ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendapatkan peningkatan kompetensi literasi saintifik siswa
setelah diterapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi topik plantae dan animalia di sekolah
menengah. Metode penelitian yang dipilih ialah quasi-experimental dengan desain time series. Sampel
sebanyak 120 siswa dari sekolah menengah di Kabupaten Kudus diambil menggunakan teknik convenience
sampling. Desain penelitian berupa 16 kali pengamatan, yakni 8 kali sebelum diberikan tindakan berupa
hasil pretest dan 8 kali setelah diberikan tindakan berupa hasil posttest serta tindakan berupa penerapan
pendekatan saintifik ke dalam pembelajaran. Instrumen yang dipakai berupa tes tipe uraian topik plantae
dan animalia yang disusun berdasarkan indikator kompetensi literasi saintifik PISA. Hasil yang diperoleh
ialah peningkatan kompetensi literasi di kategori sedang dengan nilai sebesar 0,663. Melalui penelitian ini
terungkap bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik memungkinkan untuk dipakai melatih
literasi saintifik siswa.
Kata kunci: Literasi Saintifik; Pendekatan Saintifik; Pembelajaran Biologi; Plantae; Animalia
ABSTRACT
The goal of this study was to obtain an increase in students' scientific literacy competencies after applying the
scientific approach in learning biology on plantae and animalia topics in secondary schools. The research method chosen
was quasi-experimental with time series design. A sample of 120 students from secondary schools in Kudus Regency
was taken using convenience sampling techniques. The research design took the form of 16 observations, namely 8 times
before being given the action as a result of the pretest and 8 times after being given the action in the form of posttest
results and actions in the form of applying the scientific approach to learning. The instrument used was essay test of
plantae and animalia which was constructed based on PISA scientific literacy competency indicators. The results
obtained were an increase in literacy competencies in the medium category with a value of 0.663. Through this research,
it was revealed that learning using a scientific approach made it possible to use students to train scientific literacy.
Key words: Scientific Literacy; Scientific Approach; Biology Learning; Plantae; Animalia
Programme for International Student Assessment Tabel 1. Sebaran topik instrumen penelitian
(PISA): menjelaskan fenomena secara ilmiah, Topik Rincian Penggunaan
merancang dan mengevaluasi penyelidikan Plantae (T) Bryophyta (T1) O1 dan O9
ilmiah, serta menafsirkan data dan bukti secara
Pteridophyta (T2) O2 dan O10
ilmiah (OECD, 2019). Karena itu rumusan
Gymnospermae (T3) O3 dan O11
masalahnya ialah, “Bagaimana peningkatan
kompetensi literasi saintifik melalui penerapan Angiospermae (T4) O4 dan O12
pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi Animalia (H) Annelida (H1) O5 dan O13
topik plantae dan animalia di sekolah Arthropoda (H2) O6 dan O14
menengah?” Pisces (H3) O7 dan O15
Tetrapoda (H4) O8 dan O16
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipilih ialah
quasi-experimental dengan desain time series. Tabel 2. Indikator domain kompetensi literasi saintifik
Dengan metode ini tidak diperlukan kelompok Domain
Indikator literasi saintifik
kompetensi
kontrol untuk dibandingkan dengan kelompok
Menjelaskan Mengingat dan menerapkan
eksperimen, tidak menggunakan penyamaan
fenomena secara pengetahuan ilmiah yang sesuai
karakteristik dalam satu kelompok tindakan, dan
ilmiah (L1)
tidak memerlukan pengontrol variabel (Fraenkel Mengidentifikasi, menggunakan,
& Wallen, 2009). Sampel dalam penelitian ini serta menghasilkan model dan
adalah siswa sekolah menengah di Kabupaten representasi yang jelas
Kudus yang diambil 120 siswa yang dipilih
berdasarkan teknik convenience sampling. Menjelaskan implikasi potensial
Desain penelitian berupa 16 kali dari pengetahuan ilmiah bagi
pengamatan, yakni 8 kali sebelum diberikan masyarakat
tindakan berupa hasil pretest (O1, O2, O3, O4, O5,
O6, O7, O8) dan 8 kali setelah diberikan tindakan Merancang dan Mengusulkan cara mengeksplorasi
mengevaluasi secara ilmiah terhadap pertanyaan
berupa hasil posttest (O9, O10, O11, O12, O13, O14,
penyelidikan yang diberikan
O15, O16) serta tindakan berupa penerapan
ilmiah (L2)
pendekatan saintifik ke dalam pembelajaran Mengevaluasi cara mengeksplorasi
biologi topik plantae meliputi bryophyta, secara ilmiah pertanyaan yang
pteridophyta, gymnospermae, dan angiospermae diberikan
serta animalia mencakupannelida, arthropoda,
pisces, dan tetrapoda yang dilaksanakan secara Mendeskripsikan dan
malar(P). Desain tersebut ditunjukkan dengan mengevaluasi berbagai cara yang
pola berikut digunakan oleh ilmuan untuk
menentukan keabsahan dan
O1O2O3O4 O9O10O11O12 keobjektifan data serta keumuman
⇒P⇒ penjelasan
O5O6O7O8 O13O14O15O16
Menafsirkan data Mengubah data dari satu
Instrumen yang dipakai berupa tes tipe
dan bukti secara representasi ke representasi yang
uraian terkait topik bryophyta (T1), pteridophyta ilmiah (L3) lain
(T2), gymnospermae (T3), angiospermae (T4),
annelida (H1), arthropoda (H2), pisces (H3), dan Menganalisis dan menafsirkan data
tetrapoda (H4) yang disusun berdasarkan dan menarik kesimpulan yang
indikator kompetensi literasi saintifik PISA tepat
(Setiawan, 2019). Instrumen ini dipakai karena
hasil validasi pakar dan uji coba lapangan Penyekoran instrumen dilakukan
menunjukkan bahwa keabsahan dan keandalan menggunakan persamaan 1 berikut:
dalam kategori layak digunakan. Secara rinci, (Persamaan 1. Skor Siswa)
penggunaan instrumen dapat dilihat di tabel 1 dengan:
serta indikator yang dipakai ditunjukkan melalui = skor setiap siswa
tabel 2. = jawaban setiap butir soal
dengan:
= nilai peningkatan
= hasil pretest
= hasil posttest
yang ditafsirkan berdasarkan tabel 3 berikut:
Hasil tersebut menguatkan Nurohmah Dalam kompetensi ini, siswa tidak dikaitkan
(2015) yang melalui one-group pretest- secara langsung dengan objek pengamatan
posttestmenemukan bahwa pendekatan saintifik dan/atau percobaan karena lebih menekankan
mempunyai efektivitas tinggi dalam terhadap penggunaan metode ilmiah. Namun,
meningkatkan hasil belajar tiap aspek kognitif rincian hasil memperlihatkan bahwa topik
siswa pada jenjang pengetahuan, pemahaman, berbeda memiliki kecenderungan peningkatan
dan penerapan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berbeda. Gambar 1 dan tabel 5 menunjukkan
yang terdiri dari 4 siklus oleh Wahyuni (2018) bahwa kompetensi literasi saintifik mengalami
memperoleh kesimpulan bahwa penerapan peningkatan di kategori sedang dengan nilai
pendekatan saintifik dapat meningkatkan aspek beragam untuk setiap topik, yang secara
pengetahuan dan keterampilan sains pada beruntun ialah: pteridophyta (T2), bryophyta
pembelajaran biologi di sekolah menengah. (T1), gymnospermae (T3), pisces (H3),
Walau penerapan pendekatan saintifik oleh angiospermae (T4), tetrapoda (H4), annelida
keduanya tanpa dikaitkan dengan literasi (H1), dan arthropoda (H2). Urutan tersebut
saintifik, perbandingan tersebut menunjukkan justru berbeda dengan pembelajaran yang
bahwa pendekatan saintifik dapat memberikan dilaksanakan seperti ditunjukkan oleh tabel 4,
hasil belajar yang baik. yang secara malar ialah: bryophyta(T1),
Peningkatan kompetensi literasi saintifik pteridophyta (T2), gymnospermae (T3),
siswa memiliki nilai beragam di kategori sama angiospermae (T4), annelida (H1), arthropoda
denganurutan dari nilai tertinggi ialah: (H2), pisces (H3), dan tetrapoda (H4). Ini
merancang dan mengevaluasi penyelidikan menarik karena wajarnya kalau kompetensi yang
ilmiah (L2) menjelaskan fenomena secara ilmiah dilatih sama, hasil untuk setiap pertemuan
(L1), kemudian menafsirkan data dan bukti cenderung kian apik. Namun, hasil yang
secara ilmiah (L3). Hasil ini menunjukkan bahwa diperoleh justru terasa berantakan.
siswa lebih cakap untuk merancang dan Dalam pembelajaran secara umum, siswa
mengevaluasi penyelidikan ilmiah daripada diminta untuk mengamati organisme terkait
menjelaskan fenomena serta menafsirkan data topik yang sedang dipelajari. Misalnya untuk
dan bukti secara ilmiah. topik annelida, siswa diminta untuk mengamati
Hasil yang diperoleh memiliki perbedaan Cacing tanah (Lumbricus terrestris). Peningkatan
menyolok dengan dengan Setiawan (2017) yang seperti itu menunjukkan bahwa kompetensi
memberi informasi bahwa peningkatan literasi literasi saintifik siswa cenderung lebih mudah
saintifik untuk topik mekanika (fisika) berada di dilatih menggunakan objek yang sederhana
kategori sedang dengan urutan: menafsirkan untuk topik plantae dan objek berukuran besar
data dan bukti secara ilmiah (L3), merancang dan yang tidak menggunakan mikroskop untuk topik
mengevaluasi penyelidikan ilmiah (L2), dan animalia. Artinya, untuk topik plantae, siswa
menjelaskan fenomena secara ilmiah (L1). sudah menunjukkan tanda terampil mikroskop
Perbandingan hasil tersebut menunjukkan buat melakukan pengamatan. Namun,
bahwa peningkatan untuk kompetensi keterampilan tersebut terasa kurang berguna
menjelaskan fenomena secara ilmiah dan ketika memasuki topik animalia. Pasalnya dalam
merancang dan mengevaluasi penyelidikan topik animalia, siswa harus berurusan dengan
ilmiah untuk topik plantae dan animalia lebih organisme yang lebih lentur, sehingga lebih
tinggi daripada mekanika, tapi hal ini berlaku menyulitkan mereka untuk memotong setiap
sebaliknya untuk kompetensi menjelaskan bagian organisme buat diamati. Hal ini
fenomena serta menafsirkan data dan bukti dikuatkan dengan temuan yang menunjukkan
secara ilmiah. Dari sini tampak bahwa siswa bahwa peningkatan kompetensi literasi saintifik
lebih sulit menafsirkan data dan bukti secara untuk pisces (H3) menggunakan Bandeng
ilmiah di topik biologi daripada fisika. (Chanos chanos)dan tetrapoda (H4) menggunakan
Literasi saintifik tampak tidak terkait Mencit (Mus musculus), yang lebih mudah
maupun identik dengan topik tertentu. Hal ini dipotong, lebih baik dibandingkan dengan
seleras dengan temuan yang menunjukkan annelida (H1) menggunakan Cacing tanah
bahwa siswa memiliki peningkatan kompetensi (Lumbricus terrestris) dan arthropoda (H2)
merancang dan mengevaluasi penyelidikan menggunakan Udang jerbung (Fenneropenaeus
ilmiah (L2) relatif setara meski berbeda topik. merguiensis).
Hasil tersebut justru melemahkan agar hasil yang diperoleh dapat optimal.
anggapan bahwa literasi saintifik tidak identik Perbandingan terhadap beberapa penelitian
dengan topik tertentu. Pasalnya perbedaan tersebut sekaligus menunjukkan bahwa tidak
tingkat kerumitan antar topik ketika diukur ditemukan perbedaan menyolok dengan
dengan indikator yang sama, hasilnya tampak beragam model pembelajaran. Dengan demikian,
berbeda. Hubungan antara tingkat kerumitan kami belum dapat menentukan model terbaik
topik dengan peningkatan kompetensi literasi untuk digunakan dalam pembelajaran IPA
saintifik berbanding terbalik yang dapat termasuk biologi. Sehingga kami menganggap
ditunjukkan dengan pola berikut: bahwa setiap model dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA selama tidak mengabaikan
kegiatan pengamatan (observation)dan/atau
Artinya, kian rumit topik yang dibahas, peramalan (eksperiment) yang merupakan
peningkatan kompetensi kian rendah. Karena itu karakteristik IPA (Koimah & Setiawan, 2019;
dalam menyiapkan pembelajaran, urutan topik Marcharis, 2015).
yang dibahas perlu diperhatikan secara seksama
berdasarkan tingkat kerumitannya di mata siswa SIMPULAN
tanpa perlu terpaku dengan panduan dalam Secara keseluruhan kompetensi literasi
kurikulum yang diberlakukan. saintifik siswa meningkat di kategori sedang
Dapat disampaikan bahwa penerapan dengan nilai peningkatan sebesar 0,663 setelah
pendekatan saintifik dalam pembelajaran biologi dilakukan penerapan pendekatan saintifik dalam
topik plantae serta animalia dapat meningkatkan pembelajaran biologi topik plantae dan animalia
kompetensi literasi saintifik siswa. Pendekatan di sekolah menengah. Hasil ini menunjukkan
saintifik dipandang cocok digunakan untuk bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan
melatih kompetensi literasi saintifik karena siswa saintifik bisa menjadi sarana untuk melatih
dibiasakan untuk menggunakan metode ilmiah kompetensi literasi saintifik siswa.
dalam memperoleh informasi (Kurniawati, dkk.,
2019; Setiawan & Koimah, 2019). Dalam
penelitian ini, pendakatan saintifik yang kami DAFTAR PUSTAKA
pakai ialah inkuiri. Hasil keseluruhan model Cronbach, L. J. (1951). Coefficient alpha and the
yang kami pakai sama seperti Fatimah & internal structure of tests. Psychometrika, 16:
Anggrisia (2019) yang menggunakan model 297–334. DOI:
pembelajaran 7E (elicited, engage, explore, explain, https://dx.doi.org/10.1007/BF02310555
elaborate, evaluate, dan extend). Namun, model Dinata, A. N. (2018). The influence of field trip on
inkuiri memberi peningkatan kategori tinggi high school student's scientific literacy and
untuk kompetensi merancang dan mengevaluasi attitude towards science in ecosystem
penyelidikan ilmiah, sedangkan peningkatan concept. Assimilation: Indonesian Journal of
menggunakan model 7E berada di kategori Biology Education, 1(1): 8-13. DOI:
sedang di setiap kompetensi. Peningkatan http://dx.doi.org/10.17509/aijbe.v1i1.1144
kategori tinggi untuk kompetensi merancang dan 9
mengevaluasi penyelidikan ilmiah juga diperoleh Fatimah, F. M., & Anggrisia, N. F. (2019). The
oleh Dinata (2018) ketika melakukan field trip di effectiveness of 7e learning model to
topik ekosistem. Lebih lanjut, hasil tersebut juga improve scientific literacy. Advances in
memberi peningkatan kategori tinggi untuk Social Science, Education and Humanities
kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah Research, 277: 18-22. URL:
serta sedang untuk menafsirkan data dan bukti https://www.atlantis-
secara ilmiah. Field trip memang memberi hasil press.com/proceedings/steach-
lebih baik di topik ekosistem, tapi kami 18/55911998
memandang bahwa strategi tersebut tidak cocok Fraenkel, J. R. & Wallen, N. E. (2009). How to
diterapkan di topik plantae dan animalia. design and evaluate research in education (7th
Perbandingan antar model pembelajaran ed.). McGraw-Hill Companies. URL:
memberi pesan bahwa guru selayaknya mengerti https://archive.org/details/methodology-
karakteristik topik pembelajaran, keterampilan alobatnic-libraries
yang hendak dibekalkan, serta keadaan siswa