Anda di halaman 1dari 21

TANGGUNG JAWAB PERAWAT YANG MELAKUKAN TINDAK MEDIK

DALAM RANGKA MELAKSANAKAN TUGAS DOKTER


DI RUAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA

Oleh
Herniati
E-mail : herniati.cenne@gmail.com
MH Ingratubun
E-mail :
Kusnanto

Abstrak
Penelitian ini dengan judul Tanggung Jawab Perawat yang Melakukan Tindak Medik
Dalam Rangka Melaksanakan Tugas Dokter di RSU Daerah Jayapura, dengan menggunakan metode
penelitian penelitian hukum normatif-empiris (applied law research) adalah penelitian yang
menggunakan studi kasus hukum normatif-empiris dengan mengkaji berupa produk hukum yakni
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 38 Tahun
2014 tentang Keperawatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Permenkes Nomor.HK.02.02/
MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penelenggaraan Praktik Perawat kemudian dikaitkan dengan
data empirik, adapun hasil penelitian ini adalah Perawat dapat bertanggung jawab atas kesalahan
tindakan medis yang ia lakukan baik pertanggungjawaban hukum administrasi, hukum perdata
maupun pidana. Pertanggungjawaban hukum administrasi lahir karena adanya pelanggaran
terhadap ketentuan hukum administrasi, Perawat dapat bertanggung jawab secara hukum perdata
apabila tindakan perawat termasuk perbuatan melawan hukum sesuai dengan yang disebutkan dalam
1365 KUHPerdata. Namun, Pasal 1367 KUHPerdata, bahwasanya dokter sebagai atasan yang
memberi instruksi kepada perawat yang mana sebagai bawahannya bertanggung jawab terhadap
tindakan medik yang dilakukan oleh perawatnya, Pertanggungjawaban pidana terjadi karena
kesalahan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanan kesehatan dapat terjadi karena
tenaga kesehatan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakuan.
Peningkatan mutu dan kualitas kemampuan serta keterampilan ini digunakan untuk
meningkatkan pelayanan, peran dan fungsi petugas Kesehatan, Berbagai faktor seperti terbatasnya
jumlah dokter UGD serta keterlambatan hadir dalam bekerja yang menjadi peluang bagi perawat
melakukan tindakan medis di RSU Daerah Jayapura. Belum tersedianya petunjuk atau peraturan
mengenai jenis-jenis tindakan medis yang dapat dilakukan oleh perawat menjadi salah satu penyebab
tumpang tindih antara tugas asuhan keperawatan dan tugas yang merupakan pelimpahan wewenang
oleh dokter. Namun, dalam melakukan prakteknya, perawat harus sesuai dengan standar etik dan
standar profesi yang berlaku demi terhindar dari resiko hukum.

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perawat, Tindakan Medis, RSUD Jayapura

28
PENDAHULUAN Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 36
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Tahun 2009 tentang Kesehatan
1992 tentang Kesehatan.
menyebutkan bahwa untuk
Pelayanan kesehatan bagi
mewujudkan derajat kesehatan yang
masyarakat dilakukan oleh tenaga
setinggi-tingginya, diselenggarakan
kesehatan yang diatur dalam Peraturan
upaya kesehatan yang terpadu dan
Pemerintah (PP) Nomor 32 Tahun
menyeluruh dalam bentuk upaya
1996 tentang Tenaga Kesehatan,
kesehatan perseorangan dan upaya
sudah semestinya yang menjadi
kesehatan masyarakat. Upaya tersebut
perhatian utama di dalam menjalankan
diselenggarakan dalam bentuk kegiatan
tugasnya tidak jarang tenaga
melalui pendekatan promotif,
kesehatan bersinggungan dengan
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
masalah hukum. Bahkan profesi
dilaksanakan secara terpadu,
tenaga kesehatan seperti dokter,
menyeluruh, dan berkesinambungan.
perawat dan sebagainya sangat rentan
Pasal 28 huruf H ayat (1)
dengan kasus hukum terkait gugatan
Undang-Undang Dasar 1945
malpraktek sebagai akibat dari
amandemen ke IV yang menyatakan
kesalahan dan kelalain yang
bahwa setiap orang berhak hidup
dilakukannya, ataupun tidak jarang
sejahtera lahir dan batin, bertempat
harapan pasien terhadap tenaga
tinggal, dan mendapatkan lingkungan
kesehatan tidak sesuai dengan
hidup yang baik dan sehat serta berhak
kenyataan. Sejak diberlakukannya
memperoleh pelayanan kesehatan.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Pasal 27 Undang-Undang
tentang Perlindungan Konsumen,
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
memberikan peluang bagi pengguna
Kesehatan menjelaskan bahwa Tenaga
jasa atau barang untuk mengajukan
kesehatan berhak mendapatkan
gugutan/ tuntutan hukum terhadap
imbalan dan perlindungan hukum
pelaku usaha jika terjadi konflik
dalam melaksanakan tugas sesuai
antara pelanggan dengan pelaku usaha
dengan profesinya. Tenaga kesehatan
yang dianggap telah melanggar hak-
dalam melaksanakan tugasnya
haknya (Titik Triwulan Tutik (2010 :
berkewajiban mengembangkan dan
7).
meningkatkan pengetahuan serta
Hal ini memberikan arti bahwa
keterampilan yang dimiliki, ketentuan
pasien selaku konsumen jasa
tersebut terkait hak dan kewajiban
pelayanan kesehatan dapat
tenaga kesehatan yang diatur dalam
menuntut/menggugat pihak rumah
Peraturan Pemerintah, namun hingga
sakit, dokter, atau tenaga kesehatan
saat ini Peraturan Pemerintah tersebut
lainnya jika terjadi konflik misalnya
belum dibentuk secara optimal
dalam perkara terlambat melakukan
sebagaimana diamanatkan dalam
tindakan atau tidak melakukan atau
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 36
terlambat melakukan sesuatu yang
Tahun 2009, sehingga masih
menimbulkan kerugian bagi pengguna
diberlakukannya Peraturan Pemerintah

28
jasa/barang, baik kerugian harta benda Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
atau cedera atau bisa juga kematian. Sakit menyebutkan bahwa setiap
Hukum kesehatan adalah tenaga kesehatan yang bekerja di
kaidah atau peraturan hukum yang rumah sakit harus bekerja sesuai
mengatur hak dan kewajiban tenaga dengan standar profesi, standar
kesehatan, individu dan masyarakat pelayanan rumah sakit, standar
dalam pelaksanaan upaya kesehatan, prosedur operasional yang berlaku,
aspek organisasi kesehatan dan aspek etika profesi, menghormati hak pasien
sarana kesehatan. Selain itu, hukum dan mengutamakan keselamatan
kesehatan dapat juga dapat pasien.
didefinisikan sebagai segala ketentuan Berkaitan dengan kewenangan
atau peraturan hukum yang perawat sebagai tenaga kesehatan
berhubungan langsung dengan secara teknis operasional telah diatur
pemeliharaan dan pelayanan kesehatan. dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Dalam Pasal 203 Undang- Nomor HK.02/MENKES/148/I/2010
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Izin dan Penyelanggara
menyatakan bahwa pada saat undang- Praktek Perawat, khusus pada Pasal 8
undang ini berlaku, semua pelaksanaan menjelaskan bahwa wewenang perawat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun sebagai tenaga kesehatan yakni
1992 tentang Kesehatan dinyatakan melakukan asuhan keperawatan, upaya
masih tetap berlaku sepanjang tidak promotif (peningkatan kesehatan),
bertentangan dengan ketentuan preventif (pencegahan penyakit),
Undang-Undang Nomor 36 Tahun rehabilitatif (pemulihan), dan
2009. Perlindungan hukum merupakan pemberdayaan masyarakat serta
gambaran dari bekerjanya fungsi melaksanakan tindakan keperawatan,
hukum untuk mewujudkan tujuan- namun dalam Pasal 10 menyebutkan
tujuan hukum, yakni keadilan, bahwa dalam keadaan darurat untuk
kemanfaatan dan kepastian hukum penyelamatan nyawa pasien dan tidak
yang diberikan kepada subjek hukum ada dokter di tempat kejadian, maka
sesuai dengan aturan hukum, baik itu perawa dapat melakukan pelayanan
yang bersifat preventif (pencegahan) kesehatan diluar kewenangan
maupun dalam bentuk yang bersifat sebagaimana diatur dalam Pasal 8.
represif (pemaksaan), baik yang secara Perawat sebagai tenaga
tertulis maupun tidak tertulis dalam kesehatan yang dalam tugasnya sehari-
rangka menegakkan hukum (Philipus hari berhadapan langsung dengan
M. Hadjon :1987 : 19) pasien selama 24 jam, sering
Secara konstitusional dalam menghadapi situasi darurat pasien,
Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang dalam posisi ini jika tidak ada tenaga
Dasar 1945 menyebutkan bahwa dokter maka perawat terpaksa dituntut
negara bertanggung jawab atas untuk melakukan tindakan medik yang
penyediaan fasilitas pelayanan merupakan wewenangnya demi
kesehatan dan fasilitas pelayanan menyelamatkan pasien, dan tidak
umum yang layak. Kemudian dalam jarang tindakan yang dilakukan oleh
Pasal 13 angka 3 Undang-Undang perawat berujung pada kasus

29
malpraktik (Muhammad Sadi, 2015 : penangganan medik yang benar (Elfira,
10). 2018 : 1).
Persatuan Perawat Nasional Menjalani profesi sebagai
Indonesia (PPNI) telah merilis laporan dokter, perawat atau tenaga kesehatan
mengenai malpraktik keperawatan di lainnya memiliki tanggung jawab yang
Indonesia pada tahun 2010-2015 ada begitu besar dalam melaksanakan
sekitar 485 kasus. Dari kasus 485 tugasnya yang penuh dengan risiko
kasus malpraktik tersebut, sebanyak karena tidak dapat menghidari diri dari
357 kasus malpraktik administratif, 82 kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa,
kasus perawat yang tidak memberikan ada kemungkinan pasien yang
prestasinya sebagaimana medik yang ditanggani bisa cacat bahkan
disepakati dan termasuk dalam meninggal dunia, walaupun dokter dan
malpraktik sipil, dan 46 kasus terjadi tenaga kesehatan lainnya telah
akibat tindakan medik tanpa melakukan tugasnya sesuai standar
persetujuan dari dokter yang dilakukan profesi (Cecep Tribowo, 2010 : 7).
dengan tidak hati-hati dan Dari berbagai kasus yang ada,
menyebabkan luka serta kecacatan tidak sedikit perawat yang akhirnya
kepada pasien tergolong dalam harus berurusan dengan hukum akibat
malpraktik kriminal dengan unsur ketidaktahuan mereka soal batas-batas
kelalaian (Mike Asmaria, 2016 : 6). mana perawat harus boleh memberikan
Berdasarkan beberapa pelayanan medik kepada pasien
ketentuan peraturan hukum tentang (Tabura )
tanggung jawab bagi tenaga kesehatan Posisi perawat di suatu rumah
dan kasus malpraktik di atas, penulis sakit masih dianggap sebagai asisten
melakukan pengamatan awal di atau pembantu dokter, dampaknya
lapangan, faktanya masih ada perawat tidak sedikit pekerjaan yang harusnya
dalam melakukan praktek keperawatan dilakukan oleh dokter justru diserahkan
sering melakukan tindakan di luar kepada perawat, misalnya menentukan
kewenangan, situasi dan kondisi ini jenis infus dan memasang infus,
disebabkan keterbatasan tenaga dokter memasang catether, menjahit atau
yang ada di RSUD Jayapura sehingga merawat luka, bahkan mencabut selang
perawat sering melaksanakan tugas infus hingga menyuntik pasien setelah
pelayanan kesehatan yang merupakan tindakan operasi selesai (Crisdiono M,
tugas dokter dengan alasan Achadiat (2006 : 33).
melaksanakan tugas pelayanan Penelitian ini terkait masalah
kesehatan. Pada bulan November tahun dugaan kelalaian dalam proses
2018 telah terjadi dugaan kelalaian pemberian pelayanan kesehatan yang
tindakan medis yang dilakukan oleh dilakukan oleh tenaga kesehatan,
oknum dokter dan oknum perawat khususnya tenaga perawat dan sejauh
yang bertugas di RSUD Jayapura mana pelaksanaan kebijakan
hingga menyebabkan pasien yang perlindungan hukum serta tanggung
ditangani meninggal dunia karena jawab bagi perawat dalam melakukan
pelayanan medis yang diberikan pelayanan kesehatan agar perawat bisa
dianggap tidak sesuai dengan prosedur bekerja lebih optimal dalam

30
memberikan pelayanan kesehatan mendapatkan data dilapangan agar
kepada pasien.” dan faktor apajasakah mampu mengkaji lebih mendalam
yang yang Mempengaruhi Pelaksanaan rumusan masalah penelitian terkait
Perlindungan Hukum Bagi Perawat perlindungan hukum bagi tenaga
yang Melakukan Tindakan Medis perawat yang melakukan tindakan
METODE medik di RSUD Jayapura.
Penelitian ini akan dilaksanakan
di Rumah Sakit Umum Daerah HASIL DAN PEMBAHASAN
(RSUD) Jayapura, yang beralamat di
A. Tanggung Jawab Perawat yang
Jalan Kesehatan I DOK II Atas
Melakukan Tindak Medik Dalam
Jayapura. Jenis penelitian ini adalah
Rangka Melaksanakan Tugas
penelitian hukum normatif-empiris.
Dokter di RSUDaerah Jayapura
Yang dimaksud dengan penelitian
hukum normatif-empiris (applied law
1. Tanggung Jawab Hukum
research) adalah penelitian yang
Perdata
menggunakan studi kasus hukum
Dalam dunia kedokteran
normatif-empiris berupa produk
terdapat dua pihak yang bisa
hukum yakni Undang-Undang Dasar
menjadi penanggung jawab,
Negara Republik Indonesia Tahun
institusi penyelenggara pelayanan
1945. Undang-Undang Nomor 38
kedokteran (rumah sakit ataupun
Tahun 2014 tentang Keperawatan,
penyedia jasa kesehatan) dan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun
profesional pelaksana pelayanan
2009 tentang Kesehatan, Undang-
kedokteran (dokter, dokter gigi,
Undang Nomor 44 Tahun 2009
perawat, dokter muda dan lainnya).
tentang Rumah Sakit, Undang-Undang
Institusi berkewajiban
Nomor 29 Tahun 2004 tentang
menyediakan sumber daya
Praktek Kedokteran, Undang-Undang
pelayanan medis, dan standar
Nomor 23 Tahun 1992 tentang
prosedur yang harus diikuti oleh
Kesehatan, Peraturan Pemerintah
seluruh profesional.
Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kelalaian perawat yang
Kesehatan, Permenkes
melakukan tindakan medik dalam
Nomor.HK.02.02/
melaksanakan tugas dokter tidak
MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan
dapat dipertanggung jawabkan
Penelenggaraan Praktik Perawat
sepenuhnya kepada perawat
Penulis akan mengkaji rumusan
sendiri. Disini dokter dalam
masalah dengan norma serta kaidah
memberikan tugas dan
peraturan perundang-undangan yang
menginstruksikan kepada perawat
berlaku, memaparkan secara detail
merupakan perlimpahan
kemudian memberikan gambaran
wewenang. Pasal 32 ayat (3)
sebagai solusi terhadap penelitian
Undang-Undang Nomor 38 Tahun
yang dilakukan. Guna menunjang
2014 tentang Keperawatan
penelitian normatif-empiris, maka
dijelaskan bahwa perlimpahan
tidak menutup kemungkinan untuk
wewenang secara delegatif hanya

31
dapat diberikan kepada perawat Pelimpahan kewenangan
profesi atau perawat vokasi terlatih dokter kepada perawat sesuai
yang memiliki kompetensi yang dengan mekanisme adalah salah
diperlukan. Dengan demikian jika satu upaya perlindungan hukum
perawat lalai dalam melaksanakan bagi pasien dan tenaga kesehatan.
tugas dari dokter dan melakukan Dalam beberapa situasi perawat
tindakan medik yang menimbulkan percaya bahwa instruksi dokter
kerugian bagi pasien di Rumah tanpa aturan yang jelas dapat
Sakit Umum Daerah Jayapura, mengakibatkan proses keperawatan
maka pasien tidak dapat yang tidak aman. Pada prakteknya,
bertanggung jawab sendiri perawat banyak menjalankan
melainkan dokter juga ikut perintah dokter berupa tindakan
bertanggung jawab atas tindakan medis. Tugas dokter tanpa adanya
medik yang dilakukan oleh pasien. batasan yang jelas dengan tugas
(wawancara dengan Dokter Asril perawat sebagai pemberi asuhan
Samulung dokter pada RSUD keperawatan, pada akhirnya akan
Jayapura, tanggal 27 April 2020) berdampak kepada kepuasan pasien
Tanggung jawab pada pelayanan tenaga kesehatan di
(Responsibility) merupakan rumah sakit. Dengan kondisi ini
penerapan ketentuan hukum perawat dan dokter akan sangat
(eksekusi) terhadap tugas-tugas berisiko untuk mendapat masalah
yang berhubungan dengan peran hukum.
tertentu dari perawat, agar tetap Berdasarkan Yosep,
kompeten dalam pengetahuan, tanggung jawab perawat
sikap dan bekerja sesuai kode etik. diidentifikasi menjadi 3 yaitu:
Tanggungjawab perawat berarti 1. Responsibility to God (tanggung
keadaan yang dapat dipercaya jawab utama terhadap
danterpercaya. Dalam melakukan Tuhannya).
pelayanan terhadap pasien, maka 2. Responsibility to Client and
perawat harus sesuai dengan peran Society (tanggung jawab
dan kompetensinya. Tanggung terhadap pasien dan
jawab perawat ditunjukkan dengan masyarakat).
cara siap menerima hukuman 3. Responsibility to Colleague and
(punishment) secara hukum kalau Supervisor (tanggung jawab
perawat terbukti bersalah atau terhadap rekan sejawat dan
melanggar hukum. Tanggung atasan).
jawab perawat berarti keadaan Melaksanakan tanggung
yang dapat dipercaya dan jawab dan tanggung gugat, sesuai
terpercaya. Sebutan ini dengan kode etik serta berdasarkan
menunjukkan bahwa perawat berdasarkan standar praktik
profesional menampilk keperawatan yang telah disepakati
menampilkan kinerja secara hati- adalah salah satu ciri perawat
hati, teliti dan kegiatan perawat profesional. Penjabaran dari
dilaporkan secara jujur. tanggung jawab tersebut adalah:

32
a. Tanggung jawab terhadap Mengenai tanggung jawab
pasien/klien. perawat dalam hal melaksanakan
b. Tanggung jawab terhadap tindakan medik menurut Sri
dirinya sendiri. Mularsih yang bekerja di RSU
c. Tanggung jawab terhadap Daerah Jayapura bahwa perawat
profesi. bertanggung jawab terhadap
d. Tanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan sedangkan
masyarakat. dokter yang memberikan perintah
e. Tanggung jawab terhadap adalah penanggung jawab utama.
bangsa dan tanah air. Selain itu pihak Rumah Sakit juga
Setiap perawat pasti bertanggung jawab apabila perawat
memiliki tanggung jawab dalam dalam memberikan pelayanan
melaksanakan kewajiban pada kesehatan sesuai SOP yang telah
praktik keperawatan terhadap diteapkan oleh pihak Rumah sakit.
pelaksanaan pelayanan kesehatan. (wawancara dengan Perawat Sri
Contoh bentuk tanggungjawab Mularsih Perawat di RSU Daerah
perawat yakni seperti mengenal Jayapura, tanggal 26 April 2020)
kondisi pasiennya, memberikan Sedangkan menurut Erlin
perawatan, tanggung jawab dalam Ristina, bahwa perawat dalam
mendokumentasikan, bertanggung memberikan pelayanan kesehatan
jawab dalam menjaga keselamatan kepada pasien atas instruksi
pasien, jumlah pasien yang sesuai doktdan sesuai dengan SOP
dengan catatan dan pengawasannya dirumah sakit. Semua tindakan
karena terkadang ada pasien pulang medis sesuai dengan advis dokter
paksa atau pulang tanpa sehingga pertanggungjawaban
pemberitahuan, disini perawat bukan hanya pada perawat akan
bertanggung jawab bila ada pasien tetapi dokter juga ikut bertanggung
tiba-tiba tensinya drop tanpa jawab. (wawancara dengan perawat
sepengetahuan perawat. ErinRistina perawat di RSU
Disamping itu, perawat Daerah Jayapura tanggal 26 April
berkewajiban melaksanakan 2020).
pelayanan perawatan sesuai dengan Dapat disimpulkan bahwa
standar pelayanan keperawatan, dalam hal kesalahan perawat dalam
standar profesi, standar prosedur melaksanakan tindakan medis,
operasional dan ketentuan perawat-perawat di rumah sakit
peraturan perundang-undangan. tersebut menangguhkan tanggung
Jika perawat lalai ataupun salah jawabnya kepada perawat itu
dalam melaksanakan tugasnya, sendiri maupun pihak rumah sakit.
maka perawat haruslah Dalam hal pihak rumah sakit yang
bertanggung jawab untuk bertanggung jawab atas kesalahan
memberikan ganti rugi. Sehingga ataupun kelalaian perawat dalam
perawat berhak mendapatkan melaksanakan tindakan medis
haknya setelah melaksanakan tersebut dapat dilihat dalam Pasal
kewajibannya.

33
46 Undang-Undang Nomor 49 berada bisa pada Ketua Tim
Tentang Rumah Sakit yang mana Kesehatan maupun bisa berada
dijelaskan bahwa “Rumah Sakit pada dokter yang berwenang
bertanggung jawab secara hukum melakukan tindakan medis tertentu
terhadap semua kerugian yang pada pasien. Berdasarkan Pasal 32
ditimbulkan atas kelalaian yang Undang-Undang Nomor 38 Tahun
dilakukan oleh tenaga kesehatan di 2014 tentang Keperawatan,
Rumah Sakit.” dijelaskan bahwa pelaksanaan
Namun tidaklah dapat tugas oleh perawat yang
sepenuhnya kelalaian setiap tenaga berdasarkan pelimpahan wewenang
kesehatan menjadi tanggung jawab dapat di lakukan secara delegatif
pihak rumah sakit. Sebaiknya dapat dan mandat. Pelimpahan
diteliti terlebih dahulu mengenai wewenang secara mandat
bagaimana terjadinya kelalaian pertanggung jawaban sepenuhnya
tersebut. Jika memang perawat berada pada pemberi pelimpahan
memulai pelaksanaan tindakan wewenang atau yang dalam hal ini
medis dalam hal melaksanakan disebut dokter itu sendiri. Namun
tugas dokter tersebut sudah sesuai apabila pelimpahan wewenang
dengan prosedur yang sebagaimana tersebut diberikan secara delegatif,
diatur dalam Undang-Undang, perawat juga diikutsertakan dengan
maka pertanggung jawaban tidak pelimpahan tanggung jawab.
dapat ditangguhkan keseluruhan Menurut hukum perdata,
kepada pihak rumah sakit, namun pemberi kuasa tetap bertanggung
dapat ditangguhkan kepada jawab, sedangkan penerima kuasa
perawat itu sendiri.Perawat dituntut mempunyai tanggung jawab
untuk bertanggung jawab dalam terhadap pemberi kuasa. Jadi
setiap tindakannya khususnya pertanggung jawaban menurut
selama melaksanakan tugas di hukum perdata itu, karena adanya
rumah sakit, puskesmas, panti, suatu pendelegasian, tidak beralih
klinik atau masyarakat. Meskipun dari dari pemberi delegasi kepada
tidak dalam rangka tugas atau tidak penerima delegasi, dokter tersebut
sedang melaksanakan dinas, tetap harus bertanggung jawab. Ia
perawat dituntut untuk bertanggung dapat setiap kali meminta
jawab dalam tugas-tugas yang pertanggung jawaban dari
melekat dalam diri perawat. penerima delegasi. Apakah ada
Dalam hal perawat kemungkinan bahwa penerima
bertanggung jawab menyeluruh delegasi bertanggung jawab
mengenai kelalaian atau sendiri? Ia dapat menerima
kesalahannya yang melaksanakan tanggung jawab seperti itu, yakni
tindakan medisdalam rangka jika tanggung jawab tersebut harus
melaksanakan tugas dokter dibebankan kepada penerima
tersebut, tidak dapat dibenarkan delegasi, misalnya karena ia telah
seutuhnya. Dalam fungsi dengan sangat ceroboh
kolaborasi tersebut tanggung jawab melaksanakan apa yang

34
diperintahkan kepadanya. perbuatan melanggar hukum
Selanjutnya ia juga memiliki (onrechmatigedaad) sesuai dengan
tanggung jawab untuk melaporkan ketentuan Pasal 1365 KUH
kepada dokter penanggung jawab, Perdata. Wanprestasi
bila ia mengetahui atau menduga dalampelayanan kesehatan baru
bahwa telah ada petunjuk terjadi bila terjadi bila terpenuhinya
timbulnya gejala-gejala yang tidak unsur-unsur berikut ini:
semestinya seperti yang 1. Hubungan antara tenaga
diharapkan. Ia juga wajib kesehatan dengan pasien terjadi
melaporkan keadaan pasien. Sikap berdasar kontrak terapeutik.
mengabaikan kewajiban-kewajiban 2. Tenaga kesehatan telah
sendiri berkaitan dengan memberikan pelayanan
pendelegasian itu dapat membuat kesehatan yang tidak patut dan
pertanggung jawaban bagi kerugian menyalahi tujuan kontrak
yang timbul, beralih dari dokter terapeutik.
penanggung jawab ke penerima 3. Pasien menderita kerugian akibat
delegasi, jika benar bahwa dokter tindakan tenaga kesehatan yang
tersebut telah bertindak tepat. bersangkutan.
Disamping itu penerima delegasi Dasar hukum yang kedua
harus bertanggung jawab sendiri untuk melakukan gugatan adalah
bagi tindakan-tindakan medis yang perbuatan melawan hukum
telah ia lakukan, jika tindakan- Gugatan dapat diajukan jika
tindakan tersebut ternyata telah ia terdapat fakta - fakta yang
lakukan tanpa adanya instruksi, berwujud suatu perbuatan yang
atau menyimpang dari instruksi melanggar hukum walaupun
yang diterimanya. Masalah diantara para pihak tidak terdapat
tanggung jawab perdata ini suatu perjanjian. Adapun yang
mungkin mengakibatkan, bahwa disebutkan dalam Pasal 1365 KUH
yang bersalah harus membayar Perdata yakni: Pasal 1365 KUH
ganti rugi (schadevergoeding). Ini Perdata tersebut merupakan
bukan berarti akibatnya lebih pertanggung jawaban langsung dan
ringan dari kesalahan bidang mandiri seorang perawat. Jadi,
pidana. Anggapan umum adalah untuk mengajukan gugatan
bahwa hukum perdata jauh lebih berdasarkan perbuatan melawan
ringan, hal ini tidaklah selalu hukum harus dipenuhi empat syarat
benar. sebagaimana diatur dalam Pasal
Gugatan untuk meminta 1365 KUH Perdata yaitu:
pertanggungjawaban kepada tenaga a. Pasien harus mengalami suatu
kesehatan bersumber kepada dua kerugian
dasar hukum yaitu: Pertama, b. Ada kesalahan
berdasarkan pada wanprestasi c. Ada hubungan kausal antara
(contractual liability) sebagaimana kesakahan dengan kerugian
diatur dalam Pasal 1239 KUH d. Perbuatan itu melanggar
Perdata. Kedua, berdasarkan hokum.

35
Tentang apa yang dimaksud tenaga kesehatan yang
dengan perbuatan melanggar melakukan tindakan
hukum, Undang-Undang sendiri penyelamatan nyawa atau
tidak memberikan perumusannya. pencegahan kecacatan
Namun sesuai dengan seseorang dalam keadaan
yurisprudensi Arrest Hoge Raad 31 darurat.
Januari 1919 diterapkan adanya (3) Ketentuan mengenai tata cara
empat kriteria perbuatan melanggar pengajuan tuntutan
hukum yaitu: sebagaimana dimaksud pada
a. Perbuatan itu bertentangan ayat (1) diatur sesuai dengan
dengan kewajiban hukum si pelaku ketentuan peraturan
b. Perbuatan itu melanggar hak perundang-undangan.
orang lain Namun pertanggung
c. Perbuatan itu melanggar jawaban dengan asas respondeat
kaidah tata susila superior atau vicarious liability
d. Perbuatan itu bertentangan atau let’s the master answer
dengan asas kepatutan, disebutkan melalui Pasal 1367
ketelitian serta sikap hati-hati KUH Perdata bahwa:
yang seharusnya dimiliki Seorang tidak saja bertanggung
seseorang dalam pergaulan jawab untuk kerugian yang
dengan sesama warga disebabkan perbuatannya sendiri,
masyarakat atau terhadap harta tetapi juga untuk kerugian yang
benda orang lain. disebabkan perbuatan orang-
Dalam kaitannya dengan orang yang menjadi
pelayanan kesehatan, bila pasien tanggungannya atau disebabkan
atau keluarganya menganggap oleh barang-barang yang berada
tenaga kesehatan telah melakukan di bawah pengawasannya.”
perbuatan melanggar hukum maka Selain itu, Pasal 1367 Ayat 3
dapat mengajukan tuntutan ganti KUH Perdata juga menyebutkan
rugi menurut ketentuan pasal 58 Majikan-majikan dan mereka yang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun mengangkat orang-orang lain untuk
2009 tentang Kesehatan yakni: mewakili urusan-urusan mereka
(1) Setiap orang berhak adalah bertanggung jawab tentang
menuntut ganti rugi terhadap kerugian yang diterbitkan oleh
seseorang, tenaga kesehatan, pelayan-pelayan atau bawahan-
dan/atau penyelenggara bawahan mereka didalam
kesehatan yang menimbulkan melakukan pekerjaan untuk mana
kerugian akibat kesalahan orang-orang ini dipakainya:.
atau kelalaian dalam Terkait dengan pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang fungsi perawat, sebagai bagian dari
diterimanya. tim maupun orang yang bekerja
(2) Tuntutan ganti rugi dibawah perintah dokter/rumah
sebagaimana dimaksud pada sakit maka kesalahan yang terjadi
ayat (1) tidak berlaku bagi dalam melaksanakan fungsi

36
interdependen seorang perawat Dengan demikian siapa
maka akan dapat menghasilkan yang bertanggungjawab senantiasa
bentuk pertanggung jawaban tergantung pada pihak-pihak yang
seperti diatas. berwenang untuk memberikan
Dokter dan perawat instruksi.
merupakan kolaborasi dalam Seorang ahli bedah
memberikan pelayanan kepada melakukan operasi di rumah sakit
pasien, perawat sebagai tenaga dan dibantu oleh suatu tim
medis akan senantiasa melakukan misalnya, memberikan serangkaian
tindakan sesuai dengan SOP yang instruksi pada anggota tim tersebut.
telah ditetapkan. Kolaborasi Perawat yang membantunya
dengan tim dokter agar pasien walaupun merupakan pegawai
terovservasi dan mendapat rumah sakit, adalah bawahannya
pelayanan sesuai protav SOP. Hasil selama proses operasi itu
dari kolaborasi dengan dokter yaitu berlangsung. Dengan demikian
tepat pasiendan tepat tanggung jawab perdata ada pada
lokasi.(wawancara dengan perawat ahli bedah tersebut, kecuali
Erin Ristina di RSUD Jayapura tentunya apabila perawat tidak
tangga 26 Apri 2020). melaksanakan perintah ahli bedah,
Apabila seorang perawat maka rumah sakit yang harus
misalnya menjadi pegawai pada membayar ganti rugi bila pasien
suatu rumah sakit, sedangkan dia cedera. Selama pasien masih
mendapat instruksi dari dokter, berada dibawah pengaruh narkose
siapakah yang mempunyai (walaupun operasi telah selesai),
tanggung jawab. Atas dasar Pasal perawat tersebut masih tetap
1367 Ayat 3 BW, maka timbul merupakan bawahan dokter atau
masalah, apakah di rumah sakit ahli bedah tadi.
ataukah dokter dapat dibebani Berdasarkan hasil penelitian
tanggung jawab perdata. Sebab di RSU Daerah Jayapura
perawat tersebut bekerja pada mengenai tanggung jawab perawat
rumah sakit, sedangkan dokter yang melakukan tindakan medis
yang memberikan perintah atau dalam melaksanakan tugas dokter
industruksi. bahwa perawat tidaklah dapat
Jawabannya sangat bertanggung jawab sendiri atas
tergantung pada situasi yang kelalaiannya tersebut. Hal ini
dihadapi. Kalau hanya dokter yang merujuk pada Pasal 1367 KUH
mempunyai wewenang untuk Perdata dimana dapat ditarik
memberikan instruksi maka dia kesimpulan bahwa seorang dokter
yang bertanggungjawab. Apabila sebagai atasan yang memberikan
rumah sakit juga berwenang instruksi kepada perawat yang
memberi instruksi, maka baik mana sebagai bawahannya harus
dokter maupun rumah sakit yang memberikan pertanggungjawaban
bertanggungjawab. tidak hanya atas kerugian yang
ditimbulkannya sendiri namun juga

37
atas kerugian yang ditimbulkan Hal tersebut tidaklah sesuai
oleh bawahannya. Dokter dengan peraturan perundangan-
bertanggung jawab atas kelalaian undangan sebagaimana tercantum
perawat yang menjadi bawahannya dalam Undang-Undang Nomor 38
juga dijelaskan pada Pasal 32 Ayat Tahun 2014 Ayat (1) tentang
(3) dan (6) Undang-Undang Nomor Keperawatan yang menjelaskan
38 Tahun 2014 Tentang bahwa pendelegasian atau
Keperawatan. Namun pertanggung pelimpahan wewenang hanya dapat
jawaban dokter atas kelalaian dilimpahkan secara tertulis oleh
perawat tersebut senantiasa tenaga medis kepada perawat untuk
tergantung pada situasi dan kondisi melakukan sesuatu tindakan medis.
pada saat pemberian pelimpahan Selain daripada itu, hal tersebut
wewenang. juga tidak sesuai dengan Pasal 23
Dalam keadaan darurat Peraturan Menteri Kesehatan
perwat boleh dan dapat melakukan Nomor
tindakan medik sesuai dengan 2052/MENKES/PER/X/2011
kompetensi yang dimiliki sesuai tentang Izin Praktek Dan Pelaksan
dengan undang-undang “aan Praktek Kedokteran, mengatur
Keperawatan. Dalam hal ini perlu bahwa “Dokter atau dokter gigi
diperhatikan bahwa perawat dalam dapat memberikan pelimpahan
melaksanakan pelayanan kesehatan suatu tindakan kedokteran atau
kepada pasien harus sesuai kedokteran gigi kepada perawat,
kompetensinya dan harus diakukan bidan atau tenaga kesehatan
sesuai dengan SOP yang ada. tertentu lainnya secara tertulis
(wawancara dengan dokter Asril dalam melaksanakan tindakan
Samulung di RSUD Jayapura kedokteran atau kedokteran gigi”.
tanggal 27 April 2020). Akan tetapi mengenai setiap
Simpulan dari keterangan pelaksanaan tindakan medis yang
beberapa perawat yang bekerja di telah dilaksanakan oleh perawat
RSU Daerah Jayapura juga disini dicatat dalam lembar status
menjelaskan bahwa setiap perawat pasien, jadi setelah mendapat
yang diberikan instruksi oleh perintah melaksanakan tugas
dokter jaga dalam melaksanakan dokter, perawat mencatat perintah-
tindakan medis juga telah memiliki perintah tersebut dalam form
SOP yang lengkap sebagaimana catatan medik masing-masing
syarat bekerja yang ditetapkan oleh perawat atau status pasien.
Rumah Sakit. Namun dalam hal Kelalaian perawat yang
pemberian pelimpahan wewenang melakukan tindakan medik dalam
yang seharusnya dilaksanakan rangka melaksanakan tugas dokter
secara tertulis, di dalam praktek tidak dapat dipertanggung
dilakukan secara lisan dikarenakan jawabkan seutuhnya oleh perawat
RSU Daerah Jayapura belum itu sendiri. Selain merujuk pada
memiliki form pendelegasian Pasal 1367 Ayat (3) KUH Perdata
wewenang sebagaimana harusnya. tersebut, disini dokter dalam

38
bertugas memberikan pelimpahan oleh dokter dan telah terbukti
wewenang kepada perawat kurang bahwa ia telah melakukan
melihat profesionalisme perbuatan melawan hukum, maka
perawatnya walaupun semua rumah sakit lah yang harus
perawat yang bekerja di RSU membayar ganti rugi, karena
Daerah Jayapura sudah sesuai dan perawat tersebut merupakan
memiliki SOP yang lengkap. Hal sebagai pegawai rumah sakit yang
ini tidak sesuai dengan yang bersangkutan. Dalam hal ini nyata
tercantum dalam Pasal 23 Ayat (3) bahwa perawat tersebut tidak
c Peraturan Menteri Kesehatan menjalankan instruksi dokter
Nomor. secara saksama.
2052/MENKES/PER/X/201 1 Adanya instruksi dari
tentang Izin Praktek Dan dokter kepada perawat, secara
Pelaksanaan Praktik Kedokteran hukum dan moral membebankan
bahwa tindakan yang dilimpahkan tanggung jawab kepada dokter
termasuk dalam kemampuan dan karena perawat melakukan
keterampilan yang telah dimiliki tindakan medik atas perintah dan
oleh penerima pelimpahan, serta instruksi dokter. Namun jika
pada Pasal 32 Ayat (3) Undang- perawat melakukan suatu tindakan
Undang No. 38 Tahun 2014 medik tidak sesuai dengan
Tentang Keperawatan disebutkan instruksi dokter maka tindakan
bahwa Pelimpahan wewenang yang dilakukan perawat adalah
secara delegatif hanya dapat merupakan tanggung jawanya
diberikan kepada Perawat profesi sendiri. Jika terjadi kelalaian
atau Perawat vokasi terlatih yang dalam pelaksanaan tindakan medik
memiliki kompetensi yang oleh perawat yang bertanggung
diperlukan. jawab secara hukum adalah dokter
Dalam hal memberikan yang memberikan instruksi dan
pelimpahan wewenang ini baiknya rumah sakit tempat dokter dan
dokter tersebut melihat kesesuaian perawat bertugas. (wawancara
antara kemampuan perawat dengan dengan dr. Eka pada RSUD
tugas yang diberikan agar perawat Jayapura tanggal 28 April 2020).
tersebut terhindar dari kesalahan 2. Tanggung Jawab Hukum
sebagai pelaksana tindakan medis Administasi
tersebut. Oleh karena itu perawat Perawat dalam menjalankan
yang lalai dalam melaksanakan profesinya dapat saja sewaktu-
tindakan medis di RSU Daerah waktu melakukan kesalahan atau
Jayapura tidak dapat bertanggung kelalaian yang dapat menimbulkan
jawab seutuhnya atas tindakan kerugian terhadap pasien yang
yang telah ia lakukan. Namun lain dirawatnya. Kerugian yang
hal bilamana perawat yang sesuai dimaksudkan disini dapat berupa
dengan kemampuannya lalai. kerugian yang bersifat material
melakukan tindakan medis yang maupun immaterial.
telah diinstruksikan dengan benar

39
Kesalahan professional kewenangan perawat. Aspek
kadang-kadang dapat berakibat hukum administrasi dalam
fatal karena selain merugikan penyelenggaraan praktek
pasien juga dapat meusak citra pelayanan kesehatan, setiap
profesi keperawatan. Kesalahan perawat yang telah menyelesaikan
dalam profesi keperawatan dapat pendidikan dan ingin
berupa : melalaian kewajiban; menjalankan praktek
melakukan sesuatu yang dipersyaratkan untuk memiliki
seharusnya tidak dilakukan;tidak izin.
melakukan suatu ketentuan Secara prinsip,
undang-undang. pertanggungjawaban hukum
Perawat dalam menjalankan administrasi lahir karena adanya
praktek keperawatan mungkin saja pelanggaran terhadap ketentuan
melakukan kesalahan atau hukum administrasi terhadap
kelalaian . pihak yang dirugikan penyelenggaraan praktek tenaga
dapat menuntut kepada perawat kesehatan dalam hal ini tenaga
tersebut agar dapat yang perawat berdasarkan ketentuan
bersangkutan yang berlaku. Undang-undang
mempertanggungjawabkan kesehatan telah memberikan
perbuatannya didepan pengadilan ketentuan administrasi yang wajib
tau aparat yang berwenang ditaati setipa tenaga kesehatan.
mengadili. Tuntutan yang Tanggung jawab menurut
diajukan kepada perawat dapat hukum adminstrasi ini muncul
beruganti rugi, pencabutan izin karena adanya tuntutan dari
praktek, ataupun agar perawat masyarakat sendiri yang telah
yang bersangkutan dikenakan merasa dirugikan akaibat
sanksi pidana. Apabila hal ini pelayanan kesehatan oleh perawat
terjadi, maka mau tidak mau yang bersangkutan. Sanksi
perawat yang bersangkutan harus administrasi berupa pencabutan
bertanggung jawab secara hukum. izin dan tindakan disiplin
Pertanggungjawaban itu dapat terhadap perawat yang telah
berupa tanggung jawab terbukti bersalah dapat dilakukan
berdasarkan hukum perdata, oleh pemerintah.
pidana ataupun administrasi. Perlu diketahui bahwa
Apabila aturan tersebut dalam melakukan police power,
dilanggar maka tenaga kesehatan pemerintah mempunyai
yang bersangkutan dapat kewenangan menerbitkan berbagai
dipersalahakan melanggar hukum ketentuan dibidang kesehatan,
Administrasi. Seperti yang telah misalnya tentang persyaratan bagi
dijelaskan diatas bahwa perawat untuk menjalankan
pelanggaran administrasi tersebut tugasnya (surat izin kerja, surat
antara lain seperti perawat tidak izin praktek), batas kewenangan
mempunyai surat izin kerja, surat serta kewajiban perawat.
izin praktek, atau melanggar batas

40
3. Tanggung Jawab Hukum kelalaian disini telah terpenuhi.
Pidana Selanjutnya agar perbuatan
Hukum pidana termasuk pelanggaran hukum dapat
dalam hukum yang berlaku umum, dikatakan telah melakukan
dimana setiap orang harus tunduk perbuatan melawan hukum,
kepada peraturan dan pelaksanaan akibat dari pelanggaran hukum
aturan ini dapat dipaksakan, itu harus membawa kerugian
sehingga setiap anggota bagi pihak lain.
masyarakat termasuk perawat Setiap tindakan medis
harus taat, juga termasuk orang selalu mengandung resiko,
asing yang berada dalam wilayah sekecil apapun tindakan medis,
yuridiksi Negara Republik dapat saja menimbulkan
Indonesia. Menurut ketentuan resiko yang besar sehingga
yang diatur dalam hukum pidana, mengakibatkan pasien
bentuk-bentuk kesalahan terdiri mengalami kerugian.
dari : Dalam hal terjadi
a. Kesengajaan (dolus) : dalam resiko baik yang dapat diduga
KUHP dicantumkan maupun tidak dapat diduga,
kesengajaan adalah kemauan profesi kesehatan tidak dapat
untuk melakukan atau tidak dimintakan tanggung jawab.
melakukan perbuatan- Tanggung jawab profesi
perbuatan yang dilarang atau kesehatan dapat dimintakan
diperintahkan oleh undnag- apabila berbuat kesalahan atau
undang. kelalaian. Dalam dunia
b. Kealpaan (Culpa), pada kesehatan, tuntutan malpraktek
umumnya kealpaan itu terdiri berdasarkan hukum pidana
dari dua bagian, yaitu tidak (dengan kata lain sebagai
berhati-hati melakukan suatu kriminalitas dalam bidang
perbuatan, disamping dapat medik) yang dicatat dalam
menduga akibat perbuatan itu. literatur-literatur sebenarnya
Naun meskipun suatu tidak banyak. Meskipun
perbuatan dilakukan dengan demikian perlu diketahui
hati-hati masih mungkin juga beberapa perbuatan yang
terjadi kealpaan jika yang dikategorikan dalam
berbuat itu telah mengetahui malpraktek pidana antara lain ;
bahwa dari perbuatan itu Penganiayaan, Kealpaan yang
mungkin akan timbul suatu menyebabkan luka-luka dan
akibat yang dilarang undang- kealpaan yang menyebabkan
undang. kematian.
Dengan demikian Kesalahan dalam
setiap melanggar hukum baik tindak pidana medis pada
sengaja maupun tidak sengaja umumnya terjadi karena
yang sifatnya melanggar, kesalahan ynag dilakukan oleh
berarti unsur kesengajaan dan dokter atau tenaga kesehatan

41
lainnya. Dalam hal ini dapat nantinya tidak menimbulkan
terjadi karena tenaga perbuatan melawan hukum
kesehatan melakukan sesuatu yang dapat dituntut
yang seharusnya tidak pertanggungjawaban secara
dilakukan atau tidak pidana.
melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakuan. B. Faktor-Faktor yang
Penentuan tentang adanya Mempengaruhi Tanggung Jawab
tidaknya kelalaian dalam Perawat yang Melakukan
tindakan perawat, harus dilihat Tindak Medik Dalam Rangka
secara komprehensif yakni Melaksanakan Tugas Dokter di
ada tidaknya kompetensi dan RSU Daerah Jayapura
kewenangan yang dimiliki Mengenai profesionalitas kerja
seorang perawat, bagaimana di dalam kemampuan dan kemapanan
seharusnya perawat pendidikan berbasis kompetensi, pada
melakukan tindakan pelayanan akhirnya melahirkan standar di
kesehatan kepada pasien berbagai pendidikan kejuruan
dengan ukuran sikap dan termasuk di dalamnya ada
tindakan perawat dalam situasi keperawatan, kebidanan dan rekam
dan kondisi. Perawat yang medik. Semua upaya ditempuh dalam
melakukan praktek pelayanan tujuan mencapai taraf keterampilan
kesehatan, dapat dituntut tertentu yang akan menunjang
secara pidana apabila terjadi pekerjaan lebih baik, lebih efisien, dan
culpa lata yaitu cacat baik lebih berdaya guna. Peningkatan mutu
permanen maupun tidak dan dan kualitas kemampuan serta
juga terjadi kematian dalam keterampilan ini digunakan untuk
pelaksanaan pelayanan meningkatkan pelayanan, peran dan
kesehatan tersebut, selain fungsi petugas kesehatan.
melakukan culpa lata, Berbagai faktor seperti
perawat dapat dituntut secara terbatasnya jumlah dokter UGD serta
pidana apabila ia melakukan keterlambatan hadir dalam bekerja
perbuatan melawan hukum, yang menjadi peluang bagi perawat
dimana dalam menjalankan melakukan tindakan medis di RSU
praktek pelayanannya Daerah Jayapura. Belum tersedianya
bertentangan atau tidak sesuai petunjuk atau peraturan mengenai
dengan tata atau ketertiban jenis-jenis tindakan medis yang dapat
yang dikendaki oleh hukum dilakukan oleh perawat menjadi salah
yang tertuang dalam peraturan satu penyebab tumpang tindih antara
perundangan-undangan dalam tugas asuhan keperawatan dan tugas
hal ini perawat hanya dapat yang merupakan pelimpahan
melakukan pelayanan wewenang oleh dokter. Namun, dalam
kesehatan sesuai dengan melakukan prakteknya, perawat harus
ketentuan peraturan sesuai dengan standar etik dan standar
perundang-undangan sehingga

42
profesi yang berlaku demi terhindar salah satu faktor yang memberi Izin
dari resiko hukum. Kerja Perawat hal ini diatur pada Pasal
Menurut Perawat Erlin 1 ayat (3 – 3(a) Peraturan Menteri
Ristina dan Sri Mularsih yang Kesehatan Republik Indonesia No. 17
bekerja di RSU Daerah Jayapura, Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
salah satu faktor yang memberi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dengan standar etik dan standar HK 02.02/Menkes/148/I/2010 tentang
profesi yang berlaku demi terhindar Izin dan Penyelenggaraan Praktik
dari resiko hukum. Dalam Perawat.
melaksanakan tugasnya, perawat Salah satu alasan perawat
harus melakukan sesuai dengan melaksanakan tindakan medis di RSU
standar etika dan strandar profesi Daerah Jayapura adalah dikarenakan
yang berlaku demi terhindar dari keterbatasan jumlah tenaga dokter
resiko hukum. (wawancara Erlin yang ada, terutama dokter UGD. Hal
Ristina dan Sri Mularsih perawat ini dapat juga dikatakan sebagai salah
pada RSUD Jayapura tanggal 26 April satu faktor yang dapat memberikan
2020) perlindungan hukum terhadap perawat
Dengan adanya kepemilikan dalam melakukan tindakan medis.
STR dan SIKP terhadap perawat, Dalam Pasal 23 Peraturan
berarti perawat tersebut sudah layak Menteri Nomor 2052 Tahun 2011
untuk menjalankan praktik tentang Izin dan Penyelenggaraan
keperawatannya sesuai dengan Praktik Kedokteran mengatur tentang
wewenang yang dimilikinya. Apabila perawat diperbolehkan untuk
perawat melakukan kelalaian dalam melakukan tindakan medis tanpa
bekerja, maka kedua syarat diatas adanya pelimpahan wewenang
dapat dijadikan faktor yang terutama jika dalam ketersediaan
memberikan perlindungan hukum dokter yang masih kurang dan juga
terhadap perawat tersebut. Dalam hal dalam keadaan gawat darurat. Jadi,
melaksanakan tindakan medis, STR dikarenakan keterbatasan tenaga
dan SIKP juga merupakan syarat dokter tersebut, melakukan tindakan
penting yang dijadikan faktor untuk medis diluar kewenangan seorang
memberikan perlindungan hukum perawat dapat dilaksanakan. kerugian
terhadap perawat. Karena ketika yang ditimbulkannya sendiri namun
pemberian pelimpahan wewenang juga atas kerugian yang ditimbulkan
oleh dokter diberlakukan, pelimpahan oleh bawahannya.
harus diberikan kepada perawat yang Oleh karena itu, mekanisme
layak untuk melaksanakannya, dan pelaksanaan tindakan medis oleh
setiap kelayakan perawat untuk perawat dalam rangka melaksanakan
melaksanakan praktiknya sudah tugas dokter tersebut sebaiknya
tercantum pada STR maupun SIKP dilakukan secara tertulis, di mana
tersebut. disebutkan dengan jelas mengenai
Selanjutnya Menurut Perawat instruksi-instruksi yang diberikan dan
Erlin Ristina dan Sri Mularsih yang tentang bagaimana caranya instruksi-
bekerja di RSU Daerah Jayapura, instruksi tersebut harus dilaksanakan,

43
yang bilamana perlu disebutkan Ristina RSUD Jayapura tanggal 28
langkah-langkah yang harus diambil April 2020)
jika terdapat gejala-gejala lain atau Setelah melaksanakan
terjadi suatu komplikasi. tindakan medis tersebut, perawat juga
Dapat disimpulkan, mekanisme mencatat beberapa instruksi dokter
pelaksanaan tindakan medis atau yang yang diberikan sebelumnya ke dalam
disebut sebagai pelimpahan tindakan lembar catatan medik dari perawat.
medis oleh dokter terhadap perawat di Tidak seperti form pelimpahan
RSU Daerah jelas dilakukan dengan wewenang. Jika dokter tersebut belum
tidak tertulis melainkan lebih condong hadir, instruksi pelaksanaan tindakan
melalui instruksi langsung atau lisan medis tersebut hanya dilakukan
oleh dokter bahkan juga dilaksanakan melalui via telepon. Selain itu, jumlah
dengan via telepon. Dokter tidak tenaga perawat lebih banyak dari pada
menuliskan pelimpahan tindakan atau jumlah tenaga dokter, sehingga lebih
wewenang tersebut ke dalam form banyak tindakan medis yang
mengenai pelimpahan wewenang, dilakukan oleh perawat dari pada
melainkan dokter hanya menuliskan dokter jaga yang sedang bekerja
beberapa suruhan tindakan medis tersebut (wawancara dengan dokter
tersebut ke dalam lembar status pasien Asril Samulung RSUD Jayapura
setelah menginstuksikannya langsung tanggal 27 April 2020).
kepada paramedis. Hal ini Mekanisme pelaksanaan
bertentangan denganP asal 32 Ayat (1) tindakan medis yang tidak sesuai
Undang-Undang Nomor 38 Tahun dengan peraturan perundang-
2014 tentang Keperawatan bahwa undangan maupun peraturan Menteri
pelaksanaan tugas berdasarkan Kesehatan tersebut dilakukan
pelimpahan wewenang hanya dapat dikarenakan berbagai faktor seperti
diberikan secara tertulis oleh tenaga kurangnya tenaga medis atau dokter
medis kepada perawat untuk serta keterlambatan hadirnya dokter
melakukan sesuatu tindakan medis tersebut. Permasalahan inilah yang
dan selain itu bertentangan juga dapat memungkinkan terjadinya
dengan Pasal 23 Ayat (1) Permenkes ketimpangan pelayanan kesehatan di
No.2052/Menkes/Per/X/2011 bahwa Rumah Sakit.
dokter atau dokter gigi memberikan PENUTUP
pelimpahan suatu tindakan kedokteran
Tanggung Jawab Perawat yang
kepada perawat dilakukan.
Melakukan Tindak Medik Dalam Rangka
Selain itu, menurut perawat
Melaksanakan Tugas Dokter di RSU
Sri Mularsih dan Erlin Ristina
Daerah Jayapura adalah Perawat dapat
mekanisme pelaksanaan tindakan
bertanggung jawab atas kesalahan tindakan
medis oleh perawat di RSU Daerah
medis yang ia lakukan baik
Jayapura dilakukan dengan lisan,
pertanggungjawaban hukum administrasi,
artinya hanya dengan instruksi lisan
hukum perdata maupun pidana.
oleh dokter (wawancara dengan
Pertanggungjawaban hukum administrasi
perawat Sri Mularsih dan Erlin
lahir karena adanya pelanggaran terhadap

44
ketentuan hukum administrasi, Perawat Anny Isfandyarie. 2006. Tanggung Jawab
dapat bertanggung jawab secara hukum Hukum dan Sanksi bagi Dokter :
perdata apabila tindakan perawat termasuk Prestasi Pustaka. Jakarta.
perbuatan melawan hukum sesuai dengan
Crisdiono M, Achadiat, 2006. Dinamika
yang disebutkan dalam 1365 KUHPerdata.
Etika & Hukum Kedokteran dalam
Namun, Pasal 1367 KUHPerdata,
Tantangan Zaman : Penerbit
bahwasanya dokter sebagai atasan yang
Kedokteran, EGC. Jakarta.
memberi instruksi kepada perawat yang
mana sebagai bawahannya bertanggung Deden Darmawan dan Sujono Riyadi.
jawab terhadap tindakan medik yang 2010. Keperawatan Profesional :
dilakukan oleh perawatnya, Gosyem Publising. Jakarta.
Pertanggungjawaban pidana terjadi
H, Zaidin Ali, 2002. Dasar-Dasar
karena kesalahan yang dilakukan oleh
Keperawatan Profesional : Widya
tenaga perawat dalam pelayanan kesehatan
Medika. Jakarta.
dapat terjadi karena tenaga kesehatan
melakukan sesuatu yang seharusnya tidak Hartono Soerjopratiknjo. 1982.
dilakukan atau tidak melakukan sesuatu Perwakilan Berdasar Kehendak :
yang seharusnya dilakuan. Andi Offset. Yogyakarta.
Peningkatan mutu dan kualitas
Johni Ibrahim, 2007. Teori dan
kemampuan serta keterampilan ini
Metodologi Penelitian Hukum
digunakan untuk meningkatkan pelayanan,
Normatif, Cet III : Bayumedia
peran dan fungsi petugas Kesehatan,
Publishing. Malang.
Berbagai faktor seperti terbatasnya jumlah
dokter UGD serta keterlambatan hadir Koerniatmanto Soetoprawiro. 2010.
dalam bekerja yang menjadi peluang bagi Pengaturan Perlindungan Hak-
perawat melakukan tindakan medis di Hak Perempuan dan Anak-anak
RSU Daerah Jayapura. Belum tersedianya Dalam Hukum Kewarganegaraan
petunjuk atau peraturan mengenai jenis- Indonesia : Bina Pustaka. Jakarta.
jenis tindakan medis yang dapat dilakukan
Moeljatmo. 2008. Asas-Asas Hukum
oleh perawat menjadi salah satu penyebab
Pidana : Rineke Cipta. Jakarta.
tumpang tindih antara tugas asuhan
keperawatan dan tugas yang merupakan Muhammad Sadi, 2015. Etika dan Hukum
pelimpahan wewenang oleh dokter. Kesehatan : Prenadamedia Group.
Namun, dalam melakukan prakteknya, Jakarta.
perawat harus sesuai dengan standar etik
Pengurus Pusat Persatuan Perawat
dan standar profesi yang berlaku demi
Nasional Indonesia, 2010. Standar
terhindar dari resiko hukum.
Profesi dan Kode Etik Perawat
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia : PPPNI. Jakarta.
A, Alimul Hidayat. 2009. Konsep Dasar
Keperawatan : EGC. Jakarta. Philipus M. Hadjon, 1988. Perlindungan
Hukum bagi Rakyat di Indonesia :
Alexandria Indriyanti Dewi. 2008. Etika
Bina Ilmu. Bandung.
dan Hukum Kesehatan : Pustaka
Book Publisher. Yogyakarta.

45
Pitono Soeparto. 2006. Etik dan Hukum di Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
Bidang Kesehatan, Edisi Kedua : tentang Rumah Sakit.
Airlangga University Press. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Surabaya. tentang Praktek Kedokteran.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
Riduan Syahrani. 2000. Seluk Beluk dan
tentang Kesehatan.
Asas-Asas Hukum Perdata : Cet
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
IV, PT. Alumni. Bandung.
1996 tentang Tenaga Kesehatan.
Safitri Hariyani, 2005. Sengketa Medik : Permenkes
Diadit Media. Jakarta. Nomor.HK.02.02/MENKES/148/I/
2010 tentang Izin dan
Sri Praptiningsih. 2006, Kedudukan
Penelenggaraan Praktik Perawat.
Hukum Perawat dalam Upaya
Jurnal :
Pelayanan Kesehatan di Rumah
Sakit : Grafindo Persada. Jakarta. Anton Christian Ompu Sunggu, 2013.
Perlindungan Hukum Bagi Dokter
Subekti, 1995. Aneka Perjanjian, Cet ke X
Pada Pelayanan Kegawat
: Citra Aditya Bakti. Bandung.
Daruratan di Rumah Sakit Umum
Titik Triwulan Tutik, 2010. Perlindungan Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Hukum Bagi Pasien, Prestasi : Samarinda : Jurnal Ideal Hukum.
Pustaka. Jakarta. Universitas Jenderal Sudirman.

Wila Chandrawila Supriadi, 2001. Hukum Edita Diana Tallupadang, Yovita Indrayati,
Kesehatan : Mandar Maju. dan Djoko Widyarto JS, 2016.
Bandung. Perlindungan Hukum BagiTenaga
Perawat yang Melakukan Tindakan
Wiryono Prodjodikoro. 1981. Hukum
Medik dalam Rangka Menjalankan
Perdata Persetujuan-Persetujuan
Tugas Pemerintah Terutama
Tertentu, Cet. VII : Sumur
Dikaitkan Dengan Peraturan
Bandung. Jakarta.
Menteri Kesehatan Nomor
Yahya Harahap M, 2002. Hukum Acara 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang
Perdata Tentang Gugatan, Praktik Kedokteran dan
Persidangan, Penyitaan, Pelaksanaan Praktik Kedokteran :
Pembuktian, dan Putusan Jurnal Hukum Kesehatan.
Pengadilan : Sinar rafika. Jakarta. Universitas KAtolik Soegijapranata
Semarang.
Peraturan Perundang-Undangan :
M. Sofian Hadi, 2013. Perlindungan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Hukum Terhadap Tenaga
Indonesia Tahun 1945. Kesehatan Dalam Melaksanakan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tugas dan Profesinya. Jurnal
tentang Keperawatan. Hukum : Universitas Mataram.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
Mike Asmaria, 2016. Persepsi Perawat
tentang Kesehatan.
Tentang Tanggung Jawab dalam
Pelimpahan Kewenangan Dokter

46
Kepada Perawat di Ruang Rawat
Inap Non Bedah Penyakit Dalam
RSUP. DR. M. Djamil Padang :
Tesis. Universitas Andalas.
Padang.

47

Anda mungkin juga menyukai