TUBERKULOSIS DENGAN
STRATEGI DOTS
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover.....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..........................................................................................1
Tujuan 1
Ruang Lingkup Pelayanan..............................................................................................2
Susunan Operasional.......................................................................................................2
Landasan Hukum.......................................................................................2
BAB II STANDART KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya Manusia..................................................................................3
Distribusi Ketenagaan.....................................................................................................5
Pengaturan Jaga 5
BAB III STANDART FASILITAS
Denah Ruang 6
Standar Fasilitas 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata Laksana Penjaringan Suspek TB.............................................................................8
Tata Laksana Penegakan Diagnosa TB...........................................................................9
Tata Laksana Pengobatan TB..........................................................................................9
Tata Laksana Follow-up Pasien TB................................................................................11
Tata Laksana Rujukan Pasien TB...................................................................................12
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB.............................................................12
BAB V LOGISTIK
Obat Anti Tuberkulosa....................................................................................................13
Logistik Laboratorium...............................................................................13
Logistik Dokumen.....................................................................................14
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
Pengertian 15
iii
Tujuan 15
Tata Laksana Keselamatan Pasien..................................................................................15
BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................18
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Pilar Pengendalian Administratif....................................................................................21
Pilar Pengendalian Lingkungan......................................................................................21
Perlindungan Perorangan................................................................................................22
Penanganan TB MDR di RSI Darus Syifa’.....................................................................22
Penempatan Pasien TB di Rawat Inap............................................................................22
iv
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA
Nomor : 463.A/Dir-SK/RSI.DS/IX/2015
Tentang
Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penigkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Islam
Darus Syifa’ Surabaya, maka perlu disusun pedoman pelayanan
tuberkulosis dengan strategi DOTS.
b. Bahwa untuk Kepentingan Tersebut Di atas, Perlu diterbitkan Peraturan
Direktur Tentang Pedoman Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi
DOTS Di Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya.
JL.Raya Benowo No.5 Surabaya. Telp. (031) 7406293, 7402866, 7404603 Fax. (031) 7422842.
Email : rsidarussyifa@gmail.com Web : www.rsidarussyifa.co.id
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : PEDOMAN PELAYANAN TUBERCULOSIS DENGAN STRATEGI
DOTS DI RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA.
Ketiga : Pedoman pelayanan harus dibahas sekurang-kurangnya setiap 3 tahun sekali dan
apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang
ada.
Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 28 September 2015
RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’
Tembusan :
1. Kabag Medik
2. Kabag Keperawatan
3. Kabag Umum
4. Arsip
JL.Raya Benowo No.5 Surabaya. Telp. (031) 7406293, 7402866, 7404603 Fax. (031) 7422842.
Email : rsidarussyifa@gmail.com Web : www.rsidarussyifa.co.id
Latar Belakang
Tuberculosis ( TB ) merupakan penyebab terbesar penyakit dan
kematian di dunia khususnya di Asia dan Afrika, dan sejak tahun 2005
terdapat peningkatan kasus yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi di
India, Cina, Indonesia, afrika Selatan dan Nigeria. Di Indonesia TB juga
menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan
Repubelik Indonesia mencatat sebanyak 64.000 orang diwilayah Indonesia
meninggal dunia akibat TB selama tahun 2011.
Menyikapi hal tersebut, dunia telah menempatkan TB sebagai salah
satu indikator keberhasilan pencatatan Millenium Development Gools(MDGs)
Untuk mencapai sasaran MDGs, khususnya mengenai
pengendalian TB,strategi yang direkomendasikan adalah DOTS ( Directly
Observed Treatment Shortcourse ). DOTS sangatlah penting untuk
penanggulangan TB dan tetap menjadi komponen utama dalam strategi
penanggulangan TB termasuk pengelolahan kasus kekebalan obat anti
tuberculosis serta TB terkait HIV.
Sejak tahun 2015, Rumah Sakit Isalam Darus Syifa’ Surabaya telah
mulai menjalankan DOTS hingga sekarang. Memang masih banyak
kekurangan, namun diharapkan kualitas pelaksanaan DOTS di Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya dapat semakin ditingkatkan.
Tujuan Pedoman
Mengetahui standart ketenagaan di Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya
Mengetahui standart fasilitas di Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit Darus
Syifa’ Surabaya
Mengetahui tata laksana Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit Darus Syifa’
Surabaya
1
Mengetahui penyediaan ligistik di Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya
Mengetahui keselamatan pasien dalam Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya
Susunan Operasional
Tuberculosis ( TB ) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB ( Mycobakterium Tuberculosis ). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai tubuh lainnya.
Landasan hukum
Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Pedoman penerapan DOTS di rumah sakit, departemen kesehatan republik
indonesia direktural jendaral pengendalian penyakit dan penyebutan
lingkungan tahun 2007
Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis, departemen kesehatan republik
indonesia tahun 2011
Surat keputusan yayasan rumah sakit islam darus syifa’ surabaya nomer
007/YDS/V/2013tentang struktur organisasi dan tata kerja rumah
sakit islam darus syifa’ Surabaya
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3
Koordinator D3 Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Instalasi Keperawa Pelayanan
Rawat Jalan tan atau tuberkulosis
S1 dengan strategi
keperawa DOTS di
t an Rumah Sakit
( PPTS DOTS )
4
Distribusi ketenagaan
Panitia DOTS berjumlah.6..orang dan sesuai dengan struktur
organisasi TIM TB-DOTS terbagi menjadi koordinator TB-DOTS, koordinasi
instalasi rawat inap, koordinator instansi rawat jalan, koordinator farmasi,
koordinator laboratorium dan koordinator rekam medis
Pengaturan jaga
Pengaturan dinas TIM TB-DOTS yang belum full timer
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
Denah Ruangan
Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya memiliki ruang khusus
untuk unit DOTS, unit DOTS terletak diruang poli no1 lantai 2
REKAM TB DOTS
MEDIS
ORTHOPEDI
K.KELAMIN
SYARAF
PARU
IINTERNA
R.TUNGGU BEDAH
ICU
ICU FISIOTERAPI MATA
JANTUNG THT
GIGI UROLOGI
Standar fasilitas
Ruangan TB DOTS
1. Ruangan bebas AC
2. pencahayaan yang cukup
3. Sirkulasi udara yang memadai
4. Ruangan TB DOTS terletak diujung dengan ruang tunggu
yang terpisah untuk menghindari kontak dengan pasien
6
Laboratorium
1. Tersedianya ruangan laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan mikroskopis dahak.
2. Tersedianya ruangan atau sarana bagi penyelenggara TB
(komunikasi,informasi dan edukasi)terhadap pasien TB dan
keluarga.
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Demam lama (>2 minggu) atau berulang tanpa sebab yang jelas
(singkirkan dulu kemungkinan ISK,malaria,demam typhoid
dan lain-lain).
Batuk lama (>3 minggu) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain.
8
Tata laksana Penegakan Diagnosa TB
TB Paru dewasa
Penegakkan diagnosa TB Paru dilakukan dengan pemeriksaan
dahak mikroskopis atau BTA Sewaktu-Pagi-Sewaktu (BTA
SPS).pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto dada,pemeriksaan
darah,dan lain-lain dapat digunakan sebagai penunjang.tidak
dibenarkan menegakkan diagnosa TB Paru hanya berdasarkan foto
thorakx saja.
TB Paru Anak
Untuk pasien anak yang dapat mengeluarkan
dahak,penegakkan diagnosa TB Paru tetap menggunakan
pemeriksaan dahak BTA SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu). Untuk
anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak,diagnosa TB
ditegakkan dengan menggunakan sistem skoring.Diagnosa TB
ditegakkan jika nilai scoring >6
TB Ekstra Paru
Metode yang dipakai untuk menegakkan TB ekstra paru
bervariasi tergantung organ yang terkena,misalnya Patologi
anatomi,radiologi,dan lain-lain.Semua pasien yang yang tegak
diagnosa TB ekstra Paru harus diperiksa BTA SPS-nya untuk
menyingkirkan kemungkinan didapatkan pula TB Paru.
Pemeriksaan mikroskopis dahak (BTA Sewaktu-Pagi-
Sewaktu)dilakukan untuk mencari kuman Mycobacterium
tuberculosis,sebanyak 3 kali pemeriksaan dahak dengan minimal 1
kali dahak bangun tidur pagi.
9
Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk
selanjutnya.
Mencegah terjadinya kekambuhan TB
Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat
Menurunkan penularan TB
Prinsip pengobatan TB
diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi
Diberikan dalam dosis yang tepat
Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai pengobatan
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan
10
R : Rifampicin
Z : Pirazinamide
E :Etambutol
S : Streptomicin
Tabel 4.1 Dosis OAT Dewasa (terlampir)
11
Tata Laksana Rujukan pasien TB
Merujuk pasien TB berarti memindahkan pengobatan TB ke UPK lain.Ada 2
jenis rujukan pengobatan TB yaitu:
Rujukan Awal : Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ hanya menegakkan
diagnosa TB,seluruh pengobatan dilakukan di UPK lain mulai dari
awal.
Rujukan tengah pengobatan : Rumah Sakit Islam Darus Syifa menegakkan
diagnosa TB,meregister sebagai pasien TB Rumah Sakit Islam
Surabaya,memulai pemgobatan.Dan ditengah pengobatan memindah
pasien TB ke UPK lain
Instalasi Rawat inap atau poliklinik yang akan merujuk pasien TB harus
berkoordinasi dengan Unit DOTS melalui koordinator rawat jalan.
Form yang digunakan untuk merujuk pasien TB adalah TB 09,dan data pasien
yang dirujuk harus dicatat dibuku rujukan TB.
12
BAB V
LOGISTIK
Logistik Laboratorium.
Pengadaan dan pengelolaan logistik laboratorium berkaitan dengan DOTS
(pemeriksaan BTA SPS) merupakan tanggungjawab instalasi
Laboratorium dibawah koordinator Laboratorium.
Kebutuhan Logistik Laboratorium terkait DOTS terdiri dari:
Objek glass
Cat zield Nielson
Pot sputum
Box penyimpanan objek glass(slide box)
TB 04
13
TB 12
Mikroskop binokuler
Lampu spiritus
Lidi
Logistik Dokumentasi
Logistik dokumentasi DOTS berkaitan dengan pencatatan dan rekam medis
pasien TB meliputi :
TB 01 (status pasien TB)
TB 02 (kartu kontrol pasien)
TB 03 (buku besar DOTS rumah sakit)
TB 04 (data pemeriksaan BTA-laboratorium)
TB 05 (formulir permintaan pemeriksaan BTA)
TB 06 (buku data suspek TB)
TB 09 (Form rujukan)
TB 10
TB 12 ( form cross check slide BTA-laboratorium)
Buku data pasien pindah
Buku data pasien mangkir
Buku suspect TB MDR
Form rujukan TB MDR
Koordinator Laboratorium mengajukan pemesanan logistik Laboratorium
kepada Dinas Kesehatan Surabaya.
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Pengetian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman.Hal ini termasuk asesment risiko,identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan demngan resiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insidens dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm(penyakit,cedera,cacat,kematian,dan lain-lain)yang tidak seharusnya terjadi.
Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit,meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya kejadian
tidak diharapkan dirumah sakit,dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
15
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko,mengembangkan sistem
dan proses pengelolaan resiko,serta melakukan identifikasi dan
assegment hal potensial yang bermasalah.
4. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien,mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
16
7. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
18
4. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien TB harus mendapatkan
pelatihan/sosialisasi mengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit,tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan
protokol.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapan (tidak merokok,tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan
1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan.Petugas harus menggunakan APD tang sesuai untuk kewaspadaan
Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara
kontak,droplet,atau udara sesuai dengan penyebaran penyakit.APD untuk
pelayanan pasien TB adalah masker,juga baju kerja serta sarung tangan untuk
petugas laboratorium.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pellatihan/sosialisasi tentang
gejala TB.
3. Semua petugas kesehatan dengan gejala mencurigakan TB dievaluasi untuk
memastikan penyebab, dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien terutama mereka yang bertugas diintalasi
perawat intensif ( IPI ), ruang rawat anak, ruang bayi.
4. Jika petugas kesehatan mengalami gejala batuk lebih dari dua minggu, cek
BTA SPS
5. Pasien TB BTA positif harus mengenakan masker jika berada di ruang tertutup
dan bersama orang lain
19
Kewaspadaan :
1. Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang diterapkan pada semua
orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, dengan tujuan
mencengah penularan penyakit yang ditransmisikan melalui darah atau
cairan tubuh. Komponen kewaspadaan standar meliputi : kebersihan
tangan ( hand hygiene ), Alat Pelindung Diri ( Sarung Tangan, Masker,
Kacamata dan Pelindung wajah , Gaun / Apron ). Pengelolaan Linen,
Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien, Pengendalian Lingkungan,
Kesehatan karyawan dan Pencegahan Transmisi Bloodborne, Etika batuk,
sera Pengelolaan makanan, gelas, cangkir dan peralatan makanan
( Infection Control Guidelines CDC, Australia )
2. Kewaspadaan Berdasar Transmisi Airbone
Merupakan kewaspadaan terhadap transmisi airbone, jika partikel < 5 m
mengandung mikroba melayang atau menetap di udara beberapa jam,
ditransfer sebagai aerosol melalui aliaran udara dalam ruangan / jarak > 1
meter.
20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Rumah sakit menurunkan resiko penularan TB melalui tiga pilar utama yaitu :
Pilar pengendalian administratif , meliputi :
1. Rencana pengendalian infeksi
a. Memastikan penegakan diagnosis secara dini pada pasien dan petugas
yang diduga TB
b. Memberikan edukasi / informasi mengenai etika batuk / Hygiene
Respirasi
c. Membatasi aktifitas pasien, dokter konsultan sebaiknya datang ke ruang
pasien, dan jika pasien harus ke luar ruangan, pasien harus
menggunakan masker
d. Pasien TB harus dipisahkan dengan pasien lain ( terutama pasien
immuno compromosed ) di unit rawat jalan dan rawat inap, sesuai
ketentuan yang ada di RSI Darus Syifa.
2. Penyuluhan kepada pasien, pengunjungn dan masyarakat tentang
pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi TB
21
Perlindungan Perorangan
1. Perlingungan perorangan yang digunakan mengacu pada kewaspadaan
standar, yaitu : sarung tangan, masker, kaca mata, topi / penutup kepala,
baju kerja dan sepatu boot.
2. Sepatu pelindung harus digunakan selama berada di dalam ruang
laboratorium, dan sepatu terbuka / sandal tidak direkomendasikan untuk
digunakan.
3. Penggunaan APD yang mengacu pada Kewaspadaan Isolasi yaitu :
a. Penggunaan masker bedah bagi petugas yang melayani pasien TB
b. Masker bedah bagi pasien TB untuk mengurangi kemungkinan
pajanan kepada orang lain dan lingkungan sekitarnya
c. Pelaksanaan edukasi etika batuk dengan benar, baik bagi pasien TB
maupun pasien batuk lainnya. Hindari batuk di tempat banyak orang,
hindari menyentuh muka setelah batuk / bersin, dan jangan bertukar
jam sebelum digunakan kembali. Petugas hendaknya menggunakan
APD yang sesuai saat membersihkan sputum tersebut.
d. Penyediaan sarana cuci tangan di area pasien / pengunjung.
e. Perlindungan transportasi pasien.
22
yang sama dapat ditempatkan dalam ruang perawatan yang sama, untuk
mencegah agar mereka tidak terinfeksioleh mikro organisme patogen yang
lain dan kemungkinan terjadi reinfeksi oleh mikroorganisme yang sama
menjadi minimal.
6. Apabila keduanya tidak memungkinkan dilaksanakan ( isolasi / kohorting )
sangat penting untuk mendiskusikan epidemiologi penyakit dan mode
transmisi penyakit dengan tim TPI RS.
23