A. Deskripsi Umum
Modul Perangkat Pembelajaran dipersiapkan untuk dipelajari oleh
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru, khususnya guru PAI di Sekolah. Modul
ini memiliki empat kegiatan belajar yang dirancang semaksimal mungkin
untuk memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam serta penguatan
merancang pembelajaran yang konstruktif, kontekstual, dan bermakna bagi
mahasiswa pendidikan profesi guru.
1
b. Pelajari modul secara bertahap sesuai uruatan KB yang disajikan. Bila
masih belum paham, silahkan pelajari secara berulang-ulang;
c. Bacalah sumber bacaan lain yang dipandang relevan dengan materi
yang dipelajari sebagai bahan rujukan dan pembanding;
d. Diskusikan materi pada setiap KB dengan rekan sejawat dan/atau
dosen pengampu modul;
e. Ikuti kegiatan pembelajaran sebaik mungkin bersama dosen
pengampu baik secara tatap muka online ataupun melalui chat
diskusi melalui LMS yang telah disediakan;
f. Pastikan saudara dapat menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang
telah ditetapkan.
g. Bila saudara belum memenuhi passing grade, silahkan pelajari kembali
modul tersebut secara maksimal dan saudara dimnta menyelesaikan
tugas remedial yang telah.
2. Bagi Dosen
a. Dosen memperdalam materi-materi yang disajikan pada modul ini
guna memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa.
b. Dosen melakukan perkuliah secara online baik tatap maya dan atau
melalui disksui sesuai dengan kesepakatan;
c. Dosen memberikan penjelasan-penjelasan terkait materi-materi yang
masih sulit di pahami dalam modul;
d. Dosen menyusun soal formatif pada setiap KB dan menginputkannya
pada LMS yang tersedia;
e. Dosen menyusun bahan tayang setiap KB dalam bentuk PDF dan
mengunggahnya ke LMS pada Fitur Analisa Bahan Ajar;
f. Dosen membimbing mahasiswa yang memiliki nilai tugas tagihan
kurang dari passing grade.
g. Dosen dapat memberikan sumber bacaan-bacaan lain yang dipandang
relevan dengan meteri yang disajikan jika diperlukan;
2
h. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk selalu mengikuti pembelajaran
sampai selesai dan menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang
ditetapkan.
C. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu:
1) Menganalisis SKL-KI-KD
2) Merancang Program Tahunan Serta Program Semester;
3) Mengembangkan Materi, Model, Dan Media Pembelajaran;
4) Mengembangkan Instrumen Penilaian Pembelajaran;
D. Peta Konsep
3
KEGIATAN BELAJAR 1
TELAAH STANDAR KELULUSAN-
KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR
DAN MERANCANG PROGRAM
TAHUNAN DAN SEMESTER
A. Capaian Pembelajaran
4
D. Uraian Materi
5
126-134) KI berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata
pelajaran atau program dalam mencapai SKL sebagai wujud dari prinsip
keterkaitan dan kesinambungan.
KD merupakan kemampuan yang harus diperoleh peserta didik
untuk mencapai Kompetensi Inti melalui pembelajaran yang berisi
sejumlah kemampuan yang harus dikuasai baik pada aspek sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan dalam mata pelajaran tertentu. KD
menjadi rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran. KD dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, dan karakteristik suatu mata pelajaran.
Pada rumusan KD, terdapat unsur kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk kata kerja dan materi sebagaimana rumusan KI dan KD yang
juga tertuang dalam: Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013
Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Nah apa itu Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ? IPK atau
sering disebut indikator merupakan ukuran, karakteristik, atau ciri-ciri
ketercapaian baik ketercapaian pada ranah sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan. Oleh karena itu, indikator dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional. Kenapa menggunakan kata kerja
operasional? karena berimplikasi pada terjadinya (beroperasinya) suatu
perilaku pada peserta didik yang dapat dengan mudah diamati, diukur
atau dinilai guru.
6
pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai
nilai-nilai Pancasila. Profil pelajar Pancasila ini diturunkan dari Tujuan
Pendidikan yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
pelajar mendapatkan pendidikan agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Karena itu, profil pelajar Pancasila
merupakan penerjemahan yang lebih operasional dalam ruang lingkup
lembaga pendidikan serta kontekstualisasi tantangan abad 21. Setelah
melalui kajian, disebutkan bahwa profil pelajar Pancasila dapat
dinyatakan “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”.
Dari pernyataan Profil Pelajar Pancasila tersebut, enam
karakter/kompetensi dirumuskan sebagai dimensi kunci. Keenamnya
saling berkaitan dan menguatkan, sehingga upaya mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila yang utuh membutuhkan berkembangnya keenam
dimensi tersebut secara bersamaan, tidak parsial. Keenam dimensi
tersebut adalah: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global, 3) bergotong-royong, 4)
mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif . (lihat Naskah Akademik profil
pelajar Pancasila di https://kurikulum.kemdikbud.go.id/unduhan/
7
SKL digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan
Peserta Didik dari satuan pendidikan, kecuali bagi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini. Standar Kompetensi Lulusan terdiri pada
SKL yang dalam pendidikan anak usia dini disebut dengan standar
tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut :
8
kemampuan kognitif, afektif, rasa seni serta keterampilan motorik
halus dan kasarnya;
6) Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu
memecahkan masalah sederhana, serta mengetahui hubungan
sebab akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi oleh
hukum alam;
7) Mampu menyimak, memiliki kesadaran akan pesan teks, alfabet
dan fonemik, memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk
menulis, memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan
pertanyaan dan gagasannya serta mampu menggunakan
kemampuan bahasanya untuk bekerja sama; dan
8) Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran
dengan satuan tidak baku, menyadari adanya persamaan dan
perbedaan karakteristik antar objek, serta memiliki kesadaran
ruang dan waktu.
Standar Kompetensi Lulusan pada Jenjang Pendidikan Dasar
difokuskan pada: a) persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia; b) penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan
c) penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi Peserta Didik untuk
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa/paket A/bentuk lain yang sederajat
dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi yang
terdiri dari:
9
2) Mengenal dan mengekspresikan identitas diri dan budayanya,
mengenal dan menghargai keragaman budaya di lingkungannya,
melakukan interaksi antarbudaya, dan mengklarifikasi prasangka
dan stereotip, serta berpartisipasi untuk menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3) Menunjukkan sikap peduli dan perilaku berbagi serta berkolaborasi
antar sesama dengan bimbingan di lingkungan sekitar;
4) Menunjukkan sikap bertanggung jawab sederhana, kemampuan
mengelola pikiran dan perasaan, serta tak bergantung pada orang
lain dalam pembelajaran dan pengembangan diri;
5) Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan, membuat
tindakan atau karya kreatif sederhana, dan mencari alternatif
tindakan untuk menghadapi tantangan, termasuk melalui kearifan
lokal;
6) Menunjukkan kemampuan menanya, menjelaskan dan
menyampaikan kembali informasi yang didapat atau masalah yang
dihadapi;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa mencari
dan menemukan teks, menyampaikan tanggapan atas bacaannya, dan
mampu menulis pengalaman dan perasaan sendiri; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri dan lingkungan terdekat.
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah/sekolah menengah pertama luar
biasa/paket B/bentuk lain yang sederajat dirumuskan secara terpadu
dalam bentuk deskripsi kompetensi sebagai berikut:
10
tuntunan agama/kepercayaan, berani menyatakan kebenaran,
menyayangi dirinya, menyadari pentingnya keseimbangan
kesehatan jasmani, mental dan rohani, menghargai sesama manusia,
berinisiatif menjaga alam, serta memahami kewajiban dan hak
sebagai warga negara;
2) Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan
budayanya, menghargai keragaman masyarakat dan budaya
nasional, terbiasa melakukan interaksi antar budaya, menolak
stereotip dan diskriminasi, serta berpartisipasi aktif untuk menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3) Menunjukkan perilaku terbiasa peduli dan berbagi, serta
kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan terdekat
dan lingkungan sekitar;
4) Terbiasa bertanggung jawab, melakukan refleksi, berinisiatif dan
merancang strategi untuk pembelajaran dan pengembangan diri, serta
mampu beradaptasi dan menjaga komitmen untuk meraih tujuan;
5) Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan orisinal,
membuat tindakan atau karya kreatif sesuai kapasitasnya, dan
terbiasa mencari alternatif tindakan dalam menghadapi tantangan;
6) Menunjukkan kemampuan mengidentifikasi informasi yang relevan
atau masalah yang dihadapi, menganalisis, memprioritaskan informasi
yang paling relevan atau alternatif solusi yang paling tepat;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
menginterpretasikan dan mengintegrasikan teks, untuk
menghasilkan inferensi sederhana, menyampaikan tanggapan atas
informasi, dan mampu menulis pengalaman dan pemikiran dengan
konsep sederhana; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
11
masalah yang berkaitan dengan diri, lingkungan terdekat, dan
masyarakat sekitar.
12
3) Menunjukkan sikap aktif mendorong perilaku peduli dan berbagi,
serta kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan
terdekat, lingkungan sekitar, dan masyarakat luas;
4) Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, melakukan refleksi,
berinisiatif dan merancang strategi untuk pembelajaran dan
pengembangan diri, serta terbiasa beradaptasi dan menjaga
komitmen untuk meraih tujuan;
5) Menunjukkan perilaku berbudaya dengan menyampaikan gagasan
orisinal, membuat tindakan dan karya kreatif yang
terdokumentasikan, serta senantiasa mencari alternatif solusi
masalah di lingkungannya;
6) Menunjukkan kemampuan permasalahan dan gagasan dan
kompleks, menyimpulkan hasilnya dan argumen yang mendukung
berdasarkan data yang akurat;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
mengevaluasi dan merefleksikan teks untuk menghasilkan inferensi
kompleks menulis ekspositori maupun naratif dengan berbagai
sudut pandang; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri, lingkungan terdekat,
masyarakat sekitar, dan masyarakat global.
13
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah kejuruan/madrasah
aliyah kejuruan/bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi
yang terdiri atas:
a. Menyayangi dirinya, menghargai sesama dan melestarikan alam
semesta sebagai wujud cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap religius dan spiritualitas sesuai ajaran
agama/kepercayaan yang dianut, memahami sepenuhnya ajaran
agama secara utuh, rutin melaksanakan ibadah dengan
penghayatan, menegakkan (mengedepankan) integritas dan
kejujuran, pembelaan pada kebenaran, pelestarian alam,
menyeimbangkan kesehatan jasmani, mental, dan rohani, serta
pemenuhan kewajiban dan hak sebagai warga negara;
b. Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai dan menempatkan keragaman masyarakat dan budaya
nasional dan global secara setara dan adil, aktif melakukan interaksi
antarbudaya, menolak stereotip dan diskriminasi, serta berinisiatif
untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Menunjukkan sikap aktif mendorong perilaku peduli dan berbagi,
serta kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan
terdekat, lingkungan sekitar, dan masyarakat luas;
d. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, melakukan refleksi,
berinisiatif dan merancang strategi untuk pembelajaran dan
pengembangan diri, serta terbiasa beradaptasi dan menjaga
komitmen untuk meraih tujuan;
e. Menunjukkan perilaku berbudaya dengan menyampaikan gagasan
orisinal, membuat tindakan dan karya kreatif yang
terdokumentasikan, serta senantiasa mencari alternatif solusi
masalah di lingkungannya;
14
f. Menunjukkan kemampuan menganalisis permasalahan dan gagasan
yang kompleks, menyimpulkan hasilnya dan menyampaikan
argumen yang mendukung pemikirannya berdasarkan data yang
akurat;
g. Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
menganalisis teks untuk menghasilkan inferensi, menyampaikan
tanggapan atas informasi, serta menulis ekspositori maupun naratif
yang relevan dengan bidang kejuruannya;
h. Menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah praktis yang relevan dengan bidang
kejuruannya; dan
i. Menunjukkan kemampuan keahlian sesuai dengan kejuruannya
untuk menguatkan kemandirian serta kesiapan memasuki dunia
kerja.
15
Rasid, E. A., & Diasty, N. T., 2020) yang pada Kurikulum 2013 yang telah
disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl (Krathwohl, D. R., &
Anderson, L. W., 2010) dengan pengelompokan menjadi : (1) Sikap
(affective) merupakan perilaku, emosi dan perasaan dalam bersikap dan
merasa, (2) Pengetahuan (cognitive) merupakan kapabilitas intelektual
dalam bentuk pengetahuan atau berpikir, (3) Keterampilan (psychomotor)
merupakan keterampilan manual atau motorik dalam bentuk melakukan.
Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 merupakan urutan pertama
dalam perumusan kompetensi lulusan, selanjutnya diikuti dengan
rumusan ranah pengetahuan dan keterampilan.
1. Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 menggunakan olahan
Krathwohl, dimana pembentukan sikap peserta didik ditata secara
hirarkis sebagaimana gambar di bawah ini.
16
2. Ranah pengetahuan pada Kurikulum 2013 menggunakan taksonomi
Bloom olahan Anderson, di mana perkembangan kemampuan
mental intelektual peserta didik sebagaimana gambar di bawah ini.
17
mengorganisasikan elemen-elemen ke dalam pola baru (struktur
baru).
18
Perkembangan keterampilan menurut Simpson dan Dave, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1
19
Tingkat Tingkatan Tingkat
Kompetensi
NO Taksonomi Uraian Taksonomi Uraian
Minimal/
Simpson Dave
Kelas
perintah dan
berlatih.
20
Tingkat Tingkatan Tingkat
Kompetensi
NO Taksonomi Uraian Taksonomi Uraian
Minimal/
Simpson Dave
Kelas
dapat
digunakan
mengatasi
situasi
problem yang
tidak sesuai
SOP.
21
Konsep Islam, Iman, dan Ihsan yang merupakan capaian tertinggi dalam
pembelajaran dalam Islam. Tiga tingkatan ini adalah sesuatu yang utama
dan penting. Karena dengan begitu, seorang muslim bisa menjadi muslim
yang seutuhnya setelah mencapai ketiga konsep tersebut.
Konsep Islam merupakan amalan lahiriyah yang mencakup syahadat,
shalat, puasa, zakat, dan haji. Saat seseorang melakukan 5 amalan ini, maka
orang tersebut dikatakan sebagai muslim. Pada Konsep Islam terdapat
integrasi kemampuan kognitif dan psikomotorik. Proses pemberian
pengetahuan harus ditindaklanjuti dengan contoh dan pelaksanaan. Dalam
Islam, pemahaman yang dikuatkan dalam pelaksanaan menjadi satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kesatuan ini menunjukkan betapa
dalam Islam hanya paham saja belum menunjukkan keberhasilan
pembelajaran jika tidak sampai mengimplementasikan.
Tingkatan kedua yaitu Iman, konsep iman merupakan tingkatan
afeksi pada taksonomi bloom. Aspek afektif taksonomi bloom dalam
tinjauan ilmu pendidikan Islam adalah pembinaan sikap mental (mental
attitude) yang baik dan matang. Aspek sikap ini dapat memberikan
teladan bukan hanya pada tataran teoritis. Pada proses pemberian
pengetahuan ini harus ditindaklanjuti dengan contoh yang sebelumnya
guru perlu memberikan pengetahuan terlebih dahulu sebagai
landasannya pembelajaran.
Keimanan merupakan sesuatu yang lebih tinggi dari sekedar paham
dan bisa melakukan. Konsep iman menjadi ruh dalam konsep Islam itu
sendiri. Iman menjadi penentu perbuatan seseorang diterima atau tidak oleh
Allah SWT. seseorang disebut sebagai mukmin, maka orang tersebut sudah
pasti seorang muslim. Namun, tidak setiap muslim adalah seorang mukmin,
karena pelaksanaan yang tidak dibarengi dengan keyakinan yang kuat maka
belum bisa dikatakan mukmin sebagaimana QS AL Hujurat ayat 14 yang
artinya Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah
(kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah
22
‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.
Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Tingkatan ketiga yaitu konsep Ihsan. Tingkatan ihsan ini merupakan
tingkatan tertinggi seorang muslim karena melibatkan perkara lahir dan
batin. Seseorang yang mampu menjalani ibadah dengan ihsan hanya akan
berharap pada keridhaan Allah semata. Konsep ini mengajarkan
seseorang untuk tidak lagi berharap pada pujian dunia dan mengajarkan
untuk melakukan apapun dengan sepenuh hati. Prestasi yang didapat
semata-mata hanya untuk kemaslahatan dan berharap hanya pada
keridhaan Allah saja.
SKL adalah profil kompetensi lulusan yang akan dicapai oleh peserta
didik setelah mempelajari semua mata pelajaran pada jenjang tertentu
yang mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selanjutnya
SKL diterjemahkan dalam bentuk Kompetensi Inti merupakan tangga
pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kelas
tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran dirinci
dalam rumusan Kompetensi Dasar. Kompetensi lulusan, kompetensi inti,
dan kompetensi dasar dicapai melalui proses pembelajaran dan penilaian
yang dapat diilustrasikan dengan skema berikut.
23
Gambar: Skema Hubungan SKL, K-I, KD, Penilaian dan Hasil Belajar
24
Kompetensi Inti pada ranah pengetahuan (KI-3) memiliki dua
dimensi dengan batasan-batasan yang telah ditentukan pada setiap
tingkatnya.
a. Dimensi pertama adalah dimensi perkembangan kognitif (cognitive
process dimension) peserta didik, yakni perkembangan kognitif pada
tingkat low order thinking skills (LOTS) dan tingkat high order thinking
skills (HOTS). Untuk tingkat LOTS perkembangan berpikir peserta
didik ada pada tahap mengingat (C1), memahami (C2), dan
menerapkan (C3). Sedangkan tingkat HOTS perkembangan berpikir
mereka berada pada tahap menganalisis (C4), mengevaluasi (C5),
dan mengkreasi (C6).
25
1) Pengetahuan faktual yakni pengetahuan terminologi atau
pengetahuan detail yang spesifik dan elemen. Contoh fakta bisa
berupa kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar,
dibaca, atau diraba. Seperti peristiwa peperangan pada jaman
Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti masuknya Islam ke
Nusantara, kurban, pisau yang digunakan untuk berkurban, air
untuk berwudhu, dan sebagainya.
2) Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih
kompleks berbentuk klasifikasi, kategori, prinsip dan
generalisasi. Contohnya pengertian ulul albab, karakteristik
atau kriteria ulul albab, prinsip kepemimpinan, teori
pendidikan, dan teori belajar.
3) Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana
melakukan sesuatu termasuk pengetahuan keterampilan,
algoritma (urutan langkah-langkah logis pada penyelesaian
masalah yang disusun secara sistematis), teknik, dan metoda
seperti langkah-langkah pelaksanaan wudhu, shalat, dan haji.
Tahapan penyelesaian masalah pembagian waris, tahapan
mediasi bagi yang bertingkai, dan tahapan berpikir ilmiah.
4) Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang kognisi
(mengetahui dan memahami) yang merupakan tindakan atas
dasar suatu pemahaman meliputi kesadaran dan pengendalian
berpikir, serta penetapan keputusan tentang sesuatu. Sebagai
contoh memperbaiki hubungan pertemanan yang rusak,
membuat karya tulisan, berpikir mengapa masih banyak orang
yang melakukan dosa, dan sebagainya.
26
Gambar 3. Dimensi pada Kompetensi Inti Pengetahuan
27
Tabel.5
Hubungan Perkembangan Berpikir dan Bentuk Pengetahuan
Perkembangan
Berpikir Taksonomi Bentuk Pengetahuan
No Bloom Revised (Knowledge Keterangan
Anderson (Cognitive Dimension)
Process Dimension)
28
Gambar 4. Dimensi Kompetensi Keterampilan
29
2) Melihat hubungan antara level kognitif dan dimensi
pengetahuan.
b. Melakukan linierisasi KD dari KI-3 dan KD dari KI-4;
c. Mengidentifikasi keterampilan yang perlu dikembangkan sesuai
rumusan KD dari KI-4; apakah termasuk keterampilan abstrak atau
konkrit.
d. Mengidentifikasi sikap-sikap yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan yang dilakukan mengacu pada rumusan KD dari sikap
spiritual dan sikap social.
30
Dalam konteks ini, materi dan proses pembelajaran menjadi instrumen
penting menuju tercapainya SKL yang dicita-citakan. Materi pembelajaran
yang tidak linier dengan SKL akan menjadi penyebab tidak tercapainya
kompetensi yang diinginkan. Demikian juga dengan proses pembelajaran,
terbentuknya kompetensi lulusan pada peserta didik tergantung juga
pada proses pembentukan kompetensi yang dilakukan pada proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat berjalan optimal jika guru
memahami KD, dan menerapkan kompetensi pedagogiknya agar KD yang
dirumuskan dalam kalimat-kalimat dapat diwujudkan pada diri peserta
didik.
Analisis SKL, KI, dan KD inilah wujud langkah guru meluruskan
dan melinierkan perencanaan pembelajaran untuk pencapaian SKL yang
diinginkan. Analisis SKL, KI, dan KD adalah kegiatan menguraikan
keterkaitan SKL, KI, dan KD atas berbagai bagiannya, menelaah bagian itu
sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh berbagai
informasi pedagogis yang berguna untuk membuat perencanaan
pembelajaran yang benar. Analisis SKL, KI, dan KD menjabarkan
komponen SKL, KI, dan KD baik KD Pengetahuan maupun KD
Keterampilan. Selain aktivitas menjabarkan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, analisis SKL-KI, dan KD menjabarkan hubungan dan
keterkaitan antar-komponen yang dianalisis tersebut.
Jelas kiranya bahwa silabus dan RPP adalah dokumen yang
diturunkan dari KI-KD, dan KI-KD diturunkan dari SKL satuan
pendidikan (SD/MI-SMP/MTs-SMA/MA). agar silabus dan RPP yang
dikembangkan benar-benar akurat mengeksekusi keinginan SKL, maka
perlu ada jaminan linieritas KI-KD terhadap SKL-nya. Analisis SKL, KI,
dan KD inilah penjamin linieritas silabus dan RPP terhadap SKL.
Bagaimana langkah analisis SKL KI KD? Analisis dilakukan melalui
dua tahapan, yakni menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan
31
dengan KI-Keterampilan dan menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4
Keterampilan.
Pertama, menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan dengan KI-
Keterampilan yakni dengan cara mengisi tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4
Format Analisis Kesesuaian dan
Rekomendasi KI-Pengetahuan dan KI-Keterampilan
Kompetensi Inti (Ki) 3 Kompetensi Inti (4) 4 Analisis Dan
(Pengetahuan) (Keterampilan) Rekomendasi KI
1 2 3
Pada tabel 4, kolom 1 dan kolom 2 diisi KI-3 dan KI-4 sesuai dengan
Permendikbud RI nomor 24 tahun 2016. Kemudian kolom ketiga
menjelaskan peruntukan KI-3 dan KI-4 tersebut dan menjelaskan
kesesuaian antara keduanya, bila ada ketidaksesuaian bisa dibuatkan
rekomendasi perubahannya, lihat contoh pada tabel 5 sebagai berikut:
32
Tabel 5
(CONTOH) Analisis Kesesuaian dan
Rekomendasi KI-Pengetahuan dan KI-Keterampilan
ANALISIS SKL KI KD
1 2 3
33
Kedua, menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4 Keterampilan.
Caranya mengikuti alur isian tabel 6 berikut ini:
Tabel 6
Format Analisis dan Rekomendasi KD-Pengetahuan dan KD-Keterampilan
ANALISIS SKL KI KD
Kompet Kompe
ensi tensi Analisi Rekome Analisi Rekomend Rekomendasi KD-KD
Dasar Dasar ndasi
s KD-3 s KD-4 asi KD-4 pada Mapel
Pengeta Ketera KD-3
huan mpilan
1 2 3 4 5 6 7
34
3. Pada kolom 3, menentukan tingkat dimensi/proses kognitif dan
bentuk pengetahuan dari kompetensi dasar pengetahuan (analisis
KD-3). Lihat “Gambar 3: Dimensi pada Kompetensi Inti
Pengetahuan” pada pembahasan “Kegiatan Belajar 1”.
4. Pada kolom 4, menentukan rekomendasi kesesuaian tingkat
dimensi/proses kognitif dengan bentuk pengetahuan dari
kompetensi dasar. Bila tidak ada rekomendasi, tidak apa-apa, tulis
saja “tidak ada rekomendasi perubahan” pada kolom tersebut.
5. Pada kolom 5, menentukan tingkat taksonomi dan bentuk
taksonomi dari kompetensi dasar keterampilan (analisis KD-4). Lihat
ranah keterampilan Dyers, Simpson, dan Dave pada pembahasan
“Kegiatan Belajar 1”.
6. Pada kolom 6, menentukan ‘kesetaraan’ taksonomi KD Pengetahuan
dan taksonomi KD Keterampilan dan rekomendasinya.
7. Pada kolom 7, tuliskan rekomendasi di antara KD-3 dari KD-KD
pengetahuan mata pelajaran yang harus mencapai tingkat taksonomi
(KKO) tertinggi sesuai KI-3, dan tuliskan rekomendasi diantara KD-4
dari KD-KD keterampilan mata pelajaran yang harus mencapai
tingkat taksonomi (KKO) tertinggi sesuai KI-4. Kolom 7 ini diisi
setelah semua KD pengetahuan dan semua KD keterampilan untuk
suatu mata pelajaran telah dianalisis dalam kolom 1 sampai dengan
6. Lebih jelasnya dapat dilihta pada video ini
https://www.youtube.com/watch?v=g8DCepnzOJI&t=805s
35
Tabel 7
(CONTOH) Analisis dan Rekomendasi KD-Pengetahuan dan KD-Keterampilan
ANALISIS SKL KI KD
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Analisis KD-3 Rekomendasi Analisis KD-4 Rekomendasi Rekomendasi KD-KD pada
Pengetahuan Keterampilan KD-3 KD-4 Mapel
1 2 3 4 5 6 7
3.1 menganalisis QS. al- 4.1.1 membaca Q.S. al- Tingkat dimensi Dimensi kognitif Membaca KD-3.1 KD-3 dari KD-KD
Hujurat [49]: 10-12 Hujurat/49: 10 dan 12, kognitif adalah (C.4, sesuai dengan ‘menganalisis’ pengetahuan mata pelajaran
serta Hadits tentang sesuai dengan kaidah “menganalisis” menganalisis) tajwid dan (C.4) MEMILIKI Pendidikan Agama Islam
kontrol diri tajwid dan makharijul (C.4) dan dipasangkan makharijul KESETARAAN sudah memenuhi dimensi
(mujahadah an-nafs), huruf pengetahuan dengan bentuk huruf adalah dengan KD-4.1.1, kognitif tuntutan KI-3, yaitu
prasangka baik tentang “QS. al- pengetahuan bentuk KD-4.1.2, dan memahami, menerapkan,
(husnuzzan), dan Hujurat [49]: 10- metakognitif taksonomi KD-4.1.3 karena menganalisis, dan
33
persaudaraan 4.1.2 mendemonstrasikan 12 dan Hadits (kontrol diri, ‘keterampilan ketiganya ada mengevaluasi. Sedangkan
konkret’ dan pada tingkat
(ukhuwah) hafalan Q.S. al- tentang kontrol dst) MEMILIKI bentuk pengetahuan juga
diri...” adalah tingkatnya ‘presisi/mahir’
Hujurat/49: 10 dan 12 KESESUAIAN, sudah terpenuhi yaitu,
dengan fasih dan lancar bentuk jadi tidak ada adalah ‘presisi’ (setingkat K.4), konseptual, prosedural, dan
pengetahuan rekomendasi (Dave) atau jadi tidak ada metakognitif.
4.1.3 menyajikan hubungan
metakognitif perubahan. tingkat ‘mahir’ rekomendasi
antara kualitas keimanan
(Simpson) perubahan.
dengan kontrol diri
(mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
sesuai dengan pesan Q.S.
al-Hujurat/49: 10 dan 12,
serta Hadis terkait
34
Contoh di atas pada kolom 1 dan kolom 2 diambil dari
Permendikbud No. 24 Th 2016 lampiran ke-40 KI-3 dan KI-4 Kelas X.
Sedangkan kolom berikutnya diisi sesuai petunjuk.
35
1) UKRK dijadikan kriteria dalam memilih dan memilah ketepatan
indikator kunci atau indikator penunjang. ( Fikri, A., & Hasudungan,
A. N., 021)
2) Kategorikan Indikator:
a) Indikator Kunci
● Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
● Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi
minimal yang terdapat pada KD.
● Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian
standar minimal dari KD.
● Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan
RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
b) Indikator Pendukung atau indikator prasyarat
● Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
● Kompetensi yang sebelumnya telah dikuasai peserta
didik dikaitkan dengan indikator kunci yang
dipelajari.
c) Indikator Pengayaan
● Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari
tuntutan kompetensi dari standar minimal.
● Tidak harus selalu ada.
● Dirumuskan apabila peserta didik berpotensi
memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan perlu
peningkatan dari standar minimal. Lihat lebih detail
pada
● https://www.panduanmengajar.com/2021/12/bag
aimana-merumuskan-indikator.html
36
3. Program Tahunan dan Semester
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya
suatu kegiatan. Program merupakan kata, ekspresi, atau pernyataan yang
memuat asas serta usaha yang dirancang dalam susunan dan rangkaian
yang menjadi satu kesatuan prosedur, kumpulan instruksi tertulis atau
suatu bagian yang executable berupa urutan langkah, untuk menyelesaikan
suatu masalah. Dalam arti lain, ia merupakan rancangan mengenai asas
serta usaha dalam suatu bidang yang akan dijalankan secara harmonis
dan terpadu dalam mencapai suatu sasaran. Dengan demikian, suatu
program pembelajaran adalah mencakup seluruh kegiatan pembelajaran
yang berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran
yang saling bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus
dilaksanakan secara integratif, sistemik, dan sistematis.
Program sering dikaitkan dengan perencanaan, persiapan, dan
desain atau rancangan. Dalam Qur’an Surah al –Hasyr ayat 18: Konsep
perencanaan memperhatikan kejadian masa lalu untuk menjadi bahan
untuk merencanakan sesuatu di masa mendatang, seperti yang tersirat di
dalam QS. al-Hasyr ayat 18: ” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Wahbah AzZuhaili dalam kitab tafsirnya al-Munir menyatakan bahwa
ayat maa qaddamat lighad dapat berarti mengintropeksi apa yang telah
dilakukan di masa lalu untuk menjadi bekal hari esok, yang merupakan
perintah Allah SWT. untuk menghisab diri sendiri sebelum dihisab oleh
Allah sendiri (Zuhaili, 1962).
Kalimat maa qaddamat lighad, merupakan salah satu dari landasan
teori perencanaan dalam Islam. Dimana memperkenalkan teori
perencanaan yang tidak hanya berorientasi dunia tetapi juga akhirat. Ibnu
Katsir menyebutkan, introspeksilah diri sendiri sebelum Allah SWT
37
mengintrospeksi diri di hari kiamat nanti. Imam al-Ghozali juga
berpendapat bahwa QS. al-Hasyr: 18 merupakan perintah untuk selalu
memperbaiki diri dalam peningkatan iman dan takwa kepada Allah SWT.
yang mana kehidupan sebelumnya (kemarin) tidak boleh sama dengan
hari esok, dan memperhatikan setiap perbuatan serta mempersiapkan diri
dengan baik. (Abdullah, 2004).
Desain dalam perspektif pembelajaran adalah rencana pembelajaran.
Rencana pembelajaran disebut juga dengan program pembelajaran. Untuk
mewujudkan program pembelajaran secara integratif, sistemik, dan
sistematis sekolah membuat dua tahapan, yakni program tahunan (prota)
dan program semester (prosem).
Prota (program tahunan) dan promes (program semester) merupakan
administrasi pembelajaran yang menjadi dasar bagi susunan administrasi
pembelajaran lainnya. Prota adalah susunan alokasi waktu pembelajaran
selama satu tahun untuk mencapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) yang diharapkan. Alokasi waktu sangat diperlukan agar seluruh
SK dan KD bisa diterapkan dan diterima oleh para peserta didik. penyusunan
prota dilakukan setelah jumlah jam mengajar untuk mapel tertentu sudah
diketahui. Prota biasanya dilakukan di awal tahun ajaran baru. Keberhasilan
merencanakan prota akan berpengaruh pada administrasi pembelajaran yang
lain, misalnya program semester silabus, RPP, dan lainnya. Sedangkan
promes merupakan bentuk penjabaran dari prota yang memuat gambaran
pembelajaran dan pencapaian yang ingin diraih selama satu semester.
Dengan adanya promes, akan lebih mudah dalam menuntaskan mata
pelajaran yang diampu.
Kenapa Prota dan Promes harus dibuat? Beberapa fungsi Prota
adalah: 1) mengorganisir pembelajaran agar bisa berjalan secara optimal;
2) menjadi pedoman untuk menyusun promes; 3) menjadi pedoman
dalam menyusun kalender pendidikan; 4) Digunakan sebagai acuan untuk
mengoptimalkan penggunaan waktu efektif pembelajaran yang tersedia.
38
Sedangkan Fungsi promes adalah: 1) mempermudah tugas guru saat
mengadakan pembelajaran selama satu semester; 2) Mampu mengarahkan
kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diprogram; 3)
Menjadi pola dasar untuk mengatur tugas dan wewenang setiap pihak yang
ikut serta dalam pembelajaran; 4) Menjadi pedoman guru dan dalam bekerja
dan belajar; 5) Menjadi tolok ukur efektivitas pada proses pembelajaran; 6)
Menjadi bahan untuk menyusun data, sehingga terbentuk keseimbangan
kerja; 7) Mampu menghemat waktu, tenaga, biaya, dan alat penunjang karena
pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Fungsi program tahunan dan semester pembelajaran tersebut bagi
guru adalah:
a. Sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Semakin matang rencana yang dipersiapkan maka akan semakin
bagus pula usaha itu dilaksanakan.
b. Menjadikan guru lebih siap dan percaya diri dalam menjalankan
tugas mengajar.
c. Dengan adanya desain bagi seorang guru, akan dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar dan akhirnya akan menjadikan
pembelajaran akan berkualitas dan bermakna bagi peserta didik.
d. Karena adanya perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi
baik dan efektif.
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru
sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya, seperti program semester, program mingguan,
dan program harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan.
Penyusunan program tahunan pada dasarnya adalah menetapkan jumlah
waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi dasar. Penentuan alokasi waktu
didasarkan kepada jumlah jam pelajaran sesuai
39
dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
program tahunan adalah:
1. Menelaah kalender pendidikan, dan ciri khas sekolah/madrasah
berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan.
2. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu
efektif, belajar, waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari-hari
libur meliputi:
a. Jeda tengah semester
b. Jeda antar semester
c. Libur akhir tahun pelajaran
d. Hari libur keagaman
e. Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional
f. Hari libur khusus
3. Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam
satu tahun dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia
4. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata
pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu
efektif, sesuai ruang lingkup cakupan materi, tingkat kesulitan dan
pentingnya materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk
ulangan serta review materi.
Tabel 8
Format Program Tahunan
Satuan Pendidikan : …………………………………
Mata Pelajaran : …………………………………
Jumlah Minggu Efektif : …………………………………
40
Jumlah Jam / Minggu : …………………………………
Kelas / Semester : …………………………………
Tahun Pelajaran : …………………………………
Kompetensi Inti : …………………………………
1 3 4 5 6
41
Langkah-langkah perancangan program semester adalah:
1. Menghitung jumlah Hari Belajar Efektif (HBE) dan Jam Belajar
Efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun.
2. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu
KD serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review
materi.
Target yang harus dicapai pada pemahaman KD adalah:
a. Materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
bersesuaian
b. Tingkat kedalaman materi yang dibahas pada kompetensi
inti dan kompetensi dasar yang bersesuaian
c. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk membuat
peserta didik kompeten terhadap kompetensi dasar yang
bersangkutan
3. Guru selanjutnya menentukan alokasi waktu dari setiap KD,
yakni:
a. Alokasi waktu dirinci untuk setiap Kompetensi Dasar.
d. Alokasi waktu pembelajaran untuk setiap KD tergantung
pada kompleksitas KD, keluasan KD, strategi/metode
pembelajaran, alat, bahan, dan sumber belajar yang
tersedia. Lebih detailnya dapat dilihat pada video
https://www.youtube.com/watch?v=f3nIzS2YJxs
42
Berikut ini format penyusunan program semester;
Tabel 9
Format Program Semester
Tahun Pelajaran ............../...............
Tabel 10
(CONTOH) Program Tahunan
43
4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
dst. ....
Jumlah
II
Jumlah
44
Mengetahui.................................................................................2021
Kepala Sekolah.......................................Guru Pendidikan Agama Islam
________________________ _________________________
45
Tabel 11
(CONTOH) Program Semester
Tahun Pelajaran 2021 / 2022
46
dirinya dan alam 3.4.2 Menyebutkan
sekitar 10 nama Malaikat
dst....
4.4 melakukan
Uji Kompetensi 2
JP
Remedial 2
JP
Pengayaan 2
JP
__________________________________ _______________________________
47
E. TINDAK LANJUT BELAJAR
Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat
melakukan beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di
antaranya sebagai berikut:
F. PENUTUP
Glosarium Kegiatan Belajar 1
hard skills sebuah kemampuan yang dapat setiap orang asah melalui
berlatih dan juga menempuh jenjang pendidikan. Hard skills
dapat diasah melalui pendidikan perkuliahan, mengikuti
kursus, serta pelatihan untuk menguasai suatu keahlian
48
prototipe (purwarupa) adalah sebuah skema rancangan sistem yang
membentuk model dan standar ukuran atau skalabilitas yang
akan dikerjakan nantinya
soft skills salah satu keterampilan lebih merujuk pada kemampuan yang
tidak bisa dilihat secara langsung oleh kasat mata, tetapi bisa
dirasakan. Misalnya kemampuan berkomunikasi, berpikir
kritis, leadership, etos kerja, kerja sama dan sebagainya
49
Daftar Pustaka
Fikri, A., & Hasudungan, A. N. (2021). Analisis Kompetensi Dasar Esensial pada
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di Masa Pandemi Covid-19. Indonesian
Journal of Social Science Education (IJSSE), 3(1), 20-30.
Krathwohl, D. R., & Anderson, L. W. (2010). Merlin C. Wittrock and the revision
of Bloom's taxonomy. Educational psychologist, 45(1), 64-65.
Magdalena, I., Islami, N. F., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). Tiga ranah
taksonomi bloom dalam pendidikan. EDISI, 2(1), 132-139.
Nadrah, N. (2019). Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa. At-Ta'lim:
Media Informasi Pendidikan Islam, 12(1), 126-134.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Permendibud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
permendikbudristek No 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang
Pendidikan Menengah
Sudrajat, Y. (2020). Implementasi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Untuk
Meningkatkan Kompetensi Spiritual Dan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Pancasila. Academy Of Education Journal, 11(2), 142-167.
Zain, A. A. (2021). Strategi Pengembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini.
Penerbit Insania.
50
KEGIATAN BELAJAR 2
A. Capaian Pembelajaran
51
D. Uraian Materi
1. Pengembangan Materi Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik
Materi pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Untuk merancang pembelajaran kita perlu
memikirkan materi/bahan pelajaran apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan mencapai kompetensi yang diinginkan, karena itulah kita perlu
mengembangkan bahan pembelajaran.
Dalam mengembangkan materi ajar dapat mengacu pada dua hal, yaitu
konteks tempat penyelenggaraan pendidikan dan bentuk kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Pertimbangan konteks dilakukan untuk menentukan
bentuk kemasan materi pelajaran seperti dijilid atau tidaknya, dan lain-lain.
Sedangkan dari segi bentuk kegiatan pembelajaran, guru perlu
mempertimbangkan apakah pembelajarannya konvensional, pendidikan jarak
jauh, ataupun kombinasi keduanya.
Ada lima faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan
materi ajar yaitu karakteristik peserta didik, bentuk kegiatan pembelajaran,
konteks tempat penyelenggaraan pendidikan, strategi pembelajaran, dan alat
penilaian hasil belajar.
a. Pengertian Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran (Learning Materials) adalah segala sesuatu
yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuai
dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap
mata pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai bahan yang diperlukan untuk pembentukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam
rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.
52
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor). Materi Pengetahuan (kognitif)
berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan didiskusikan
oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengungkapkan kembali.
Dalam mengembangkan materi perlu diperhatikan cakupan pengetahuan
yang terdiri dari 4 jenis pengetahuan, yaitu:
1) Pengetahuan Fakta, yaitu sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang
wujudnya dapat ditangkap oleh panca indra. Jadi semua hal yang berwujud
kenyataan dan kebenaran, misalnya nama-nama objek, peristiwa, lambang,
nama tempat, nama orang, dan lain sebagainya. Fakta merupakan
pengetahuan yang berhubungan dengan data-data spesifik (tunggal) baik
yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji atau diobservasi.
2) Pengetahuan Konsep, yaitu adalah abstraksi kesamaan atau
keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki
bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki
suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda
antara satu konsep dengan konsep lainnya. Jadi semua yang berwujud
pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran,
seperti definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya
Materi konsep contohnya pengertian zakat, syarat dan rukun shalat, dan
sebagainya
3) Pengetahuan Prosedur, yaitu materi pelajaran yang berhubungan dengan
kemampuan peserta didik untuk menjelaskan langkah-langkah secara
sistematis atau berurutan dalam melakukan sebuah aktivitas dan
kronologi suatu sistem. Contoh: langkah-langkah dalam pengurusan
jenazah. Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara
empiris dinamakan generalisasi (Merril dalam Wina Sanjaya : 2011).
53
4) Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara
umum sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran
pribadi seseorang. Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang
diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, peserta
didik mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan
modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk
belajar efektif. Penekanan kepada peserta didik untuk lebih sadar dan
bertanggung jawab terhadap pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.
Perkembangan peserta didik akan menjadi lebih sadar dengan pemikiran mereka
sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara
umum, dan ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan
cenderung belajar lebih baik. Dengan demikian, apabila kesadaran tersebut
terwujud, maka peserta didik dapat mengawali proses berpikirnya dengan
merancang, memantau, dan menilai apa yang dipelajari. Berikut cakupan dimensi
pengetahuan sebagaimana gambar di bawah ini.
54
yakni berhubungan dengan sikap atau nilai. Materi afektif termasuk pemberian
respon, penerimaan nilai, internalisasi, dan lain sebagainya Contohnya nilai-nilai
kejujuran, kasih sayang, minat, kebangsaan, rasa sosial, dan sebagainya.
Aspek psikomotor juga tak luput menjadi perhatian dalam
pengembangan materi yakni yang mengarah pada gerak atau keterampilan
(skill). Keterampilan adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang
memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi. Kompetensi yang ingin
dicapai dari gerak atau keterampilan, misalnya gerakan shalat, bela diri, renang,
dan sebagainya yang diakomodir pada jenis pengetahuan prosedural.
Keterampilan dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1) Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir melalui usaha
menggali, menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik
berupa data, fakta, konsep, ataupun prinsip, dan teori.
2) Keterampilan fisik yaitu keterampilan motorik seperti keterampilan
mengoperasikan komputer, keterampilan mengemudi, keterampilan
memperbaiki suatu alat, dan lain sebagainya.
Selain itu Hilda Taba (dalam Wina Sanjaya, 2011) juga mengemukakan
bahwa ada 4 jenis tingkatan materi pelajaran, yakni fakta khusus, ide-ide pokok,
konsep, dan sistem berpikir. Fakta khusus adalah bentuk materi kurikulum yang
sangat sederhana. Ide-ide pokok bisa berupa prinsip atau generalisasi. Konsep
menurut Hilda Taba, lebih tinggi tingkatannya dari ide pokok, hal ini
dikarenakan memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak
sehingga mendorong peserta didik untuk berpikir lebih mendalam. Sistem
berpikir berhubungan dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara
empiris, sistematis dan terkontrol yang kemudian dinamakan berpikir ilmiah.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan materi
ajar, yaitu: 1) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
55
2) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta
didik; 3) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 4) Struktur keilmuan; 5) Berbagai
sumber belajar (referensi yang relevan dan termutakhir digital maupun non
digital); dan 6) Alokasi waktu.
Materi pelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin
disampaikan pada peserta didik untuk dapat dikuasai. Pesan adalah informasi
yang akan disampaikan baik itu berupa ide, data/fakta, konsep dan lain
sebagainya, yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda.
Pesan bisa disampaikan secara verbal maupun nonverbal.
Penerimaan pesan bisa dipengaruhi oleh keadaan individu yang menerima
pesan itu sendiri. Wina Sanjaya (2011) mengemukakan agar pesan yang ingin
disampaikan bermakna agar memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut:
1) Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau
mutakhir,
2) Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan
pengalaman peserta didik,
3) Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian
rupa sehingga menggugah emosi.
4) Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga
menampilkan kesan lucu. Pesan yang dikemas dengan lucu cenderung
akan lebih menarik perhatian.
Agar materi yang akan disampaikan menarik, maka perlu mengemas materi
pelajaran melalui pengembangan bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas (National center for vocational Education Research Ltd/ National
center for Competence based Learning (Abdul Majid, 2006). Bahan ajar
56
memungkinkan peserta didik untuk mempelajari suatu kompetensi dasar secara
runtut dan sistematis.
Ada Beberapa pertimbangan teknis yang perlu diperhatikan dalam
mengemas materi pelajaran menjadi bahan belajar (Wina Sanjaya, 2011) di
antaranya adalah :
1) Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
2) Kesederhanaan
3) Unsur-unsur desain pesan
4) Pengorganisasian bahan dan
5) Petunjuk cara penggunaan
57
d) Lembar Kerja Peserta didik, yaitu lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan ini biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
e) Brosur, yaitu bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem/cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tapi
lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa
Indonesia dalam Abdul Majid (2006)). Brosur dimanfaatkan sebagai bahan
ajar selama sajian brosur disusun berdasarkan kompetensi dasar yang
harus dikuasai peserta didik.
f) Leaflet, yaitu bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/jahit. Leaflet sebagai bahan ajar harus memuat materi yang
dapat membawa peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
g) Wallchart, yaitu bahan cetak, yang berupa bagan/siklus/ grafik yang
bermakna menunjukan posisi tertentu,wallchart sebagai bahan ajar
haruslah memiliki kejelasan kompetensi dasar, dan materi yang harus
dikuasai peserta didik.
h) Foto/ Gambar, yaitu bahan ajar yang dirancang dengan baik, agar setelah
melihat gambar tersebut peserta didik dapat melakukan sesuatu/
menguasai kompetensi dasar yang diharapkan.
i) Model/maket Penggunaan model sebagai bahan ajar, memberikan makna
yang hampir sama dengan aslinya, sehingga mempermudah peserta didik
untuk mempelajarinya. Penggunaan model/maket sebagai bahan ajar
haruslah menggunakan kompetensi dasar dalam kurikulum sebagai acuan.
58
a) Kaset/piringan hitam/compact disk Penggunaan kaset yang sudah
dirancang sedemikian rupa dapat digunakan sebagai bahan ajar.
Penggunaan kaset sebagai bahan ajar dapat menyimpan suara secara
berulang-ulang diperdengarkan pada peserta didik. Penggunaan kaset
sebagai bahan ajar membutuhkan bantuan alat lain, seperti tape recorder,
dan lembar skenario guru.
b) Radio Radio dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar, yang
memungkinkan peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio sebagai bahan
ajar dapat dilakukan melalui program pembelajaran, misalnya
mendengarkan berita, dll.
59
lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh
penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku
alami dari suatu presentasi. Penggunaan bahan ajar interaktif sebagai bahan ajar,
harus dipersiapkan sebaik mungkin, dan dirancang secara lengkap mulai dari
petunjuk penggunaan hingga penilaian. Bahan ajar interaktif ini, biasanya dapat
disajikan dalam bentuk Compact Disc (CD), atau dikenal juga dengan istilah CD
Interaktif.
60
Menurut Trianto, LKPD bisa berupa panduan untuk latihan
pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua
aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKPD
memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik
untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan
dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto,
2010, hal. 222-223).
61
peserta didik yang akan dicapai melalui tugas-tugas pada LKPD; 7) Sebagai
pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran;
Apa saja bentuk LKPD? Dilihat dari segi tujuan disusunnya LKPD, maka
LKPD dapat dibagi menjadi lima macam bentuk yaitu: 1) LKPD yang membantu
peserta didik menemukan suatu konsep; 2) LKPD yang membantu peserta didik
menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan; 3)
LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar; 4) LKPD yang berfungsi sebagai
penguatan; 5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. (Prastowo,
2011, hal. 24)
Komponen yang harus dipersiapkan pendidik dalam membuat LKPD yaitu
berupa: 1) Lembar Kerja (Nama Peserta didik, Kelas, Tema, Tujuan Pembelajaran dan
Langkah-Langkah Kegiatan); 2) Lembar Jawaban; dan 3) Penilaian. Dari ketiga
komponen diatas, hanya LKPD yang diserahkan pada peserta didik, sementara
lembar jawaban dan penilaian disimpan oleh guru. Lembar jawaban menjadi
patokan guru untuk menilai walaupun di kemudian akan menjadi relative atau
berkembang. Sementara penilaian merupakan lembaran yang diisi guru.
Dalam menyusun LKPD paling tidak memuat: judul, kompetensi dasar
yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus
dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Beberapa langkah-langkah
persiapan LKPD dijelaskan dalam Depdiknas (2008b: 23-24) dalam Nurhaidah
(2014: 29) sebagai berikut:
1) Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi
pokok, pengalaman belajar peserta didik, dan kompetensi belajar peserta
didik.
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD.
62
3) Menentukan judul-judul LKPD sesuai materi pokok dan pengalaman
belajar.
4) Penulisan LKPD dengan langkah a) perumusan KD yang harus dikuasai,
b) menentukan alat penilaian, c) penyusunan materi dari berbagai sumber,
d) memperhatikan struktur LKPD, sebagaimana diagram di bawah ini.
Gambar. Diagram struktur Lembar Kerja Peserta Didik (sumber: Pustaka Siti Khadijah)
63
Mengembangkan minat dan mengajak peserta didik untuk berpikir. Lebih
detailnya bagaimana cara membuat LKPD menarik dapat dilihat pada video
berikut.
1. Cara membuat LKPD di google form, sila lihat video
https://www.youtube.com/watch?v=RJnDLQCePnM
2. Cara membuat LKPD interaktif
https://www.youtube.com/watch?v=buxLSHTWMOI
64
belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Berdasarkan uraian para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga
makna pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau
pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut
Pengalaman (cone of experience), yang melukiskan bahwa semakin konkrit peserta
didik mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang
didapatkan. Tetapi sebaliknya, jika semakin abstrak peserta didik mempelajari
bahan pelajaran maka semakin sedikit pula pengalaman yang akan didapatkan
oleh peserta didik.
65
(informasi) pada proses pembelajaran yang disampaikan guru kepada peserta
didik akan tersampaikan dengan baik. Akan tetapi sebaliknya jika penggunaan
media pembelajaran semakin abstrak maka pesan (informasi) akan sulit untuk
diterima peserta didik dengan kata lain peserta didik menghadapi kesulitan
dalam memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Oleh karena
itu, penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memberikan berpengaruh
terhadap pemerolehan dan pemahaman, keterampilan, dan sikap peserta didik.
Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa fungsi dari penggunaan media
pembelajaran yaitu:
1) Fungsi komunikatif Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan
komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sehingga tidak
ada kesulitan dalam menyampaikan bahasa verbal dan salah persepsi
dalam menyampaikan pesan.
2) Fungsi motivasi Media pembelajaran dapat memotivasi peserta didik
dalam belajar. Dengan pengembangan media pembelajaran tidak hanya
mengandung unsur artistic saja akan tetapi memudahkan peserta didik
mempelajari materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan gairah peserta
didik untuk belajar.
3) Fungsi kebermaknaan Penggunaan media pembelajaran dapat lebih
bermakna yakni pembelajaran bukan hanya meningkatkan penambahan
informasi tetapi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
menganalisis dan mencipta.
4) Fungsi penyamaan persepsi Dapat menyamakan persepsi setiap peserta
didik sehingga memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang
disampaikan.
5) Fungsi individualitas Dengan latar belakang peserta didik yang berbeda,
baik itu pengalaman, gaya belajar, kemampuan peserta didik maka media
66
pembelajaran dapat melayani setiap kebutuhan setiap individu yang
memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, media pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu:
1) Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya didengar saja.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dilihat saja.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
b) seperti radio dan televisi.
c) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh
d) ruang dan waktu seperti film slide, film, video.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan
sebagainya
b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Yusufhadi Miarso, pengklasifikasian media
berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal dengan taksonomi media, yaitu:
1) Media penyaji, yang terdiri dari:
a) Kelompok satu: Grafis, Bahan Cetak, dan Gambar Diam
b) Kelompok Dua: Media Proyeksi Diam
c) Kelompok Tiga: Media Audio
d) Kelompok Empat: Audio ditambah Media Visual Diam
e) Kelompok Lima: Gambar Hidup (film)
67
f) Kelompok Eman: Televisi
g) Kelompok Tujuh: Multimedia
1) Media Objek, yaitu benda tiga dimensi yang mengandung informasi, tidak
dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri fisiknya seperti ukuran, berat,
bentuk, susunan, warna, fungsi.
2) Media Interaktif. Dengan media ini peserta didik tidak hanya memperhatikan
penyajian atau objek tetapi berinteraksi selama mengikuti pelajaran. Menurut
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, ada beberapa jenis media pembelajaran yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: a) Media grafis, disebut
juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan
lebar seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik;
b) Media tiga dimensi. Dalam bentuk model seperti model padat, model
penampang, model susun, model kerja, diorama; c) Media proyeksi, Seperti
slide, film strips, film; d) Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.
68
9) Kualitas media
Untuk melihat bagaimana stimulus yang dihasilkan jenis media? Dapat
dilihat dari table berikut.
69
2) Komplemen (tambahan) Dikatakan berfungsi sebagai komplemen
(pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk
melengkapi materi pembelajaran yang diterima tersebut.
3) Substitusi (pengganti) Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju
memberikan beberapa alternatif model kegiatan
pembelajaran/perkuliahan kepada para maha peserta didiknya.
Sedangkan manfaat E-learning bagi pendidikan dapat dilihat pada link
berikut https://www.youtube.com/watch?v=U9zANWZNLJ4&t=167s
Penyebaran virus Covid-19 yang berdampak besar terhadap dunia
pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia
yaitu dengan belajar dari rumah, yang mengakibatkan pemerintah dan lembaga
yang terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik
yang tidak bisa melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan.
Untuk detailnya terkait media video e-learning dapat dilihat pada link berikut
https://www.youtube.com/watch?v=6c3vFaYXzS0&t=113s
70
3) Teknologi dapat membantu belajar bergerak di luar ruang kelas dan
memanfaatkan peluang belajar yang tersedia di museum, perpustakaan,
dan lingkungan luar sekolah lainnya.
4) Teknologi dapat membantu pelajar mengejar cita-cita dan minat pribadi.
5) Kesetaraan akses teknologi dapat membantu menutup kesenjangan digital
dan membuat peluang pembelajaran transformatif tersedia untuk semua
peserta didik di mana pun.
Apa saja jenis-jenis sumber atau media pembelajaran berteknologi digital?
media pembelajaran berteknologi digital yang dapat dimanfaatkan oleh guru, di
antaranya:
1) Multimedia Interaktif. Secara terminologi, multimedia didefinisikan
sebagai sebuah kombinasi berbagai media seperti teks, gambar, suara,
animasi, video dan lain-lain secara terpadu dan sinergis dengan
menggunakan alat seperti computer maupun peralatan elektronik lainnya
guna mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian tersebut mengandung
makna bahwa tiap komponen multimedia harus diolah dan dimanipulasi
serta dipadukan secara digital menggunakan perangkat komputer atau
sejenisnya (Surjono, 2017).
2) Digital Video dan Animasi. Perkembangan teknologi mendorong banyak
perubahan pada diri peserta didik. Kebiasaan menggunakan buku teks dan
buku tulis perlahan semakin berkurang. Kecanggihan teknologi melahirkan
beragamnya metode pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi peserta
didik. Pembelajaran berbasis video atau Video Based Learning merupakan salah
satu contoh metode belajar yang efektif dan telah menjadi tren dalam e-
learning selama satu decade ini. Salah satu contoh, sebuah animasi dapat
menjelaskan sebuah konsep, betapapun sulitnya konsep itu
71
akan membuat peserta didik duduk diam untuk menonton. Termasuk
video-video tutorial yang tersebar melalui media YouTube.
Ada beberapa tipe atau jenis video pembelajaran yang dapat
kembangkan, yaitu:
a) Microvideo: Video instruksional pendek yang focus pada pengajaran
satu topik sempit. Dapat digunakan untuk menjelaskan konsep
sederhana, atau konsep rumit namun disajikan dalam beberapa
rangkaian video.
b) Tutorial: Video dengan metode instruksional untuk mengajarkan
proses atau berjalan melalui langkah- langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas. Biasanya antara 2-10 menit video ini
memanfaatkan berbagai metode pengajaran. Kadang-kadang disebut
sebagai video how to.
c) Training Video: Video pelatihan dirancang untuk meningkatkan
keterampilan tertentu. Umumnya membahas topik interpersonal atau
topik terkait pekerjaan, seperti pelatihan perangkat keras dan
perangkat lunak. Video pelatihan sering menggunakan cuplikan orang
sungguhan untuk meningkatkan interaktivitas.
d) Screencast: Sebuah video yang terutama terdiri dari rekaman layar
yang dirancang untuk mengajarkan seseorang untuk melakukan tugas
atau berbagi pengetahuan.
e) Presentation & Lecture: Sebuah rekaman ceramah atau presentasi untuk
dipelajari audiens. Isinya merupakan gabungan audio presentasi, atau
slide PowerPoint, webcam dan materi.
f) Animasi: Video animasi bisa terdiri dari full animasi digital yang
dikemas menjadi video, atau video riil ditambah dengan animasi.
Penggunaan animasi sebagai video bisa menggambarkan objek yang
72
tidak bisa dilihat oleh mata atau peristiwa kompleks serta perlu
penjelasan detil bisa disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami.
(sumber: techsmith.com). Sementara tips umum membuat
pembelajaran berbasis video, yaitu kenali siapa peserta didik kita dan
karakteristik perkembangannya, persiapkan naskah video, tentukan
jenis video, audio, dan jenis video interaktif.
3) Podcast, merupakan episode program yang tersedia di Internet. Podcast
biasanya berupa rekaman asli audio atau video, dan juga merupakan
rekaman siaran televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, atau
acara lain. Podcast seringkali menawarkan tiap episode dalam format file
yang sama, seperti audio atau video, sehingga pelanggan dapat menikmati
program tersebut dengan cara yang sama. Pada podcast tertentu seperti
kursus bahasa dikemas dalam beberapa format file, seperti video dan
dokumen dengan tujuan agar pengajaran berjalan lebih efektif. Podcast
merupakan wadah agar sains bisa masuk dalam kehidupan sehari-hari.
Keuntungan menggunakan Podcast sebagai media pembelajaran adalah: 1)
Pendengar bisa mengontrol apa yang dia dengar; 2) Termasuk Portable; 3)
Para amatir juga bisa melakukan sharing, artinya semua orang bisa
membuat Podcast, misalnya dengan merekam suara sendiri.
4) Augmented Reality (AR), merupakan sebuah teknologi yang mampu
menggabungkan benda maya dua dimensi atau tiga dimensi ke dalam
sebuah lingkungan yang nyata kemudian memunculkannya atau
memproyeksikannya secara real time. AR dapat digunakan untuk
membantu memvisualisasikan konsep yang abstrak untuk memberikan
pemahaman dan struktur suatu model objek. Beberapa aplikasi AR
dirancang guna memberikan informasi yang lebih detail pada pengguna
dari objek nyata (Mustaqim, 2016).
73
5) Virtual Reality (VR), Virtual reality merupakan sebuah teknologi yang
membuat pengguna atau user dapat berinteraksi dengan lingkungan yang
ada dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer, sehingga
pengguna merasa berada di dalam lingkungan tersebut. Di dalam bahasa
Indonesia virtual reality dikenal dengan istilah realitas maya. VR adalah
perpaduan dari pemrosesan gambar digital, grafik komputer, teknologi
multimedia, sensor dan teknologi pengukuran, kecerdasan virtual dan buatan
dan disiplin lainnya, membangun lingkungan ruang tiga dimensi interaktif
virtual yang realistis dan merespons kegiatan real-time atau operasi yang
membuat seperti berada di dunia nyata. .Hal ini akan memiliki dampak besar
pada pengajaran multimedia tradisional yang membawa teknologi realitas
virtual ke dalam proses pengajaran, pengajaran multimedia dari interaksi 2D
ke 3D, dan membangun lingkungan pengajaran simulasi virtual yang tinggi.
Penggunaan teknologi VR dalam pengajaran digital modern dapat
diintegrasikan antara multimedia, grafik komputer dan teknologi kecerdasan
buatan, dapat mewujudkan penciptaan situasi nyata, dapat mengekspresikan
konten pengajaran ruang tiga dimensi, lingkungan dan pertukaran
interpersonal khas lainnya. Penggunaan teknologi VR bisa membuat peserta
didik lebih intuitif dan alami untuk berpartisipasi dalam lingkungan virtual,
berpartisipasi dalam konten pengajaran dalam berbagai bentuk, mewujudkan
interaksi antara peserta didik informasi, membuat konten pengajaran abstrak
menjadi lebih spesifik dan jelas, meningkatkan efisiensi penciptaan situasi
pengajaran dan kualitas pengajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat gambar di
bawah ini.
74
Gambar Virtual Reality (sumber. https://idcloudhost.com/mengenal-
virtual-reality-definisi-cara-kerja-contohnya/)
6) Game Based Learning. Bermain dan belajar dapat terjadi ketika ruang
kelas memanfaatkan game sebagai media pembelajaran. Biasanya
teknologi permainan bisa membuat pelajaran yang sulit menjadi lebih
menarik dan interaktif. Kemajuan teknologi semakin cepat digunakan
untuk meningkatkan permainan edukatif dalam setiap disiplin ilmu.
Permainan dapat berupa pemecahan masalah kehidupan nyata.
75
3) Pembelajaran Digital oleh Pusdatin dan SEAMOLEC Kemendikbud
http://rumahbelajar.id/
4) Tatap muka daring program Sapa Duta Rumah Belajar Pusdatin
Kemendikbud pusdatin.webex.com
5) LMS SIAJAR oleh SEAMOLEC-Kemendikbud http://lms.seamolec.org
6) Aplikasi daring untuk paket A,B,C http://setara.kemdikbud.go.id
7) Guru Berbagi http://guruberbagi.kemdikbud.go.id
8) Membaca Digital
http://aksi.puspendik.kemdikbud.go.id/membacadigital
9) Video Pembelajaran http://video.kemdikbud.go.id
10) Suara Edukasi Kemendikbud http://suaraedukasi.kemdikbud.go.id
11) Radio Edukasi Kemendikbud https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/
12) Sahabat keluarga sebagai sumber informasi dan bahan ajar pengasuhan
dan pendidikan keluarga
http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/
13) Ruang Guru PAUD Kemendikbud
http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/
14) Buku Sekolah Elektronik http://bse.kemdikbud.go.id
15) Mobile Edukasi Bahan Ajar Multimedia
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/
16) Modul Pendidikan Kesetaraan https://emodul.kemdikbud.go.id/
17) Sumber bahan ajar peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK
https://sumberbelajar.seamolec.org/
18) Kursus daring untuk Guru dari SEAMOLEC http://mooc.seamolec.org/
19) Kelas daring untuk peserta didik dan Mahapeserta didik
http://elearning.seamolec.org/
20) Repositori Institusi Kemendikbud http://repositori.kemdikbud.go.id
76
21) Jurnal daring Kemendikbud
https://perpustakaan.kemdikbud.go.id/jurnal-kemendikbud
22) Buku digital "open-access" http://pustakadigital.kemdikbud.go.id
23) EPERPUSDIKBUD (Google Play) http://bit.ly/eperpusdikbud
77
Konseling (BK) dan wali kelas, melalui observasi dan informasi lain yang valid
dan relevan dari berbagai sumber. Penilaian sikap merupakan bagian dari
pembinaan dan penanaman/pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial
peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik. Penanaman sikap
diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat
dilakukan penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar sesama teman (peer
assessment) dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik,
yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil
penilaian sikap oleh pendidik. Hasil penilaian sikap selama periode satu semester
dilaporkan dalam bentuk predikat sangat baik, baik, cukup, atau kurang serta
deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik.
78
Gambar 7
Skema Penilaian Sikap
1) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati (Kunandar, 2013, hal.
117). Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga
yang perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik
(negatif) yang muncul dari peserta didik. Catatan hal-hal sangat baik (positif)
digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik
(negatif) digunakan untuk pembinaan. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang
dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas.
Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat baik atau
kurang baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-
butir sikap. Berdasarkan jurnal semua guru yang dibahas dalam rapat dewan
guru, wali kelas membuat predikat dan deskripsi penilaian sikap peserta didik
selama satu semester.
Penilaian sikap peserta didik oleh guru menggunakan lembar observasi dan
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun jurnal, penilaian diri, dan penilaian
antarteman dilakukan sewaktu-waktu. Penilai sikap bisa menjadi bagian
79
dari penilaian proses, misalnya pada saat diskusi kelompok guru berkeliling dan
mengamati dan aktivitas peserta didik selama diskusi berlangsung.
Begitu juga ketika kita ingin melakukan penilaian sikapnya maka kita bisa
membuat lembar observasi. Misal kita telah menentukan aspek dan kriteria
penilaian sikap seperti aspek kerjasama (membagi peran di kelompok,
menghargai pendapat dan kekompakan). Kemudian aspek Tanggung jawab
(menyelesaikan tugas, mengumpulkan PR, aktif diskusi) serta aspek percaya diri
(berani tampil, berani berpendapat, berani memimpin dan berani mengkritik). Di
sini kita bisa memberikan ceklis saja pada keseluruhan aspek yang nampak pada
peserta didik sebagaimana table di bawah ini.
a) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas
selama periode satu semester.
b) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang
mengikuti mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua
80
peserta didik yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh
wali kelas digunakan untuk satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK dibahas dalam rapat
dewan guru dan selanjutnya wali kelas membuat predikat dan deskripsi
sikap setiap peserta didik di kelasnya.
d) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak
terbatas pada butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan
melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana
dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir sikap lainnya
yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir-butir sikap tersebut
muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya.
e) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada
kemungkinan dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang
baik muncul lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali.
f) Perilaku peserta didik selain sangat baik atau kurang baik tidak perlu
dicatat dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik
atau sesuai dengan norma yang diharapkan.
Tabel 23
Contoh Format Dan Pengisian Jurnal Guru Mata Pelajaran
Nama Satuan Pendidikan : .............................................................................
Kelas/Semester : .............................................................................
81
1 3/6/201 Harahap Tidak Disiplin – Diberi
9 mengumpulkan dan peringatan
tugas tanpa tanggun dan diminta
alasan yang kuat g jawab untuk
menyelesaika
n tugasnya
pada saat
istirahat.
2 9/6/201 Sri Menyajikan hasil Percaya + Diberi
9 Wahyun diskusi diri apresiasi
i kelompok dan berupa
menjawab pujian.
sanggahan
kelompok lain
dengan tegas
menggunakan
argumentasi
yang logis dan
relevan
dst
.
Jika seorang peserta didik menunjukkan perilaku yang kurang baik, guru
harus segera menindaklanjuti dengan melakukan pendekatan dan pembinaan,
secara bertahap peserta didik tersebut dapat menyadari dan memperbaiki sendiri
perilakunya sehingga menjadi lebih baik. Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berturut-turut
menyajikan contoh jurnal penilaian sikap spiritual dan sikap sosial yang dibuat
oleh wali kelas dan/atau guru BK. Satu jurnal digunakan untuk satu kelas jangka
waktu satu semester.
Tabel 2.4
Jurnal Penilaian Sikap Spiritual oleh guru BK atau wali kelas
Nama Satuan Pendidikan : .............................................................................
Kelas/Semester : .............................................................................
Tahun pelajaran : .............................................................................
82
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap Positif/ Tindak
Negatif Lanjut
1 2 3 4 5 6 7
1 4/6/2019 Teuku Bercanda pada Adab – Diberi
saat pelaksanaan berdoa peringatan
do’a memulai dan diminta
pelajaran untuk
berdoa
sendirian.
2 5/7/2019 Asep Menjadi imam Ketakwaan + diapresiasi
shalat dzuhur di
mushola sekolah
dst.
Tabel 2.5
Jurnal Penilaian Sikap Sosial oleh guru BK atau wali kelas
83
2) Penilaian Diri
Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap, baik sikap
spiritual maupun sikap sosial harus mengacu pada indikator pencapaian
kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari
kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial (Kunandar, 2013, hal. 131).
Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu
penilaian diri juga dapat digunakan untuk membentuk sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri peserta didik dapat digunakan
sebagai data konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian peserta didik, antara lain:
84
kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif. Penilaian diri oleh
peserta didik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
b) Menentukan indikator yang akan dinilai.
c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
d) Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek (checklist) atau skala
penilaian (rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta
didik mengenali diri dan potensinya.
85
Penilaian diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap spiritual dan
sosial, tetapi dapat juga digunakan untuk menilai sikap terhadap pengetahuan
dan keterampilan serta kesulitan belajar peserta didik.
86
A
E B
D C
● Peserta didik A mengamati dan menilai B dan E. A juga dinilai oleh B dan E
● Peserta didik B mengamati dan menilai A dan C. B juga dinilai oleh A dan C
● Peserta didik C mengamati dan menilai B dan D. C juga dinilai oleh B dan D
● Peserta didik D mengamati dan menilai C dan E. D juga dinilai oleh C dan E
● Peserta didik E mengamati dan menilai D dan A. E juga dinilai oleh D dan A
Tabel 27
Contoh Penilaian Antarteman
Petunjuk
1) Amati perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok.
2) Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati
atau tanda strip (-) jika temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut.
3) Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru.
Kelas/Semester : ………………………………………………
87
NO Pernyataan / Indikator Pengamatan Teman Teman
1 2
1 Teman saya mengajukan pertanyaan dengan sopan
2 Teman saya mengerjakan kegiatan sesuai
pembagian tugas dalam kelompok
3 Teman saya mengemukakan ide untuk
menyelesaikan masalah
4 Teman saya memaksa kelompok untuk menerima
usulannya
5 Teman saya menyela pembicaraan teman kelompok
(terkesan memaksa)
6 Teman saya menjawab pertanyaan yang diajukan
teman lain
7 Teman saya menertawakan pendapat teman yang
lain
8 Teman saya melaksanakan kesepakatan kelompok
meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya
Catatan: Pernyataan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Pernyataan-
pernyataan untuk indikator yang diamati pada format diatas
merupakan contoh. Pernyataan tersebut bersifat positif (nomor 1, 2, 3, 6, 8) dan
bersifat negatif (nomor 4, 5, dan 7). Guru dapat berkreasi membuat sendiri
pernyataan atau pertanyaan dengan memperhatikan kriteria instrumen penilaian
antarteman. Lembar penilaian diri dan penilaian antarteman yang telah diisi
dikumpulkan kepada guru, selanjutnya dipilah dan direkapitulasi sebagai bahan
tindak lanjut. Guru dapat menganalisis jurnal atau data/informasi hasil observasi
penilaian sikap dengan data/informasi hasil penilaian diri dan penilaian antarteman
sebagai bahan pembinaan. Hasil analisispenilaian sikap perlu segera ditindak lanjuti.
Peserta didik yang menunjukkan banyak perilaku positif diberi apresiasi/pujian dan
disarankan untuk terus melaksanakan/meningkatkan, sedangkan peserta didik yang
menunjukkan banyak perilaku negative diberi motivasi/pembinaan dan diingatkan
untuk tidak mengulanginya lagi sehingga peserta didik tersebut dapat membiasakan
diri berperilaku baik (positif). Hal yang sangat penting lagi adalah keteladanan guru,
yaitu guru harus memberi contoh
88
bersikap spiritual dan sosial/berperilaku baik yang dapat diteladani peserta
didiknya. Dan penilaian diri dan penilaian antar-teman dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu semester.
89
c) Berbasis permasalahan kontekstual. Soal-soal HOTS merupakan asesmen
yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari hari, dimana peserta
didik dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d) Menggunakan bentuk soal beragam. Terdapat beberapa bentuk soal yang
dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS yaitu soal pilihan
berganda dan uraian. Dalam pembuatan soal pilihan ganda, soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda harus memuat stimulus yang bersumber
pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor). Kunci jawaban adalah jawaban yang benar atau
paling benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar,
namun memungkinkan peserta didik terkecoh untuk memilihnya apabila
peserta didik tidak menguasai materi pelajaran dengan baik. Peserta didik
diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus
dengan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki, serta
menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1 dan
jawaban yang salah diberikan skor 0. Dalam pembuatan soal uraian,
jawaban peserta didik dituntut untuk mengorganisasikan gagasan atau
hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dengan menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tulisan. Dalam menulis soal uraian, guru harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan
lingkup jawaban yang diharapkan, sehingga kemungkinan terjadinya
ketidakjelasan soal dapat dihindari dan juga dapat membantu
mempermudah pembuatan kriteria penskoran.
90
Bagaimana langkah menyusun soal HOTS? Dalam menyusun soal HOTS,
guru dituntut dapat menentukan kompetensi yang hendak diukur dan
merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan. Pertanyaan tersebut
disertai dengan stimulus yang tepat sesuai dengan materi yang dijadikan dasar
pertanyaan. Oleh sebab itu, dalam penyusunan soal-soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru
dalam menulis stimulus soal sesuai dengan daerah di sekitar satuan pendidikan.
Kreatifitas guru dalam pemilihan stimulus yang berdasarkan permasalahan di
daerah sekitar sangat penting, karena stimulus permasalahan tersebut dapat
dirasakan langsung oleh peserta didik. Sehingga dengan menyajikan soal-soal
HOTS yang stimulusnya berdasarkan permasalahan di daerah sekitar diharapkan
dapat menumbuhkan rasa ingin ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah
tersebut bagi peserta didik.
91
c) Memilih stimulus yang tepat dan kontekstual. Stimulus yang tepat dan
kontekstual yaitu stimulus yang dapat membuat peserta didik mencermati
soal dan stimulus tersebut sesuai dengan kenyataan sehari-hari agar
peserta didik tertarik untuk membaca.
d) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir
pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan
butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi,
sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir
soal ditulis pada kartu soal, sesuai format yang ditentukan oleh guru.
e) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
92
pertanyaan, dan (3) penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang
harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu. (Kunandar,
2013, hal. 167). Pada tes lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan
oleh guru dan dijawab secara lisan oleh siswa. Tes tertulis terdiri dari dua model
yaitu objektif dan non objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG),
menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat. Sedangkan non nobjektif yaitu
soal uraian. Dalam kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan
adalah PG dan uraian
1) Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis menuntut respons dari peserta tes
yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimiliki.
Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Pengembangan instrumen tes tertulis
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi, penempatan, diagnostik,
formatif, atau sumatif.
b) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis
soal. Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis,
93
meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, level kognitif,
bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi, penulisan soal lebih
terarah sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi
yang hendak diukur lebih tepat.
c) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan butir soal.
d) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan.
Pada soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan
kunci jawaban karena jawaban dapat diskor dengan objektif. Sedangkan
untuk soal uraian disediakan pedoman penskoran yang berisi alternatif
jawaban, kata-kata kunci (keywords), dan rubrik dengan skornya.
e) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan, yaitu
analisis tentang validitas meliputi substansi (materi), konstruksi, dan
bahasa.
Kelas/Semester
: ..................................................................
Tahun pelajaran
: ..................................................................
Mata Pelajaran
: ..................................................................
94
Setelah menyusun kisi–kisi, selanjutnya mengembangkan butir soal
dengan memperhatikan kaidah penulisan butir soal yang meliputi
substansi/materi konstruksi, dan bahasa.
Tes tulis terdiri dari tes tulis bentuk pilihan ganda dan uraian. Pada tes
tulis pilihan ganda, butir soal terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban
(option). Dari pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu
jawaban yang benar atau paling tepat, dan lainnya disebut pengecoh (distractor).
95
daerah; Menggunakan bahasa yang komunikatif; Tidak menggunakan
bahasa yang berlaku setempat; Pilihan jawaban tidak mengulang
kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan
pengertian.
Tabel. Penilain Pilihan Ganda
No Nama Nomor Soal
.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ahmad √ - √ √ - √ √ √ √ √
Siti √ √ √ √ √ √ - √ - √
Dst.
96
Tabel Penilaian Soal Essay/Uraian
No Nama Nomor Soal
.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ahmad 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1
Siti 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
Dst.
Keterangan :
Total Skor = 20
Jawaban sesuai dan tepat skor 2
Jawaban tidak sesuai / tepat = 1
Tidak dijawab = 0
Skor = ℎ x 100
Total Skor
Keterangan: Nilai 90 – 100 = A Nilai 80 – 89 = B Nilai 0 – 79 = C
Sedangkan Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mengorganisasikan dan menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.
Penilaian sebaiknya lebih banyak menilai keterampilan berpikir tingkat
tinggi/high order thinking skills (HOTS) yaitu bentuk soal yang memiliki
tingkatan berpikir menganalisis, mengevaluasi, sampai ke mencipta. Untuk
melatih HOTS sebaiknya penilaian lebih banyak diberikan dalam bentuk
uraian.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut.
97
a) Substansi/materi terdiri dari: Soal sesuai dengan indikator (menuntut
tes bentuk uraian); Tidak bersifat SARA dan PPPK
(Suku/Agama/Ras/Antar-golongan/ Pornografi/
Politik/Propaganda/Kekerasan); Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan sesuai; Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi; Isi
materi yang ditanyakan sesuai dengan tingkat kelas; Konstruksi; Ada
petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal; Rumusan kalimat
soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut
jawaban terurai; Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus
jelas dan berfungsi; Ada pedoman penskoran atau rubrik.
a) Bahasa yang terdiri dari: Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif;
Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku, kecuali untuk mata
pelajaran bahasa asing dan/atau bahasa daerah; Tidak mengandung kata-
kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian;
Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan; Tidak
menggunakan bahasa yang berlaku setempat Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Contoh Kisi-Kisi Soal Uraian
Tabel 29
Model Kisi-Kisi Tes Tertulis Bentuk Uraian
Nama Satuan pendidikan : .................................................................
Kelas/Semester : .................................................................
Tahun pelajaran : .................................................................
Mata Pelajaran : .................................................................
98
2) Tes lisan
Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut
peserta didik menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal ketika
pembelajaran. Jawaban peserta didik dapat berupa kata, frase, kalimat
maupun paragraf. Tes lisan menumbuhkan sikap peserta didik untuk berani
berpendapat.
Rambu-rambu pelaksanaan tes lisan sebagai berikut.
a) Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai (assessment of learning)
dan dapat juga digunakan sebagai fungsi diagnostik untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap kompetensi dan materi pembelajaran
(assessment for learning).
b) Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan lingkup materi
pada kompetensi dasar yang dinilai.
c) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam
mengonstruksi jawaban sendiri.
d) Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.
3) Penugasan
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian ini bertujuan untuk pendalaman terhadap penguasaan kompetensi
pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai di kelas melalui proses
99
pembelajaran. Dalam memberikan tugas kepada peserta didik hendaknya
ditentukan batas waktu pekerjaannya. (Kunandar, 2013, hal. 225).
Rambu-rambu penugasan.
a) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
b) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran
atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
c) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
d) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
e) Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
f) Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
g) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
h) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
Contoh penugasan
Mata Pelajaran : ....................................................................................
Kelas/Semester : ....................................................................................
Tahun Pelajaran : ....................................................................................
Kompetensi Dasar : ....................................................................................
Indikator : ....................................................................................
Rincian tugas
1. Amatilah/tontonlah ....di lapangan/televisi/internet, atau medialain!
2. Perhatikan ....
3. Buatlah laporan hasil pengamatanmu dengan tampilan yang menarik dan
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sehingga mudah dipahami.
Laporan meliputi pendahuluan (tujuan penyusunan laporan, nama tema,
tempat,waktu, dan lain-lain)
4. Laporan diserahkan selambat-lambatnya satu minggu setelah
pemberian tugas.
100
Contoh rubrik penilaian laporan tugas .....
Tabel 30
Contoh Rubrik Penugasan
Kriteria Skor Indikator
Pendahuluan 5 Memuat: (1) tujuan penyusunan laporan, (2) nama tema, (3)
tempat, (4) waktu, dan (5) ....
4 Memuat tujuan dan 3 dari 4 butir lainnya
3 Memuat tujuan dan 2 dari 4 butir lainnya
2 Memuat tujuan dan 1 dari 4 butir lainnya
1 Tidak memuat tujuan penyusunan laporan, ada salah satu atau
lebih dari 4 butir lainnya
0 Tidak memuat tujuan dan 4 butir lainnya
Pelaksanaan 4 (Hasil pengamatan) diulas dengan lengkap
3 (Hasil pengamatan) diulas cukup lengkap
2 (Hasil pengamatan) diulas kurang lengkap
1 (Hasil pengamatan) diulas tidak lengkap
Kesimpulan 4 Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ada saran untuk
perbaikan penugasan berikutnya yang feasible
3 Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ada saran untuk
perbaikan penugasan berikutnya tetapi kurang feasible
2 Terkait dengan pelaksanaan tugas tetapi tidak ada saran
1 Tidak terkait dengan pelaksanaan tugas dan tidak ada saran
Tampilan 4 Laporan rapi dan menarik, dilengkapi cover dan foto/gambar
Laporan 3 Laporan rapi dan menarik, dilengkapi cover atau foto/gambar
2 Laporan dilengkapi cover atau foto/gambar tetapi kurang rapi
atau kurang menarik
1 Laporan kurang rapi dan kurang menarik, tidak dilengkapi
cover dan foto/gambar
Keterbacaan 4 Mudah dipahami, pilihan kata tepat, dan ejaan semua benar
3 Mudah dipahami, pilihan kata tepat, beberapa ejaan salah
2 Kurang dapat dipahami, pilihan kata kurang tepat, & beberapa
ejaan salah
1 Tidak mudah dipahami, pilihan kata kurang tepat, dan banyak
ejaan yang salah
101
Tabel 31
Contoh Pengolahan Hasil Penugasan
Skor
P P K T K
e e e a e
n l s m t
d a i p e
No Nama a k m i r Jumlah Nilai
h s p l b Skor
u a u a a
l n l n c
u a a a
a a n a
n n n
1 2 3 5 4 6 7 8 9
1 Fulan 4 2 2 3 3 14 70
dst.
Keterangan:
● Skor maksimal = Jumlah skor tertinggi setiap kriteria.
Pada contoh di atas, skor maksimal = 5+4+4+4+4 = 21.
● Nilai tugas =
Pada contoh di atas nilai tugas Adi = x 100 = 66,67. Dibulatkan menjadi 70.
102
yang dipahami oleh peserta didik setelah mengamati atau membaca bahan
yang disajikan oleh guru.
2) Pertanyaan Interpretasi. Pertanyaan interpretasi diajukan pada peserta
didik berkaitan dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak ada dalam
bahan yang disajikan oleh guru, dan para peserta didik mesti bisa
memberikan makna. Pertanyaan Interpretasi ditujukan agar para peserta
didik bisa memberikan makna suatu konsekuensi dari suatu gejala atau
sebab yang ada.
3) Pertanyaan Transfer, merupakan upaya untuk memperluas wawasan atau
bersifat horizontal. Pertanyaan transfer mencakup pula aplikasi ilmu pada
kasus yang lain. Contoh Pertanyaan Transfer, seperti: Apakah perbedaan
teori…dengan teori…? Bagaimana kalau teori ini diterapkan pada kasus…?
4) Pertanyaan Hipotetik. Pertanyaan hipotesis memiliki arah untuk
mendorong peserta didik melakukan prediksi atau peramalan dari sesuatu
permasalahan yang dihadapi dan/atau mengambil kesimpulan untuk
generalisasi. Pada Pertanyaan Hipotetik, hipotesis dan kesimpulan ini
merupakan hasil pemahaman permasalahan ditambah data atau informasi
yang telah dimiliki dan/atau data yang sengaja telah diperoleh untuk
mengkaji permasalahan tersebut lebih jauh.
b. Jenis soal pilihan ganda, pengembangan instrumen soal HOTS jenis pilihan
ganda memiliki 4 Tipe, yaitu: tipe pilihan ganda biasa; tipe pilihan ganda
kompleks; Tipe pilihan ganda Kasuistik; dan Tipe pilihan ganda asosiatif
1) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS pilihan
ganda biasa
103
Perhatikan kasus Cyber Crime di bawah ini!
Dari cuplikan kasus tersebut, yang menjadi target besar kejahatan cyber Crime
adalah....
A. Sekolah
B. Pegawai
C. Individu
D. Pemerintah
E. Perusahaan
Kunci Jawaban E
104
2) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS pilihan
ganda kompleks
A. 1 dan 2
B. 2 dan 3
C. 3 dan 4
D. 4 dan 5
E. 5 dan 1
Kunci Jawaban C
3) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS plihan
ganda Kasuistik
Sering terjadi salah pemahaman sebagian orang menduga bahwa Hadis dha’if
itu sama dengan hadis maudhu’. Padahal berbeda, memang maudhu’ itu
bagian dari dhaif yang terburuk tetapi bukan berarti sama. Dalam
pembelajaran siswa diberi dua contoh hadis maudhu’ dan dha’if kemudian
105
ditugasi untuk identifikasi masing-masing hadis tersebut, agar dapat
diketahui perbedaannya. Metode pembelajaran yang tepat adalah”
A. Jigsaw
B. Problem Posing
C. Team Games Tournament(TGT)
D. Think-PAIr-Share
E. Problem Based Learning
Kunci Jawaban E
3) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS plihan
ganda Asosiatif
106
sentimen SARA. Daya pemersatu yang harus ditumbuh kembangkan oleh
negara adalah sebagai bentuk pelaksanaan nilai-nilai Pancasila yaitu....
107
didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan
kompetensi inti 3 (KI 3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan itu
menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi
keterampilan ini menunjukkan peserta didik bisa (mampu) tentang keilmuan
tertentu tersebut. (Kunandar, 2013, hal. 251). Penilaian keterampilan menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan (KD pada KI-3) yang
sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life). Ketuntasan
belajar untuk keterampilan ditentukan oleh satuan pendidikan, secara bertahap
satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan
mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan
sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
108
dengan penilaian keterampilan yaitu KD-KD pada KI-4, misalnya menyusun
laporan, percobaan di laboratorium, praktik membaca Alquran, praktik shalat,
praktik pengurusan jenazah, praktik membuat sebuah karya misalnya poster atau
video, praktik menulis puisi, dan lain sebagainya. Intinya, pada saat penilaian
keterampilan, peserta didik harus mampu memperlihatkan penguasaannya
dalam melakukan sebuah gerakan atau mempresentasikan sebuah laporan, atau
menghasilkan sebuah produk. Dalam penilaian praktek, guru membuat
instrumen penilaian disertai dengan rubrik yang disesuaikan dengan indikator
yang akan dinilai.
109
Gambar 10 Skema Penilaian Keterampilan
110
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
4) Seyogyanya kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan
langkah-langkah pekerjaan yang akan diamati.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya untuk menilai
kemampuan berbicara yang beragam dilakukan pengamatan terhadap kegiatan-
kegiatan seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan
wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih
utuh. Contoh untuk menilai unjuk kerja di laboratorium dilakukan pengamatan
terhadap penggunaan alat dan bahan praktikum. Untuk menilai praktik olahraga,
seni dan budaya dilakukan pengamatan gerak dan penggunaan alat olahraga,
seni dan budaya.
Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan
rubrik penilaian untuk mengamati perilaku peserta didik dalam melakukan
praktik atau produk yang dihasilkan.
Contoh penilaian kinerja/praktik
Tabel 32
Contoh Rubrik Penilaian Kinerja
111
Kriteria Skor Indikator
3 Simpulan tepat
2 Simpulan kurang tepat
1 Simpulan tidak tepat
0 Tidak membuat simpulan
Laporan 3 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan dan isi
(Skor maks = laporan benar
3) 2 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan atau
isi laporan benar
1 Sistematika tidak sesuai dengan kaidah penulisan
dan isi laporan tidak benar
0 Tidak membuat laporan
112
Tabel 33
Contoh Pengolahan Penilaian Kinerja
No Nama Skor Jumlah Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan Skor
(3) (7) (6) (3) (19)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Fulan 3 5 4 2 14 74
dst.
Keterangan:
menjadi 74.
Tabel 34
Contoh Pengolahan Penilaian Kinerja Menggunakan Bobot
No Nama Skor Jumlah Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan Skor
(3) (7) (6) (3) (19)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Fulan 3 5 4 2 14 75
Keterangan:
Persiapan = x 20 = 20
113
Pelaksanaan dan hasil = x 50 = 34,6
Laporan = x 30 = 20
c. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data
yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu atau
periode tertentu. Tugas tersebut bisa berupa investigasi atau penelitian sederhana
tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi KD tertentu mulai dari
perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data, penyajian data
dan menyusun laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan
kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara jelas. Adapun aspek
yang dinilai di antaranya meliputi: kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan
(3) keaslian. (Kunandar, 2013, hal. 279).
Penilaian proyek dapat dilakukan dalam satu atau lebih KD, satu mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran serumpun atau lintas mata pelajaran yang
bukan serumpun. Penilaian proyek umumnya menggunakan metode belajar
pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
114
1) Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan
data dan penulisan laporan.
2) Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik
harus sesuai dengan karakteristik materi, lingkungan sekolah dan
karakteristik peserta didik.
3) Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik benar-
benar hasil pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru.
Tabel 35
Contoh Rubrik Penilaian Proyek
Mata Pelajaran : ..............................................................
Kelas/Semester : ..............................................................
Tahun pelajaran : ..............................................................
Kompetensi Dasar : ..............................................................
Indikator Soal : ..............................................................
Rumusan tugas proyek:
1. Lakukan penelitian mengenai permasalahan sosial yang berkembang pada
masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggalmu, misalnya pengaruh
masjid bagi anak remaja (kamu bisa memilih masalah lain yang sedang
berkembang di lingkunganmu).
2. Tugas dikumpulkan sebulan setelah hari ini. Tuliskan rencana penelitianmu,
lakukan, dan buatlah laporan. Laporan sekurang-kurangnya memuat latar
belakang, perumusan masalah, cara pengumpulan informasi/data,
kelengkapan data, penyajian informasi, pengolahan data, dan simpulan. Dalam
membuat laporan perhatikan sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan
tampilan laporan.
No Aspek Skor
1 Perencanaan:
● Latar Belakang (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
● Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
2 Pelaksanaan
● Pengumpulan data/informasi (akurat = 3, kurang akurat = 2,
tidak akurat = 1)
115
● Kelengkapan data (lengkap = 3, kurang lengkap =2, tidak
lengkap = 1)
● Pengolahan dan analisis data (sesuai = 3, kurang sesuai = 2,
tidak sesuai = 1)
● Simpulan (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
3 Pelaporan hasil:
● Sistematika laporan (baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1)
● Penggunaan bahasa (sesuai kaidah = 3, kurang sesuai kaidah
= 2, tidak sesuai kaidah = 1)
● Tampilan (menarik = 3, kurang menarik = 2, tidak menarik =
1)
Jumlah skor
Tabel 36
Contoh Pengolahan Penilaian Proyek
Skor Jumlah
No Nama Persiapan Pelaksanaan Laporan Skor Nilai
(6) (12) (9) (27)
1 2 3 4 5 6 7
1 Fulan 6 8 9 23 85
dst.
Keterangan:
● Pada contoh nilai proyek Fulan = x 100 = 85,19. Dibulatkan menjadi 85.
116
Pada penilaian proyek dapat juga diberi pembobotan berbeda, misalnya
perencanaan 20%, pelaksanaan 40%, dan pelaporan 40%. Sehingga hasil penilaian
Fulan sebagai berikut.
Tabel 37
Contoh Pengolahan Penilaian Proyek Menggunakan Bobot
No Nama Skor Jumlah Nilai
Persiapan Pelaksanaan Laporan Skor
(6) (12) (9) (27)
1 2 3 4 5 6 7
1 Fulan 6 8 9 23 87
dst.
Keterangan:
● Persiapan = x 20 = 20
● Pelaksanaan= x 40 = 26,7
● Laporan= x 40 = 40
d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. (Kunandar, 2013, hal. 286).
Pada akhir satu periode tertentu, hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh pendidik bersama peserta didik. Berdasarkan hasil penilaian tersebut,
pendidik dan peserta didik dapat menilai perkembangan kemampuan
117
peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian portofolio
dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui
karyanya.
Portofolio peserta didik disimpan dalam suatu folder dan diberi tanggal
pembuatannya, sehingga perkembangan kualitasnya dapat dilihat dari waktu
ke waktu. Hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian lainnya
dipertimbangkan untuk pengisian rapor/laporan penilaian kompetensi peserta
didik. Portofolio merupakan bagian dari penilaian autentik, yang secara
langsung dapat merepresentasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik.
Pendidik dan peserta didik harus mempunyai alasan yang sama
mengapa karya-karya tersebut disimpan di dalam dokumen portofolio. Setiap
karya pada dokumen portofolio harus memiliki makna atau kegunaan bagi
peserta didik, pendidik, dan orang tua peserta didik. Selain itu, diperlukan
komentar dan refleksi dari pendidik, dan orang tua peserta didik. Karya
peserta didik yang dapat disimpan sebagai dokumen portofolio antara lain:
karangan, puisi, gambar/lukisan, surat penghargaan/piagam, foto-foto
prestasi, dan sejenisnya. Dokumen portofolio dapat menumbuhkan rasa
bangga bagi peserta didik sehingga dapat mendorong untuk mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Pendidik dapat memanfaatkan portofolio untuk
mendorong peserta didik mencapai sukses dan membangun kebanggaan diri.
Secara tidak langsung hal ini berdampak pada peningkatan upaya peserta
didik untuk mencapai tujuan individualnya. Di samping itu pendidik merasa
lebih mantap dalam mengambil keputusan penilaian karena didukung oleh
bukti-bukti autentik yang telah dicapai dan dikumpulkan peserta didik.
Penilaian portofolio yang dikemas secara baik dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
118
1) Memberikan bukti yang jelas dan lengkap tentang kinerja siswa daripada
hasil tes di kelas.
2) Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan
program pembelajaran yang baik.
3) Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan peserta
didik.
4) Portofolio memberikan gambar tentang kemampuan siswa.
5) Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6) Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas
bervariasinya gaya belajar siswa.
7) Portofolio memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan
aktif dalam penilaian hasil belajar.
8) Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
9) Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang
pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
10) Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi
dengan orang tua siswa tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11) Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran
yang bersangkutan.
12) Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar, mempunyai
kebanggan (pride), rasa memiliki (ownership), dan menumbuhkan
kepercayaan diri (self confidence).
Adapun rambu-rambu penilaian portofolio yaitu:
1) Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan
diukur.
119
2) Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil
tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi
aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.
3) Tugas portofolio membuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang
lingkup belajar, uraian tugas, dan kriteria penilaian.
4) Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengembangkan
kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan).
5) Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasi dihasilkannya
portofolio yang beragam isinya.
6) Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang
komunikatif dan mudah dilaksanakan.
7) Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio
tersedia di lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh.
120
dan pengetahuan dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian yang
relevan dapat terwujud. Proses menilai memangg bukan hal yang mudah, tetapi
hal ini menjadi sebuah tanggung jawab dari seorang guru profesional.
Nama :
Kelas
Berilah tanda cek (V) pada kolom “sudah” atau “belum” sesuai dengan kondisi di
kelas Ibu/Bapak. Pengisian centang “belum” dapat dilengkapi dengan catatan
mengenai “masalah” yang dihadapi (kolom paling kanan).
Masalah
No Indikator Sudah Belum (Jika
Belum)
121
area baca yang nyaman dengan koleksi buku
non pelajaran yang dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan literasi
12 Peserta didik memiliki jurnal membaca
harian (menuliskan judul bacaan dan halaman)
13 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi
kumpulan jurnal respon membaca.
14 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi
kumpulan jurnal respon membaca
Dst.
122
F. PENUTUP
Dengan mengenal karakter dan jenis-jenis penilaian HOTS, guru
diharapkan dapat mengembangkan beragam instrument penilaian yang dapat
memotret kompetensi peserta didik, sehingga semangat penilaian otentik, yaitu
penilaian yang objektif, apa adanya dalam mengukur aspek pengetahuan, sikap,
dan pengetahuan dengan menggunakan berbagai instrument penilaian yang
relevan dapat terwujud. Proses menilai memang bukan hal yang mudah, tetapi
hal ini menjadi sebuah tanggung jawab dari seorang guru profesional.
Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari
jemari. Apabila kita hitung jari jemari kita, maka berjumlah
sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1
dan 0, oleh karena itu digital merupakan penggambaran dari
suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off
dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer
menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Disebut
juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
123
peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan
pengetahuan setelahnya
Literatur semua karya tertulis yang dapat dijadikan rujukan atau acuan
dalam berbagai kegiatan di bidang pendidikan dan bidang
lainnya karena dianggap memiliki keunggulan atau manfaat
yang abadi
Metakognitif cara berfikir yang jauh ke depan, atau penjelasan yang lebih
populer disebut sebagai memikirkan apa yang sedang
dipikirkan
124
Daftar Pustaka
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York: Addison Wesley Longman, In. Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (2019).
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada), 8
Kemdikbud, Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Ernawati, L. (2017). Pengembangan High Order Thinking (Hot) Melalui Metode
Pembelajaran Mind Banking dalam Pendidikan Agama Islam. 1st
International Conference on Islamic Civilization and Society (ICICS).
Diselenggarakan oleh Darul Ulum Islamic University 28
Fadhillatu Jahra Sinaga, Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Hots
(Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi), Prosiding Seminar Nasional PBSI-
III Tahun 2020 Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era Revolusi Industry 4.0 dan
Society
Heryadi, D. A. (2020). Analisis Unsur Intrinsik dan Kaidah Kebahasaan Naskah Drama
Sepasang Merpati Tua Karya Bakdi Soemanto sebagai Alternatif Pemilihan Bahan
Ajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA)
(Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
Matondang, Z., Djulia, E., Sriadhi, S., & Simarmata, J. (2019). Evaluasi Hasil Belajar.
Yayasan Kita Menulis.
Miarso Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2011), 457
Miarso Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2011), 457
Sanjaya, H. W. (2016). Media komunikasi pembelajaran. Prenada Media.
Sanjaya, W., Darmawan, D., & Supriadie, D. (2016). Pengembangan Perangkat
Kurikulum dan Rancangan Pembelajaran. PEDAGOGIA, 12(2), 126-135.
Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order
Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing
125
Teni Nurrita. Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik, Misykat, Volume 03, Nomor 01, Juni 2018
Tri Mulyani, Pendekatan Pembelajaran STEM untuk menghadapi Revolusi
Industry 4.0, Seminar Nasional Pascasarjana 2019, ISSN: 2686-6404
Wuwuh Asrining, Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran
Kurikulum 2013, http://repository.ut.ac.id/4925/1/2014-dn-041.pdf
126
KEGIATAN BELAJAR 3
A. Capaian Pembelajaran
Saudara mahasiswa, setelah mempelajari kegiatan belajar 3 diharapkan dapat
menganalisis konsep, prinsip pengembangan, dan Komponen RPP serta
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian berbasis kurikulum 2013
127
D. Uraian Materi
1. Konsep, prinsip pengembangan, dan Komponen RPP
128
a. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Memperhatikan KI-KD jika menggunakan kurikulum 2013 dan Capaian
Pembelajaran jika menggunakan kurikulum merdeka
2) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
3) RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin,
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat,
potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus,
kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
4) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
5) Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
dan semangat belajar.
6) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
7) Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
9) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
10) Keterkaitan dan keterpaduan
129
Mengacu pada Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran,
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pembelajaran atau tema tertentu sesuai dengan silabus.
Komponen RPP mencakup: (1) identitas sekolah/nama satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, Indikator
Pencapaian Kompetensi; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pembelajaran; (6)
pendekatan, model dan metode; (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar; (8)
langkah-langkah pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran.
Komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format sebagai
berikut.
Tabel 39
Format RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : …...........................................................................
Mata Pelajaran : …...........................................................................
Kelas/Semester : ……........................................................................
Alokasi Waktu : …...........................................................................
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
2. KD pada KI keterampilan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI pengetahuan
2. Indikator KD pada KI keterampilan
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
(Rincian dari Materi Pokok Pembelajaran)
F. Pendekatan, Model dan Metode
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:*)
130
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (… menit)
b. Kegiatan Inti (... menit)
c. Penutup (… menit)
2. Pertemuan Kedua:*)
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (… menit)
b. Kegiatan Inti (... menit)
c. Penutup (… menit),
dan pertemuan seterusnya.
H. Penilaian Pembelajaran, Remedial dan Pengayaan
1. Instrumen dan Teknik Penilaian
2. Analisis Hasil Penilaian
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
I. Media, Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media
2. Alat
3. Bahan
4. Sumber Belajar
Format di atas tidak bersifat baku, tetapi dapat disesuaikan dengan keperluan
guru. Yang terpenting, penyusunan RPP adalah digunakan oleh guru sebagai
bantuan guru dalam mengembangkan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Pengembangan RPP Kurikulum 2013
RPP disusun melalui langkah-langkah berikut;
a) Analisis Program Semester
Analisis program semester merupakan langkah awal sebelum
menyusun RPP. Analisis ini dikembangkan berdasarkan alur pencapaian
kompetensi, dimaksudkan untuk menentukan urutan pembelajaran
kompetensi dasar (KD) per semester yang dikembangkan berdasarkan
silabus. Analisis program semester juga dilakukan untuk menentukan
131
alokasi waktu yang di setiap pasangan kompetensi dasar (KD). Tabel 1
berikut merupakan contoh analisis program semester pada mata pelajaran
Simulasi Digital.
Tabel 40
Hasil Analisis Program Semester/Pasangan KD
Kompetensi Materi Kegiatan Semester/
Indikator
Dasar Pokok Pembelajaran Jam
Pelajaran
KD 3
KD 4
KD 3
KD 4
KD 3
KD 4
Jumlah JP/KD per semester
132
Tabel 41
Rambu-rambu Pengembangan RPP
mester
2. Alokasi Diisi jumlah jam pelajaran hasil analisis program semester.
waktu
3. Kompetensi Disalin dari Kompetensi Inti yang tertuang pada Lampiran
Inti Permendikbud Nomor …….
4. Kompetensi a. KD disalin dari Lampiran Permendikbud Nomor......
Dasar b. Rumusan KD dituliskan untuk KD dari pengetahuan dan
KD dari keterampilan.
5. Indikator Dirumuskan sesuai kaidah pengembangan IPK KD
Pencapaian Contoh IPK KD Pengetahuan
Kompetensi 3.2 Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi digital
melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah
informasi
Berdasarkan dimensi pengetahuan dan proses kognitif, maka
134
5. Cara melakukan komunikasi daring online
Materi yang dikembangkan termasuk materi pengayaan
(dapat dikembangkan berdasarkan buku peserta didik,
referensi lain), materi yang terintegrasi dengan muatan lokal,
dan materi yang diintegrasikan pada kegiatan
ekstrakurikuler.
8. Pendekatan Diisi dengan model pembelajaran yang sesuai dengan KD
, Model dan dan IPK (lihat konsep Pemahaman Proses Pembelajaran:
Metode Tabel Perancah Pemaduan Fase Model Pembelajaran dan
Pembelajar Pendekatan Saintifik).
an
9. Kegiatana. Diisi mengacu fase model pembelajaran yang ditetapkan.
Pembelajar b. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran diorganisasikan
an menjadi kegiatan yang terdiri atas:
1) Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan guru:
● Mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan.
● Mendiskusikan kompetensi yang telah dipelajari dan
dikembangkan sebelumnya terkait dengan
kompetensi yang akan dipelajari.
● Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan
manfaatnya bagi kehidupan.
● Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
● Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
2) Kegiatan Inti
● Diisi dengan kegiatan peserta didik dan guru, dapat
mengikuti urutan fase model belajar yang dipadukan
dengan pendekatan saintifik (hasil analisis pemaduan
model tugas sesi 3).
● Kegiatan 5M tersebut tidak harus terjadi sekaligus
pada satu kali pertemuan, tetapi disesuaikan dengan
karakteristik materi yang sedang dibahas.
Catatan: fase (langkah-langkah) model pembelajaran dan
langkah pendekatan saintifik (5M) dapat menggunakan
hasil penataan dari format perancah.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup meliputi antara lain:
● membuat rangkuman/simpulan pelajaran.
135
● refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
● merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
tugas kelompok/ perseorangan (jika diperlukan).
● menyampaikan rencana pembelajaran
pada pertemuan berikutnya.
10. Penilaiana. Diisi dengan hasil analisis teknik dan instrumen penilaian
(hasil pembelajaran sesi 4).
Contoh:
KD Teknik Penilaian Instrumen
KD 3.2
menerapka 1. Tes Tertulis 1. Soal tes tertulis
n 2. Penugas an 2. Lembar tugas
pengetahua dan Lembar
n penilaian tugas
pengelolaan 3.
informasi
digital
melalui
komunikasi
daring
KD 4.2
Menyajikan 1. Tes praktek/ 1. Lembar soal
hasil unjuk kerja praktik dan
pengelolaan Lembar
informasi observasi unjuk
digital kerja
melalui
komunikasi
daring
online..
b. Diisi dengan program remedial dan pengayaan.
11. Media, Diisi dengan:
Alat, dan a. Sarana, alat bantu dan bahan yang digunakan pada proses
Sumber pembelajaran di setiap RPP.
Belajar b. Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan untuk setiap pertemuan sesuai dengan tuntutan
KD.
c. Sumber belajar ditulis sesuai ketentuan penulisan
literatur/referensi.
Contoh:
136
KD Media, Alat , Bahan, dan Sumber
Belajar
KD 3.2 Media:
menerapkan N focus/LCD
pengetahuan
pengelolaan Alat, bahan:
informasi digital Fasilitas komunikasi daring dan
melalui komunikasi jaringan internet
daring Sumber belajar: buku teks
Terkait dengan penyusunan RPP yang sering kali dianggap terlalu banyak
komponennya sehingga memberatkan dan memerlukan waktu banyak pada guru
dalam penyusunannya. Dalam kaitan dengan kebijakan merdeka belajar, RPP
yang sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nomor 22 Tahun 2016 harus memuat 13 komponen yaitu (1) identitas sekolah, (2)
identitas mata pelajaran atau tema/subtema (3) kelas dan semester (4) materi
pokok (5) alokasi waktu (6) tujuan pembelajaran, (7) Kompetensi dasar (KD) dan
indikator pencapaian kompetensi (8) materi pembelajaran (9) metode
pembelajaran (10) media pembelajaran (11) sumber belajar (12) langkah-langkah
pembelajaran (13) penilaian hasil pembelajaran dilakukan perubahan dengan
penyederhanaan komponen yang ada dalam RPP.
Menurut surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu inisiatif Menteri Pendidikan dan
137
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam mengeluarkan kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar”. Menurut Mendikbud, inisiatif penyederhanaan
RPP ini didedikasikan untuk para guru agar meringankan beban administrasi
guru. RPP yang sebelumnya terdiri dari belasan komponen, kini disederhanakan
menjadi tiga komponen inti yang dapat dibuat hanya dalam satu halaman. “Jadi
yang tadinya ada belasan komponen, kita bikin jadi tiga komponen inti, yaitu
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau penilaian
pembelajaran,”
Menurut Mendikbud hal yang penting dalam sebuah RPP sebagai kerangka
acuan pembelajaran bukan tentang penulisannya, melainkan tentang adanya proses
refleksi guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang terjadi. Berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Dengan adanya kebijakan baru tentang
penyederhanaan RPP ini, guru bebas membuat, memilih, mengembangkan, dan
menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada
peserta didik. Efisien berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak
menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Efektif berarti penulisan RPP dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berorientasi pada peserta didik berarti
penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan
kebutuhan belajar peserta didik di kelas. Guru dapat tetap menggunakan format RPP
yang telah dibuat sebelumnya, atau bisa juga memodifikasi format RPP yang sudah
dibuat. Selain RPP masih ada perangkat yang lain harus dipersiapkan oleh guru, hal
ini dilakukan untuk memenuhi instrumen akreditasi sekolah.
138
Berdasarkan surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran atau disingkat dengan RPP, bahwa komponen RPP yang sebelumnya
mendetail setelah keluar surat edaran tersebut lebih efisien dan efektif dengan tiga
komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
Komponen lainnya sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22
Tahun 2016 statusnya sebagai pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri. Hal ini
bertujuan agar guru memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar itu sendiri. Berikut ini salah satu
contoh format RPP 1 lembar.
Model Format 1
No. ....................................
Nama Satuan Pendidikan : ................................................................................................
1. Tujuan Pembelajaran
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
139
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...........................................................................................................................
2.1.2. Bahan :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
2.1.3. Pertanyaan
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...................................................................................
2.2. Peserta didik berlatih praktik /mengerjakan tugas halaman buku .....
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................
2.4.2. Penilaian
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
140
.....................................................................................................................................
.........................................................................................
20 ....
Mengetahui Guru Mata Pelajaran/Kelas
Kepala Sekolah/Madrasah
.........................................
NIP NIP
141
Model Format 2
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
B. Langkah-Langkah Pembelajaran
142
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Kegiatan Penutup
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................ ...........
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
C. Penilaian:
...........................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
*Catatan : Komponen lainnya sebagai pelengkap.
Malang,.................2020
Mengetahui
Kepala SD Negeri ........................... Guru Kelas/Mapel
..........................................................
.......................................
.....
NIP. NIP.
143
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Madrasah : MTsN Kelas / Semester : VII / Ganjil
Mata Pelajaran : QH Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit(2JP)
Materi Pokok : Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an
PENDAHULUAN ( 10 Menit )
PPK , apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran
INTI ( 60 Menit )
Literasi ● Mengamati Power Point dan gambar tentang pengertian Al-Qur’an dan
Hadis
Critical ● Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya terkait
Thinking pemahamannya
144
terhadap materi yang dicermati tentang pengertian Al-Qur’an dan Hadis
PENUTUP ( 10 MENIT )
● Melaksanakan tanya jawab, menyimpulkan materi pelajaran dan refleksi.
● Memberikan penguatan materi dan memberikan tugas
● Doa dan memberi salam
PENILAIAN
Sikap Spiritual Observasi, pengamatan
Sikap Sosial Penilaian diri
Pengetahuan Tes Tulis soal esay ( HOT )
Ketrampilan Penilaian Praktik
Tempat, Tanggal
Mengetahui
145
2. Pengembangan RPPM dan RPPH Kurikulum 2013
a. Konsep RPPM dan RPPH
146
b. Pengembangan RPPM
147
7) Berbasis budaya lokal dan memanfaatkan lingkungan alam sekitar, sebagai
media anak.
8) Penjabaran dari perencanaan program semester
9) Berisi tema, sub-tema –KD – materi – rencana kegiatan
10) Penyusunan kegiatan mingguan disesuaikan dengan strategi pengelolaan
kelas (kelompok, sudut, area dan sentra) yang ditetapkan masing-masing
satuan PAUD
148
149
Contoh lainnya
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR KEGIATAN
(SESUAI SUB SUB TEMA)
MINGGU KE-1 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan sikap berdoa
hari - Berdiri jinjit di atas evamat
150
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR KEGIATAN
MINGGU KE-2 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari - Menirukan sikap berdoa
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Berjalan jinjit
151
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni
dengan menggunakan berbagai media
MINGGU KE-3 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan sikap berdoa
hari - Berjalan jinjit
2. Mata, telinga 4.6 Menyampaikan tentang apa dan - Meniru gerakan hewan
3. Hidung bagaimana
LAGU DAN TEPUK : 3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain - Menirukan sikap berdoa
a. Kepala pundak 4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara - Berjalan jinjit
wajar
b. Kalau kau senang - Mewarnai hidung dan rambut
hati pegang 3.15 Mengenal berbagai karya dan dengan kuas
telinga aktivitas seni (*)
c. Mari kawan - Menyebutkan panca indera yang
bermain dalam 4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni ditunjuk
lingkaran dengan menggunakan berbagai media
- Meniru gerakan hewan
152
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
- Puzzle wajah
MINGGU KE-4 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan ucapan doa sebelum
hari kegiatan
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Melompat
153
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain
MINGGU KE-5 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan ucapan doa setelah
hari kegiatan
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Melompat
154
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR KEGIATAN
wajar
MINGGU KE-6 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan ucapan doa sebelum
hari makan
TEMA : 4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Melompat ke belakang
SUB TEMA : 4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk - Bermain boneka pelepah pepaya
pengembangan motorik kasar dan halus
Guru dan Teman 3.4 Mengetahui cara hidup sehat
4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk - Menirukan ucapan doa sebelum
makan
hidup sehat
SUB SUB TEMA : 3.6 Mengenal benda-benda di sekitarnya - Melompat ke belakang
1. Guru kelasku (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, - Mengambil potongan kertas pada
sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri wadah lalu diberikan pada foto guru
2. Teman kelasku lainnya) yang disebut
155
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR KEGIATAN
3. Permainan 4.6 Menyampaikan tentang apa dan - Menunjuk rambut teman yang
tradisional bagaimana panjang
3.10 Memahami bahasa reseptif - Bermain estafet karet
Lagu dan tepuk: (menyimak dan membaca)
a. Terimakasih 4.10 Menunjukkan kemampuan berbahasa - Menirukan ucapan doa sebelum
guruku reseptif (menyimak dan membaca)
b. Hymne guru makan
c. Aku sayang kamu 3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain - Melompat ke belakang
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara - Mengambil potongan kertas pada
wajar
wadah lalu diberikan pada foto
teman yang disebut
- Mewarnai gambar rambut yang
pendek
- Bermain alat musik pelepah pisang
c. Pengembangan RPPH
Dalam penyusunan RPPH perlu diperhatikan sebagai berikut
1) disusun berdasarkan kegiatan mingguan atau RPPM
2) Kegiatan harian berisi kegiatan awal/pembukaan, inti, istirahat/makan
bersama dan akhir/penutup
3) Pelaksanaan pembelajaran dalam satu hari dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini
4) Penyusunan kegiatan harian disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan masing-masing dan menggunakan pendekatan saintifik.
156
5) Kegiatan harian dapat dibuat oleh satuan pendidikan dengan format
sesuai kebutuhan masing-masing.
157
Contoh Model RPPH
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester / Minggu : 1 / Ke-2
Hari / Tanggal : Senin, 4 Oktober 2021
Kelompok Usia : B1 / 5-6 Tahun
Tema / Sub Tema : Binatang / Binatang peliharaan (Ayam)
Model Pembelajaran : Kelompok dengan pengaman
N Aspek Kompeten
Pengembanga Indikator
o si Dasar
n
1 Nilai Agama 1.1 Mempercayai adanya Tuhan melalui 1.1.1 Peserta didik mengenali binatang
dan Moral ciptaan-Nya peliharaan ciptaan Allah SWT (C1)
2 Fisik Motorik 4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk 4.3.1 Peserta didik merumuskan cara
pengembangan motorik kasar dan halus mengupas telur dengan cepat
kemudian memakannya (C6)
3 Kognitif 4.6 Menyampaikan tentang apa dan 4.6.1 Peserta didik menghubungkan
bagaimana benda- benda disekitar yang siklus ayam dengan urutan yang sesuai
dikenalnya (nama, warna, bentuk, (C6)
ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, 4.6.2 Peserta didik menyusun telur
fungsi, dan ciri ciri lainnya) melalui sesuai pola (C6)
berbagai hasil karya
4 Bahasa 3.1 Mengenal keaksaraan awal melalui 3.12.1 Peserta didik menyusun huruf
2 bermain menjadi
kata “telur ayam” (C6)
158
5 Sosial 2.2 Memiliki perilaku yang mencerminkan 2.2.1 Peserta didik mengemukakan rasa ingn
Emosional sikap ingin tahu dengan baik (C2)
tahu
6 Seni 4.1 Menunjukkan karya dan aktivitas 4.15.1 Peserta didik mencipta kreasi
5 seni dengan menggunakan menempel cangkang telur pada gambar
berbagai media ayam (C6)
159
Tujuan Pembelajaran:
❖ Anak didik mampu mengenali binatang peliharaan ciptaan Allah melalui pengamatan video dengan baik
(C1)
❖ Anak didik mampu merumuskan cara mengupas telur dengan cepat melalui unjuk kerja kemudian
memakannya (C6)
❖ Anak didik mampu menghubungkan siklus ayam dengan urutan yang sesuai melalui penugasan (C6)
❖ Anak didik mampu menyusun telur sesuai pola dengan benar melalui unjuk kerja (C6)
❖ Anak didik mampu menyusun huruf menjadi kata “telur ayam” dengan mandiri melalui penugasan (C6)
❖ Anak didik mampu mencipta kreasi menempel cangkang telur dengan rapi pada gambar ayam
melalui kegiatan eksperimen praktik langsung(C6)
❖ Anak didik mampu mengemukakan rasa ingin tahu dengan baik melalui unjuk kerja (C2)
Materi Kegiatan:
✔ Gambar binatang peliharaan ciptaan ALLAH SWT
✔ Mengupas dan makan telur rebus
✔ Menghubungkan gambar siklus ayam
✔ Menyusun telur sesuai pola
✔ Menyusun huruf menjadi kata “telur ayam”
✔ Mengemukakan rasa ingin tahu
✔ Mencipta kreasi menempel cangkang telur pada gambar ayam
160
Media, alat dan bahan: Laptop, speaker, LCD, video Link Youtube : https://youtu.be/3wpACrjJqGE, gambar
binatang, LKPD, pensil, penghapus, telur, tempat telur,gambar ayam,lem , cangkang telur, huruf – huruf, telur
rebus, mangkok
Kegiatan Belajar
Sebelum masuk kelas anak menerapkan Protokol kesehatan dengan memakai masker atau face shield, mencuci
tangan dan cek suhu badan kemudian baris didepan kelas, kegiatan motorik dan baca ikrar.
Alat Penilaian
Kegiatan Waktu Metode /Sumb
Belajar er Teknik Instrume
belajar n
161
Melafalkan asmaul husna Juz amma
beserta artinya Praktik dan buku
Melafalkan doa keluar kamar doa hadist
Langsung
mandi, hadis senyum, surat al
humazah
Tepuk ayam
Mengamati: Peserta didik menonton 07.30- Observasi Video Observ Catatan
video pembelajaran tentang ayam 08.30 binatang asi Anekdot
Link Youtube : peliharaan
https://youtu.be/3wpACrjJqGE ayam,
dan guru memberikan laptop,lcd
kesempatan pada peserta didik untuk Proyektor,
mengamati video (TPACK)
speaker
Bertanya:
Inti Peserta didik diberikan kesempatan Tanya Guru dan Observa
162
Menalar:
Peserta didik diarahkan untuk Gambar
Mengkomunikasikan:
1) Peserta didik menyebutkan binatang Unjuk Kerja
163
gambar ayam Langsung LKPD, Penugas
cangk an
ang
telur,
lem
Mengetahui,
Tempat, Tanggal
164
A. TINDAK LANJUT BELAJAR
B. PENUTUP
Sub Tema adalah penjabaran dari gagasan utama yang telah ditetapkan
sebagai tema. Sub tema minimum berisi dua gagasan dari
setiap tema yang telah ditetapkan
165
Sub-sub tema adalah hasil analisis dari sub tema yang lebih operasional yang
akan dijadikan landasan dalam menentukan topik-topik yang
akan dijadikan muatan atau materi pembelajaran
166
Daftar Pustaka
167
KEGIATAN BELAJAR 4
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM
PEMBELAJARAN
A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini diharapkan mahasiswa, dapat
menganalisis, mengembangkan, merancang dan mengimplementasikan
kurikulum merdeka dalam pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai
dengan bidang mata pelajaran.
168
D. Uraian Materi
1. Rasionalitas Dan Konsep Dasar, Manfaat Kurikulum Merdeka Sebagai
Paradigma Baru Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran
a. Rasionalitas Kurikulum Merdeka
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan karena kurikulum menjadi jembatan dan peta jalan
yang jelas dan terukur proses pendidikan. Sebelum membahas lebih lanjut terkait
dengan kurikulum merdeka akan dijelaskan secara singkat terkait dengan konsep
pendidikan yang memerdekakan yang dijadikan dasar pijakan dalam desain,
pengembangan, inovasi dan implementasi kurikulum merdeka. Kata ‘Pendidikan’
dan ‘Pengajaran’ itu seringkali dipakai secara bersama-sama meskipun penggunaan
seperti itu seringkali kurang tepat. Ki Hajar Dewantara memberikan batasan yang
berbeda antara ‘Pendidikan’ dengan ‘Pengajaran’ (Febriyanti, N., 2021). ‘Pengajaran’
(onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan, bahwa pengajaran itu
tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau sesuatu yang
berfaedah buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Adapun pendidikan
(opvoeding) diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’.
Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak
kita. ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan
yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan
kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-
kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya
itu. Meskipun Pendidikan itu hanya ‘tuntunan’ saja di dalam hidup tumbuhnya anak-
anak, tetapi perlu juga Pendidikan itu berhubungan dengan kodrat keadaan dan
keadaannya setiap anak. Andaikata anak tidak baik dasarnya, tentu anak tersebut perlu
mendapatkan tuntunan agar semakin baik budi pekertinya. Anak yang dasar jiwanya
tidak baik dan juga tidak mendapat tuntunan Pendidikan, tentu akan
169
mudah menjadi orang jahat. Anak yang sudah baik dasarnya juga masih
memerlukan tuntunan. Tidak saja dengan tuntunan itu ia akan mendapatkan
kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, akan tetapi dengan adanya tuntutan itu ia
dapat terlepas dari segala macam pengaruh jahat. Tidak sedikit anak-anak yang baik
dasarnya, tetapi karena pengaruh- pengaruh keadaan yang buruk, kemudian
menjadi orang-orang jahat.
Setiap anak memiliki dasar jiwa sebagai potensi bawaan. Yang dimaksud
dengan istilah ‘dasar-jiwa’ (Ainia, D. K., 2020) yaitu keadaan jiwa yang asli menurut
kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan di luar diri atau keadaan
jiwa yang dibawa oleh anak ketika lahir di dunia. Mengenai dasar jiwa yang dimiliki
anak-anak itu, terdapat tiga aliran yang berhubungan dengan soal daya pendidikan.
Pertama, aliran yaitu anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai
kertas yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi kertas yang
kosong itu menurut kehendaknya. Kedua, aliran negatif, yang berpendapat, bahwa
anak itu lahir sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi sepenuhnya, sehingga
pendidikan dari siapapun tidak mungkin dapat mengubah karakter anak.
Pendidikan hanya dapat mengawasi dan mengamati supaya pengaruh-pengaruh
yang jahat tidak mendekati diri anak. Ketiga, aliran convergentie-theorie yang
mengajarkan, bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang
sudah ditulisi penuh, tetapi semua tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut menurut
aliran ini, Pendidikan itu berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan
yang suram dan yang berisi baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik.
Segala tulisan yang mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan
sampai menjadi tebal, bahkan makin suram.
Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, (Zidniyati, Z., 2019) yakni bagian yang
berhubungan dengan kecerdasan dan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat
berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan misalnya kelemahan pikiran,
kebodohan, kurang baiknya pemandangan, kurang cepatnya berpikir dan sebagainya.
Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan dengan dasar
hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah
170
lagi selama hidup.
Kecerdasan intelligible (hidup angan-angan) hanya dapat menutupi tabiat-tabiat
perasaan yang tidak baik. Menguasai diri (zelfbeheersching) secara tetap dan kuat,
akan dapat melenyapkan atau mengalahkan tabiat-tabiat biologis yang tidak baik
itu. Kecerdasan budi yang dimiliki orang sungguh baik, sehingga dapat
mewujudkan kepribadian (persoonlikjkheid) dan karakter (jiwa yang berasas hukum
kebatinan), selalu dapat mengalahkan nafsu dan tabiat- tabiatnya yang asli dan
biologis. Oleh karena itu, menguasai diri (zelfbeheersching) (merupakan tujuan
pendidikan dan maksud keadaban. ‘Beschaving is zelfbeheersching’ (adab itu berarti
dapat menguasai diri), demikian menurut pengajaran adat atau etika.
Pendidikan yang memerdekakan mengandung makna sebagai usaha, proses
cara, perbuatan, pengajaran di sekolah yang dilakukan guru yang menuntun siswa agar
mereka dapat maju dan berkembang sesuai dengan kodrat masing-masing anak. Guru
mencari tahu kodrat dan karakteristik peserta didik dan menggunakannya untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Kodrat tiap siswa
mencakup potensi minat dan bakat, karakteristik, kebutuhan belajar, tahap
perkembangan, capaian pembelajaran. Dengan demikian pendidikan yang
memerdekakan menjadikan peserta didik sebagai sentral dalam merancang,
melaksanakan dan menilai pembelajaran. Melalui pendidikan yang memerdekakan
satuan pendidikan (sekolah/madrasah), para guru dan kurikulum yang dijadikan acuan
dalam pembelajaran memberikan ruang belajar yang memerdekakan, secara
keterbukaan dalam berpikir, orientasi belajar yang terukur, pola belajar dan
pembelajaran kontekstual berdasarkan potensi kodrati, karakteristik, minat dan bakat
peserta didik, serta sumber belajar yang beragam dalam rangka tumbuh kembang
potensi diri peserta didik. Dengan demikian kurikulum merdeka menjadi pijakan dasar
untuk terwujudnya pendidikan yang memerdekakan siswa.
Ada dua alasan mengapa Kurikulum Merdeka dijadikan pilihan dalam dalam
rangka pemulihan pembelajaran dan peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran pada satuan pendidikan (sekolah/madrasah), yaitu: pertama,
menegaskan bahwa sekolah/madrasah memiliki kewenangan dan tanggung jawab
mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan konteksnya. Kedua, agar proses
171
perubahan kurikulum nasional terjadi secara lancar dan bertahap. Terkait dengan
kurikulum, sebenarnya tugas pemerintah adalah menetapkan kerangkanya bukan
menetapkan kurikulum yang sudah operasional dan siap digunakan begitu saja oleh
sekolah/madrasah.
Dalam praktiknya, ekosistem pendidikan kita sudah cukup lama di mana
kepala sekolah/madrasah dan guru dipandang sebagai pelaksana kebijakan pusat
dalam pelaksanaan kurikulum. Selain itu dalam hal kegiatan pembelajaran pun
demikian dimana guru kurang terlihat aktif melakukan kreasi dan inovasi model
pembelajaran kecuali mengikuti apa yang digariskan dalam pedoman dan panduan
yang diterbitkan dari pemerintah pusat. Adanya mindset kepatuhan pada aturan
yang berlebihan terkait dengan pelaksanaan tugas keprofesian mengakibatkan
adanya regulasi kurikulum yang diterbitkan dari pusat kerap dianggap sebagai
resep atau instruksi seperti format dokumen, format rancangan pembelajaran pun
banyak yang merasa perlu diseragamkan dari pusat sampai ke satuan Pendidikan di
seluruh Indonesia.
Kondisi di sebagian guru yang masih belum menunjukkan pelaksanaan tugas
berdasarkan norma keprofesian merupakan masalah kapasitas guru. Selain itu
adanya suasana belum kreatif dan inovatif sebagian juga karena regulasi yang
ditetapkan pemerintah memang kadang terlalu kaku, rinci, dan menyeragamkan.
Kondisi ini yang sedang diubah, yang salah satunya melalui kebijakan kurikulum
merdeka sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum operasional
sekolah/madrasah dan pelaksanaan pembelajaran. Intinya melalui kurikulum
merdeka sekolah/madrasah diberi tanggungjawab dan kewenangan serta otonomi
untuk mengkaji, mengembangkan dan merefleksikan kerangka kurikulum nasional
untuk diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan serta
dinamika masyarakat. Untuk itu sekolah/madrasah harus menyusun sendiri
kurikulum operasional dengan mendasarkan pada prinsip kontekstual, relevansi,
adaptabilitas, sesuai dengan kebutuhan murid dan kondisi sekolah/madrasah.
Selain menegaskan peran sekolah/madrasah dalam penyusunan kurikulum,
Perubahan kerangka kurikulum nasional tentu menuntut adaptasi yang besar. Hal ini
perlu dikelola agar menghasilkan dampak positif yang diharapkan dalam perbaikan
172
kualitas pembelajaran. Beberapa tahapan perubahan dalam inovasi kurikulum
sampai pada lahirnya kurikulum merdeka sebagai berikut: pertama, pada tahun
2019-2020 dilakukan evaluasi Kurikulum 2013; kedua pada tahun 2020-2021
dilakukan penyusunan kurikulum merdeka; ketiga pada tahun 2021-2022 dilakukan
uji coba terbatas dan perbaikan kurikulum prototipe melalui Program Sekolah
Penggerak (SP) dan Program SMK PK; keempat pada 2022-2024 ditetapkan menjadi
kurikulum merdeka sebagai perbaikan lebih lanjut melalui penerapan di sekolah
penggerak, SMK PK, dan sekolah/madrasah lain yang berminat dalam menerapkan
kurikulum merdeka. Dengan demikian, perubahan kurikulum nasional baru akan
terjadi pada 2024 setelah dilakukan uji coba dan penilaian terhadap kurikulum
merdeka. Kurikulum merdeka tersebut telah melewati perbaikan selama 3 tahun di
berbagai jenjang dan beragam satuan pendidikan (sekolah/madrasah).
Dengan demikian pada tahun 2024 akan ada cukup banyak
sekolah/madrasah yang sudah mempelajari kurikulum merdeka dan bisa menjadi
mitra belajar bagi berbagai sekolah/madrasah lain. Pendekatan bertahap dalam
inovasi kurikulum memberi waktu bagi guru, kepala sekolah/madrasah , dan para
pihak seperti dinas pendidikan kantor kementerian agama untuk memperoleh
pembelajaran lebih lanjut. Proses belajar dan pembelajaran para aktor kunci tersebut
menjadi sangat penting sebagai fondasi transformasi pendidikan. Inovasi kurikulum
dimaksudkan untuk mengatasi krisis belajar dan peningkatan mutu pendidikan.
Kurikulum Merdeka menjadikan sekolah/madrasah sebagai tempat belajar yang
aman, inklusif, inspiratif, menantang dan menyenangkan serta produktif. Perubahan
yang sistemik takkan terjadi dalam sekejap. Harapannya, tahapan perubahan
kurikulum ini akan memberi waktu yang memadai untuk menyiapkan pondasinya
yang kokoh ketika akan diterapkan sebagai kurikulum pendidikan nasional.
173
kurikulum sebagai seperangkat rencana serta pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran. Kurikulum juga dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan intra kurikuler, ko
kurikuler dan ekstra kurikuler sebagai satu kesatuan program pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum pendidikan di Indonesia dalam perjalanannya telah mengalami
perubahan dan inovasi disebabkan dalam berbagai faktor yang melatarinya.
Tentunya perubahan dan inovasi kurikulum tersebut memiliki maksud dan tujuan
utama yaitu peningkatan kualitas lulusan program pendidikan yang unggul,
berdaya saing tinggi, menunjukkan kapasitas dan ketangguhan diri dalam
memasuki perkembangan kehidupan yang dinamis dan perubahan yang disruptif di
masa depan. Perubahan dan inovasi kurikulum juga disesuaikan dengan kebutuhan,
tantangan dan perkembangan zaman untuk meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia.
Perubahan dan inovasi kurikulum tidak bisa dilepaskan dengan kompetensi
dan kapasitas pelaksana kurikulum di satuan pendidikan yaitu guru. Karena itu
program yang sangat penting yang harus dilakukan sebagai bagian dari perubahan
dan inovasi kurikulum adalah peningkatan mutu kompetensi dan kapasitas guru
yaitu kesiapan menerima perubahan dan inovasi kurikulum, pola pikir guru yang
berkembang (growth mindset) dan kapasitas menerapkannya sesuai dengan filosofi,
visi, misi, tujuan, strategi adanya perubahan dan inovasi kurikulum. Memasuki
situasi pandemic Covid 19 yang berdampak pada pembelajaran dilakukan langkah
perubahan dan inovasi kurikulum dari kurikulum normal sebagaimana yang
dinamakan Kurikulum 13 menjadi Kurikulum Darurat (Sanjaya, J. B., & Rastini, R., 2020)
dan Kurikulum Prototipe sebagai suatu langkah dalam rangka pemulihan
pembelajaran akibat Covid 19 sekaligus sebagai wahana untuk perubahan dan
inovasi kurikulum. Kurikulum Prototipe diujicobakan penerapannya di sekolah
yang menjadi sasaran dan target Program Sekolah Penggerak dengan didukung oleh
Guru Penggerak. Dengan demikian situasi pandemic Covid 19 ada tiga jenis
kurikulum yang berlaku di satuan pendidikan yaitu Kurikulum 13, Kurikulum
Darurat dan Kurikulum Prototipe
174
Adanya pandemi Covid 19 yang datang secara tiba-tiba dan membuat perubahan
secara disruptif dalam berbagai sektor kehidupan manusia termasuk perubahan
disruptif dalam sektor pendidikan. Adanya perubahan disruptif yang diakibatkan oleh
kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 yang diperparah oleh hadirnya bencana
kemanusia dan kesehatan yaitu datengnya pandemi Covid 19 yang membuat pola dan
kegiatan pembelajaran berubah secara drastis dan mengalami ketertinggalan belajar
(learning loss). Perubahan drastis akibat pandemi Covid 19 dan kemajuan era digital
tidak diikuti dengan kesiapan para pelaku pendidikan (guru dan kepala
sekolah/madrasah), orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Sebelum Covid 19
ada dan menjadi pandemi nasional bahkan internasional, berbagai masalah yang ada
dalam sektor pendidikan memang tidaklah sedikit antara lain masalah kesenjangan dan
pemerataan pendidikan, masalah kualitas pembelajaran, masih rendahnya hasil tes
internasional seperti hasil PISA siswa Indonesia, masalah kualitas guru, ketersediaan
fasilitas pendidikan seperti jaringan internet, ketersediaan perangkat komputer, sarana-
prasarana praktikum, dan masalah pendidikan lainnya. Belum optimalnya pelaksanaan
Kurikulum 13 di sekolah/madrasah baik karena kompetensi guru maupun arah
orientasi dan muatan dalam Kurikulum 13 serta perkembangan dan kemajuan teknologi
juga menjadi tambahan masalah yang dihadapi dunia pendidikan. Berbagai masalah
pendidikan tersebut telah banyak bukti tertulis yang didapat dari berbagai media dan
hasil penelitian berbagai pihak.
Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Badan Standar, Kurikulum, dan
Asesmen Pendidikan (BSKAP) membuat suatu langkah kebijakan perubahan dan
inovasi kurikulum dengan merancang kurikulum baru dengan maksud kurikulum
tersebut dapat mengatasi permasalahan pembelajaran dan dapat meningkatkan mutu
lulusan pendidikan di era baru yaitu era revolusi industri 4.0. era masyarakat 5.0 dan
era pandemi Covid 19. Kondisi tersebut yang melatarbelakangi perlunya kurikulum
baru yang dapat memberikan jawaban dan solusi terhadap permasalahan pembelajaran.
Kurikulum baru ini sebelumnya telah diujicobakan di sekolah penggerak. Kurikulum
baru tersebut bernama Kurikulum Prototipe yang selanjutnya berubah nama menjadi
Kurikulum Merdeka di tahun 2022. Kurikulum Merdeka yang
175
dicanangkan sampai tahun 2024 menjadi cikal bakal hadirnya kurikulum
pendidikan nasional yang akan diberlakukan dan menjadi acuan untuk seluruh
satuan pendidikan. Perubahan dan inovasi kurikulum tersebut dengan harapan
dapat mengatasi masalah dan dapat membangun daya saing dan ketangguhan
sumber daya manusia serta peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum
Merdeka ini sejak 2022 -2024 sifatnya pilihan atau tidak wajib dalam penerapannya
di sekolah/madrasah. Artinya bagi sekolah/madrasah biasa yang bukan sekolah
penggerak bila ingin dan siap menerapkan Kurikulum Merdeka dibolehkan
menjalankannya tanpa paksaan. Bila belum siap, maka sekolah/madrasah dapat
menerapkan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat. Pemerintah akan
mendukung apapun keputusan sekolah/madrasah dalam menerapkan kurikulum
sebagai pijakan dalam pembelajaran.
1) Pengertian Kurikulum Merdeka
Banyak pihak diantaranya para guru yang merupakan aktor terdepan dalam
implementasi kurikulum termasuk kurikulum merdeka menunjukkan rasa ingin
tahunya yang tinggi, penasaran dan bertanya-tanya terkait dengan apa itu
Kurikulum Merdeka? apa saja manfaat Kurikulum Merdeka? apa karakteristik dan
prinsip Kurikulum Merdeka? bagaimana struktur Kurikulum Merdeka? seperti apa
rancangan pembelajaran dan perangkat ajar dalam Kurikulum Merdeka? dan
bagaimana pola pembelajaran dan penilaian dalam Kurikulum Merdeka? Berbagai
pertanyaan di atas akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
Kurikulum Merdeka sebagai sebuah nama kurikulum sekolah disampaikan oleh
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi saat menyampaikan kebijakan
pendidikan Episode ke 15 Kebijakan dan Program Merdeka Belajar. Kurikulum
Merdeka sebelumnya bernama kurikulum prototipe yang merupakan satu model
kurikulum yang digunakan dalam program sekolah penggerak Untuk memahami
kurikulum prototipe terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian kata prototipe yang
berasal kata prototype sebagai kata pinjaman dan serapan dari kata bahasa Inggris, yaitu
prototype. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Online), prototipe mengandung
arti sebagai suatu model pertama yang dijadikan contoh.
176
Secara sederhana prototipe bermakna contoh yang posisikan sebagai model pertama
atau suatu kasus uji dari kegiatan inovasi.
Dalam design thinking (desain berpikir) sebagai kerangka dan paradigma
berpikir sistemik, prototipe merupakan salah satu tahapan kerja inovasi dan
pemecahan masalah. Design thinking adalah proses memecahkan masalah secara
kreatif. Menurut Binus University, design thinking adalah pendekatan berbasis solusi
untuk menyelesaikan masalah, juga proses menentang asumsi yang berfokus pada
kebutuhan pengguna atau dalam hal ini manusia. Design thinking adalah proses
berulang di mana kita berusaha memahami pengguna, menantang asumsi, dan
mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi
alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman
kita. Pada saat yang sama, design thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi
untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara berpikir dan bekerja serta kumpulan
metode langsung. Design thinking berputar di sekitar minat yang mendalam dalam
mengembangkan pemahaman dari orang-orang yang menjadi tujuan perancangan
produk atau layanan. Hal ini membantu kita mengamati dan mengembangkan
empati dengan target pengguna. Design thinking membantu kita dalam proses
bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan
mempertanyakan keterkaitannya. Design thinking sangat berguna dalam mengatasi
masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan reframing
masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide
dalam brainstorming, dan mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan
prototype dan testing. Design thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang
berjalan, membuat sketsa, membuat prototype, testing, dan mencoba berbagai konsep
dan ide. Dengan kata lain dalam design thinking sebagai paradigma perubahan dan
inovasi kurikulum memuat tahapan empathisme, define, Ideate, prototype, dan test.
Prototipe menjadi satu tahapan dalam design thinking yang tersedia untuk
adanya pengujian konsep dan desain secara empirik dari sebuah inovasi termasuk
inovasi kurikulum yang diajukan sehingga dapat diterima oleh stakeholders
pendidikan, para pelaku pendidikan, untuk pengujian dapat atau tidak dapat
177
diterapkan serta untuk melihat ketepatan dan kendala yang dihadapi saat
pelaksanaan serta hasil yang diperolehnya. Kurikulum hasil inovasi setelah
melewati tahap prototipe dinamakan Kurikulum Prototipe yang merupakan
kurikulum model hasil uji coba pada sekolah penggerak yang dimaksudkan untuk
dapat mengatasi masalah pendidikan yang ada selama ini terutama dalam ranah
proses dan hasil pembelajaran dimana kurikulum menjadi instrumen yang sangat
strategis keberadaannya. Kurikulum prototipe ini meneruskan proses peningkatan
kualitas pembelajaran yang telah diinisiasi kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Kurikulum prototipe ini menguatkan praktik kurikulum berbasis konteks satuan
pendidikan yang sudah diatur dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya.
Kurikulum prototipe ini dimaksudkan untuk penguatan literasi dan numerasi dalam
pembelajaran yang efektif dan menyeluruh di semua mata pelajaran. Kurikulum
Prototipe ditawarkan juga sebagai opsi tambahan untuk rehabilitasi proses
pembelajaran yang mengalami perubahan secara disruptif akibat covid 19 dan juga
sebagai langkah perbaikan dan pembenahan pendidikan. Kurikulum prototipe
mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa, dan memberikan ruang
tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.
Kebijakan Kurikulum Nasional yang saat ini dinamakan Kurikulum Merdeka
yang sebelumnya Bernama Kurikulum Prototipe merupakan hasil inovasi
kurikulum yang akan ditinjau kembali pada tahun 2024 berdasarkan hasil penilaian
pelaksanaan dan penerapan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan yang
dilakukan selama masa pemulihan pembelajaran terutama dalam situasi pandemi
Covid 19 untuk selanjutnya akan ditetapkan sebagai kurikulum baru yang dijadikan
pedoman dan acuan dalam pembelajaran di di semua jenis satuan pendidikan dan
semua jenjang pendidikan mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan
menengah di Indonesia. Kurikulum merdeka guru lebih bisa mengerti, beradaptasi,
dan fleksibel, karena sesuai kemampuan muridnya. Kurikulum merdeka ini juga
memberikan kesempatan bagi guru berkreasi dan berinovasi.
Berdasarkan alur pikir design thinking di atas, maka Kurikulum Merdeka yang
akan diberlakukan mulai tahun ajaran 2022 ini merupakan model kurikulum yang
terus dikuatkan dan disempurnakan sampai tahun 2024 untuk selanjutnya menjadi
178
bahan dasar dalam penetapan kebijakan kurikulum baru pendidikan nasional
sebagai hasil dari perubahan dan inovasi kurikulum yang akan diberlakukan secara
nasional untuk semua jenis dan jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar
dan menengah. Perubahan dan inovasi kurikulum dengan skema tersebut agar
penerapannya dapat berjalan dengan lebih baik, semakin efektif dan efisien serta
menunjukkan peningkatan mutu proses dan hasil pendidikan sesuai dengan situasi
dan kondisi serta tantangan yang dihadapi dunia pendidikan.
2) Mengapa Perlu Ada Kurikulum Merdeka
Kepala BSKAP, Anindito Aditomo mengatakan bahwa kita mengalami krisis
belajar (learning crisis) cukup lama. Studi-studi nasional maupun internasional
menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan
sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Studi-studi tersebut juga
menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok
sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar. Saat dan setelah pandemic Covid 19,
krisis belajar ini menjadi semakin parah. Untuk mengatasi krisis belajar kita perlu
perubahan yang sistemik. Kualitas guru dan kepala sekolah tentu menjadi faktor
kunci kualitas pembelajaran. Selain itu kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh
kurikulum yang digunakan.
Kurikulum sebagai pedoman dasar pembelajaran di dalamnya memuat
struktur dan bahan kajian yang dapat menentukan materi yang akan diajarkan di
kelas. Muatan kurikulum juga dapat mempengaruhi kecepatan pembelajaran dan
penggunaan pendekatan, model, strategi, metode, teknik dan penilaian yang
digunakan guru dalam pembelajaran. Betul bahwa guru yang hebat (the great
teacher) akan bisa menerapkan pembelajaran yang baik, apapun model
kurikulumnya, tetapi model kurikulum yang baik dan visioner bisa mendorong
sebagian besar guru untuk berfokus pada upaya tumbuh kembang karakter,
pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi, penguatan kompetensi dan
pencapaian kapasitas dan daya tangguh murid dalam pembelajaran.
Kurikulum pendidikan nasional sebagai kerangka acuan dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional pada setiap jenjang dan satuan pendidikan
telah hadir sejak lama. Berikut perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia:
179
1) Rencana Pelajaran 1947
2) Rencana Pelajaran 1952
3) Rencana Pelajaran 1964
4) Kurikulum 1968
5) Kurikulum 1975
6) Kurikulum 1984
7) Kurikulum 1994
8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
9) Kurikulum Periode 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
10) Kurikulum Periode 2013 (K13)
Kurikulum merdeka merupakan langkah inovasi yang merupakan hasil
evaluasi terhadap kurikulum 2013 yang masih digunakan di satuan pendidikan.
Kurikulum merdeka sebagai hasil inovasi dimaksudkan menjadi model kurikulum
yang baik dan berorientasi masa depan serta visioner. Kurikulum jenis ini
memberikan ruang pada guru dalam membangun iklim dan kultur pembelajaran
yang dapat menghantarkan siswa menjadi mandiri, pembelajar sepanjang hayat,
belajar sejalan dengan minat, bakat, dan potensi peserta didik, mendapatkan
pembelajaran yang inspiratif, menantang, menyenangkan, bermakna, fungsional
dan produktif. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk melaksanakan
pembelajaran dengan cara “kejar tayang materi”, melainkan mendorong guru untuk
lebih memperhatikan kemajuan dan kualitas belajar muridnya. Selain itu kurikulum
yang baik memberikan kemerdekaan peserta didik untuk belajar secara
bertanggung jawab, relevan dengan kebutuhan serta potensi diri mereka dalam
pengembangan karakter, kecakapan dan kompetensi yang diperlukan sejalan
dengan kontek zaman dan ruang dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Untuk itulah menjadi sangat diperlukan langkah inovasi kurikulum melalui
kurikulum prototipe sebagai model yang selanjutnya dikenal dengan Kurikulum
Merdeka sebagai bagian penting dan strategis upaya memulihkan pembelajaran dari
krisis pembelajaran yang sudah berlangsung cukup lama yang dialami bangsa
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian melalui Kurikulum Merdeka
tersebut dapat menjawab permasalahan pendidikan dan sekaligus menjadi solusi
180
yang tepat dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang sebagai akibat dari
adanya perubahan yang berjalan cepat dan disruptif karena kemajuan teknologi
dalam hal ini teknologi digital, perubahan masyarakat, perubahan iklim dan
termasuk perubahan akibat pandemi Covid 19.
c. Manfaat dan Hal-hal Baru dalam Kurikulum Merdeka
Sebagai pedoman pembelajaran, ada beberapa manfaat yang didapat dari
pelaksanaan Kurikulum Merdeka sebagai berikut:
181
pelajar Indonesia sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global, dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dengan enam ciri utama yakni :
beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kebhinekaan
global, gotong royong, mandiri, nalar dan kreatif. Profil ini menjadi acuan bagi
sekolah/madrasah dalam mengembangkan ketiga standar kurikulum yakni, standar
isi, standar proses, serta standar penilaian.
Kedua, hal yang penting dalam Kurikulum 2013 adanya kata KI dan KD
sebagai kerangka kualifikasi yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka yang disebut juga Kurikulum dengan paradigma baru
ditegaskan bahwa rangkaian hasil belajar berupa pengetahuan, keterampilan dan
sikap merupakan wujud dari capaian pembelajaran atau sebagai outcomes based
curriculum (capaian hasil kurikulum) sebagai satu kesatuan yang utuh dan holistik.
Oleh karena itu, setiap mata pelajaran yang dievaluasi oleh guru harus
menunjukkan nilai dan kinerja tertentu. Capaian Pembelajaran adalah rangkaian
dari pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai kesatuan yang utuh dalam proses
pembelajaran bagi siswa. Asesmen yang diberikan oleh guru wajib mencakup pada
Capaian Pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketiga, pelaksanaan proses pembelajaran tematik yang selama ini hanya
dilakukan di tingkat SD/MI, dibiarkan berlangsung di tingkat lain dalam kurikulum
baru. Dengan demikian model pembelajaran tematik dapat diterapkan pada jenjang
selain SD/MI. Oleh karena itu, pada jenjang SD/MI, kelas IV, V, dan VI sebaiknya
tidak saja menggunakan pendekatan pembelajaran tematik. Dengan kata lain di
SD/MI dapat menyelenggarakan pembelajaran berbasis tematik dan atau berbasis
mata pelajaran.
Keempat, dari segi jumlah jam, kurikulum pawai baru tidak merinci jumlah jam
per minggu seperti yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, tetapi jumlah jam per
tahun diatur dalam Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, setiap sekolah/madrasah
harus nyaman dalam mengelola pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Setiap mata
pelajaran boleh diajarkan pada semester biasa atau dapat diajarkan pada semester
sebelumnya, misalnya kelas IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester tersendiri.
Hal tersebut tidak menjadi masalah kecuali jika diselesaikan selama tahun
182
ajaran dan dapat disetujui. Jumlah jam pelajaran ditetapkan per tahun ajaran. Jika
pada kurikulum 2013 jumlah jam pelajaran ditetapkan per minggu namun dalam
Kurikulum Merdeka akan ditetapkan per tahun. Hal ini akan memudahkan guru
dalam mengatur pelaksanaan pembelajarannya.
Kelima, Sekola/Madrasah diberi kebebasan untuk menerapkan model
pembelajaran kolaboratif antar topik dan membawanya dalam lintas topik, dengan
menerapkan penilaian berbasis proyek atau penilaian portofolio. Pembelajaran
berbasis proyek sangat bermanfaat bagi siswa dan juga bagi guru. Hal ini
disebabkan oleh pembelajaran berbasis proyek bertujuan dan bermuara pada
penguatan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu model pembelajaran tersebut memberi
kesempatan bagi pelajar mengambil pengalaman (experiential learning), dan
mengintegrasikan kompetensi esensial yang dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Keenam, untuk mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
pada Kurikulum 13 tidak ada, akan kembali ada dengan nama baru yaitu informatika
yang akan dimulai pada tingkat SMP/MTs. Bagi sekolah yang tidak memiliki guru
informatika, tidak perlu khawatir untuk menerapkan mata pelajaran informatika karena
mata pelajaran ini selain diajarkan oleh guru yang berlatar belakang pendidikan yang
relevan, boleh diajarkan oleh guru dengan latar belakang bukan bidang informasi.
Untuk mendukung itu telah dikembangkan buku teks informasi yang akan
memudahkan guru dan siswa untuk menggunakan dan memahaminya.
Ketujuh, mata pelajaran IPA dan IPS digabung menjadi Ilmu Pengetahuan
Alam Sosial (IPAS). Pada tataran pendidikan dasar kelas IV, V, dan VI selama ini
mata pelajaran kelompok IPA dan IPS terpisah namun pada Kurikulum Merdeka
diajarkan secara bersamaan dalam satu mata pelajaran. Selanjutnya program
peminatan seperti IPA dan IPS serta Bahasa, keagamaan di SMA/MA tidak
diberlakukan dari tingkat kelas X. Pada kelas X siswa mempersiapkan diri untuk
menentukan pilihan mata pelajaran di kelas XI dan XII serta diwajibkan mengikuti
pelajaran di kelompok mata pelajaran wajib, keterampilan vokasi, minat dan bakat
yang diminatinya dalam Kurikulum Merdeka sesuai jenjangnya.
183
2. Menganalisis Prinsip-Prinsip Utama Yang Dijadikan Dasar Dalam
Penerapan Kurikulum Merdeka, Karakteristik Dalam Pembelajaran, Kriteria
Sekolah/Madrasah Yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka, Dan Struktur
Serta Dimensi Kurikulum Merdeka
184
2) Kurikulum Merdeka Berorientasi pada Pencapaian Kompetensi secara
Holistik.
Bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang harus dapat
menumbuhkembangkan potensi siswa secara utuh (holistik) dan terpadu
bukan hanya kemampuan akademik intelektualnya saja, tetapi juga
kecakapan dan karakternya. Sebagaimana dikemukakan oleh tokoh
pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah daya
upaya untuk menumbuh-kembangkan budi pekerti (kekuatan batin,
karakter), pikiran (intelek) dan tubuh-raga anak. Artinya pendidikan
merupakan upaya memberi tuntunan atas perkembangan potensi akal, rasa,
dan raga (kekuatan kodrati anak) secara optimal dan padu agar mereka baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya. Ketiga potensi
dan kompetensi merupakan satu kesatuan yang utuh untuk melahirkan anak
yang memiliki kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan
yang selaras dengan dunianya sebagai jembatan menuju kehidupan akhirat.
Tujuan pendidikan sebagaimana dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara diarahkan untuk membentuk manusia merdeka segala-galanya;
merdeka pikirannya, merdeka batinnya, dan merdeka pula tenaganya, supaya
dapat bermanfaat bagi bangsa dan tanah air (h. 12). Ki Hajar Dewantara
mengingatkan bahwa kemerdekaan itu memiliki tiga macam, yaitu berdiri
sendiri (zelfstanding), tidak tergantung pada orang lain (onafhankelijk), dan
dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, selfbeschikking) (h. 4). Dengan
demikian proses pendidikan harus mengarah pada proses yang
memerdekakan dan memberdayakan dalam pembentukan manusia-manusia
merdeka berkarakter yang diikuti dengan penuh tanggung jawab dalam
segala hal dan kecakapan hidup.
Untuk mewujudkan proses dan tujuan pendidikan tersebut, kurikulum
sekolah/madrasah harus memberikan ruang untuk mengembangkan secara
holistik dan terpadu potensi kodrati peserta didik yaitu kecerdasan pikiran, rasa,
spiritual, budi pekerti dan kecapan. Kurikulum Merdeka memberi
185
penekanan dan aktualisasi ketiga potensi kodrati peserta didik untuk tumbuh
dan berkembang secara proporsional dan maksimal diantaranya dengan
memberikan porsi waktu khusus bagi pelaksanaan pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran berbasis proyek sebagai bentuk pembelajaran lintas
mata pelajaran dan memandu siswa untuk berkolaborasi, menciptakan karya
atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka. Contoh
sederhananya adalah kolaborasi membuat karya budaya Islam, yang diawali dari
merancang pentas budaya, meneliti masalah sampah di lingkungan sekitar,
pementasan, pembuatan laporan dan evaluasi serta refleksi.
3) Kurikulum Merdeka Memberi Ruang bagi Kontekstualisasi Belajar
(contextual teaching learning) di Satuan Pendidikan.
Prinsip kontekstualisasi dalam kurikulum artinya adanya penyesuaian
kurikulum dengan visi-misi sekolah/madrasah dan juga kebutuhan belajar
para siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi wajib dalam
kurikulum memberi ruang untuk adanya kreasi dan inovasi secara merdeka
kepada guru dalam mengajar yang didasarkan pada rasionalitas dan
akuntabilitas serta relevansi materi dengan kehidupan saat ini dan ke depan.
Hal ini menjadi ruang yang harus difasilitasi secara lebih serius dalam
Kurikulum Merdeka seperti jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu,
melainkan per tahun. Ketentuan ini memungkinkan sekolah/madrasah dan
guru untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel, terarah, tepat dan
akuntabel. Selain itu, capaian belajar juga tidak lagi menjadi "tagihan atau
ditagih" setiap tahun, melainkan tagihan setiap fase (2-3 tahun). Hal ini
memungkinkan adanya variasi kecepatan dan sekuens materi dan
pembelajaran antar sekolah/madrasah juga pada pada diri peserta didik
yang diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan
karakteristik dan tingkat kemampuan siswa. Pola pembelajaran
berdiferensiasi menjadi salah satu alternatif yang patut diperhatikan dan
diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di satuan Pendidikan.
Dengan demikian Kurikulum Merdeka berupaya memperkuat prinsip-
prinsip dasar yang sudah ada dan menjadi bagian dari prinsip-prinsip
186
kurikulum sebelumnya, terutama pada pengembangan kompetensi utuh dan
karakter siswa, serta fleksibilitas yang dapat mendorong kreativitas dan
inovasi di tingkat satuan pendidikan baik oleh kepala sekolah/madrasah,
guru dan peserta didik. Berfokus pada materi esensial, kontekstual, fleksibel,
berfokus pada penguatan kompetensi utuh dan karakteristik siswa,
mendorong guru punya ruang dan waktu yang cukup untuk menerapkan
kurikulum tersebut secara efektif, produktif dan memerdekakan serta
memberdayakan siswa. Misalnya dalam Kurikulum Merdeka memberi
penekanan pada penerapan model dan pendekatan pembelajaran
diantaranya melalui penerapan problem based learning (pembelajaran berdasarkan
pemecahan masalah) , project based learning (pembelajaran berdasarkan karya), deep
learning (pembelajaran berdasarkan pemahaman mendalam), meaningfull learning
(pembelajaran berorientasi pada makna dan pemanfaatan pengetahuan), dan bentuk
pembelajaran aktif lainnya dapat mengkontekstualisasikan materi ajar
dengan realitas sosial dan lingkungan sekitar serta perkembangan teknologi.
Dengan pola dan pendekatan pembelajaran seperti itu, akan menumbuhkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti bernalar kritis dan tumbuhnya
kreativitas siswa.
Saat ini kita hidup dalam era keterbukaan informasi dan pengetahuan
yang sangat mudah diperoleh melalui berbagai sumber digital. Perolehan materi
ajar saat ini tidak lagi dimonopoli hanya berasal guru dan sumber materi di
sekolah/madrasah. Peran guru dalam era digital ini bukan lagi hanya menjadi
penyampai informasi satu-satunya (transfer of knowledge), melainkan sebagai
fasilitator, mitra diskusi, inovator pembelajaran dan inspirator siswa untuk terus
termotivasi spirit belajarnya dan menjadikan mereka sebagai pembelajar
sepanjang hayat. Begitu juga peran sekolah/madrasah adalah untuk membantu
dan memfasilitasi siswa mencari pengetahuan secara mandiri, mendalami,
melakukan uji coba, mengevaluasi dan menciptakan pengetahuan dan unjuk
karya. Guru dan sekolah/madrasah harus mampu menciptakan ruang,
ekosistem dan lingkungan belajar terbuka, kondusif, dan mudah mengakses
sejumlah materi pengetahuan dari berbagai
187
sumber belajar digital serta memberikan ruang eksplorasi dan elaborasi potensi
belajar peserta didik secara maksimal seiring dengan yang mereka perlukan
untuk masa depannya serta memberikan ruang kesempatan untuk mengasah
nalar kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi, karakter unggul dan
kecakapan mereka untuk dapat merespon dan menjawab tantangan dan peluang
yang dihadapi peserta didik sesuai dengan konteks zamannya.
b. Karakteristik Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka memiliki sejumlah karakteristik utama yang
mendukung pemulihan pembelajaran dan respon masa depan, yaitu: a.
berfokus pada pengembangan soft skill dan perilaku (menghormati etika,
kolaborasi, keragaman, kebebasan, berpikir kritis, kreativitas) akan menerima
komponen khusus pembelajaran berbasis proyek; b. berfokus pada materi
esensial yang diperlukan agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk
mempelajari keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan literasi dasar
abad 21; c. adanya fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa (mengajar pada tingkat
yang tepat) dan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan.
Dengan demikian Kurikulum Merdeka berfokus pada hal yang penting
seperti berfokus pada materi yang dibutuhkan untuk setiap mata pelajaran,
menyediakan tempat bagi pengembangan profesional, dengan keterampilan
mendalam seperti membaca dan menulis dan berhitung. Selain itu karakteristik
utama Kurikulum Merdeka berfokus pada rancangan kurikulum operasional
sekolah/madrasah dan rencana persiapan pembelajarannya bersifat dinamis dan
substantif. Kurikulum Merdeka menetapkan tujuan pembelajaran di setiap
tingkatan (2-3 tahun) yang dapat dilakukan secara bertahap dan tergantung pada
kapasitas dan tujuan sekolah/madrasah. Dalam Kurikulum Merdeka ini, proses
pembelajarannya lebih mudah dan fleksibel. Hal tersebut merupakan harapan
baru bagi setiap guru dalam pelaksanaan tugas keprofesiannya. Kurikulum
Merdeka juga menjadi model bagi satuan pendidikan untuk melakukan
pemulihan pembelajaran selama masa pandemic Covid 19 dengan karakteristik
utamanya: 1) pembelajaran berbasis
188
proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter, 2) fokus pada materi
esensial untuk mendalami kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, 3)
fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian
dengan konteks global, nasional dan muatan lokal.
1) Kurikulum Merdeka Berfokus pada Pengembangan Kemampuan Non-
Teknis (soft skill) selain Teknis
Keterampilan non-teknis adalah pengembangan kemampuan terkait
dengan kemampuan untuk mensosialisasikan siswa. Dalam kurikulum
merdeka, itu tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan
bidang yang telah ditekuni murid, tetapi juga lintas minat murid di
sekolah/madrasah. Dalam pembelajaran guru diminta untuk menyediakan
sejumlah tugas atau proyek kepada siswa yang bisa lintas mata pelajaran,
bahkan lintas peminatan murid atau siswa. Sebagai contoh dalam Kurikulum
Merdeka, siswa SD/MI paling tidak dapat melakukan dua pembelajaran
model proyek dalam satu tahun pelajaran. Sementara siswa SMP/MTs,
SMA/MA dan SMK/MAK paling tidak dapat melakukan tiga pembelajaran
model proyek. Namun demikian, sekolah/madrasah masih diberi ruang
kebebasan untuk mengembangkan program kerja terkait dengan penerapan
pembelajaran model proyek.
2) Kurikulum Merdeka Berfokus pada Materi Esensial
Dengan pembelajaran berfokus pada materi penting atau esensial, maka
ada waktu yang cukup dan leluasa untuk terwujudnya pembelajaran mendalam
(deep learning) dalam rangka penguatan kompetensi dan literasi dasar sehingga
siswa tidak tertinggal terkait dengan kemampuan dan literasi dasar. Selain itu,
dalam Kurikulum Merdeka tidak adanya jurusan dalam ilmu sosial (IPS), Alam
(IPA), dan bahasa di tingkat pendidikan menengah, tetapi siswa diberi
kesempatan untuk menentukan berdasarkan pilihan, minat dan bakat yang
relevan. Siswa juga bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan yang ada dalam
pikiran dan potensi mereka. Hal ini didasarkan pada orientasi Kurikulum
Merdeka yang memprioritaskan pada pengembangan karakter dan
189
kompetensi esensial siswa secara holistik dan utuh. Berbeda dengan kurikulum
2013 yang didalamnya ada istilah KI dan KD sebagai gambaran kompetensi yang
dikesankan secara parsial, sedangkan dalam Kurikulum Merdeka gambaran
prestasi dan hasil belajar digunakan istilah Capaian Pembelajaran (CP) sebagai
satu bangunan kompetensi yang menjadi satu kesatuan terkait, holistik, dan utuh
antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai hasil belajar sehingga
dapat membangun kompetensi yang utuh.
3) Kurikulum Merdeka Memberikan Fleksibilitas Bagi Guru
Guru, dalam pembelajaran diberikan ruang fleksibilitas sehingga
ketika melaksanakan tugas keprofesiannya dapat mengajarkan materi ajar
berangkat dari masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.
Fleksibilitas bagi guru, dimaksudkan untuk adanya pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan dan karakteristik siswa dan melakukan penyesuaian
pada konteks dan konten lokal. Selain itu, rancangan kurikulum untuk
sekolah/madrasah juga dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam
Kurikulum Merdeka, tujuan pembelajaran ditetapkan per fase, yaitu dua
hingga tiga tahun untuk memberikan fleksibilitas bagi guru dan sekolah.
Dalam implementasinya bagi satuan pendidikan (sekolah/madrasah) yang
akan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan memperhatikan tahapan dan
langkah kerja operasional sebagai berikut :
● Langkah 1 kompleksitas sederhana, yaitu penerapan Kurikulum
Merdeka pada satuan pendidikan dilakukan dengan mengikuti
contoh yang diberikan sebagai role model;
● Langkah 2 kompleksitas dasar, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka
pada satuan pendidikan dilakukan dengan menyesuaikan contoh
yang diberikan;
● Tahap 3 kompleksitas sedang, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka
pada satuan pendidikan dilakukan dengan keterlibatan
sekolah/madrasah dan anggota masyarakat tergantung pada situasi
sekolah;
190
● Tahap 4 sangat kompleks, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka pada
satuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan warga
sekolah/madrasah tergantung situasi sekolah/madrasah.
191
b. Kriteria Sekolah/Madrasah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka
Agar pelaksanaan Kurikulum Merdeka berjalan baik dan sesuai dengan
maksud dan tujuan, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam implementasi
Kurikulum Merdeka sebagai berikut :
● Warga sekolah/madrasah menunjukkan minat tinggi dan kesiapan
menerapkan kurikulum merdeka untuk memperbaiki pembelajaran.
● Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum
Merdeka akan diminta terlebih dahulu untuk mempelajari materi yang
dikembangkan dari pusat. Setelah mempelajari materi tersebut
sekolah/madrasah memutuskan untuk melaksanakan dengan cara
mereka akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan survei
singkat.
● Adanya proses pendaftaran dan pendataan pada sekolah/madrasah
bukan sebagai arena seleksi satuan penyelenggara pembelajaran yang
akan menerapkan Kurikulum Merdeka.
● Kesiapan dan kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru dalam
penerapan Kurikulum Merdeka untuk memahami dan mengadaptasi
kurikulum tersebut di konteks masing-masing. Dengan demikian,
Kurikulum Merdeka dapat diterapkan di semua sekolah/madrasah
bukan hanya di sekolah/madrasah yang punya fasilitas bagus atau
yang berada di kota saja.
● Perlunya ada pemetaan potensi diri sekolah/madrasah dalam
menyiapkan skema tingkat penerapan Kurikulum Merdeka
berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah/madrasah ketika satuan
pendidikan tersebut mendaftarkan diri sebagai pelaksana Kurikulum
Merdeka.
● Sekolah/madrasah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan
kerangka Kurikulum Merdeka akan disarankan untuk mengadopsi
Kurikulum Merdeka secara penuh. Sekolah/madrasah seperti ini
sebenarnya sudah menerapkan substansi dari pembelajaran yang ingin
192
didorong melalui Kurikulum Merdeka. Sekarang mereka diberi
penguatan dan rekognisi formal.
● Sekolah/madrasah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba
menerapkan Kurikulum Merdeka secara parsial. Di tahun pertama,
mereka masih menggunakan Kurikulum 2013, namun sambil
mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari Kurikulum
Merdeka. Misalnya, menggunakan buku teks baru untuk mata
pelajaran tertentu, menggunakan asesmen diagnostik untuk literasi
dan numerasi, atau menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk
tema-tema tertentu.
● Tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran untuk menerapkan
Kurikulum Merdeka. Perlunya melakukan survey atau pemetaan
untuk mendapatkan informasi tingkat kesiapan sekolah/madrasah
dan menyiapkan bantuan yang diperlukan sesuai kebutuhan dalam
implementasi Kurikulum Merdeka.
● Untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, sekolah/madrasah
menyusun kurikulum operasional menjadi tugas dan kewenangan
sekolah/madrasah secara mandiri. Dengan demikian kurikulum antar
sekolah/madrasah bisa berbeda sesuai dengan karakteristik murid dan
kondisi sekolah/madrasah asalkan tetap mengacu pada kerangka yang
sama sebagaimana dalam kerangka umum kurikulum merdeka.
Penyusunan kurikulum operasional sekolah/madrasah merupakan
bagian dari otonomi keilmuan dan keprofesionalan guru. Sebagai
profesional, guru memiliki tugas dan kewenangan untuk bekerja
secara otonom, mandiri, dan akuntabel berlandaskan norma profesi
dan keilmuan yang relevan termasuk dalam penyusunan kurikulum.
193
muatan pembelajaran wajib beserta beban belajarnya. Satuan pendidikan dan/atau
pemerintah daerah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan
karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah. Pembelajaran dalam Kurikulum
Merdeka dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu: pembelajaran reguler atau
rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan pembelajaran berbasis proyek
yang diorientasikan untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pelaksanaan
pembelajaran reguler untuk setiap mata pelajaran mengarah pada CP (Capaian
Pembelajaran) dan Profil Pelajar Pancasila.
Pembelajaran berbasis proyek dalam proyek penguatan Profil Pelajar
Pancasila diselenggarakan untuk menguatkan upaya pencapaian profil tersebut.
Pembelajaran berbasis proyek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar
Pancasila diatur sebagai berikut: 1) dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang
ditetapkan; 2) tidak diarahkan untuk mencapai target CP tertentu, sehingga tidak
terikat pada konten mata pelajaran; 3) merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih
fleksibel, tidak terpaku pada jadwal belajar seperti kegiatan reguler, serta lebih
banyak melibatkan lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan pembelajaran
reguler; dan 4) peserta didik berperan besar dalam menentukan strategi dan
aktivitas proyeknya, sementara guru atau pendidik berperan sebagai fasilitator.
Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah yang menambahkan muatan
tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah,
secara fleksibel dapat mengelola kurikulum muatan lokal. Pembelajaran muatan
lokal dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut:
1) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain. Satuan
pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menentukan capaian
pembelajaran untuk muatan lokal, kemudian memetakannya ke dalam mata
pelajaran lain. Sebagai contoh, tentang batik diintegrasikan dalam mata
pelajaran Seni Rupa, sejarah lokal suatu daerah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran IPS, dan sebagainya.
2) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat
mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema proyek penguatan Profil Pelajar
194
Pancasila. Sebagai contoh, proyek dengan tema wirausaha dilakukan dengan
mengeksplorasi potensi kerajinan lokal, proyek dengan tema perubahan iklim
dikaitkan dengan isu-isu lingkungan di wilayah tersebut, dan sebagainya.
3) Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri
sebagai bagian dari program intrakurikuler. Satuan pendidikan dan/atau
pemerintah daerah dapat mengembangkan mata pelajaran khusus muatan
lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Sebagai
contoh, mata pelajaran bahasa dan budaya daerah, kemaritiman,
kepariwisataan, dan sebagainya sesuai dengan potensi masing-masing
daerah. Dalam hal satuan pendidikan membuka mata pelajaran khusus
muatan lokal, beban belajarnya maksimum 72 (tujuh puluh dua) jam pelajaran
per tahun ajaran atau 2 (dua) jam pelajaran per minggu.
Berikut ini karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang
satuan pendidikan seperti PAUD, SD/MI dan SMP/MTs (sederajat), SMA/MA,
SMK/MAK (sederajat) dan SLB.
1) Untuk Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang PAUD menekankan
pada :
a) Aktivitas bermain sebagai proses pembelajaran utama.
b) Memperkuat pra-literasi dan pembentukan karakter melalui kegiatan
belajar-bermain berbasis buku bacaan anak.
c) Memberi penekanan pada kemampuan tingkat dasar untuk
meningkatkan kesiapan masuk SD/MI.
d) Untuk memperkuat Profil Pelajar Pancasila, pembelajaran berbasis proyek
diberikan melalui festival dan festival lokal.
2) Untuk Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SD/MI memperkuat
keterampilan dasar dan pemahaman umum yaitu:
a) Untuk memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS
digabungkan menjadi IPAS.
195
b) Integrasi pemikiran komputasional dalam bahasa Indonesia, matematika
dan sains.
c) Bahasa Inggris sebagai Pilihan:
d) Pembajaran berbasis proyek diberikan setidaknya 2 kali per tahun ajaran
untuk meningkatkan Profil Pelajar Pancasila.
3) Untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP.MTs)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SMP/MTs
memperkuat keterampilan dasar dan pemahaman umum yaitu:
a) Menyesuaikan kemajuan teknologi digital, informatika yang akan
menjadi topik wajib.
b) Panduan untuk Guru Informatika telah dikembangkan untuk membantu
guru pemula dan guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
informasi
c) Pembelajaran berbasis proyek diberikan setidaknya diadakan setidaknya 3
kali dalam satu tahun ajaran dalam rangka penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
4) Untuk Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA.MA)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SMA/MA
memperkuat keterampilan dan pemahaman lanjut yaitu:
a) Arah pelaksanaannya lebih fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan
siswa, karena pilihannya adalah materi esensial pada pelajaran (bukan
program khusus/jurusan).
b) Di kelas 10, siswa mempersiapkan diri untuk kelas 11. Mata pelajaran yang
dipelajari hampir sama dengan pelajaran di sekolah menengah pertama..
c) Siswa kelas 11 dan 12 akan mengambil mata pelajaran dari kelompok
wajib belajar, dan memilih mata pelajaran dari kelompok Matematika-
IPA, IPS, Bahasa, dan kejuruan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan,
dan cita-citanya.
d) Untuk memperkuat profil Pancasila, pembelajaran berbasis proyek
dilakukan minimal 3 kali setahun dan penekanan pada adanya tugas
siswa menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.
196
5) Untuk Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/MAK)
a) Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SMK/MAK
memperkuat keterampilan dan pemahaman lanjut yaitu:
b) Dunia kerja dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kurikulum
dan pembelajaran.
c) Struktur kurikulumnya sederhana dalam dua kelompok: umum dan
kejuruan-vokasional. Persentase kelompok kejuruan-vokasional telah
meningkat dari 60% menjadi 70%.
d) Menerapkan pembelajaran berbasis proyek dengan menggabungkan isu-
isu yang relevan.
e) Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata pelajaran wajib minimal
6 bulan (satu semester).
f) Siswa dapat memilih mata pelajaran di luar program pengetahuan mereka.
g) Menyisihkan waktu untuk pembelajaran berbasis project dalam rangka
penguatan Profil Pelajar Pancasila dan budaya kerja siswa dengan
meningkatkan soft skill
6) Untuk Jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SLB memperkuat
keterampilan dan pemahaman yaitu:
a) Hasil pendidikan khusus adalah untuk mereka yang memiliki hambatan
mental dan fisik
b) Penerapan prinsip peningkatan kurikulum pada siswa berkebutuhan
khusus di sekolah luar biasa (SLB) memiliki hasil belajar yang sama
dengan sekolah reguler.
c) Sama halnya dengan siswa di sekolah formal, siswa di sekolah luar biasa
(SLB) menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk memperkuat
Profil Pelajar Pancasila dengan menerapkan tema yang sama dengan
sekolah reguler berdasarkan karakteristik dan kebutuhan khusus siswa di
sekolah luar biasa.
197
c. Pengembangan Perangkat Ajar Kurikulum Merdeka
Pada Kurikulum Merdeka perangkat ajar yang digunakan tidak lagi
menggunakan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melainkan
menggunakan Modul Ajar. Secara umum modul ajar merupakan satu kesatuan
bahan pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri dengan
komponen dan petunjuk yang jelas yang dikemas secara sistematis, menarik, dan
menantang sehingga peserta didik dapat mengikuti secara runtut tanpa campur
tangan pengajar. Modul ajar bukan hanya sekedar berisi kumpulan materi dan soal
sebagaimana pada umumnya selama ini, akan tetapi sebagai buku pedoman peserta
didik dalam belajar, yang berisi tentang keseluruhan rangkuman materi yang harus
dikuasai oleh peserta didik dan latihan soal yang harus dikerjakan peserta didik.
Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka pada hakikatnya memuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019
tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), berbagai materi
pembelajaran, lembar aktivitas peserta didik, dan asesmen untuk mengecek apakah
tujuan pembelajaran dicapai peserta didik. Dalam penyusun modul ajar, terdapat
beberapa istilah baru yang tidak ada sebelumnya di kurikulum 2013, diantaranya
seperti: Capaian pembelajaran; Profil Pelajar Pancasila; pemahaman bermakna;
pertanyaan pemantik; bahan bacaan guru dan peserta didik; serta glosarium. Dalam
ebook Panduan Pembelajaran dan Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah yang diterbitkan oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Badan
Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada tahun 2021 ditegaskan perlunya satuan
pendidikan mengembangkan modul ajar selain mempelajari modul ajar yang sudah
diterbitkan oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran. Guru dengan dukungan kepala
sekolah/madrasah pada satuan pendidikan membuat perangkat ajar dalam bentuk
modul ajar untuk digunakan dalam pembelajaran.
Modul ajar adalah sejumlah alat atau sarana, media, metode, petunjuk dan
pedoman pembelajaran yang dirancang secara sistematis dan menarik sebagai
perangkat ajar yang di dalamnya memuat alur tujuan pembelajaran yang
dikembangkan dari capaian pembelajaran. Dengan demikian satuan pendidikan
198
dapat menyusun, membuat, memilih, dan memodifikasi modul ajar tersebut sesuai
dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik. Komponen modul
ajar pada Kurikulum Merdeka meliputi tiga komponen pokok yaitu informasi
umum, komponen inti, dan lampiran. Berkut penjelasan ketiga komponen tersebut :
1) Komponen informasi umum, mencakup :
a) Identitas sekolah/madrasah, meliputi data sekolah, nama penyusun dalam
hal ini adalah guru, nama institusi. Disusul oleh tahun disusunnya modul
ajar, kemudian jenjang sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA atau
SMK/MAK. Selanjutnya kelas dan alokasi waktu ini. Hal-hal tersebut
merupakan data yang ada pada identitas sekolah/madrasah.
b) Kompetensi awal, berisi tentang pengetahuan atau keterampilan yang perlu
dimiliki siswa sebelum mempelajari topik tertentu. Kompetensi awal
merupakan ukuran kemampuan awal yang dimiliki peserta didik sebagai
dasar menentukan seberapa dalam modul ajar dirancang. Kompetensi awal
juga merupakan dasar untuk menentukan kompetensi yang ada ditetapkan di
modul ajar.
c) Profil Pelajar Pancasila, merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan
pembelajaran yang berkaitan erat dengan pembentukan karakter peserta
didik. Dengan demikian Profil Pelajar Pancasila hendaknya dapat tercermin
dalam konten atau metode pembelajaran. Di dalam pembelajaran Profil
Pelajar Pancasila tidak perlu dicantumkan seluruhnya, akan tetapi dapat
memilih Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran
dalam modul ajar tersebut.
d) Sarana dan prasarana, merupakan fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran. Bagian sarana merujuk pada alat dan
bahan yang digunakan, sementara prasarana di dalamnya termasuk materi
dan sumber belajar lainnya yang relevan.
e) Target peserta didik, terdapat beberapa hal yang diperhatikan. Yang pertama
adalah peserta didik reguler atau dengan tipikal umum, tidak ada kesulitan
dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Yang kedua adalah peserta
didik dengan kesulitan belajar, memiliki gaya belajar yang terbatas hanya satu
199
gaya. Misalnya dengan audio memiliki kesulitan dengan bahasa dan
pemahaman materi ajar, kurang percaya diri, kesulitan konsentrasi, dan
sebagainya. Yang ketiga peserta didik dengan pencapaian tinggi, yaitu
mencerna dan memahami dengan cepat mampu mencapai keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan memiliki keterampilan memimpin.
f) Model pembelajaran yang digunakan, merupakan model atau kerangka
pembelajaran yang memberikan gambaran sistematis pelaksanaan
pembelajaran. Dalam hal ini model pembelajaran dapat berupa; (1) model
pembelajaran tatap muka, (2) pembelajaran jarak jauh (PJJ), atau (3)
menggunakan blended learning.
2) Komponen Inti
Komponen inti dalam modul ajar setidaknya memiliki 8 (delapan) unsur yaitu
tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran, pemahaman bermakna,
pertanyaan pemantik, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, asesmen,
pengayaan dan remedial, dan refleksi pembelajaran. Berikut penjelasan terkait
dengan unsur-unsur dalam koponen inti yaitu:
a) Tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dan
alur tujuan pembelajaran harus mencerminkan hal-hal penting dari
pembelajaran serta harus bisa diuji dengan berbagai bentuk asesmen atau
penilaian sebagai bentuk dari unjuk pemahaman. Unsur tujuan pembelajaran
dan alur tujuan pembelajaran menentukan kegiatan belajar, sumber daya
yang digunakan, kesesuaian dengan keberagaman murid, dan metode
asesmen yang digunakan. Kemudian tujuan pembelajaran dan alur tujuan
pembelajaran bisa dari berbagai bentuk. Baik itu pengetahuan yang berupa
fakta dan informasi, pemahaman konseptual, pemikiran dan penawaran
keterampilan, dan kolaboratif dan strategi komunikasi.
b) Pemahaman bermakna, adalah informasi tentang manfaat yang akan peserta
didik peroleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Manfaat tersebut
nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh,
manusia berorganisasi untuk memecahkan masalah dan mencapai suatu
200
tujuan. Kemudian yang kedua, makhluk hidup beradaptasi dengan
perubahan.
c) Pertanyaan pemantik. Pertanyaan pemantik dibuat oleh guru untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis dalam diri
peserta didik. Dalam hal ini pertanyaan pemantik dapat memandu siswa
untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Misalnya pada pembelajaran menulis cerpen, guru dapat
mendorong pertanyaan pemantik “apa yang membuat sebuah cerpen
menarik untuk dibaca?” atau “jika kamu diminta untuk membuat akhir cerita
yang berbeda apa yang akan kamu usulkan?”
d) Persiapan pembelajaran. Urutan kegiatan pembelajaran inti dalam bentuk
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dituangkan secara konkret.
Disertakan opsi pembelajaran alternatif dan langkah untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan.
e) Kegiatan pembelajaran. Langkah kegiatan pembelajaran ditulis secara
berurutan sesuai dengan durasi waktu yang direncanakan. Kegiatan
pembelajaran ini meliputi tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
Dalam kegiatan pembelajaran mengharuskan penerapan pendekatan dan
metode pembelajaran aktif antara lain proyek based learning, problem based
learning, deep learning, difference learning dan lainnya untuk pencapaian
kompetensi Profil Pelajar Pancasila sebagai cerminan kecakapan abad 21.
f) Asesmen. Asesmen digunakan untuk mengukur ketercapaian pembelajaran di
akhir kegiatan. Kriteria pencapaian harus ditentukan dengan jelas sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terdapat 3 (tiga) jenis asesmen, sebelum
pembelajaran (diagnostik), asesmen selama proses pembelajaran (formatif), dan
asesmen pada akhir proses pembelajaran (sumatif). Minimal 3 jenis asesmen ini
yang nantinya akan dituliskan di komponen inti pada modul ajar. Bentuk
asesmen yang bisa dilakukan adalah; (1) sikap meliputi profil pelajar Pancasila
dapat berupa observasi, penilaian diri, penilaian teman sebaya, dan anekdotal (2)
performa yang bisa meliputi presentasi, drama, pameran hasil karya, jurnal,
penilaian portofolio, penilaian produk dan lain
201
sebagainya, dan (3) bentuknya tertulis yang meliputi tes objektif, berupa esai,
pilihan ganda, isian singkat, dan benar atau salah.
g) Pengayaan dan remedial, merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan
pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat
mengembangkan lebih lanjut potensinya secara optimal. Remedial diberikan
kepada peserta didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami
materi atau pembelajaran mengulang. Saat merancang kegiatan pengayaan
perlu diperhatikan mengenai diferensiasi. Contohnya lembar belajar atau
kegiatan yang berbeda dengan kelas.
h) Refleksi, merupakan suatu hal yang perlu guru dan peserta didik lakukan.
Karena dengan refleksi, guru dan peserta didik dapat mengukur sejauh mana
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan memiliki nilai bermakna.
3) Lampiran
Pada komponen lampiran, terdapat setidaknya 4 (empat) unsur dalam modul ajar
pada Kurikulum Merdeka ini. Keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a) Lembar kerja peserta didik. Lembar kerja peserta didik dibuat guru yang
ditujukkan kepada peserta didik untuk membantu aktivitas belajar agar
terarah dan terbimbing dan dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan
termasuk diberikan kepada peserta didik lainnya. Salah satunya bisa juga
diberikan kepada peserta didik yang non reguler.
b) Bahan bacaan guru dan peserta didik. Bahan bacaan guru dan peserta didik
digunakan sebagai pemantik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai atau bisa
juga untuk memperdalam pemahaman materi pada saat atau akhir kegiatan
pembelajaran. Bahan bacaan dapat berupak artikel, infografis, hasil penelitian,
poster, video pembelajaran, dan sumber belajar digital lainnya yang relevan
c) Glosarium, merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang yang
ditulis secara alfabetik dan dilengkapi dengan definisi dan artinya dari setiap
istilah yang ada di glosarium. Dalam hal ini glosarium diperlukan untuk kata
atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.
d) Daftar pustaka, merupakan sumber-sumber referensi yang digunakan dalam
penyusunan modul ajar. Referensi yang dimaksud adalah semua sumber
202
belajar, baik buku siswa, buku referensi, majalah, koran, jurnal, situs internet,
lingkungan sekitar, narasumber, dan sumber bacaan lainnya yang digunakan
dan relevan.
B. PENUTUP
203
tersebut yang baru diperkenalkan atau paling tidak, tak umum
ditemukan.
Daftar Pustaka
204