Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar) QS. Ar-Ruum : 41.
Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa sesungguhnya berbagai macam kerusakan yang ada di muka
bumi, adalah akibat dari ulah tangan manusia yang tidak bertanggungjawab dalam
memanfaatkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Sebab manusia hanya dapat
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari alam ini akan tetapi tidak dapat menjaga
kelestariannya atau tidak lagi mempedulikan konservasi terhadap alam semesta.
Adapun Hadis tentang dampak yang ditimbulkan oleh pemanasan global yaitu sabda Nabi saw:
HR. Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya kiamat
bukanlah karena tidak ada hujan, tetapi kiamat adalah ketika langit menurunkan hujan tetapi
bumi tidak menumbuhkan sesuatu apapun”.
Dari hadits di atas dikatakan bahwa kerusakan bumi yang diakibatkan hujan dimaksudkan
adalah hujan asam akibat dari reaksi hasil pembakaran bahan bakar fosil dengan air hujan
sehingga menjadi hujan yang mengandung asam.
Dampak pemanasan global bukan hanya hujan asam saja, dampak secara umum dapat kita lihat
dari berbagai fenomena seperti perubahan cuaca iklim, kenaikan permukaan air laut,
menurunnya hasil pertanian, pengaruh terhadap tumbuhan, pengaruh terhadap hewan dan
tumbuhan dan pengaruh terhadap kesehatan manusia. Meningkatnya suhu permukaan Bumi
dalam kurun waktu satu abad terakhir telah mengubah cuaca dan iklim diberbagai wilayah
Bumi, terutama di daerah Kutup Utara. Gunung-gunung es akan mencair, dan akan lebih sedikit
es yang terapung di laut.
Sedangkan dilihat dari persepektif filsafat, filsafat berperan secara optimal untuk mencari
kebenarannya atas fenomena global warming terhadap lingkungan dari segi epistemologis,
fenomena global warming dipengaruhi oleh perilaku manusia. Karena manusia adalah makhluk
yang bereksistensi terus menerus, memerlukan alam sebagai tempat untuk kegiatan survivalnya
tersebut. Kemajuannya ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang mempengaruhi
kemampuan manusia melaksanakan "kehendak manusia untuk berkuasa". Sedangkan dari segi
ontologis, fenomena global warming terteranya berada pada realitas yang beraifat hypothetico-
logico-verifikative. Realitas yang berdasarkan pengalaman dan faktanya yang terjadi di dunia
khususnya di indonesia ini masih dapat diverifikasi lagi tentang kebenarannya karena ada unsur
moral didalamnya. Setelah kita ketahui bahwa fenomena global warming secara aksiologis
terjadi bukan lagi isu, namun sebuah realitas yang penyebabnya adalah tindakan manusia yang
tidak mempedulikan keadaan lingkungan bumi yang sudah semakin tua.
Peran filsafat sangat penting dalam menanggapi fenomena global warming disebabkan karena
filsafat penyeimbang hasrat manusia yang tidak terbatas. Dengan memanfaatkan filsafat dari
segi epistemologi, ontologis dan aksiologis bisa berperan sebagai keseimbangan dalam
berfikir.
Dari pemaparan diatas maka kita tau bahwa dampak yang ditimbulkan olah pemanasan global
adalah buah dari apa yang manusia lakukan terhadap lingkungan. Berdampak terhadap
manusia dan mahluk hidup lainnya yang berada dibumi, peran manusia sangatlah penting
dalam menjaga lingkungan dan pelestarian lingkungan untuk mengurangi global warming.
DAFTAR PUSTAKA
Frayudha, A. D. (n.d.). Peranan Filsafat Ilmu Dalam Memandang Fenomena Global Warming
Terhadap Lingkungan.
https://www.academia.edu/29775631/PERANAN_FILSAFAT_ILMU_DALAM_MEM
ANDANG_FENOMENA_GLOBAL_WARMING_TERHADAP_LINGKUNGAN
Hasnawati, H. (2021). Jurnal pendais volume 2 no. 2 desember 2020 203. Akhlak Kepada
Lingkungan. Pendais, 2(2), 203–218.
National, G., & Pillars, H. (n.d.). MANUSIA DAN LINGKUNGAN HIDUP DALAM AL-
QUR’AN. 210–227.