Anda di halaman 1dari 4

Pesan Profetik Ramadan

PUASA DAN
KONSERVASI ALAM
Oleh: Idam Mustofa
(Dosen IAI Sunan Giri dan Ketua PC GP Ansor Ponorogo)

S
alah satu upaya menuju ketakwaan
yang menjadi misi Ramadhan
adalah alwashiatu bi al’amali as
sholihati (saling nasihat menasihati
dalam kebaikan). Di antaranya ada
yang masih jarang diungkap, yaitu
ajakan melestarikan alam. Padahal,
Allah SWT berfirman; “Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut, disebabkan
perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)” (QS Ar-
Rum, 30:41). Urgensi ayat ini sangat
tepat untuk menyadarkan umat Islam
Indonesia supaya menjaga kualitas
ibadah puasa Ramadhan hari ini dan

112
Bagian IV: Dimensi Sosial(ita) Ramadhan

masa yang akan datang. Mengapa kita terusik dengan


kualitas puasa kita akibat kerusakan alam? Paparan
berikut ini semoga menjadi pemicu kesadaran kita.
Merujuk pendapat Muhammad Makmum
(2007), pencemaran udara akibat efek rumah
kaca mengakibatkan peningkatan suhu udara dan
perubahan iklim dunia. Apabila suhu bumi semakin
panas maka akan menyebabkan udara semakin panas
pula sehingga menyebabkan kerusakan tanaman yang
berujung pada menurunnya produksi pertanian. Di
sisi lain, es di kutub utara dan selatan akan mencair
sehingga permukaan laut naik yang mengakibatkan
daerah pantai dan pulau-pulau kecil tenggelam.
Pembakaran hutan juga menimbulkan asap
sehingga memproduksi gas karbondioksida yang
disebut dengan efek rumah kaca. Kerusakan hutan
akan menimbulkan punahnya flora dan fauna yang
merupakan kekayaan sumber hayati di Indonesia.
Selain itu, musim kemarau dan penghujan tidak
menentu, udara menjadi panas, dan lain sebagainya.
Akibat fatal lainnya, terjadi kekeringan pada musim
kemarau dan bencana banjir pada musim penghujan.
Bagaimana dengan kondisi air? Sebagaimana
kita ketahui, bumi tercinta ini adalah bumi agraris
yang cocok sekali untuk bercocok tanam. Di samping
minyak bumi yang semakin hari semakin terkikis
113
Pesan Profetik Ramadan

dan harapan menjadi negara industri masih jauh dari


kenyataan, kita sangat mengandalkan pertanian.
Padahal, beras adalah makanan pokok kita. Yang
tidak kalah penting, dunia industri di Indonesia
berkali-kali membuahkan inkosistensi dalam
pengelolaan limbah. Limbah industri begitu mudah
mencemarkan air sungai. Tercampurnya air dengan
zat-zat kimia yang terkandung dalam limbah pabrik
menyebabkan terbatasnya air yang tersedia dan
tentu saja tidak memenuhi syarat untuk digunakan.
Padahal, semua manusia yang hidup di dunia ini
sangat bergantung pada ketersediaan air dan udara
untuk menjamin keberlangsungan hidupnya. Air dan
udara menjadi kata kunci penyelamatan ancaman
perubahan iklim.
Fakta berbicara, semua manusia menginginkan
dapat hidup dengan selamat demi mengendalikan
kehidupan mereka sendiri dan dapat membangun
sebuah masa depan yang lebih baik untuk anak-anak
dan keluarga mereka. Nah, apa yang terjadi dengan
kualitas puasa Ramadhan yang akan kita lakukan di
masa datang jika bumi Indonesia sudah tidak bisa
lepas dari pemanasan global. Jangan-jangan, karena
panasnya bumi akan melemahkan fisik dan rohani
umat Islam Indonesia sehingga berpikir ulang untuk
tidak mau menjalankan puasa Ramadhan lagi. Tidak
114
Bagian IV: Dimensi Sosial(ita) Ramadhan

ada salahnya empati dunia untuk mengajak kita


untuk mengurangi pemanasan global dengan cara
melestarikan alam mendapat simpati. Kalau bukan
kita yang memulai, siapa lagi yang kita harapkan.
Wallahu A’lam bi al Ahawâb. ***

115

Anda mungkin juga menyukai