Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


a) Uraian alasan pentingnya dibentuknya UPTD PPA
1) Bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara
kodrat melekat pada diri manusia bersifat universal dan langg
eng, karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan da
n tidak boleh diabaikan serta dikurangi atau dirampas oleh sia
papun. Setiap orang mengemban kewajiban mengakui dan me
nghormati hak asasi orang lain, hal ini juga berlaku bagi setia
p organisasi dan pada tatanan manapun.
2) Negara terutama pemerintah bertanggung jawab untuk mengh
ormati, melindungi dan menjamin hak-hak asasi manusia dari
setiap warga negara termasuk perempuan dan anak tanpa dis
kriminasi, karena perempuan dan anak merupakan bagian dar
i warga Negara Indonesia memiliki hak yang sama dengan ora
ng lain dan hak perempuan dan anak merupakan hak asasi m
anusia yang harus dijamin, dilindungi bukan hanya oleh peme
rintah tapi juga oleh pemerintah daerah.
3) Untuk menjabarkan hak asasi manusia khususnya perempua
n dan anak merupakan kelompok rentan, maka negara telah
mengeluarkan beberapa peraturan yang dimaksudkan untuk
melindungi perempuan dan anak misalnya Undang-Undang N
omor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi CEDAW, Undang-Unda
ng Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan D
alam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 t
entang Penghapusan Tindak Pidana Perdagangan Orang, Unda
ng- Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan Un
dang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.

1
4) Walaupun ada jaminan perundang-undangan yang melindungi
warga negara khusunya perempuan dan anak namun kasus p
erempuan dan anak semakin bertambah, tidak menurun, karn
a kasus kekerasan perempuan dan anak fenomena gunung es
yaitu kasus yang dilaporkan kelembaga perlindungan perempu
an dan lembaga perlindungan anak hanya sebagian kecil dari
kasus yang sebenarnya. Perempuan dan anak korban kekeras
an sering merasa ragu atau takut dalam melaporkan kekerasa
n yang dialaminyaatau ada kendala lain seperti sulitnya akses
dalam mencapai layanan dan kurangnya Informasi tentang ha
k-hak yang dimiliki karna sebagian besar perempuan dan ana
k korban berasal dari keluarga miskin dan kurang mampu seh
ingga perlu dilakukan pendampingan, biaya pendampingan da
n konsultasi hukum mahal. Disisi lain lembaga yang menanga
ni perlindungan perempuan dan anak masih kurang, terutama
didaerah yang jauh dari pusat kota.
5) Perempuan dan anak yang mengalami kekerasan sesuai denga
n peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan untuk
melindungi perempuan dan anak seperti Undang-Undang Nom
or 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Ru
mah Tangga, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Undan
g-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi mempuny
ai untuk mendapatkan layanan rehabilitasi sosial, kesehatan,
bantuan hukum, pemulangan dan reitegrasi sosial yang harus
dipenuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
6) Selain itu menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 ten
tang perubahan atas undang-undang nomor 23 Tahun 2002 te
ntang Perlindungan Anak, menjelaskan bahwa anak korban pe
nyalahgunaan narkotika, anak pengungsi, anak dalam situasi
konflik, anak korban jaringan terorisme, anak dengan perilaku
sosial menyimpang dan anak yang menjadi korban stigmatisas
i dari pelabelan terkait orang tuanya.

2
7) Kebutuhan perempuan dan anak yang mengalami kekerasan s
erta anak dalam situasi dan kondisi tertentu harus pendapatk
an perhatian dari pemerintah daerah.
8) Disisi lain, penanganan permasalahan perempuan dan anak y
ang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Perempu
an dan Perlindungan Anak belum optimal sehingga terlambat
dalam memberikan pelayanan atau tdak sesuai dengan kebutu
han korban.
9) Seperti dikemukakan bahwa urusan Pemberdayaan Perempua
n dan Perlindungan Anak merupakan urusan konkuren yang
wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah, disisi lain komple
ksitas urusan perempuan dan anak cukup banyak yang harus
diselesaikan oleh Dinas PPPA {antara lain menyusun kebijakan,
pengawasan, pembinaan, penyuluhan, advokasi, sosialisasi, f
asilitasi pemberdayaan perempuan dibidang ekonomi, politik,
hukum, kesehatan, pendidikan, lingkungan dan fasilitasi pem
enuhan hak anak. Oleh karna itu, perlu dibentuk UPTD PPA u
ntuk melaksanakan kegiatan teknis operasional diwilayah kerj
anya dalam memberikan layanan bagi perempuan dan anak ya
ng mengalami masalah kekerasan, dikriminasi, perlindungan
khusus dan masalah lainnya.
10) Tren peningkatan kekerasan terhadap perempuan dan anak di
Kabupaten Kepulauan Mentawai yang meningkat setiap tahun.

b) uraian dasar pembentukan UPTD PPA melalui :


1) Landasan Filosofi
 Pancasila sebagai dasar falsafah negara merupakan landasan
ideologi, bangsa yang mewijibkan negara memikul tanggung j
awab untuk melakukan tindakan hukum dan tindakan lainn
ya yang melindungi warga negara dari segala hal yang melang
gar hak asasi manusia yang menimbulkan kerugian bagi seti
ap warga negara.

3
 Tanggung jawab negara khususnya pemerintah didasarkan p
ada alinea ke IV pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ya
ng menyebutkan bahwa tujuan pembentukan negara Indones
ia adalah salah satunya melindungi segenap bangsa Indonesi
a yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
 Sila kedua dari pancasila tentang kemanusiaan yang adil dan
beradap menunjukkan bahwa adanya jaminan perlindungan
terhadap hak asasi manusia khususnya perempuan dan ana
k.
2} Landasan Konstitusional
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang termuat dalam pasal 28 diantaranya adalah:
 Pasal 28B ayat {2} menyatakan bahwa “setiap anak berhak at
as kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berh
ak atas perlindungan dari kekerasan dan dikriminasi”
 Pasal 28D ayat {1} yang menyebutkan bahwa “setiap orang be
rhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan huku
m”.
 Pasal 28 G:
1) setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluar
ga, kehormatan, martabat dan harta benda yang dibawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindu
ngan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak b
erbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau pe
rlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia da
n berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.
 Pasal 28H ayat {2} yang menyebut bahwa “setiap orang berha
k mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memp
eroleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai p
ersamaan dan keadilan”.
 Pasal 28 I ayat {2} dan ayat {4}:

4
1) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat di
kriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan p
erlindungan terhadap perlakuan yang bersifat dikriminatif
itu.
2) Perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak
asasi manusia adalah tanggung jawab negaraterutama pe
merintah.
{3} Landasan Yuridis
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberanta
san Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Pasal 48 ayat {1} menjelaskan bahwa korban tindak pidana
perdagangan orang atau ahli warisnya berhak mendapatkan
restitusi.
 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi P
asal 16 ayat {1} mengamanatkan bahwa pemerintah, lembag
a sosial, lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, keluarga
dan/atau masyarakat berkewajiban memberikan pembinaan
pendampinganserta pemulihan sosial, kesehatan fisik dan
mental bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku p
ornografi.
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah. Lampiran huruf H mengamanatkan pemerintah dae
rah untuk memberikan layanan perlindungan terhadap pere
mpuan dan anak.
 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan
atas undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlind
ungan Anak.
Pasal 59A menjelaskan bahwa anak dalam situasi dan kondi
si tertentu berhak untuk mendapatkan pendampingan psiko
sosial, pemberian perlindungan, serta pendampingan pada s
etiap proses peradilan.

5
 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyele
nggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dala
m Rumah Tangga.
Pasal 4 menjelaskan bahwa korban berhak mendapatkan la
yanan pemulihan dalam bentuk pendampingan, konseling
dan bimbingan rohani.
 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Tata Ca
ra dan Mekanisme Pelayanan Torpedo bagi Saksi dan/atau
Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Pasal 6 ayat {1} menjelaskan pemerintah daerah diwajibkan
untuk membentuk Pusat Layanan Terpadu bagi korban perd
agangan orang.
 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2011 tentang Pembi
naan, Pendampingan dan Pemulihan Terhadap Anak Yang
Menjadi Korban atau Pelaku Pornografi
Pasal 18 menjelaskan bahwa pemerintah daerah wajib mela
ksanakan pendampingan terhadap anak yang menjadi korb
an atau pelaku pornografi.
 Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2014 tentang Perlindu
ngan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konfli
k Sosial.
Pasal 6 ayat {3} huruf c mengamanatkan bahwa perempuan
dan anak didaerah konflik berhak mendapatkan layanan pe
menuhan kebutuhan dasar spesifik bagi perempuan dan an
ak korban akibat terjadinya konflik.
Pasal 9 bahwa penyediaan layanan terhadap perempuan da
n anak korban kekerasan dalam konflik sosial meliputi laya
nan diantaranya bantuan hukum dan pendampingan.
 Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai Nomor 8
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai;
{4} Landasan Sosiologis

6
 Budaya yang ada dalam masyarakat menyebabkan terjadiny
a kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan yang b
erdampak pada posisi tersubordinasi, termaginalisasi, mem
punyai beban ganda, pelebelan, mengalami kekerasan, ekplo
itasi, diskriminasi dan penelantaran. Sedangkan terkait per
masalahan anak, kurangnya pemahaman tentang hak dan p
erlindungan anak mengakibatkan kekerasan dan ekploitasi t
erhadap perempuan dan anak. Kondisi ini sering terjadi kar
ena:
o Pesatnya arus glabalisasi dan dampak negatif dari perkem
bangan dibidang teknologi dan Informasi memunculkan fe
nomena baru kekerasan terhadap perempuan dan anak;
o Faktor kemiskinan yang mendorong pelaku melakukan ke
kerasan terhadap perempuan dan anak;
o Faktor temperamental pelaku yang sering melakukan kek
erasan terhadap perempuan dan anak;
o Faktor ketimpangan dan relasi kuasa antara suami dan is
tri yang menyebabkan istri mengalami kekerasan;
o Peresepsi yang salah tentang perempuan dan anak, yang
menganggap perempuan dan anak sebagai miliknya yang
dapat diperlakukan semena-mena; dan
o Kurangnya pemahaman terkait hak asasi manusia termas
uk hak anak.
 Kekerasan terhadap perempuan dan anak setiap tahun sem
akin meningkat secara signifikan dan kekerasan terhadap p
erempuan dan anak dapat dilihat dari sisi jenis, bentuk, tem
pat kejadian, pelaku, modus dan tujuan. Jenis kekerasan se
perti kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan orang, p
ornografi, dan lainnya. Sedangkan bentuk kekerasan antara
lain kekerasan psikis, fisik, seksual (pencabulan, perkosaan,
ekploitasi seksual {pencabulan, perkosaan, ekploitasi seksu
al dan penyiksaan seksual}, penelantaran, ekploitasi dan ke
kerasan lainnya seperti ancaman kekerasan dan pemaksaan.

7
Dilihat dari lokasi terjadinya kekerasan seperti diantara da
pat terjadi di dalam rumah tangga, ruang publik, lembaga p
endidikan dan tempat kerja. Dilihat dari sisi pelakunya, kek
erasan dapat dilakukakan oleh teman, tenaga pendidik, asis
en rumah tangga, atasan, pacar, bahkan kekerasan bisa dila
kukan oleh orang dekat korban seperti orang tua dan sauda
ra. Dilihat dari sisi modusnya, kekerasan dapat terjadi deng
an adanya ancaman kekerasan, pengunaan kekerasan, penc
ulikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaanatau posisi rentan, dijanjikan atau iming-iming, p
enjeratan utang atau memberikan bayaran atau manfaat, da
n lainya. Berdsarkan tujuannya, kekerasan juga dapat dilak
ukan untuk tujuan kepuasan seksual pelaku atau ekploitasi
untuk mendapatkan keuntungan.
 Dampak kekerasan yang dialami perempuan dan anak diant
aranya mengalami penderitaan baik fisik, sosial, spiritual, p
sikis karena korban diancam atau diintimidasi dan mengala
mi trauma berkepanjangan serta tidak mau bersosialisasi de
ngan masyarakat, mengalami kekerasan seksual dan penela
ntaran, luka ringan dan berat, kehilangan fungsi reproduksi,
kehilangan ingatan, kehilangan kepercayaan diri, kehilanag
an anggota badan, terkena penyakit menular, pendarahan h
ebat, kehamilan tidak diinginkan, cacat seumur hidup bahk
an bunuh diri. Yang lebih menyedihkan lagi adalah korban t
erkadang disiksa, dilakukan dengan cara yang sadis dan lua
r biasa. Pelaku kekerasan tidak hanya orang-perorangan na
mun juga dilakukan oleh kelompok masyarakat secara teror
ganisir maupun tidak terorganisir serta korporasi.
 Anak-anak korban kekerasan seperti yang disebutkan diata
s mengalami trauma dan memerlukan :
o Layanan pendampingan psikologis, karena mengalami tra
uma.

8
o Layanan pendampingan hukum, untuk mendampingi kor
ban dalam menjalani proses hukum baik ditingkat penyid
ikan maupun penuntutan maupun peradilan.
o Layanan penguatan dalam bentuk konseling dan spiritual
termasuk penguatan iman dan takwa sesuai dengan aga
ma dan kepercayaan yang dianutnya.
 Disini akan disampaikan data kekerasan terhadap perempu
an dan anak tiga tahun terakhir (2018-2020)

Jenis Kekerasan
Penela TPPO
No Tahun Fisik Psikis Seksual Total
ntaran
P A P A P A P A P A
1. 2018 - - - - - 8 - - - - 8
2. 2019 - - - - - 9 - - - - 9
3. 2020 1 6 - - - 18 - - - - 25
JUMLAH 1 6 - - - 35 - - - - 42

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkat


an kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dari tah
un ke tahun, terutama kasus yang banyak terjadi di Kabupa
ten Kepulauan Mentawai adalah kasus kekerasan seksual te
rhadap anak.
 2 (dua) contoh kasus kekerasan yang terjadi di wilayah Kab
upaten Kepulauan Mentawai, yang menjadi sorotan ditenga
h masyarakat dan media.

1. Kasus persetubuhan yang melibatkan KL seorang anak perempu


an di bawah umur yang menjadi korban oleh sorang pelaku yan
g bekerja sebagai pemuka agama bernama RP. Kasus ini menjad
i atensi oleh berbagai pihak termasuk media sosial dikarenakan
korban KL akhirnya meninggal dunia di RSUD Kepulauan Menta
wai karena didiagnosa mengalami kerusakan hati dan ginjal akib
at dari korban KL meminum racun seranga. KL melakukan hal te
rsebut di duga dikarenakan mengalami tekanan psikis akibat kas
us yang melibatkannya sebagai korban. KL sendiri merupakan a

9
nak piatu yang sebelum menjadi korban RP, tinggal dan di asuh
oleh sebuah panti asuhan milik gereja. Oleh keluarga pelaku, Ibu
pelaku meminta secara resmi KL kepada pihak panti asuhan mili
k gereja tersebut untuk menjadi pembantu rumah tangga di rum
ahnya. Tetapi sejak KL berada di rumah ibu pelaku, RP sebagai
pelaku malah melakukan tindakan persetubuhan kepada KL yan
g menyebabkan KL mengalami tekanan Psikis sehingga di duga
meminum racun serangga untuk melakukan upaya bunuh diri. S
etelah KL meninggal dunia, berbagai pihak seperti organisasi ma
ndiri, LSM, masyarakat dan pemerintah menyoroti kasus tersebu
t agar tidak terulang lagi dimasa yang akan datang. Semua pihak
tersebut tergabung dalam koalisi gabungan organisasi peduli perl
indungan perempuan dan anak yang sampai saat ini menjadi pe
merhati kasus - kasus yang melibatkan anak sebagai korban.
2. Kasus persetubuhan yang melibatkan NK seorang anak perempu
an di bawah umur yang menjadi korban oleh ayah kandungnya s
endiri dan saat ini korban sedang berada dalam pendampingan o
leh relawan sosial dan ditempatkan di rumah aman milik Pemeri
ntah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Korban saat ini mengand
ung dengan usia kehamilan enam bulan dari benih pelaku yang
tidak lain adalah ayah kandungnya sendiri. Kasus ini menjadi at
ensi oleh berbagai pihak dikarenakan korban harus mengandung
benih kandungan dari ayah kandungnya sendiri. Saat ini pelaku
sudah di tahan dan kasus tersebut sudah ditangani oleh pihak
berwajib dan akan di sidangkan di pengadilan.

1.2 Maksud
Pembentukan UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak
dimaksudkan untuk melakukan pelayanan secara teknis kepada
masyarakat terkait dengan terjadi kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak di Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Pembentukan UPTD sangat penting dan mendasar mengingat

10
terjadinya peningkatan kasus perempuan dan anak korban kekerasan
di daerah.
Pelayanan perempuan dan anak korban kasus kekerasan memegang
teguh azas-azas pelayanan publik sesuai amanah Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014.

1.3 Tujuan
Tujuan pembentukan UPTD PPA adalah untuk melaksanakan kegiata
n teknis operasional di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai dala
m memberikan layanan bagi perempuan dan anak yang mengalami m
asalah kekerasan, diskriminasi, perlindungan khusus dan masalah la
innya.

11

Anda mungkin juga menyukai