SKRIPSI
OLEH:
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
10. Semua pihak yang telah mendukung penulis, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
dan membalas semua amal kebaikan mereka. Walaupun penulis telah
mencurahkan segala usaha demi kesempurnaan tugas skripsi ini,
penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengalaman penulis.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun merupakan
masukan yang sangat berarti demi penyempurnaan karya selanjutnya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang kedokteran
gigi.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................................................i
Halaman Pengesahan.......................................................................ii
Pernyataan Orisinalistas Skripsi ......................................................iii
Abstrak ............................................................................................iv
Abstract ...........................................................................................v
Kata Pengantar ................................................................................vi
Daftar Isi ..........................................................................................viii
Daftar Tabel ....................................................................................xi
Daftar Gambar .. ..............................................................................xii
Daftar Singkatan ..............................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................4
1.4.1 Manfaat Akademik ................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis ......................................................5
viii
2.2.1 Analisis Pont ..........................................................20
2.2.1.1. Metode Pengukuran Analisis Pont ............23
2.2.1.2. Manfaat Analisis Pont ...............................25
2.2.1.3. Kekurangan Analisis Pont ........................26
2.2.2 Analisis Howes ......................................................26
2.2.3 Analisis Bolton ......................................................29
2.2.4 Anaisis Korkhaus ...................................................31
ix
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian .............................................................49
5.1.1. Lebar Interpremolar pada Model ...........................49
5.1.2. Indeks Premolar .....................................................50
5.1.3. Perbedaan Lebar Interpremolar dan Indeks P ........51
5.1.4. Lebar Intermolar pada Model ................................52
5.1.5. Indeks Molar ..........................................................53
5.1.6. Perbedaan Lebar Intermolar dan Indeks M ...........54
5.2. Analisis Data .................................................................55
5.3. Pembahasan ...................................................................56
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan....................................................................63
6.2. Saran ..............................................................................64
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
ABSTRAK
1
2
7
8
(Bishara, 2001)
Bishara (2001), dalam bukunya menyatakan bahwa lebar
interkaninus rahang atas bertambah sekitar 6 mm pada usia 3 sampai
13 tahun pada anak-anak. Pertambahan lebar ini akan terus berlanjut
10
pada usia 13-45 tahun sebanyak kurang lebih 1,7 mm. Pada fase
geligi sulung, terdapat pertambahan lebar intermolar pada usia 3-5
tahun sebesar 2 mm. Sedangkan pada gigi permanen, pertambahan
lebar intermolar sekitar 2,2 mm diantara usia 8 dan 11 tahun, dan
berkurang sekitar 1 mm setelah usia 45 tahun. Pertumbuhan
lengkung gigi ini dapat sedikit berkurang akibat penyesuaian posisi
gigi insisivus.
2.1.1.3. Pertumbuhan Lengkung Gigi Mandibula
Gambar 2.2. Pertumbuhan mandibula.
(Rahardjo, 2011)
Sama halnya dengan lengkung gigi maksila, pertumbuhan
lengkung gigi mandibula juga berhubungan dengan pertumbuhan
tulang mandibula. Pertumbuhan tulang mandibula ikut membentuk
lengkung gigi mandibula. Mandibula adalah jenis tulang panjang
yang berasal dari dua prosesus yang menyatu sebagai tempat
perlekatan otot dan prosesus alveolaris (Rahardjo, 2016). Arah
pertumbuhan mandibula ke arah bawah dan depan. Pertumbuhan
mandibula salah satunya ditandai dengan aposisi dan remodeling
yang menyebabkan mandibula bertambah besar sesuai bentuknya.
Pertambahan panjang mandibula disebabkan oleh aposisi sisi
posterior ramus dan resobsi anterior ramus. Serta pertumbuhan
madibula ke arah posterior akibat dari osifikasi endokondral pada
11
(Bishara, 2001)
2.1.2 Lebar Lengkung Gigi
Menurut Singh (2007) dalam Ronauli (2016) lebar
lengkung gigi adalah lebar interkaninus, lebar interpremolar, dan
12
(Bishara, 2001)
Dalam Bishara (2010) dikatakan bahwa pada maksila, lebar
interkaninus dihitung dari titik tertinggi atau ujung dari cusp gigi
kaninus kanan dan kiri, dan lebar intermolar dihitung dari titik
tertinggi atau ujung dari cusp mesiobukal gigi molar pertama rahang
atas kanan dan kiri. Pada mandibula, pengukuran lebar interkaninus
sama dengan perhitungan pada maksila, yaitu dari titik tertinggi atau
ujung dari cusp gigi kaninus kanan dan kiri. Sedangkan lebar
13
(Profitt, 2007)
Menurut Profitt dkk. (2007), kekuatan yang diperoleh dari
pengunyahan dapat mempengaruhi pertumbuhan dentofasial dalam 2
cara:
1. Penggunaan rahang yang berlebih, dengan penambahan
kekuatan menggigit yang terus menerus dapat
meningkatkan dimensi rahang dan ukuran lengkung
gigi. Sedangkan penggunaan rahang yang jarang dapat
menginisiasi tidak berkembangnya lengkung gigi dan
menyebabkan gigi berjejal dan tumbuh dengan bentuk
ireguler.
2. Pengurangan kekuatan menggigit dapat mempengaruhi
seberapa banyak erupsi gigi, sehingga dapat
15
(Profitt, 2007)
Dalam hal ini, penyempitan lengkung gigi rahang atas,
sebenarnya bukan kebiasaan menghisap jarinya yang menyebabkan
penyempitan tersebut. Tetapi dalam kebiasaan menghisap jari
menyebabkan perubahan keseimbangan antara pipi dan tekanan. Saat
18
vertikal ramus yang tidak biasa, mandibula akan rotasi ke bawah dan
belakang, menyebabkan gigitan terbuka anterior dan menambah
overjet (Profitt dkk., 2007).
Proses bernafas melalui mulut dimulai dengan membuka
mulut, menurunkan mandibula dan lidah, sehingga pipi tertarik.
Tekanan dari pipi saat membuka mulut ini jika dilakukan terus
menerus, sebagai mana gerakan pernafasan yang merupakan gerakan
yang tidak disadari dan tidak berhenti yang akan menekan rahang
atas sehingga dapat menyebabkan penyempitan rahang atas.
2.1.3.5. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Lengkung
Gigi
Menurut Northway, dkk dalam Bishara (2001), faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi lengkung gigi adalah karies
dan kehilangan prematur gigi sulung dapat menyebabkan penurunan
panjang lengkung gigi. Misalnya karies yang menyebabkan
kehilangan prematur gigi molar dua sulung punya dampak yang
paling buruk pada lengkung gigi yang menyebabkan penutupan
rahang sebesar 2 sampai 4 mm pada tiap kuadran di rahang atas
maupun bawah. Selain itu kehilangan prematur gigi molar satu
sulung rahang atas akan menghilangkan panduan atau jalan erupsi
gigi kaninus. Kehilangan gigi molar dua sulung rahang atas akan
memberikan dampak pada erupsi gigi premolar dua permanen.
Dampak pengurangan panjang lengkung gigi adalah akibat dari
tumbuhnya gigi permanen yang lebih ke mesial karena terdapat
ruang kosong akibat kehilangan gigi.
20
(Premkumar, 2015)
4. Menghitung indeks premolar dengan rumus Pont:
basal (Basal arch lenght) diukur pada garis tengah (midline) mulai
dari garis tengah dari insisivus sentral sampai batas distal gigi molar
pertama (Premkumar, 2015).
Premkumar (2015) dalam bukunya menyatakan bahwa ada
hubungan antara lebar mesiodistal gigi anterior sampai gigi molar
dua permanen rahang atas dengan lebar lengkung gigi di regio
premolar satu rahang atas. Dan susunan gigi berjejal adalah akibat
dari sempitnya lebar lengkung gigi pada regio gigi premolar pertama.
Analisis Howes ini pertama kali dilakukan pada ras Kaukasoid
(Eunike, 2017).
Gambar 2.8. Pengukuran Howes.
(Elih, 2016)
Menurut Premkumar (2015), pengukuran dengan Analisis
Howes pada model sebagai berikut:
1. Mengukur Total Tooth Material (TTM) yaitu mengukur
lebar mesiodistal gigi molar pertama kiri sampai gigi
28
(Premkumar, 2015)
Menurut Premkumar (2015) metode yang dilaukan dengan
Analisis Bolton adalah sebagai berikut:
30
Overall ratio:
1. Menghitung lebar mesiodistal gigi dari molar satu kanan
sampai molar satu kiri rahang atas dan rahang bawah.
2. Rasio ideal menurut Bolton dihitung dengan rumus:
(Premkumar, 2015)
Analisis ini mempunyai beberapa kekurang seperti dalam
Premkumar (2015), yang pertama adalah migrasi ke mesial gigi
premolar akan berdampak pada analisis ini. Juga kolerasi dari
panjang lengkung gigi dan lebar lengkung gigi menimbulkan variasi
pada beberapa tipe wajah yang berbeda.
34
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Maksila
Kesesuaian dengan
Indeks dari Analisis
Pont.
Keterangan:
: tidak diteliti
: diteliti
35
36
39
40
Sampel Penelitian
Pengukuran
indeks premolar
dan indeks molar
dengan rumus
Mengukur selisih:
Lebar Interpremolar Indeks Premolar
Lebar Intermolar Indeks Molar
49
50
Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 33.088a 4 .000
Likelihood Ratio 34.766 4 .000
Linear-by-Linear
7.643 1 .006
Assoc iation
N of Valid Cases 50
a. 4 cells (44.4%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1.56.
negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau dan terpisah oleh laut.
Hali ini menyebabkan terdapat banyak variasi ciri fisik di Indonesia
(Sony, 2003).
Analisis Pont memprediksi lebar ideal interpremolar dan
intermolar rahang atas. Lebar interpremolar dan intermolar ini
pertumbuhannya bergantung oleh pertumbuhan lengkung gigi di
setiap rahang. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
lengkung gigi adalah peran khusus dari gigi geligi. Menurut Hayati
(2001) dalam jurnalnya mengatakan bahwa hubungan antar
permukaan oklusal gigi saat oklusi, yaitu kontak fungsional
interdigitasi antara gigi posterior atas dan bawah mengkoordinasi
pertumbuhan maksila dan mandibula yang di dalamnya terdapat
lengkung gigi itu sendiri. Pertumbuhan lengkung gigi juga
dipengaruhi oleh struktur-struktur di sekitarnya. Pada awalnya
lengkung gigi berkembang mengikuti pertumbuhan tulang rahang,
tetapi seiring dengan bertambahnya gigi yang erupsi maka
pertumbuhan lengkung gigi dipengaruhi oleh keseimbangan otot-otot
jaringan lunak seperti bibir, lidah dan pipi, serta tulang rahang
(Toohdezaeim dkk. (2016) dalam Prahastuti (2016).
Selain itu pengaruh fungsional seperti fungsi pengunyahan
dan faktor lingkungan yaitu jenis makanan yang sering dikonsumsi
juga mempengaruhi pertumbuhan lengkung gigi. Menurut Profitt
(2007), fungsi pengunyahan mempengaruhi pertumbuhan
dentofasial, yaitu penggunaan rahang yang maksimal dengan
menambah kekuatan menggigit yang terus menerus dapat
meningkatkan dimensi rahang dan ukuran lengkung gigi. Sedangkan
60
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, kesimpulan hasil pengukuran keakuratan indeks Pont
dalam mengukur lebar lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya adalah sebagai
berikut:
1. Rata-rata lebar interpremolar rahang atas pada model studi
mahasiswa Fakutas Kedokteran Gigi Universitas
Brawijaya sebesar 36,6026 ± 2,39485 mm.
2. Rata-rata nilai indeks premolar dengan rumus Pont pada
mahasiswa Fakutas Kedokteran Gigi Universitas
Brawijaya sebesar 36,4455 ± 2,07396 mm.
3. Rata-rata lebar intermolar rahang atas pada model studi
mahasiswa Fakutas Kedokteran Gigi Universitas
Brawijaya sebesar 46,46 ± 3,09427 mm.
4. Rata-rata indeks molar dengan rumus Pont pada
mahasiswa Fakutas Kedokteran Gigi Universitas
Brawijaya sebesar 45,61232 ± 2,56317 mm.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan antara lebar
interpremolar dengan indeks premolar pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya.
63
64
DAFTAR PUSTAKA
Al-Omari, et al
population. European Journal of Orthodontics, 2007; 29:627-
631.
Honget al. A Study about Tooth Size and Arch Width Measurement.
Journal of Hard Tissue Biology, 2008; 17 (3):91-98.
Rakosi T., Jonas I., Graber TM. Color Atlas of Dental Medicine:
Orthodontic Diagnosis.New York: Thieme Medical Publisher
Inc. 1993; p. 212.