Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KOMUNIKASI DASAR KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

AGUS SATRIANI LASE

BELLA TANGKE NATE

DELLA PUSPITA SIAHAAN

ESFRAN PERMATA SIMBOLON

HARTI ZEBUA

HERDIN FEBRIANTO BATEE

LIDO PUTRA HULU

PUTRI ESRAULI PANJAITAN

RUTH PEPRIANA PANJAITAN

WENNI EFITASARI GULTOM

WIDYA FLORENSIA OKTAULI SIREGAR

DOSEN PEMBIMBING : Ns. EVA KARTIKA HASIBUAN,M.kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS FARMASI DAN


ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………

BAB 1………………………………………………….

1.1 latar belakang……………………………………………


1.2 rumusan masalah……………………………………….
1.3 Tujuan ……………………………………………………

BAB 2………………………………………………

TINJAUAN PUSTAKA………………………..

2.1 Level/tingkatan komunikasi


a. komunikasi intrapersonal

b. komunikasi interpersonal

c. komunikasi publik

2.2 Konsep komunikasi terapeutik


a. pengertian

b. tahapan

c. perbedaan komunikasi terapeutik dan komunikasi sosial

BAB 3……………………………………….

PENUTUP………………………………….

3.1 Kesimpulan………………………………….

3.2 Saran………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………….
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-nya,kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar dan tepat waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah “level/tingkatan komunikasi
intrapersonal,interpersonal,publik dan konsep komunikasi terapeutik”

pada kesempatan ini pula tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada
Yth. Ibu Ns eva kartika hasibuan M.kep selaku dosen pengampu mata kuliah
komunikasi keperawatan yang telah memberikan tugas serta membimbing kami selama
proses pembelajaran ini berlangsung. Terimakasih kami ucapkan untuk orang tua atas
doa dan dukungan nya,serta teman-teman kelompok yang telah bekerjasama dan
berkontribusi langsung dalam pembuatan makalah ini.

Dan akhirnya,kami hanyalah manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan


karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah. Untuk itu apabila terjadi
kesalahan dan kekurangan ini, kami selaku penulis memohon maaf dan menerima
segala kritik dan saran dari dosen da teman-teman untuk kedepan nya menjadi lebih
baik lagi. Sekian dan terimakasih.

Medan, 26 september

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Komunikasi merupakan suatu aktivitas dasar manusia, dengan adanya

komunikasi manusia dapat saling berhubungan antara satu dengan yang lain

baik dalam kehidupan sehari-hari di dalam rumah tangga, pekerjaan, di pasar,

di dalam lingkungan masyarakat maupun dimana manusia itu berada.

Komunikasi tidak dapat di pungkiri bagi manusia begitu pun didalam suatu

lembaga atau organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik organisasi

akan berjalan lebih lancar sesuai yang akan di inginkan dan akan

mendapatkan keberhasilan yang luar biasa dan begitu juga sebalikanya, jika

komunikasi tidak baik maka akan terdapat keburukan dalam kerja, terlebih

lagi akan terjadinya tidak teraturnya dalam struktur organisasi (Liliweri,1997: 2).

Sebagian besar atau komunikasi hal yang paling sering

diperbincangkan, bukan hanya di kalangan ilmuan komunikasi melainkan di

kalangan awam juga menyangkut tentang pembicaraan komunikasi, sehingga

kata komunikasi itu sendiri banyak mempunyai banyak arti di dalam

persepsi-persepsi masyarakat

1.2 Rumusan masalah


1. Level/tingkatan komunikasi
2. Konsep komunikasi terapeutik
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menyelesaikan tugas level/tingkatan
komunikasi dan konsep komunikasi terapeutik. Mengetahui apa pengertian tingkatan
komunikasi dan komunikasi terapeutik.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian level/tingkatan komunikasi


a. Komunikasi interpersonal
Dijelaskan oleh Devito (1997), komunikasi intrapersonal atau komunikasi
intrapribadi merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir,
melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Sedangkan menurut Nina (2011)
menjelaskan komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri
manusia, meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi, memori dan berpikir. Sedangkan
menurut Effendy seperti yang dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan bahwa
komunikasi intrapersonal atau komunikasi intrapribadi merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator
maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri. Dia berdialog
dengan dirinya sendiri. Dia bertanya dengan dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya
sendiri. Selanjutnya Rakhmat seperti dikutip oleh Rosmawaty (2010) mengatakan
komunikasi intrapersonal adalah suatu proses pengolahan informasi, meliputi sensasi,
persepsi, memori, dan berpikir.

Dari konsep tentang komunikasi intrapersonal dari beberapa ahli komunikasi penulis
mensintesakan bahwa komunikasi intrapersonal adalah komunikasi dengan diri
sendiri meliputi proses sensasi, asosiasi, persepsi memori dan berpikir dengan tujuan
untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung.

Dalam komunikasi intrapersonal, seorang komunikator (encoder) melakukan


proses komunikasi intrapersonal dengan menggunakan seluruh energi yang dimilikinya
agar pesan yang akan disampaikan kepada komunikan (decoder) dapat diterima
dengan jelas, dan komunikan pun dapat melakukan umpan balik (feedback) terhadap
pesan tersebut.
Adapun proses komunikasi intrapersonal adalah sebagai berikut:

Sensasi
Sensasi adalah proses pencerapan informasi (energy/stimulus) yang datang dari
luar melalui panca indra. Sebagai contoh: Ketika kita sedang mendengarkan
permasalahan yang disampaikan oleh seseorang. Di sini terjadi proses pencerapan
informasi dengan melalui indera pendengaran.

Asosiasi
Asosiasi adalah pengalaman dan kepribadian yang mempengaruhi proses sensasi.
Thorndike seperti yang dikutip oleh Nina (2011) mengemukakan bahwa terjadinya
asosiasi antara stimulus dan respons ini megikuti hukum-hukum berikut, yaitu:

Hukum latihan (law of exercise), yaitu apabila asosiasi antara stimulus dan
respons sering terjadi, asosiasi itu akan terbentuk semakin kuat. Interpretasi dari hukum
ini adalah semakin sering suatu pengetahuan yang telah terbentuk akibat terjadinya
asosiasi antara stimulus dan respons dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan
semakin kuat.

Hukum akibat (law of effect), yaitu apabila asosiasi yang terbentuk antara
stimulus dan respon diikuti oleh suatu kepuasan, maka asosiasi akan semakin
meningkat. Ini berarti (idealnya), jika suatu respon yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu stimulus adalah benar dan ia mengetahuinya, maka kepuasan akan
tercapai dan asosiasi akan diperkuat.

Dari pendapat Thorndike ini , kita dapat mengetahui bahwa sering terjadinya
pengalaman yang terjadi terhadap suatu peristiwa, maka semakin menguatkan asosiasi
dan pada gilirannya akan semakin menguatkan sensasi kita terhadap peristiwa
tersebut. Selain itu penguatan asosiasi juga terbentuk karena akibat dari suatu peristiwa
(asosiasi stimulus dan respon).

Persepsi
Persepsi adalah pemaknaan/arti terhadap informasi (energy/stimulus) yang masuk
ke dalam kognisi manusia. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli).
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Meskipun demikian Desiderato seperti yang
dikutip oleh Nina (1976) menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan
sensasi, tetapi juga atensi (perhatian), ekspektasi, motivasi, dan memori.
Memori
Memori adalah stimuli yang telah diberi makna, direkam, dan kemudian disimpan
dalam otak manusia. Secara singkat memori meliputi 3 proses, yaitu:

 Perekaman (encoding) yaitu pencatatan informasi melalui reseptor indra dan


sirkuit syaraf internal.
 Penyimpanan (storage) yang menentukan berapa lama informasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa bersifat aktif
atau pasif.
 Pemanggilan (retrieval), yang dalam sehari-hari disebut mengingat kembali
adalah menggunakan informasi yang disimpan.

Berpikir
Berpikir adalah akumulasi dari proses sensasi, asosiasi, persepsi, dan memori
yang dikeluarkan untuk mengambil keputusan. Selain itu berpikir juga diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan
(decision making), memecahkan persoalan (problem solving) dan menghasilkan
sesuatu yang baru (creativity).

Salah satu fungsi berfikir adalah menetapkan keputusan. Keputusan yang kita
ambil sangatlah beraneka ragam. Adapun tanda-tanda umumnya adalah:

 Keputusan merupakan hasil berpikir, dan merupakan hasil usaha intelektual .


 Keputusan merupakan pilihan berbagai alternatif.
 Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh
ditangguhkan atau dilupakan.

Adapun faktor-faktor personal yang sangat menentukan terhadap apa yang


diputuskan, antara lain:

a. Kognisi.

Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki.

b. Motif.

Biasa disebut konatif/konasi, dorongan, gairah yang amat memengaruhi pengambilan


keputusan.

c. Sikap.
Disebut juga afektif/afeksi/emosi yang menjadi faktor penentu lainnya.

Pembahasan di atas menyimpulkan bahwa komunikasi intrapersonal terjadi


ketika seseorang berkomunikasi dengan dirinya sendiri. Ini adalah bentuk komunikasi
yang paling mendasar. Ketika seseorang menerima pesan atau mengamati sesuatu,
tanggapannya bergantung pada komunikasi intrapersonal.

b. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara

seseoarang dengan paling kurang di antara dua orang yang dapat langsung

balikannya. Dengan bertambahnya orang yang terlibat berkomunikasi maka

akan bertambahlah persepsi orang dalam kejadian komunikasi sehingga akan

bertambahlah kompleks komunikasi tersebut. Komunikasi interpesonal

adalah membentuk hubungan dengan orang lain (Muhammad, 2009 : 159).

Dengan adanya banyak informasi yang baik dan merasa puas terhadap

karyawan-karyawan yang sedang bertugas, penting bagi karyawan untuk

peningkatan kinerja pegawai. Secara perorangan akan mendorong

sumberdaya manusia secara keseluruhan dan memberikan feed back yang

dapat merubah prilaku dalam kenaikan produktifitas. Kepuasan komunikasi di dalam


suatu lembaga atau organisasi menurut

Redding (dalam Muhammad, 2009 : 87) adalah semua tingkat kepuasan

seorang karyawan mempersepsi linkungan komunikasi secara keselurahan,

Konsep kepuasan mencakup untuk memperkaya ide iklim komunikasi kepada

kepuasan anggota organisasi atau karyawan terhadap informasi yang tersedia.

Kepuasan menunjukan bagaimana informasi yang tersedia memenuhi

persyaratan karyawan akan tuntutan bagi informasi akan diproses dan

direspon orang yang menerima, komunikasi ini jelas di pengaruhi oleh


persepsi bagaimana baiknya aktivitas komunikasi dari suatu lembaga untuk

memuaskan pribadi. Menurut DeVito (didalam Liliweri,1997:12)

komunikasi interpersonal adalah pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan


diterima oleh orang lain

dengan efek dan umpan balik yang langsung. komunikasi interpersonal

merupakan komunikasi antara seorang komunikator dengan seorang

komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap paling efektif dalam upaya

membentuk sikap, pendapat atau perilaku seseorang berhubung sifatnya yang

dialogis. Perilaku dialogis tersebut ditunjukkan melalui komunikasi lisan

dalam percakapan yang menampilkan arus balik yang langsung. Jadi

komunikator mengetahui tanggapan komunikan pada saat itu juga, dan

komunikator mengetahui dengan pasti apakah pesan yang dikirimkan itu

diterima atau ditolak, berdampak positif atau negatif.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah pengiriman pesan dari komunikator ke komunikan

dengan efek dan umpan balik langsung untuk mengetahui apakah pesan yang

dikirimkan itu berdampak positif atau negatif. Dialog adalah bentuk

komunikasi antarpribadi yang menunjukkan adanya interaksi. Mereka yang

terlibat komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing-masing menjadi

pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi

dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya

pengertian bersama.

Salah satu dampak yang terjadi dari suatu komunikasi adalah kinerja

dari karyawan. Dengan pengamatan sementara peneliti menemukan suatu

ketidak disliplinan pada kantor, ruang kantor banyaknya meja dan kursi tidak
ada susunan yang rapi, kurang adanya kedisplinan akan mengganggu

aktivitas kerja dan akan berkurang komunikasi interpersonal terlaksana.

Peneliti juga bisa melihat dengan adanya hewan-hewan yang mati dan di

awetkan seprti harimau yang seharusnya dilindungi oleh pemerintahan, tetapi

hal ini masih banyak yang terburu oleh orang-orang yang tidak bertanggung

jawab.

Dari konsep-konsep komunikasi interpersonal di atas, dapat disintesakan


komunikasi interpersonal adalah penyampaian dan penerimaan pesan antara dua
orang secara tatap muka langsung atau melalui berbagai media dengan menggunakan
bahasa verbal dan non verbal dengan indicator

(1) penyampaian pesan antara dua orang secara berduaan saja atau dalam
kelompok

(2) penerimaan pesan antara dua orang secara berduaan saja atau dalam
kelompok. Selanjutnya Devito (2007) menyampaikan mengenai tujuan komunikasi
interpersonal diantaranya sebagai berikut untuk pembelajaran, untuk membina
hubungan, untuk mempengaruhi, untuk bermain dan untuk membantu.

Komunikasi interpersonal penting dipahami. Hal ini terjadi karena komunikasi


interpersonal :

 Dapat meningkatkan hubungan dari tidak kenal (impersonal) menjadi hubungan


yang bersifat pribadi atau sebaliknya.
 Menyampaikan emosi dan perasaan kita.
 Melatih diri komunikator maupun komunikan menjadi pribadi yang peka, peduli
dan empati pada pasangan komunikasi, sehingga dari berorientasi pada diri
sendiri (self oriented) menjadi berorientasi kepada pihak lain.

Berikut ini adalah perbedaan utama antara komunikasi intrapersonal dan


interpersonal :

 Berarti
Komunikasi intrapersonal terjadi ketika seseorang berkomunikasi dengan dirinya
sendiri. Dan komunikasi interpersonal adalah pertukaran informasi ide,pendapat dan
perasaan anatara dua orang.
 Alam
Komunikasi intrapersonal itu terjadi dalam bentuk pengindraan,pemikiran dan evaluasi
dalam diri sendiri. Dan komunikasi interpersonal itu terjadi dalam bentuk pertukaran
informasi atau gagasan antar oranng.

 Orang yang terlibat


Komunikasi intrapersonal hanya komunikator yang terlibat dalam komunikasi
intrapersonal. Dan komunikasi interpersonal melibatkan dua orang dalam komunikasi.

 Penggunaan media
Komunikasi intrapersonal jenis komunikasi ini tidak membutuhkan media apapun. Dan
komunikasi interpersonal orang harus menggunakan media verbal atau non herbal
untuk melakukan informasi.

 Arus informasi
komunikasi intrapersonal disini informasi tidak melampui pikiran seseorang. Dan
komunikasi antar pribadi disini informasi berpindah dari satu pikiran kepikiran lain.

 Visibiltas
Komunikasi intrapersonal tidak terlihat di alam dan komunikasi antar pribadi terlihat.

c. Komunikasi publik
merupakan bentuk komunikasi tatap muka dimana satu pihak ditunjuk sebagai
pembicara, sementara pihak yang lainnya ditunjuk sebagai pendengar hal ini jelas
berbeda dengan komunikasi interpersonal dimana masing-masing pihak berkedudukan
sebagai pembicara dan pendengar dalam porsi yang sama dalam komunikasi publik.
penyampaian informasi hampir seluruhnya dikuasai oleh pembicara baik secara verbal.
Sementara pendengar, berkedudukan sebagai penonton dan hanya sesekali
menyampaikan informasi atau umpan balik, misalnya dengan bertepuk tangan atau
mengajukan pertanyaan pada sesi diskusi. Dalam bidang kesehatan komunikasi publik
tentu merupakan senjata penting yang diperlukan untuk mengedukasi masyarakat
dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan. Bentuk pelaksanaan komunikasi publik
ini diantaranya adalah dengan mengadakan seminar ataupun sosialisasi.
Secara umum terdapat tiga tujuan komunikasi publik, yaitu memberikan informasi
menghibur dan membujuk atau meyakinkan pendengar. Jika tujuannya adalah untuk
memberikan informasi maka fokus dari pembicara adalah hasil perolehan informasi.
Jika tujuan komunikasi adalah untuk menghibur maka fokusnya adalah kesenangan,
dan jika tujuannya adalah membujuk atau meyakinkan, maka diharapkan terjadi
pengaruh pada sikap pendengar. Namun dalam kenyataannya, ketiga tujuan tersebut
tidak secara mutlak dapat berdiri sendiri, tetapi hanya mendominasi. Misalnya dalam
sosialisasi yang bertujuan untuk membujuk suatu kelompok siswa untuk mencuci
tangan dan menggunakan sabun, pasti di dalamnya juga terjadi penyampaian informasi
contohnya mengapa cuci tangan itu diperlukan atau kuman apa saja yang biasa
ditemukan di tangan. Selain memberi informasi, dalam sosialisasi tersebut juga bisa
diselipkan aneka games yang bertujuan untuk menghibur para siswa.

Terdapat tiga aspek yang biasanya mencirikan komunikasi publik titik pertama
komunikasi publik biasanya dilakukan di tempat-tempat publik, misalnya auditorium,
kelas, dan balai desa. Kedua, komunikasi publik umumnya mengemukakan masalah
sosial dan disampaikan secara formal dan tekstur. Ketiga komunikasi publik melibatkan
penggunaan normal secara jelas.

Terdapat 9 tuntutan dalam komunikasi publik yaitu:

1. Pesan harus relevan dengan kelompok secara keseluruhan keseluruhan

2. Umpan balik terbatas

3. Pendengar beraneka ragam

4. Semakin banyak jumlah pendengar, semakin besar kemungkinan kesalahan dalam


mengartikan umpan balik

5. Pembicara harus membuat persiapan yang baik

6. Pembicara harus beradaptasi dengan kondisi pendengar

7. Analisis pendengar relatif susah untuk dilakukan

8. Terkadang susah untuk memusatkan perhatian pendengar

9. Jumlah perubahan pesan relatif lebih banyak karena diterima oleh lebih banyak
orang.

Komunikasi ini biasanya berlangsung lebih formal dan lebih sulit daripada
komunikasi antarpribadi atau komunikasi kelompok, karena komunikasi publik menuntut
persiapan pesan yang cermat, keberanian dan kemampuan menghadapi sejumlah
besar orang. Daya tarik fisik pembicara bahkan sering merupakan faktor penting untuk
menentukan efektivitas pesan, selain keahlian dan kejujuran pembicara.

2.2 konsep komunikasi terapeutik


a. pengertian terapeutik
Adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan, dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri purwanti, 1994). Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian
antara perawat dan pasien, persoalan mendasar dari komunikasi ini adalah adanya
saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi antara perawat dan pesien, perawat yang memberikan
bantuan dan pasien yang menerima bantuan yang diberikan

Hubungan saling memberi dan menerima antara perawat dan pasien dalam
pelayanan keperawatan disebut juga sebagai komunikasi terapeutik perawat yang
merupakan komunikasi profesional perawat. Komunikasi termasuk dalam komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saing memberikan pengertian antara perawat dengan
pasien bertujuan untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban pikiran
serta diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan kecemasan pasien.

Disimpulkan komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal antara


perawat dan klien untuk membina hubungan saling percaya sehingga dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien.

Tujuan komunikasi terapeutik


 Membantu pasien untuk menjelaskan permasalahan kesehatannya sehingga
dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan
untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan
 Mengurangi keraguan, membantu dalam mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya
 Fisik mempengaruhi orang lain, lingkungan, dan dirinya sendiri.

Ciri-Ciri Komunikasi Terapeutik :


 Empati Empati yaitu kemampuan untuk mengerti sepenuhnya tentang kondisi
atau perasaan orang lain.
 Rasa percaya (trust) yaitu respek seseorang terhadap kebutuhan orang lain dan
berhasrat akan membuat sesuatu yang akan dipertanggung jawabkan.
 Validasi yaitu penegasan kembali tentang pesan yang disampaikan. Hal ini
terjadi jika komunikator merasa bahwa orang yang diajak bicara menerima dan
memberi respek terhadap apa yang dikatakannya.
 Perhatian Merupakan tingkat keterlibatan emosi dalam komunikasi yang
diekspresikan secara non verbal pada apa yang dikatakan orang lain dengan
cara memandang,mengangguk,atau dengan perabaan jika dianggap tepat.

b. Tahap tahap komunikasi terapeutik

1.Tahap Pre-interaksi

Tahap pertama ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan pasien.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan rasa takut dalam
diri sendiri; menganalisis kekuatan dan keterbatasan profesional diri sendiri;
mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan; dan merencanakan untuk
pertemuan pertama dengan klien.

2.Tahap orientasi

Yakni tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas perawat dalam
tahap ini meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan; membina rasa
percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; menggali pikiran, perasaan dan
tindakan-tindakan klien; mengidentifikasi masalah klien; menetapkan tujuan dengan
klien; dan, merumuskan bersama kontrak yang bersifat saling menguntungkan dengan
mencakupkan nama, peran, tanggung jawab, harapan, tujuan, tepat pertemuan, waktu
pertemuan, kondisi untuk terminasi dan kerahasiaan.

3.Tahap kerja

Tahap komunikasi terapeutik yang ketiga ini adalah tahap dimana perawat memulai
kegiatan komunikasi. Tugas perawat pada tahap ini adalah menggali stresor yang
relevan; meningkatkan pengembanganpenghayatan dan penggunaan mekanisme
koping klien yang konstruktif; serta membahas dan atasi perilaku resisten.

4.Tahap terminasi

Tahap terminasi adalah tahap dimana perawat akan menghentikan interaksi dengan
klien, tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan atau terminasi sementara ataupun
perpisahan atau terminasi akhir. Tugas perawat pada tahap ini adalah: membina
realitas tentang perpisahan; meninjau kemampuan terapi dan pencapaian tujuan-tujuan;
serta menggali secara timbal balik perasaan penolakan, kesedihan dan kemarahan
serta perilaku yang terkait lainnya.
c. Perbedaan komunikasi terapeutik dan komunikasi sosial

 Komunikasi terapeutik yaitu:

1.Terjadi antara perawat dan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya.

2.Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan berfokus kepada
pasien yang membutuhkan bantuan .

3.Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada pasien dengan cara
menunjukkan sikap mau menerima dan mau memahami sehingga dapat mendorong
pasien untuk berbicara secara terbuka tentang dirinya.Selain itu membantu pasien
untuk melihat dan memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.

 Komunikasi Sosial yaitu:

1.Terjadi setiap hari antar orang perorang baik dalam pergaulan maupun lingkungan
kerja.

2.Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.

3.Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan,aktivitas sosial,dan lain-lain.

4.Pembicara tidak mempunyai fokus tertentu tetapi lebih mengarah kebersamaan dan
rasa senang .

5.Dapat direncanakan tetapi dapat juga tidak direncanakan.


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah hubungan timbal balik antara seorang individu yang
menyampaikan pesan (komunikan) kepada seorang individu yang menerima
pesan,melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sedangkan maksud dan tujuan.

komunikasi untuk mewujudkan suatu pengertian yang sama antara pihak yang
mengoperkan dan pihak yang meneriman informasi, gagasan, sikap atau isi perasaan
lainnya. Selanjutnya, untuk merubah tingkah laku komunikan sesuai dengan kehendak
komunikator.

Pada kenyataanya perawat di samping kodratnya sebagai mahluk individu

dan mahluk sosial,diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skil di

bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan

segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal,lanjutan

dan terminasi. Mengingat teknologi kedokteran akhir-akhir ini semakin pesat,

senantiasa pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri.

Perawat dituntut untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap

pasien, terutama dalam memenuhi kebutuhan pasien. Hubungan yang baik ini

akan lebih baik lagi bila perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam

komunikasi khususnya komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan zaman.


3.2 Saran
Memberikan informasi kepada perawat tentang pentingnya komunikasi

terapeutik dalam pelayanan keperawatan dengan pasien Rawat Inap misalnya,

setiap hari sebelum memulai dinas harus melakukan pertemuan perawat,

sehingga semua perawat dapat mempraktekkan secara praktis dalam

keperawatan setiap hari, untuk membantu kesembuhan pasien di rawat inap.


DAFTAR PUSTAKA
Sandra, R. (2013). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan

pasien Di Ruanagan Instalasi Rawat Inap Non Bedah (Penyakit Dalam Pria dan

Wanita) RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2013. E-Jurnal.

Sheldon, L. K. (2009). Komunikasi untuk Keperawatan Berbicara dengan Pasien.

Jakarta: Erlangga.

Siti, M. (2015). Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Kepuasan

Pasien Vol. 4 No. 1. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 30-34.

Suryani. (2015). Komunikasi Terapeutik Teori & Praktik, Ed 2. Jakarta: EGC.

Susilo, W. H. (2013). Prinsip-Prinsip Biostatistika Dan Aplikasi SPSS: Pada Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Tidak Dipublikasikan.

Tjiptono, F. (2007). Manajemen Jasa . Jogja: Andi.

Triwibowo, C. (2013). Manajemen Pelayanan Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Wahyu, (2006). Hubungan Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Terhadap

Kemampuan Komunikasi Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan

di Rumah Sakit Elisabeth Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman,

Volume 1 Nomor 2 November 2006.

Anda mungkin juga menyukai