Anda di halaman 1dari 21

MINI RISET

PENDIDIKAN DI NEGARA KOREA SELATAN


DAN NEGARA INDONESIA

DISUSUN OLEH:
ELFRIDA ELISABETH TESALONIKA SIANIPAR
NIM.4163341021

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi
Pendidikan ini yang berjudul “MINI RISET”. Saya berterima kasih kepada Bapak dosen
yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu saya
memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat sehingga dapat
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Mei 2017

Penulis

Elfrida Elisabeth Tesalinika.S

NIM.4163341021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
1.4 Manfaat.............................................................................................................2
BAB II DEKSRIPSI
2.1 Korea Selatan....................................................................................................3
2.1.1 Latar Belakang ..................................................................................3
2.1.2 Tujuan Pendidikan Di Korea Selatan.................................................3
2.1.3 Struktur Dan Jenis Pendidikan...........................................................3
2.1.4 Manajemen Pendidikan......................................................................4
2.2 Indonesia...........................................................................................................6
2.2.1 Latar Belakang ..................................................................................6
2.2.2 Tujuan Pendidikan Di Indonesia........................................................7
2.2.3 Struktur Dan Jenis Pendidikan...........................................................7
2.2.4 Manajemen Pendidikan......................................................................9
BAB III PERBANDINGAN
3.1 Keunggulan Sistem Pendidikan di Korea Selatan............................................12
3.2 Keunggulan Sistem Pendidikan di Indonesia...................................................12
3.3 Kekurangan Sistem Pendidikan di Korea Selatan............................................15
3.4 Kekurangan Sistem Pendidikan di Indonesia...................................................16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................18
4.2 Saran.................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia dan mempunyai andil
besar dalam memajukan suatu bangsa, bahkan peradaban manusia. Melalui pendidikan
diharapkan akan mampu menghasilkan manusia yang berkualitas, sebagai sumber tenaga
profesional yang terampil dan berintelektual tinggi yang siap bekerja untuk membangun
bangsa.
Dalam usaha memajukan pembangunan bangsa ini, setiap pemerintahan selalu
mengupayakan mutu pendidikan yang lebih baik. Sebuah bangunan akan kokoh jika pondasi
bangunan tersebut kuat, demikian pula dalam dunia pendidikan, pondasi pendidikan yang
berupa sistem yang baik dan terukur akan mampu menghasilkan lulusan pendidikan yang
berkualitas. Di berbagai negara maju, sistem pendidikan yang dibangun seringkali bersumber
dari ajaran-ajaran dan ideologi yang berlaku di masyarakat. Beberapa negara asia timur
seperti Jepang, China dan Korea selatan, sistem pendidikan yang dibangun banyak bersumber
dari ajaran konfusianisme. Konfusianisme bukanlah satu agama tetapi lebih kepada
pengajaran falsafah untuk mempertingkatkan moral dan menjaga etika manusia.
Pandangan dan ideologi tersebut kemudian menjadikan negara-negara tersebut
memandang bahwa pendidikan yang bermutu merupakan entitas kemajuan suatu bangsa.
Hasil penelitian OECD tahun 2009 menempatkan Finlandia, Kanada dan Korea Selatan
sebagai 3 kekuatan utama pendidikan di dunia lalu diikuti oleh tiga negara di Asia, yaitu
China, Jepang, dan Singapura. Sehingga membuat penulis merasa tertarik untuk mengupas
sistem pendidikan di salah satu Negara tersebut, yakni Korea Selatan dan
membandingkannya dengan pendidikan yang ada di negara Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimanakah konsep pendidikan di Korea Selatan dan Indonesia?
2. Bagaimanakah kurikulum dan manajemen pendidikan di Korea Selatan dan di
Indonesia?
3. Apa saja keunggulan pendidikan di Korea Selatan dan di Indonesia?
4. Bagaimana perbandingan pendidikan di Korea Selatan dan Indonesia?
5. Bagaimana struktur sistem pendidikan Korea Selatan dan Indonesia?

4
6. Bagaimana orientasi pengembangan pendidikan di indonesia berdasarkan refleksi
sistem pendidikan Korea Selatan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan di Korea Selatan dan di Indonesia
2. Untuk mengetahui kurikulum dan manajemen pendidikan di Korea Selatan dan di
Indonesia
3. Untuk mengetahui keunggulan pendidikan di Korea Selatan dan di Indonesia
4. Untuk mengetahui perbandingan pendidikan di Korea Selatan dan Indonesia
5. Untuk mengetahui struktur sistem pendidikan Korea Selatan dan di Indonesia
6. Untuk mengetahui orientasi pengembangan pendidikan di indonesia berdasarkan
refleksi sistem pendidikan Korea Selatan
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai konsep pendidikan di
Negara terbaik, diantaranya Korea Selatan
2. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kurikulum dan manajemen
pendidikan di Korea Selatan
3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai keunggulan pendidikan di
Korea Selatan
4. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai perbandingan pendidikan di
Korea Selatan dan Indonesia
5. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai sistem pendidikan Korea
Selatan
6. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai orientasi pengembangan
pendidikan di indonesia berdasarkan refleksi sistem pendidikan Korea Selatan

5
BAB II
DESKRIPSI
2.1 Korea Selatan
2.1.1 Latar Belakang
Republik Korea Selatan yang didirikan pada tahun 1948 terletak di semenanjung
daratan Asia Timur, dengan batas-batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan lautan
pasifik, sebelah selatan berbatasan dengan selat Jepang, disebelah barat berbatasan dengan
demarkasi militer (garis lintang 380) yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara.
Penduduk Korea Selatan kurang lebih 47 juta jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk
rata-rata 1,7% per tahun dengan kondisi penduduk yang homogen (etnik Korea), dengan
angka literasi 98% (World Almanac 2000). Adapun sistem pemerintahan Korea Selatan
bersifat sentralistik. Dengan sistem sentralistik ini, maka kebijakan-kebijakan pemerintah
termasuk di bidang pendidikan dapat dijalankan tanpa harus mendapat persetujuan badan
legislatif daerah, seperti yang terdapat pada pemerintahan sistem desentralisasi.

2.1.2 Tujuan Pendidikan Di Korea Selatan


Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah menyusun
undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan pendidikan Korea
Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan penghargaan
terhadap kedaulatan Nasional; (menyempurnakan kepribadian setiap warga Negara,
mengemban cita-cita persaudaraan yang universal mengembangkan kemampuan untuk hidup
mandiri dan berbuat untuk Negara yang demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia;
dan menanamkan sifat patriotisme.
2.1.3 Struktur Dan Jenis Pendidikan
Secara umum sistem pendidikan di Korea Selatan terdiri dari empat jenjang yaitu :
Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SLTA dan pendidikan tinggi. Keempat
jenjang pendidikan ini sejalan dengan “grade” 1 - 6 (SD), grade 7 - 9 (SLTP), 10 -12 (SLTA),
dan grade 13 - 16 (pendidikan tinggi/program S1) serta program pasca sarjana (S2/S3).
Berikut visualisasi grade pendidikan yang dimaksud. Sekolah dasar merupakan pendidikan
wajib selama 6 tahun bagi anak usia 6 sampai 12 tahun, dengan jumlah Angka Partisipasi
Murni (APM) SD mencapai 99,8%, putus sekolah SD 0%.
SMP merupakan kelanjutan SD bagi anak usia 12-15 tahun, selama 3 tahun
pendidikan, yang kemudian melanjutkan ke SLTA pada grade 15-18, dengan dua pilihan
yaitu: umum dan sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan meliputi pertanian, perdagangan,

6
perikanan dan teknik. Selain itu ada sekolah komperhensif yang merupakan gabungan antara
sekolah umum dan sekolah kejuruan yang merupakan bekal untuk melanjutkan ke akademik
(yunior college) atau universitas (senior college) yang kemudian dapat melanjutkan ke
program pasca sarjana (graduate school) gelar master/dokter.
2.1.4 Manajemen Pendidikan
Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan. Di daerah
terdapat dewan pendidikan (board of education). Pada setiap propinsi dan daerah khusus
(Seoul dn Busam), masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota, yang
mana lima orang dipilih oleh daerah otonom dan dua orang lainnya merupakan jabatan „ex
officio‟ yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau gubernur propinsi dan super
intendent, Dewan pendidikan diketuai oleh walikota atau gubernur.
1) Anggaran pendidikan
Anggaran pendidikan Korea Selatan berasal dari anggaran Negara, dengan
total anggaran 18,9% dari Anggaran Negara. Pada tahun 1995 ada kebijakan wajib
belajar 9 tahun, sehingga porsi anggaran terbesar diperuntukan untuk ini, adapun
sumber biaya pendidikan, bersumber dari GNP untuk pendidikan, pajak
pendidikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi pendidikan
kejuruan.
2) Guru/Personalia
Terdapat dua jenis pendidikan guru, yaitu tingkat academic (grade 13-14)
untuk guru SD, dan pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah menengah.
Dengan biaya ditanggung oleh Pemerintah untuk pendidikan guru negeri.
Kemudian guru mendapat sertifikat yaitu : sertifikat guru pra sekolah, guru SD,
dan guru sekolah menengah, sertifikat ini diberikan oleh kepala sekolah dengan
kategori guru magang, guru biasa dua (yang telah diselesaikan on-job training)
dan lesensi bagi guru magang dikeluarkan bagi mereka yang telah lulus ujian
kualifikasi lulusan program empat tahun dalam bidang engineering, perikanan,
perdagangan, dan pertanian. Sedangkan untuk menjadi dosen yunior college (D2),
harus berkualifikasi master (S2) dengan pengalaman dua tahun dan untuk menjadi
dosen di senior college harus berkualifikasi doktor (S3).
3) Kurikulum
Reformasi kurikulum pendidikan di korea, dilaksanakan sejak tahun 1970-an
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi, adapun yang dikerjakan oleh guru, meliputi lima langkah yaitu (1)

7
perencanaan pengajaran, (2) Diagnosis murid (3) membimbing siswa belajar dengan
berbagai program, (4) test dan menilai hasil belajar. Di sekolah tingkat menengah
tidak diadakan saringan masuk, hal ini dikarenakan adanya kebijakan "equal
accessibility" ke sekolah menengah di daerahnya.
Pendidikan dilihat sebagai aspek penting bagi keberhasilan dan persaingan di
Negeri Gingseng. Di negara ini terdapat lima mata pelajaran utama, yaitu matematika,
sains, bahasa Korea, studi sosial, dan bahasa Inggris. Biasanya pendidikan fisik atau
olahraga dianggap tidak terlalu penting, makanya banyak sekolah yang tidak memiliki
gymnasium yang layak. Korea Selatan adalah negara pertama di dunia yang
memberikan akses internet berkecepatan tinggi di setiap sekolah.
Korea Institute for Curriculum and Evaluation (KICE) mengeluarkan hasil
laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011,
yang diikuti 300.000 siswa kelas 4 dari 50 negara dan 300.000 siswa kelas 8 dari 42
negara. Hasilnya, siswa kelas 4 Korea Selatan meraih skor rata-rata 605 dalam
matematika, peringkat kedua di belakang Singapura. Dan dalam bidang sains, siswa-
siswa Korea Selatan menduduki peringkat pertama dengan 587 poin. Prestasi inipun
diikuti oleh siswa kelas 8 dalam matematika dengan memperoleh nilai 613, nilai
tertinggi dari 42 negara lainnya. Sedangkan untuk sains, mereka menempati posisi
ketiga dengan nilai 560.
Seperti halnya pendidikan di negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Pendidikan di Korea Selatan dilaksanakan dalam beberapa jenjang, yaitu jenjang
pendidikan primer (primary education), pendidikan sekunder (secondary education),
dan pendidikan tinggi (high education). Pendidikan primer di Korea Selatan
diwajibkan untuk anak-anak berusia 6 sampai 14 tahun. Pada jenjang pendidikan
primer ini, prosesnya dilaksanakan di taman kanak-kanak dan sekolah dasar.
Pendidikan sekunder di Korea selatan idealnya dilaksanakan selama 6 tahun,
yaitu 3 tahun di sekolah menengah (setara dengan SMP di Indonesia) dan sekolah atas
(setara dengan SMA di Indonesia). Pada jenjang pendidikan sekunder ini, prosesnya
dilaksanakan sekolah-sekolah kejuruan (setara dengan SMK di Indonesia). Selain itu,
pada usia-usia sekolah menengah dan sekolah tinggi ini, anak-anak Korea Selatan
melaksanakan beberapa pendidikan tambahan, yaitu melalui kegiatan kursus-kursus
tertentu. Pendidikan tinggi di Korea Selatan dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan
perkuliahan di beberapa perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri maupun
swasta yang jumlahnya sekitar 330 perguruan tinggi. Adapun beberapa perguruan

8
tinggi yang terkemuka di Korea Selatan antara lain Universitas Korea (Korea
University), Universitas Nasional Seoul (Seoul National University), Universitas
Ewha (Ewha Women's University), dan Universitas Yonsei (Yonsei University).
2.2 Indonesia
2.2.1 Latar Belakang
Republik Indonesia (RI), umumnya disebut Indonesia, adalah negara di Asia
Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di
dunia yang terdiri dari 13.466 pulau, nama alternatif yang biasa dipakai adalah Nusantara.
Dengan populasi lebih dari 258 juta jiwa pada tahun 2016, Indonesia adalah negara
berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di
dunia, dengan lebih dari 207 juta jiwa. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik,
dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih
secara langsung.
Ibu kota negara Indonesia ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat
dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan
dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya
adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan
Nikobar di India.
Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia
menjadi wilayah perdagangan penting setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan
Sriwijaya di Palembang menjalin hubungan agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan
India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti
para pedagang yang membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling
bertempur untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era penjelajahan
samudra. Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia yang saat itu
bernama Hindia Belanda menyatakan kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya
Indonesia mendapat berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi,
separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa,
dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa (ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi
yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan Melanesia di mana bangsa Austronesia yang
terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami Indonesia bagian barat. Secara lebih
spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar dengan populasi mencapai 41,7%

9
dari seluruh penduduk Indonesia. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal
ika" ("Berbeda-beda namun tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara.
Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam
yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia. (Wikipedia)
2.2.2 Tujuan Pendidikan Di Indonesia
Para ahli pendidikan sepakat bahwa pendidikan ialah manusia yang baik, yang sering
tidak mereka sepakati ialah mengenai cirri yang harus diberikan pada “manusia yang baik”
itu. Cirri manusia baik secara umum yaitu; badan sehat, kuat, serta mempunyai ketrampilan,
pikiran cerdas serta pandai, hati berkembang dengan baik (rasa, kalbu, ruhani).
Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah merupakan tujuan umum yang hendak
dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia, dan merupakan rumusan dari pada kwalifikasi
terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama. Adapun rumusan formal
tujuan pendidikan nasional tersebut terdapat pada Undang-undang Pendidikan dan
Pengajaran No. 12 Tahun 1954 Bab II pasal 3 yang berbunyi: “Tujuan Pendidikan dan
Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis,
yang bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.
2.2.3 Struktur Dan Jenis Pendidikan
Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan
di Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,
pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama Departemen Pendidikan Nasional
Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua penduduk wajib mengikuti
program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam tahun di sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah. Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal,
dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini, dasar,
menengah, dan tinggi.
1. Prasekolah
Dari kelahiran sampai usia 3 tahun, kanak-kanak Indonesia pada umumnya tidak
memiliki akses terhadap pendidikan formal. Dari usia 3 sampai 4 atau 5 tahun, mereka
memasuki taman kanak-kanak. Pendidikan ini tidak wajib bagi warga negara Indonesia,
tujuan pokoknya adalah untuk mempersiapkan anak didik memasuki sekolah dasar. Dari

10
49.000 taman kanak-kanak yang ada di Indonesia, 99,35% diselenggarakan oleh pihak
swasta. Periode taman kanak-kanak biasanya dibagi ke dalam "Kelas A" (atau Nol Kecil) dan
"Kelas B" (atau Nol Besar), masing-masing untuk periode satu tahun.
2. Sekolah Dasar
Kanak-kanak berusia 6–11 tahun memasuki sekolah dasar (SD) atau madrasah
ibtidaiyah (MI). Tingkatan pendidikan ini adalah wajib bagi seluruh warga negara Indonesia
berdasarkan konstitusi nasional. Tidak seperti taman kanak-kanak yang sebagian besar di
antaranya diselenggarakan pihak swasta, justru sebagian besar sekolah dasar diselenggarakan
oleh sekolah-sekolah umum yang disediakan oleh negara (disebut "sekolah dasar negeri" atau
"madrasah ibtidaiyah negeri"), terhitung 93% dari seluruh sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah
yang ada di Indonesia. Sama halnya dengan sistem pendidikan di Amerika Serikat dan
Australia, para siswa harus belajar selama enam tahun untuk menyelesaikan tahapan ini.
Beberapa sekolah memberikan program pembelajaran yang dipercepat, di mana para siswa
yang berkinerja bagus dapat menuntaskan sekolah dasar selama lima tahun saja.
3. Sekolah Menengah Pertama
Sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs) adalah bagian
dari pendidikan dasar di Indonesia. Setelah tamat dari SD/MI, para siswa dapat memilih
untuk memasuki SMP atau MTs selama tiga tahun pada kisaran usia 12-14. Setelah tiga tahun
dan tamat, para siswa dapat meneruskan pendidikan mereka ke sekolah menengah atas
(SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), atau madrasah aliyah (MA).
4. Sekolah Menengah Atas
Di Indonesia, pada tingkatan ini terdapat tiga jenis sekolah, yaitu sekolah menengah
atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah (MA). Siswa SMA
dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi, sedangkan siswa SMK
dipersiapkan untuk dapat langsung memasuki dunia kerja tanpa melanjutkan ke tahapan
pendidikan selanjutnya. Madrasah aliyah pada dasarnya sama dengan sekolah menengah atas,
tetapi porsi kurikulum keagamaannya (dalam hal ini Islam) lebih besar dibandingkan dengan
sekolah menengah atas.
Jumlah sekolah menengah atas di Indonesia sedikit lebih kecil dari 9.000 buah.
5. Pendidikan Tinggi
Setelah tamat dari sekolah menengah atas atau madrasah aliyah, para siswa dapat
memasuki perguruan tinggi. Pendidikan tinggi di Indonesia dibagi ke dalam dua kategori:
yakni negeri dan swasta. Kedua-duanya dipandu oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

11
Terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan tinggi; misalnya universitas, sekolah
tinggi, institut, akademi, dan politeknik.
Ada beberapa tingkatan gelar yang dapat diraih di pendidikan tinggi, yaitu Diploma
3 (D3), Diploma 4 (D4), Strata 1 (S1), Strata 2 (S2), dan Strata 3 (S3).
Jenis Tingkatan Gelar
D3 Ahli Madya
D4 Sarjana
S1 Sarjana
S2 Magister
S3 Doktor

2.2.4 Manajemen Pendidikan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang menyelenggarakan urusan di
bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dipimpin oleh seorang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang sejak
tanggal 27 Juli 2016 dijabat oleh Muhajir Effendy menggantikan Anies Baswedan.
1) Anggaran Pendidikan
Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat
dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta
menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara
tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Untuk mengejar ketertinggalan
dunia pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan
dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

12
Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008,
pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20
persen dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional.
2) Guru/Personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik
dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang
dibuktikan dengan ijazah/sertifikat keahlian yang relevan, yang dikeluarkan oleh
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan
ditetapkan oleh Pemerintah.
Jenis pendidikan guru yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang diselenggarakan
oleh LPTK yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah, dengan kualifikasi
akademik:
1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1 pendidikan
dasar.
2) Pendidik pada jenjang Pendidikan Menengah minimum D-IV atau S1
pendidikanmenengah.
3) Pendidik pada jenjang Pendidikan Tinggi minimum: S1 untuk program
Diploma, S2 untuk program sarjana, dan S3 untuk program magister dan program
doktor.
3) Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan
enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975,
kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu
KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah
melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang
standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut,
tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan
pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004. KTSP
lahir karena dianggap KBK masih sarat dengan beban belajar dari pemerintah
pusat, dalam hal ini Depdiknas masih dipandang terlalu intervensi dalam
pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP bahan belajar siswa

13
sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite
sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan
potensi yang ada di lingkungannya.

14
BAB III
PERBANDINGAN
3.1 Keunggulan Sistem Pendidikan di Korea Selatan      
Beberapa hal yang perlu menjadi perbandingan bagi kita dalam pengelolaan
pendidikan dengan Korea Selatan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Untuk sekolah Taman Kanak-Kanak “Youchiwon” dimulai usia 3 tahun hingga 6
tahun. Siswa diperbolehkan masuk sekolah ini jika sudah mencukupi usianya. Namun, ada
juga sekolah yang menerima siswa usia 2 tahun. Sekolah ini berseling sehari sekolah dan
sehari tidak, hanya berdurasi beberapa jam saja dan sekolah ini hanya milik swasta. Pra
sekolah ada yang milik negara dan swasta. Untuk pra sekolah swasta, pemerintah tetap
membantu, mengawasi dan memperhatikan sepenuhnya terhadap pengolahan sekolah-sekolah
TK ini.
2.       Hal yang sangat mempengaruhi besarnya pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan
selain investasi pemerintah dibidang pendidikan adalah kebijakan pemerintah terutama
mengenai ekonomi yang mendukung tumbuhnya industri. Industri tersebut kemudian menjadi
mesin ekonomi yang efektif karena perkembangannya disesuaikan dengan ketersediaan
tenaga kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan. Baik negeri dan swasta pra sekolah
memiliki program pendidikan yang sama, yaitu lebih banyak mengajarkan kemandirian,
kreatifitas, bersosialisasi dengan lingkungan dan mengajarkan tentang kehidupan sehari-hari.
3.      Sebelum masuk ke Sekolah Dasar, biasanya para siswa pra sekolah akan dibawa
berkunjung ke SD untuk sekedar melihat-lihat bagaimana sekolah mereka selanjutnya. Pada
umumnya anak yang masuk Sekolah Dasar menerima surat pemberitahuan ijin masuk
sekolah pada bulan Februari dan awal Maret. Baru setelah itu, mereka bisa mendaftar pada
Sekolah Dasar.
4.      Korea sangat terobsesi dengan pendidikan. Pendidikan benar-benar ditekankan
kepada siswa. Seberapa keras siswa belajar? Selama bertahun-tahun, siswa pergi ke sekolah
dari jam 8 pagi sampai lewat tengah malam. Hal ini dikarenakan setelah selesai sekolah,
mereka harus menghadiri pendidikan khusus untuk mencoba untuk meningkatkan kinerja
akademis mereka. Mereka diprioritaskan untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi yang sangat ketat, yang banyak mendukung masa depan mereka. Di Korea,
jika kita masuk sebuah universitas bergengsi, maka kita akan memperoleh kesempatan yang
baik untuk mendapatkan informasi pekerjaan yang baik. Seorang anak memasuki Universitas
yang baik tidak hanya menjamin keadaan ekonomi individunya, tetapi juga mencerminkan

15
reputasi orang tua anak. Dalam budaya Korea, pertimbangan yang paling penting bagi
seorang pimpinan bukan kepribadian atau pengalaman kerja, melainkan di Universitas apa
orang tersebut belajar. Korea memiliki tingkat kelulusan SMA 97%, ini adalah yang tertinggi
tercatat di negara-negara maju. Sangat menarik untuk dicatat bahwa 80% sekolah-sekolah di
Korea memperbolehkan hukuman fisik.
Kata “Semangat”telah menjadi kata kunci yang membawa kebangkitan pendidikan
Korea Selatan hingga siap bersaing dengan negara lain. Mereka mulai dengan membangun
infrastruktur pendidikan yang luluh lantak akibat Perang Korea, lalu membenahi kualitasnya.
Kini di Seantero Korea Selatan terdapat 19.258 sekolah negeri maupun swasta, dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, dengan 11.951.298 pelajar. Diantaranya terdapat
218 perguruan tinggi, yang menampung 2.357.881 mahasiswa.
            Sistem pendidikan di Korea Selatan dibagi menjadi enam tahun sekolah dasar, tiga
tahun sekolah menengah pertama, tiga tahun sekolah menengah atas, dan empat tahun
perguruan tinggi. Selebihnya untuk jenjang pendidikan pascasarjana. Dengan demikian,
orang Korea Selatan menghabiskan paling tidak 23 tahun dari usianya dalam pendidikan
formal. Seiring dengan didirikannya Republik Korea tahun 1948, pemerintah mulai
menyusun sistem pendidikan modern. Lima tahun kemudian, 1953, pemerintah mewajibkan
menyelesaikan sekolah dasar selama enam tahun pada usia antara 6 dan 11 tahun. Jumlah
anak yang terdaftar pada tingkat dasar ini mencapai 99,8 persen, dan tidak ada lagi anak-anak
yang putus sekolah. Tahun 2001 mulai diterapkan pendidikan wajib pada jenjang sekolah
menengah.
Tidak berlebihan jika sekarang Korea Selatan dipuji sebagai salah satu negara yang
angka ‘melek huruf’ nya tertinggi di dunia, dan ini menjadi fakta bahwa masyarakat Korea
Selatan yang berpendidikan menjadi modal utama utama percepatan pertumbuhan ekonomi
yang telah dicapai negara itu selama tiga dekade silam. Menteri Pendidikan dan Sumber Daya
Manusia Korea Selatan Ahn Byung-young menjelaskan, tahun 2004 ini Pemerintah Korea
Selatan menjabarkan tujuan pendidikan dalam tiga sasaran utama, yakni pengembangan
sumber daya manusia, penguatan pada kesejahteraan pendidikan, serta pembangunan sistem
desentralisasi dan reformasi daerah.
            Pengembangan sumber daya manusia diyakini akan memperkuat negara itu memasuki
persaingan di dunia internasional. Melalui penguatan kesejahteraan pendidikan bisa diatasi
kesenjangan pendidikan dan meningkatkan integrasi sosial. Sementara untuk memperluas
pembangunan negara dan daya saing daerah yang merata, dipersiapkan desentralisasi sektor
pendidikan dan reformasi sistem pendidikan daerah yang terarah. Perguruan tinggi pun diberi

16
peran dalam pengembangan pendidikan, melalui program “Brain Korea 21″ atau BK21.
Program ini bertujuan meningkatkan derajat sumber daya manusia Korea Selatan memasuki
persaingan dalam komunitas internasional abad ke-21. Dimulai sejak tahun 1999 dan
direncanakan berlangsung selama tujuh tahun, hingga tahun 2005. Melalui program ini
pemerintah mengucurkan dana sebesar 1,4 triliun won (sekitar Rp 11,2 triliun), untuk
mendanai perguruan tinggi dengan titik berat pada kegiatan penelitian. BK21 menjadi
semacam unit riset unggulan dalam pendidikan tinggi Korea Selatan.
Pemerintah Korea Selatan memang ‘tidak pelit’ mengeluarkan dana untuk sektor
pendidikan. Tahun 2004, pendidikan mendapat 16,5% dari total anggaran negara. Dari budget
itu, pendidikan dasar mendapat porsi terbesar dibandingkan dengan pendidikan tinggi.
Seiring dengan kebijakan pendidikan wajib yang diperpanjang menjadi sembilan tahun
(sekolah dasar hingga sekolah menengah), pemerintah menjaring sumber dana tambahan
dengan menarik pajak pendidikan daerah, pajak pendapatan, dan pajak konsumsi rokok.
Dibalik kisah sukses pendidikan Korea Selatan, ada keresahan yang merebak di tengah
masyarakat. Akibat persaingan yang ketat, setiap siswa berjuang sekuat tenaga untuk
membuktikan kemampuannya menembus perguruan tinggi idaman. Materi pelajaran yang
didapat di bangku sekolah dianggap masih kurang memadai sehingga dibutuhkan pelajaran
tambahan melalui les privat. Sebagaimana lazimnya dalam masyarakat Korea Selatan,
pendidikan yang bermutu merupakan ambisi tertinggi, maka orangtua rela membayar berapa
pun biaya demi keberhasilan anak-anaknya dalam pendidikan. Bahkan sering kali mereka
mengorbankan waktu dan uang yang banyak demi memenangi persaingan ketat itu.
Sebagian besar keluarga di Korea Selatan terpaksa mengeluarkan 1/3 pendapatannya untuk
membiayai les privat anak-anaknya. Akibatnya, banyak keluarga yang frustrasi jika anaknya
gagal dalam pendidikan, meski sang anak pun telah merelakan sebagian besar waktunya
untuk belajar. Upaya pemerintah mengatasi masalah itu dengan membuka saluran pendidikan
di jaringan televisi pendidikan milik pemerintah, Educational Broadcasting System (EBS),
agaknya belum dapat sepenuhnya membendung hasrat anak untuk mengikuti les privat. EBS
menayangkan siaran pendidikan dengan berbagai materi pelajaran.
            Ada prinsip yang ditanamkan sejak kecil kepada orang-orang Korea Selatan agar
selalu berada selangkah di depan, yaitu “Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun.
Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus
berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus terbang.”
3.2 Keunggulan Sistem Pendidikan di Indonesia

17
Melihat kenyataan yangada, sepertinya masiha ada sesuatu yang menganjal dengan
sistem pendidikan di Indonesia. Ada banyak alasan, disamping fasilitas yang belum memadai,
ada sejumlah pandangan bahwa pendidikan bertolak belakang dengan dengan kearifan lokal
beberapa daerah. Namun tidak semua sistem pendidikan di indonesia seperti yang disebutkan.
Ada beberapa pendidikan yang walaupun tidak bersertifikat, mampu membawa kearifan
budaya bersama kemajuan cara berpikir beriringan.
1. Homeschooling
Sistem pendidikan yang satu ini masih dipandang sebelah mata oleh sebagian
besar masyarakat di Indonesia. Di Amerika sistem pendidikan ini banyak dipilih
terutama oleh para orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi seperti
professor dan insinyur. Dengan sistem pendidikan ini, potensi anak akan benar-benar
akan terkelola, meskipun ada kelemahan bahwa anak akan mengalami sedikit
kesulitan dalam sosialisasi. Di Indonesia ada beberapa lembaga yang menyediakan
sistem homeschooling dan juga keunggulan lainnya seperti pertumbuhan anak bisa
dipantau langsung dan lebih terjaga dari pergaulan yang tidak baik di sekolah formal,
waktu yang lebih fleksibel, belajar lebih cepat, dan banyak yang lainnya.
2. Pendidikan Berbasis Masyarakat
Pendidikan jenis ini juga memiliki banyak keunggulan, inilah sistem
pendidikan yang mampu menyatukan kearifan lokal dengan kebutuhan akan
pendidikan. Mampu mendidik sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat tanpa
meninggalkan kemajuan teknologi. Selain yang tersebut diatas masih ada banyak
pendidikan yang berkualitas yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Dan
setidaknya kita mampu menjadi masyarakat yang lebih bijak dalam memilih
pendidikan bagi generasi masa depan, bukan hanya pendidikan yang mampu
menghasilkan generasi yang juga berkualitas pendidikan yang mampu menghasilkan
generasi yang juga berkualitas.
3.3 Kekurangan Sistem Pendidikan di Korea Selatan
Terdapat banyak hal yang dapat menimbulkan problem pada sistem pendidikan di
korea yang masih diterapkan dalam pendidikan korea, diantaranya adalah:

➢     Cram School


Adalah sebuah metode pembelajaran yang menekankan siswa untuk menghafal dan terus
menghafal banyak rumus tanpa perlu memahami. Hal ini dilakukan karena tidak ada waktu
untuk memahmi rumus-rumus itu. Metode ini dilakukan untuk menuju sukses dalam ujian

18
nasional. Tanpa memahami, mereka tidak mengerti konsepnya sehingga ketika dihadapkan
pada permasalahan lain yang konsepnya sama, mereka tidak dapat menyelesaikannya.
➢     Overstudying
Program bimbel yang semua siswa tingkat smp dan sma harus mengikutinya, karena tuntutan
sistem pendidikan di korea. Di korea, jika tidak mengikuti hagwon (dalam bahasa korea)
maka akan dianggap bodoh dan aneh. Bahkan beberapa orang mengirim anaknya yang seusia
TK untuk mengikuti kelas mereka tidak mengerti konsepnya sehingga ketika dihadapkan
pada permasalahan lain yang konsepnya sama, mereka tidak dapat menyelesaikannya.
Mungkinkah itu semua dilakukan untuk seusia itu?
➢  Stereotipe Bidang Studi / Jurusan
Sama seperti di Indonesia, Korean parents and teachers biasanya mendorong anak-anak
mereka untuk menjadi seorang dokter atau insinyur dari kecil. Status sosial dan uang
biasanya menjadi alasannya. Di Korea hal ini sudah sangat lazim dan terkadang mereka tidak
merasa bahwa hal ini adalah sesuatu yang aneh dan seharusnya tidak terjadi. Beberapa
penduduk Korea bahkan mengatakan bahwa memang dia tidak bisa mengikuti impiannya,
tapi mungkin seharusnya tidak usah dilakukan sama sekali. Mereka juga akan mendorong
anak-anaknya untuk mengambil bidang2 yang berstatus sosial tinggi dan menghasilkan
banyak uang.
➢     Over-Education
Korea Selatan telah menjelma menjadi sebuah negara maju, dan hal ini sedikit banyak
dipengaruhi oleh keinginan belajar di jenjang yang lebih tinggi setinggi mungkin. Namun hal
ini telah menjelma menjadi sesuatu yang sedikit mengerikan. Menurut sebuah survei, 82%
penduduk Korea Selatan mengikuti tertiary education (universitas, college, dll). Mungkin
beberapa dari kita berpikir ini adalah hal yang baik. Namun ternyata ada efek domino yang
lebih parah dari hal ini.
Dalam artikelnya, Oliver dan Kang menggambarkan bahwa Korea Selatan
mempunyai tukang roti yang paling terpelajar di dunia. Di sebuah kelas keterampilan
membuat roti di Seoul yang mengajarkan pembuatan muffin, ada lulusan bahasa Rusia, seni,
bahkan animasi. Mereka terpaksa mengikuti kelas keterampilan karena tidak mendapatkan
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian mereka. Setelah mereka menjadi tukang roti,
hilanglah sudah uang yang mereka pernah hamburkan untuk pendidikan S1 mereka.
 3.4 Kekurangan Sistem Pendidikan di Indonesia
Setelah mengetahui sistem pendidikan di Korea Selatan, ada sejumlah masalah yang
dihadapi oleh Indonesia dalam hal pendidikan. Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia

19
ternyata tidak dapat menempa sumber daya manusia Indonesia yang memiliki potensi yang
tidak kalah dibanding dengan sumber daya manusia dari negara lain, termasuk negara maju
sekalipun. Potensi yang ada pada sumber daya manusia, tidak akan mempunyai arti yang
signifikan dan maksimal bila penempaan atas mereka melalui sistem pendidikan tidak
dilakukan secara benar. Dalam memetakan masalah pendidikan maka perlu diperhatikan
realitas pendidikan itu sendiri yaitu pendidikan sebagai sebuah subsistem yang sekaligus juga
merupakan suatu sistem yang kompleks. Gambaran pendidikan sebagai sebuah subsistem
adalah kenyataan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan
dengan dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal yang saling terkait satu sama lain. Aspek
politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, bahkan ideologi sangat erat
pengaruhnya terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan, begitupun sebaliknya.
Sebagai salah satu sub-sistem di dalam sistem negara/ pemerintahan, maka keterkaitan
pendidikan dengan sub-sistem lainnya diantaranya ditunjukan sebagai berikut: pertama,
berlangsungnya sistem ekonomi kapitalis di tengah-tengah kehidupan telah membentuk
paradigma pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai bentuk pelayanan
negara kepada rakyatnya yang harus disertai dengan adanya sejumlah pengorbanan ekonomis
(biaya) oleh rakyat kepada negara. Kedua, berlangsungnya kehidupan sosial yang
berlandasakan sekulerisme telah menyuburkan paradigma hedonisme (hura-hura),
permisivisme (serba boleh), materialistik (money oriented), dan lainnya di dalam kehidupan
masyarakat. Ketiga, berlangsungnya kehidupan politik yang oportunistik telah membentuk
karakter politikus machiavelis (melakukan segala cara demi mendapatkan keuntungan) di
kalangan eksekutif dan legislatif termasuk dalam perumusan kebijakan pendidikan indonesia.
Dalam kaitan pendidikan sebagai suatu sistem, maka permasalahan pendidikan yang saat ini
tengah berkembang diantaranya tergambar dengan pemetaan sebagai berikut:
(1). Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
(2). Pemerataan pendidikan di kota dan daerah yang masih timpang
(3). Pengelolaan dan efisiensi anggaran pendidikan yang belum maksimal
(4). Keterbatasan sarana dan prasarana
(5). Pengawasan yang lemah terhadap penyelenggara pendidikan
(6). Kinerja guru yang belum maksimal
(7). Kesejahteraan guru yang masih kurang

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Di Korea selatan, sistem pendidikan yang dibangun banyak bersumber dari ajaran
konfusianisme. Konfusianisme bukanlah satu agama tetapi lebih kepada pengajaran falsafah
untuk mempertingkatkan moral dan menjaga etika manusia dan penyediaan sarana dan
prasarana pembelajaran yang baik, terlebih lagi dengan penyediaan perangkat teknologi
tinggi seperti yang dilakukan negara Korea Selatan.
Korea Selatan cenderung lebih maju di bidang pendidikan karena kurikulum yang
dipakai baku dan tidak sering ada pergantian kurikulum. Berbeda dengan negara Indonesia
yang sering terjadi pergantian kebijakan serta kurikulum sehingga pelaksana teknis di
Indonesia lambat untuk berkembang. Alasan lain yang berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di kedua negara adalah bekas dari negara yang berbeda. Hal ini sedikitnya
mempengaruhi sistem pendidikan di kedua negara.
4.2 Saran
1. Perlunya menumbuhkembangkan ideologi pancasila dan nilai-nilai kebudayaan lokal
dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia.
2. Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia yang diandalkan untuk menempa
sumber daya manusia ternyata belumlah sempurna. Masih banyak kelemahan yang
menjangkiti sistem pendidikan. Perlu dilakukan pembenahan dalam setiap aspek
pendidikan, oleh karena itu proses benchmarking terhadap sistem pendidikan yang
ada di negara-negara maju perlu mendapat perhatian. Negara asia timur dan beberapa
negara eropa dapat dijadikan rujukan dalam studi perbandingan agar sistem
pendidikan yang ada di Indonesia dapat berbenah diri. Melalui peran generasi muda
diharapkan ada satu visi untuk melakukan pembenahan dan pengawalan terhadap
sistem pendidikan Indonesia. Sistem pendidikan yang handal akan menyiapkan
sumber daya manusia Indonesia untuk menghadapi kompetisi global yang semakin
hari semakin kompetitif.

21

Anda mungkin juga menyukai