Anda di halaman 1dari 14

Expose Framework for Joomla 2.5 and 3.

0+ - A rapid template development framework

Search...

Biografi Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz

dm8

Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz yang dilahirkan pada hari Senin, 27 Mei 1963 M,
adalah seorang ulama dunia era modern. Al-Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di mana dia
mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah
manajemennya. Dia masih memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya
sehingga dia meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia
demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya itu.

Kehidupan awal

Dia terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di
seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim-ulama yang dihasilkan kota ini selama
berabad-abad[2]. Dia dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran
moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i
Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim[2]. Ayahnya adalah salah seorang
ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi penyebaran agama Islam dan pengajaran
Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam[2]. Ia secara tragis diculik oleh kelompok komunis
dan diperkirakan telah meninggal[2]. Demikian pula kedua kakek dia, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-
Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama
dan intelektual Muslim pada masanya[2].
Nasab

Dia adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafiz putera dari Abd-
Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr
putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari
al-Shaikh ‘Abd-al-Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera
dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib
al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi
putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari
Muhammad putera dari ‘Ali al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera
dari ‘Ali Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu
Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Masa Kecil

Dia telah mampu menghafal Al-Qur'an pada usia yang sangat muda dan juga menghafal berbagai teks
inti dalam fiqih, hadits, bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk
dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyak ulama-ulama tradisional seperti
Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di
Ribath Tarim. Dia pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya
yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya
yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah SWT.
Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran
ilmu dan zikir.

Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya
diculik oleh golongan komunis dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih
membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan
‘Umar muda menganggap bahwa tanggung-jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya
dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan
padanya di masa kecil sebelum ia mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-
tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang,
membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan
pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang
tua di mesjid-mesjid setempat di mana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an
dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.
Dikirim ke kota Al Bayda

Dia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga dia telah diberikan sesuatu yang
khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran
akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan untuk mengirimnya ke kota Al-Bayda’ yang terletak di
tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin
mencelakai sang sayyid muda.

Di sana dimulai babak penting baru dalam perkembangannya. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ dia
mulai belajar ilmu-ilmu tradisional di bawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin
‘Abd-Allah al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga di bawah bimbingan ulama mazhab
Syafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah melindunginya. Janjinya terpenuhi ketika akhirnya dia
ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Dia juga terus melanjutkan perjuangannya yang
melelahkan dalam bidang Da‘wah.

Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa di sekitarnya. Tiada satu pun yang
terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya (shallahu 'alaihi
wasallam) ke dalam hati-sanubari mereka semua. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai
dan orang-orang dibimbing. Usahanya yang demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan
istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka yang tersentuh dengan ajarannya, terutama
para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini
telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan. Mereka
bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan
mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh
Allah SWT

Perjuangan Da'wah

Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah mendapat sentuhan dakwahnya mulai
berkumpul mengelilinginya dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhannya dalam
mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini, dia mulai mengunjungi
banyak kota-kota maupun masyarakat di seluruh Yaman, mulai dari kota Ta'iz di utara, untuk belajar
ilmu dari mufti Ta‘iz al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan padanya perhatian dan
cinta yang besar sebagaimana dia mendapatkan perlakuan yang sama dari Shaikh al-Habib Muhammad
al-Haddar sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam dirinya
terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.

Ibadah haji

Tak lama setelah itu, dia melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan
untuk mengunjungi makam Rasulullah s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, dia diberkahi
kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal di sana, terutama dari al-Habib
'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat
semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam
dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga ia dicintai al-Habib Abdul
Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula dia diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari
kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib 'Attas al-Habashi.

Awal dikenal dunia

Setelah Perjalanan ke Hijaz, nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan
kegigihan usahanya dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang
tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikit pun mengurangi usaha
pengajarannya. Bahkan sebaliknya, ini menjadikannya mendapatkan sumber tambahan di mana tujuan-
tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi
dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan lokasi yang
berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang
berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilakunya yang paling terlihat jelas sehingga
membuat namanya tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15.
Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan
menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, dia meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak
kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di
kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Di
sana ajaran-ajaran dia mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat al-Mustafa. Ini
merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek
teoretis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti konkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran
pada masa depan.

Pulang ke Tarim

Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang dia
habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang di sekelilingnya,
menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Pada tahun 1993 M atau
sekitar 1414 H, al-Habib Umar mengabadikan ajaran-ajarannya dengan membangun Dar-al Musthafa
atau Pondok Pesantren Darul Musthafa. Pesantren ini didirikan dengan tiga tujuan :

Mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka(talaqqi) dan para pengajarnya
adalah para ahli yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan

Menyucikan diri dan memperbaiki akhlaq

Menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang dirihai Allah swt dan
sesuai dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW serta para salafunassahlihin

Dar-al Musthafa menjadi hadiah dia bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah ajaran para salafusshalihin
diserukan, hingga menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian
singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh
bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-
murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan,
Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi
secara langsung oleh al-Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari apa yang kini
telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional pada abad ke-15 setelah
hari kebangkitan. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah
manajemen al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku
mulia serta menyediakan kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya
telah dirampas dari mereka.

Dakwah di Indonesia
Awal kedatangan Habib Umar ke Indonesia adalah pada tahun 1994. Dia diutus oleh Al-Habib Abdul
Qadir bin Ahmad Assegaf yang berada di Jeddah untuk mengingatkan dan menggugah ghirah (semangat
atau rasa kepedulian) para Alawiyyin Indonesia, disebabkan sebelumnya ada keluhan dari Habib Anis bin
Alwi al-Habsyi seorang ulama dan tokoh asal Kota Solo/ Kota Surakarta, Jawa Tengah tentang keadaan
para Alawiyyin di Indonesia yang mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai ajaran para leluhurnya.

Dakwahnya juga sangat dirasakan kesejukannya dan disambut dengan hangat oleh umat Islam di
Indonesia. Masyarakat menyambutnya dengan sangat antusias dan hangat, mengingat bahwa kakeknya
yang kedua, Al-Habib Hafidz bin Abdullah bin Syekh Abubakar bin Salim, berasal dari Kabupaten
Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Dakwahnya yang sangat indah dan sejuk itu yang bersumber dan
sang kakek Nabi Muhammad saw, sangatlah diterima oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun
rakyat, kaya ataupun miskin, tua ataupun muda.

Di Indonesia al-Habib Umar sudah beberapa kali membuat kerjasama dengan pihak bahkan pemerintah
Indonesia, dalam hal ini Ditjen Kelembagaan Keagamaan Kementerian Agama Indonesia meminta
pembuatan kerjasama dengan al-Habib Umar dan Dar-al Musthafa untuk pengiriman Sumber daya
manusia yang berkualitas, khususnya para kiai pimpinan pondok pesantren untuk mengikuti program
pesantren kilat selama tiga bulan di bawah bimbingan langsung al-Habib Umar. Sampai saat ini, banyak
sudah santri-santri di Indonesia yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang dia pimpin, Dar-al
Musthafa di Hadhramaut, dan telah melahirkan banyak da’i yang meneruskan perjuangan dakwahnya di
berbagai daerah di Indonesia.

Penghargaan & Kiprah Internasional

Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzul Hijjah 1423 H) di Dar-al Musthafa,
Tarim dia merintis upaya persatuan dalam aktifitas dakwah, dengan mengadakan multaqa ulama atau
simposium yang dalam pertemuan itu dihadiri oleh berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian
berlanjut pada pertemuan berikutnya di berbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional

Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang
berpengaruh, yaitu Risalah Amman pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549, dan A
Common Word (bahasa Inggris: A Common Word Between Us and You) pada tahun 2007 dalam urutan
tandatangan nomor 42, yang keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh Muslim dunia, termasuk di
antaranya beberapa pemimpin Muslim Indonesia

Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin atau
Forum Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M.
Tahun 2009, New York Times menampilkan al-Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu
pemberitaannya

Al-Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari The Muslim 500: The Wordl's
500 Most Influential Muslims (bahasa Inggris: The 500 Most Influental Muslims), yang diterbitkan oleh
Center for Muslim-Christian Understanding, Georgetown University (bahasa Inggris: Georgetown
University), Amerika Serikat, yang dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito[6][9](bahasa
Inggris: John Esposito).

Daftar Kitab Karangan

Al-Habib Umar juga merupakan ulama yang produktif dalam menulis, di antara kitab karangan Ia
adalah :

Is'af at Thalibi

Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlaq

Taujihat at-Thullab

Syarah Mandzumah Sanad al-'Ulwi.

adz-Dzakirah al-Musyarrafah(Fiqih)

Dhiyaullami'bidzikri Maulid an-Nabi asy-Syafi'(Maulid Nabi Muhammad SAW)

Khuluquna

Khulasoh madad an-nabawiy(Dzikir)

Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur

Taujihat nabawiyah

Nurul iman(Aqidah)

Almukhtar syifa alsaqim

Al washatiah

Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’


Muhtar Ahadits (Hadits)

Durul Asas (Nahu)

Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah)

Kitab Maulid adh-Dhiya' al-Lami' merupakan karya al-Habib Umar paling monumental yang berisi syair
pujian terhadap Rasulullah SAW, ummat islam Indonesia telah banyak mengenal dan membaca karya ini,
yang juga mengenalnya dengan Maulid al-Habib Umar.

Sejarah Maulid Adh Dhiya Ulami

Maulid Adh-Dhiya Ullami (Cahaya Yang Terang Benderang). Kitab yang disusun oleh al-Musnid al-Habib
Umar bin Muhammad Al-Hafizh ini merupakan Kitab Maulid mutakhir.

Di suatu malam Al Musnid Habib Umar bin Hafidh memanggil salah seorang muridnya, lalu
diperintahnya membawa pena dan kertas, seraya berkata : "Tulis..”, lalu ia mengucapkan maulid
Dhiya’ullami' itu mulai sepertiga malam, dan sebelum waktu subuh telah selesai.

Maulid ini mulia, karena angka-angkanya disebutkan menuliskan sejarah Nabi SAW, bait-bait shalawat
pembukanya berjumlah 12 yang melambangkan kelahiran Nabi SAW yg tanggal 12 rabiul awal.

Alinea pertamanya dipadu dari 3 surat, yaitu surat Al-fath, surat At-taubah dan Surat Al-Ahzab. 3 surat
ini melambangkan kelahiran Nabi Saw adalah pada bulan tiga, yaitu rabiul awal, alinea pertama hingga
Qiyam jumlahnya 63 yaitu melambangkan usia Nabi SAW 63 tahun, maulid ini angka-angkanya
memperhitungkan sejarah Nabi SAW, tahun Hijrah Nabi SAW, jumlah sahabat dll.

al-Habib Umar yang ahli dalam bahasa, syairnya bukan hanya Maulid Dhiya’ullami’, namun lebih dari
seribu alinea syair telah diterbitkan dari ucapannya dengan jumlah yang mencapai ratusan ribu bait.

Dia digelari Al Musnid, didasarkan karena setiap menyebut hadits, dia mampu ataupun hafal menyebut
sanadnya hingga Nabi SAW atau kutubusshahih.
Expose Framework for Joomla 2.5 and 3.0+ - A rapid template development framework

Search...

Dar-al Musthafa

dm2

Dar-al Musthafa atau Pondok Pesantren Darul Musthafa adalah Pesantren yang terletak di Kota Tarim,
Hadramaut, Yaman yang berjarak 30 km sebelah timur laut Kota Seiwun, didirikan oleh Habib Umar bin
Hafidz. Pembangunan Darul Musthafa pada bulan Syawal tahun 1410 H dan peresmian pertama pada
hari Selasa Tanggal 29 Dzulhijjah 1411 H bertepatan dengan hari wafat Al-Habib Muhammad bin Salim
bin Hafidz ibn Abu Bakar bin Salim, dan peresmian kedua pada bulan Muharram 1417 H. Pesantren ini
merupakan sebuah bukti benteng Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah dengan Mazhab Syafi'i di Negeri
Yaman. Dar-al Musthafa adalah tempat multikultural yang penuh dengan pelajar dari Indonesia hingga
California.

Asas.

Pesantren ini memiliki 3 bagian asas, yakni :

Penguasaan ilmu ilmu Islam secara murni.

Pembersihan jiwa dan pemurnian akhlak.

Dakwah.

Program

Adapun program-program untuk mencapai sasaran dan menghasilkan hasil yang memuaskan, Dar Al-
Musthafa membuat program program pada tiap-tiap tujuan :
Ilmu

Pelajar diberi dua pilihan :

Belajar kitab kitab yang sudah ditetapkan di Dar Al-Musthafa.

Menghafal Al Quran disertai dengan belajar fiqh dan nahwu.

Suluk

Dianjurkan bagi tiap pelajar meresapi dan mengamalkan dasar dasar suluk :

Pembersihan diri dari sifat sifat tercela.

Mempunyai perhatian dengan sunnah-sunnah dan adab nabi SAW.

Beradab dengan pergaulan sesama makhluk.

Selalu mentaati petunjuk dan nasihat-nasihat. Dalam hal ini Al Habib Umar bin Hafidz mengumpulkan
untuk santri santrinya adzkar dan aurad dalam satu kitab yang diberi nama “Khulasah Al Madad
Annabawi”, yang mana dianjurkan kepada para santri-santrinya untuk membacanya pada waktu yang
sudah ditentukan.

Dakwah

Pihak pengurus membuat satu jadwal bagi para santri yang punya kemauan dalam dakwah, seperti
khuruj da’wah (keluar dakwah) mingguan setiap hari Kamis sampai hari Jum’at. Keluar dakwah tahunan
selama 40 hari, ini bagi para santri yang sudah membaca kitab ‘Umdatus Salik dan menziarahi para
ulama, tempat tempat bersejarah, masjid-masjid dan maqam-maqam para aulia yang ada di
Hadhramaut. Dan ada juga dakwah dilingkungan Dar Al-Musthafa seperti pertemuan santri-santri yang
berasal dari satu daerah.

Waktu Belajar
Pelajaran dimulai setelah shalat subuh, diajarkan tiga mata pelajaran, setiap satu mata pelajaran
memakan waktu 45 menit sampai jam 08.30 pagi, kemudian pelajaran diteruskan setelah shalat dzuhur,
(satu mata pelajaran), selanjutnya pelajaran diteruskan kembali setelah shalat maghrib satu mata
pelajaran dan setelah shalat isya setoran hafalan.

Lama belajar setiap murid rata-rata selama empat tahun, tanpa menganut sistem kenaikan kelas, yang
mana para murid belajar secara berjenjang memahami beberapa kitab dibawah bimbingan para guru
pengajar yang ahli dan memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Setelah diuji dan
lulus, mereka baru bisa melanjutkan belajar ke kitab yang lebih sulit, jika tidak lulus, maka harus
mengulanginya lagi.

Kitab-kitab yang dipelajari

Fiqih

Risalatul jami’ah

Safinatun naja'

Muqaddimatul hadhramiyah

Matan Abi Syuja’

Yakut An Nafis

Umdatus Salikin

Minhaj ath-Thalibin

Aqidah

Aqidatul Awam.

Al Aqidah (karangan Imam haddad)

Durus tauhid
Jauhar tauhid

Risalah Qudus

Wajhutadaruj dari kitab Ihya

Nahwu

Matan asas

Al jurumiyah

Mutammimah Aljurumiyah

Qatrun nada

Alfiyah Ibn Malik

Hadits

Mukhtar Alhadits

Arba’in Nawawiyah

Nurul iman

Mukhtar Riyadushhalihin

Qawaid Asasiah

Riyadhussalihin

Tasawuf

Bidayatul Hidayah

Ihya Ulumuddin

ar- Risalatul Mu'awwanah

Metode pengajaran adalah sistem halaqah.


Setelah pelajar meyelesaikan kitab kitab diatas, pelajar diberi pilihan untuk masuk jurusan (takhasus),
penjurusannya sebagai berikut :

Al Quran wa Ulumih

Al Hadits wa Ulumih

Sirah

Lughah arabiyah

Fiqh wa Ushulih

Dan juga Dar Al Musthafa mengadakan pesantren kilat pada masa liburan musim panas untuk para
mahasiswa mahasiswa, pegawai dan guru guru selama 40 hari, dan juga mengadakan pesantren kilat
untuk para kiai selama tiga bulan.

Para Murid yang belajar di Dar-al Musthafa, selain belajar ilmu dzahir, Al Habib Umar juga memberikan
amanat untuk memperhatikan keilmuan batiniah, diantaranya meneladani akhlaq Nabi Muhammad
SAW, Ahlul Bait, dan para sahabat beserta salafunassalih.

Al Habib Umar juga menekankan kepada para murid agar selalu mebersihkan hati dan jiwa serta sifat-
sifat tercela seperti sombong, iri, dengki, hasut, riya', dan juga penyakit-penyakit hati lainnya. Dan para
murid juga dituntut untuk saling menghormati dan mengharigai antar sesama saudara muslim, terutama
kepada yang lebih tua.

Sarana dan Fasilitas

Asrama bagi para santri, setiap kamar dilengkapi dengan AC, kipas angin, almari, meja belajar dan
ranjang

Toserba

Ruang makan
Warnet

Wartel

Klinik

Perpustakaan

Toko buku

Transportasi sebanyak 4 bis

Money changer

Rumah tamu

Stasiun radio

Travel umrah dan haji

Website resmi Darul Musthafa: www.daralmustafaedu.com

Copyright © 2016

Anda mungkin juga menyukai