Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nessya Aulia Yasmin Naja

NIM : 8111419374

Mata Kuliah : Etika Profesi Hukum

Jadwal Kuliah : Jum’at, 09.00 WIB

Problematika Profesi Notaris

Pengertian notaris

Notaris adalah pejabat umum yang memiliki tugas dan wewenang terkait pembuatan akta
autentik. Profesi ini dijabat orang-orang lulusan pendidikan hukum dan telah memiliki lisensi
dari pemerintah untuk melakukan tindakan hukum, termasuk menjadi saksi resmi dari
penandatanganan suatu dokumen penting. Dalam UU No.2 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 1
disebutkan, pengertian notaris adalah pejabat umum yang mempunyai kewenangan membuat
akta autentik serta memiliki wewenang lain seperti yang dimaksud dalam UU tersebut atau
berdasarkan UU lainnya.

Notaris pertama

Sejarah Notaris pertama di Indonesia dimulai pada permulaan abad ke- 17 yaitu tepatnya pada
tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Kerchem diangkat sebagai Notaris pertama di Indonesia.
Melchior Kerchem merupakan seorang sekretaris College van Schenpenen, Jakarta yang
bertugas menjadi seorang Notaries Publicus. Keberadaan Melchior Kerchem memudahkan
warga Hindia Belanda, terutama warga Eropa dan timur asing dalam membuat dokumen legal
di ibukota. Pengangkatan Melchior Kerchem disusul dengan pengangkatan Notaris- notaris
lainnya untuk mengakomodasi kebutuhan pembuatan dokumen legal yang dirasa makin
penting, ditambah lagi dengan kesibukan Kota Batavia saat itu, membuat penambahan Notaris
merupakan sebuah keniscayaan.

Umumnya Notaris yang diangkat adalah keturunan Eropa dan timur asing karena masyarakat
pribumi kebanyakan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Meskipun demikian, tetap ada
masyarakat pribumi yang mendapat pendidikan dan diangkat menjadi Asisten Notaris. Mereka
adalah orang-orang ningrat atau yang berhubungan baik dengan pemerintah colonial. Di masa
pemerintahan Belanda, lembaga Notariat dibentuk untuk mengakomodir segala hal yang
berkaitan dengan lapangan hukum keperdataan khususnya kebutuhan akan pembuktian dan
mengatur masalah formasi kuota Notaris di suatu wilayah dengan tujuan agar para Notaris bisa
hidup layak. Era globalisasi dan perdagangan bebas di abad 21 ini mengalami kemajuan yang
sangat pesat dalam segala lapangan kehidupan baik bidang ekonomi, keuangan, sosial budaya,
hukum politik dan lingkungan. Bagi Indonesia perdagangan bebas mendorong pembangunan
yang maju dan cukup signifikan utamanya lapangan dunia usaha. Integrasi pelaku bisnis yang
terjadi tentunya akan memerlukan perangkat hukum yang dapat membantu melidungi
kepentingan pelaku usaha tersebut.

Apakah notaris jabatan atau profesi

Notaris adalah jabatan. Notaris ditunjuk sebagai pejabat umum yang


menjalankan profesi dalam memberikan jasa hukum kepada masyarakat dalam rangka
memberikan perlindungan dan jaminan kepastian hukum..

Bagaimana sikap notaris dalam menghadapai keinginan klien yang curang

Sikap notaris dalam menghadapai keinginan klien yang curang seharusnya menolak. Pasal 16
ayat 1 huruf e UUJN-P menyatakan “dalam menjalankan jabatannya Notaris wajib memberikan
pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam undang-undan ini, kecuali ada alasan untuk
menolaknya ”, pada bagian penjelasan yang dimaksud dengan “alasan untuk menolaknya”
adalah alasan yang mengakibatkan Notaris tidak berpihak, seperti adanya hubungan darah atau
semenda dengan Notaris sendiri atau dengan suami atau istrinya, salah satu pihak tidak
mempunyai kemampuan bertindak untuk melakukan perbuatan, keinginan klien yang curang
atau hal lain yang tidak dibolehkan oleh undang-undang.

Sejauhmana tanggungjwab notaris atas akta yang salah karena klien, dan karena
kesalahan notaris.

Notaris/PPAT di dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai pejabat umum yang
berwenang membuat akta otentik dibebani tanggung jawab atas perbuatannya. Tanggung
jawab tersebut adalah sebagai kesediaannya untuk melaksanakan kewajibannya yang meliputi
kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya. Notaris/PPAT bertanggung jawab atas kelalaian
dan kesalahan isi akta yang dibuat di hadapannya, melainkan Notaris/PPAT hanya bertanggung
jawab terhadap bentuk formal akta otentik seperti yang telah diatur oleh Undang-Undang.
Tanggung jawab yang berkaitan dengan kebenaran materiil yaitu antara lain:
1. Tanggung jawab Notaris/PPAT secara perdata terhadap kebenaran materiil terhadap akta
yang dibuatnya. Konstruksi yuridis yang digunakan dalam tanggung jawab perdata terhadap
kebenaran materiil terhadap akta yang dibuat adalah konstruksi perbuatan melawan hukum.

2. Tanggung jawab Notaris/PPAT secara pidana terhadap kebenaran materiil dalam akta yang
dibuatnya. Mengenai ketentuan pidana tidak diatur di dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
maupun di dalam Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, namun tanggung jawab
Notaris/PPAT secara pidana dikenakan jika Notaris/PPAT tersebut melakukan perbuatan
pidana yang melanggar hukum. Undang-Undang Jabatan Notaris dan Peraturan Jabatan Pejabat
pembuat Akta Tanah hanya mengatur mengenai sanksi atas pelanggaran yang dilakukan dan
sanksi tersebut dapat berupa akta yang dibuat oleh Notaris/PPAT tidak memiliki kekuatan
otentik atau hanya memiliki kekuatan sebagai akta dibawah tangan atau malah akta tersebut
dibatalkan secara hukum oleh Pengadilan.

Penjelasan Undang-Undang Jabatan Notaris menunjukkan bahwa Notaris hanya sekedar


bertanggung jawab terhadap formalitas dari suatu akta otentik dan tidak terhadap materi akta
otentik tersebut. Hal ini mewajibkan Notaris untuk bersikap netral dan tidak memihak serta
memberikan semacam nasihat hukum bagi klien yang meminta petunjuk hukum pada Notaris
yang bersangkutan. Sejalan dengan hal tersebut, maka Notaris dapat dipertanggung jawabkan
atas kebenaran materiil suatu akta bila nasihat hukum yang diberikannya ternyata dikemudian
hari merupakan suatu yang keliru. Melalui konstruksi penjelasan Undang-Undang Jabatan
Notaris tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Notaris dapat dimintai pertanggung jawaban
atas kebenaran materiil suatu akta yang dibuatnya bila ternyata Notaris tersebut tidak
memberikan akses mengenai suatu hukum tertentu yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya
sehingga salah satu pihak merasa tertipu atas ketidaktahuannya. Bagi masyarakat apabila
terjadi suatu hal yang merugikan dalam pelaksanaan pembuatan akta otentik, hal tersebut dapat
diselesaikan secara musyawarah terlebih dahulu. Apabila dengan cara mediasi belum
ditemukan jalan tengah antara kedua belah pihak, maka dapat diselesaikan dengan cara
mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Bagi klien diharapkan sebelum melaksanakan
perjanjian pembuatan akta, terlebih dahulu klien membaca serta memahami dengan cermat
terkait isi pedoman dan syarat pembuatan akta. Karena pada saat terjadi kesepakatan antara
klien dan Notaris, maka klien harus melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai klien. Ketika
klien melakukan kesalahan atas dasar wanprestasi dan atau perbuatan melawan hukum maka
pembebanan tanggung jawab sepenuhnya dibebankan untuk klien.

Anda mungkin juga menyukai