Sudahkah Kita
Bahagia dengan
Shalat?
ْ
اﻟﺼ َﻼة ُ و و ﷲ ﺎ ﺑ ﻻَ ّ إ ة ﻮ ﻗ ﻻ و ل ﻮ ْ اﻟْﺤ ْﻤﺪ ِﷲ و اﻟﺸﻜﺮ ِﷲ و ﻻ ﺣ
َ َّ َ ِ ِ ِ َ َّ ُ َ َ َ َ َ َ ِ ُّ َ ِ ُ َ َ
ُ
.
ْ آﻪﻟ و أ ْﺻﺤﺎﺑﻪ و ﻣ
ﻦ ِ ِ َ ﺤ ّ َﻤ ٍﺪ و َﻋ ـﻴﻨَﺎ ﻣ َﻧ ِﺒ،ِاﻟﺴ َﻼم ﻋ َ رﺳ ْﻮ ِل اﷲ
َ َ ِ ِ َ َ َ َ َ ُ ّ ِ ُ َ َ ُ َّ
ْ ْ ْ ْ
ْ ﻦ ﺗﺒﻌ ﺑﺈ ْ و ﻣ،واﻻه
:ﺪ
ُ أ َ ّ َﻣﺎ َﺑﻌ.ﺎﻣ ِﺔ ﺎن ِإ َ ﻳﻮ ِم اﻟﻘﻴ ﺣﺴ
َ َ ِ َ ٍ َ ِِ ُ ََِ َ َ ُ َ َ
Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumullâh,
Pelaksanaan ibadah shalat, selain dimaksudkan untuk
mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar, juga
menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang mukmin. Apabila
dilakukan dengan benar dan penuh kekhusyukan, ibadah shalat
akan melahirkan rasa nyaman dan kebahagiaan bagi yang
melaksanakannya. Sebagaimana Allah janjikan dalam kalam-Nya,
142
antaranya menjalankan ibadah shalat dengan penuh kekhusyukan,
penuh penghayatan, pemahaman, dan ketundukan diri kepada
Allah.
Khusyuk menurut Imam al-Ghazali (Ihyâ`: 1/171), adalah
buah keimanan dan hasil keyakinan terhadap keagungan Allah.
Siapa yang dapat merasakannya, niscaya akan khusyuk dalam
shalatnya, bahkan saat ia sendirian atau di tempat buang hajat.
Khusyuk bisa timbul dari kesadaran bahwa Allah selalu melihat
gerak-gerik hamba-Nya, kesadaran tentang keagungan-Nya,
serta kekurangan hamba dalam melaksanakan tugas-tugas dari
Rabbnya.
Shalat yang dilakukan sedemikian rupa, akan mampu
memberikan ketenangan jiwa dan kepuasan spiritual. Hati menjadi
tenang, kegalauan dapat terusir. Kebahagiaan dan ketenangan ini
tidak hanya didapatkan di dunia, tetapi juga kelak di akhirat. Ia
merupakan puncak segala kemuliaan dan kebahagiaan, yaitu
kebahagiaan di surga al-Firdaus. Allah berkalam,
144
penuh keikhlasan dan kekhusyukan. Shalat yang didirikan dengan
tumakninah. Shalat yang didirikan dengan memahami bacaaan,
menghayati gerakan, dan memberikan hak-hak shalat sepenuhnya.
Jika semua itu belum terpenuhi, maka jangan sampai kita berharap
mendapatkan ketenangan jiwa atau tercegah dari perbuatan keji
dan mungkar. Karena shalat tanpa kekhusyukan, tidak ada bedanya
dengan orang yang sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Berapa bayak orang yang shalat hanya sekadar menggoyang-
goyangkan tubuhnya? Rabbunal Musta'ân.
145