Anda di halaman 1dari 8

BAB V

ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa dan Pembahasan Pada Pengelasan


Proses pengelasan merupakan proses penyambungan metalurgi yang
digunakan untuk menyambung dua material yang dilelehkan dengan
menggunakan sumber daya listrik menjadi panas. Pada proses pengelasan
memiliki keuntungan dalam pengerjaan industri manufaktur maupun fabrikasi
karena pada proses pengelasan memiliki kekuatan penyambungan yang tinggi.
Proses pengelasan juga memiliki biaya pengeluaran yang rendah serta pengerjaan
dapat dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses pengelasan memiliki
kekurangan yaitu terjadinya perubahan struktur mikro, distorsi dan tegangan sisa.
Pada pengelasan pada umumnya memiliki parameter yang dapat mengontrol hasil
lasan berdasarkan dari metode pengelasan dan heat input yang digunakan pada
material yang akan dilas. Pada setiap metode pengelasan terdiri dari parameter
tersendiri seperti GMAW pemilihan gas dan metal transfer yang digunakan lalu
pada SAW wire dan fluks yang digunakan. Pada pengelasan memiliki heat input
yang terdiri dari ampere, voltase dan travel speed untuk melakukan proses
pengelasan. Fungsi heat input sendiri merupakan besar nya masukan panas yang
diterima pada base material yang akan dilas. Semakin besar arus yang digunakan
maka penetrasi yang didapat semakin dalam, voltase yang semakin besar maka
akan menghasilkan lebar lasan yang besar dan travel speed yang semakin lambat
maka akan meningkatkan lebar lasan, penetrasi serta penguatan berkurang. Hal ini
berbanding lurus dengan heat input, jika parameter semakin besar maka heat
input yang diterima semakin besar maka dapat menghasilkan penetrasi yang
berlebih sehingga memungkinan base material jebol dan adanya cacat.
Tegangan yang disebabkan oleh proses pengelasan dapat membuat grain
boundaries tidak seragam dan kasar sehingga membuat material menjadi keras
serta memiliki tegangan lokal disekitar batas butir yang berdampak terjadinya
cracking pada material yang membuat sifat mekanik material tersebut tidak sesuai
yang diinginkan atau menurun. Untuk menghindarin terjadinya tegangan sisa
diakukan proses penguatan presipitasi dengan menyeragamkan grain boundaries

33
pada material yang dapat dihilangkan dengan menggunakan penguatan presipitasi
atau Post Welding Heat Treatment (PWHT) jika material tersebut memiliki
tegangan sisa yang sulit dihilangkan biasa terjadi pada material yang memiliki
ketebalan yang besar (>25,4 mm), hal ini dikarenakan pada material dengan
ketebalan yang besar memiliki penyerapan panasnya (koefisien thermal ekspansi)
lebih lambat dibandingkan dengan material yang tipis dan presipitasi terjadi dan
paduan menjadi keras sehingga lebih cenderung terjadinya retakan.

Lalu untuk tegangan sisa yang mudah hilang tidak perlu dilakukan PWHT
dan cukup dilakukan proses natural aging yaitu pendinginan yang dibiarkan pada
temperatur kamar tanpa dilakukan pemanasan kembali.

5.2. Analisa dan Pembahasan Pada Pengelasan GMAW


Proses pengelasan yang digunakan yaitu GMAW (Gas Metal Arc Welding)
pada bagian dasar (root) ID (Inside Diameter) pipa dan tacking weld pada OD
(Outside Diameter) sebelum dimulai dilakukan welding root ID agar tidak
bergerak antara pipa dan connector. Pada GMAW yang digunakan polaritas
DECP (reverse) yang dimana elektroda nya berkutub positif dan base metal
berkutub negatif sehingga aliran arus bergerak dari base metal ke elektroda.
Fungsi dari polaritas pada pengelasan yaitu untuk mengatur lebar dan dalam
penetrasi nya sehingga diaplikasikan pada pengelasan pipa dan connector cocok
menggunakan polaritas ini dikarenakan penetrasi yang cukup dalam dan lebar
weld metal cukup. Gas yang digunakan yaitu gas argon 75% dan gas CO 2 25%.

34
Fungsi dari gas ini untuk melindungi weld metal dari reaksi oksidasi pada atmosfir
yang dapat mempengaruhi kualitas las pada sekitar weld metal saat dilakukan
proses pengelasan. Selain itu, gas-gas tersebut dapat mempengaruhi weld bead
contour serta hasil penetrasi sehingga gas 75% argon lebih dominan terhadap
kedalaman penetrasi dan gas CO2 25% mempengaruhi lebar dari weld bead
contour. Hal ini ditentukan berdasarkan material yang akan di joint dimana
kebutuhan material tersebut dapat cocok dilakukan pengelasan dengan penetrasi
dan weld bead contour sesuai dengan gas yang digunakan. Metal transfer yang
digunakan yaitu menggunakan short circuiting transfer yaitu terjadi pada arus
listrik dan voltase sangat rendah sehingga heat input yang dihasilkan juga rendah.
Metal transfer ini digunakan ini karena sesuai dengan gas yang digunakan argon
75% dan CO2 25% yang membuat weld pool yang berukuran relatif kecil dan
mencegah terjadinya incomplete fusion defect.
Filler metal yang digunakan pada GMAW bergantung dengan material yang
digunakan dimana pada filler metal tersebut harus memiliki kekuatan yang lebih
besar dibandingkan dengan base metal. Filler metal yang dapat digunakan pada
pengelasan pipa API 5L Gr X56 (56 Ksi yield strength) dan connector AISI 4130
(95 Ksi yield strength) yaitu ER70S-2 atau ER70S-6 dimana kekuatan ini
menunjukkan kekuatan tarik sebesar 70 Ksi atau kekuatan yield strength nya
sebesar 58 Ksi berdasarkan ASME II 2017. Jika filler metal kekuatannya lebih
rendah di bandingkan dengan base metal maka kekuatan penyambungan tersebut
tidak dapat menahan kedua base metal tersebut sehingga akan kecenderung
terjadinya retak atau patah pada bagian sambungan tersebut. Retak atau patah
tersebut mengacu pada konsentrasi tegangan yang dihasilkan dimana konsentrasi
tegangan ini terjadi pada sambungan antara dua base material tersebut yang
memiliki kekuatan dan luas penampang yang kecil maka dari itu filler metal harus
memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada pipa.
Alasan dari penggunaan root ID sementara menggunakan pengelasan
GMAW dikarenakan pada proses GMAW memiliki tingkat efisiensi pengelasan
yang tinggi karena tidak perlu sering mengganti kawat las dibandingkan dengan
SMAW, tidak menghasilkan kerak atau slag dan dapat digunakan pada semua
jenis material dan posisi pengelasan. Hal ini juga bergantung pada desain yang

35
dipilih dimana pada desain single V bevel tidak dapat menggunakan full SAW
berdasarkan standarisasi ASME menyebutkan SAW tidak dapat menjadi root ID
sehingga dipilih GMAW yang memiliki efisiensi yang tinggi yang menghemat
waktu. Setelah dilakukan pengelasan OD, hasil root GMAW sementara digerinda
rata dengan base material dan ditimpa dengan SAW dikarenakan untuk menjaga
kualitas yang lebih baik dimana pada GMAW cenderung rentan terhadap cacat
porositas. Apabila digerinda habis root GMAW maka akan menghabiskan waktu
yang cukup lama.

5.3. Analisa dan Pembahasan Pada Pengelasan SAW


Proses pengelasan SAW (Submerged Arc Welding) merupakan proses
pengelasan yang dilakukan pada fill dan cap weld. Dimana pada proses
pengelasan SAW menggunakan kawat dan pasir fluks yang bergerak secara
automatic dimana pada fluks bergerak lebih dulu dari pada kawat serta memiliki
laser sebagai koordinat bagian yang akan dilas. Fungsi dari fluks tersebut yaitu
melindungi weld metal dari terkontaminasi udara luar yang menyebabkan
terjadinya reaksi oksidasi yang akan berdampak cacat pada material seperti cacat
porositas. Pemilihan pasir fluks bergantung pada kawat yang digunakan yaitu
menyesuaikan dengan kekuatan yang dimiliki pada kawat tersebut dimana fluks
memiliki bahan macam dasar seperti batu gamping, silika, mangan oksida dan
kalsium florida. Fluks yang ditaburkan melindungi molten weld metal dan
mengikat pengotor dari luar maupun dari dalam dan membentuk slag. Pada slag
yang terbentuk harus dibuang sebelum pengelasan tersebut pindah dari pass satu
ke pass lain karena apabila tidak dibuang dengan bersih akan menyebabkan slag
inclusion defect pada sisi batas antar pass satu ke pass lainnya yang dimana akan
mempengaruhi kualitas hasil lasan tersebut dimana kekuatan nya dapat menurun.
Kawat dan fluks harus memiliki kelembaban dibawah 50% karena apabila
lebih dari itu akan menyebabkan cacat pada hasil lasan seperti HIC (Hydrogen
Induced Crack), dimana faktor utama HIC yaitu kelembaban. Hidrogen yang
terbentuk pada atom cukup cepat ke dalam molten weld metal dan berdifusi secara
cepat ke sekitar HAZ. Hal ini karena seiring dengan turun nya temperatur dan
terjadi pendinginan cepat yang mana hidrogen berdifusi dengan cepat berada

36
pada ferritic microstructure dengan jumlah hidrogen yang semakin besar dan
membentuk fasa martensit sehingga material menjadi getas serta mudah terjadinya
crack pada sekitar daerah HAZ.

Salah satu pencegahan untuk menjaga kelembaban yaitu disimpan pada


tempat penyimpanan dengan temperatur ruangan minimal 30℃ pada fluks dan 70
℃ untuk menjaga kelembaban dibawah 50%. Apabila lebih dari 50 % maka
dilakukan proses baking dengan temperatur tinggi dan waktu yang cukup lama di
dalam oven.
Kawat yang digunakan pada SAW yaitu EM12K yang memiliki kekuatan
yang sama dengan kawat GMAW dimana kekuatan kawat tersebut memiliki yield
strength yang lebih besar dari pada pipa. Pada pengelasan SAW cocok digunakan

37
pada material tebal seperti pengelasan pipa karena pengelasan SAW memiliki
tingkat deposisi yang tinggi dan efisiensi pengelasan yang tinggi serta hasil lasan
yang didapat juga bagus sehingga cocok untuk digunakan pada pengelasan pipa
dan menghemat waktu. Selain itu SAW memiliki kelemahan dalam proses
pengelasannya yaitu dimana pada proses pengelasan SAW hanya dapat dilas pada
posisi pengelasan tertentu seperti 1G serta hanya dapat digunakan pada
pengelasan baja karena jika dilakukan pada pengelasan material lain seperti
aluminium dan memiliki weldability yang rendah tidak cocok menggunakan
proses pengelasan SAW dimana pada proses pengelasan SAW memiliki heat
input yang tinggi akibat dari pengaruh fluks pasir yang menutupi arc pada saat
pengelasan.

5.4. Analisa dan Pembahasan Pada Material Pipa dan Connector


Material pipa yang digunakan yaitu API 5L GR X56 merupakan material
baja dengan spesifikasi yang memiliki yield strength sebesar 56 Ksi (386 MPa)
dengan dimensi diameter pipa yang digunakan sebesar 24” (1,914 m) dengan
ketebalan 0,75” (19,05 mm). Pipa API 5L tersebut digunakan untuk aplikasi pada
bertekanan tinggi serta tingkat keasaman yang tinggi seperti untuk proses drilling
oil and gas subsea. Pipa API 5L Gr X56 memiliki kadar karbon 0,16% yang
termasuk pada baja karbon rendah dan dibuat dari material pelat yang dilakukan
forging dengan membentuk pipa dan dilas. Untuk proses pengelasan dimensi pipa
harus memiliki nilai kebulatan yang baik agar mencegah terjadinya gap (celah)
pada saat dilakukan fit-up dengan material connector, hal tersebut dilakukan
pengecekan oleh welding inspector dengan setiap 90o pada sisi diameter pipa
sebanyak 4 titik untuk memastikan ukuran nya sesuai atau tidak dengan
spesifikasi yang diminta. Jika spesifikasi tidak sesuai atau melewati batas toleransi
maka pipa tersebut tidak dapat dilakukan proses pengelasan sehingga dibuat GRR
(Global Rejection Report) untuk melakukan pergantian pipa.
Material connector terdiri 2 yaitu bagian box yang memiliki ulir didalam
dan bagian pin memiliki ulir diluar dimana kedua connector ini akan disambung
pada pipa depan dan belakang. Connector yang digunakan memiliki material yang
sama yaitu baja AISI 4130 yang memiliki spesifikasi kadar karbon sebesar 0,28 –

38
0,33% C yang merupakan baja karbon rendah dengan yield strength sebesar 95
Ksi (655 Mpa). Fungsi connector yaitu merupakan sebagai media untuk
penyambungan antar pipa hingga ukuran panjang yang dibutuhkan untuk
mencapai ke kulit bumi yang berisi minyak dan gas dibawah laut. Material
connector merupakan material yang sangat critical terhadap apapun maka dari itu
material tersebut harus dijaga dengan baik dari goresan ataupun benturan yang
dapat membuat retakan karena connector merupakan aplikasi media
penyambungan antar pipa, apabila terdapat retakan atau atau goresan maka akan
sulit melakukan proses penyambungan atau bisa dibilang dengan sambungannya
tidak ketat yang dapat membahayakan pada saat proses berlangsungnya drilling
oil and gas subsea yang akan terjadi kebocoran dan bisa jadi akan meledak karena
tekanan yang sangat tinggi maka dari itu kualitas material connector harus terjaga.
Material connector juga dilakukan proses phospating yaitu suatu proses pelapisan
pada logam dengan larutan fosfat yang menggunakan prinsip electroplating pada
logam yang dilindungi (connector). Fungsi dari phospating tersebut untuk
menambahkan kekuatan ketahanan terhadap korosi dan juga gaya gesek dari luar
sehingga kualitas dapat terjaga. Selain itu, material connector juga diberikan
protector yang terbuat dari bahan plastik ketika proses pengelasan sudah
dilakukan yang bertujuan untuk sebagai pelindung tambahan. Pembuatan material
connector tersebut juga dilakukan proses machining sebelum dilakukan proses
phospating. Material connector dimensinya harus sama dengan pipa untuk
dilakukan proses pengelasan agar tidak ada terjadinya konsentrasi tegangan atau
pun gap (celah) diantara kedua pipa dan connector pada saat dilakukan fit-up.
Alasan penggunaan connector pada penyambungan pipa yaitu dikarenakan pada
kualitas dan kekuatan material lebih baik serta tingkat keamanan pada proses
penyambungan lebih terjamin, dibandingkan dengan pipa antar pipa secara
langsung yang dibuat ulir karena jika dibuat ulir pada pipa bagian dalam maupun
luar seperti prinsip pembuatan ulir pada box dan pin maka pipa tersebut akan
mengalami pengurangan dimensi dalam segi ketebalan yang membuatnya menjadi
lebih tipis sehingga kekuatan pada material tersebut menjadi berkurang seperti
cenderung mudahnya patah serta korosi dan juga daya tahan gesek nya juga

39
berkurang. Maka dari itu penggunaan connector merupakan salah satu media
penyambungan terbaik dalam penggunaan aplikasi drilling oil and gas subsea.

40

Anda mungkin juga menyukai