Anda di halaman 1dari 19

Global Warming, Hujan Asam, dan Etika Lingkungan

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Pendidikan
Lingkungan Hidup.

Dosen Pengampu : H. Yayan Carlian., S.Pd., M.Pd

Inne Marthyane Pratiwi., M.Pd

Disusun Oleh:

Siti Nurhasanah 1192090106 PGMI – 6C

Siti Robiah Adawiyah 1192090109 PGMI – 6C

Yola Zakiyah Nur Inayah 1192090127 PGMI – 6C

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan, pengetahuan, dan kemudahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
tugas makalah sebagai salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Pendidikan Lingkungan
Hidup dengan judul makalah “ Global Warming, Hujan Asam, dan Etika Lingkungan “.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup yang telah membimbing dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kualitas air sungai di Indonesia umumnya berada pada status tercemar berat.
Tahun 2018 25, 1% desa mengalami pencem 2,7% desa tercemar tanahnya. Sampah
juga berkontribusi terhadap kejadian banjir yang terus meningkat dari tahun ke tahun,
pada tahun 2016 dan 2017 sebanyak 1805 banjir terjadi di Indonesia serta
menimbulkan 433 korban jiwa ( Direktorat Statistik Lingkungan Hidup). Persoalan
lingkungan ini sudah menjadi isu nasional.

Negara Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di


dunia. Dan Islam sendiri menegaskan bahwa perilaku yang menyebabkan kerusakan
dan kehancuran secara tegas dilarang. Baik eksploitasi terhadap SDA yang dapat
diperbarui maupun tidak dapat diperbarui. Maka dari itu kita patut prihatin dengan
dengan isu nasional diatas.

Salah satu penanganan Agar lingkungan tidak tercemar adalah dengan adanya
pendidikan. Alasan pendidikan memiliki urgensi dalam mengatasi persoalan
lingkungan hidup adalah karena pendidikan adalah sarana untuk membentuk
karakter, sehingga kita dapat menerapkan pada pendidikan karakter tersebut untuk
senantiasa mencintai lingkungan alam.

Pada jenjang SD atau MI sangat disarankan untuk diterapkan pendidikan


lingkungan hidup. Karena pada jenjang ini siswa berada pada tahap pembentukan
yang sangat tepat. Siswa dapat membentuk karakternya pada jenjang ini sehingga
akan sangat berpengaruh bagi siswa tersebut di masa depan. Salah satunya dengan
mempelajari apa itu global warming, hujan asam dan yang lebih penting lagi yaitu
etika lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan global warming?
2. Apa yang dimaksud dengan huhan Asam?
3. Apa itu etika lingkungan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu global warming
2. Untuk mengetahui apa itu hujan asam
3. Untuk mengetahui apa itu etika lingkungan
PEMBAHASAN

A. Global Warming (Pemanasan Global)

1. Pengertian Global Warming

Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan


ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan di bumi.

Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata


permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya
radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah
menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan
permukaan bumi.
Pemanasan global adalah peningkatan suhu atmosfer dan suhu laut di bumi
secara luas dan diperkirakan terjadi karena peningkatan efek rumah kaca yang
dihasilkan terutama dari polusi.( Merriam - Webster)

Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan


sistem terhadap ekosistem di bumi, antara lain; perubahan iklim yang ekstrim,
mencairnya es sehingga permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak
pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan
punahnya berbagai jenis hewan.

2. Penyebab Pemanasan Global

a. Efek Rumah Kaca

adalah sebuah fenomena alam yang terjadi karena adanya pantulan energi panas
matahari yang disebabkan berbagai macam benda dan zat alam yang ada di bumi yang
mengakibatkan rusaknya lapisan selimut atmosfer bumi. Rusaknya selimut atmosfer
ini berujung pada peningkatan intensitas energi matahari yang berdampak pada
peningkatan suhu panas bumi. Dalam rumah kaca (greenhouse) yang digunakan
dalam budidaya terutama di negara yang mengalami musim salju, atau percobaan
tanaman dalam bidang biologi dan pertanian, energi matahari (panas) yang masuk
melalui atap kaca sebagian 3 dipantulkan keluar atmosfer dan sebagian lainnya
terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan suhu di dalamnya. Gambar
berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah kaca (Gealson,2007).

Contoh lain yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah, ketika kita
berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah terik matahari.
Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui
kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di
dalam ruang lebih tinggi (panas) daripada di luarnya.

b. Efek Balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik
yang dihasilkannya, seperti pada penguapan air. Pada awalnya pemanasan akan
lebih meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah
jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap
air.
Selain penguapan, awan diduga menjadi efek balik. Radiasi infra merah akan
dipantulkan kembali ke bumi oleh awan, sehingga akan meningkatkan efek
pemanasan. Sementara awan tersebut akan memantulkan pula sinar Matahari dan
radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan.

c. Variasi matahari
Penyebab pemanasan global karena variasi matahari dengan pemanasan
akibat efek rumah kaca adalah pada variasi matahari terjadi peningkatan
aktivitas matahari.
Aktivitas tersebut mampu menaikkan suhu stratosfer sebaliknya efek rumah
kaca akan menurunkan suhu stratosfer.

3. Dampak Pemanasan Global


1. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan
naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah
pulau-pulau kecil tenggelam.
2. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim
menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan
musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu.
3. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap
suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global akan
sangat menggganggu kehidupan mereka.
4. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu
menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
5. Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada
puncaknya.
6. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkanterjadinya
perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan, sehingga memberi
dampak pada hasil perikanan tangkap.
7. Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang
ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua,
Nugini, Timor Leste, dan Philipina.
4. Meminimalisasi Dampak Pemanasan Global

1. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon dan penghijauan di


lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam proses fotosintesis,
dalam proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida dan menghasilkan
oksigen. Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat dikurangi.

2. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif guna mengurangi


penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara). Emisi gas
karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling banyak mesin-mesin kendaraan dan
industri digerakkan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar ini. Karena itu
diupayakan sumber energi lain yang aman dari emisi gas-gas ini, misalnya;
menggunakan energi matahari, air, angin, dan bioenergy. Di daerah tropis yang
kaya akan energi matahari diharapkan muncul teknologi yang mampu
menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil tenaga surya, listrik tenaga
surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy, antara lain biji tanaman
jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak.

3. Daur ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan
kompor di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung karbon.
Karena itu sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik.
B. Hujan Asam

1. Pengertian Hujan Asam


Istilah hujam asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith (1872) dalam
Kupchella (1989) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah
industri dibagian utara Inggris. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk
hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara laut dalam butir – butir air di awan. Jika
hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam itu terhujankan atau
rainout.
Hujam asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang
mengandung asam sehingga asam itu terlarut kedalam air hujan dan turun ke bumi.
Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran.
Masalah hujan asam terjadi di lapisan atmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam
yang terkandung dalam hujam asam ialah asam sulfat (H2SO4) dan asam nirat
(HNO)3, keduanya merupakan asam kuat. Karena, asam sulfat berasal dari gas SO2
dan asam nitrat dari gas Nox.
Hujam asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit dibawah 6) karena karbodioksida di
udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam
dalam hujan ini sangan bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam
tanah yang di butuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

2. Karakteristik Hujan Asam


Beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh hujan asam ini antara lain adalah
sebagai berikut :
a) Memiliki pH di bawah kadar normal, yakni 5,6.
b) Terjadi karena adanya peningkatan kadar asam nitrat dan asam sulfat yang
ada di dalam polusi udara.
c) Awal terjadinya karena di sebabkan oleh peningkatan emisi sulfur dioksida
dan nitrogen oksida yang ada di atmosfer.
d) Meningkatkan seseorang terserang gangguan jantung dan paru-paru.
e) Membuat kulit menjadi gatal – gatal dan memerah.
f) Beresiko menyebabkan pusing bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang rendah.

3. Proses Terjadinya Hujan Asam


Proses terjadinya hujan asam dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Penguapan

Aktivitas manusia juga menjadi salah satu penyebab terjadinya hujan


asam. . Hal ini dikarenakan aktivitas tersebut dapat menimbulkan gas seperti
karbondioksida, karbon monoksida, sulfur dioksida dan hidrogen sulfur.
Gas tersebut bersumber dari asap kendaraan bermotor, uap pabrik,
pembakaran dan lain – lain.

Hampir seluruh penyusun bumi ini adalah air. Air memiliki peran yang
sangat penting bagi kehidupan. Pada siang hari air baik yang ada di sungai
maupun di laut menguap dan bergerak menuju lapisan bumi. Selanjutnya
gas – gas yang telah menyatu di udara dan menjadi pemicu terjadinya hujan
asam.

2) Proses Penyatuan
Dalam proses ini terjadi penyatuan antara karbondioksida dan
karbon monoksida dengan uap air membentuk asam lemah. Selain itu,
hidrogen sulfur dan sulfur oksida juga menyatu dengan uap air yang
akan menghasilkan asam kuat. Penyatuan tersebut dapat memicu
terjadinya hujan asam.

3) Proses Akhir

Masing – masing senyawa yang telah bergabung akan dibawa angin menuju
ke tempat yang lebih tinggi. Apabila campuran senyawa itu sudah sampai
pada titik jenuh maka akan menimbulkan titik – titik air hujan di mana air
hujan yang turun mengandung asam.

Berikut adalah reaksi kimia terbentuknya hujan asam:

S(s) + O2 (g) →SO2(g)

2SO2(g) + O2(g) →2SO3(g)

SO3(g) + H 2O(l) → H 2SO4(aq)

4. Penyebab, Dampak, dan Pencegahan Hujan Asam.


a) Penyebab Hujan Asam
Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab hujan asam adalah sebagai berikut:
• Sulfur dan nitrogen.
Sulfur dan nitrogen hasil dari industri, pembangkit listrik, dari kendaraan
bermotor dan amonia yang dihasilkan dari aktivitas pertanian dapat menjadi
penyebab hujan asam. Kedua senyawa tersebut merupakan hasil dari proses
pembakaran. Selain itu, sulfur juga merupakan senyawa yang berasal dari
kebakaran hutan dan atau hasil dari letusan gunung berapi.
Sulfur dioksida menjadi salah satu penyebab hujan asam. Senyawa tersebut
dihasilkan dari berbagai proses pembakaran seperti industri yang menghasilkan
minyak mentah, pabrik kelapa sawit dan industri logam. Selain itu, sumber
sulfur oksida juga diperoleh dari meletusnya gunung berapi dan kendaraan
bermotor.
Nitrogen dioksida merupakan senyawa yang menjadi penyebab hujan asam.
Senyawa tersebut berbahaya bagi lingkungan. Senyawa tersebut dihasilkan dari
berbagai proses seperti pembakaran dengan suhu tinggi. Contohnya adalah pada
industri pupuk kimia dan obat.

• Pencemaran Udara
Beberapa gas yang dapat menyebabkan terjadinya hujan asam adalah karbon
monoksida dan karbondioksida. Kedua senyawa tersebut berasal dari polusi
kendaraan bermotor dan hasil dari proses pembakaran. Senyawa tersebut
apabila bertemu dengan air dapat membentuk asam karbonat atau sering dikenal
sebagai kelompok asam lemah.

Selain itu, hidrogen sulfida dan sulfur dioksida juga mampu menyebabkan
hujan asam. Kedua senyawa tersebut merupakan hasil dari pemanasan dan
pembakaran belerang. Kedua senyawa tersebut apabila bertemu dengan air akan
membentuk asam sulfat yang tergolong dalam kelompok asam kuat.

Pada umumnya air hujan telah mengandung asam yang disebabkan adanya
kandungan CO2, namun pHnya masih berkisar 6. Sedangkan, pada daerah
dengan pencemaran udara yang begitu parah tingkat keasamannya tinggi
sehingga pH nya semakin rendah.
• Aktivitas Manusia
Berbagai aktivitas manusia seperti penggunaan batu bara dan minyak bumi
secara berlebihan dapat memicu terjadinya hujan asam. Selain itu, hujan asam
juga dapat disebabkan oleh meletusnya gunung berapi akibat munculnya debu
vulkanik. Adanya berbagai proses biologis juga dapat memicu terjadinya hujan
asam.

b) Dampak Hujan Asam


Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem
akuatik dan material.
• Kesehatan
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melaluitiga cara, yaitu pertama
efek jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka
panjang karena menghirup udara yang tercemarsedang atau ringan; efek tidak
langsung karena terexposed pada logam berat seperti alumunium danlogam
berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi
logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari pipa air
yang terbuat dari timbal atau tembaga.

• Hutan
Dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun.
Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk
menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat
yang dapat menetralisir asam, misalnya, kalsium karbonat (CaCO3) dan humus.
Jika ada kalsium karbonat ion H+ bereaksi dengan zat itu dan diubah menjadi
air, karbonat dan CO2.

Kerusakan hutan oleh hujan asam gejalanya berbeda dengan gejala


kerusakan oleh kekeringan dan serangan hama atau penyakit. Kerusakan dan
kematian hutan disebut Forest Dieback atauWaldsterben.

Kematian hutan mengakibatkan naiknya resiko terjadinya tanah longsor


dan juga kelonggaran salju pada musim dingin, yang sangat berbahaya bagi
penduduk dan wisatawan. Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokan
menjadi enam, yaitu (1) stres umum, (2) penurunan pH tanah dan keracunan
aluminium, (3) peracunan oleh SO2, (4) kekurangan magnesium, (5) kelebihan
hara atau nitrogen dan (6) zat organik pengatur tumbuh.

• Pertanian
Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya
laju pertumbuhan industri dantranspor, ada kemungkinan telah terjadi
kenaikankadar SO2 sampai pada kadar yang menyebabkan keracunan kronis
dan penurunan hasil pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata
pada tanaman.
• Ekosistem akuatik
Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem
akuatik (Kupchella,1989). Karena kehidupan organisme hidup akuatik sangat
dipengaruhi oleh pH air tempat hidupnya, hujan asam mempunyai pengaruh
yang besar terhadap biologi ekosistem akuatik.Hujan asam menurunkan
populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad renik. Menjadi asam nya air danau
dapat juga menyebabkan kepunahan jenis.

Di samping efeknya terhadap pH, hujan asam juga memperkaya danau


dengan unsur hara, khusus nya nitrogen. Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa
yang disebut eutrofikasi, yaitu penyuburan perairan. Eutrofikasi menimbulkan
kesulitan, karena terjadinya pertumbuhan plankton yang berlebihan sehingga
plankton itu saling meneduhi dari sinar matahari dan terjadilah kematian massal
plankton (Odum, 1996). Jika ini terjadi oksigen dalam air habis terpakai dalam
proses pembusukan biomassa yang mati itu dan mengakibatkan kematian ikan
dan organisme.
• Material
Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis
material. Logam, bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan
fotografi,tekstil, kulit dan karet terpengaruh oleh oksida belerang, oksida
nitrogen dan zat pencemar udara lainnya. Sebagian kerusakan ini disebabkan
oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal dari transpor dalam kota dan dari
industri.

c) Upaya-upaya Untuk Mengurangi dan Mencegah Dampak dari Hujan Asam


Usaha untuk mengendalikan deposisi asam adalah menggunakan bahan bakar
yang mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat
pencemar saat terjadinya pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas
buangan dan penghematan energi.

• Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah


Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas
asam akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas
ini dapat menambah emisi metan. Usaha lain yaitu dengan menggunakan bahan
bakar non belerang atau bahan bakar alternative yang ramah lingkungan,
misalnya methanol, etanol, dan hydrogen.

• Pengendalian pencemaran selama pembakaran


Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu
pembakaran telah dikembangkan. Salah satu tekologi ialah Lime Injection in
Multiple Burners (LIMB). Selain itu bisa juga dengan penggunaan Scrubbers.
Alat ini mampu mengurangi emisi sulfur oksida hingga 80-95%.
• Pengendalian setelah pembakaran
Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil
pembakaran.Teknologi yang sudah banyak dipakai adalah Fle Gas
Desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan menggunakan ammonia sebagai
zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai
pupuk.
• Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)
Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu
barang, dimana produk itu harus dapat digunakan kembali atau dapat di daur
ulang sehingga jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan dapat dikurangi.
Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam
terhadap tanah ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur
kedalam tanah atau kedalam danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun
danau dapat menetralkan sifat asam.
Melakukan reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program
reboisasi dan rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan
dan kualitas lingkungan terutama dalam aspek :
1. Fungsi hidrologi
2. Fungsi perlindungan tanah
3. Stabilitas iklim mikro
4. Penghasil O2, dan penyerap gas-gas pencemar udara
5. Potensi sumber daya pulih yang dapat dipanen
6. Pelestarian sumber daya plasma nutfah
7. Perkembangbiakan ternak dan satwa liar
8. Pengembangan kepariwisataan dan rekreasi
9. Menciptakan kesempatan kerja
10. Penyediaan fasilitas pendidikan dan penelitian

C. Etika Lingkungan
1. Pengertian

Etika berasal dari istilah Yunani yaitu “ethos” yang artinya karakter, susila, dan adat.
Etika adalah mengambil sikap dan bertindak secara tepat yang manusia untuk menjalani
hidup ini. Epica terkait sistem kehidupan, indikator benar salah, sehingga dapat menilai
perbuatan sehari-hari. Jika pun ada ujungnya dapat menolong kita dalam mengambil
keputusan etis tentang apa yang harus dilakukan dan diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan termasuk dalam menjaga lingkungan.

Menurut marfai 2013 etika lingkungan merupakan nilai-nilai keseimbangan dalam


kehidupan manusia dengan interaksi dan interdependensi terhadap lingkungan hidupnya
yang terdiri dari aspek abiotik, biotik, dan kultur. Juga menurut Syamsuri 1996 etika
lingkungan adalah penuntun tingkah laku yang mengandung nilai-nilai positif dalam
rangka mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan. Etika lingkungan
membahas bagaimana sebaiknya perbuatan seseorang terhadap lingkungan hidupnya.
Etika lingkungan mengandung berbagai prinsip moral lingkungan yang merupakan
petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan. Maka dari itu manusia tidak hanya mengimbangi hak dengan kewajibannya
terhadap lingkungan tetapi juga membatasi tingkah laku dan upaya untuk
mengendalikan berbagai kegiatan agar tetap berada dalam batas kelentingan lingkungan
dengan adanya etika lingkungan.

Hubungan manusia agama adalah hubungan yang bersifat kodrati. Berbicara masalah
agama tentu saja berkaitan dengan Tuhan dan ciptaannya. Salah satu ciptaan nya yaitu
alam semesta. Maka dari itu kita sebagai manusia harus pandai menjaga ciptaan tuhan
termasuk alam semesta ini. Dengan begitu, manusia diharapkan mampu
mengoptimalkan alam semesta sebagai tempat berpijak untuk mengetahui
kekuasanNya.
2. Tiga kelompok dalam etika lingkungan berdasarkan pendekatannya
1) The instrumental Approach
Menyatakan bahwa apabila keberadaan alam dan segala sumber daya
yang ada di dalamnya ternyata tidak memberikan kemanfaatan dan efek positif
bagi manusia dan kehidupannya, maka di tidak dilakukan pengelolaan dan
proteksi terhadap sumber daya alam tersebut oleh karena itu nilai-nilai
mendasar yaitu hanya untuk pemenuhan material kehidupan.
2) The Axiological Approach
kebalikan dari the instrumental approach, the Axiological approach
memandang bahwa Alam mempunyai nilai nya sendiri dan manusia harus
menyelamatkan serta melindungi nilai yang ada dalam setiap komponen alam
tersebut.
3) The Anthropological Approach
The Anthropological Approach adalah pendekatan utamanya berkaitan
dengan identifikasi tentang keberadaan manusia atau cara seharusnya manusia
bersikap atau berperilaku terhadap alam. Dan didasari bahwa manusia
merupakan makhluk rasional sehingga hubungan dirinya dengan alam adalah
bentuk pemahaman dirinya dalam menghormati keberadaan alam.
KESIMPULAN

1. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di


bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di bumi.
Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju
ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk
sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

2. Hujan asam ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asam di udara laut
dalam butir – butir air di awan. Jika hujan turun dari awan itu, air hujan bersifat asam. Asam
itu terhujankan atau rainout. Hujam asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di
bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit dibawah 6) karena karbodioksida di
udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah

3. Etika lingkungan merupakan nilai-nilai keseimbangan dalam kehidupan manusia dengan


interaksi dan interdependensi terhadap lingkungan hidupnya yang terdiri dari aspek abiotik,
biotik, dan kultur. (Menurut marfai 2013).
Etika lingkungan adalah penuntun tingkah laku yang mengandung nilai-nilai positif dalam
rangka mempertahankan fungsi dan kelestarian lingkungan. (Syamsuri 1996)

Etika lingkungan membahas bagaimana sebaiknya perbuatan seseorang terhadap lingkungan


hidupnya. Etika lingkungan mengandung berbagai prinsip moral lingkungan yang merupakan
petunjuk atau arah perilaku praktis manusia dalam mengusahakan terwujudnya moral
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, M Erni, 2007. Dampak dan Pengelandian Hujan Asam di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas. 2(1)

Apriyanti, Eka. 2015. Analisis Tingkat Keasaman (pH) Air Hujan di Kota Makasar. Jurnal
Ilmiah Pena. 7(1)

Sari, R Puripuspita, dkk. 2007. Hujan Asam Pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kabupaten
dan Kota Bogor. Media Konservasi. 12(2)

Utina Ramli, 2007. PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

Atok Miftahul, Husamah, Abdul Qodir, 2019. Etika Lingkungan (Teori dan Praktik
Pembelajarannya)

Anda mungkin juga menyukai