Oleh:
dr. Yos Bungalangan
PROGRAM PENDIDIKAN
DOKTER SPESIALIS NEUROLOGI
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya,
sebagai salah satu syarat untuk pengampilan program pendidikan spesialis Neurologi di
Universitas Udayana.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan landasan pemikiran
dan segala konsep menyangkut penelitian yang telah dilaksanakan. Penelitian yang
dilaksanakan ini berjudul “Gambaran Penyakit Vertigo di RSUD MIMIKA pada Tahun
2019-2021”.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan skripsi ini. Terutama kepada:
1. dr. Antonius Pasulu, Sp. THT-KL selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Mimika
2. dr.Johny Kambu, Sp.S, M.Sc, selaku Ketua PERDOSSI cabang Papua
yang telah memberikan banyak arahan dan masukan bagi penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. dr.Daniel Siagian, Sp.S, selaku pembimbing yang memberikan gambaran
tentang penelitian dan masukan untuk pengembangan penelitian.
4. Teman sejawat dokter dan paramedis yang telah banyak membantu saya
dalam segala hal.
5. Orang tua dan segenap rumpun keluarga dalam memberikan motivasi serta
doa.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................
3.1 Rancangan Penelitian................................................................ 16
3.2 Lokasi Penelitian....................................................................... 16
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 16
3.4 Metode Pengumpulan Data....................................................... 16
3.5 Definisi Operasional ................................................................. 16
3.6 Metode Analisis Data................................................................ 17
Daftar Pustaka.......................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
pembesaran pembuluh darah dan peningkatan sirkulasi darah yang membantu
menghilangkan tekanan di dalam telinga dan frekuensi serangan penyebab vertigo
khususnya penyakit meniere (Lacour, 2007). Berdasarkan sebuah penelitian terbuka
menjelaskan bahwa penggunaan dosis harian 32 mg sampai 36 mg paling efektif
dalam pengobatan gejala vertigo (Sokolova et al., 2014). Obat generasi pertama
antihistamin H1 juga sering digunakan untuk anti-vertigo adalah difenhidramin, yaitu
dengan cara meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H1 dan tidak
mempengaruhi histamin yang ditimbulkan akibat kerja pada reseptor H2, hal ini
memberi efek seperti peningkatan kontraksi otot polos dan permeabilitas pembuluh
darah (Vaidya, 2009). Menurut Heike et al (2010) prevalensi di Eropa penggunaan
betahistin 26.6%, piracetam 11,5% dan gingko biloba 11.5%. Terapi lainnya
termasuk benzodiazepin, kalsium antagonis, dan difenhidramin yaitu 7,9 %. Studi
epidemiologis didapati penggunaan betahistin lebih banyak daripada difenhidramin,
dan obat vertigo lainnya karena pasien dengan penggunaan betahistin dilaporkan
lebih sedikit mengalami efek samping daripada obat vertigo lainnya walaupun
dengan dosis yang lebih tinggi. Hasil tersebut berbanding terbalik dengan penelitian
yang dilakukan oleh Enrique (2010) bahwa di Amerika Serikat difenhidramin lebih
banyak digunakan dalam pengobatan gangguan vestibular, khususnya vertigo
daripada betahistin.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana gambaran penyakit vertigo di
bangsal rawat jalan RSUD Mimika pada periode 2019-2020 ?
3
penyakit vertigo perlu juga diperhatikan terutama penting untuk menjaga
higienitas dan kelembaban vertigo.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 KLASIFIKASI
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi :2
5
2.3 ETIOLOGI
Penyebab perifer
Vertigo
merupakan penyebab utama vertigo. Onsetnya lebih seriang terjadi pada usia
rata- rata 51 tahun. 5
Ménière’s disease
Ménière’s disease ditandai dengan vertigo yang intermiten diikuti
11
dengan keluhan pendengaran . Gangguan pendengaran berupatinnitus (nada
rendah), dan tuli sensoris pada fluktuasi frekuensi yang rendah, dan sensasi
penuh pada telinga. 10
Ménière’s disease terjadi pada sekitar 15% pada kasus
vertigo otologik.8
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini
6
berhubungan dengan infeksi virus pada nervusvestibularis. Labirintis terjadi dengan
komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran.
Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik.
7
VERTIGO SENTRAL
VERTIGO PERIFER
8
hari sampai beberapa minggu. Fungsi pendengaran tidak terganggu pada
neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpainistagmus.
Faktor Pencetus
Faktor pencetus dan dapat mempersempit diagnosis banding pada
vertigo vestibular perifer. Jika gejala terjadi hanya ketika perubahan
posisi, penyebab yang paling mungkin adalah BPPV. Infeksi virus
yang baru pada saluran pernapasan atas kemungkinan berhubungan
dnegan acute vestibular neutritis atau acute labyrhinti. Faktor yang
mencetuskan migraine dapat menyebabkan vertigo jika pasien
vertigo bersamaan dengan migraine. Vertigo dapat disebabkan oleh
fistula perilimfatik Fistula perimfatik dapat disebabkn oleh
trauma baik langsung ataupun
9
barotraumas, mengejan. Bersin atau gerakan yang mengakibatkan telinga ke
bawah akan memprovokasi vertigo pada pasien dengan fistulaperilimfatik.
Adanya fenomena Tullio’s (nistagmus dan vertigo yang disebabkan suara
bising pada frekuensi tertentu) mengarah kepadapenyebab perifer.
Stess psikis yang berat dapat menyebabkan vertigo, menanyakan tentang
stress psikologis atau psikiatri terutama pada pasien yang pada anamsesis
tidak cocok dengan penyebab fisik vertigo manapun. 3
Riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan migraine, kejang, menire disease, atau yuli
pada usia muda perlu ditanyakan
Riwayat pengobatan
Beberapa obat dapat menginduksi terjadinya vertigo melipti obat-obatab
yang ototoksik, obat anti epilepsy, antihipertensi, dan sedative
Pemeriksaan Neurologik
Pemeriksaan neurologic meliputi :
10
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan
namun masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral
memilki instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan.
walaupun Romberg’s sign konsisten dengan masalah vestibular atau
propioseptif, hal ini tidak dapat dgunakan dalam mendiagnosis vertigo.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita
akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata
tertutup.
2. Heel-to- toe walking test
3. Unterberger's stepping test (Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan
mata tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien
memilki lesi labirin pada sisi tersebut). 2
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
11
2.2. . KERANGKA TEORI
Vertigo
vertigo dengan
indikasi gawat darurat
12
2.5 KERANGKA KONSEP
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dari
penelitian iniadalah:
Jenis kelamin
Diagnosis utama
Vertigo
Diagnosis penyerta
Vertigo
Usia
13
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Kriteria inklusi
Rekam medis pasien di poliklinik rawat jalan dengan diagnosis utama
dan/atau diagnosis penyerta berupa penyakit vertigo.
2. Kriteria eksklusi
Data rekam medis yang tidak lengkap memuat informasi yang diperlukan.
14
1. Kelompok usia adalah usia pasien yang tertera pada rekam medis pada saat
diagnosis ditegakkan.
Alat ukur: data rekam medis
15
DAFTAR PUSTAKA
Abraham A., 2014. Peripheral Vertigo – A Study Of 100 Cases: Our Experience.
Journal of Evolution of Medical and Dental Science. Vol 3(27) Arief T.Q,
Mochammad. 2008.
Pengantar Metodologi penelitian untuk ilmu kesehatan, 1st ed. Surakarta : lembaga
pengembangan pendidikan UNS dan upt penerbitan dan percetakan UNS Bintoro A.
C., 2000.
Kecepatan Rerata Aliran Darah Otak Sistem Vertebrobasiler pada Pasien Vertigo
Sentral. Tesis Undip Bisdorff A., 2013.
The Epidemiology of Vertigo, Dizziness, And unsteadiness and its links to co-
mordibities. Frontiers in Neurology. Vol 4 article 2 Brado R. A., et al., 2000.
Besar Sample Dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Kedokteran Dan
Kesehatan. 5th ed. Jakarta: Salemba Medika. Dahlan M.S., 2011.
Statitstik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. 5th ed. Jakarta: Salemba Medika
Dewanto G., 2009.
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Edward
Y., Roza Y., 2014.
16
Experimental design for a Benign Paroxysmal Positional Vertigo Model. Theoretical
Biology and Medical Modelling. 10:21 Gunawan S.G., 2011.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI Gbahou F., Davenas E., Morisset S., Arrang
J.M., 2010.
Gracia M.N., et al., 2012. Flunarizine is more effective than topiramate in patient with
chronic migraine and medication overuse headache. The Journal of Headache and
Pain. 14 (sup 1) :202
The Burden and Impact of Vertigo: findings from the revert patient registry. Frontiers
in Neurology. Vol 4 article 136 Hoan T., 2002.
Obat – Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo Iqbal M., 2005.
Perbandingan Nilai Visual Analog Scale dengan Skala Verbal Derajat Nyeri Kepala
pada Penderita Nyeri Kepala Primer di RSUP H. Adam Malik Medan. Departemen
Ilmu Penyakit Saraf FK USU. Vol 38(4) Lin T. F., 2005.
Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : PT Dian Rakyat Moreno, Jose Luis Ballve, et al.
2014.
Nyeri Kepala dan Vertigo. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press Soares, Shirley
Nogueira, et al., 2014.
19
20
21
22