b. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua perbekalan farmasi yang beredar di rumah
sakit.
c. Perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, reagensia,
radiofarmasi dan gas medis
d. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu dan berlaku seragam di seluruh unit
pelayanan rumah sakit.
e. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)
dan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), dan ditetapkan oleh Direktur rumah sakit.
f. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan
farmasi baik terhadap administrasi perbekalan farmasi dan pengawasan distribusi.
3. Penyimpanan :
a. Penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan dengan memperhatikan kestabilan dan bentuk sediaan.
b. Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika, Total Parenteral
Nutrition (TPN) dan produk steril karena belum ada fasilitas BSC (Biological Safety Cabinet).
c. Pelabelan penyimpanan perbekalan farmasi harus lengkap yaitu isi, tanggal kadaluarsa dan
peringatan.
d. Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat High Alert,
elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dan bahan radioaktif, dikelola
dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
e. Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat disimpan di ruang
perawatan dan tidak digunakan selama pasien di rawat di RS.
f. Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat dan alat kesehatan, dilakukan
inspeksi secara berkala setiap satu bulan sekali.
g. Obat emergensi tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya dimonitor sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
h. Perbekalan farmasi yang boleh ada di unit-unit pelayanan adalah obat, cairan infus dan bahan medis
habis pakai yang berada di bawah pengawasan Instalasi Farmasi.
i. Penyimpanan gas medis terpisah dari perbekalan farmasi.
j. Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
k. Obat - obat yang kadaluarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan dan dimusnahkan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
l. Pemusnahan perbekalan farmasi yang rusak dilakukan minimal 1 tahun sekali oleh Instalasi Farmasi
dengan diketahui oleh direktur. (Tahun 2017 sudah dilakukan di bulan maret) Dilakukan pembuatan
Berita Acara Pemusnahan yang ditandatangani pelaksana pemusnahan, kepala Instalasi Farmasi dan
satu orang saksi.
m. Perbekalan farmasi yang ditarik secara resmi oleh pihak yang berwenang, harus segera ditarik juga
dari semua lingkungan rumah sakit dengan informasi resmi dari Instalasi Farmasi dan segera
diserahkan ke Instalasi Farmasi untuk ditindak lanjuti sebagai obat yang rusak dan perlu
dimusnahkan atau dikembalikan pada distributor.
2
g. Penulisan resep obat anastesi hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis anastesi yang memiliki
SIP di RS Woodward Palu.
h. Seluruh terapi obat yang diberikan kepada pasien harus tercatat dalam rekam medis pasien.
5. Penyiapan dan distribusi
a. Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang memenuhi ketentuan dan
perundang-undangan kefarmasian yang berlaku.
b. Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan prosedur yang sudah
ditetapkan rumah sakit.
c. Instalasi Farmasi RS Woodward Palu memberikan pelayanan 24 jam.
d. Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses telaah resep sebelum melayani resep.
e. Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan resep individual.
f. Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem Unit Dose Dispensing (UDD).
g. Obat yang disiapkan adalah obat dengan masa kadaluarsa lebih atau sama dengan 3 bulan.
Penggunaan obat dengan masa kadaluarsa kurang dari 3 bulan diperbolehkan dengan pertimbangan
kebutuhan pasien dan tidak tersedianya obat dengan masa kadaluarsa lebih dari 3 bulan di pasaran.
h. Pelabelan Obat yang diberikan pada pasien terdiri dari nama pasien, tanggal penyediaan obat, nama
obat, tanggal kadaluarsa obat, aturan pakai, indikasi penggunaan bila ditulis dokter pada resep.
i. Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses pengelolaan mutasi stok dan
pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi.
j. Distribusi perbekalan farmasi yang boleh ada di unit dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
k. Distribusi gas medis dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarpras.
6. Pemberian
a. Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah memiliki SIPA dan
Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki SIKTTK.
b. Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat didelegasikan kepada
perawat. Perawat yang berwenang memberikan obat adalah perawat yang telah ditentukan
kewenangannya sesuai Penugasan Klinis Perawat.
c. Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan obat dengan menggunakan
form 5 benar (Benar Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Rute, Benar Waktu pemberian).
d. Perawat melakukan serah terima obat dengan petugas farmasi.
e. Perawat melakukan ceck 5 benar (Benar Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Rute, Benar Waktu
pemberian) sebelum melakukan pemberian obat.
f. Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien yang menggunakan obat
sendiri.
g. Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk ke rumah sakit, dilakukan
dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter, dan pengelolaan obat berikutnya dilakukan oleh
Instalasi Farmasi.
h. Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat sampel yang
ditujukan untuk uji klinis kepada pasien.
7. Pemantauan
a. Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) yang dilaksanakan secara kolaboratif, dengan
prosedur yang sudah ditetapkan rumah sakit.
b. Efek Samping Obat (ESO) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen rekam medis pasien. ESO yang
tidak biasa dilaporkan dalam laporan MESO dan diserahkan selambat – lambatnya 2 x 24 jam.
c. Ada proses Pemantauan Terapi Obat (PTO) yang dilakukan oleh apoteker yaitu kegiatan pengkajian
pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD),
rekomendasi perubahan atau alternatif terapi.
d. Pasien yang mendapat PTO adalah semua pasien yang dirawat di RS Woodward Palu. Akan tetapi
PTO boleh dilakukan bertahap sesuai dengan program kerja Instalasi Farmasi jika jumlah Apoteker
belum memenuhi standart.
e. Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien bersama Tim
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit.