Anda di halaman 1dari 3

Bacalah teks di bawah ini untuk menjawab pertanyaan nomor 1 – 3!

Penelitian Ilmiah di Rumah


Seringkali ketika kita mengatakan penelitian ilmiah, maka yang kita pikirkan adalah laboratorium
dengan alat-alat canggihnya. Padahal kita dapat melakukan penelitian ilmiah di mana saja, di dalam
laboratorium, maupun di luar laboratorium, misalnya mengamati ketaatan murid terhadap peraturan lalu
lintas di persimpangan jalan atau mengamati pergerakan bulan ketika terjadi gerhana bulan. Penelitian
ilmiah adalah rangkaian pengamatan yang sambung menyambung serta berakumulasi untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji jawaban atas pertanyaan ataupun masalah. Kunci utama penelitian ilmiah
adalah melakukan pengamatan secara sistematis baik dari segi obyek amatan, waktu mengamati, hal yang
kita lakukan pada obyek, maupun data yang kita catat.
Contoh penelitian ilmiah yang dapat kamu lakukan di rumah adalah pengamatan untuk menjawab
pertanyaan: “Apakah jumlah air penyiraman memengaruhi tinggi tanaman?”. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut kamu perlu menciptakan beberapa situasi:
 menyiram hanya sekali sehari,
 atau menyiram dua kali sehari.
Ada dua situasi seringnya dilakukan penyiraman air yang
berbeda untuk mengetahui apakah benar jumlah air penyiraman
memengaruhi tinggi tanaman.
Penelitian dikatakan sistematis jika air penyiraman tidak asal
jumlahnya. Kamu harus menentukan jumlah yang sama untuk setiap kali
penyiraman. Jumlah ini harus konsisten kamu lakukan setiap kali
penyiraman, kamu tidak boleh mengubahnya!
Kemudian sistematis obyek serta perlakuan terhadap obyek.
Obyek penelitian kita adalah tanaman A serta B. Tanaman A harus selalu
disiram sebanyak satu kali sehari dan tanaman B sebanyak dua kali
sehari. Kamu tidak boleh secara asal menukar perlakuan penyiraman
terhadap tanaman A dengan B. Oleh karena itu, sangat penting dalam
penelitian ilmiah kamu melakukan pencatatan prosedur sehingga
penelitianmu dapat terlaksana secara sistematis.
Hal lain yang tidak boleh kamu lupakan adalah memastikan hasil
pengamatanmu tidak dipengaruhi hal lain, misal jenis tanaman A dan B harus sama, umur kedua tanaman
sama, atau pun intensitas cahaya matahari sama. Hal ini sangat penting supaya kamu yakin bahwa yang
memengaruhi perbedaan tinggi tanaman adalah jumlah air siraman, bukan karena jenis tanaman B lebih
cepat tinggi dibandingkan tanaman A.
Jika kamu sudah secara sistematis melakukan penyiraman, catatlah tinggi tanaman secara sistematis
juga. Gunakan pengukur panjang yang sama, cara yang sama dan waktu yang sama. Contohnya, mencatat
tinggi tanaman setiap seminggu sekali, dalam ukuran milimeter, secara tegak lurus terhadap permukaan
tanah tempat tumbuh. Setelah catatan tinggi tanaman tersebut terkumpul secara terus-menerus, akumulasi
data dapat menjawab pertanyaan penelitianmu. Selamat melakukan penelitian di rumah.

1. Tentukan apakah setiap aktivitas berikut merupakan langkah sistematis dalam melakukan penelitian
ilmiah di atas ataukah tidak!
Aktivitas Sistematis Tidak Sistematis
Jumlah air penyiraman tanaman A

ditambahkan setelah dua minggu.
Kedua tanaman disiram pada jam yang sama

setiap harinya.
Tinggi tanaman diukur ketika terlihat ada

perubahan tinggi tanaman.
Data pengukuran tinggi tanaman dicatat dalam

satuan panjang yang sama.
Pembahasan Jawaban :
Pernyataan ke-1 tidak sistematis karena perlakuan penyiraman hanya pada tanaman A yang ditentukan
waktunya, seharusnya pada tanaman B juga.
Pernyataan ke-2 sistematis karena perlakuan diberikan pada jam yang sama.
Pernyataan ke-3 tidak sistematis karena pengukuran harus dilakukan dari hari pertama hingga waktu yang
ditentukan
Pernyataan ke-4 sistematis karena pencatatan ukuran memakai satuan yang sama.

2. Berikut ini yang merupakan manfaat dari pencatatan prosedur penelitian ilmiah adalah…. (Kamu bisa
memilih lebih dari satu jawaban)
 Memastikan langkah yang dilakukan konsisten dari waktu ke waktu
Membuka peluang siapa pun dapat melanjutkan penelitian ilmiah dengan cara yang

sama
 Membuktikan kepada orang lain bahwa hasil penelitiannya pasti benar

Mempercepat proses dilakukannya penelitian ilmiah

3. Media tanaman A adalah tanah humus yang subur, sedangkan media tanaman B adalah tanah berpasir.
Peneliti menyimpulkan bahwa tanaman A yang disiram dengan jumlah air sedikit lebih tinggi
dibandingkan tanaman B yang disiram dengan jumlah air banyak. Berdasarkan teks tersebut, apakah
simpulan penelitian dapat diterima?
Ya

 Tidak
Jelaskan alasanmu!

Karena prosedur penelitian tidak sistematis, yaitu penggunaan media tanam yang berbeda
dan jumlah air yang tidak pasti (tidak definitive) dan tidak menggunakan jumlah air dengan
satuan volume yang sama). Jika ingin membandingkan frekuensi penyiraman terhadap
tinggi tanaman maka media tanam kedua tanaman harus sama, yang dibedakan hanya
jumlah air yang disiramkan.

Untuk menjawab soal nomor 4 perhatikan infografis berikut ini!


Sumber : dok. Kemdikbud
.
4. Apakah manfaat makan ikan menurut infografis di atas?
A. Mengandung vitamin B6 lebih banyak bila dibandingkan dengan udang.
B. Berperan penting dalam pertumbuhan bayi hingga usia 3 tahun.
C. Membantu tubuh memproduksi sel-sel baru.
D. Mengandung nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Pembahasan Jawaban :
Pilihan A tidak tepat karena kandungan ikan yang lebih banyak dari udang adalah Omega 3, bukan vitamin
B. 
Pilihan B tidak tepat karena keterangan “hingga usia 3 tahun” bertentangan dengan informasi “Berperan
penting dalam peningkatan gizi, terutama 1000 hari pertama”. Kata “terutama” menunjukkan bahwa
kandungan ikan akan lebih berperan dalam peningkatan gizi pada anak usia 1000 hari pertama (3 tahun),
tetapi bukan berarti tidak berperan setelah anak berusia lebih dari 3 tahun. 
Pilihan C tidak tepat karena pada infografis tercantum bahwa kandungan ikan dapat membantu
‘memperbaiki sel-sel yang rusak’. Namun, kata ‘memperbaiki’ (sel yang rusak) memiliki arti yang berbeda
dengan ‘memproduksi sel-sel yang baru’.

Bacalah teks berikut ini untuk menjawab soal nomor 5!

Ironi Konsumsi Ikan di Indonesia. Kenapa?


Potensi sumber daya ikan di Indonesia selama ini dikenal sangat berlimpah. Kementerian Kelautan
dan Perikanan (KKP) mencatat, potensi sumber daya ikan saat ini sudah mencapai 9,9 juta ton. Selain itu,
potensi luas lahan budidaya ikan juga mencapai 83,6 juta hectare. Namun, dari semua potensi tersebut,
minat masyarakat untuk menngonsumsi ikan sebagai lauk masih harus terus ditingkatkan.
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ikan masih terbilang rendah. Rata-rata tingkat konsumsi
ikan di Indonesia baru mencapau 41 kilogram (kg) per kapita per tahun. Meski mengalami kenaikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di 37-38 kg per kapita per tahun, tingkat konsumsi ikan di Indonesia
masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia (70 kg per kapita per tahun) dan Singapura
(80 kg per kapita per tahun), bahkan kalah telak dengan Jepang (mendekati 100 kg per kapita per tahun).
Beberapa hal yang menjadi penyebab masih rendahnya tingkat konsumsi ikan di Indonesia,
diantaranya adalah : 1). Kurangnya pemahaman masyarakat tentang gizi dan manfaat ikan bagi kesehatan
dan kecerdasan, 2). Rendahnya supply ikan akibat kurang lancarnya distribusi, 3). Belum berkembangnya
teknologi pengolahan dan atau pengawetan ikan sebagai bentuk keanekaragaman dalam ikut memenuhi
kebutuhan ikan.
(Sumber : dok. Kemdikbud)

5. Kategorikanlah pernyataan yang merupakan fakta atau opini terkait ironi konsumsi ikan di Indonesia!
Pernyataan Fakta Opini
Tingkat konsumsi ikan di Indonesia jauh lebih 
rendah dari negara tetangga.
Pendistribusian ikan tidak berjalan baik. 

Pengolahan maupun pengawetan ikan masih 


tertinggal..
Potensi ikan di Indonesia hampir mencapai 10 
juta ton.
Pembahasan Jawaban :
Pernyataan 1 dan 4 merupakan fakta karena disertai data-data berupa tingkat konsumsi ikan selama dua
tahun dan potensi sumber daya ikan.
Pernyataan 2 dan 3 merupakan opini karena keduanya adalah pendapat pribadi penulis tentang penyebab
rendahnya konsumsi ikan di Indonesia. Pada teks, tidak terdapat data yang mendukung kedua pernyataan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai