Anda di halaman 1dari 3

‫الرد على الوهابية‬

BANTAHAN TERHADAP

WAHABIYYAH ) ‫( جسم هللا‬

‫هللا موجد بال مكان‬


‫والجوابُ عن هذا الكالم على نحو ما أجبنا عن الشبهة المتقدمة أنُ الموصوف بالدخول والخروج هو الجسمُ المتَبعضُ المتجزئ‬: « ‫قال‬،
‫ فأما ما ال تبعض له فأما ما ال‬،‫هذا نحو ما أجبنا عن الشبهة المتقدمة أن الموصوف بالدخول والخروج هو الجسم المتَبعض المتجزئ‬
ً
.‫اهـ‬.»‫داخال وال خارجًا‬ ‫وال تجزؤ فال يوصف بكونه‬
‫ إذ ما‬،‫ وأيهما كان ففيه إثبات الجهة‬،‫ لما كان هللا تعالى موجودًا إما أن يكون مماسًّا للعالم أو مباينًا عنه‬:‫ثم قال في إبطال قول المشبهة‬
،‫ أال ترى أن العَ َرض ال يوصف بكونه مماسًّا للجوهر وال مباينًا له‬،‫ وقد قامت الداللة على بطالن كونه جس ًما‬،‫كر من َوصف الجسم‬ َ ‫ذ‬
‫ وهي ك ُّلها محال على‬،‫ «وهذا كله لبيان أن ما يزعمون ليس من لواحق الوجود؛ بل هو من لواحق التبعُّض والتجزؤ والتناهي‬:‫قال‬
.‫اهـ‬.»‫القديم تعالى‬
ً
‫ إنما هذا‬،‫داخال فيه أو خارجًا عنه‬ ً
‫منفصال عنه أو‬ ً
‫متصال بغيره أو‬ ‫ أنه ليس من شرط الموجود كون غيره مماسًّا له أو مباينًا أو‬:‫يعني‬
.‫ وذلك كله محال على القديم تعالى‬،‫من شرط التبعيض والتجزؤ والتناهي‬
Abul Mu'ain Maimun ibn Muhammad an-Nasafi al-Hanafi, dalam kitab karyanya berjudul
Tabshirah al-Adillah,
Dalam bantahan beliau terhadap golongan Musyabbihah yang berkata:
"Allah maha ada, bisa jadi di dalam alam, bisa juga di luar alam. Bila tidak di dalam alam maka
Dia berada di luarnya, dan itu mengharuskan adanya Allah pada arah tertentu dari alam
tersebut"
an-Nasafi berkata:
"Jawaban atas perkataan itu adalah seperti apa yang telah kami jawab atas kesesatan mereka
terdahulu; bahwa sesungguhnya yang disifati dengan di dalam atau di luar adalah benda yang
tersusun dan dapat terbagi-bagi.
Adapun apa yang tidak terbagi-bagi dan tidak terpisah pisah maka la itu tidak disifati di dalam
atau di luar".
Demikian tulisan an-Nasafi
Kemudian an-Nasafi telah membantah golongan Musyabbihah tersebut yang mengatakan
bahwa keberadaan Allah (menurut mereka bisa jadi menempel dengan alam, atau bisa jadi
terpisah dari alam [tidak menempel),
bahwa setiap satu dari dua keadaan tersebut sama-sama menetapkan adanya arah bagi
Allah, karena yang demikian itu adalah sifat jism (benda), sementara telah benar adanya dalil
('aqli dan naqli) bahwa Allah bukan jism.
An-Nasafi berkata:
"Ini semua adalah untuk menjelaskan bahwa apa yang mereka (golongan Musyabbihah)
yakini bukan tanda-tanda wujud bagi Allah, tetapi keyakinan mereka itu adalah menetapkan
adanya bagian-bagian, ketersusunan, dan penghabisan bagi Allah,
dan itu semua adalah mustahil bagi Allah yang maha Qadim".
Yang dimaksud oleh an-Nasafi di atas adalah bahwa sesuatu yang ada (al-mujud) tidak
disyaratkan bahwa ia itu ada dengan keharusan adanya sifat bersentuhan, terpisah,
menempel dengan yang lain, bercerai dari lainnya, di dalam sesuatu, dan di luar sesuatu.
Semua sifat demikian itu menunjukan kebendaan, terbagi-bagi, dan berpenghabisan. Semua
itu mustahil atas Allah yang maha Qadim (tidak bermula).
Mujassimah Musyabbihah mengatakan;

“Pernyataan Allah maha ada, tidak menempel dengan alam dan juga tidak terpisah dari alam,
tidak di dalam alam dan jugaُtidakُdiُluarُalamُadalahُpengingkaranُbagiُwujudُAllah”ُ
Bantah:
"Perkataan itu menyesatkan, kalian membangun keyakinan kalian di atas dasar yang tidak
benar, kalian menjadikan syarat wujud bagi sesuatu dengan keharusan adanya sifat
menempel dan terpisah, dengan keharusan berada di dalam alam atau di luar alam,
kalian berangkat dari keyakinan rusak bahwa Allah sebagai benda yang memiliki bentuk dan
ukuran.
Anehnya, golongan Musyabbihah sendiri mengakui bahwa Allah ada sebelum menciptakan
alam, tidak di dalam alam dan tidak pula di luar alam.
Adapun dalil dari Hadits bahwa Allah tidak disifati menempel atau terpisah, tidak di dalam
alam dan tidak pula di luar alam, adalah sabda Rasulullah;
‫كان هللا ولم يكن شيء معه‬

”Allah ada tanpa permulaan, dan tidak ada suatu

apapun bersama-Nya”.ُ
Demikian pula setelah alam diciptakan, Allah ada sebagaimana pada sifat-Nya semula; Allah
ada tidak di dalam alam, juga tidak di luar alam.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa apa yang menjadi keyakinan golongan Musyabbihah
bahwa Allah berada pada tempat dan arah adalah keyakinan batil dan sesat.
Mujassimah Musyabbihah mengatakan;
"Jika Allah tidak di luar alam dan tidak di dalam alam, bahwa ungkapan demikian itu
menetapkan dua perkara yang saling bertentangan (Kontradiktif).
Bantah:
Al-’AllamahُMuhammadُibnُAhmadُyangُpopulerُdenganُsebutanُMayyarahُal-Maliki, dalam
kitab karyanya berjudul ad-Durr ats-Tsamin, menuliskan dengan teksnya sebagai berikut:
‫ المولى تبارك وتعالى ال داخل العالم وال خارج العالم؟ فأجاب‬: ‫ سئل اإلمام العالم أبو عبد هللا سيدي محمد بن جالل هل يقال‬: ‫«مسألة‬
،‫ واعترضه بعضهم بأن هذا رفع للنقيضين‬،‫ هكذا نسمعه من بعض شيوخنا‬:‫السائل‬

”Masalah; al-Imam al-’Alimُ Abuُ ’Abdillahُ Muhammadُ ibnُ Jalalُ ditanya;ُ Apakahُ dikatakanُ
bahwa Allah tidak di dalam alam, juga tidak di luar alam?
Beliau menjawab si-penanya; Iya, demikian itulah yang kita dengar dari beberapa guru kami.
Sebagian orang membantah bahwa ungkapan demikian itu menetapkan dua perkara yang
saling bertentangan.
‫ وأما حيث ال يصح‬،‫ ألن التناقض إنما يعتبر حيث يتصف المحل بأحد النقيضين ويتواردان عليه‬،‫واالعتراض بأنه رفع للنقيضين ساقط‬
‫تواردهما على المحل وال يمكن االتصاف‬
‫ وكما يقال‬،‫ فال تناقض لصدق النقيضين فيه لعدم قبوله لهما على البدلية‬،‫ الحائط ال أعمى وال بصير‬:‫بأحدهما فال تناقض كما يقال مثال‬
.‫ وقس على ذلك إ ه‬،‫ ال فوق وال تحت‬:‫في الباري أيضا‬
.....Adapun pendapat yang mengatakan
bahwa itu menetapkan dua perkara yang saling bertentangan (Kontradiktif) maka itu adalah
pendapat rusak.
Karena dua perkara yang disebut bertentangan itu adalah apabila sesuatu bersifat dengan
salah satu dari dua sifat yang satu dengan lainnya saling menyalahi, dan salah satu dari dua
sifat tersebut dapat menjadi sifat bagi sesuatu tersebut.
Adapun sesuatu yang tidak bersifat dengan salah satu dari dua sifat tersebut maka tidak
dikatakan saling bertentangan,
sepertiُapabilaُkitaُkatakan;ُ”Tembokُtidakُbuta,ُjugaُtidakُmelihat”ُ
Karena dua sifat yg bertentangan tersebut, satu atau lawannya tidak berlaku bagi tembok.
DemikianُpulaُketikaُkitaُkatakanُbagiُAllah;ُ”Diaُtidakُdiُatas,ُjugaُtidakُdiُbawah”ُhalُituُ
bisa diterima oleh karena dua sifat yang bertentangan tersebut tidak berlaku bagi Allah, (sifat
itu hanya berlaku bagi benda yang memiliki bentuk dan ukuran).
Dan demikian seterusnya dalam memahami sifat-sifat Allah."
Aqidah Ahlusunnah waljamaah, ga bikin ruwet:
‫هللا موجود بال مكان‬
Sesuai dengan mafhum dalil
‫كان هللا ولم يكن شيء معه‬
Sesuai dengan mafhum dalil

‫مع كان هللا ولم يكن شيء‬

Anda mungkin juga menyukai