Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN PELAYANAN

TUBERKULOSIS DENGAN
STRATEGI DOTS

RSI Darus Syifa’ Surabaya


Jl. Raya Benowo No. 5 Surabaya
Telp : 031-7404603,7406293. Fax : 031-7422842
Email : rsidarusyifa@gmail.com

i
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


limpahan rahmadnya kami telah menyelesaikan penyusunan buku Pedoman
Pelayanan TB di Rumah Sakit RSI Darus Syifa.
Buku ini di susun sebagai Pedoman Tim TB DOTS khususnya, dan
pimpinan serta pelaksana yang ada di semua bagian/ unit terkait yang ada di
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan yang di sesuaikan dengan standar
Akreditasi Rumah Sakit.
Semoga dengan penyusunan buku Pedoman Pelayanan TB ini dapat
memberikan sumbang sih dalam meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit
tersebut.
Kami menyadari buku ini jauh dari sempurnah, untuk itu kami berharap
kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan buku Pedoman ini.

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover.....................................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..........................................................................................1
Tujuan 1
Ruang Lingkup Pelayanan..............................................................................................2
Susunan Operasional.......................................................................................................2
Landasan Hukum.......................................................................................2
BAB II STANDART KETENAGAAN
Kualifikasi Sumber Daya Manusia..................................................................................3
Distribusi Ketenagaan.....................................................................................................5
Pengaturan Jaga 5
BAB III STANDART FASILITAS
Denah Ruang 6
Standar Fasilitas 6
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata Laksana Penjaringan Suspek TB.............................................................................8
Tata Laksana Penegakan Diagnosa TB...........................................................................9
Tata Laksana Pengobatan TB..........................................................................................9
Tata Laksana Follow-up Pasien TB................................................................................11
Tata Laksana Rujukan Pasien TB...................................................................................12
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) TB.............................................................12
BAB V LOGISTIK
Obat Anti Tuberkulosa....................................................................................................13
Logistik Laboratorium...............................................................................13
Logistik Dokumen.....................................................................................14
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
Pengertian 15

iii
Tujuan 15
Tata Laksana Keselamatan Pasien..................................................................................15
BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................18
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Pilar Pengendalian Administratif....................................................................................21
Pilar Pengendalian Lingkungan......................................................................................21
Perlindungan Perorangan................................................................................................22
Penanganan TB MDR di RSI Darus Syifa’.....................................................................22
Penempatan Pasien TB di Rawat Inap............................................................................22

iv
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA
Nomor : 463.A/Dir-SK/RSI.DS/IX/2015

Tentang

PEDOMAN PELAYANAN TUBERKULOSIS DENGAN STRATEGI DOTS


DI RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA

Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penigkatan mutu pelayanan di Rumah Sakit Islam
Darus Syifa’ Surabaya, maka perlu disusun pedoman pelayanan
tuberkulosis dengan strategi DOTS.
b. Bahwa untuk Kepentingan Tersebut Di atas, Perlu diterbitkan Peraturan
Direktur Tentang Pedoman Pelayanan Tuberkulosis dengan Strategi
DOTS Di Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya.

Mengingat : a. Undang-undang No 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular.


b. Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
c. Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
d. Peraturan pemerintah No 40 tahun 1001 tentang penanggulangan wabah
penyakit menular.
e. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No 565/MENKES/
PER/III/2011-2014.
f. Keputusan Mentri kesehatan Republik Indonesia No 1479/MENKES/
PER/III/2003 Tentang Pedoman Penyelegaraan sistem surveilans
epidimiologi penyakit menular dan penyakit yang tidak menular terpadu.
g. Pedoman penerapan DOTS Di Rumah Sakit , Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pengandian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan tahun 2007.
h. Pedoman Manajerial Pelayanan tuberkulosis dengan Strategi DOTS di
rumah sakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medika tahun 2010.
i. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis, kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Direktorat jendral Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan tahun 2011.
j. Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
884/Menkes/VII/2007 tentang ekspansi TB strategi DOTS di rumah sakit
dan balai kesehatan atau pengobatan penyakit paru.

JL.Raya Benowo No.5 Surabaya. Telp. (031) 7406293, 7402866, 7404603 Fax. (031) 7422842.
Email : rsidarussyifa@gmail.com Web : www.rsidarussyifa.co.id

Fasilitas : IGD 24 Jam●Poli Umum●Rawat Inap●Bersalin●Laboratorium●Radiologi●ECG●USG●Instalasi Farmasi●CT-Scan● Poli


Gigi●Radiologi●Ambulans●Ruang Operasi●Konsultasi Gizi● Fisioterapi●Poli KIA (Pemeriksaan Ibu Hamil, Pemeriksaan Ibu Setelah
Melahirkan, KB,Imunisasi)●Praktek Spesialis:Spesialis Mata●Spesialis Anak●Spesialis Bedah●Spesialis Kebidanan & Kandungan●
Spesialis Penyakit Dalam●Spesialis Paru●Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah● Spesialis Saraf● Spesialis Kulit & Kelamin● Spesialis
THT-KL● Spesialis Orthopedi & Traumathologi●Spesialis Anasthesi● Spesialis Urologi●Spesialis Radiologi
k. Surat edaran Direktur Jendral Bina Pelayan Medik, Departemen
KESEHATAN Republik Indonesia No. YM.02.08/III/673/07 tentang
penatalaksanaan Tuberculosis.
l. Surat Keputusan Yayasan Darus Syifa surabaya Nomor: 007/ YDS/ V/ 2013
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Islam Darus Syifa
Surabaya

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Pertama : PEDOMAN PELAYANAN TUBERCULOSIS DENGAN STRATEGI
DOTS DI RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’ SURABAYA.

Kedua : Pedoman pelayanan tuberkulosis dengan strategi DOTS di Rumah Sakit


Islam Darus Syifa’ Surabaya sebagaimana tercantum pada lampiran Surat
Keputusan Direktur ini.

Ketiga : Pedoman pelayanan harus dibahas sekurang-kurangnya setiap 3 tahun sekali dan
apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai dengan perkembangan yang
ada.

Keempat : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dengan ketentuan apabila
dikemudian hari terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Surabaya
Pada Tanggal : 28 September 2015
RUMAH SAKIT ISLAM DARUS SYIFA’

Tembusan :
1. Kabag Medik
2. Kabag Keperawatan
3. Kabag Umum
4. Arsip

JL.Raya Benowo No.5 Surabaya. Telp. (031) 7406293, 7402866, 7404603 Fax. (031) 7422842.
Email : rsidarussyifa@gmail.com Web : www.rsidarussyifa.co.id

Fasilitas : IGD 24 Jam●Poli Umum●Rawat Inap●Bersalin●Laboratorium●Radiologi●ECG●USG●Instalasi Farmasi●CT-Scan● Poli


Gigi●Radiologi●Ambulans●Ruang Operasi●Konsultasi Gizi● Fisioterapi●Poli KIA (Pemeriksaan Ibu Hamil, Pemeriksaan Ibu Setelah
Melahirkan, KB,Imunisasi)●Praktek Spesialis:Spesialis Mata●Spesialis Anak●Spesialis Bedah●Spesialis Kebidanan & Kandungan●
Spesialis Penyakit Dalam●Spesialis Paru●Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah● Spesialis Saraf● Spesialis Kulit & Kelamin● Spesialis
THT-KL● Spesialis Orthopedi & Traumathologi●Spesialis Anasthesi● Spesialis Urologi●Spesialis Radiologi
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tuberculosis ( TB ) merupakan penyebab terbesar penyakit dan
kematian di dunia khususnya di Asia dan Afrika, dan sejak tahun 2005
terdapat peningkatan kasus yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi di
India, Cina, Indonesia, afrika Selatan dan Nigeria. Di Indonesia TB juga
menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan
Repubelik Indonesia mencatat sebanyak 64.000 orang diwilayah Indonesia
meninggal dunia akibat TB selama tahun 2011.
Menyikapi hal tersebut, dunia telah menempatkan TB sebagai salah
satu indikator keberhasilan pencatatan Millenium Development Gools(MDGs)
Untuk mencapai sasaran MDGs, khususnya mengenai
pengendalian TB,strategi yang direkomendasikan adalah DOTS ( Directly
Observed Treatment Shortcourse ). DOTS sangatlah penting untuk
penanggulangan TB dan tetap menjadi komponen utama dalam strategi
penanggulangan TB termasuk pengelolahan kasus kekebalan obat anti
tuberculosis serta TB terkait HIV.
Sejak tahun 2015, Rumah Sakit Isalam Darus Syifa’ Surabaya telah
mulai menjalankan DOTS hingga sekarang. Memang masih banyak
kekurangan, namun diharapkan kualitas pelaksanaan DOTS di Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya dapat semakin ditingkatkan.

Tujuan Pedoman
Mengetahui standart ketenagaan di Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya
Mengetahui standart fasilitas di Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit Darus
Syifa’ Surabaya
Mengetahui tata laksana Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit Darus Syifa’
Surabaya

1
Mengetahui penyediaan ligistik di Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya
Mengetahui keselamatan pasien dalam Pelayanan TB – DOTS Rumah Sakit
Darus Syifa’ Surabaya

Ruang Lingkup Pelayanan


DOTS merupakan suatu strategi penanganan kasus Tb yang terkait
dengan pelayanan pada instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi
rawat inap, instalasi laboratorium, instalasi radiologi, instalasi farmasi, dan
rekam medis.

Susunan Operasional
Tuberculosis ( TB ) adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB ( Mycobakterium Tuberculosis ). Sebagian besar
kuman TB menyerang paru tetapi dapat juga mengenai tubuh lainnya.

Landasan hukum
Undang-undang No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Pedoman penerapan DOTS di rumah sakit, departemen kesehatan republik
indonesia direktural jendaral pengendalian penyakit dan penyebutan
lingkungan tahun 2007
Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis, departemen kesehatan republik
indonesia tahun 2011
Surat keputusan yayasan rumah sakit islam darus syifa’ surabaya nomer
007/YDS/V/2013tentang struktur organisasi dan tata kerja rumah
sakit islam darus syifa’ Surabaya

Surat edaran mentri kesehatan no884/Menkes/VII/2007tentang ekspansi Tb


strategi DOTS di rumah sakit dan balai kesehatan/pengobatan
penyakit paru.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Kualifikasi sumber daya manusia


Dalam melaksanakan pelayanan DOTS di rumah sakit islam darus
syifa’ surabaya di pimpin oleh koordinator DOTS. Distribusi ketenagaan TIM
TB-DOTS disebutkan dalam tabel 2.1 sesuai dengan masing - masing panitia
Tabel 2.1 pola ketenagaan TIM TB –DOTS di rumah sakit islam darus syifa’
surabaya
Tabel 2.1 Pola Ketenagaan TIM TB – DOTS di Rumah Sakit Isalm Darus
Syifa Surabaya
Nama Kualifikasi Jumlah Tenaga Ket
Jabatan Formal Non Formal Kebutuhan Yang
Ada
Koordinator Dokter Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
DOTS Spesialis Pelayanan
atau tuberkulosis
Umum dengan strategi
DOTS di
Rumah
Sakit(PPTS
DOTS )
Koordinator D3 Pelatihan 2 Orang 2 Orang Cukup
Instalasi Keperawa Pelayanan
Rawat Inap tan atau tuberkulosis
S1 dengan strategi
keperawa DOTS di
t an Rumah Sakit
( PPTS DOTS )

3
Koordinator D3 Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Instalasi Keperawa Pelayanan
Rawat Jalan tan atau tuberkulosis
S1 dengan strategi
keperawa DOTS di
t an Rumah Sakit
( PPTS DOTS )

Koordinator S1 Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup


Farmasi Farmasi Pelayanan
atau D3 tuberkulosis
Farmasi dengan strategi
DOTS di
Rumah Sakit
( PPTS DOTS )
Koordinator D3 Analis Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Laboratorium Kesehata Pelayanan
n atau tuberkulosis
SMAK dengan strategi
DOTS di
Rumah Sakit
( PPTS DOTS )
Koordinator Akademi Pelatihan 1 Orang 1 Orang Cukup
Rekam Medis Rekam Pelayanan
Medis tuberkulosis
dengan strategi
DOTS di
Rumah Sakit
( PPTS DOTS )
TOTAL 6 Orang 6 Orang 6

4
Distribusi ketenagaan
Panitia DOTS berjumlah.6..orang dan sesuai dengan struktur
organisasi TIM TB-DOTS terbagi menjadi koordinator TB-DOTS, koordinasi
instalasi rawat inap, koordinator instansi rawat jalan, koordinator farmasi,
koordinator laboratorium dan koordinator rekam medis

Pengaturan jaga
Pengaturan dinas TIM TB-DOTS yang belum full timer

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

Denah Ruangan
Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ Surabaya memiliki ruang khusus
untuk unit DOTS, unit DOTS terletak diruang poli no1 lantai 2

REKAM TB DOTS
MEDIS
ORTHOPEDI
K.KELAMIN
SYARAF
PARU
IINTERNA
R.TUNGGU BEDAH
ICU
ICU FISIOTERAPI MATA
JANTUNG THT
GIGI UROLOGI

Standar fasilitas
Ruangan TB DOTS
1. Ruangan bebas AC
2. pencahayaan yang cukup
3. Sirkulasi udara yang memadai
4. Ruangan TB DOTS terletak diujung dengan ruang tunggu
yang terpisah untuk menghindari kontak dengan pasien

6
Laboratorium
1. Tersedianya ruangan laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan mikroskopis dahak.
2. Tersedianya ruangan atau sarana bagi penyelenggara TB
(komunikasi,informasi dan edukasi)terhadap pasien TB dan
keluarga.

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana penjaringan suspek TB


Kriteria suspek TB:
Semua orang yang datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk berdahak 2
minggu atau lebih dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien
TB,dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis (BTA
SPS)
Semua kontak dengan pasien TB Paru BTA positif yang menunjukkan gejala
yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB dan dilakukan
pemeriksaan dahak.
4.1.13 Semua keluarga pada penderita TB Anak yang menunjukkan
gejala yang sama harus dianggap sebagai seorang suspek TB
dan dilakukan pemeriksaan dahak
Untuk pasien anak-anak,kriteria suspek TB adalah sebagai berikut:
Kontak erat dengan penderita TB BTA positif
Reaksi cepat BCG (timbul kemerahan dilokasi suntikan dalam 3-7
hari setelah imunisasi BCG)
Anoreksia atau nafsu makan menurun disertai gagal tumbuh,berat
badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan kurang
yang tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dg
penanganan gizi.

Demam lama (>2 minggu) atau berulang tanpa sebab yang jelas
(singkirkan dulu kemungkinan ISK,malaria,demam typhoid
dan lain-lain).
Batuk lama (>3 minggu) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyebab lain.

8
Tata laksana Penegakan Diagnosa TB
TB Paru dewasa
Penegakkan diagnosa TB Paru dilakukan dengan pemeriksaan
dahak mikroskopis atau BTA Sewaktu-Pagi-Sewaktu (BTA
SPS).pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto dada,pemeriksaan
darah,dan lain-lain dapat digunakan sebagai penunjang.tidak
dibenarkan menegakkan diagnosa TB Paru hanya berdasarkan foto
thorakx saja.
TB Paru Anak
Untuk pasien anak yang dapat mengeluarkan
dahak,penegakkan diagnosa TB Paru tetap menggunakan
pemeriksaan dahak BTA SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu). Untuk
anak yang tidak dapat mengeluarkan dahak,diagnosa TB
ditegakkan dengan menggunakan sistem skoring.Diagnosa TB
ditegakkan jika nilai scoring >6
TB Ekstra Paru
Metode yang dipakai untuk menegakkan TB ekstra paru
bervariasi tergantung organ yang terkena,misalnya Patologi
anatomi,radiologi,dan lain-lain.Semua pasien yang yang tegak
diagnosa TB ekstra Paru harus diperiksa BTA SPS-nya untuk
menyingkirkan kemungkinan didapatkan pula TB Paru.
Pemeriksaan mikroskopis dahak (BTA Sewaktu-Pagi-
Sewaktu)dilakukan untuk mencari kuman Mycobacterium
tuberculosis,sebanyak 3 kali pemeriksaan dahak dengan minimal 1
kali dahak bangun tidur pagi.

Tata Laksana Pengobatan TB


Tujuan Pengobatan TB
Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas serta kualitas
hidup.

9
Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk
selanjutnya.
Mencegah terjadinya kekambuhan TB
Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat
Menurunkan penularan TB
Prinsip pengobatan TB
diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung
minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi
Diberikan dalam dosis yang tepat
Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO
(pengawas menelan obat) sampai selesai pengobatan
Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan

Tahapan pengobatan TB meliputi:


Tahap Awal
Pengobatan diberikan setiap hari pada semua
pasien baru.Harus diberikan selama 2 bulan.
Tahap Lanjutan
Merupakan tahap yang penting untuk membunuh
sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuh
khususnya kuman persisten.
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia adalah:
1. Kategori 1 : 2HRZE / 4 H3R3
2.Kategori 2 : 2 HRZES / HRZE /5 H3R3E3
3.OAT Sisipan : HRZE
4.OAT Anak : 2 HRZ / 4HR
Catatan : H : Izoniazid

10
R : Rifampicin
Z : Pirazinamide
E :Etambutol
S : Streptomicin
Tabel 4.1 Dosis OAT Dewasa (terlampir)

Tata Laksana Follow up pasien TB


Pemantauan kemajuan hasil pengobatan TB Paru dewasa dilaksanakan
dengan pemeriksaan ulang dahak mikroskopis.Pemeriksaan mikroskopis
dilakukan dengan memeriksa spesimen dahak sebanyak 2x (sewaktu dan pagi).
Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke2 spesimen tersebut negatif.Bila
salah satu spesimen positif atau keduanya positif,hasil pemeriksaan ulang dahak
tersebut dinyatakan positif.
Pada TB Paru BTA positif follow up BTA S-P dilakukan pada akhir
intensif,akhir sisipan (jika ada), 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan
akhir pengobatan.
Pada TB Paru BTA Negatif follow up BTA S-P dilakukan pada akhir intensif
saja
Pada TB Extra paru dan TB anak (tanpa pemeriksaan BTA SPS),follow up
dilakukan dengan pengamatan keluhan dan kondisi klinis.
Untuk menjaga agar pasien TB rutin berobat,disepakati waktu kontrol pasien TB
adalah 1-2 minggu sekali dalam fase intensif dan 1 bulan sekali dalam fase
lanjutan. Apabila pasien tidak datang kontrol (mangkir)2hari dalam fase intensif
dan 1 minggu dalam fase lanjutan,petugas DOTS harus berkoordinasi dengan
puskesmas wilayah dan atau dinas kesehatan untuk pelacakan pasien. Hubungan
dengan puskesmas maupun dinas kesehatan dapat dilakukan melalui telepon (HP/
telepon RSI Darus Syifa’.

11
Tata Laksana Rujukan pasien TB
Merujuk pasien TB berarti memindahkan pengobatan TB ke UPK lain.Ada 2
jenis rujukan pengobatan TB yaitu:
Rujukan Awal : Rumah Sakit Islam Darus Syifa’ hanya menegakkan
diagnosa TB,seluruh pengobatan dilakukan di UPK lain mulai dari
awal.
Rujukan tengah pengobatan : Rumah Sakit Islam Darus Syifa menegakkan
diagnosa TB,meregister sebagai pasien TB Rumah Sakit Islam
Surabaya,memulai pemgobatan.Dan ditengah pengobatan memindah
pasien TB ke UPK lain
Instalasi Rawat inap atau poliklinik yang akan merujuk pasien TB harus
berkoordinasi dengan Unit DOTS melalui koordinator rawat jalan.
Form yang digunakan untuk merujuk pasien TB adalah TB 09,dan data pasien
yang dirujuk harus dicatat dibuku rujukan TB.

Pencegahan dan pengendalian Infeksi (PPI) TB


Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Apabila
seseorang menderita sakit TB di paru-paru dan/atau laring,maka orang tersebut
dapat menularkan kuman TB ke lingkungan sekitarnya.pasien TB dapat
mengeluarkan kuman TB dalam bentuk droplet yang infeksius pada waktu
batuk,bersin,berteriak,berbicara,dan menyanyi. Pada umumnya droplet
infeksius ini dapat bertahan dalam ruangan dan bersifat melayang
(airbone)dalam waktu yang lama berkisar dari beberapa jam sampai 2-3 hari.
Pada keadaan lembab dan gelap kuman TB dapat hidup lebih lama,sedangkan
jika terkena sinar matahari langsung (sinar ultraviolet)maka kuman TB akan
cepat mati.
Tindakan PPI merupakan kewaspadaan untuk memutus rantai penularan,yang
meliputi kewaspadaan berdasarkan transmisi airbone.

12
BAB V
LOGISTIK

Pengadaan logistik untuk pelayanan DOTS dilakukan dengan mengajukan


permintaan secara berkala kepada Dinas Kesehatan Kota Surabaya sesuai
kebutuhan.
Obat Anti Tuberkulosa (OAT)
Pengadaan,pengelolaan dan pengawasan OAT paket merupakan tanggung
jawab Instalasi farmasi Rumah Sakit Islam Drus Syifa’di bawah
koordinator farmasi DOTS.
OAT paket terdiri :
OAT KDT kategori 1
OAT KDT kategori 2
OAT kombipak anak
OAT kombipak kategori 1
Instalasi farmasi juga menyediakan OAT non paket (generik/paten),yang
pengadaannya sesuai dengan belanja farmasi
Koordinator farmasi mengajukan pemesanan OAT Paket kepada Dinas
Kesehatan kota Surabaya melalui koordinator Rawat jalan atau koordinator
DOTS.

Logistik Laboratorium.
Pengadaan dan pengelolaan logistik laboratorium berkaitan dengan DOTS
(pemeriksaan BTA SPS) merupakan tanggungjawab instalasi
Laboratorium dibawah koordinator Laboratorium.
Kebutuhan Logistik Laboratorium terkait DOTS terdiri dari:
Objek glass
Cat zield Nielson
Pot sputum
Box penyimpanan objek glass(slide box)
TB 04

13
TB 12
Mikroskop binokuler
Lampu spiritus
Lidi

Logistik Dokumentasi
Logistik dokumentasi DOTS berkaitan dengan pencatatan dan rekam medis
pasien TB meliputi :
TB 01 (status pasien TB)
TB 02 (kartu kontrol pasien)
TB 03 (buku besar DOTS rumah sakit)
TB 04 (data pemeriksaan BTA-laboratorium)
TB 05 (formulir permintaan pemeriksaan BTA)
TB 06 (buku data suspek TB)
TB 09 (Form rujukan)
TB 10
TB 12 ( form cross check slide BTA-laboratorium)
Buku data pasien pindah
Buku data pasien mangkir
Buku suspect TB MDR
Form rujukan TB MDR
Koordinator Laboratorium mengajukan pemesanan logistik Laboratorium
kepada Dinas Kesehatan Surabaya.

14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Pengetian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman.Hal ini termasuk asesment risiko,identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan demngan resiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insidens dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi
yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan
harm(penyakit,cedera,cacat,kematian,dan lain-lain)yang tidak seharusnya terjadi.

Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai
tujuan agar terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit,meningkatnya
akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat,menurunnya kejadian
tidak diharapkan dirumah sakit,dan terlaksananya program-program pencegahan
sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Tata laksana keselamatan pasien


Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit.Adapun tujuh langkah tersebut adalah:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien,menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Memimpin dan mendukung karyawan,membangun komitmen,dan fokus
yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.

15
3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan resiko,mengembangkan sistem
dan proses pengelolaan resiko,serta melakukan identifikasi dan
assegment hal potensial yang bermasalah.
4. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien,mendorong
karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.

Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar,keselamatan pasien harus


diterapkan standar tersebut sebagai berikut:
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metode-metode peningkatan kerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai
keselamatan pasien.

Langkah –langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit:


1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program
kesematan pasien rumah sakit.
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2
tahun
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran
managemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden ( peristiwa keselamatan pasien)
6. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut
diatas) dan melakukan self assesment dengan instrumen pelayana
keselamatan pasien rumah sakit.

16
7. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien
rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.

Sasaran keselamatan pasienTB diRumah Sakit Islam Darus Syifa Surabaya:


1. Ketepatan Identifikasi pasien
Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien
sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua
pelayanan yang diterima oleh pasien.Setiap pasien TB yang datang ke
RSI Darus Syifa harus diverifikasi identitasnya dengan menggunakan
nama dan alamat atau nama dan tanggal lahir. Untuk kepentingan rekam
medis TB dan memudahkan pelacakan jika diperlukan,alamat penderita
harus lengkap (kecamatan/kelurahan/RT/RW) dan menyertakan fotocopy
kartu identitas resmi (KTP).
2. Peningkatan komunikasi yang efektif
Peningkatan komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang
menggunakan prosedur “SBAR”:Write.Read,and Repeat Back
(reconfirm)
3. Peningkatan Keamanan Obat yang perlu diwaspadai (high alert)
Obat-obatan yang yang perlu diwaspadai (high alert medication)adalah
obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan serius (sentinel
event),dan obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome). Untuk OAT yang waktu penggunaannya
jangka panjang,harus diwaspadai juga masa/tanggal kadaluarsanya.

17
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-undang no.36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa


Upaya Kesehatan Kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerja. Rumah Sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti
tersebut diatas,berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Program keselamatan dan kesehatan kerja pasien dan keluarga bertujuan
melindungi karyawan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan didalam dan diluar
rumah sakit.
Dalam Undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa
“setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang
bersifat manusiawi,yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan
selamat,bebas dari kecelakaan dan merupakan bagian inte penyakit akibat
kerja,shingga dapat hidup layak sesuai degral dengan martabat manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini tim TB DOTS dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit.
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat digolongkan pada 3 kelompok,yaitu:
1. Kondisi dan lingkungan kerja
2. Kesadaran dan kualitas pekerja
3. Peranan dan kualitas manajemen.
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja,kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dapat terjadi bila:
1. Peralatan tidak memenuhi standarkualitas atau sudah aus.
2. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses
produksi.
3. Tidak tersedia alat-alat pengaman.

18
4. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas Kesehatan
1. Petugas kesehatan yang merawat pasien TB harus mendapatkan
pelatihan/sosialisasi mengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit,tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan
protokol.
2. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
3. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapan (tidak merokok,tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan
1. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan.Petugas harus menggunakan APD tang sesuai untuk kewaspadaan
Standar dan Kewaspadaan Isolasi (berdasarkan penularan secara
kontak,droplet,atau udara sesuai dengan penyebaran penyakit.APD untuk
pelayanan pasien TB adalah masker,juga baju kerja serta sarung tangan untuk
petugas laboratorium.
2. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pellatihan/sosialisasi tentang
gejala TB.
3. Semua petugas kesehatan dengan gejala mencurigakan TB dievaluasi untuk
memastikan penyebab, dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan dari
kontak langsung dengan pasien terutama mereka yang bertugas diintalasi
perawat intensif ( IPI ), ruang rawat anak, ruang bayi.
4. Jika petugas kesehatan mengalami gejala batuk lebih dari dua minggu, cek
BTA SPS
5. Pasien TB BTA positif harus mengenakan masker jika berada di ruang tertutup
dan bersama orang lain

19
Kewaspadaan :
1. Kewaspadaan standar adalah kewaspadaan yang diterapkan pada semua
orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, dengan tujuan
mencengah penularan penyakit yang ditransmisikan melalui darah atau
cairan tubuh. Komponen kewaspadaan standar meliputi : kebersihan
tangan ( hand hygiene ), Alat Pelindung Diri ( Sarung Tangan, Masker,
Kacamata dan Pelindung wajah , Gaun / Apron ). Pengelolaan Linen,
Pengelolaan Peralatan Perawatan Pasien, Pengendalian Lingkungan,
Kesehatan karyawan dan Pencegahan Transmisi Bloodborne, Etika batuk,
sera Pengelolaan makanan, gelas, cangkir dan peralatan makanan
( Infection Control Guidelines CDC, Australia )
2. Kewaspadaan Berdasar Transmisi Airbone
Merupakan kewaspadaan terhadap transmisi airbone, jika partikel < 5 m
mengandung mikroba melayang atau menetap di udara beberapa jam,
ditransfer sebagai aerosol melalui aliaran udara dalam ruangan / jarak > 1
meter.

20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Rumah sakit menurunkan resiko penularan TB melalui tiga pilar utama yaitu :
Pilar pengendalian administratif , meliputi :
1. Rencana pengendalian infeksi
a. Memastikan penegakan diagnosis secara dini pada pasien dan petugas
yang diduga TB
b. Memberikan edukasi / informasi mengenai etika batuk / Hygiene
Respirasi
c. Membatasi aktifitas pasien, dokter konsultan sebaiknya datang ke ruang
pasien, dan jika pasien harus ke luar ruangan, pasien harus
menggunakan masker
d. Pasien TB harus dipisahkan dengan pasien lain ( terutama pasien
immuno compromosed ) di unit rawat jalan dan rawat inap, sesuai
ketentuan yang ada di RSI Darus Syifa.
2. Penyuluhan kepada pasien, pengunjungn dan masyarakat tentang
pentingnya pencegahan dan pengendalian infeksi TB

Pilar pengendalian lingkungan


1. Pengendalian lingkungan yang bisa dilakukan di RSI Darus Syifa’
meliputi pengaturan ventilasi diruan isolasi, dengan menggunakan
ventilasi campuaran yaitu exhaust fan dan ventilasi alami.
2. Radiasi sinar ultraviolet ( Ultra Violet Germicidal Irradiation = UVG )
digunakan untuk memperoleh surface sterilisasi, pada ruangan yang
digunakan oleh pasien TB, atau pada ruang tunggu dan ruang
pemeriksaan TB di poiklinik.

21
Perlindungan Perorangan
1. Perlingungan perorangan yang digunakan mengacu pada kewaspadaan
standar, yaitu : sarung tangan, masker, kaca mata, topi / penutup kepala,
baju kerja dan sepatu boot.
2. Sepatu pelindung harus digunakan selama berada di dalam ruang
laboratorium, dan sepatu terbuka / sandal tidak direkomendasikan untuk
digunakan.
3. Penggunaan APD yang mengacu pada Kewaspadaan Isolasi yaitu :
a. Penggunaan masker bedah bagi petugas yang melayani pasien TB
b. Masker bedah bagi pasien TB untuk mengurangi kemungkinan
pajanan kepada orang lain dan lingkungan sekitarnya
c. Pelaksanaan edukasi etika batuk dengan benar, baik bagi pasien TB
maupun pasien batuk lainnya. Hindari batuk di tempat banyak orang,
hindari menyentuh muka setelah batuk / bersin, dan jangan bertukar
jam sebelum digunakan kembali. Petugas hendaknya menggunakan
APD yang sesuai saat membersihkan sputum tersebut.
d. Penyediaan sarana cuci tangan di area pasien / pengunjung.
e. Perlindungan transportasi pasien.

Penanganan TB MDR di Rumah Sakit Islam Darus Syifa’


Pasien TB MDR tidak dapat ditangani oleh RSI Darus Syifa’. Jika
ditemukan pasien menderita TB MDR pasien dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo
untuk mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan sesuai dengan kebijakan
pengobatan TB yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Penempatan pasien TB di ruang rawat inap


4. Pasien TB ditempatkan pada ruang perawatan khusus / isolasi yang
dilengkapi dengan fasilitas cuci tangan dan kamar mandi, untuk
mengurangi kemungkinan transmisi mikroorganisme.
5. Jika ruang perwatan khusus tidak tersedia, pasien TB ditempatkan dengan
pasien yang sejenis ( kohorting ). Pasien yang terinfeksi oleh mikroba

22
yang sama dapat ditempatkan dalam ruang perawatan yang sama, untuk
mencegah agar mereka tidak terinfeksioleh mikro organisme patogen yang
lain dan kemungkinan terjadi reinfeksi oleh mikroorganisme yang sama
menjadi minimal.
6. Apabila keduanya tidak memungkinkan dilaksanakan ( isolasi / kohorting )
sangat penting untuk mendiskusikan epidemiologi penyakit dan mode
transmisi penyakit dengan tim TPI RS.

23

Anda mungkin juga menyukai