi batu kali, pile cap, saluran, urukan
pasir di bawah pondasi, pekerjaan struktur, dan lain-lain.
h. Buat BA Pemeriksaan Fisik.
19 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalan pengujian ketepatan Beberapa hal
volume pada pekerjaan konstruksi SDA, antara lain: yang diperhatikan
dalam pengujian
a. Satuan volume pekerjaan yang digunakan sesuai dengan ketentuan
ketepatan volume
dalam Peraturan Menteri PUPR No. 28/PRT/M/2016 yang tercantum
pada bagian Lampiran Bidang Sumber Daya Air atau sebagaimana
yang diatur dalam kontrak;
b. Pekerjaan SDA sangat dipengaruhi karakteristik lokasi yang akan
dibangun, misal penghitungan volume galian pada pekerjaan
konstruksi SDA di daerah rawan banjir akan cukup sulit karena
material sudah terbawa banjir;
c. Pemeriksa mendasarkan penghitungan volume dengan
membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan dengan as built
drawing dan back up data quantity;
d. Pemeriksa melakukan konfirmasi dengan supplier/pihak selain
Penyedia apabila material yang digunakan adalah material
pabrikan atau dibeli dari pihak lain atau apabila terdapat data yang
saling tidak bersesuaian/tidak ada;
e. Perhitungan volume pada pekerjaan dengan dimensi terlihat
dilakukan dengan pengukuran secara langsung, sedangkan untuk
bagian yang tidak terlihat dapat digunakan dimensi dalam gambar
atau back up data quantity;
f. Apabila berdasarkan hasil pengujian fisik Pemeriksa menemukan
kelebihan volume pekerjaan dari yang diperjanjikan dalam kontrak,
Pemeriksa mengakui volume pekerjaan sesuai dengan bill of
quantity. Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan volume, volume
yang dipakai adalah volume aktual yang terpasang;
g. Hasil perhitungan didiskusikan dan dibahas bersama, kemudian
dituangkan dalam BA Hasil Perhitungan dan disepakati serta
ditandatangani oleh semua pihak (Pemeriksa, PPK, Penyedia, dan
Konsultan).
20 Penggaris, meteran, roll meter, meteran gelinding, laser meter, dan Alat ukur
jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur dimensi panjang/ panjang/tebal
tebal.
90
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021
91
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Pengukuran pada arah memanjang bendung Pengukuran pada arah melintang bendung
Output GPR berupa grafik amplitude (kontur) dalam hubungan jarak (x)
dan kedalaman – waktu (y). Untuk membaca hasil GPR diperlukan
interpretasi dan justifikasi ahli geofisika dalam menentukan geometri
objek di bawah permukaan berdasarkan perbedaan nilai amplitude.
92
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
93
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
25 Poligon adalah segi banyak yang seringkali digunakan dalam Luas Poligon
pengukuran karena sifatnya yang fleksibel dan sederhana. Pengukuran tertutup
poligon merupakan pekerjaan menetapkan stasiun-stasiun poligon dan
membuat pengukuran yang diperlukan. Pengukuran poligon berupa
pengukuran sudut dan jarak yang keduanya harus konsisten dalam hal
ketelitiannya. Umumnya, dalam pengukuran poligon, ketelitian relatif
yang hendak dicapai tertulis dalam spesifikasi teknis pekerjaannya.
Hal yang penting diketahui dalam penggunaan poligon tertutup adalah
arah ukuran akan mempengaruhi sudut yang terbentuk. Arah ukuran
berlawanan arah jarum jam akan terbentuk sudut dalam sedangkan
arah ukuran searah jarum jam akan terbentuk sudut luar; dengan
catatan sudut yang dihitung adalah bacaan horisontal muka dikurangi
belakang.
Adapun rumus poligon tertutup adalah sebagai berikut:
94
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Dimana
𝑋𝑛 = titik ke-(n) pada koordinat X
𝑌𝑛 = titik ke-(n) pada koordinat Y
Rumus diatas dapat dijabarkan lebih lanjut pada contoh perhitungan
luas bidang poligon tertutup tak beraturan sebagai berikut.
a. Tentukan titik-titik koordinat X dan Y pada setiap sudut bidang
poligon. Contoh titik koordinat X dan Y pada sebuah bidang poligon
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Titik Koordinat Poligon Tertutup
26 Total Station merupakan Theodolite yang terintegrasi dengan EDM Total station
(Electronic Distance Machine) dan digunakan untuk membaca jarak
serta kemiringan dari alat ke titik tertentu. Total Station mempunyai
chip memori yang berperan untuk menyimpan informasi pengukuran
95
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
sudut serta jarak untuk dilakukan komputasi lebih lanjut. Total station
antara lain dimanfaatkan untuk survei pemetaan lahan dan topografi,
mengukur sudut/jarak/koordinat, serta mengumpulkan dan memroses
data.
Contoh penggunaan total station dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Penggunaan Total Station
96
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: Snellen et. al. (2011) dalam Lubis et. al. (2017)
97
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: Hogg et. al. (2010) dan Lubis et. al. (2017)
98
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
a. Keandalan
Untuk menjamin keandalan, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1) Pengujian berpedoman pada SNI 7646:2010, atau pedoman lain
yang berterima umum seperti Special Publication no. 44 yang
diterbitkan IHO beserta perubahannya (jika ada);
2) Ketelitian penentuan posisi maupun peneruman harus
memiliki tingkat kepercayaan 95%;
3) Alat telah dikalibrasi untuk memastikan akurasi keluaran;
4) Transducer harus:
- diletakkan sejauh mungkin dari sumber suara yang
dikeluarkan oleh kapal seperti mesin;
- selalu berada di dalam air (tenggelam) selama
penggunaan;
- berada cukup dalam untuk menghindari kebisingan yang
ada di permukaan; dan
- Orientasi transducer dijaga agar tetap vertikal.
5) frekuensi gelombang harus dipilih sesuai dengan rentang
kapabilitas yang tepat.
b. Error
Pemeriksa harus memerhatikan unsur error pada saat
menggunakan Echosounder sebab keluaran tidak dapat digunakan
untuk mengambil kesimpulan jika ditemukan error. Menurut IHO
(2005), terdapat tiga jenis error yaitu:
1) Blunder, yaitu error yang disebabkan oleh kegagalan mesin
seperti adanya konsleting, kerusakan pada komponen, dan
cacat pabrik. Jika kesalahan ini terjadi maka Pemeriksa
hendaknya tidak menggunakan alat yang bermasalah tersebut
atau memperbaikinya terlebih dahulu;
2) Systematic error, yaitu error yang utamanya disebabkan
offset (kesalahan tetap) atau bias dalam pendeteksiaan gerak
kapal survei, dan pemasangan posisi antara transduser dan
sudut sensor tidak sesuai. Error ini dapat dihilangkan dengan
kalibrasi.
3) Random errors, yaitu kesalahan data keluaran yang dihasilkan
oleh Echosounder yang terjadi secara acak serta bukan
disebabkan oleh adanya blunder error maupun systematic
error. Random error diidentifikasi dengan pendekatan statistik
dan dikoreksi pada saat melakukan pengujian atau olah data.
Random error dapat terjadi karena:
99
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
2) Gema Ganda
Gema yang diterima tranceiver setelah yang pertama (very
first echo) disebut gema ganda. Gema ini dapat terjadi karena
banyaknya pantulan bolak-balik antara dasar laut dan
permukaan. Jika tenaga ahli salah menginterpretasi refleksi
100
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
30 Pengujian mutu beton dapat dilakukan dengan pengujian kekuatan Uji kekuatan
tekan beton yang dilakukan di laboratorium. Uji kekuatan tekan fc’ tekan beton fc’
dapat diartikan sebagai kuat beton yang disyaratkan (Potential
concrete strength/ Ideal concrete strength).
31 Jika spesifikasi disyaratkan pada kontrak adalah mutu beton Kekuatan mutu
terpasang atau fc’ in-place strength, kekuatan mutu beton dapat terpasang
ditentukan dari pengujian terhadap sampel beton inti (core).
101
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
32 Pengujian kekuatan mutu beton terpasang dapat dilakukan dengan Metode pengujian
menggunakan dua metode, yaitu: kekuatan mutu
beton terpasang
a. Non-destructive Test
Non Destructive Test (NDT) adalah teknik analisis yang dilakukan
untuk mengevaluasi suatu material tanpa merusak fungsi dari
benda uji tersebut. Pengujian ini dilakukan untuk menjaga material
yang sedang digunakan agar masih aman untuk digunakan dan
tidak mengalami kerusakan. Dengan kata lain, NDT merupakan
pengujian kekuatan mutu beton dengan cara tanpa merusak benda
uji. Contoh NDT antara lain hammer test dan Ultrasonic Pulse
Velocity (UPV) test.
b. Destructive Test
Destructive test (DT) merupakan pengujian yang bersifat merusak
karena sampel beton diambil dengan mesin core. Dengan demikian,
sedapat mungkin jumlah sampel dibatasi agar tidak merusak
struktur.
33 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan NDT antara Hal-hal yang
lain: diperhatikan
dalam NDT
a. NDT akan lebih valid jika pengujian telah dilakukan dengan
menggunakan peralatan yang sudah dikalibrasi (ACI 301-99 pada
sec.1.6.6.1);
b. NDT tidak boleh digunakan sebagai dasar untuk menerima atau
menolak beton, tetapi dapat digunakan untuk "mengevaluasi" beton
saat kekuatan standard-cured cylinder gagal memenuhi kriteria
kekuatan yang ditentukan (ACI 301-99 pada sec.1.6.7.2);
c. Penggunaan rebound hammer (palu pantul) atau pulse-velocity
dapat ditentukan oleh Engineer untuk mengevaluasi keseragaman
beton in-place (di tempat) atau untuk memilih area yang akan di-
core. Metode ini tidak boleh digunakan untuk mengevaluasi in-
place strength (kekuatan di tempat) (ACI 301-20, sec.1.7.4.2); dan
102
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
34 Pengujian hammer test merupakan pengujian yang bertujuan untuk Hammer test
memperkirakan nilai kuat tekan beton terpasang yang didasarkan
pada kekerasan permukaan beton pada seluruh bagian komponen
struktur. Pengujian hammer test menggunakan alat palu beton
(Hammer Schmidt) tipe N/NR. Standar pengujian yang dipakai pada
hammer test adalah SNI ASTM C805: 2012 mengenai Metode Uji Angka
Pantul Beton Keras. Contoh pengujian hammer test dapat dilihat pada
Gambar 4.15.
Sumber: https://hesa.co.id/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test/
103
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
e. Elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100
mm dan menyatu dengan struktur. Benda uji yang lebih kecil harus
diletakkan pada tumpuan kaku;
f. Hindari pengujian pada daerah yang menunjukkan adanya keropos,
permukaan beralur (scaling), permukaan kasar, atau daerah
dengan porositas yang tinggi, dan beton harus bebas dari
karbonasi;
g. Pengujian tidak diizinkan apabila di bawah permukaan beton
terdapat batang tulangan dengan selimut kurang dari 20mm;
h. Kelembaban beton pada suhu 0 oC (32 F) atau kurang dapat
meningkatkan angka pantul, beton seharusnya diuji hanya sesudah
mencair atau suhu normal;
i. Pelaksanaan pengujian disesuaikan dengan metode pelaksanaan
konstruksi yang telah dilakukan, misalnya pengecoran tiang
sendiri, dan pengecoran plat bersamaan dengan balok. Jadi ketika
kita sudah melaksanakan pengujian di balok, maka plat terdekat
sudah terwakili mutunya. Namun, Pemeriksa perlu melakukan
konfirmasi kepada Penyedia untuk memastikan terkait teknis
pengecoran yang dilakukan.
j. Perhatikan arah pengambilan data (horisontal/vertikal) dan koreksi
datanya; dan
k. Hasil pembacaan yang berbeda lebih dari 6 satuan dari rata-rata 10
titik bacaan diabaikan dan tentukan nilai rata-rata dihitung dari
pembacaan data yang memenuhi syarat. Bila lebih dari 2 titik
bacaan memiliki perbedaan lebih dari 6 satuan dari nilai rata-rata,
maka seluruh rangkaian pembacaan harus dibatalkan dan tentukan
angka pantul pada 10 titik bacaan baru pada daerah pengujian.
35 Terdapat tiga poisi pengujian Hammer Test yang dapat mempengaruhi Posisi alat
nilai pengujian, yaitu: Hammer Test
104
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: https://hesa.co.id/uji-kekuatan-beton-dengan-hammer-test/
36 Nilai keluaran pengujian Hammer Test adalah nilai lenting R (rebound) Hasil pengujian
yang kemudian diintrepretasikan menjadi kuat tekan karakteristik Hammer Test
beton, dengan langkah sebagai berikut:
a. Konversikan nilai lenting R menjadi kuat tekan beton
Pembacaan hasil pengujian hammer test menggunakan tabel
Hammer Rebound yang mencakup tiga posisi pengujian A, B, dan C
yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Tabel Hammer Rebound
Sebagai contoh, jika alat pada posisi horisontal (A) dan hammer
rebound (R) menunjukkan nilai 30 maka nilai kuat tekan hasil
hammer test adalah sekitar 24 N/mm2.
105
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
b. Hitung kuat tekan rata-rata hasil pengujian dari sekian banyak titik
uji.
c. Hitung faktor koreksi alat
Faktor koreksi alat merupakan perbandingan antara uji pantul anvil
penguji ideal dan uji pantul alat yang dipakai dengan menggunakan
anvil penguji. Umumnya palu pantul idealnya menghasilkan angka
pantul 80±2 ketika diuji pada anvil. Anvil penguji merupakan
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 150 mm terbuat dari
baja dengan kekerasan permukaan tumbukan sampai dengan 66
HRC ± 2 HRC diukur dengan metode uji ASTM E18.
d. Hitung simpangan baku (standard deviation).
e. Hitung kuat tekan karakteristik beton berdasarkan hammer test.
37 Jika kuat tekan karakteristik (fc’) hammer test lebih kecil dari pada Tindak lanjut hasil
80% kuat beton spesifikasi kontrak, Pemeriksa dapat Hammer Test
mempertimbangkan untuk melakukan destructive test, yaitu
mengambil benda uji inti beton untuk dilakukan uji kuat tekan di
laboratorium.
Sumber: https://www.binanusa.co.id/wp-content/uploads/2021/02/IMG-20200805-WA0102-
1067x800.jpg
106
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
39 Cara kerja alat UPV adalah dengan memberikan getaran gelombang Prinsip Kerja UPV
longitudinal lewat tranduser elektroakustik, melalui bahan perantara
(coupling agent) yang berwujud gemuk ataupun sejenis pasta selulose,
yang dioleskan pada permukaan beton sebelum tes dimulai. Saat
gelombang merambat melalui media yang berbeda, yaitu gemuk dan
beton, pada batas gemuk dan beton akan terjadi pantulan gelombang
yang merambat dalam bentuk gelombang geser dan longitudinal.
Gelombang geser merambat tegak lurus lintasan dan gelombang
longitudinal merambat sejajar lintasan.
40 Pengujian UPV dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: (a) langsung; (b) Cara penggunaan
semi langsung; dan (c) tidak langsung. Cara penggunaan UPV dapat UPV
dilihat pada Gambar 4.18.
Gambar 4.18. Cara Penggunaan UPV
Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021
41 Hasil alat UPV ini berupa nilai estimasi homogenitas beton, sesuai Nilai estimasi
dengan Tabel 4.3. homogenitas
beton
Tabel 4.3. Nilai Estimasi Homogenitas Beton
V (km/det) Estimasi Homogenitas
< 2.13 Kurang
2.14 – 3.05 Cukup
3.06 – 3.66 Cukup Baik
3.67 – 4.57 Baik
4.58 Sangat Baik
Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021
Destructive Test
42 Destructive test (DT) dapat dilakukan dengan uji tekan beton inti hasil Uji tekan beton
core drill yang dilakukan di laboratorium. Pengujian yang dilakukan
bersifat destruktif atau merusak sehingga sedapat mungkin jumlah
sampel dibatasi. Contoh pengambilan sampel dengan core drill dapat
dilihat pada Gambar 4.19.
107
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: Bahan Diklat Teknik Pengujian Fisik Konstruksi, Badiklat PKN BPK RI, 2021
43 Standar yang dipakai pada tes ini yaitu metode pengambilan sampel Standar uji tekan
menggunakan SNI 2492: 2018 tentang Metode Pengambilan Benda Uji beton
Beton Inti di Lapangan dan metode pengujian menggunakan SNI 1974:
2011 tentang Cara Uji Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji Silinder.
Pemeriksa perlu melakukan kesepakatan dengan pihak terkait
(Penyedia, Pemilik, Pengawas) terkait metode pengambilan tersebut
dan dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan Pengujian Fisik.
44 Meskipun pengambilan dan pengujian benda uji inti beton dilakukan Hal-hal yang
oleh Tenaga Ahli/Laboratorium yang ditunjuk, Pemeriksa juga perlu perlu
memahami beberapa hal yang perlu dipertimbangkan proses diperhatikan
pengambilan benda uji inti. Berdasarkan SNI 2492: 2018, terdapat dalam
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan beton inti, pengambilan
yaitu: beton inti
108
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
j. Jika rasio L/D < dari 1,75, maka dilakukan koreksi atas hasil
pengujian kekuatan mengacu pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Faktor Koreksi jika 1 < Rasio L/D < 1,75
No Rasio (L/D) Faktor Koreksi
1 1,75 0,98
2 1,50 0,96
3 1,25 0,93
4 1,00 0,87
109
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
46 Bila rata-rata tiga beton inti lebih kecil dari 85% dari nilai fc’ yang Tindak lanjut
ditentukan dan/atau terdapat hasil beton inti yang kurang dari 75% dari mutu beton di
nilai fc’ yang ditentukan, maka Pemeriksa melakukan prosedur bawah spesifikasi
lanjutan dalam rangka untuk menilai kelaikan struktur gedung dan
bangunan tersebut. Pemeriksa dapat meminta Konsultan Perencana
untuk menghitung ulang kekuatan struktur bangunan dengan kualitas
beton di bawah spesifikasi yang disyaratkan dalam kontrak.
Berdasarkan perhitungan ulang tersebut, Pemeriksa meminta
keterangan Konsultan Perencana secara tertulis terkait struktur
bangunan tersebut apakah dapat diperbaiki, diperkuat, atau dibongkar.
110
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Sumber: http://www.pokohjayateknik.com/2020/12/segregasi-pada-beton-cor-jenis-
penyebab.html
50 Kekuatan tekan beton karakteristik (K) merupakan kekuatan tekan di Kekuatan tekan
mana dari sejumlah besar hasil pemeriksaan, kemungkinan adanya beton
kekuatan tekan yang kurang terbatas sampai 5% saja dengan satuan karakteristik (K)
kg/m2, sedangkan fc’ kemungkinan adanya kekuatan tekan yang
kurang terbatas sampai 10% (based on 10% lower tail). Oleh karena itu,
nilai fc’ ≠ K karena tingkat kepercayaannya berbeda.
111
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Untuk kekuatan tekan beton karakteristik (K) tidak diatur lagi dalam
SNI 2847: 2019, sehingga pengujian tekan beton dengan benda uji
kubus juga tidak diatur lagi dalam SNI 2847: 2019.
51 Nilai kekuatan tekan beton karakteristik (K) dapat dikonversi ke fc’ Konversi
dengan menggunakan tabel perbandingan kekuatan tekan beton pada kekuatan beton
berbagai benda uji sesuai dengan Tabel 4.6. karakteristik (K)
ke fc’
Tabel 4.6. Perbandingan Kekuatan Tekan Beton pada Berbagai Benda Uji
Benda Uji Perbandingan Kekuatan Tekan
Kubus 15x15x15 cm 1,00
Kubus 20x20x20 cm 0,95
Silinder 15x30 cm 0,83
Sumber: PBI-1971
Tabel 4.7. Eurocode 2–EN 1991-1-1 Concrete Strength Classes and Properties
Strength Classes for Concrete
fc’ silinder 12 16 20 25 30 35 40 45 50 55 60 70 80 90
(MPa)
fc’ kubus 15 20 25 30 37 45 50 55 60 67 75 85 95 105
(MPa)
52 Dalam melakukan konversi, nilai kekuatan tekan beton karakteristik Contoh konversi
(K) harus diubah dahulu dari satuan kg/m2 ke MPa, dimana: 1 kg/m2 = beton
0,1 MPa. Kemudian nilai tersebut yang dikonversikan ke fc’ dengan karakteristik (K)
menggunakan Tabel 4.6 atau Tabel 4.7. ke fc’
Contoh:
Beton dengan kekuatan tekan K250 setara dengan fc’ berapa MPa?
Beton K250 = 250 kg/cm2 = 250x0,1 Mpa = 25 Mpa; kemudian
berdasarkan Tabel 4.6: fc’ = 25x0,83 Mpa = 20,75 MPa; atau
berdasarkan Tabel 4.7: fc’ kubus 25 MPa = fc’ silinder 20 MPa.
112
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
54 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalan pengujian ketepatan mutu Beberapa hal
pada pekerjaan konstruksi SDA, antara lain: yang diperhatikan
dalam pengujian
a. Standar mutu mengacu pada spesifikasi teknis dalam kontrak. Jika
ketepatan mutu
kontrak tidak mengatur hal tersebut, Pemeriksa dapat
menggunakan kriteria lain, seperti SNI/Pedoman/Manual yang
dikomunikasikan dengan Penyedia dan Pengendali Pekerjaan;
b. Mutu pekerjaan konstruksi SDA dapat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan (misal cuaca dan kesesuaian penggunaan), sumber
daya manusia (misal tenaga kerja yang digunakan dalam
pelaksanaan konstruksi), serta teknologi (teknologi yang
diaplikasikan dalam pelaksanaan konstruksi);
c. Pemeriksa melakukan konfirmasi dengan supplier/pihak selain
Penyedia apabila material yang digunakan adalah material
pabrikan atau dibeli dari pihak lain;
d. Untuk pekerjaan bendungan, Pemeriksa meminta laporan evaluasi
pembangunan bendungan atau laporan pengawasan atau
rekomendasi atau dokumen terkait pembangunan pekerjaan
konstruksi SDA kepada KKB atau Balai Bendungan untuk
mengidentifikasi permasalahan yang mungkin terjadi selama
proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi SDA;
e. Perhitungan mutu pada pekerjaan dengan dimensi terlihat
dilakukan dengan pengukuran secara langsung, sedangkan untuk
bagian yang tidak terlihat digunakan dimensi dalam gambar atau
back up data quality;
f. Apabila berdasarkan hasil pengujian fisik Pemeriksa menemukan
kelebihan mutu pekerjaan dari yang diperjanjikan dalam kontrak,
Pemeriksa mengakui mutu pekerjaan sesuai dengan bill of quantity.
Sebaliknya, apabila terjadi kekurangan mutu, mutu yang dipakai
adalah mutu yang diperoleh dari hasil pengujian atas konstruksi
aktual yang terpasang;
g. Titik pengambilan benda uji beton inti disesuaikan dengan zona
pengujian yang dilakukan pada saat pelaksanaan konstruksi;
h. Lakukan pengujian non-destructive test, misal menggunakan
hammer test, atau pengamatan visual untuk memperoleh indikasi
penggunaan destructive test. Pada pengujian mutu beton, misalnya,
hammer test tidak dapat dijadikan acuan utama menghitung mutu
beton. Uji beton inti, melalui core drill, dapat dijadikan acuan untuk
menetapkan mutu beton. Pemeriksa membandingkan hasil
pengujian mutu dengan spesifikasi mutu yang diminta. Misal mutu
beton diminta adalah fc’ = 25 MPa. Jika secara umum hasilnya fc’ >
25 MPa, pekerjaan diterima. Namun jika di beberapa tempat
ditemukan ada fc” = 21 – 24,6 MPa, pekerjaan tidak dapat diterima.
113
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
55 Hasil pengujian fisik hanya terbatas mewakili item pekerjaan yang Kesimpulan
diuji, bukan semua pekerjaan pada kontrak atau pada keseluruhan
pekerjaan fisik pada periode yang diuji. Walaupun hasil pengujian fisik
hanya mewakili item pekerjaan yang diuji, namun sesuai SPKN,
kesimpulan diberikan secara populasi atas kepatuhan entitas dalam
melaksanakan tata kelola pelaksanaan kontrak konstruksi yang dapat
diperoleh dengan menguji SPI entitas dalam melaksanakan kontrak
konstruksi. Untuk itu, salah satunya, Pemeriksa dapat membuat
lingkup pemeriksaan yang lebih manageable agar mampu meyakini
kesimpulan atas keseluruhan populasi yang diuji.
114
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
115
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BAB V
CONTOH KASUS TEMUAN PEMERIKSAAN PEKERJAAN
KONTRUKSI SUMBER DAYA AIR
A. Pengantar
Rekanan : PT MK
117
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
118
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
119
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Tabel 5.1. Hasil Analisis Dokumen Berupa Indikasi Kelebihan Pembayaran Kontrak
120
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Tabel 5.2. Rekapitulasi Nilai Kelebihan Pembayaran Akibat Adanya Item-Item Pekerjaan yang Tidak
Dapat Dibayarkan
Volume Harga Satuan Nilai Kelebihan
No Item Pekerjaan
(Rp) Pembayaran (Rp)
A. Pekerjaan Persiapan
1 Pembuatan, pemasangan, pengoperasian, 1 132.810.000,00 132.810.000,00
pemeliharaan fasilitas keamanan dan fasilitas
pemadam kebakaran termasuk fasilitas kesehatan
lingkungan
2 Pembuatan laporan mingguan, laporan bulanan dan 1 52.040.000,00 52.040.000,00
laporan kegiatan konstruksi
B. Relokasi dan Rehabilitasi Jalan Masuk
1 Pipa PVC weep hole diameter 50mm, L= 25cm,termasuk 265 m 100.928,00 26.745.920,00
pemboran ke dalam batuan diameter lubang 65 mm
251,85 m 85.469,00 21.525.367,65
setiap 2 x 2 m2
C. Terowongan Pengelak
1 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, Untuk drainase, 402,6 m 100.928,00 40.633.612,80
termasuk pemboran lubang dia 65 mm.
2 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, Untuk drainase, 2.149,96 m 100.928,00 216.991.162,88
termasuk pemboran lubang dia 65 mm.
3 Bekisting tipe F4 untuk lining terowongan 4.587,00 m2 245.320,00 1.125.282.840,00
D. Jalan Pelayanan ke Inlet dan Outlet
1 Pipa perporasi PVC dia 50 mm, untuk drainase, 265 m 100.928,00 26.745.920,00
termasuk pemboran lubang dia 65 mm.
Jumlah 1.642.774.823,33
121
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
122
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Plasteran
Galian
123
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Tabel 5.4. Hasil Pengujian Fisik Pekerjaan yang Dituangkan dalam BA Pengujian Fisik
124
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Volume Penampang
Volume PL = ((lebardalam dihitung
atas PL+lebar dengan
bawah persamaan:
PL))/2 x Tinggi PL x PS
Keterangan
PD : Penampang Dalam
PL : Penampang Luar
PS : Panjang Saluran (lebar dan tinggi pondasi sesuai as built drawing)
125
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
126
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
127
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
Hasil
Uraian Kuantitas Selisih Harga Kekurangan
No Satuan Pemeriksaa
Pekerjaan PHO Volume Satuan (Rp) Volume (Rp)
n
1 2 3 4 5 6=4-5 7 8=6x7
Pembuangan Lumpur di Bangunan dan Saluran
1 Galian
m3 15.330,00 2.242,91 13.087,09 5.775.000,00 75.577.944,75
Lumpur
JUMLAH 75.577.944,75
128
SUPLEMEN PENGUJIAN FISIK PEKERJAAN KONSTRUKSI SUMBER DAYA AIR
BAB VI
PENUTUP
A. Pemberlakuan Suplemen
B. Pemutakhiran Suplemen
02 Agar Suplemen Pengujian Fisik Pekerjaan Konstruksi SDA ini dapat Pemutakhiran
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan dan fungsinya, suplemen ini perlu suplemen
dievaluasi, disempurnakan, atau dimutakhirkan sesuai dengan
kebutuhan dan/atau untuk merespon perubahan kebijakan yang
berlaku.
C. Pemantauan Suplemen
03 Suplemen ini merupakan dokumen yang dapat berubah sesuai dengan Pemantauan
perubahan peraturan perundang-undangan, standar pemeriksaan, dan suplemen
kondisi lain. Pemantauan suplemen akan dilakukan oleh Direktorat
Litbang.
129
DAFTAR PUSTAKA
Publikasian
Adang S. Soewaeli., dan Nurlia, Sadikin. (2014). Pemetaan Kondisi Bawah
Permukaan Dengan Metode Geofisika (Studi Kasus: Bendung Pasarbaru,
Tangerang). Jurnalth.pusair-pu.go.id
Badan Pemeriksa Keuangan. 2020. Rencana Strategis 2020-2024.
Balai Bendungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2010. Pengaturan dan
Konsepsi Keamanan Bendungan.
BPSDM Kementerian PUPR. 2017. Modul Desain Peralatan Hidromekanik Pelatihan
Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar.
Brammadi, Sendy. et. al. (2017). Analisis Pengolahan Data Multibeam Echosounder
Menggunakan Perangkat Lunak MB-System Dan CARIS HIPS Dan SIPS
Berdasarkan Standard S-33 IHO 2008. Jurnal Geodesi Undip Volume 6, Nomor
4, Tahun 2017 Hal. 351-360 (ISSN: 2337-845X).
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2003. Pedoman Kriteria Umum Desain
Bendungan.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2016. Diklat Teknis Perencanaan Irigasi
Tingkat Dasar. Perencanaan Bangunan Irigasi (Modul 09)
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. 2016. Diklat Teknis Perencanaan Irigasi
Tingkat Dasar. Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) (Modul 08).
Hidayat, Ahmad. et. al. (2014). Survei Bathimetri Untuk Pengecekan Kedalaman
Perairan Wilayah Pelabuhan Kendal. Jurnal Geodesi Undip. Volume 3, No. 1
Januari 2014. Hal.198-210 (ISSN: 2337-845X).
Hogg, Mariana M. et. al. 2010. Deep-sea Sponge Grounds: Reservoirs of Biodiversity.
UNEP-WCMC Biodiversity Series No. 32. Cambridge: UNEP-WCMC.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-04: Manajemen Mutu. Modul Pelatihan Ahli Mutu
Pekerjaan Konstruksi.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-06: Standar Mutu Pekerjaan Konstruksi SDA. Modul
Pelatihan Ahli Mutu Pekerjaan Konstruksi.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-08: Pengendalian Mutu Pekerjaan Konstruksi SDA.
Modul Pelatihan Ahli Mutu Pekerjaan Konstruksi.
Kementerian PUPR. 2005. QEN-09: Sistem Pelaporan. Modul Pelatihan Ahli Mutu
Pekerjaan Konstruksi.
LaRocque, Paul E. dan West, Geraint (1999). Airborne Laser Hydrography: an
Introduction. Link:
https://www.researchgate.net/publication/228867617_Airborne_laser_hydrog
raphy_an_introduction. Diakses tanggal 27 Juli 2021)
Lubis, Zainuddin. et. al. 2017. Pengantar Survei Hidrografi. Bogor: IPB Press.
Sizgoric S., Banic J., dan LaRocque P. (1995). The History of Laser Bathymetry.
Applications of Photonic Technology Hal. 207-217. https://doi.org/10.1007/978-
1-4757-9247-8_40.
Susanto, Hendra dan Hediana Makmur, 2013, Auditing Proyek-Proyek Konstruksi,
ANDI Yogyakarta
Catatan: Selanjutnya untuk butir 2 s.d. 7 adalah sama dengan Tabel Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Tetap.
Catatan: Selanjutnya untuk butir 2 s.d. 7 adalah sama dengan Tabel Jenis Pekerjaan pada Komponen Infrastruktur Bendung Tetap.
Matriks Hubungan Sifat Bahan, Standar Pengujian, Standar Mutu, Cara Pengendalian, san Pengambilan Tindak
Lanjut pada Pekerjaan Timbunan Tanah dan Beton
Lebar Tinggi Luas Luas Rerata Panjang Volume Jumlah Volume Total
No. Station
(m) (m) (m2) (m2) (m) (m) Pondasi (m3)
(1) (2) (3) (4) (5)=(3)x(4) (6) (7) (8)=(6)x(7) (9) (10)=(8)x(9)
1 Sta 0+00 0,2 0,2 0,04 0,04 50 2 2 4
2 Sta 0 + 50 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
3 Sta 0 + 100 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
4 Sta 0 + 150 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
5 Sta 0 + 200 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
6 Sta 0 + 250 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
7 Sta 0 + 300 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
8 Sta 0 + 350 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
9 Sta 0 + 400 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
10 Sta 0 + 450 0,2 0,2 0,04
0,04 50 2 2 4
11 Sta 0 + 500 0,2 0,2 0,04
0,04 43 1,72 2 3,44
12 Sta 0 + 550 0,2 0,2 0,04
Total 543 43,44
Perhitungan: