Anda di halaman 1dari 14

MA’RIFATULLAH DAN MA’RIFATURRASUL ( MENGENAL ALLAH DAN RASUL-NYA)

Ajaran pokok dari aqidah Islam adalah Ma’rifatullah dan Ma’rifaturrasul. Oleh karenanya kedua perkara ini
wajib diketahui pertama kali. Sebab seseorang belum dikatakan beriman kalau belum mengimani Allah dan
Rasul-Nya dengan benar dan semua amal ibadahnya tidak sah. Al Imam al Ghazali mengatakan :
“‫”المعبود معرفة بعد إال العبادة تصح ال‬.
“Tidak sah ibadah seseorang kecuali setelah mengenal Allah dengan benar”.

A. Ma’rifatullah
Ma’rifatullah artinya mengetahui bahwasanya Allah ada. Jadi wajib diyakini bahwa Allah ada pada Azal
artinya tiada permulaan bagi adanya Allah.
Allah berfirman:
 ‫ شك هللا أف‬ (‫ إبراهيم سورة‬: 10)
Maknanya: “Tidak ada keraguan bagi adanya Allah” (Q.S. Ibrahim: 10)
Allah juga berfirman :
 ‫ األول هو‬ (‫ الحديد سورة‬: 3)
Makananya : “Dialah yang Awwal (tidak ada permulaan bagi adanya Allah)” (Q.S. al Hadid: 3)
Al Bukhari dalam shahihnya, al Baihaqi dan Abu Bakr ibn al Jarud meriwayatkan dari ‘Imran bin al Hushain
bahwasanya Rasulullah kedatangan rombongan dari yaman, Mereka mengatakan kepada Nabi: Wahai
Rasulallah kami datang kepadamu untuk memperdalam tentang agama dan hendak bertanya tentang
permulaan makhluk ini, lalu Nabi menjawab:
” ‫غيه شء يكن ولم هللا كان‬
‫“ شء كل الذكر ف وكتب الماء عىل عرشه وكان ر‬.
Maknanya: “ Allah ada sebelum segala sesuatu selain-Nya ada, dan arsy-Nya berada di atas air dan telah
ditulis setiap sesuatu di al Lauh al Mahfuzh”.
Mereka pada awalnya hanya menanyakan tentang permulaan alam (makhluk), tetapi Nabi menjawabnya
dengan jawaban yang lebih penting dari hal itu, yaitu dengan sabdanya: ‫غيه شء يكن ولم هللا كان‬
‫ ر‬yakni bahwa
hanya Allah yang ada pada azal, tidak ada permulaaan bagi ada-Nya, pada azal tidak ada sesuatupun selain
Allah artinya pada azal belum ada zaman (waktu), tempat dan benda.
Kemudian Nabi menambahkan jawaban bagi mereka bahwa air dan ‘arsy diciptakan sebelum makluk yang
lain, Nabi memberi tahu kepada mereka bahwa air diciptakan sebelum ‘arsy. Karena nabi ketika berkata
kepada mereka : ‫ الماء عىل عرشه وكان‬memberikan pemahaman kepada kita bahwa air diciptakan sebelum
‘arsy.

B. Ma’rifaturrasul
Sedangkan Ma’rifaturrasul yaitu mengetahui bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah; penyampai ajaran
dari Allah, beliau jujur (benar) di dalam menyampaikan ajarannya baik dalam masalah Iijab (mewajibkan
suatu perkara), Tahrim (mengharamkan suatu perkara) dan dalam mengabarkan tentang peristiwa yang
terjadi pada masa lampau dan yang akan terjadi di masa mendatang di dunia, di alam barzakh dan alam
akherat.

C. Hukum Mengetahui Dalil Akal


Barangsiapa yang meyakini kedua perkara tersebut (Ma’rifatullah dan Ma’rifaturrasul ) tanpa ragu
sedikitpun maka orang tersebut dikatakan orang yang ‘arif billah dan rasul-Nya, Orang mukmin kepada
Allah dan rasulnya baik dia tahu dalilnya secara akal (dalil akli) atau tidak.
Dalam masalah ini Mu’tazilah menyimpang dari jalur kebenaran, karena mereka mensyaratkan untuk
sahnya iman keharusan mengetahui dalil akli.
Sedangkan Ahlussunnah tidak mensyaratkan hal itu, akan tetapi mereka memandang mengetahui dan
menggunakan dalil atas wujudnya Allah dengan dalil akal walaupun secara global (ijmal) hukumnya wajib.
Dalil akal yang global ini bisa dicerna oleh setiap mukmin walaupun dia tidak tahu urutan dalil ini, seperti
dikatakan alam ini berubah, dan setiap yang berubah baharu, berarti alam ini baharu, dan itu berarti harus
ada yang menjadikannya baharu yaitu Allah ta’ala. Jadi barangsiapa yang bisa menggunakan akalnya secara
benar, akalnya akan menunjukkannya kepada hal itu .
Penggunaan dalil secara ijmal ini pasti dimliki oleh setiap muslim baik yang alim maupun yang awam yang
disebut dengan Istidlal Thabi’i. Ketidakmampuan menggunakan dalil secara ijmal ini dimungkinkan hanya
bagi seorang muslim yang tinggal di puncak pegunungan (masyarakat primitif) yang mendengar beberapa
orang mengatakan bahwa makhluk ini diciptakan oleh Tuhan yang berhak disembah kemudian ia
membenarkan apa yang dikatakannya itu tanpa terfikir sama sekali dalam benaknya akan dalil dari hal itu.
Keimanan yang seperti ini dapat diterima artinya keimanannya juga sah, orang itu dihukumi mukmin.
Namun wajib baginya menggunakan dalil akal akan kebenaran keyakinannya.
Seorang mukmin yang tidak dapat mengetengahkan dalil menurut Ahlul Haq dia berdosa (‘ashi) . Karena
Allah memerintahkan kepada kita untuk memikirkan makhluk ciptaan-Nya agar kita dapat mengambil dalil
dari keadaan alam ini terhadap adanya Allah

D. Kewajiban Setelah Ma’rifatullah dan Ma’rifaturrasul


Kemudian setelah mengetahui adanya Allah dan keesaan-Nya (meyakini bahwa hanya Dialah yang berhak
disembah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu-pun), wajib bagi kita mengetahui sifat-sifat yang
wajib bagi Allah yang lain yang berjumlah tiga belas sifat yaitu: Al Qidam, al Baqa’, al Mukhalafatu lil
hawadits, Qiyamuhu binafsihi, al Wahdaniyyah, al Hayah, al Qudrah, al Iradah, al Ilmu, as-Sam’u, al Bashar,
dan al Kalam.
Dalil ijmali (global) untuk sifat-sifat wajib ini adalah seperti dikatakan: Andaikata Allah tidak bersifat dengan
sifat-sifat ini maka alam ini tidak akan ada. Istidlal ( menggunakan dalil ) dengan dalil ijmali ini cukup sebagai
istidlal yang wajib.
Sedangkan mengetahui dalil-dalil secara terperinci (tafshili) hukumnya tidak wajib ‘ain, melainkan fardlu
kifayah. Jadi apabila di antara kaum muslimin telah ada yang mengetahui sifat-sifat yang lain yang
berjumlah tiga belas itu dan pokok-pokok keyakinan yang lain dengan dalil akal maka gugurlah dosa dari
kaum muslimin yang lain.
Hal ini dikarenakan dalil-dalil yang terperinci itu dibutuhkan untuk membantah syubhah-syubhah kaum
atheis (yang tidak percaya akan adanya Allah) dan para ahli bid’ah dalam I’tiqad.
Jadi kalau ada seorang mulhid bertanya kepada orang-orang Islam: “Berikan padaku dalil akal sebagai bukti
akan adanya Allah?. Maka dalam hal ini harus ada yang membantah pertanyaan ini yang jelas-jelas bisa
mengacau aqidah kita yaitu dengan menggunakan dalil rasio yang terperinci (tafshili), karena atheis ini jelas
apabila diketengahkan kepadanya ayat-ayat al Qur’an semisal:
(‫)شك هللا أف‬، (‫)قدير شء كل عىل وهو‬,( ‫)عليم شء بكل وهو‬, (‫)األول هو‬,( ‫)العالمي عن لغن هللا إن‬
‫ر‬
dan lain sebagainya, si atheis tersebut akan mengatakan :” Saya tidak percaya dengan kitab suci kalian, saya
tidak mau kalian menyebutkan satu ayatpun dari kitab suci kalian”.
Kalau demikian bagaimana kita bisa menolak dan membantah syubhah-syubhah mereka ini?
Contoh lain dari syubhah mereka, kalau andaikata seorang penyembah matahari berkata: Sesungguhnya
sesembahanku ini bisa dicerna oleh panca indera, nampak jelas dan memberikan manfaat pada manusia,
hawan, tumbuh-tumbuhan, air dan udara,.Bagaimana dikatakan agamaku ini tidak benar sedangkan kami
dan kalian tahu bahwa sesembahan kami ada dan juga dapat dicerna dengan pandangan mata. Bagaimana
kalian katakan agamaku ini tidak benar ?.
Penyembah matahari ini apabila disebutkan ayat al Qur’an akan sama-sama juga mengatakan saya tidak
percaya dengan kitab suci kalian, saya ingin dalil dengan rasio, kalau kalian dapat menemukan dalilnya
dengan akal dan bisa membantahku maka saya menyerah kepada kalian, kalau tidak bagaimana kalian
memintaku untuk beriman dengan agama kalian? Maka bagaimana kita memberikan bantahan kepada
mereka???
Mereka yang menyangkal bahwa ilmu tauhid tidak mencakup penjelasan dalil-dalil akal dan nakli dan
bahwa ilmu ini sangat dibutuhkan sekali, tidak akan dapat membungkam si kafir tadi. Yang dapat
membungkam pernyataan-pernyataan orang kafir semacam itu hanyalah seorang sunni yang mensucikan
Allah dari sifat-sifat makhluk, dari batas, bentuk dan ukuran, dan dari berada di suatu tempat dan arah.
Maka seorang sunni ini akan menjawabnya: Apa yang kamu sembah ini mempunyai ukuran dan bentuk
maka ia membutuhkan kepada yang menjadikannya dengan ukuran dan bentuk tersebut. Sedangkan
sesembahan yang haq (benar) adalah dzat yang maujud (ada) yang tidak mempunyai ukuran dan bentuk, Ia
tidak membutuhklan kepada yang lainnya. Sedangkan matahari yang kamu sembah tidak sah secara akal
bahwa dia menjadikan dirinya sendiri dengan ukuran dan bentuk seperti itu. Adapun Yang berhak disembah
adalah sesembahan kita yang ada (maujud) tapi tidak menyerupai seluruh yang ada. Dengan demikian
terbungkamlah si penyembah matahari tadi.

E. Dalil tentang Perintah untuk Menggunakan Dalil Akal


Banyak ayat yang mengisyaratkan adanya perintah untuk menggunakan dalil akli diantaranya firman Allah:
 ‫ تبرصون أفال أنفسكم وف‬
Maksudnya bahwasanya pada diri kalian ada dalil akan adanya Allah.
Berdasarkan ayat tersebut sebagian ulama’ tauhid membuat sebuah contoh dalil akli yaitu: Sebelum saya
ada, saya tidak ada. Dan setiap yang ada setelah sebelumnya tidak ada pasti ada yang membuatnya ada
(menciptakannya). Berarti saya pasti ada yang menjadikan ada ( menciptakan).
Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa yang menciptakan saya tidak mungkin menyerupai saya dan
yang lainnya yang sama-sama baharu seperti saya. Yang menciptakan saya tiada lain adalah Allah ta’ala.

Pertanyaan ini mungkin jarang sekali kita dengar. Bahkan, bagi banyak orang akan terasa aneh dan terkesan
tidak penting. Padahal, mengenal Allah dengan benar (baca: ma’rifatullah) merupakan sumber ketentraman
hidup di dunia maupun di akherat. Orang yang tidak mengenal Allah, niscaya tidak akan mengenal
kemaslahatan dirinya, melanggar hak-hak orang lain, menzalimi dirinya sendiri, dan menebarkan kerusakan
di atas muka bumi tanpa sedikitpun mengenal rasa malu.

Berikut ini, sebagian ciri-ciri atau indikasi dari al-Qur’an dan as-Sunnah serta keterangan para ulama salaf
yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam menjawab pertanyaan di atas:
Pertama; Orang Yang Mengenal Allah Merasa Takut Kepada-Nya

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah di antara hamba-
hamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu saja.” (QS. Fathir: 28)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Ibnu Mas’ud pernah mengatakan, ‘Cukuplah rasa takut kepada Allah
sebagai bukti keilmuan.’ Kurangnya rasa takut kepada Allah itu muncul akibat kurangnya
pengenalan/ma’rifah yang dimiliki seorang hamba kepada-Nya. Oleh sebab itu, orang yang paling
mengenal Allah ialah yang paling takut kepada Allah di antara mereka. Barangsiapa yang mengenal Allah,
niscaya akan menebal rasa malu kepada-Nya, semakin dalam rasa takut kepada-Nya, dan semakin kuat
cinta kepada-Nya. Semakin pengenalan itu bertambah, maka semakin bertambah pula rasa malu, takut dan
cinta tersebut….” (Thariq al-Hijratain, dinukil dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/97])

Kedua; Orang Yang Mengenal Allah Mencurigai Dirinya Sendiri

Ibnu Abi Mulaikah -salah seorang tabi’in- berkata, “Aku telah bertemu dengan tiga puluhan orang Shahabat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan mereka semua merasa sangat takut kalau-kalau dirinya
tertimpa kemunafikan.” (HR. Bukhari secara mu’allaq).

Suatu ketika, ada seseorang yang berkata kepada asy-Sya’bi, “Wahai sang alim/ahli ilmu.” Maka beliau
menjawab, “Kami ini bukan ulama. Sebenarnya orang yang alim itu adalah orang yang senantiasa merasa
takut kepada Allah.” (dinukil dari adh-Dhau’ al-Munir ‘ala at-Tafsir [5/98])

Ketiga; Orang Yang Mengenal Allah Mengawasi Gerak-Gerik Hatinya

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “..Begitu pula hati yang telah disibukkan dengan kecintaan kepada
selain Allah, keinginan terhadapnya, rindu dan merasa tentram dengannya, maka tidak akan mungkin
baginya untuk disibukkan dengan kecintaan kepada Allah, keinginan, rasa cinta dan kerinduan untuk
bertemu dengan-Nya kecuali dengan mengosongkan hati tersebut dari ketergantungan terhadap selain-
Nya. Lisan juga tidak akan mungkin digerakkan untuk mengingat-Nya dan anggota badan pun tidak akan
bisa tunduk berkhidmat kepada-Nya kecuali apabila ia dibersihkan dari mengingat dan berkhidmat kepada
selain-Nya. Apabila hati telah terpenuhi dengan kesibukan dengan makhluk atau ilmu-ilmu yang tidak
bermanfaat maka tidak akan tersisa lagi padanya ruang untuk menyibukkan diri dengan Allah serta
mengenal nama-nama, sifat-sifat dan hukum-hukum-Nya…” (al-Fawa’id, hal. 31-32)

Keempat; Orang Yang Mengenal Allah Selalu Mengingat Akherat

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
maka akan Kami sempurnakan baginya balasan amalnya di sana dan mereka tak sedikitpun dirugikan.
Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan apa-apa di akherat kecuali neraka dan lenyaplah apa
yang mereka perbuat serta sia-sia apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amal-amal, sebelum
datangnya fitnah-fitnah (ujian dan malapetaka) bagaikan potongan-potongan malam yang gelap gulita,
sehingga membuat seorang yang di pagi hari beriman namun di sore harinya menjadi kafir, atau sore
harinya beriman namun di pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya demi mendapatkan
kesenangan duniawi semata.” (HR. Muslim)

Kelima; Orang Yang Mengenal Allah Tidak Tertipu Oleh Harta

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya
perbendaharaan dunia. Akan tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah rasa cukup di dalam hati.” (HR.
Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya anak Adam itu memiliki dua
lembah emas niscaya dia akan mencari yang ketiga. Dan tidak akan mengenyangkan rongga/perut anak
Adam selain tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa pun yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari)

Keenam; Orang Yang Mengenal Allah Akan Merasakan Manisnya Iman

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa memilikinya maka dia
akan merasakan manisnya iman…” Di antaranya, “Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada segala
sesuatu selain keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Akan bisa merasakan lezatnya iman orang-orang yang ridha kepada Rabbnya, ridha
Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim).

Ketujuh; Orang Yang Mengenal Allah Tulus Beribadah Kepada-Nya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap amal itu dinilai berdasarkan
niatnya. Dan setiap orang hanya akan meraih balasan sebatas apa yang dia niatkan. Maka barangsiapa
yang hijrahnya [tulus] karena Allah dan Rasul-Nya niscaya hijrahnya itu akan sampai kepada Allah dan
Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena [perkara] dunia yang ingin dia gapai atau perempuan yang
ingin dia nikahi, itu artinya hijrahnya akan dibalas sebatas apa yang dia inginkan saja.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa
kalian, tidak juga harta kalian. Akan tetapi yang dipandang adalah hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).
Ibnu Mubarak rahimahullah mengingatkan, “Betapa banyak amalan kecil yang menjadi besar karena niat.
Dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil gara-gara niat.” (Jami’ al-’Ulum wal Hikam oleh Ibnu
Rajab).
Mengenal Nama, Sifat dan Tugas Para Malaikat Allah yang Mulia

Agama Islam dibangun atas 3 rukun agama, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Pada sebuah hadits yang berkaitan dengan hal
ini, Nabi Muhammad SAW menjelaskan apa itu Islam, Iman dan Ihsan.

Islam, kata beliau, adalah syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan dan berangkat haji
apabila mampu. Sedangkan Iman terdiri dari iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari kiamat dan
taqdir. Dan yang terakhir, yaitu Ihsan, adalah kondisi dimana apabila seseorang beribadah ia dapat merasakan bahwa dia
seakan-akan sedang melihat Allah atau apabila belum bisa, ia yakin bahwa Allah sedang memperhatikannya.

Pada artikel ini, kita akan membahas seputar masalah iman yang kedua, yaitu iman kepada malaikatnya Allah.

Apa Itu Malaikat?

Malaikat merupakan salah satu diantara makhluk-makhluk Allah yang beragam macamnya. Berbeda dengan jin yang
diciptakan dari api (naar), para malaikat diciptakan oleh Allah dari cahaya (nuur). Allah ‫ ﷻ‬menciptakan
golongan malaikat dari cahaya. Cahaya apa? Tidak dijelaskan rincian tentang hal ini dan kita tidak dibebani syariat
untuk mencari tahu tentang hal itu. Ibunda Aisyah menyampaikan bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Malaikat diciptakan
dari cahaya, jin diciptakan dari api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (tanah).” (HR.
Muslim no. 2996)

Mereka Allah ciptakan dengan tanpa memiliki hawa nafsu sedikitpun. Para Malaikat juga hidup tanpa memiliki orang
tua maupun anak, hidup mereka hanya untuk berkhidmat kepada Allah SWT semata. Para malaikat ini merupakan
makhluk Allah yang paling taat dan sama sekali tidak pernah melanggar perintah-Nya. Apabila mereka disuruh untuk
bersujud, maka mereka tidak akan bangun hingga hari kiamat kecuali setelah Allah perintahkan untuk bangkit kembali.
Itulah sedikit gambaran mengenai ketaatan mereka kepada Allah.

Meskipun hanya 10 nama malaikat saja yang wajib kita ketahui, akan tetapi itu tidak membatasi bahwa malaikat
jumlahnya hanya 10 saja. Selain mereka, Allah telah menciptakan jenis-jenis malaikat lainnya seperti malaikat penjaga
gunung, penjaga laut, pemikul ‘Arsy, pembawa catatan amal dan lain sebagainya yang jumlahnya tidak kita ketahui
secara pasti.

Sifat Para Malaikat

nurislam.blogspot.com
Malaikat-malaikat Allah adalah makhluk yang diciptakan tanpa hawa nafsu, sehingga yang mereka ketahui hanyalah
ketaatan semata. Diantara sifat-sifat para Malaikat yang disebutkan di dalam al-Quran dan hadits adalah berikut ini;
1. Selalu patuh dengan perintah Allah dan tidak membantah perintah tersebut samasekali.
2. Tidak pernah melakukan apa-apa yang Allah larang.
3. Senantiasa beribadah kepada Allah dengan bertasbih, bersujud atau apapun yang diperintahkan oleh-Nya.
4. Tidak memiliki sifat sombong atau berbangga walaupun mereka senantiasa beribadah kepada Allah hingga hari
kiamat. Berbeda dengan manusia yang terkadang dihinggapi perasaan ujub alias bangga dengan amal ibadah.
5. Senantiasa memohonkan ampun kepada orang-orang beriman.
6. Akan berbahagia ketika seorang Muslim berhasil meraih lailatul qadar.
7. Malaikat dapat berubah wujud menjadi manusia, sesuai yang mereka kehendaki atas izin Allah.
Malaikat tidaklah sama dengan manusia, berikut ini diantara perbedaannya;

Manusia:

1. Diciptakan dari tanah.


2. Memiliki jenis kelamin.
3. Bukan makhluk ghaib.
4. Sebagiannya ingkar atau kafir kepada Allah.
5. Memiliki hawa nafsu.
6. Berkembang biak.
7. dan sebagainya.
Malaikat:

1. Diciptakan dari cahaya.


2. Tidak berjenis kelamin.
3. Termasuk makhluk ghaib yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia biasa.
4. Semuanya taat kepada Allah.
5. Tidak memiliki hawa nafsu.
6. Tidak berkembang biak.
Nama 10 Jenis Malaikat dan Tugasnya

Allah memang menciptakan jumlah malaikat yang sangat banyak. Akan tetapi, terdapat 10 (jenis) malaikat yang harus
kita ketahui sebagai muslim. Berikut ini nama-nama malaikat tersebut.

1. Malaikat Jibril AS

Tugas utama dari malaikat Jibril as ialah menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Nabi dan Rasul sejak zaman
Nabi Adam. Kepada Nabi Muhammad, Jibril as merupakan salah satu sahabat beliau yang selalu datang menghibur
ketika beliau sedih, bingung ataupun takut.

Hubungan Jibril as dengan Baginda sangatlah dekat. Suatu ketika, kedua cucu Baginda Nabi SAW, yaitu Hasan dan
Husain ra, sedang tertimpa penyakit ‘ain, maka Baginda SAW pun gusar. Saat itu, Jibril as pun mendatangi Nabi SAW
dan bertanya yang kira-kira berbunyi, “Ada apa gerangan, mengapa wajahmu terlihat sedih?”, maka beliau menjawab,
“Hasan dan Husain sedang sakit”, maka malaikat Jibril as pun mengajarkan doa kepada Nabi Muhammad SAW agar
dua cucu kesayangannya itu sembuh.

Selain menyampaikan wahyu, malaikat Jibril juga bertugas sebagai penyambung hidayah ke dalam hati manusia dari
Allah SWT. Beliaulah yang menaruh hidayah kepada para pemimpin untuk berbuat adil dan beliau pula yang
mencabutnya apabila diperintahkan oleh Allah.

2. Malaikat Mikail AS

Malaikat Mikail as bertugas menyebarkan rezeki yang sudah Allah tentukan kepada makhluk-Nya. Bentuk rezeki yang
diberikan sangatlah beragam, mulai dari kesehatan, keselamatan, harta, hujan dan lain lain. Pada intinya, ia bertugas
mengurus kesejahteraan makhluk-makhluk hidup yang tinggal di bumi, termasuk tanaman dan hewan.

3. Malaikat Ridwan AS

Malaikat Ridwan diberikan amanah oleh Allah untuk menjaga surga. Yaitu, menjaga surga dan penduduknya agar
merasa aman dan tentram. Ia pula yang akan menyambut orang-orang beriman ketika mereka memasuki surga dengan
ucapan selamat dan wajah yang berseri-seri. Semoga kita semua dapat memasuki surga Allah SWT.

4. Malaikat Malik AS

Malaikat Malik merupakan pemimpin para malaikat penjaga dan penyiksa neraka. Digambarkan, ia adalah sosok yang
tegas dan tidak memiliki rasa kasihan kepada para penduduk neraka sedikitpun. Malaikat Malik memimpin para
malaikat penyiksa yang jumlahnya sangat banyak.

Dikisahkan dalam surat Az-Zukhruf ayat 77 tentang percakapan para penduduk neraka dengan malaikat ini, Allah
berfirman;
Artinya: Mereka (penduduk neraka) berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja”. Dia menjawab:
“Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini)”. (QS Az-Zukhruf : 77)
5 & 6. Malaikat Munkar dan Nakir AS

Malaikat Munkar dan Nakir adalah nama dari jenis malaikat yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada para
arwah orang yang sudah meninggal di alam kubur. Pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan adalah seputar Tuhan,
Rasul dan Agama para mayit yang kita juga akan segera menyusul mereka.

7 & 8. Malaikat Raqib dan ‘Atid AS

Raqib dan ‘Atid merupakan jenis malaikat yang mencatat amal-amal kita semua. Baik itu berupa perkataan, perbuatan,
pikiran bahkan lintasan di dalam hati. Oleh karenanya, kita benar-benar harus memperhatikan segala tindak-tanduk kita
pribadi sekalipun dalam keadaan sendirian.

9. Malaikat Izra’il AS

Malaikat ini tugasnya adalah mencabut nyawa setiap makhluk apabila waktu hidup di dunianya sudah habis. Nama
malaikat Izra’il as sebetulnya tidak pernah disebutkan di dalam al-Qur’an dan hadits yang shahih, melainkan nama
tersebut berasal dari kisah-kisah Bani Isroil. Yang disebutkan di dalam al-Qur’an untuk malaikat ini hanyalah “Malaikat
Maut”.

Akan tetapi, menurut beberapa penuturan ulama dan orang-orang sholeh, namanya memang seperti itu. Hal ini
berdasarkan pengakuan mereka bahwa mereka pernah didatangi oleh malaikat Izra’il as. Kisah-kisahnya akan dibahas
pada artikel berikutnya.

10. Malaikat Israfil AS

Malaikat Israfil as adalah malaikat yang Allah tugaskan untuk meniup sangkakala, yang menjadi pertanda bahwa dunia
sudah kiamat. Apabila sangkakala tersebut ditiupkan, maka seluruh makhluk Allah akan mati, kecuali yang Dia
kehendaki.

Jenis-jenis Malaikat yang Lainnya

Malaikat Pemikul ‘Arsy

Di dalam Al-Quran, disebutkan bahwa ada 8 malaikat yang ditugaskan untuk memikul ‘Arsy, makhluk Allah yang
paling besar. Ayat tersebut adalah ada di surat Al-Haqqah ayat ke-17.

‫والملك على ارجائها ويحمل عرش ربك فوقهم يومئذ ثمانية‬


“Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy
Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”
Dalam sebuah riwayat hadits, besarnya malaikat penjaga ‘Arsy ini diilustrasikan dengan jarak antara daun telinga dan
bahunya, yang apabila ingin dilalui, harus menempuh 700 tahun perjalanan normal. Bayangkan, itu baru jarak antara
bahu dengan daun telinganya, belum besar tubuh badannya.

Malaikat Penjaga Gunung

Riwayat mengenai adanya malaikat penjaga gunung bisa kita dapati di dalam kisah Nabi Muhammad SAW ketika hijrah
ke kota Thaif.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Urwah, bahwa Aisyah ra. bertanya kepada Nabi SAW, katanya: ‘Adakah hari lain
yang engkau rasakan lebih berat dari hari di perang Uhud?’ tanya Aisyah ra.
‘Ya, memang banyak perkara berat yang aku tanggung dari kaummu itu, dan yang paling berat ialah apa yang aku
temui di hari Aqabah dulu itu. Aku meminta perlindungan diriku kepada putera Abdi Yalel bin Abdi Kilai, tetapi
malangnya dia tidak merestui permohonanku! Aku pun pergi dari situ, sedang hatiku sangat sedih, dan mukaku muram
sekali, aku terus berjalan dan berjalan, dan aku tidak sadar melainkan sesudah aku sampai di Qarnis-Tsa’alib.

Aku pun mengangkat kepalaku, tiba-tiba aku terlihat sekumpulan awan yang telah meneduhkanku, aku lihat lagi, maka
aku lihat Malaikat jibril alaihis-salam berada di situ, dia menyeruku: ‘Hai Muhammad! Sesungguhnya Allah telah
mendengar apa yang dikatakan kaummu tadi, dan apa yang dijawabnya pula. Sekarang Allah telah mengutus
kepadamu bersamaku Malaikat yang bertugas menjaga bukit-bukit ini, maka perintahkanlah dia apa yang engkau
hendak dan jika engkau ingin dia menghimpitkan kedua-dua bukit Abu Qubais dan Ahmar ini ke atas mereka, niscaya
dia akan melakukannya!‘

Dan bersamaan itu pula Malaikat penjaga bukit-bukit itu menyeru namaku, lalu memberi salam kepadaku, katanya:
‘Hai Muhammad!’ Malaikat itu lalu mengatakan kepadaku apa yang dikatakan oleh Malaikat Jibril AS tadi. ‘Berilah
aku perintahmu, jika engkau hendak aku menghimpitkan kedua bukit ini pun niscaya aku akan lakukan!’

‘Jangan… jangan! Bahkan aku berharap Allah akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang akan
menyembah Allah semata, tidak disekutukan-Nya dengan apa pun!’, demikian jawab Nabi SAW.

Malaikat Penyiksa Penduduk Neraka

Seperti yang sudah disebutkan di penjelasan mengenai malaikat Malik, bahwa ia merupakan pimpinan dari seluruh
malaikat penyiksa yang ada di neraka. Para malaikat penyiksa jumlahnya sangatlah banyak, lebih banyak daripada
jumlah manusia dan jin yang dimasukkan ke dalam neraka. Namun, diantara banyaknya malaikat tersebut, ada 19
malaikat besar di bawah kepemimpinan malaikat Malik.

Malaikat yang Mendo’akan Orang Beriman

Allah menceritakan mengenai keberadaan malaikat-malaikat yang senantiasan bertasbih kepada-Nya serta memohonkan
ampun bagi orang-orang yang beriman di dalam surat Ghafir ayat 7-8. Allah berfirman;

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan
mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang
bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, ya Tuhan
kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang
saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Malaikat Pembawa Rahmat ke Dalam Rumah Mukmin

Di setiap rumah orang beriman, ada malaikat yang akan membawakan rahmat ke dalamnya. Akan tetapi, apabila di
dalam rumah orang tersebut terdapat lonceng, lukisan atau memelihara anjing, maka malaikat tersebut enggan
memasukinya. Alhasil, rumat tersebut akan kering dari rahmat Allah SWT.

Dan lain sebagianya

Jumlah malaikat sangatlah banyak dan hampir di seluruh aspek kehidupan kita, ada malaikat yang membantu,
mendoakan, mengawasi, menunaikan tugas dan sebagianya. Intinya, kita perlu (bahkan wajib) meyakini adanya
malaikat-malaikat tersebut, karena hal ini berkaitan dengan perihal iman. Wallahu a’lam.
MENGENAL JIN DALAM ISLAM

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam dan sumber rujukan utama membahas berbagai hal dalam kehidupan,
baik di dunia maupun di akhirat. Al-Qur’an juga sarat dengan keterangan-keterangan ilmu pengetahuan. Salah satu
pengetahuan yang diterangkan Al-Qur’an ialah makhluk halus, baik malaikat, jin, hingga setan.

Ketiga makhluk tersebut ditulis oleh Pakar Tafsir Al-Qur’an Muhammad Quraish Shihab dalam ketiga bukunya
tentang malaikat, jin, dan setan dalam Al-Qur’an. Review buku tentang Malaikat dalam Al-Qur’an sebelumnya
telah ditulis dengan judul Mengenal Malaikat dalam Al-Qur’an.

Dalam buku tentang Malaikat tersebut, Quraish Shihab berupaya menerangkan bahwa hanya orang-orang
istimewalah yang dapat merasakan langsung kehadiran malaikat. Hal ini terjadi ketika Muhammad yang saat itu
berumur 40 tahun merasakan kehadiran makhluk saat dirinya berkontemplasi di Gua Hira. Saat itu malaikat jibril
menghampiri Muhammad dengan membawa wahyu pertama dari Allah.

Adapun tentang makhluk bernam Jin ini, Quraish Shihab menjelaskan bahwa jin secara harfiah bermakna sesuatu
yang tersembunyi. Makna tersebut menunjukkan bahwa jin merupakan makhluk halus. Sifat halusnya jin bisa
menyerupai manusia secara fisik, namun manusia sendiri tidak bisa melihat jin secara kasat mata kecuali
diterangkan oleh Quraish Shibab orang tersebut mempunyai kemuliaan dan keistimewaan.

Salah satu dasar pokok keimanan seorang Muslim ialah percaya pada hal-hal ghaib. Sesuatu yang ghaib ini
merujuk pada sesuatu yang tidak terjangkau oleh pancaindera, baik disebabkan oleh kurangnya kemampuan
maupun oleh sebab-sebab lainnya.

Perihal ghaib, Quraish Shihab menerangkan bahwa banyak hal ghaib bagi manusia serta beragam pula tingkat
keghaibannya. Pertama, ada ghaib mutlak yang tidak dapat terungkap sama sekali karena hanya Allah yang
mengetahuinya, contoh kematian. Kedua, ghaib relatif, sesuatu yang tidak diketahui seseorang tetapi bisa
diketahui oleh orang lain, contoh ilmu pengetahuan, makhluk halus, dan lain-lain.

Istilah jinn dalam Al-Qur’an berarti yang tersembunyi dan tertutup. Quraish Shihab menngungkapkan sejumlah
akar kata yang sama, di antaranya majnun (manusia yang tertutup akalnya), janin (bayi yang masih dalam
kandungan, karena ketertutupannya oleh perut ibu), al-junnah (perisai, karena ia menutupi seseorang dari
gangguan), junnah (orang munafik menjadikan sumpah untuk menutupi kesalahan dan menghindar dari kecaman
dan sanksi), janan (kalbu manusia, karena ia dan isi hati tertutup dari pandangan serta pengetahuan).

Di lihat dari perspektif linguistik atau kebahasaan, bisa dipahami bahwa jin merupakan makhluk halus yang
tersembunyi, karena tertutup. Tersembunyi dan tertutup ini bukan berarti sama sekali tidak terlihat karena
ghaibnya relatif, sebagian orang bisa melihat jin karena keistimewaan yang dimilikinya, biasanya manusia yang
dekat dengan Allah karena akhlak dan ilmunya.

Barangkali yang menarik dari buku Jin dalam Al-Qur’an setebal 147 halaman ini ialah soal kontroversi ada atau
tidak adanya jin. Quraish Shihab mengungkapkan pendapat Ibnu Sina (980-1037 M) dalam risalahnya
menyangkut Definisi Berbagai Hal, menyebutkan bahwa jin adalah binatang yang bersifat hawa yang dapat
mewujud dalam berbagai bentuk.

Pendapat Ibnu Sina tersebut diterjemahkan oleh Fakhruddin Ar-Razi bahwa definisi yang dikemukakan oleh Ibnu
Sina hanyalah penjelasan tentang arti kata jinn. Sedangkan jin itu sendiri tidak memiliki eksistensi di dunia nyata.
Para filsuf penganut pendapat di atas berdalih bahwa jika jin memang ada wujudnya, ia tentu mengambil bentuk
makhluk halus atau kasar.

Dalam hal ini, Quraish Shihab mencatat bahwa ketika seseorang menyatakan bahwa jin adalah mekhluk halus,
maka kehalusan yang dimaksud tidak harus dipahami dalam arti hakikatnya demikian, tetapi penamaan itu ditinjau
dari segi ketidakmampuan manusia untuk melihatnya. Jika demikian, bisa jadi jin merupakan makhluk kasar,
tetapi karena keterbatasan mata manusia, maka ia tidak terlihat, jadi bahasa manusia menamakannya sebagai
makhluk halus.
Pandangan kedua ialah, pakar-pakar Islam yang justru sangat rasional tidak mengingkari bahwa ayat-ayat Al-
Qur’an berbicara tentang jin, tetapi mereka memahaminya tidak dalam pengertian hakiki. Paling tidak, ada tiga
pendapat yang menonjol dari kalangan ini menyangkut hakikat jin.

Pertama, memahami jin sebagai potensi negatif manusia. Karena menurut pandangan ini yang membawa manusia
pada hal-hal positif ialah malaikat, sedangkan jin dan setan sebaliknya. Pandangan ini juga menilai bahwa jin tidak
memiliki wujud. Kedua, memahami jin sebagai virus dan kuman-kuman penyakit. Namun pandangan ini
mengakui eksistensi jin. Ketiga, memahami jin sebagai jenis makhluk manusia liar yang belum berperadaban.

Dari ketiga pandangan tersebut, sekilas bisa dipahami bahwa jin merupakan makhluk yang mewujud pada sesuatu.
Namun, keberadaan jin sendiri diterangkan dalam Al-Qur’an bahwa, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan agar mereka beribdaha kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat [51]: 56).

Karena diciptakan, tentu wujudnya ada. Perbedaannya ialah, manusia diciptakan dari unsur tanah, sedangkan jin
diciptakan dari api. Menurut Quraish Shihab, iblis dalam Al-Qur’an diterangkan dari jenis jin. Namun demikian,
iblis maupun setan mempunyai karakteristik tersendiri sehingga tidak semua makhluk jin adalah iblis atau setan.

Meskipun buku ini tidak terlalu tebal, tetapi cukup memahamkan kepada pembaca perihak keterangan makhluk
jin, termasuk soal tempat dan waktu yang disuksi jin, bentuk jin, dan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
Lalu, apa pentingnya manusia memahami makhlus halus secara umum? Selain karena dorongan keimanan terkait
makhluk ghaib, jin dan makhluk halus lainnya juga menunjukkan kepada manusia bahwa mereka bukan makhluk
satu-satunya di alam semesta. Wallahu’alam bisshowab.

Apa Itu Khodam? Apa Saja Jenis-Jenis Khodam?Penjelasan Lengkap Disini

Apa itu Khodam? – Masyarakat jawa, sangat kental sekali sengan dunia mistis. Khodam selau indentik
dengan dunia paranormal, sudah sering kita mendengar yang namanya khodam, bahkan dari kita mungkin
sudah ada yang pernah dengar dengan jenis-jenis khodam. Namun taukah Anda secara detail apa itu
khodam? ada berapa jenis khodam itu? apa itu khodam pendamping? apa itu khodam pusaka? apa itu
khodam ilmu? apa itu khodam benda bertuah? apa perbedaan masing-masing khodam tersebut? semuanya
akan di bahas disini.

KHODAM adalah makhluk gaib ciptaan Allah SWT yang paling awal. Oleh Allah SWT khodam diciptakan
untuk menjaga atau mendampingi manusia yang mempunyai karakter penurut dan sangat setia . Khodam
adalah makhluk gaib dari jenis golongan malaikat, namun kalau dilihat dari tingkatanya, khodam masih di
bawah malaikat,banyak yang bilang kalau khodam adalah jin dari golongan putih. Khodam adalah bukan
suatu kekuatan yang menutup diri melainkan suatu kekuatan yang terbuka, yang bisa dijadikan sebagai
pengawal dalam segala hajat yang terkait dengan problem kehidupan manusia.

Jumlah khodam sangat banyak, jenisnya pun beragam, termasuk setiap huruf alquran maupun rajah atau
jimat itu juga biasanya mengandung khodam tertentu. Dasar keberadaan khodam juga tertuang dalam
Alquran
Maksud ayat tersebut adalan minta di beri sebuah pendamping. Pendamping bisa dari golongan jin
(Khodam) maupun manusia.

Di masyarakat umum khodam biasanya selalu di kaitkan dengan penghuni sebuah pusaka atau benda
bertuah lainnya. Maka dalam ranah spiritualitas jawa, khodam memiliki makna tambahan. Yaitu “jiwa” pada
suatu ilmu. Khodam biasanya membantu manusia dengan menyalurkan energi yang dimiliki khodam
tersebut. Sehingga manusia yang memiliki pusaka berkhodam akan mendapatkan manfaat dari energi
khodam itu. Mulai dari manfaat untuk percintaan, kekayaan, penyembuhan, dan lainnya.

Tidak hanya terdapat dalam sebuah pusaka maupun benda bertuah saja. Khodam juga memiliki beberapa
jenis lain. Jenis dari khodam ini banyak sekali. Namun disini kami sampaikan secara garis besarnya saja yang
sering di jumpai di masyarakat. Berikut beberapa jenis lain dari keberadaan khodam.

1. Khodam Pendamping

Apa itu khodam pendamping? Khodam pendamping adalah khodam yang di ciptakan Allah untuk
mendampingi manusia. Biasanya khodam pendamping ini juga secara tidak sengaja mendampingi atau
mengikuti seseorang yang di inginkannya. Bisa mengikuti di sebelah kiri, kanan, belakang, atas atau pun
disisi lainnya.

Biasanya khodam pendamping ini tertarik pada manusia yang mengamalkan ilmu atau melafalkan amalan
tertentu. Mereka tertarik dengan orang yang rajin beribadah / berdoa, atau bertirakat / puasa dan amalan
lain yang kemudian dengan senang hati mendamping orang tersebut. Bahkan tak jarang khodam
pendamping membantu orang-orang terpilih tersebut saat berada dalam kondisi terdesak.

2. Khodam Leluhur (Roh Leluhur sebagai Khodam)

Apa itu Khodam leluhur? Khodam leluhur adalah roh dari leluhur yang sudah meninggal itu menjadi
khodam. Khodam jenis ini dipercaya oleh masyarakat jawa kuno memiliki tingkat kekuatan yang cukup
tinggi. Asal muasal khodam ini adalah dari sukma atau roh para leluhur yang sudah meninggal. Khodam
jenis leluhur ini akan menjaga setiap kerabatnya atau keturunanaya yang memiliki kedekatan secara
emosional.
3. Khodam Keris

Apa itu khodam keris? Khodam keris adalah sebuah khodam yang menghuni atau menempati salah satu
keris. Kebanyakan keris-keris yang di huni khodam adalah keris dari tanah jawa. Khodam keris ini berasal
dari para pembuatnya atau empunya terdahulu. Empu terdahulu adalah seorang empu yang sakti, mereka
bisa memasukkan mahkluk gaib kedalam sebuah keris ciptaanya.

Keampuhan khodam keris acapkali tergantung dari sang pembuat, semakin tinggi ilmu sang pembuat, maka
akan semakin tinggi pula tingkat keampuhan kerisnya. Yang hebatnya lagi, ketika sang empu sudah tiada
pun, khodam pada kerisnya masih tetap menghuni keris tersebut.

Beberapa keris yang memiliki tingkat khodam cukup tinggi adalah : Keris Empu Gandring, Keris Nogo
Sosro dan Sabuk Inten, Keris, Keris Samber Nyowo, Keris Setan Kober, Keris Nogorunting dan juga beberapa
keris lainnya.

4. Khodam Benda-benda Gaib

Apa itu khodam benda bertuah? Khodam benda bertuah adalah khodam yang di percaya menghuni benda-
benda gaib. Biasanya benda-benda gaib itu bisa berupa mustika, maupun benda-benda antik peninggalan
terdahulu lainya.

Mustika yang biasanya dihuni oleh khodam gaib adalah mustika pesugihan nyi roro kidul, mustika merah
delima, mustika kecubung, mustika tapak jalak, mustika junjung drajat, mustika onix, mustika batu
sulaiman, mustika badar besi, dan jenis batu mustika lainnya.

Selain batu mustika, benda-benda bertuah yang sering di huni khodam adalah bambu petuk, rantai
babi, Apel jin, wesi kuning, bunga bambu, kantong macan, keong buntet, akar bahar, kala cakra, dan
sebagainya. Selain menghuni mustika dan benda bertuah, khodam juga sering menghuni rajah atau jimat.

Umumnya khodam ini datang sendiri kepada benda-benda gaib tersebut. Namun tak jarang juga mereka
sengaja di hadirkan atau di undang oleh orang dengan kemampuan tertentu untuk mengisi benda buatan
mereka.

5. Khodam Ilmu

Apa itu khodam ilmu? Khodam ilmu adalah khodam yang pada umumnya berasal dari Ilmu yang diamalkan
oleh seseorang. Khodam ini di peroleh dari hasil mengamalkan sebuah ilmu, biasanya Khodam jenis ini
bersifat khusus, karena memang khodam ilmu hanya mau menjalankan tugas dari orang yang memiliki ilmu
khodam tersebut.

Ilmu ini sering juga di sebut ilmu khodam, yaitu ilmu yang memang menggunakan jasa makhluk gaib untuk
menjalankan semua tugas atau perintah dari sang pemilik ilmu. Untuk mendapatkan khodam dengan
mempelajari ilmu khodam ini tidaklah semua orang bisa menjalankanya. Karena dari banyak cerita yang
beredar, banyak orang yang belajar ilmu khodam, namun banyak juga yang gagal mendapatkan khodam
tersebut.
Demikian penjelasan tentang apa itu khodam. Semoga Anda lebih paham langi tentang apa itu khodam.

Inilah Misteri Jin Qorin, Kembaran Setiap Manusia Dari Alam Gaib!

Bagi teman-teman mungkin pernah melihat atau membaca informasi tentang orang yang dirasuki untuk
menjadi mediator makhluk gaib. Biasanya, mediator ini lalu ditanyai pelbagai hal yang terjadi pada masa
arwah itu masih hidup. Mungkin kita akan menilai bahwa roh yang merasuki mediator tersebut adalah
arwah penasaran yang tinggal di bumi. Ternyata, ada juga teori yang menyatakan bahwa sebenarnya arwah
yang merasuki itu adalah Jin Qorin, jin yang mendampingi setiap manusia semasa hidup.

Qorin sendiri artinya adalah “pasangan” atau “pendamping”. Pasalnya, Jin Qorin adalah kembaran setiap
manusia dari alam gaib yang sudah mendampingi setiap individu sejak lahir. Bedanya, saat manusia mati, Jin
Qorin akan tetap berada di dunia sehingga bisa saja peristiwa-peristiwa penampakan dari orang yang sudah
mati adalah penampakan dari Jin Qorin yang dapat mengubah wujudnya menyerupai orang yang sudah
mati.

Ternyata, Jin Qorin dapat memengaruhi sifat manusia yang didampinginya. Akan tetapi, pengaruh manusia
terhadap Qorin dapat lebih tinggi lagi. Maka dari itu, saat kita memiliki sifat-sifat buruk, lantas bukan berarti
kita bisa menyalahkan Qorin, melainkan kita tetap harus menyalahkan diri sendiri karena tanggung jawab
keindividuan tetap dipegang oleh kita sendiri.

Berhubung Qorin sudah bersama dengan setiap manusia sejak lahir, mereka akan mengetahui apa saja yang
sudah pernah kita kerjakan selama hidup. Makanya, saat seorang manusia sudah meninggal dunia, bisa saja
Qorin berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan yang berisi keinginan mendiang yang belum sempat
terlaksana di masa hidupnya.

Anda mungkin juga menyukai