Anda di halaman 1dari 56

Nama : Izatul Azalia

NIM : 4301416040

Review Jurnal
1. Etnosains Nasional

Judul Penalaran Kausal dan Analogi Berbasis Etnosains dalam Memecahkan


Masalah Fisika
Jurnal SSNProsiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015
(SNIPS 2015) 8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia. ISBN: 978-602-
19655-8-0
Halaman -

Tahun 2015

Penulis Novia*, Nurjannah, dan Kamaluddin

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 26 April 2019

Metode metode quasi experimental design, menggunakan ” The non equivalent


penelitian pretest-posttest design”.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kemampuan
penelitian memecahkan masalah fisika antara penalaran kausal dan penalaran analogi
berbasis etnosains.
Teori dan Ethnoscience dalam kamus Anthropologi, diartikan sebagai suatu studi
hasil-hasil kebudayaan dengan cara pendekatan menggunakan pengetahuan yang sesuai
penelitian dengan kebudayaan masyarakat yang dipelajari. (Sunyono, 1985 : 133).
sebelumnya
Proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) di kelas dapat diibaratkan sebagai
proses pemindahan dan perolehan budaya dari guru dan oleh murid. Untuk
pembatasan, kata budaya (culture) yang dimaksud adalah suatu sistem atau
tatanan tentang simbol dan arti yang berlaku pada interaksi sosial suatu
masyarakat. Secara khusus dinyatakan bahwa perasaan dan pemahaman
siswa yang berlandaskan kebudayaan di masyarakatnya ikut serta berperan
dalam menginterpretasikan dan menyerap pengetahuan yang baru (konsep
konsep IPA).

Penelitian Hung dan Jonassen (2006) yang menunjukkan bahwa penalaran


kausal dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan
pemahaman mahasiswa tentang gerak rotasi pada mahasiswa Universitas
Missouri Columbia. Peningkatan kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan penalaran kausal berbasis etnosains ini disebabkan karena
siswa dituntun untuk menganalisis soal dan menyelesaikan soal secara
sistematis.

Erick Diggest (2000) Etnosains yaitu belajar sains melalui persepsi


masyarakat dari keadaan sekitar yang kemudian direfleksikan ke dalam
bahasa yang mereka gunakan.
Subjek siswa kelas X SSN-1 dan X SSN-3 SMA Negeri 1 Palu.
penelitian
Teknik Observasi dan wawancara
pengumpulan
data
Instrumen Lembar observasi, lembar pertanyaan wawancara, lembar tes
pengumpulan Tes yang digunakan pada dua kelas berupa tes kemampuan memecahkan
data masalah, baik dalam tes awal, tes akhir maupun tes latihan soal. Pada tes
awal dan tes akhir terdapat 5 soal uraian dimana 3 soal cerita dan 2 soal
hitungan. Untuk soal cerita, ada 3 tahap kemampuan masalah yang dinilai
adalah fokus masalah, penggunaan konsep dan penyelesaian masalah dengan
konsep tersebut. Untuk soal hitungan, ada 4 tahap kemampuan masalah yang
dinilai yaitu tahap deskripsi fisika, perencanaan solusi, pelaksanaan rencana
dan cek dan evaluasi.
Analisis data Analisis data tes dilakukan dengan teknik statistik uji-t dua pihak untuk
melihat perbedaan rerata skor tes awal dan rerata N-gain berdasarkan data
hasil kemampuan memecahkan masalah fisika kedua kelas eksperimen.

Hasil dan Berdasarkan hasil analisis data tes akhir kemampuan memecahkan masalah
pembahasan fisika, skor rerata tes akhir pada kelas eksperimen pertama yang
menggunakan penalaran kausal berbasis etnosains dan kelas eksperimen
kedua yang menggunakan penalaran analogi berbasis etnosains ternyata
berbeda, yaitu 22,34 (skor masimal adalah 34) dan kelas eksperimen kedua
20,37 (skor maksimal adalah 34). Selain itu, berdasarkan uji-t yang telah
dilakukan dapat dilihat pula bahwa terdapat perbedaan kemampuan
memecahkan masalah fisika yang signifikan antara kedua kelas eksperimen
pada tes akhir. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah antara kedua kelas menjadi berbeda setelah mendapatkan perlakuan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data dapat disimpulkan hal-hal berikut yaitu : 1) Penggunaan penalaran
kausal berbasis etnosains dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah fisika materi kalor dengan N-gain sebesar 50 termasuk dalam
kategori sedang. 2) Penggunaan penalaran analogi berbasis etnosains dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah fisika materi kalor dengan
N-gain sebesar 48 termasuk dalam kategori sedang . 3) Terdapat perbedaan
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah fisika yang signifikan antara
penalaran kausal dan penalaran analogi berbasis etnosains. 4) Untuk
kemampuan memecahkan masalah fisika, penalaran kausal lebih baik bila
disbanding dengan penalaran analogi.
2. Etnosains internasional

Judul Pengaruh Pendekatan Instruksional Etno-Sains pada Prestasi dan Minat


Siswa di Upper Basic Sains dan Teknologi di Benue State, Nigeria

Effects of Ethno-Science Instructional Approach on Students’


Achievement and Interest in Upper Basic Science and Technology in
Benue State, Nigeri.
Jurnal International Journal of Scientific Research in Education, March 201,

Halaman/Vol 69-78/10

Tahun 2017

Penulis Okwara Kalu Okwara & Francis Terseer Upu

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 28 November 2018

Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif dengan pendekatan


kuantitatif.
Tujuan penelitian Untuk mengetahui pengaruh dari pendekatan pembelajaran etosains
(ESIA) pada prestasi dan minat siswa dalam Sains Dasar dan Teknologi
di Negara Bagian Benue, Nigeria.
Teori dan hasil- Hasil penelitianAtran (2007), Obiekwe (2008) dan Ugwuanyi (2015)
hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang diajar menggunakan pendekatan
sebelumnya pembelajaran etno-sains mendapat skor lebih tinggi dalam rata-rata nilai
prestasi post-test mereka daripada siswa yang diajar menggunakan
metode demonstrasi.

Aderson (2009) dan Ugwuanyi (2015) yang dalam studi mereka yang
berbeda pada waktu yang berbeda melaporkan ada perbedaan signifikan
dalam skor minat rata-rata siswa yang diajar dengan etno-sains
pendekatan dan mereka yang diajar dengan metode konvensional.
James (2006) yang menemukan bahwa pendekatan pembelajaran
berorientasi budaya tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap minat
siswa dalam sains.

Abakpa (2011) menegaskan bahwa minat adalah kekuatan daya belajar,


tanpa pembelajaran yang bermakna tidak dapat terjadi.

Achinugu dalam Ugwuanyi (2015) menunjuk bahwa jenis minat yang


dibawa siswa ke dalam kelas adalah faktor yang sangat penting bagi
prestasinya atau sebaliknya dalam sains

Ilmu pengetahuan dasar dan teknologi sebagai tumpuan untuk


pembangunan nasional yang berkelanjutan dapat dengan mudah dilihat
sebagai landasan bagi cara sistematis manusia untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan ilmiah memahami dan menjelaskan
fenomena alam seperti albinisme, pelangi, difusi, gerhana, fatamorgana,
tegangan permukaan, kapilaritas, kekuatan adhesi dan kohesi antara lain
sebagai serta aplikasi pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan
keterampilan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kontemporer
(Ezeudu, 2011; Ityokaa, 2013).
Subjek penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah 485 siswa dari enam sekolah
menengah dizona pendidikan kota Benue yang dipilih secara acak dengan
teknik sampling dari tiga zona pendidikan Kota Benue.
Teknik Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah analisis dan penilaian
pengumpulan data tanggapan siswa terhadap kuisioner (pra & post tes). Post dan Pre-test
berdasarkan BSTAT dan BSTIS.
Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Dasar Sains dan
pengumpulan data Teknologi Prestasi Test (BSTAT) dan Basic Science and Technology
Interest Scale (BSTIS).
Analisis data Tahap analisis data:
- Menghitung reliabilitas soal menggunakan umus Kuder-
Richardson 20 (K-R20) dan Koefisien Cronbach Alpha
- Analisis rata-rata dan standar deviasi
- Analisis kovarian (ANCOVA) digunakan untuk menguji hipotesis
nol pada tingkat alpha dengan signifikansi 0,05.
Hasil Berdasarkan hasil analisis diketahui :
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor prestasi rata-rata
siswa yang diajarkan Sains Dasar dan Teknologi menggunakan
etno-sains dan mereka yang diajar menggunakan metode
pengajaran demonstrasi.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor minat rata-rata
siswa yang diajarkan Sains Dasar dan Teknologi menggunakan
etno-sains dan mereka yang diajar menggunakan metode
pengajaran demonstrasi.
Pembahasan Hasil analisis mengungkapkan bahwa siswa diajarkan Sains Dasar dan
Teknologi menggunakan etno-sains mencapai lebih tinggi daripada yang
diajarkan menggunakan metode pengajaran demonstrasi. Hasil ini
selanjutnya didukung oleh pengujian hipotesis satu yang menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam skor prestasi rata-rata siswa dalam
kelompok eksperimen dan kontrol. Ini menyiratkan bahwa jika
pendekatan pengajaran etno-sains diimplementasikan di Nigeria sekolah,
itu akan meningkatkan prestasi siswa dalam sains secara umum dan Ilmu
Dasar dan Teknologi khususnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa skor minat rata-rata siswa yang
diajarkan Basic Sains dan Teknologi menggunakan ESIA lebih tinggi
daripada mereka yang diajar menggunakan DTM. Ini dikonfirmasi oleh
hipotesis dua, yang menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam skor
minat rata-rata siswa diajarkan Sains Dasar dan Teknologi menggunakan
etno-sains dan mereka yang diajar menggunakan metode pengajaran
demonstrasi. penelitian ini menunjukkan bahwa etnoscience pendekatan
instruksional efektif dalam mengajar sains karena minat siswa muncul
dan diteruskan dalam Sains dan Teknologi Dasar.
Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian ini, para peneliti menyimpulkan bahwa
pembelajaran etno-sains pendekatan meningkatkan pencapaian dan minat
siswa dalam Sains dan Teknologi Dasar. Oleh karena itu, ini adalah
pendekatan yang efektif dari pengajaran sains, Ilmu Dasar utama dan
Subjek teknologi.
Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian ini, rekomendasi berikut dibuat bahwa:
Seminar, konferensi, dan lokakarya harus diselenggarakan oleh
pemerintah dan badan profesional yang relevan seperti Dewan Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan Nigeria dan Asosiasi Guru Ilmu
Pengetahuan dari Nigeria untuk mendidik dan membuat peka guru sains
di penggunaan yang tepat dari pendekatan pengajaran etno-sains dalam
pengajaran sains.
Kurikulum perguruan tinggi dan perguruan tinggi pendidikan harus
ditinjau untuk digabungkan pendekatan pengajaran etno-sains untuk
program pelatihan mereka sehingga prospektif guru sains akan diajarkan
cara mengajar, mencerminkan budaya dan lingkungan Nigeria ketika
mereka memasuki profesi mengajar

3. Jurnal UNNES

Judul DESAIN INSTRUMEN TES BERMUATAN ETNOSAINS UNTUK


MENGUKUR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Jurnal Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 12, No. 2, 2018, halaman 2159 –
2169
Penulis Nella Agustin, Sudarmin, Sri Susilogati Sumarti dan Azza Khisnu
Addiani
Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 19 Maret 2019

Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R & D)
dengan model pengembangan ADDIE.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen tes bermuatan
etnosains untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
hidrolisis garam.
Teori dan hasil- Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan, et al., (2017) menyatakan
hasil penelitian bahwa penggunaan modul berbasis kearifan local dapat meningkatkan
sebelumnya literasi sains siswa.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Carnawi, et al., (2017)
menyatakan penerapan model pembelajaran berbasis etnosains pada
materi hidrolisis garam dapat menumbuhkan sikap kewirausahaan pada
siswa.
Subjek penelitian kelas XII IPA 1 MAN Demak sebanyak 20 siswa.

Teknik Pemberian lembar tes dan lembar


pengumpulan data angket.
Instrumen instrumen tes yang dikembangkan berupa soal pilihan ganda beralasan.
pengumpulan data Konteks etnosains sesuai dengan kebudayaan masyarakat Demak
Analisis data Tahap analisis data:
- Menghitung validitas butir soal, daya pembeda, indeks kesukaran,
dan reliabilitas instrumen tes
- Menentukan soal yang dapat digunakan atau dibuang
Hasil dan Berdasarkan hasil analisis diketahui :
pembahasan 1) Hasil rancangan produk instrumen tes
Instrumen tes yang dikembangkan berjumlah 20 butir soal dalam bentuk
soal pilihan ganda beralasan. Penggunaan alasan ketika menjawab item
tes pilihan ganda menjadi cara yang sensitif dan efektif untuk menilai
pembelajaran yang bermakna (Shidiq, et al, 2014). Tingkat pertama
menyerupai pilihan ganda tradisional, yang biasanya berkaitan dengan
pernyataan pengetahuan. Tingkat kedua menyerupai format dari soal
pilihan ganda tradisional tetapi bertujuan untuk mendorong pemikiran dan
penalaran keterampilan berpikir kritis.
2) Hasil analisis tahap pengembangan instrumen tes.
Berdasarkan penilaian oleh validator rata-rata skor yang diperoleh adalah
36,3. Bila dipersentasekan mendapat skor 89,90% dengan kriteria sangat
layak sehingga dapat dikatakan seluruh butir soal memiliki validitas
isi yang baik. Hasil validasi ahli menyatakan bahwa rancangan produk
yang dikembangkan dapat digunakan di lapangan untuk uji coba.
3) Hasil implementasi
Berdasarkan hasil keputusan butir soal didapatkan 14 butir soal yang
dinyatakan valid dari 20 butir soal. Berdasarkan hasil analisis terhadap
lembar angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui bahwa
keterbacaan soal dalam instrumen tes dinyatakan baik. Dengan rincian
81,25% siswa menyatakan bahasa yang digunakan mudah dipahami dan
tidak menimbulkan penafsiran ganda. Sebanyak 76,56% siswa
menyatakan kalimat yang digunakan komunikatif dan tidak rancu,
79,69% siswa menyatakan kalimat dan ejaan yang digunakan dalam
soal sudah sesuai dengan EYD dan sebanyak 84,38% siswa menyatakan
Jenis dan ukuran huruf dalam soal dapat terbaca dengan jelas.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan hasil bahwa instrumen tes
dinyatakan efektif karena dapat mengkategorikan kemampuan berpikir
kritis siswa menjadi 4 kategori.
4) Hasil tanggapan guru dan siswa.
Skor rata-rata yang diperoleh dari angket tanggapan guru sebesar 32
persentase jumlah skor ratarata 80%. Guru juga memberikan saran untuk
perbaikan isntrumen tes, yaitu sebaiknya bacaan yang disajikan tidak
terlalu panjang tiap wacana. Sedangkan untuk skor rata-rata dari angket
tanggapan siswa sebesar 31,45 dari dengan persentase jumlah skor rata-
rata 78,62%. Rincian hasil tanggapan siswa terhadap instrumen tes yakni
70% siswa memberi tanggapan sangat baik dan 30% siswa memberi
tanggapan baik.
Kesimpulan Dari hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini
menghasilkan instrumen tes bermuatan etnosains untuk mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa dalam bentuk soal pilihan ganda
beralasan. Dimana etnosains yang digunakan adalah yang berkaitan
dengan kearifan lokal yang ada di Demak dan sesuai dengan materi
hidrolisis garam. Instrumen tes yang dikembangkan menghasilkan 14
butir soal yang dinyatakan valid dan reliabel dengan harga reliabilitas
sebesar 0,7625. Instrumen tes yang dikembangkan dinyatakan efektif
digunakan karena dapat mengkategorikan kemampuan berpikir kritis
siswa menjadi 4 kriteria yakni tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

4. Jurnal Nasional

Judul Analisis Keterampilan Generik Sains Siswa Pada Praktikum Besaran


Dan Pengukuran Kelas X Di Sma Muhammadiyah 1 Palembang
Jurnal JURNAL INOVASI DAN PEMBELAJARAN FISIKA
ISSN: 2355 – 7109
Penulis Sri Agustina, Muhammad Muslim2, dan Taufik

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 19 Maret 2019

Metode penelitian Metode yang dipakai adalah analisis deskriptif

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan generik sains
siswa pada praktikum besaran dan pengukuran.
Teori dan hasil- Gunawan (2012:186) mengemukakan bahwa untuk memberikan
hasil penelitian penekanan lebih besar pada aspek proses, siswa perlu diberikan
sebelumnya keterampilan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur,
berkomunikasi, menafsirkan data, dan bereksperimen secara bertahap
sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa dan materi perkuliahan
yang sesuai dengan kurikulum. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
pembelajaran fisika, keberadaan laboratorium sangatlah berpengaruh.

Kemampuan generik juga penting bagi siswa karena kemampuan ini


sangat dibutuhkan oleh siswa dalam mengembangkan karir sesuai dengan
bidang masing-masing. Kemampuan generik tidak diperoleh secara tiba-
tiba melainkan keterampilan itu harus dilatih agar terus meningkat.
Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat digunakan
untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam
sains (Brotosiswoyo, 2000).
Subjek penelitian Subjek penelitiannya adalah siswa kelas X IPA 1 di SMA
Muhammadiyah 1 Palembang
Teknik nnon tes berbentuk lembar observasi dan tes pilihan ganda.
pengumpulan data
Instrumen lembar observasi dan lembar tes
pengumpulan data
Analisis data Analisis Hasil Data Tes, Analisis Lembar Observasi

Hasil dan Dari hasil observasi tiap pertemuannya, keterampilan generik sains pada
pembahasan komponen Pengamatan Langsung dan bahasa simbolik hari pertama
memiliki rata-rata yang paling tinggi yaitu 67% dan 59 % . Hal ini terjadi
karena menurut siswa hal ini menarik pada praktikum hari pertama ini
materi yang di praktikumkan yaitu mengukur besaran panjang dan alat
yang di gunakan untuk praktikum yaitu penggaris, jangka sorong, dan
mikrometer sekrup. Siswa bertanya dan berdiskusi baik sesama anggota
kelompok maupun dengan anggota kelompok lain cara menggunakan alat
dengan benar dan untuk menghasilkan data yang akurat pada saat
menggunakan alat ukur besaran panjang untuk mengisi pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS masing-masing kelompok. Sedangkan pada
hari ke dua komponen pengamatan langsungnya memiliki rata-rata paling
rendah yaitu 51% dan komponen bahasa simbolik memiliki rata-rata 59%.
Hal ini di sebabkan karena pada praktikum alat ukur besaran massa alat
yang di gunakan yaitu neraca O’Hauss dan timbangn badan kurang
memadai sehingga mereka menggunakan alatnya secara bergantian tiap
kelompok dan menyebabkan siswa kurang fokus pada praktikum. Pada
pertemuan ke tiga keterampilan generik sains pada komponen
pengamatan langsung mengalami peningkatan kembali yaitu memiliki
rata-rata 67% dan komponen bahasa simbolik 57%. Hal ini terjadi karena
pada praktikum alat ukur besaran waktu peneliti menyediakan alat
stopwatch manual dan stopwatch digital dan bahannya bola pimpong.
Semua siswa di kelas tersebut melakukan praktikum dengan baik dan
mengamati dengan seksama gerakan bola pimpong yang di jatuhkan ke
lantai dan menghitung waktu tempuhnya menggunakan stopwatch.
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data hasil penelitian yang telah
dilakukan di kelas X IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Palembang tahun
ajaran 2013/2014 pada materi besaran dan pengukuran dapat disimpulan,
yaitu:
1. Hasil tes siswa secara klasikal menunjukkan 76% mencapai kriteria
ketuntasan minimal yaitu 70. Hal tersebut berarti penggunaan alat ukur
besaran terhadap keterampilan generic sains siswa kelas X SMA
Muhammadiyah 1 Palembang kategori nilai baik.
2. Hasil observasi menunjukkan bahwa komponen keterampilan generik
sains yang sering muncul adalah keterampilan pengamatan langsung
sebesar 62%. Kemudian dilanjutkan inferensi logika sebesar 59%, bahasa
simbolik sebesar 58% dan pemodelan matematik sebesar 58%.
Sedangkan keterampilan yang paling rendah persentase kemunculannya
adalah keterampilan kesadaran akan skala besaran sebesar 53%.

5. Jurnal UNNES

Judul PENGEMBANGAN BOOKLET ETNOSAINS FOTOGRAFI TEMA


EKOSISTEM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PADA SISWA SMP
Jurnal Unnes Science Education Journal 4 (2) 2015

Penulis Kevin Mahendrani , Sudarmin

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 26 Maret 2019

Metode penelitian Penelitian dan Pengembangan atau Research and development (R&D).
Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahapan yaitu Define, Design,
Development, dan Implementation.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Booklet Etnosains
Fotografitema ekosistem dan pengaruh penerapan booklet terhadap hasil
belajar pada siswa di SMP N 21 Semarang
Teori dan hasil- Penelitian yang dilakukan oleh Ngabekti (2014), dalam bentuk leafletnya
hasil penelitian KWLH (Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup) menggunakan
sebelumnya konsep bermain, belajar, bertamasya atau play, learn, and relax.

Menurut Suastra (2005), etnosains yaitu suatu kajian tentang sistem


pengetahuan yang diorganisasi dari budaya dan kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan alam semesta yang terdapat di masyarakat.

Matanga dan Jerie (2011), “Etnoscience can be define Indigenous


Knowledge is believed to be the knowledge that is a uniqe have to given
culture or society, which creates the basis for local level decision making
in agricultre, health care, food preparation and prevaration, education
reasearch management”
Subjek penelitian Siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 21 Semarang.

Teknik Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan


pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dokumentasi, angket dan tes. Metode
wawancara digunakan untuk observasi awal, metode dokumentasi
digunakan untuk mencari data-data untuk mengetahui gambaran umum
sekolah yang diteliti,metode angket untuk menguji kelayakan booklet,
dan metode tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa.
Instrumen Angket dan tes
pengumpulan data
Analisis data validasi komponen isi, kebahasaan, dan penyajian. Uji paired t test, dan
uji ketuntasan belajar klasikal.
Hasil dan - Hasil pengembangan booklet etnosains fotografi telah mendapat
pembahasan masukan dari masing-masing pakar yaitu dari bidang materi/isi,
penyajian, dan bahasa. Pakar dari setiap bidang berjumlah 3 yang
terdiri atas 1 dosen dan 2 guru.
- Penilaian tahap II oleh pakar isi/materi diperoleh nilai rata-rata skor
3,63, penilaian oleh pakar bahasa diperoleh rata-rata skor 3,7,dan
untuk penilaian oleh pakar penyajian diperoleh rata-rata skor 3,7.
- Hasil analisis diketahui bahwa hasil belajar nilai kognitif posttest lebih
tinggi dari hasil pretest. Hasil yang diperoleh untuk kelas VII
mengalami peningkatan N-gain didapatkan 0,5 termasuk dalam
kategori sedang. Hal ini menunjukkan peningkatan pada hasil belajar
ranah kognitif siswa dengan menggunakan booklet.
- Hasil analisis data, diperoleh harga thitung kelas penerapan yaitu
11,627 lebih besar daripada ttabel dengan α = 5% dan dk= n-1=59-1 =
58 sebesar 1,67 sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai pretes
dan postes terdapat perbedaan secara signifikan. Hal ini
menunujukkan bahwa booklet etnosains fotografi dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
- Keseluruhan siswa kelas VII berjumlah 59 siswa, sangat aktif
sebanyak 17 siswa, aktif sebanyak 37 siswa, dan cukup aktif sebanyak
5 siswa. Dapat dihasilkan bahwa keaktifan siswa secara klasikal pada
kelas VII mencapai persentase 91,48 % dengan kategori sangat aktif.
Sama halnya dengan hasil belajar yang diperoleh dari kelas VII,
bahwa kelas VII mendapat hasil persentase untuk ketuntasan klasikal
yaitu 86,44% dan pembelajaran dianggap berhasil.
- Keseluruhan guru IPA yang mengisi angket berjumlah 3 orang dan
dapat disimpulkan bahwa angket tanggapan guru IPA memperoleh
hasil persentase 93,5% (Guru IPA 1), 97,5% (Guru IPA II)dan 95%
Guru IPA III).Sehingga rata-rata persentase tanggapan guru pada
proses pembelajaran IPA dengan menggunakan booklet etnosains
fotografi tema ekosistem pada pembelajaran IPA adalah sebesar
94,31% dan tergolong dalam kategori sangat baik.
Kesimpulan 1). Booklet Etnosains Fotografi yang dikembangkan layak digunakan
sebagai produk bahan ajar; 2). PengembanganBooklet Etnosains Fotografi
yang diterapkan pada proses pembelajaran efektif terhadap hasil belajar
siswa dengan adanya peningkatan hasil belajar dari ranah kognitif dengan
ketuntasan secara klasikal 86,44% dan N-Gain sebesar 0,5 dengan tingkat
pencapaian sedang serta keaktifan siswa dengan kategori sangat aktif.
6. Jurna UNNES

Judul The Influence of Ethnoscience-Based Learning Video to Improve


Students’ Understanding of Green Chemistry in Integrated Science
Subject
Jurnal Journal of Innovative Science Education 7 (1) (2018) : 36-44

Penulis Danang Triasmoro Adhi, Sudarmin, Suharto Linuwih

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 26 Maret 2019

Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan


dengan modifikasi model 4D (Model Empat-D)
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan video pembelajaran untuk
kelas IPA terintegrasi dengan dasar etnosains dan penerapan prinsip
kimia hijau untuk siswa.
Teori dan hasil- Ethnoscience learning is based on the acknowledgment of culture as the
hasil penelitian fundamental part of education and as a communicative expression to the
sebelumnya development of science (Joseph, 2010).

Ethnobiology is based on interdisciplinary study about the relation of


plants and animals to human’s life in the past or now. One of the study in
ethnobiology is ethnobotany. It is a field which completely reviews the
reciprocal relation between plant and human (Utami & Haneda, 2010).

According to Suastra (2005), original natural science is the part of


people’s custom which is maintained and believed by people while
modern science is related to concepts, principle, and reproducible theories
(tested with laboratory experiment) and acknowledged by scientists.
Subjek penelitian Siswa kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 21 Semarang.

Teknik Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan


pengumpulan data menggunakan metode wawancara, dokumentasi, angket dan tes. Metode
wawancara digunakan untuk observasi awal, metode dokumentasi
digunakan untuk mencari data-data untuk mengetahui gambaran umum
sekolah yang diteliti,metode angket untuk menguji kelayakan video.
Instrumen Lembar Angket dan Soal tes
pengumpulan data
Analisis data validasi para ahli, tanggapan para pemangku kepentingan (guru dan
siswa), pemahaman siswa tentang prinsip hijau, dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa.
Hasil dan - Berdasarkan Tabel 1, dan 2, dapat diperoleh bahwa penggunaan media
pembahasan terbukti sangat tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
kimia hijau dalam persentase 72,42% dalam tes skala kecil. Setelah
pembaruan data dari saran siswa, versi tes yang lebih baru
memperoleh persentase 87,7% dalam kategori sangat layak untuk
meningkatkan prinsip-prinsip kimia hijau siswa.
- Berdasarkan Tabel 3, dapat diperoleh bahwa tanggapan dari guru 1
memperoleh rata-rata 94,4% atau sangat baik, sedangkan guru II
merespons dengan 100% atau dalam kategori sangat tepat. Dapat
disimpulkan bahwa video itu sangat tepat sesuai dengan tanggapan
guru.
- Berdasarkan Tabel 3, dapat diperoleh bahwa tanggapan dari guru 1
memperoleh rata-rata 94,4% atau sangat baik, sedangkan guru II
merespons dengan 100% atau dalam kategori sangat tepat. Dapat
disimpulkan bahwa video itu sangat tepat sesuai dengan tanggapan
guru.
- Berdasarkan Tabel 4, dapat diperoleh bahwa tanggapan dari siswa
VIII A (skala kecil) memperoleh rata-rata 72,42 atau layak, sedangkan
siswa VIII D (skala besar) memperoleh rata-rata 87,68 kategori sangat
tepat. Dapat disimpulkan bahwa video itu sangat tepat sesuai dengan
respons pengembangan prinsip kimia hijau.
- Peningkatan Lingkup Belajar Siswa
Peningkatan pembelajaran siswa dapat dilihat dari pre-test dan pottest.
Pra tes pembelajaran memperoleh skor rata-rata 54, sedangkan skor
rata-rata posttest adalah 78. Itu diperoleh nilai gain 0,52 atau dalam
kategori sedang. Itu menunjukkan bahwa video tersebut efektif untuk
mengembangkan pemahaman siswa.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
sains menggunakan video berbasis ethnoscience untuk zat aditif untuk
mengembangkan prinsip kimia hijau sangat sesuai menurut Badan
Standardisasi Nasional Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan
siswa. Video ini dapat digunakan sebagai bahan pelengkap untuk ilmu
pengetahuan alam. Video tersebut dapat digunakan sebagai referensi
untuk mengembangkan materi pembelajaran untuk materi lainnya.

7. Jurna UNNES

Judul KELAYAKAN BUKU AJAR BERBASIS ETNOSAINS PADA


MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK
MELATIHKAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP
Jurnal e-jurnal pensa. Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, 151 - 155

Penulis Amanda Dwi Ristanti1

Reviewer Iza

Tanggal 4 April 2019


Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu Research and
Development (R&D) dengan mengacu prosedur pengembangan Sugiyono
yang terdiri dari 10 tahapan. Namun, tahapan yang ditempuh hanya
sampai pada tahap ketujuh yaitu revisi produk.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujan untuk mengetahui kelayakan buku ajar berbasis
etnosains pada materi pencemaran lingkungan untuk melatihkan berpikir
kritis siswa SMP secara teoritis dan empiris.
Teori dan hasil- - Hasil penelitian tersebut juga sejalan dengan pendapat dari Rosyida
hasil penelitian (2013) yang menyatakan bahwa melalui buku ajar yang berbasis
sebelumnya etnosains, diharapkan dapat melatih berpikir kritis siswa dalam
mengkaitkan materi dengan kebudayaan atau kebaiasaan suatu daerah
sekitar.
- Arfianawati (2016) yang menyatakan bahwa penerapan pembelajaran
berbasis etnosains dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa dengan presentase kenaikan sebesar 17%.
Subjek penelitian Siswa SMPN 1 Gresik tahun pelajaran 2017/2018 di kelas VII sebanyak
32 siswa
Teknik Kelayakan teoritis ditinjau berdasarkan validasi buku ajar, sedangkan
pengumpulan data kelayakan empiris ditinjau berdasarkan uji keterbacaan dan hasil respon
siswa terhadap buku ajar.
Instrumen Angket dan wawancara
pengumpulan data
Analisis data Analisis validitas buku ajar , perhitungan berdasarkan skala likert pada
setiap komponen dan kemudian diinterpretasikan berdasarkan tabel
interpretasi skor validitas buku ajar yang diadaptasi dari Riduwan (2012).
Hasil dan - Validasi buku ajar
pembahasan Pada komponen isi, diperoleh skor rata-rata sebesar 3,86% dengan
kategori valid. Pada komponen penyajian diperoleh skor rata-rata
sebesar 3,61% dengan kategori valid, dan komponen bahasa
memperoleh skor sebesar 3,73% dengan kategori valid.
- Keterbacaan oleh siswa
Hasil lembar keterbacaan sebanyak 92,56% dengan aktegori sangat
baik.
Kesimpulan Hasil data penelitian menunjukkan bahwa buku ajar berbasis etnosains
dinyatakan layak digunakan untuk siswa SMP secara teoritis yang
ditinjau berdasarkan hasil validasi. Skor yang diperoleh dari hasil validasi
sebesar 3,73 dengan kategori sangat valid. Kelayakan empiris buku ajar
yang ditinjau berdasarkan uji keterbacaan memperoleh peringkat 7 yang
berarti sesuai dan layak digunakan untuk siswa SMP kelas 7, sedangkan
respon siswa terhadap buku ajar memiliki nilai rata-rata sebesar 91,25%
dengan kriteria sangat baik.

8. Jurnal internasional
Judul STEM Images Revealing STEM Conceptions of Pre-Service
Chemistry and Mathematics Teachers
Jurnal International Journal of Education in Mathematics, Science and
Technology, Volume 4, Number 1, 2016
Penulis Sevil Akaygun, Fatma Aslan-Tutak

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 5 April

Metode penelitian R&D kualitatif

Tujuan penelitian untuk menyelidiki bagaimana konsepsi STEM kimia pra-jabatan dan guru
matematika (N = 38) berevolusi saat mereka bekerja bersama melalui
modul STEM, Pembelajaran Kolaborasi untuk Mengajar STEM (CLT-
STEM), digambarkan oleh poster-poster yang mereka siapkan dalam
kelompok sebelum dan sesudah implementasi.
Teori dan hasil- - As the scientific and technological developments accelerate the world
hasil penelitian everyday, the need for the skilled work force who will take part in this
sebelumnya endeavor increases. The skills that 21st century citizens are required to
survive in the modern world include communication, critical thinking,
creativity and collaboration (Partnership for 21st Century Learning,
2015).
- Dugger (2010), describes four ways to teach STEM at PK-12 level; as
teaching subjects isolated as an independent subject (S-T-E-M), as
putting emphasis on one or two subjects (SteM), as integrating one of
the STEM disciplines into the other three (ES-T-M), and finally,
infusion of all four disciplines into each other. All in all, “STEM
education offers students a chance to make sense of the integrated
world we live in rather than learning fragmented bits and pieces of
knowledge and practices about it” (p.2)
Subjek penelitian Ada 30 guru mata pelajaran matematika senior (17 wanita, 13 pria) dan
18 guru mata kuliah kimia senior (14 wanita, 4 pria).
Teknik administrasi survei, wawancara individu
pengumpulan data
Instrumen Lembar penilaian Poster, Lembar angket, rekaman video diskusi kelas,
pengumpulan data koleksi artefak dan poster yang dibuat oleh peserta.
Analisis data Disini hanya dibahas analisis poster saja. a) analisis gambar STEM secara
keseluruhan mewakili integrasi disiplin STEM, (b) analisis gambar
STEM yang mewakili setiap disiplin STEM.
Hasil dan - Sebelum modul CLT-STEM, konsepsi guru pra-layanan didasarkan
pembahasan pada bacaan yang diberikan kepada mereka dan mereka paling banyak
mengakui hubungan antara bidang-bidang ini. Karena sifat infus CLT-
STEM, mereka dapat mengalami aktivitas STEM tanpa banyak
pemisahan. Sifat Modul CLT-STEM dapat menjelaskan konsepsi kode
integrasi STEM dari level gratis dan terintegrasi yang menjadi
mayoritas dalam poster akhir.
- ketika ada perubahan negatif dalam konsepsi integrasi STEM, peserta
berusaha untuk menekankan pada tujuan pendidikan STEM untuk
pengajaran yang efektif dalam poster terakhir mereka
- ketika guru pra-jabatan menyelesaikan Modul CLT-STEM mereka
mulai mewakili konsepsi masing-masing bidang dengan detail lebih
sedikit dan menunjukkan satu simbol spesifik yang mewakili bidang
Kesimpulan Secara keseluruhan, penelitian yang dilaporkan dalam artikel ini
menunjukkan bahwa konsep guru STM tentang integrasi STEM, serta
bahwa untuk setiap mata pelajaran berubah menjadi pandangan yang
lebih terintegrasi ketika mereka menyelesaikan Modul CLT-STEM.
Temuan penelitian ini mendorong penerapan pendidikan STEM dalam
pendidikan guru sains dan matematika pra-layanan. Analisis lebih lanjut
dari pengalaman guru pra-layanan dapat mengungkapkan sifat
pembelajaran mereka selama program tersebut (Aslan-Tutak & Akaygun,
2015).

9. Jurna ke-9

Judul PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BOOKLET PADA


MATERI SISTEM IMUN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
KELAS XI SMAN 8 PONTIANAK
Jurnal Jurnal Bioeducation , Vol. 4, No 1, Ferbuari 2017

Penulis Avisha Puspita, Arif Didik Kurniawan, Hanum Mukti Rahayu

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 5 April

Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu model pengembangan 4-D
(four D model).
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran
booklet sistem imun.
Teori dan hasil- - Menurut Imtihana, dkk (2014: 63) Booklet merupakan suatu sumber
hasil penelitian belajar dapat digunakan untuk menarik minat dan perhatian siswa
sebelumnya karena bentuknya yang sederhana dan banyaknya warna serta
ilustrasi yang ditampilkan. Selain itu, booklet dapat dibaca
dimanapun dan kapanpun yang dapat membantu meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi khususnya sistem imun yang
selama ini dianggap sulit karena materinya yang cukup banyak.
Subjek penelitian Siswa kelas XI MIA di SMA N 8 Pontianak
Teknik wawancara (interview) dan observasi, validasi ahli, angket dan tes
pengumpulan data
Instrumen pedoman wawancara dan lembar observasi, soal pretest dan
pengumpulan data posttestberupa pilihan ganda sebanyak 20 soal, lembar validasi, anket
respon dan pengukuran hasil belajar
Analisis data analisis deskriptif, di mana data yang terkumpul berbentuk kata-kata.
Hasil dan Pengembangan media pembelajaran booklet sistem imun yang harus
pembahasan diperhatikan yaitu kelayakannya sebagai media pembelajaran. Kelayakan
media booklet dalam penelitian ini dilihat dari beberapaaspek yaitu aspek
kevalidan, aspek kepraktisan, respon siswa terhadap media, dan aspek
keefektifan.
- Penilaian para ahli yaitu ahli materi, ahli media dan ahli bahasa
termasuk dalam kategori sangat valid dengan persentase sebesar
89,3%.
- Uji Keefektifan media bahwa siswa yang memperoleh skor kategori
sedang ada 33 siswa dengan rentang 0,7> (g) ≥ 0,3 dan ada 2 siswa
yang memperoleh kategori tinggi dengan rentang (g) ≥0,7. Kedua
siswa ini juga memiliki kemampuan akademik yang lebih baik di
dalam kelas.
- Aspek kepraktisan media dilakukan dengan tujuan untuk menguji
kepraktisan produk pengembangan dalam pemakaiannya. Data yang
diperoleh secara berturut-turut dari para ahli yaitu sebesar 87,5%,
91,7% dan 92,5%. Dari data tersebut media yang dikembangkan sudah
praktis dan dapat digunakan di lapangan dengan sedikit revisi sesuai
dengan saran ahli.
- Data yang diperoleh dari angket respon siswa skala kecildan skala
besar secara berturut-turut tiap aspek menunjukkan persentase
kemudahan pemahaman sebesar 93,7% dan 91,7, kemandirian belajar
85,5% dan 82,8%, keaktifan dalam belajar 87,5% dan 85,5%, minat
booklet 93,7% dan 89,1%, penyajian booklet 89% dan 84,8% serta
penggunaan booklet 94,7% dan 89%.
- Dalam proses pembelajaran apabila hasil belajar meningkat maka
siswa telah mengalami peningkatan pemahaman. Dengan
meningkatnya hasil belajar dapat dikatakan bahwa media yang
digunakan tersebut telah efektif. Peningkatan yang terjadi dilihat dan
dianalisis dengan menghitung nilai gain. Berdasarkan data yang
diperoleh ada 33 siswa yang memperoleh nilai gain dengan kategori
sedang dan ada 2 siswa juga termasuk dalam kategori tinggi. Secara
keseluruhan diperoleh rata-rata nilai gain yaitu 0,51dengan kategori
sedang jika 0,7 > (g) ≥ 0,3 sehingga media yang dikembangkan sudah
dapat dikatakan efektif.
Kesimpulan - Hasil penilaian para ahli diperoleh rata-rata persentase kevalidan dan
kepraktisan sebesar 89,3% dengan kategori sangat valid dan sanga
tpraktis.
- Uji efektifitas menunjukkan terdapat peningkatan dalam hasil belajar
siswa dengan rata-rata nilai gain sebesar 0,51 dengan kategori sedang.
- Berdasarkan ujico baskala kecil dan skala besar secara berturut-turut
diperoleh data yang menyatakan bahwa responden memberikan respon
positif terhadap media pembelajaran booklet sebesar 90,2% dan
86,5%.

10. Jurna nasional

Judul PENGEMBANGAN STEM-A (SCIENCE, TECHNOLOGY,


ENGINEERING, MATHEMATIC AND ANIMATION) BERBASIS
KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA
Jurnal Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 06 (1) (2017) 67-73

Penulis Indri Sari Utami, Rahmat Firman Septiyanto, Firmanul Catur Wibowo,
Anang Suryana
Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 5 April

Metode penelitian Metode Penelitian yang dilakukan adalah Kuasi Eksperimen dengan
desain penelitian one group pretest-posttest design.
Tujuan penelitian Untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan media
pembelajaran STEM-A berbasis kearifan lokal
Teori dan hasil- - Kennedy Dan Odell (dalam Kelley, 2016) menunjukkan bahwa
hasil penelitian pendidikan STEM yang berkualitas tinggi harus mencakup (a)
sebelumnya integrasi teknologi dan teknik menjadi ilmu pengetahuan dan
matematika; (b) mengedepankan penyelidikan ilmiah dan desain
teknik, termasuk matematika dan instruksi sains; (c) pendekatan
kolaboratif terhadap belajar, menghubungkan siswa dan pendidik
dengan STEM; (d) Menyediakan sudut pandang global dan multi
perspektif; (e) Menggabungkan strategi seperti pembelajaran
berbasis proyek, menyediakan pengalaman belajar formal dan
informal; Dan (f) Memasukkan Teknologi yang sesuai untuk
meningkatkan pembelajaran.
Subjek penelitian Mahasiswa

Teknik Tes dan angket


pengumpulan data
Instrumen Lembar soal dan lembar angket
pengumpulan data
Analisis data korelasi product moment angka kasar (Sugiyono, 2009)
Hasil dan - Setelah diterapkan pembelajaran STEM-A terjadi peningkatan
pembahasan pemahaman konsep mahasiswa pada konsep suhu dan kalor. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rata-rata gain yang dinormalisasi dari
pembelajaran yang diterapkan.
- Pembelajaran STEM-A ini dapat meningkatkan pemahaman konsep
mahasiswa. Hal ini dikarenakan mereka secara langsung mengaitkan
konsep fisika yaitu suhu dan kalor dengan listrik. Sehingga mereka
mampu memahami termolektrik yang mereka buat mulai dari bahan-
bahan, cara kerjanya hingga efisiensinya. Ketika mendapat lembar
kerja berbasis STEM-A mereka langsung mengerjakannya secara teliti
dengan mengikuti setiap langkah dalam lembar kerja.
Kesimpulan Hasil observasi kelas setelah pembelajaran STEM-A dengan
memanfaatkan material panas yang terdapat pada batu kuwung
menghasilkan lembar kerja yang berbasis STEM-A. Lembar kerja yang
dapat membimbing mahasiswa mengaplikasikan STEM pada
pembelajaran Fisika Dasar dengan mengaitkannya pada kearifan lokal di
daerah terdekat mereka. Dengan lembar kerja berbasis STEM ini
mahasiswa dapat melakukan sendiri penyelidikannya untuk memecahkan
masalah tanpa diajarkan seluruhnya oleh dosen. Dari hasil observasi juga
menunjukkan pemahaman konsep mahasiswa meningkat setelah
diterapkan pembelajaran STEM-A. peningkatan pemahaman konsep ini
dalam kategori sedang.

11. Jurnal nasional

Judul Pengaruh Project Based Learning Terintegrasi Stem Terhadap


Literasi Sains, Kreativitas dan Hasil Belajar Peserta Didik
Jurnal Dipresentasikan pada Prosiding Seminar Nasional Biologi dan
Pembelajarannya
Penulis Lutfi, Ismail, Andi Asmawati Azis

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 5 April

Metode penelitian Eksperimen dengan bentuk desain Nonequivalent Pretest Postest Control
Group Design
Tujuan penelitian Tujuan implementasi project based learning STEM dalam pembelajaran
diharapkan dapat memberikan pengaruh positif terhadap literasi sains,
kreativitas dan hasil belajar peserta didik.
Teori dan hasil- Project based learning dan STEM memiliki kelebihan dan kekurangan
hasil penelitian yang saling melengkapi. Pada project based learning peserta didik
sebelumnya memahami konsep dengan membuat produk, sedangkan pada
pembelajaran STEM terjadi proses perancangan dan redesign
(engineering design process) yang membuat peserta didik menghasilkan
produk terbaiknya. Integrasi aspek-aspek STEM dapat memberikan
dampak positif terhadap pembelajaran terutama dalam hal peningkatan
hasil belajar peserta didik di bidang sains dan teknologi (Becker & Park,
2011).
Subjek penelitian Kelas X SMA Negeri 11 Kabupaten Sinjai

Teknik Observasi dan wawancara


pengumpulan data
Instrumen (1) Test of scientific Literacy Skills (TOSLS) terdiri dari 20 soal pilihan
pengumpulan data ganda sesuai dengan indikator yang diadaptasi dan dikembangkan dari
Gormally. (2) Tes kreativitas menggunakan TTCT verbal yang diadaptasi
dari Torrance. (3) tes hasil belajar terdiri dari 30 nomor soal pilihan
ganda dan (4) angket respon peserta didik dan guru terhadap
implementasi model PjBL STEM.
Analisis data
Hasil dan - Pengaruh implementasi model PjBL STEM terhadap literasi sains
pembahasan peserta didik pada kelas eksperimen yang signifikan menunjukkan
bahwa model tersebut baik diterapkan dalam pembelajaran khususnya
pada materi pencemaran lingkungan dikarenakan dapat mendorong
peserta didik untuk belajar tentang alam dan lingkungan melalui
eksplorasi, penyelidikan, dan pemecahan masalah.
- Pelaksanaan model pembelajaran mendapat respon sangat positif dari
peserta didik. Peningkatan literasi sains, kreativitas dan hasil belajar
mendapat respon sangat positif dari peserta didik. Kerjasama dan
kolaborasi dalam kelompok mendapat respon positif dari peserta didik.
Kesimpulan Implementasi model PjBL terintegrasi STEM dalam pembelajaran
Biologi pada tema pencemaran lingkungan memiliki respon yang sangat
positif dari peserta didik dan efektif untuk diterapkan. Uji hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, dimana literasi sains, kreativitas dan
hasil belajar pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol. dengan demikian model PjBL STEM berpengaruh terhadap
literasi sains, kreativitas dan hasil belajar peserta didik di SMAN 11
Sinjai.

12. Jurna UNNES

Judul Efektivitas Virtual Lab Berbasis STEM dalam Meningkatkan


Literasi Sains Siswa dengan Perbedaan Gender
Jurnal Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2 (2), 2016, 190 – 201

Penulis I. Ismail , Anna Permanasari , Wawan Setiawan

Reviewer

Tanggal
Metode penelitian Metode pre-experi-mental, penelitian ini menggunakan desain one Group
pretest-posttest
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas virtual lab berbasis
STEM sebagai media praktikum alternatif dalam meningkatkan literasi
sains siswa dengan perbedaan gender
Teori dan hasil- Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) merupakan
hasil penelitian pendekatan dalam perkembangan dunia pendidikan khusus-nya di bidang
sebelumnya IPA. Pendidikan STEM dibentuk berdasarkan perpaduan beberapa
disiplin ilmu menjadi satu bentuk kesatuan pendekatan baru yang utuh.
Disiplin ilmu yang menjadi kom-ponen dari pendekatan STEM yaitu
sains, tek-nologi, enjinering, dan matematika. Penginte-grasian beberapa
disiplin ilmu ini dalam satu kesatuan diharapkan mampu menghasilkan
lulusan yang kompeten dan berkualitas tidak saja dalam hal penguasaan
konsep tetapi juga dalam mengaplikasikannya pada kehidupan.
Pendekatan STEM merupakan perpaduan dari sains, teknologi, enjiniring,
dan matematika ke dalam satu kurikulum secara keseluruhan (Jones,
2008).

Pendidikan STEM merupakan gerakan global dalam praktik pendidikan


yang mengin-tegrasikan dengan berbagai pola integrasi untuk
mengembangkan kualitas SDM yang sesuai dengan tuntutan keterampilan
abad ke-21. Pem-belajaran sains berbasis STEM sebagai salah satu wujud
dari pendidikan STEM kompatibel dengan sistem kurikulum yang berlaku
di Indonesia masa kini. (Firman, 2015).

Subjek penelitian Siswa kelas 7B dengan jumlah siswa 29 orang perempuan dan kelas 7D
dengan jumlah siswa 30 orang laki-laki.
Teknik Teknik pengambilan data menggunakan metode observasi, angket, dan
pengumpulan data tes.
Instrumen Lembar observasi, lembar angket dan soal tes
pengumpulan data
Analisis data Efektivitas virtual lab berbasis STEM dianalisis dengan Independent-
samples T-test kemudian dihitung nilai effect size.
Hasil dan - Peningkatan literasi sains siswa kelas perempuan lebih besar
pembahasan dibandingkan kelas laki-laki dengan selisih rata-rata peningkatan
literasi sains adalah = 7.
- Dilihat pada tabel menunjukkan peningkatan tertinggi pada kelas
perempuan (7B) pada konten indikator pencemaran air sebesar
57,89%, sedangkan kelas laki-laki (7D) pada konten pengertian
pencemaran air sebesar 54,55%. Konten yang mengalami peningkatan
terendah pada kelas perempuan (7B) adalah konten pe-ngertian
pencemaran air sebesar 40,74%, se-dangkan kelas laki-laki (7D) pada
konten kom-ponen pencemaran air sebesar 10,93%.
Kesimpulan Virtual lab berbasis STEM dengan tema pencemaran air efektif dalam
meningkatkan lite-rasi sains siswa baik kelas perempuan (7B) maupun
kelas laki-laki (7D) dengan hasil peningkatan literasi sains siswa
perempuan lebih unggul dibandingkan siswa laki-laki. Keterlak-sanaan
pembelajaran IPA tema pencemaran air menggunakan virtual lab berbasis
STEM dengan pendekatan saintifik termasuk dalam kategori hampir
seluruh kegiatan terlaksana.

13. Jurna nasional

Judul Implementasi pendekatan pembelajaran STEM untuk


meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada materi
gelombang bunyi
Jurnal JRKPF UAD Vol.5 No.2 Oktober 2018

Penulis Nailul Khoiriyah, Abdurrahman, dan Ismu Wahyudi

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Eksperimen dan Desain penelitian yang diterapkan pada penelitian ini
adalah quasi-experiment design dan menggunakan jenis eksperimen the
non-equivalent pretest-postest control group design
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan mengetahui implementasi pendekatan
pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering, and
Mathematics) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Teori dan hasil- Pendidikan STEM bermakna memberi penguatan praktis pendidikan
hasil penelitian dalam bidang-bidang STEM secara terpisah, sekaligus lebih
sebelumnya mengembangkan pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan sains,
teknologi, rekayasa, dan matematika dengan memfokuskan proses
pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
ataupun kehidupan profesi (Septiani, 2016)

Pendekatan dengan menggunakan STEM dapat berupaya memunculkan


keterampilan dalam diri siswa, misalnya kemampuan menyelesaikan
persoalan dan kemampuan melakukan penyelidikan. Keterampilan ini
penting untuk membantu meningkatkan sumber daya manusia. Berikut ini
adalah tabel yang menunjukkan definisi dari literasi STEM pada empat
bidang studi yang saling berhubungan (Asmuniv, 2015)
Subjek penelitian siswa kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 2 SMAN 13 Bandar Lampung
tahun ajaran 2017/2018
Teknik Observasi dan wawancara
pengumpulan data
Instrumen soal pretest dan posttest
pengumpulan data
Analisis data Analisis N-Gain, uji normalitas, uji homogenitas, uji independent sample
T-test, dan uji Paired sample T-test
Hasil dan - Adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa sebesar 32,10
pembahasan setelah diterapkan pendekatan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran STEM dengan 18 siswa memiliki kategori
tinggi dan 12 siswa memiliki kategori sedang.
- Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
peningkatan setiap indikatornya pada saat diberikan soal pretest dan
posttest yang secara umumnya kedua kelas mengalami peningkatan.
Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator memberikan pendapat
dan kesimpulan awal, pada kelas eksperimen sebesar 21% dan kelas
kontrol sebesar 15%. Peningkatan pada indikator ini disebabkan
pendekatan STEM siswa diberikan kesempatan untuk berperan aktif
dalam pembelajaran dengan memberikan pendapat dan membuat
kesimpulan awal dari materi yang disampaikan.
- Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat dari
peningkatan setiap indikatornya pada saat diberikan soal pretest dan
posttest yang secara umumnya kedua kelas mengalami peningkatan.
Peningkatan tertinggi terdapat pada indikator memberikan pendapat
dan kesimpulan awal, pada kelas eksperimen sebesar 21% dan kelas
kontrol sebesar 15%. Peningkatan pada indikator ini disebabkan
pendekatan STEM siswa diberikan kesempatan untuk berperan aktif
dalam pembelajaran dengan memberikan pendapat dan membuat
kesimpulan awal dari materi yang disampaikan sigifikan. Disisi lain,
secara kategori tingkat kemampuan berpikir kritis siswa masih
tergolong sedang dan belum mencapai kategori tinggi, hal ini diduga
karena siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan teknologi
dan rekayasa dari materi yang dibelajarkan. Pada proses pembelajaran
selama ini, siswa hanya sampai pada tahap pengetahuan dan
matematis yaitu dengan mempresentasikan materi yang terdapat di
buku panduan.
- Faktor lain yang diduga menjadi penyebab dari kurang maksimalnya
peningkatan kemampuan berpikir kritis adalah motivasi intrinsik
setiap siswa yang berbeda-beda. Siswa dengan motivasi intrinsik
tinggi akan lebih mudah menyerap hal-hal baru dan berusaha untuk
mampu menyelesaikan permasalahan dengan mengerahkan
kemampuan berpikir kritisnya, sedangkan siswa dengan motivasi
intrinsik rendah hanya mengikuti pembelajaran sekedarnya saja.
Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa:
(1) Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran STEM dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara signifikan dengan
taraf kepercayaan 95% dan nilai N-gain sebesar 0,63 dengan kategori
sedang.
(2) Peningkatan setiap indikator kemampuan berpikir kritis berbeda-beda.
Peningkatan indikator tertinggi terdapat pada indikator memberikan
pendapat dan kesimpulan awal, sedangkan peningkatan indikator terendah
terdapat pada indikator menarik kesimpulan atau mengatur strategi dan
taktik.
(3) Hasil belajar dengan menerapkan pendekatan pembelajaran STEM
pada kemampuan berpikir kritis lebih baik dibandingkan dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran konvensional.

14. Jurnal Nasional

Judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem


Based Learning)Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains
Siswa Sma
Jurnal Journal of Innovative Science Education, JISE 4 (1) (2015), ISSN 2252
– 6412
Penulis Rachmawati Istianah, Kasmadi IS, MS, Antonius Tri Widodo

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian 4-D (Four D Model) yang dimodifikasi menjadi tiga tahap yaitu
pendefenisian, perancangan, dan pengemangan.
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan perangkat
pembelajaran yangvalid dan efektif pada materi Asam-Basa dengan
model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan Keterampilan
Generik Sains, serta mengetahui respon siswa terhadap perangkat
pembelajaran yang dikembangkan.
Teori dan hasil- Brotosiswoyo (2001) dan Hartono (2006) mengemukakan gagasan
hasil penelitian mengenai keterampilan berpikir dalam pembelajaran sains yang
sebelumnya disebutnya sebagai keterampilan atau kemahiran generik. Brotosiswoyo
(2001) dan Hartono (2006) mengemukakan gagasan mengenai
keterampilan berpikir dalam pembelajaran sains yang disebutnya sebagai
keterampilan atau kemahiran generik.

Freudenberg et al (2011) yang mengatakan bahwa siswa yang diajar


dengan menggunakan pembelajaran terintegrasi kegiatan praktek akan
mempunyai keterampilan generik meliputi keterampilan pemecahan
masalah, interpersonal, keterampilan komunikasi secara lisan dan tertulis,
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
konvensional.
Subjek penelitian Siswa dikelas XI IA SMA N 1 Semarang

Teknik Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara,


pengumpulan data dokumentasi, observasi, tes penguasaan konsep terintegrasi Keterampilan
Generik Sains, dan angket.
Instrumen Perangkat pembelajaran yang dikembangkan (Silabus,Rencana
pengumpulan data Pelaksanaan Pembelajaran, Bahan Ajar, LKS, Alat Evaluasi Keterampilan
Generik Sains, Lembar Observasi Afektif dan Psikomotorik, dan Angket
Respon Siswa), dan lembar validasiperangkat pembelajaran yang meliputi
telaahkonstruk dan telaah isi.
Analisis data validasi ahli serta hasil belajar yangberupa hasil belajar kognitif pretes
dan post test, hasil belajar afektif, dan hasil belajar psikomotorik
sertaangket respon siswa.
Hasil dan - Pembelajaran Berbasis Masalah yang telah dilakukan mampu
pembahasan memberikan ketertarikan yang tinggi pada siswa , hal ini terlihat pada
kegiatan diskusi dan presentasi dikelas maupun pada saat kegiatan
praktikum dilaboratorium.
- Pembelajaran menggunakan perangkat PBM pada materi asam basa
dapat meningkatkan hasil belajar afektif siswa.
- Perangkat pembelajaran belum dikatakan efektif sebab kurang dari ¾
jumlah siswa yang tuntas. Hal ini dikarenakan sebagian siswa
mengalami kesulitan atau kurang terbiasa mengerjakan soal evaluasi
berupa objektif tes dengan penjelasan singkat, sehingga dalam
menjawab soal siswa kurang bisa memberikan alasan yang tepat dan
sistematis, akibatnya siswa tidak bisa mendapatkan skor maksimal
dalam menjawab soal.
- Peningkatan Keterampilan Generik Sains bahasa simbolik dan
inferensi logika pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas
kontrol, sedangkan peningkatan keterampilan gnerik sains hukum
sebab akibat kedua kelas baik kontrol maupun eksperimen termasuk
dalam kriteria sedang dengan gain yang hampir sama sehingga
peningkatan keterampilan gnerik sains hukum sebab akibat kedua
kelas tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan memiliki kriteria sangat valid dengan rata-rata skor
sebesar 3,63. Perangkat pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa
dengan perolehan N-Gain sebesar 0,63 dalam kategori sedang. Persentase
ketuntasan yang didapat kelas eksperimen sebesar 74,29%. Dapat
dikatakan bahwa perangkat pembelajaran berbasis masalah belum efektif
untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Siswa
memberikan respon positif terhadap perangkat pembelajaran yang
dikembangkan dalam kategori sangat setuju sebesar 65,7% dan setuju
sebesar 34,3%.

15. Jurnal internasional

Judul The Analysis of Generic Science Skills of High School Students

Jurnal Advances in Social Science, Education and Humanities Research


(ASSEHR), volume 158
International Conference on Teacher Training and Education 2017
(ICTTE 2017)
Penulis Elok Norma Khabibah, Mohammad Masykuri, Maridi

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif deskriptif.

Tujuan penelitian The purpose of this study is to analyze the generic science skills of high
school students.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keterampilan sains
generik siswa sekolah menengah.
Teori dan hasil- The learning model use generic science skills make students become
hasil penelitian active in the learning process on physics lessons. The students are
sebelumnya required prepare themselves mentally and for understanding the material
information studied on the learning activity. The knowledge with the
mental a connection has been produced from the concept formulation by
the active students in the learning process. (Maknun, 2015)
Model pembelajaran menggunakan keterampilan sains generik membuat
siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran pada pelajaran fisika. Para
siswa diminta mempersiapkan diri secara mental dan untuk memahami
informasi materi yang dipelajari pada kegiatan pembelajaran.
Pengetahuan dengan mental koneksi telah dihasilkan dari perumusan
konsep oleh siswa aktif dalam proses pembelajaran. (Maknun, 2015)

The trained and adopting the generic skills component of science in the
learning process will make students have life skills for the present and
future.
Melatih dan mengadopsi komponen keterampilan generik sains dalam
proses pembelajaran akan membuat siswa memiliki keterampilan hidup
untuk saat ini dan masa depan (Geraei,2015).

Test (NOSLiT) by Wenning. It consists of 20 multiple choice questions. It


involves questions assessing generic science skills indicators that
conducted ten indicators (Brotosiswoyo, 2000).
Tes keterampilan sains generik diadaptasi dan dikembangkan dari Nature
of Science Literacy Test (NOSLiT) oleh Wenning. Ini terdiri dari 20
pertanyaan pilihan ganda. Ini melibatkan pertanyaan menilai indikator
keterampilan sains generik yang dilakukan sepuluh indikator
(Brotosiswoyo, 2000).

Subjek penelitian 81 siswa kelas XI Madrasah Aliyah 1 Surakarta.


Teknik Data diperoleh melalui tes keterampilan sains generik yang berisi
pengumpulan data indikator keterampilan sains generic.
Instrumen tes keterampilan sains generik
pengumpulan data
Analisis data Analisis tes keterampilan sains generik
Hasil dan - Indikator keterampilan sains umum yang mendapatkan skor tertinggi
pembahasan adalah pengamatan tidak langsung dan kemudian pengamatan
langsung. Ini karena dalam melakukan pengamatan tidak langsung,
siswa tidak perlu banyak indera yang harus dilibatkan untuk
mendapatkan dan mengumpulkan data.
- Siswa kelas 11 di Madrasah Aliyah 1 Surakarta Negeri dapat
memahami materi pembelajaran dengan karakteristik yang kompleks
dan abstrak dan banyak eksperimen di dalamnya.
- Siswa tidak mengalami kesulitan dalam indikator abstraksi. Tetapi
Indikator pemodelan matematika mendapat skor rendah. Siswa belum
terbiasa membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan spesifik
menjadi salah satu faktor penyebab skor rendah pada indikator
pemodelan matematika.
- Indikator kausalitas, kerangka kerja logis, dan konsistensi logis
mendapat skor sangat rendah. Kemampuan untuk berpikir konsistensi
logis membutuhkan pemikiran tingkat tinggi

Kesimpulan Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa keterampilan sains generik


siswa sekolah menengah di Madrasah Aliyah 1 Surakarta masih rendah.
Skor rata-rata adalah 53,43% yang ditafsirkan sebagai skor moderat
dengan indikator pengamatan tidak langsung mendapatkan skor tertinggi
dan indikator konsistensi logis mendapatkan skor terendah. Keterampilan
sains generik harus diperhatikan oleh para praktisi. Mereka harus melatih
siswa keterampilan ini melalui mata pelajaran sains di sekolah.

16. Jurnal internasional

Judul Effect of Scientific Inquiry Learning Model on the Student’s Generic


Science Skill
Jurnal IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) e-
ISSN: 2320–7388,p-ISSN: 2320–737X Volume 7, Issue 4 Ver. I (Jul - Aug
2017), PP 60-64
Penulis Saima Putrini R. Harahap, Ridwan A. Sani, Mariati P. Simanjuntak

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan desain
dua kelompok pretest-posttest.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh model pembelajaran
inkuiri ilmiah pada keterampilan sains generik siswa (GSS).
Teori dan hasil- GSS is a skill that can be used to study the various concepts and solve
hasil penelitian problems in science (Brotosiswoyo, 2000).
sebelumnya Keterampilan generic sains adalah keterampilan yang dapat digunakan
untuk mempelajari berbagai konsep dan memecahkan masalah dalam
sains (Brotosiswoyo, 2000).

GSS is very useful for students to solve problems in physics on the


surrounding environment as well as the time the learning process takes
place. GSS is a skill that is used in general in a variety of scientific work
(Mohamed, 2009).
GSS sangat berguna bagi siswa untuk memecahkan masalah dalam fisika
di lingkungan sekitarnya serta waktu proses pembelajaran berlangsung.
GSS adalah keterampilan yang digunakan secara umum dalam berbagai
karya ilmiah (Mohamed, 2009)
Subjek penelitian semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Batangkuis semester II tahun
akademik 2016/2017.
Teknik pretest-posttest.
pengumpulan data
Instrumen Instrumen penelitian ini menggunakan tes esai keterampilan sains generik
pengumpulan data yang terdiri dari 10 pertanyaan yang telah divalidasi.
Analisis data Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan hasil uji-t yang diperoleh
Hasil dan Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa model
pembahasan pembelajaran inkuiri mempengaruhi keterampilan generik sains siswa.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa pretest di kelas eksperimen
adalah 41,20 dan setelah diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran inkuiri ilmiah, skor postes siswa 79,63. Ini karena tahapan
model pembelajaran inkuiri ilmiah dapat meningkatkan keterampilan
sains generik siswa. Ini karena model pembelajaran inkuiri ilmiah dapat
membuat siswa lebih ingin tahu tentang masalah yang disampaikan oleh
guru.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi maka dapat diperoleh
kesimpulan, yaitu model pembelajaran inkuiri ilmiah berpengaruh
terhadap keterampilan generik sains siswa. Berdasarkan nilai rata-rata
siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri ilmiah yang
diperoleh sebesar 79,63 dan untuk pembelajaran konvensional sebesar
66,69. Uji hipotesis yang dilakukan menghasilkan nilai signifikansi 0,000
<0,05 yang menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri
mempengaruhi keterampilan generik siswa sains.

17. Jurna inter

Judul Generic Science Skills Enhancement of Students through


Implementation of IDEAL Problem Solving Model on Genetic
Information Course
Jurnal IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 349 (2018) 012008

Penulis A Zirconia1, F M T Supriyanti, A Supriatna

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Metode penelitian ini adalah metode campuran, dengan desain kelompok
kontrol nonequivalent pretest-posttest
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan peningkatan keterampilan
sains generik siswa melalui penerapan model pemecahan masalah IDEAL
pada kursus informasi genetik.
Teori dan hasil- Menurut Liliasari, keterampilan sains generik terus berkembang seiring
hasil penelitian dengan peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, sains generik
sebelumnya dan keterampilan kreatif termasuk di dalamnya, sehingga keterampilan
sains generik dapat dilihat terkait dengan hasil belajar kognitif siswa
(Liliasari 2011).

Penelitian Anwar pada kuliah kinetik kimia di mana dalam penelitiannya


ditemukan bahwa indikator kerangka kepatuhan dikategorikan dalam
kategori sedang. Hal ini disebabkan oleh subjek penelitian Anwar yang
menekankan pada hitungan kinetika kimia sehingga siswa dapat dengan
mudah menemukan hubungan logis antara dua variabel (Anwar, 2014).

Penelitian Rafiuddin dimana penelitian tentang keterampilan sains


generik pada subjek indikator metabolisme protein menunjukkan kategori
menengah bahasa simbolis dengan kategori 68,44% untuk reaksi
dehidrogenasi konsep dan 50,02% untuk konsep katabolisme asam amino
(Rafiuddin 2012).
Subjek penelitian siswa kimia yang mengikuti kursus biokimia, terdiri dari 22 siswa di kelas
eksperimen dan 19 siswa di kelas kontrol.
Teknik Observasi dan tes
pengumpulan data
Instrumen Esai melibatkan 6 indikator keterampilan sains generik seperti observasi
pengumpulan data tidak langsung, pemikiran kausalitas, kerangka logis, pemikiran konsisten
diri, bahasa simbolik, dan konsep pengembangan. Lembar tes berupa
pretes dan postes, lembar observasi, dan lembar kerja siswa

Analisis data uji U pada pretest dan postest


Hasil dan - Ada 6 indikator Keterampilan Sains Generik yang meningkat.
pembahasan Indikator Keterampilan Sains Generik adalah pengamatan tidak
langsung, hukum kausal, kerangka logis, pemikiran yang konsisten
dengan diri sendiri, bahasa simbolik, dan konsep pengembangan
- Hanya hukum kausal indikator yang diklasifikasikan dalam kategori
sedang. Kondisi ini diduga karena siswa kurang mampu
memperkirakan penyebab keturunan.
- Indikator keterampilan sains generik yang meningkat paling rendah
adalah kerangka logis dan bahasa simbolik. Ini karena siswa tidak
dapat mengekspresikan makna fisik dari konsep dogma sentral dan
menyebabkan siswa kurang mampu mengekspresikan hubungan logis
antara gen dan proses informasi genetik melalui konsep dogma pusat.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tentu saja informasi genetik
menggunakan model pemecahan masalah IDEAL telah meningkatkan
keterampilan sains generik dalam kategori rendah dengan <g> sebesar
20,93%. Berdasarkan hasil <g> untuk setiap indikator, menunjukkan
bahwa ada indikator keterampilan sains generik yang diklasifikasikan
dalam kategori tinggi.

18. Jurna internasional

Judul The Effect of Active-Cooperative Learning on Science Generic Skills


of Students in Chemical Kinetics Course for Prospective Teachers

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Aktif terhadap Sains Generik


Keterampilan Siswa dalam Kursus Kinetika Kimia untuk Calon
Guru
Jurnal Journal of Education and Practice, ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-
288X (Online), Vol.5, No.31, 2014
Penulis Muhammad Anwar

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu.

Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran kooperatif aktif terhadap keterampilan generik sains bagi
siswa calon guru.

Teori dan hasil- Salah satu keterampilan yang harus diberikan kepada calon guru adalah
hasil penelitian keterampilan generik. Keterampilan generik adalah keterampilan yang
sebelumnya dapat diterapkan di berbagai domain subjek, dan membutuhkan waktu
lebih lama untuk diperoleh daripada bergantung pada domain (Lim,
1999).

Keterampilan yang diperoleh dalam topik umum dalam mata pelajaran


tertentu juga dapat digunakan untuk topik lain dalam kursus atau mata
pelajaran lain. Salah satu contohnya adalah dalam mempelajari kimia
dasar di perguruan tinggi, siswa selain memperoleh satu topik bahan
kimia juga memperoleh kemampuan yang dapat digunakan untuk
mempelajari topik-topik kimia lainnya atau ilmu-ilmu lain secara mandiri
(Moerwani, et al, 2000).

Liliasari (2007) mengemukakan bahwa agar dapat memenangkan


persaingan global, pembelajaran sains perlu diubah dari studi ilmiah
menjadi pemikiran melalui sains. Kemampuan berpikir dan bertindak
berdasarkan pengetahuan ilmiah yang dimiliki disebut keterampilan
generik sains.

Keterampilan generik sains yang dapat dikembangkan adalah: observasi


langsung, observasi tidak langsung, sense of scale, bahasa simbolik,
kerangka logis, konsistensi logis, kausalitas, pemodelan, inferensi logis,
dan abstraksi (Moerwani et al, 2000).

Untuk meningkatkan keterampilan berpikir, pembelajaran perlu diubah,


dari studi ilmiah menjadi berpikir melalui sains. Siswa diberi kemampuan
untuk berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan ilmiah yang
dimiliki, atau lebih dikenal dengan keterampilan sains generik (Liliasari,
2007).

Oakley, et al (2004) menyatakan bahwa dibandingkan dengan


pembelajaran konvensional (tradisional), pembelajaran dimana siswa
diajarkan dalam kelompok memiliki hasil belajar yang lebih tinggi,
pembelajaran yang lebih dalam, memiliki informasi yang lebih lama, dan
lebih sedikit drop-out.
Subjek penelitian Siswa pendidikan kimia yang menghadiri kursus kinetika kimia genap
semester 2011 di Universitas Negeri Makassar Indonesia.
Teknik Observasi dan tes
pengumpulan data
Instrumen Tes keterampilan sains generik yang telah divalidasi oleh dua ahli.
pengumpulan data
Analisis data Data dianalisis menggunakan uji-t untuk data berdistribusi normal dan uji
Mann-Whitney untuk data tidak berdistribusi normal.
Hasil dan - Skor pemodelan matematika, kerangka logis, konsistensi logis,
pembahasan inferensi logis, dan rata-rata keseluruhan siswa di kelas eksperimen
menunjukkan secara signifikan lebih tinggi daripada siswa di kelas
kontrol.
- Di kelas eksperimen, keterampilan generik sains dapat berkembang
dengan baik karena siswa diberi kesempatan untuk menerapkan dalam
pembelajaran. Siswa dilatih untuk menerapkan keterampilan ini dalam
pembelajaran.
- Di kelas eksperimen dicari kelas pembelajaran aktif. Siswa
memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, mendiskusikan atau
bertukar ide selama pembelajaran, belajar dalam kelompok kooperatif.
Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dan
tugas dengan saling ketergantungan yang positif. Pimpin siswa melalui
proses pembelajaran yang membuat mereka menemukan materi
pelajaran. Melakukan tugas yang diberikan, kesuksesan sangat
bergantung pada upaya masing-masing anggota kelompok.

Kesimpulan Pembelajaran kooperatif aktif berpengaruh signifikan pada keterampilan


generik sains siswa. Skor rata-rata pemodelan matematika, kerangka
logis, konsistensi logis, dan keterampilan generik sains inferensi logis
untuk kelas yang diajarkan oleh pembelajaran kooperatif aktif adalah
54,74, 57,78, 57,05, dan 55,26, masing-masing ,. Skor rata-rata untuk
pemodelan matematika, kerangka logis, konsistensi logis, dan
keterampilan generik sains inferensi logis siswa yang diajarkan oleh
pembelajaran konvensional adalah: 46,99, 48,25, 49,52, dan 48,27,
masing-masing.

19. Jurnal Internasional

Judul Mathematics Learning Process with Science, Technology, Engineering,


Mathematics (STEM) Approach in Indonesia
Jurnal International Conference on Mathematics and Science Education
(ICMScE) IOP Publishing
IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Series 895 (2017) 012030
Penulis N Milaturrahmah, M Mardiyana, and I Pramudya

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Penelitian kualitatif deskriptif.

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajaran


matematika dengan pendekatan STEM di Indonesia yang meliputi
kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, implementasi pembelajaran,
evaluasi pembelajaran dan untuk menggambarkan kendala yang dialami
guru selama proses pembelajaran dengan pendekatan STEM di Indonesia
Teori dan hasil- Untuk dapat bersaing dalam sistem ekonomi global abad ke-21, suatu
hasil penelitian negara harus membangun pendidikan di mana siswa mendapatkan
sebelumnya pemahaman tentang Sains, Matematika, Teknik dan komputer
(Teknologi), dan Menghasilkan produk menggunakan keterampilan yang
diperlukan di lapangan. Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa
pendidikan Sains dan Teknologi baru-baru ini adalah konstruktivisme dan
investigasi yang ditujukan untuk integrasi dengan disiplin ilmu lain
seperti penggunaan teknologi yang efektif (Teknik) dan keterampilan
pemecahan masalah (Matematika) dalam membangun fondasi pendidikan
STEM (Devrim, 2016).
Subjek penelitian Guru matematika

Teknik observasi dan wawancara.


pengumpulan data
Instrumen Lembar observasi, lembar tes, dan lembar wawancara
pengumpulan data
Analisis data reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dan proses pembelajaran matematika dengan pendekatan STEM di Indonesia
pembahasan adalah aspek persiapan meliputi penyiapan media dan sumber belajar,
menyiapkan lembar kegiatan, menyiapkan alat dan bahan praktikum,
aspek implementasi pembelajaran adalah pengenalan termasuk
mempersiapkan siswa secara psikologis dan fisik sebelum proses
pembelajaran, mengajukan pertanyaan tentang pengetahuan sebelumnya
terkait dengan materi yang akan dipelajari, menggunakan pendekatan
STEM dalam pelajaran, isi termasuk menggunakan pendekatan
pembelajaran berbasis penyelidikan, menghubungkan materi dengan
kehidupan sehari-hari, praktik, melibatkan siswa dalam praktik, siswa
aktif terlibat dalam praktik di kelas, membimbing siswa dalam praktik,
memanfaatkan teknologi (komputer, internet), menggunakan strategi
pembelajaran aktif, berkomunikasi secara aktif dengan siswa selama
pembelajaran, memberikan tugas dalam kelompok, menggunakan metode
pembelajaran pemecahan masalah, menggabungkan STEM dalam satu
mata pelajaran (minimal 2 disiplin STEM), siswa termotivasi untuk
menyukai matematika, mengembangkan bahan ajar, mengajar sesuai
bidangnya, tidak ada kesenjangan antara peserta didik. Penutupan meliputi
melakukan penilaian atau refleksi atas apa yang telah dilakukan,
memberikan umpan balik pada proses pembelajaran dan hasil, ada produk
dari proyek. Aspek evaluasi meliputi menginformasikan rencana pelajaran
pada pertemuan berikutnya, memberikan penilaian dalam bentuk
deskripsi, memberikan kelas berdasarkan penilaian atau penilaian otentik.
Kendala yang dialami oleh guru dalam proses pembelajaran matematika
dengan pendekatan STEM di Indonesia adalah mencari kehidupan nyata
dan menyiapkan alat dan bahan praktik pada suatu materi. Untuk
mengatasi kendala tersebut, hal yang dilakukan oleh guru adalah mencari
informasi dari berbagai sumber seperti buku dari dalam dan luar negeri
dan internet kemudian dikembangkan dan dimodifikasi agar sesuai dengan
kondisi di Indonesia.
Kesimpulan proses pembelajaran matematika dengan pendekatan STEM meliputi
aspek persiapan sebelum pembelajaran, aspek implementasi pembelajaran
yang terdiri dari tahap pendahuluan, inti dan penutup, dan aspek evaluasi.
Hambatan yang dialami oleh guru dalam menerapkan pendekatan STEM
untuk belajar matematika adalah mencari kehidupan nyata dan praktik
materi pada suatu materi.
20. Jurnal Internasional

Judul The Effect of Stem Education on Pre-Service Science Teachers’


Perception of Interdisciplinary Education
Jurnal Journal of Turkish Science Education, July 2016, 13(Special Issue),
118-142 ISSN:1304-6020
Penulis Sinan ÇINAR, Nimet PIRASA, Neslihan UZUN2, Sümeyye ERENLER2

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Model penelitian studi kasus

Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki perubahan dalam perspektif
guru pra-layanan sains dari hubungan interdisipliner setelah memberi
mereka pendidikan pra-layanan pada pendidikan STEM interdisipliner.
Teori dan hasil- The interest in fields of STEM is described as positive approaches of
hasil penelitian individuals towards natural sciences, technology, engineering and
sebelumnya mathematics subjects. Thus, this interest becomes an encouraging factor
for these people to build a career in a field of STEM (Buxton, 2001).

Bingölbali, Monaghan and Roper (2007) found out that implementation


of project-based learning activities integrated with STEM has a
significant effect on students’ positive attitudes towards STEM and their
future career choices.

Cho and Lee (2013) concluded that students’ creativity (creative problem
solving and creative personality) and learning levels improve as a result
of the lesson plans developed according to STEM education.

Wang et al. (2011) argue that one of the major educational problems of
the K-12 STEM education is the minimum amount of professional
programs to guide or help teachers about the relationship among STEM
disciplines and how to teach this relationship in the class.
Subjek penelitian 32 guru sains pra-layanan di kelas tiga di Universitas Recep Tayyip
Erdogan, Fakultas Pendidikan selama semester musim gugur pada tahun
akademik 2015-2016
Teknik Observasi dan pre-test dan post-test
pengumpulan data
Instrumen Lembar observasi dan soal pretest dan post test
pengumpulan data
Analisis data analisis deskriptif
Hasil dan - Untuk titik batas pada dan di atas 26, tidak ada konsep kunci yang
pembahasan dihasilkan dari struktur kognitif guru pre-service dalam pra-tes.
Namun, post-test mengungkapkan pembentukan hubungan antara
Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi dan konsep-konsep kunci
terkait STEM. Dari jumlah tersebut, hubungan searah antara
STEM → Teknologi dan STEM → Teknik serta hubungan dua
arah antara Ilmu Pengetahuan Alam ↔Teknologi tampaknya
sangat luar biasa. Pandangan yang luar biasa dari hubungan
daripada kata-kata dalam struktur kognitif guru pra-layanan
menunjukkan bahwa mereka mengaitkan makna dengan mereka
dalam ingatan mereka.
- perubahan konseptual terjadi pada guru pre-service dalam arah
positif tentang mengungkap hubungan antara konsep, bukan
jumlah kata yang dihasilkan.
- semua konsep utama muncul dan hubungan antara konsep-konsep
ini dan jumlah kata yang terkait dengan konsep-konsep ini terus
meningkat. Hubungan dua arah terlihat antara Ilmu Pengetahuan
Alam - Matematika dan Matematika - Teknologi. Pada tahap ini,
sangat menarik bahwa hubungan diamati antara semua konsep
kecuali untuk Rekayasa → Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknik
→ Teknologi. Meskipun kurangnya hubungan antara ilmu alam
dan teknologi dengan teknik (Ilmu Pengetahuan Alam → Teknik
dan Teknologi → Teknik), sebuah hubungan telah dibangun
antara dua konsep dengan menghubungkan Ilmu Pengetahuan
Alam dan Teknologi dengan istilah teknik.
- Guru-guru pra-jabatan tampaknya tidak hanya menyadari fakta
bahwa Ilmu Pengetahuan Alam, Teknologi, Matematika dan
Teknik adalah cabang ilmu alam, tetapi juga menganggap STEM
sebagai jenis ilmu alam. Namun, di sini dapat dikatakan bahwa
para peserta memiliki kesan yang salah bahwa STEM adalah
bidang ilmu pengetahuan alam.
- lima konsep utama terlihat dengan hubungan yang lebih rumit dan
saling terkait. Selain itu, sejumlah besar tautan terlihat dibangun
antara kata-kata yang terkait dan konsep-konsep kunci.
Kesimpulan - Guru sains pra-jabatan dalam penelitian ini dapat mengaitkan ilmu
alam dengan Matematika, Teknologi, dan Teknik setelah mereka
diberi pendidikan interdisipliner sebagai kombinasi matematika,
teknik, dan teknologi dalam konteks kelas sains
- Hampir semua guru pra-jabatan berpikir untuk mengambil manfaat
dari hubungan ilmu alam dengan disiplin ilmu lain di kelas mereka;
tetapi mereka tampaknya terhambat dalam praktik.

21. Jurna Nasiona

Judul Deskripsi Kebutuhan Media Pembelajaran E-Learning


Berpendekatan STEM Untuk Mengembangkan Kemampuan
Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa SMA Kelas XI

Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Matematika Ahmad Dahlan 2018

Volume & Halaman No. 1 Vol. 1 halaman: 194-199

Tahun 2019

Penulis Nur Rahmat Wahyuaji, Suparman

Reviewer Umi Yasifun (4301416030)

Tanggal 04 Feruari 2019

Tujuan Penelitian Tujuan dari peneliti yaitu untuk mengembangkan e-learning bebasis
STEM dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
pada pembelajaran matematika kelas XI.

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah guru mateatika SMA dan siswa SMA
klas XI

Metode Penelitian Deskripsi kualitatif. Metode yang digunakan dengan Observasi


terhadap siswa, wawacara dengan guru, dan study literasi.

Pembahasan Penelitian ini meupakan pnelitian awalan, berdasarkan proses


wawancara pada guru didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis
dan kreatif siswa dinilai masih kurang dilihat dari kurangnya variasi
pola jawaban dari siswa dalam menjawab soal, selain cara yang
telah diajarkan guru. Metode yang sering dipakai dikelas adalah
metode ceramah. Berdasarkan observasi terhadap siswa, banyak
siswa yang menggunakan gadged pada jam istirahat, namun kuang
dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Study literatur
menunjukkan bahwa STEM dapat meningkatkan berikir kiritis dan
kreatif siswa. Menggunakan 2 aspek STEM yaitu Technology dan
Enggeneering dalam e-learning diharapkan dapat meningkatkan
erikir kiritis dan kreatif siswa SMA pada pembelajaran matematika.

Kesimpulan Siswa masih kurang dalam kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif dapat meningkat dengan
menggunakan e-learning berbasis STEM.
22. Jurna unnes

Judul Development of Ethnoscience Approach in The Module Theme


Substance Additives to Improve the Cognitive Learning
Outcome and Student’s entrepreneurship

Jurnal Journal of Physics

Volume & Halaman -

Tahun 2017

Penulis Sudarmin, R Febu, M Nuswowati, and W Sumarni

Reviewer Umi Yasifun (4301416030)

Tanggal 27 Maret 2019

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan pendekatan
berbasis ethnoscience dan modul ethnoscience berdasarkan tema

etnoscience; serta menilai kelayakan dan efektivitas berbasis tema


modul etnoscience untuk meningkatkan hasil belajar dan karakter
kewirausahaan siswa. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif.

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa dari Sekolah MTs Maarif NU
Brebes.

Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R & D).
Dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu mendefinisikan,
merancang, mengembangkan dan mengimplementasikan.

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ethnoscience dan


substansi tema modul aditif yang digunakan dinyatakan layak Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP) dengan rata-rata persentase
validasi pada aspek kelayakan konten, kelayakan bahasa, dan
kelayakan menyajikan masing-masing untuk 94,3%, 86% dan 92%
dan kriteria entri yang sangat layak.

Efek dari modul aplikasi tambahan zat berbasis etnoscience dapat


meningkatkan pada klasik pembelajaran kognitif sebesar 90,63%,
dan peningkatan kategori hasil belajar adalah berdasarkan skor N-
gain. Aplikasi pengaruh pendekatan etnoscience dan tema modul zat
zat berbasis etnoscience mampu meningkatkan karakter
kewirausahaan siswa.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pendekatan


ethnoscience dan tema modul ethnoscience berbasis zat tambahan
efektif untuk meningkatkan hasil belajar dan siswa kewiraswastaan.

23. Jurna unnes

Judul Application of Project Based Learning (PBL) Model for Materials of


Salt Hydrolysis to Encourage Students' Entrepreneurship Behaviour.
Jurnal International Journal of Active Learning

Volume & Halaman Vol. 2 No. 1 halaman: 50-58

Tahun 2017

Penulis Carnawi, Sudarmin & Wijayati, N.

Reviewer Umi Yasifun (4301416030)

Tanggal 27 Maret 2019

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan


model etnosains PjBL yang dibebankan pada sikap kewirausahaan
siswa dan hasil belajar terhadap Garam Hidrolisis materi.

Subjek Penelitian kelas IX MIPA SMA Negeri 1 Krangkeng

Metode Penelitian penelitian ini adalah penelitian eksperimental dan metode


kuantitatif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik pengambilan sampel acak sederhana dengan desain penelitian
menggunakan pretest-posttest control. desain kelompok. Sikap
wirausaha dan hasil belajar diperoleh dengan menggunakan
instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, angket, dan
lembar pertanyaan. Analisis pertumbuhan sikap kewirausahaan
menggunakan analisis skor dengan tiga observasi. Pengaruh gender
terhadap sikap kewirausahaan dianalisis menggunakan uji beda t-
test dan analisis hasil belajar menggunakan analisis n-gain dan skor.

Pembahasan Berdasarkan analisis data, ada efek positif dari pembelajaran


menggunakan model PjBL yang mengandung etnosains terhadap
hasil belajar kognitif siswa. Data posttest diketahui bahwa rata-rata
hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih besar daripada kelas
kontrol, yaitu masing-masing 61 dan 29. Hipotesis untuk
mengetahui apakah hasil belajar kognitif dengan menggunakan
model PjBL dengan muatan etnosains pada kelas eksperimen lebih
baik daripada kelas kontrol digunakan uji Selisih dua rata-rata sisi
kanan atau dua pihak. Rumus yang digunakan adalah uji t non
parametrik (Hendikawati, 2015). Ini karena kelas eksperimen dan
kelas kontrol memiliki varians yang berbeda di mana varians jumlah
lebih besar dari varians tabel adalah 2,3836 dan 1,94. Hasil
perhitungan diperoleh harga t-hitung -1,14 sedangkan harga t (0,95)
(72) sebesar -1,99 <t <1,99 karena t hitung lebih kecil dari tabel
sehingga Ho berbeda di daerah penolakan, dapat disimpulkan
Bahwa ada perbedaan dalam hasil belajar antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sikap kewirausahaan siswa
mengalami pertumbuhan semua aspek ini pada kelompok
eksperimen dan aspek percaya diri pada kelompok kontrol; (2) tidak
ada gender yang mempengaruhi sikap kewirausahaan siswa; (3)
nilai n-gain pada kelompok eksperimen adalah 0,51 dan untuk
kelompok kontrol adalah 0,13 kriterianya adalah. Sedangkan hasil
belajar psikomotor 3,45 kriteria baik untuk kelompok eksperimen
dan 3,10 kriteria baik untuk kelompok kontrol.

24. Jurna inter unnes

Judul The Generic Science Skill Profile of Fourth Grade Students on Acid and
Base Topic in Guided Inquiry Learning Model

Profil Keterampilan Sains Generik dari Siswa Kelas Empat pada Topik
Asam dan Basa dalam Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Jurnal International Journal of Active Learning 3 (2) (2018)

Penulis Ismi Yohana, S Sudarmin, Sri Wardani, Siti Norasikin Binti


Mohyaddin
Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Metode penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif yang
menjelaskan indikator keterampilan sains generik yang telah dipelajari
melalui data yang diambil dari penelitian kemudian dianalisis dan
dirangkum sebagai hasil penelitian.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi
keterampilan generik sains siswa tingkat 4 menggunakan pembelajaran
inkuiri terbimbing di SMK Raja Permaisuri Bainun.

Teori dan hasil- Kurikulum 2013 bertujuan mengarahkan peserta didik untuk menguasai
hasil penelitian empat kompetensi inti yang ada yaitu sikap spiritual, sikap sosial
sebelumnya (afektif), pengetahuan (kognitif), keterampilan (ranah psikomotor).
Pencapaian hasil belajar termasuk afektif, kognitif dan psikomotor yang
menggambarkan kualitas keseimbangan antara hard skill dan soft skill
(Kusuma, 2013).

Sudarmin (2012) bahwa prasyarat untuk mengendalikan keterampilan


berpikir tingkat tinggi adalah keterampilan generik sains. Keterampilan
sains generik adalah keterampilan berpikir ilmiah melalui pengamatan,
kesadaran akan skala, bahasa simbolik, logika inferensi, hukum sebab
akibat, kerangka logis, konsistensi logis, pemodelan dan abstraksi.

Saptorini Bailey (2008) melaporkan bahwa kemampuan dasar yang


dikenal sebagai keterampilan generik adalah kemampuan yang bersifat
umum dan berorientasi pada ilmu yang lebih tinggi, dan dapat diterapkan
pada pekerjaan yang lebih luas.

Greulich, et al, (2016) menunjukkan bahwa peserta didik mungkin


tertarik pada kelas sains ketika topik sedang dipelajari dan relevan dengan
kehidupan sehari-hari dan pekerjaan praktis.

Subjek penelitian pembelajar level 4 Miu dan 4 Rho numbering 33 yang telah dipilih
menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik Observasi dan Wawancara
pengumpulan data
Instrumen lembar observasi, tentang tes KGS dan validasi instrumen penelitian.
pengumpulan data
Analisis data Analisis lembar observasi, lembar aktivitas peserta didik, tentang
keterampilan generik sains dan dokumentasi.
Hasil dan - keterampilan pengamatan generik sains rata-rata adalah sekitar 81.
pembahasan Indikator pengamatan tersebut diperoleh pada tingkat prestasi
tinggi, karena keterampilan ini mudah untuk menerapkan
keterampilan dasar peserta didik, sehingga secara langsung atau
tidak langsung mereka memperoleh pengalaman peristiwa yang
diamati.
- bahasa simbolik menempati posisi ketiga dalam persentase rata-
rata keterampilan sains generik yaitu sama dengan 73. Ini berarti
bahwa dengan rata-rata yang diperoleh dalam indikator bahasa
simbolik adalah pada tingkat pencapaian medium, karena sebagian
peserta didik masih mengalami kesulitan dalam menuliskan
persamaan ionisasi dan membedakan asam kuat basa dan lemah.
- rata-rata ketrampilan generik sains generik peserta didik yang
diperoleh 67. Artinya, pada aspek ketrampilan peserta didik ini
berada pada kategori sedang karena sebagian besar peserta didik
masih kurang dalam menentukan kekuatan keasaman dan
membedakan basa kuat dan basa lemah.
- keterampilan generik sains rata-rata peserta didik inferensi logis
diperoleh pada 85. Artinya, dalam aspek keterampilan ini peserta
didik berada pada tingkat prestasi yang tinggi. Peserta didik
diminta untuk membuat penjelasan, menyelesaikan masalah
dengan percobaan dan rujukan, dan menarik kesimpulan
berdasarkan eksperimen yang berkaitan dengan peserta yang
diklasifikasi yang mampu melaksanakannya dengan benar.
Kesimpulan Hasil ini menunjukkan bahwa profil generik sains siswa tingkat 4 SMK
Raja Permaisuri Bainun memiliki rata-rata 81 dalam keterampilan
observasi. Keterampilan generik sains dalam indikator bahasa simbolik
diperoleh rata-rata 73. Keterampilan generik sains dari konsistensi logis
diperoleh rata-rata 67. amilan sains generik pada indikator inferensi
logika diperoleh rata-rata 85 dengan kriteria tinggi.

25. Jurna internasiona

Judul Factors explaining the learning of generic skills: a study of university


students’ experiences
Jurnal Teaching in Higher Education
ISSN: 1356-2517 (Print) 1470-1294 (Online) Journal homepage:
https://srhe.tandfonline.com/loi/cthe20
Penulis Anne Virtanen and Päivi Tynjälä

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Analisis regresi konfirmatori (model bertahap) digunakan. Metode ini
memungkinkan untuk menilai penekanan dan berbagai aspek praktik
pedagogis yang sedang diselidiki (mis. Cooligan 2004)
Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis praktik
pedagogis apa di balik pembelajaran delapan keterampilan generik
tertentu.

Teori dan hasil- Smith dan Bath (2006) menemukan bahwa karakteristik sosial, interaktif
hasil penelitian dan kolaboratif dari pengalaman mahasiswa dalam kehidupan universitas
sebelumnya adalah penentu penting dari hasil lulusan generik. Selain itu, mereka
menekankan bahwa sementara keterlibatan dalam bentuk pembelajaran
sosial, interaktif dan kolaboratif merupakan penentu yang signifikan dari
hasil lulusan generik, pengembangan pengetahuan disiplin ilmu tertentu
juga tampaknya lebih terkait erat dengan aspek interaktif sosial dari
lingkungan belajar daripada banyak orang. mungkin berasumsi

Binkley bersama rekan-rekannya (2012) mendefinisikan sepuluh


keterampilan abad dua puluh satu, membaginya menjadi empat kategori
besar: 1) cara berpikir (kreativitas dan inovasi; pemikiran kritis,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan belajar untuk belajar
atau menggunakan metakognisi); 2) cara kerja (komunikasi; dan
kolaborasi); 3) alat untuk bekerja (literasi informasi; dan literasi TIK);
dan 4) cara hidup di dunia (kewarganegaraan; kehidupan dan karier; dan
tanggung jawab pribadi dan sosial).
Subjek penelitian mahasiswa

Teknik Data dikumpulkan dari mahasiswa (N = 163, n = 123) melalui kuesioner


pengumpulan data internet.

Instrumen Observasi dan wawancara


pengumpulan data
Analisis data Regresi, varians
Hasil dan Studi ini menguji jenis praktik pedagogis apa di balik pembelajaran
pembahasan keterampilan generik tertentu. Ditemukan bahwa pembelajaran
keterampilan seperti itu tidak tergantung pada metode pengajaran tunggal
atau praktik pedagogis tertentu. Sebaliknya, mempelajari keterampilan
generik menuntut penggunaan berbagai metode pengajaran dan
pemanfaatan berbagai praktik pedagogis. Temuan ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya (misalnya Crebert et al. 2004; Kember 2009;
Kember dan Leung 2005; Smith dan Bath 2006): praktik pengajaran yang
melibatkan kolaborasi dan interaksi mendorong pembelajaran
keterampilan generik, khususnya pembelajaran keputusan Keterampilan -
membuat dan memecahkan masalah. Praktik pedagogis yang
memprediksi pembelajaran keterampilan generik siswa yang paling kuat
adalah praktik yang termasuk dalam fitur CLE (yaitu pemeriksaan kritis
pengetahuan; berbagi dan memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan
siswa sebelumnya; dan umpan balik, penilaian, dan merangkum tugas)
bersama dengan IP. fitur (yaitu bertindak pada antarmuka antara teori dan
praktik). Temuan terbaru menunjukkan bahwa suasana belajar yang
positif memainkan peran penting dalam pembelajaran (misalnya
Hämäläinen dan Vähäsantanen 2011; Kiuru et al. 2015), dan ini juga
diamati dalam penelitian ini: suasana belajar yang positif adalah prediktor
penting kreativitas belajar. . Temuan ini logis: lingkungan yang aman
secara emosional (lihat Eteläpelto dan Lahti 2008) tentu mendorong siswa
untuk mengekspresikan ide-ide baru, mungkin non-tradisional dan untuk
mencoba cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.
Kesimpulan Temuan dari analisis regresi menunjukkan bahwa praktik mengajar yang
melibatkan kolaborasi dan interaksi serta fitur lingkungan pembelajaran
konstruktivis dan pedagogi integratif memprediksi pembelajaran
keterampilan generik - seperti keterampilan pengambilan keputusan,
berbagai bentuk kreativitas, dan keterampilan pemecahan masalah.
Sebaliknya, bentuk-bentuk tradisional pengajaran universitas - seperti
membaca, mengajar, dan bekerja sendiri - secara negatif terkait dengan
belajar keterampilan generik. Secara keseluruhan, penelitian ini
menawarkan informasi terperinci tentang praktik pedagogis yang
membina pembelajaran keterampilan generik dalam konteks universitas.

26. Jurna unnes

Judul EKSPLORASI KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA PADA


MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA NEGERI 9 SEMARANG
Jurnal Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017)130-137

Penulis Tin Rosidah, Andari Puji Astuti, VDR Andri Wulandari

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode preexperiment design dengan rancangan
penelitian One-Shot Case Study.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keterampilan generik sains
siswa pada materi Stuktur Atom dam Sistem Periodik Unsur.
Teori dan hasil- Belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya
hasil penelitian terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah bertambahnya
sebelumnya jumlah pengetahuan, menyimpulkan makna, menafsirkan dan mengaitkan
dengan realitas, dan adanya perubahan sebagai pribadi (Siregar dan
Hartini: 2010).

Menurut Sudirman (2011), bila terjadi proses belajar, maka bersama itu
pula terjadi proses mengajar. Hal ini mudah dipahami, karena bila ada
yang belajar tentu ada yang mengajarnya, dan sebaliknya. Dari proses
belajar mengajar diperoleh suatu hasil yang disebut hasil belajar. Tetapi,
agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus
dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Proses
belajar akan menghasilkan hasil belajar. Namun harus diingat, meskipun
tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik, belum tentu hasil
belajar yang diperoleh optimal. Karena hasil belajar yang baik
dipengaruhi oleh komponen-komponen yang lain, terutama bagaimana
aktivitas siswa sebagai subjek belajar.

Menurut Kamsah (2004) keterampilan generik merupakan keterampilan


employability yang digunakan untuk menerapkan pengetahuan. Sehingga,
keterampilan generic juga merupakan keterampilan yang diperlukan
untuk berbagai bidang pekerjaan dan kehidupan. Selain itu, keterampilan
generic juga merupakan keterampilan yang dihasilkan dari kemampuan
intelektual yang dipadukan dengan keterampilan psikomotorik sehingga
menghasilkan sikap yang akan melekat sepanjang hayat. Keterampilan
generik dapat dijadikan sebagai solusi integratif yang berkaitan dengan
kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dapat dipelajari
dan ditanamkan pada siswa. Istilah keterampilan generik digunakan
secara luas mengacu pada kualitas dan kapabilitas yang meliputi
keterampilan berpikir seperti penalaran logis dan analitis, pemecahan
masalah, dan keingintahuan intelektual; keterampilan berkomunikasi
yang efektif, keterampilan bekerjasama, dan kemampuan
mengidentifikasi, mengakses dan mengatur pengetahuan dan informasi;
sifat-sifat personal seperti imajinasi, rigiditas kreativitas dan intelektual,
dan nilai-nilai seperti etika, kegigihan, integritas, dan toleransi. Sementara
itu, keterampilan atau kemampuan generic merupakan keterampilan yang
dapat diterapkan pada beragam bidang dan untuk memperolehnya
diperlukan waktu relatif lama
Subjek penelitian siswa kelas X MIPA 1 yang berjumlah 30 orang.

Teknik Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengukuran menggunakan


pengumpulan data instrumen soal keterampilan generic sains siswa.
Instrumen lembar soal dengan indikator keterampilan generik sains siswa
pengumpulan data
Analisis data a. Memberikan skor pada setiap indicator penilaian sesuai dengan rubric
yang telah dibuat.
b. Menghitung banyaknya skor siswa pada setiap indikator.
c. Mengubah banyaknya skor siswa pada setiap indikator keterampilan
generik sains ke dalam bentuk rata-rata nilai dengan
rumus :
NP =
Keterangan:
NP = Nilai rata-rata indikator yang dicari
R = Skor yang diperoleh setiap indikator
M = Skor maksimum (Purwanto, 2010)
Data rekapitulasi nilai rata-rata soal kemudian dikelompokan berdasarkan
kategori kualitatif dan disajikan dalam bentuk grafik.
Hasil dan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan maka
pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan generik sains ialah kemampuan dasar (generik) yang
diperlukan untuk melatih kerja ilmiah siswa sehingga dapat menghasilkan
siswa-siswa yang mampu memahami konsep, menyelesaikan masalah,
dan kegiatan ilmiah yang lain, serta mampu belajar sendiri dengan efektif
dan efisien.
2. Nilai rata-rata keterampilan generic sains siswa pada aspek pengamatan
tidak langsung langsung sebesar 32,83, aspek sense of scala sebesar
48,43, aspek bahasa simbolik sebesar 74,87, aspek logika taat azas sebesar
72,55, aspek membangun konsep sebesar 78,67, aspek abstraksi sebesar 81,5,
dan aspek inferensi logika sebesar 66,66.
3. Dari tujuh aspek yang diujikan dalam bentuk soal ulangan harian, aspek
abstraksi memperoleh nilai rata-rata yang tertinggi, sedangkan nilai ratarata
terendah diperoleh dari aspek pengamatan tidak langsung.
4. Aspek-aspek keterampilan generic sains siswa dalam mata pelajaran
kimia harus dikembangkan lagi agar seimbang sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
Kesimpulan Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata keterampilan generik sains siswa
pada aspek pengamatan tidak langsung langsung sebesar 32,83, aspek
sense of scala sebesar 48,43, aspek bahasa simbolik sebesar 74,87, aspek
logika taat azas sebesar 72,55, aspek membangun konsep sebesar 78,67,
aspek abstraksi sebesar 81,5, dan aspek inferensi logika sebesar 66,66.
Hal ini membuktikan bahwa banyak siswa yang belum menguasai
keterampilan generik sains pada materi Struktur Atom dan Sistem
Periodik Unsur yang diberikan. Dari tujuh aspek yang diujikan dalam
bentuk soal ulangan harian, aspek abstraksi memperoleh nilai rata-rata
yang tertinggi, sedangkan nilai rata-rata terendah diperoleh dari aspek
pengamatan tidak langsung.

27. Jurna unnes

Judul Pengembangan Lembar Kerja Siswa Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Generik
Sains Siswa
Jurnal Journal of Innovative Science Education, JISE 6 (1) (2017). p-ISSN
2252-6412 e-ISSN 2502-4523
Penulis Pawestri Farrah Diba, Sri Wardani, Sudarmin

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian desain research and development. Desain ini menggunakan desain yang
diadaptasi dari model 3D termodifikasi yang meliputi tahapan define,
design, development.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa
berbasis inkuiri.
Teori dan hasil- Sofiati (2014) dengan temuan bahwa model pembelajaran inkuiri dapat
hasil penelitian meningkatkan keterampilan generik sains siswa. Hal yang sama juga
sebelumnya diungkapkan oleh Aritta (2011) yang menyatakan bahwa hasil penelitian
diketahui bahwa umumnya siswa menyatakan respon positif terhadap
pembelajaran dengan model inkuiri laboratorium terbimbing pada materi
kelarutan dan hasilkali kelarutan. Selanjutnya dilakukan penerapan LKS
materi Ksp berbasis inkuiri di kelas eksperimen. Pada penerapan LKS
KGS yang telah diobservasi yaitu KGS hubungan sebab-akibat,
pengamatan, bahasa simbolik dan inferensi logika.

Penelitian yang dilakukan oleh Arrita (2011), Kiswanto et al. (2005), dan
Praptiwi (2012) tentang pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing
yang dapat meningkakan keterampilan pengamatan, bahasa simbolik,
unjuk kerja, penguasaan konsep, dan sikap ilmiah.
Subjek penelitian siswa kelas XI IPA 5 semester 2 tahun pelajaran 2015/2016

Teknik Wawancara, silabi, dan analisis konsep dan subkonsep pada ketiga mata
pengumpulan data kuliah terpilih.
Instrumen Lembar wawancara, LKS, lembar angket
pengumpulan data
Analisis data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu peningkatan hasil
belajar dan penguasaan kemampuan keterampilan generik sains dilihat
dari nilai N-gain, uji signifikansi bedarerata dengan uji-t, visualisasi data
dengan histogram, interprestasi data, kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Hasil dan Berdasarkan hasil analisis respon siswa dalam uji coba skala kecil
pembahasan diketahui bahwa siswa memberikan respon positif terhadap Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang dikembangkan. Hal ini ditunjukkan dengan 5 siswa
memebrikan penilaian sangat baik dan 15 siswa memberiakan penialaian
baik.
Dari kelima keterampilan generik sains dengan kriteria paling tinggi yang
dimiliki siswa inferensi logika (88.5%), kesadaran skala (87.83%), bahasa
simbolik (86.01%) dan pengamatan (80%). Keterampilan pengamatan
dalam kriteria sedang, hal ini dikarenakan siswa tidak dapat menjelaskan
secara detail hasil pengamatan dan banyak dari hasil pengamatan yang
mereka peroleh berbeda. Hal ini disebabakan pada prosedur kerja salah
satu dalam pencampuran garam.
Kesimpulan Berdasarkan hasil validasi Lembar Kerja Siswa (LKS) materi Ksp
berbasis inkuiri untuk meningkatakan keterampilan generik sains siswa
layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Lembar Kerja Siswa (LKS)
materi Ksp berebasis inkuiri untuk meningkatakan keterampilan generik
sains siswa efektif untuk meningkatkan keterampilan generik sains dan
hasil belajar siswa.
Penelitian ini perlu dikembangkan lebih lanjut agar lebih bermanfaat
dalam kegiatan pembelajaran. Koordinasi yang baik antara peneliti dan
pihak sekolah perlu dilakukan agar pelaksanaan penelitian dapat
terlaksana sesuai rencana.

28. inter

Judul Identification of indigenous science in the brick-making process


through ethnoscience study
Jurnal International Conference on Mathematics, Science and Education 2017
(ICMSE2017) IOP Publishing IOP Conf. Series: Journal of Physics:
Conf. Series 983 (2018) 012172
Penulis H Nuroso, Supriyadi, Sudarmin and Sarwi

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019

Metode penelitian Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan mengumpulkan
data melalui wawancara pada industri rumah pembuatan batu bata di desa
Penggaron kota Semarang dan di desa Welahan Jepara.
Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan ilmu adat dalam membuat batu
bata
Teori dan hasil- Ilmu alam adalah beberapa mata pelajaran wajib yang diajarkan di
hasil penelitian sekolah. Mereka terdiri dari fisika, kimia, dan biologi. Konten ilmiah
sebelumnya diperoleh dari metode ilmiah seperti observasi, penyelidikan, kesimpulan,
prediksi, penyelesaian masalah, klasifikasi, pemantauan, interpretasi, dan
adaptasi (Snively, 2001)

That disadvantageous physics learning characteristic is caused by many


factors including learning that is oriented on result, instead of process.
There needs to be a physics learning characteristic that directly relates
students to real issues as to instill both concept and problem solving
mastery in them. Learning that is focused on socio-scientific issues needs
to be developed to encourage students to understand and apply their
knowledge, attitude, and decision making skills in dealing with current
issues in their community (8)

Physics teaching materials are prepared in a somewhat linear way so far.


That is providing concepts and principles, problem samples and solutions,
and problems for further practice. Teaching materials are not yet related
to real problems students know in their everyday life [6] like the energy
crisis, the greenhouse effect, issues with lightning, fires due to short-
circuiting, very high voltage power lines, and the likes. The books used
for physics teaching should adopt contextual learning. Contextual
learning relates learning materials with real life situations and encourages
students to connect what they know with its applications is everyday life
as they are members of both their family and community(7)
Subjek penelitian

Teknik wawancara
pengumpulan data
Instrumen Lembar wawancara
pengumpulan data
Analisis data Analisis data kualitatif memanfaatkan model Spradley
Hasil dan Meneliti proses pembuatan batu bata memungkinkan siswa untuk
pembahasan memahami kearifan lokal dan budaya sambil belajar bagaimana
mengintegrasikan konsep-konsep ilmiah ke dalam masalah kehidupan
sehari-hari. Diskusi tentang sifat-sifat tanah dapat diintegrasikan dengan
mempelajari hukum-hukum termodinamika tanah. Pengukuran untuk
cetakan bata dapat diintegrasikan ke dalam diskusi unit dan pengukuran.
Proses pengeringan batu bata di bawah matahari dapat diintegrasikan ke
dalam diskusi energi matahari dan inersia substansi. Pembakaran batu
bata dapat diintegrasikan ke dalam diskusi energi dalam kehidupan
sehari-hari, terutama pada konduksi panas, konveksi, dan radiasi. Hal
yang sama juga berlaku untuk pengecekan kualitas bata dalam hal warna
dan kekuatan, yang dapat diintegrasikan ke dalam diskusi tentang konsep
warna dan tekanan serta ketegangan.

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan asli sedang dalam
proses pembuatan batu bata yang meliputi bahan menyusun, mencetak,
mengeringkan, membakar dan pengujian kualitas batu bata. Temuan ini
dapat diintegrasikan dalam perjalanan fisika lingkungan.

29. Inter

Judul Project Based Learning (PBL) to Improve Psychomotoric Skills: A


Classroom Action Research
Jurnal Jurnal Pendidikan Kimia

Volume & Halaman Vol 5, No. 2

Tahun 2016

Penulis W. Sumarni, S. Wardani, Sudarmin, D. N. Gupitasari

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019

Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan keterampilan psikomotorik dan pemahaman


konsep siswa, serta mengetahui apa kontribusi PBL terhadap
peningkatan keterampilan psikomotorik siswa dalam pembelajaran
kimia.

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalahsiswakelassebelastermasuk 37 siswa (10


laki-lakidan 27 perempuan) dan 3 kolaborator.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari
tahap perencanaan, implementasi, observasi, dan refleksi. Satu set
data terdiri dari penilaian keterampilan psikomotorik siswa,
pemahaman konseptual siswa dan tanggapan kuesioner diperoleh
dari penelitian tindakan.

Pembahasan Penelitian yang berhasil ditunjukkan oleh 85% siswa mencapai


ketuntasan belajar pada pemahaman konsep dan baik pada aspek
psikomotorik. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode dokumentasi dengan kuesioner, observasi, dantes. Data
dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif

Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua aspek psikomotor


dinilai termasuk set, respon mekanik, respon kompleks, adaptasi,
dan originasi berada dalam kategori tinggi. Pada akhir pelajaran,
proyek yang ditugaskan kepada siswa dievaluasi bersama antara
guru dan siswa. Hasil proyek dalam bentuk serangkaian peralatan
distilasi diterapkan untuk memisahkan senyawa alami.

30. Inter

Judul The Effectiveness of Model Learning Preser-X Assisted LKS Against


Science Process Skills and Understanding Students Concept
Jurnal Jurnal Pendidikan Kimia

Volume & Vol 6, No. 3


Halaman

Tahun 2017

Penulis Candra Abdillah, Suharto Linuwih & Wiwi Isnaeni

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019


Tujuan Untuk mengetahui efektivitas model Preser-X yang dibantu lembar kerjauntuk
Penelitian keterampilan proses sains dan pemahaman konsep di kelas tiga sekolah dasar.

Subjek Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar dari Bategede 01 Nalumsari
Penelitian Jepara tahun akademik 2016/2017.

Metode Metodenya adalah Desain Kuasi Eksperimental. data dianalisis dengan


Penelitian menggunakan satu sampel t-test untuk prestasi diuji untuk sains keterampilan
proses, uji proporsi untuk pencapaian penguasaanklasik, mandiri uji t untuk uji
perbedaan, regresi linier sederhana untuk uji pengaruh, dan N-gain untuk uji
peningkatan.

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata keterampilan proses sains77%


dikategorikan terampil. Penguasaan klasik pemahaman konsep adalah diperoleh
93,10%. Ada perbedaan antara pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan
kelas control dan ada pengaruh proses sains keterampilan dan pemahaman
konsep. Peningkatan pemahaman konsep dalam kategori sedang dengan
prosentase 58,62%.

Kesimpulan Studi ini menyimpulkan bahwapenerapan model preser-dibantu lembar kerja


yang lebih efektif terhadap sainsketerampilan proses dan pemahaman konsep
siswa sekolah dasar.

31. Inter inter

Judul Achievement level of Science Process Skills of Junior Secondary


Students: Based on a Sample of Grade Six and Seven Students
from Sri Lanka
Jurnal Jurnal Pendidikan Kimia

Volume & Halaman Vol 12, No. 9, halaman 2089-2108

Tahun 2017
Penulis C. T. K. Tilakaratne and T. M. S. S. K. Y. Ekanayake

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019

Tujuan Penelitian Untuk menilai tingkat pemahaman dasarketerampilan proses sains


(BSPS), di antara siswa kelas enam dan tujuh.

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 3183siswa kelas enam dan 3289 siswa
kelas tujuh dari salah satu zona pendidikan CentralProvinsi Sri
Lanka

Metode Penelitian Tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman BSPS dan
penelitiandilakukan sebagai penelitian kuantitatif. Data dianalisis
menggunakan paket statistik untukilmu sosial (SPSS)

Pembahasan Penelitian mengungkapkan bahwa mayoritas siswa di nilaikeduanya,


mencapai tingkat pemahaman BSPS menengah. Namun, hasil untuk
kedua nilai,menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
secara statistik dalam tingkat pemahaman BSPSantara media
pengajaran (bahasa Inggris dan bahasa asli) serta antara nasional
dansekolah provinsi. Selain itu, gender juga memainkan peran yang
sama untuk siswa kelas enam. Namun demikian, tidakhubungan
diidentifikasi antara tingkat pemahaman SPS dan jenis kelamin
untuk kelas tujuh.

Kesimpulan Berdasarkan hasil, tingkat pemahaman siswa kelas tujuh


keterampilan proses sains siswa laki-laki (43,64 ± 14,145) tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dari tingkat pemahaman
keterampilan proses sains siswa perempuan di kelas 7 (44,20 ±
14,664). t (3276) = -1.101, p> 0. 05

32. Inter unnes

Judul The Development of Training Management Model of Soft Skill


Learning Integrated with Chemo-Entrepreneurship (CEP) for
High School Chemistry Teachers in Semarang
Jurnal JurnalPengembangan Pendidikan

Volume & Halaman Vol 4, No. 1

Tahun 2016

Penulis Anang Budi Utomo, Joko Widodo, Supartono, Haryono

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019

Tujuan Penelitian Untuk menganalisis model faktual,mendesain model hipotetis,


danmenetapkan model akhir manajemen pelatihan untuk sekolah
menengah guru kimia di Semarang, bersama dengan tes efektivitas

Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalahsiswa SMA di Semarang.

Metode Penelitian Metodepenelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan


pengembangan

Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam model faktual, analisis


kebutuhan pelatihan tidak dilakukan, sehingga relevansinya rendah
dan proses pembelajaran kurang menarik dan berarti. Selainitu,
kontrol juga tidak dilakukan secara efektif sehingga tidak dapat
menilai reaksi dan dampak pelatihan

Kesimpulan Manajemen PelatihanModel Soft Chemo-Entrepreneurship Soft


Skill Learning Terpadu (model MPPSS-CEP) milikitingkat
efektivitas tinggi dan mudah diimplementasikan untuk guru kimia
SMA.

33. Jurna inter

Judul Critical thinking skills profile of high school students in learning


chemistry
Jurnal International Journal of Science and Applied Science:

Volume & Halaman Vol. 1 No. 2 halaman: 1 24-130

Tahun 2017

Penulis Budi Utami, Sulistyo Saputro, Ashadi, Mohammad Masykuri,


Sri Widoretno

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir


kritis siswa dalam belajar Kimia di SMA.

Subjek Penelitian 100 siswa kelas X, X dan X dari SMA di Surakarta

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dimana instrumen


dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis.
Populasi penelitian ini adalah 100 siswa kelas X, X dan X dari SMA
di Surakarta yang dipilih menggunakan teknik cluster random
sampling.

Pembahasan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas 10, 11, 12 di sekolah


menengah atas memiliki keterampilan berpikir kritis yang memadai.
Kesulitan guru Kimia dalam proses pembelajaran penilaian kognitif
pada tingkat analisis, sintesis dan evaluasi.
Studi dari Komisi Kredensial Guru di California dan Pusat Berpikir
Kritis di Universitas Negeri Sonoma memprakarsai studi fakultas
perguruan tinggi dan universitas di seluruh California untuk menilai
praktik pengajaran saat ini dan pengetahuan pemikiran kritis [24].
Mereka menemukan bahwa walaupun 89 persen dari survei fakultas
mengklaim bahwa pemikiran kritis adalah tujuan utama dalam
kursus mereka, hanya 19 persen yang dapat menjelaskan apa itu
pemikiran kritis, dan hanya 9 persen dari fakultas ini yang
mengajarkan pemikiran kritis dengan cara yang jelas.
Terlepas dari metode yang digunakan untuk mempromosikan
pemikiran kritis, harus dipertimbangkan untuk mempertimbangkan
banyak faktor yang dapat menghambat siswa dari berpikir kritis.
Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X, X dan X
memiliki keterampilan berpikir kritis yang memadai.
34. Jurna inter

Judul Development of Authentic Assessment instruments for


Critical Thinking skills in Global Warming with a Scientific
Approach
Jurnal International Journal of Science and Applied Science:

Volume & Halaman Vol. 2 No. 1 halaman: 289-299

Tahun 2017

Penulis R. Surya Damayanti, Agus Suyatna, Warsono, Undang Rosidin

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 29 April 2019

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen penilaian


otentik untuk mengukur keterampilan berpikir kritis dalam
pembelajaran pemanasan global dan untuk menggambarkan
kesesuaian, kemudahan, dan kegunaan instrumen penggunaan yang
dikembangkan berdasarkan pendapat guru.

Subjek Penelitian subjek tes adalah siswa dan guru di SMA Lampung Tengah dengan
menggunakan teknik purposive sampling.

Metode Penelitian Desain pengembangan dilakukan oleh model pengembangan Borg


& Gall (2003), yang dilakukan dengan tujuh tahap: tahap
pengumpulan informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan
produk, tahap pengujian produk, tahap revisi produk, tahap uji coba
lapangan, dan produk akhir.

Pembahasan Pembelajaran pemanasan global menggunakan penilaian otentik


terdiri dari serangkaian kegiatan pembelajaran, termasuk
mengamati, berdiskusi, mengeksplorasi, bergaul, dan
berkomunikasi. Hasilnya menunjukkan teknik penilaian otentik
pemanasan global untuk mengukur dan menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis yang terdiri dari tes tertulis, kinerja, portofolio,
proyek, dan sikap. Model penilaian yang dikembangkan memenuhi
konten dan membangun validitas, dan secara efektif meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dan memiliki tingkat kesesuaian,
kemudahan, dan kesejahteraan manfaat yang tinggi.
Kesimpulan Teknik Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran peningkatan
global adalah teknik Penilaian kinerja, portofolio, proyek, produk,
dan sikap yang bersama-sama berkontribusi pada peningkatan
keterampilan berpikir kritis pada 97,4% pembelajaran pemanasan
global.

35. Jurna nasioa

Judul Pengaruh Model Pembelajaran Life Skill Terhadap Keterampilan


Generik Biologi Ditinjau Dari Self Regulation
Jurnal Jurnal Bioterdidik, Vol.7, No.1, Januari 2019

Penulis Nazmi, Bambang Sri Anggoro, *Nukhbatul Bidayati Haka

Reviewer Izatul Azalia

Tanggal 9 April 2019

Metode penelitian Penelitian kuantitatif dengan desain faktorial 2x3. Sampel dipilih dengan teknik
acak kelas
Tujuan penelitian Meningkatkan keterampilan generic sains siswa melalui model
pembelajaran Life Skill ditinjau dari self regulation
Teori dan hasil- Keterampilan generik sains dalam pembelajaran IPA merupakan
hasil penelitian intelektual hasil perpaduan atau interaksi kompleks antara pengetahuan
sebelumnya sains dan keterampilan. Keterampilan generik sains adalah strategi
kognitif yang dapat berkaitang dengan aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotor yang dapat dipelajari dan tertinggal dalam diri peserta didik.
Dengan demikian keterampilan generik sains dapat diterapkan pada
berbagai bidang (Muhamad tanwil, 2014).

(1)kemampuan self regulation umumnya telah dimilik oleh setiap


individu termasuk peserta didik, (2) pengembangan kemampuan self
regulation maupun sikap yang mengarah pada pengaturan diri yang baik
dapat ditunjang oleh berbagai faktor di sekitar peserta didik seperti guru,
orang tua, lingkungan, dan kemampuan dasar peserta didik itu sendiri, (3)
peserta didik yang memiliki self regulation tinggi umumnya akan
menunjukkan prestasi belajar yang tinggi juga (Sari, 2014).

Proses belajar mengajar dikelas terdapat keterkaitan yang erat anatara


guru, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana, pendidik
mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang
tepat sesuai dengan materi yang akan disampaikan demi tercapainya
tujuan pendidikan. Adanya model dalam pembelajaran akan
mempermudah pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran dengan
terstruktur yang menarik minat peserta didik untuk ingin tahu lebih dalam
tentang meteri pembelajaran tersebut (Puspita, 2018).

Ratih Pitasari pada tahun 2016, data hasil penelitian menggunakan


statistika dekriptif persentase. Hasil tes keterampilan generik sains siswa
mengalami peningkatan dengan rataan pada siklus I 70 dan siklus ke II
82. Maka hasil peneltian ini menunjukkan bahwa penerapan TBL dalam
pembelajaran kimia dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa
(Pitasari, 2016).

Penelitian selanjutnya Vivik Shofiah dan Raudatussalamah, tahun 2014


yang menyatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa Self-
regulation pada mahapeserta didik tergolong tinggi (62,15%) dan sangat
tinggi (36,95%), hal ini berarti bahwa mahapeserta didik mampu
mengelola secara efektif pengalaman belajarnya sendiri di dalam berbagai
cara sehingga mencapai hasil belajar yang optimal. Mahapeserta didik
mampu mengatur diri sendiri, menciptakan dukungan kognitif dan
membuat konsekuensi atas tingkah laku agar semuanya bergerak secara
sinergis menuju tujuan yang ingin dicapai (Vivik Shofiah Dan
Raudatussalamah, 2014).
Subjek penelitian siswa kelas X MIA SMA Negeri 12 Bandar Lampung.

Teknik Teknik pengumpulan data dengan tes, angket, dan dokumentasi.


pengumpulan data
Instrumen Angket, tes dan kamera
pengumpulan data
Analisis data analisis variansi (ANAVA) dua jalan sel tak sama
Hasil dan Pada kelas eksperimen terdapat pengaruh antara self regulation dengan
pembahasan keterampilan generik sains biologi peserta didik sehingga semakin tinggi self
regulation yang dimiliki oleh peserta didik makan semakin tinggi pula
keterampilan generik sains biologi peserta didik tersebut. Hal ini dikarenakan
indikator-indikator pada self regulation dapat mendukung cara berperilaku
peserta didik dalam memecahkan masalah. Indikator pada self regulation
tersebut antara lain : menyadari pemikiran sendiri, membuat rencana yang
efektif, menyadari dan menggunakan sumber informasi yang diperlukan, sensitif
terhadap umpan balik, dan mengevaluasi efektivitas tindakan sendiri. Peserta
didik dengan self regulation yang tinggi cenderung akan mampu menyelesaikan
permasalahan secara sistematis sehingga akan memperoleh nilai yang tinggi.

Pada kelas kontrol tidak ditemukan pengaruh self regulation terhadap


keterampilan generik sains biologi peserta didik. Kemungkinan penyebabnya
adalah dikarenakan self regulation peserta didik yang belum terbentuk dengan
baik. Pembentukan self regulation dapat dilakukan melalui pembelajaran yang
melibatkan praktikum. Kegiatan praktikum dapat melatih peserta didik untuk
mengembangkan menyadari pemikiran sendiri, membuat rencana yang efektif,
menyadari dan menggunakan sumber informasi yang diperlukan, sensitif
terhadap umpan balik, dan mengevaluasi efektivitas tindakan sendiri yang
merupakan bagian dari self regulation. Dalam penelitian ini peneliti hanya
mengukur self regulation yang sudah ada dalam diri peserta didik, tanpa adanya
perlakuan dalam pembentukan self regulation itu sendiri, dikarenakan
pembentukan self regulation membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Ketika
self regulation sudah terbentuk, maka akan mendukung keterampilan generik
sains biologi peserta didik.
Kesimpulan Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji
analisis dua jalan sel tak sama diperoleh kesimpulan yaitu: (1) Terdapat
pengaruh model pembelajaran life skill terhadap keterampilan generik
sains biologi sebesar 10,05 (2) Terdapat pengaruh self regulation terhadap
keterampilan generik sains biologi sebesar 207,3 (3) Terdapat interaksi
antara perlakuan pembelajaran dengan self regulation peserta didik
terhadap keterampilan generik sains biologi sebesar 3,802.

Anda mungkin juga menyukai