Anda di halaman 1dari 5

SOLIDARITAS TANPA BATAS

SHT PEDULI REKAN-REKAN HAMBA TUHAN


[TYPE THE SENDER COMPANY ADDRESS]
Sahabat Hamba Tuhan ( SHT ) melakukan aksi solidaritas PEDULI REKAN-REKAN HAMBA TUHAN dengan
membagikan Beras 10 Kg kepada rekan-rekan hamba Tuhan khusus Riau Daratan dan Kepri. Kegiatan ini didasari atas
bentuk kepedulian dan solidaritas sesama hamba Tuhan. Menghadapi pandemi virus Corona ini kita tahu bahwa semua
masih serba kekurangan. Keterbatasan ekonomi dan keberadaan jemaat yang juga masih sangat memerlukan perhatian
memantik SHT berinisiatif untuk membantu rekan-rekan hamba-hamba Tuhan. Apalagi sejak pertengahan Maret 2020
adalah hari bersejarah bagi orang Kristen di Indonesia sebab untuk mencegah penularan virus, maka pemerintah
menerapkan Social Distancing ( Pembatasan Sosial atau menjaga jarak ). Umat Kristen yang pada umumnya beribadah
di Gedung Gereja sekarang harus beribadah melalui Sistem Online ( Ibadah Online ). Peribadahan di gedung gereja
ditiadakan. Sebagai gantinya, jemaat dipersilakan untuk beribadah sendiri di rumah bersama keluarga atau kelompok
kecil. Beberapa gereja memfasilitasi peribadahan dengan menyediakan layanan streaming via kanal YouTube gereja.
Selain mengubah pola ibadah berkumpul di gereja menjadi di rumah masing-masing, umat Kristen maupun gereja
sebagai otoritas harus memperkuat diakonal karitatif ( memberi kasih sayang ) dari tingkat keluarga. Jemaat sedapat
mungkin mengikuti anjuran pemerintah ataupun protokol kesehatan, antara lain tetap jaga jarak aman sampai berakhirnya
bencana nasional ini. Sebisa mungkin tetap berada di rumah untuk keselamatan pribadi dan menyelamatkan orang lain.
Selama di rumah, umat diminta tetap mewujudkan solidaritas bagi lingkungan sekitar. Keluarga-keluarga yang mampu
bisa menyisakan sedikit kelebihannya untuk membantu keluarga berkekurangan, seperti makanan, suplemen  vitamin,
dan masker.
Dengan adanya wabah covid-19, keluhan utama masyarakat secara umum ialah bagaimana menyambung hidup
sehari-hari untuk keperluan pemenuhan pangan. Bagi pekerja harian, kondisi kehidupan saat ini ibarat kiamat kecil yang
membuat ekonomi keluarga hancur. Kondisi ini pun juga dialami oleh gembala-gembala jemaat di gereja masing-masing
sebab tentu saja dampaknya juga kepada keuangan gereja akibat tiadanya persembahan dalam ibadah seperti yang selama
ini ada dalam ibadah di gereja. Mengutip ucapan dari Bapak Presiden Jokowi “KITA tidak punya pilihan, kecuali
menang melawan virus ini. Bersatu, bersinergi, dan berkolaborasi adalah jawabannya,” (Presiden RI Joko Widodo,
Selasa, 14/4/2020). Bersatu, bergotong royong, dan bekerja sama merupakan solusi dalam mengatasi pandemi covid-19.
Saat ini 209 negara di dunia sedang menghadapi permasalahan covid-19. Musuh yang dihadapi ialah penyakit yang
disebabkan virus atau covid-19, yang tidak kasatmata.
Sebagai mana Penulis pernah tulis dan yang dimuat Majalah Bahana edisi 9 April 2020 dengan judul Sahabat
Hamba Tuhan Fasilitator Transformasi. SHT dibentuk untuk menjadi Mitra Pekerjaan Tuhan tanpa melihat latar belakang
organisasi. Wabah covid-19 bukan halangan untuk berbagi dan peduli, SHT menjadikan momentum ini untuk semakin
mempererat kesatuan dan kepedulian di dalam Pelayanan Pekerjaan Tuhan melewati tembok-tembok pembatas
organisasi. Ps. Stefanus Wijaya ( Singapore ) selaku Pimpinan dan Penggerak SHT peduli ini mengatakan bahwa aksi
solidaritas ini bukalah solusi permanen atas hidup yang terdampak covid 19, tetapi SHT berupaya meringankan beban
hamba-hamba Tuhan sebagai bentuk kepedulian dan kasih akan pekerjaan Tuhan. Hadirnya pandemi COVID-19
merupakan cara untuk menguji kesatuan kita sebagai orang Kristen. Dalam Yohanes 17:23, tertulis demikian: “Supaya
mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga
di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Alih-alih berfokus pada perbedaan,
pandemi ini dijadikan SHT sebagai momentum menjalin kebersamaan menunjukkan dan mengaplikasikan kasih. Itu
sebabnya Rekan-rekan SHT bergerak cepat melaksanakan kegiatan ini secara pribadi aktif menghubungi rekan-rekan
sekitar pelayanan ataupun bekerja sama dengan Persekutuan Gereja-Gereja yang ada di lokasi. Secara praktis SHT akan
memberikan bantuan ini melalui nama-nama yang telah diusulkan SHT ataupun nama-nama yang diusulkan Badan
Persekutuan Gereja setempat.
SHT Peduli HT Kec. Bandar Seikijang

SHT peduli telah berbagi beras yang sudah dilakukan dibeberapa daerah seperti; Pdt. Johan Salko ( SHT Pulau
Guntung ); Pdt. Benny Utomo dan Pdt. Petrus Ginting ( SHT Pulau Penyalai Kab. Pelalawan; Pdt. Risky Dkk ( SHT
Batam Sekitarnya ); Pdt. Wijaya Naibaho ( SHT Kec. Bandar Seikijang Keb.Pelalawan); Pdt. Tuppak Aritonang (SHT
Kec. Langgam Kab.Pelalawan) dan SHT diberbagai tempat lainnya. SHT juga telah melakukan kegiatan memberi makan
nasi bungkus gratis untuk ojek dan tukang parkir. Perjuangan kita melawan covid-19 masih panjang. Sinergi dan
kolaborasi seluruh lapisan komponen masyarakat dibutuhkan untuk menang dalam pertempuran ini. " Dalam hal ini
Sahabat Hamba Tuhan akan tetap bersinergi bersama dan juga menyertakan pelayanan masyarakat. SHT siap bersinergi
membantu meringankan beban,". Sejak awal SHT telah mengontak tokoh pemuka agama dan ketua-ketua gereja untuk
bisa saling gotong royong (mengatasi Covid-19). Puji Tuhan, respon yang diberikan baik. Semuanya telah bergerak
dengan kapasitas masing-masing.

menyampaikan aksi solidaritas tersebut merupakan upaya yang digalakkan oleh Paroki Santo Petrus Medan Timur
untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak covid-19, secara khusus di wilayah Medan Timur.
"Kita membuat aksi solidaritas ini dan hal ini kita salurkan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan di tengah
pandemi Covid-19 ini," ujarnya saat dimintai keterangan pada Rabu (15/4/2020). "Harus digarisbawahi bahwa kita disini
bukanlah solusi atas hidup yang terdampak Covid-19, kita hanya berupaya meringankan beban mereka," tambahnya. Dia
[Pick the date] Page 2
juga menuturkan bahwa pihaknya akan menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang tidak bekerja informal, atau tidak
memiliki penghasilan tetap akibat Covid-19 ini.
"Secara praktis nanti, kita akan membantu orang-orang yang telah diusulkan oleh kepala lingkungan masing-masing. Di
sini ada 38 lingkungan. Mereka akan mengusulkan 3 atau lebih jumlah KK untuk kita dukung meringankan bebannya di
tengah Covid-19," lanjutnya.
Dalam penuturannya, aksi tersebut berlandaskan pada tiga nilai, yakni: beriman, bersaudara dan peduli.
"Semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu, dan kita tetap mengindahkan imbauan pemerintah dalam upaya memutus
rantai penyebaran Covid-19," pungkasnya.

Bagi umat Kristen di seluruh dunia, sejak enam pekan lalu ketika ibadah pra paskah dimulai, kita merenungkan dan
berefleksi tentang kematian, yang puncaknya pada mengingat kematian Mesias di kayu salib pada Jumat Agung
mendatang, Jumat (10/4). Kebutuhan sehari-hari menjadi sulit diperoleh karena banyak pengurangan dalam produksi dan
distribusi. Untuk mengatasi dampak sampingan pandemi ini, orang-orang didorong untuk mengembangkan solidaritas
sosial dengan tidak menimbun barang dan menaikkan harga secara tidak rasional, bahkan untuk membantu mereka yang
kesulitan. Selain mengubah pola ibadah berkumpul di gereja menjadi di rumah masing-masing, umat maupun gereja
sebagai otoritas harus memperkuat diakonal karitatif dari tingkat keluarga.
Umat sedapat mungkin mengikuti anjuran pemerintah ataupun protokol kesehatan, antara lain tetap jaga jarak aman
sampai berakhirnya bencana nasional ini. Sebisa mungkin tetap berada di rumah untuk keselamatan pribadi dan
menyelamatkan orang lain.
Selama di rumah, umat diminta tetap mewujudkan solidaritas bagi lingkungan sekitar. Keluarga-keluarga yang mampu
bisa menyisakan sedikit kelebihannya untuk membantu keluarga berkekurangan, seperti makanan, suplemen  vitamin,
dan masker.

Gereja Katolik Paroki Santo Petrus Medan Timur menggelar aksi penggalangan dana untuk membantu warga yang
terdampak Covid-19.
Vikaris Parokial Santo Petrus Medan Timur, Pastor Polyaman Purba, menyampaikan aksi solidaritas tersebut merupakan
upaya yang digalakkan oleh Paroki Santo Petrus Medan Timur untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak
covid-19, secara khusus di wilayah Medan Timur.
"Kita membuat aksi solidaritas ini dan hal ini kita salurkan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan di tengah
pandemi Covid-19 ini," ujarnya saat dimintai keterangan pada Rabu (15/4/2020). "Harus digarisbawahi bahwa kita disini
bukanlah solusi atas hidup yang terdampak Covid-19, kita hanya berupaya meringankan beban mereka," tambahnya. Dia
juga menuturkan bahwa pihaknya akan menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang tidak bekerja informal, atau tidak
memiliki penghasilan tetap akibat Covid-19 ini.
"Secara praktis nanti, kita akan membantu orang-orang yang telah diusulkan oleh kepala lingkungan masing-masing. Di
sini ada 38 lingkungan. Mereka akan mengusulkan 3 atau lebih jumlah KK untuk kita dukung meringankan bebannya di
tengah Covid-19," lanjutnya.
Dalam penuturannya, aksi tersebut berlandaskan pada tiga nilai, yakni: beriman, bersaudara dan peduli.
"Semoga pandemi covid-19 ini cepat berlalu, dan kita tetap mengindahkan imbauan pemerintah dalam upaya memutus
rantai penyebaran Covid-19," pungkasnya.

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) mengimbau, gereja-gereja di Indonesia tampil lebih sederhana sebagai
bentuk solidaritas gereja terhadap kesusahan yang dialami jemaatnya di masa wabah corona sekarang ini. PGI juga
mendorong agar jemaat saling berbagi terutama kepada mereka yang ekonominya sangat terpuruk akibat wabah corona
ini. Demikian dikatakan Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom menjawab medanbisnisdaily.com, Senin (6/4/2020).
"Saat ini, bukan hanya gereja yang mengalami kesulitan finansial, tetapi juga masyarakat kebanyakan, terutama mereka
yang penghasilannya bergantung pada upah atau penghasilan harian," ujar Pdt Gomar.

Untuk itu, sambung Pdt Gomar, gereja harus ikut merubah gaya hidup yang lebih sederhana dengan hidup prihatin,
sebagai solidaritas gereja atas penderitaan umat. PGI juga mengajak semua umat peduli pada kehidupan sesamanya dan
sedia untuk berbagi, terutama kepada mereka yang kurang beruntung. Jemaat-jemaat di kota yang memperoleh berkat,
kiranya dapat berbagi dengan jemaat-jemaat di desa dan pinggiran yang memang penghasilannya turun drastis.
"Hanya dengan demikian bisa terjadi 'yang memperoleh banyak tidak berkelebihan dan yang memperoleh sedikit tidak
berkekurangan'. Kini saatnya gereja mempraktekkan teologi keseimbangan," ujarnya.

Disinggung, ancaman keuangan gereja akibat tiadanya persembahan dalam ibadah seperti yang selama ini ada dalam
ibadah di gereja, Pdt Gomar mengingatkan agar para pimpinan jemaat lebih kreatif dalam pengelolaan keungan gereja
serta terus mendorong umat menyampaikan persembahan syukurnya dalam ragam cara.

[Pick the date] Page 3


Minggu, 15 Maret 2020 adalah hari bersejarah bagi orang Kristen di Indonesia. Untuk mencegah penularan virus,
peribadahan di gedung gereja ditiadakan. Sebagai gantinya, jemaat dipersilakan untuk beribadah sendiri di rumah
bersama keluarga atau kelompok kecil. Beberapa gereja memfasilitasi peribadahan dengan menyediakan
layanan streaming via kanal YouTube gereja.

Dasar kita bergereja adalah Kristus sendiri. Gereja seharusnya menjadi “bangunan” yang stabil, kuat, dan di dalamnya
bangsa-bangsa masuk memuliakan Allah. Di atas dasar itu, kita semua disusun sebagai material bangunan yang secara
komunal, memberikan kontribusi terhadap kokohnya bangunan itu. Paulus memberikan gambaran material itu bisa terdiri
dari jerami, emas, dan sebagainya. Tetapi, semuanya itu akan diuji dengan api, misalnya situasi pandemi saat ini bagiku
adalah ujian untuk kualitas persekutuan kita: apakah selama ini aku hanya sebatas ikut-ikutan, atau benar-benar ikut
Kristus sebagai murid-Nya? Karena itu, semoga setelah pandemi ini selesai, kita bisa lanjut membangun gereja atau
persekutuan kita dari sisi kualitas manusianya, bukan kualitas gedung fisik dan medsos atau kanal video gereja. Misalnya
dengan menggerakkan ibadah keluarga dan kelompok kecil, seperti yang terjadi selama pandemi ini. Gereja adalah kita,
“bangunan” yang terdiri dari manusia yang semakin hari semakin terkoneksi satu sama lain oleh kasih Tuhan. Gedung
atau media sosial adalah sarana pertemuannya.

Hadirnya pandemi COVID-19 di satu sisi bisa jadi merupakan cara untuk menguji kesatuan kita sebagai orang Kristen.
Dalam Yohanes 17:23, tertulis demikian: “Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam
Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah
mengutus Aku.” Alih-alih berfokus pada perbedaan, pandemi ini bisa jadi cara untuk orang Kristen menunjukkan kasih.
Di saat masker menjadi langka dan orang-orang membeli dalam jumlah banyak untuk kepentingan pribadi, apakah gereja
mampu menyediakannya kepada mereka yang tak mampu mendapatkannya? Seraya kita membagikannya, kita bisa turut
menceritakan kisah kasih Allah bagi tetangga maupun orang-orang lain seraya mengindahkan instruksi kesehatan yang
berlaku. Saat ada lansia yang sakit, apakah gereja turut hadir menjadi penolong?
Kiranya kita bisa melihat hadirnya gereja online tak cuma sebatas boleh dan tidak, tetapi mengevaluasi diri kita sendiri.
Sudahkah kita berusaha menjadi gereja yang terkoneksi dengan masyarakat dan menjadi berkat bagi sekitar kita?

Aksi ini mendapat tanggapan positif dari mereka yang datang, dan dinilai sebagai wujud rasa kesetiakawanan. Mereka pun menginformasikan
kegiatan ini kepada orang lain. Meski terkadang ada yang tidak menerima bagian karena kehabisan, namun mereka dapat memahami. Pemilik
warung pun mengaku merasa terbantu, dan senang bisa ikut berbagi di saat yang sulit ini.

Ajakan untuk melakukan aksi solidaritas kemanusiaan telah disampaikan oleh MPH-PGI lewat
imbauan untuk Gereja peduli terhadap sesama pada masa pandemi Covid-19. Dalam  imbauannya, MPH-PGI mengajak Gereja untuk
mengembangkan “Diakonia Karitatif Antar keluarga” dengan mendorong warga jemaat yang berkelebihan maupun berkecukupan secara
finansial/materiil, untuk menolong keluarga-keluarga yang berkekurangan, dan mengalami dampak buruk ekonomi dari situasi ini. Diakonia
tersebut tidak terbatas bagi warga Gereja, tetapi dapat disalurkan pula kepada sesama lainnya (antariman), agar di balik situasi yang tidak
bersahabat ini dapat terbangun solidaritas kemanusiaan, dan kedamaian di tengah masyarakat.
MPH-PGI menegaskan, salah satu dari Diakonia ini adalah “Gerakan 3 M”(Memberi Mereka Makan). Gerakan ini berangkat dari perkataan Yesus
kepada para murid di tengah berbagai penolakan dan krisis yang terjadi pada saat itu. Hal ini sekaligus menjadi bukti kesaksian Gereja di tengah
berbagai tantangan dan pergumulan bangsa, serta kontribusi nyata Gereja dalam mendukung program pemerintah untuk jaring pengamanan sosial
(social safety net).

DENGAN adanya wabah covid-19, keluhan utama masyarakat ialah bagaimana menyambung hidup sehari-hari untuk keperluan pemenuhan
pangan. Bagi pekerja harian, kondisi kehidupan saat ini ibarat kiamat kecil yang membuat ekonomi keluarga hancur. Pemerintah kini sedang sibuk
untuk meluncurkan berbagai bantuan untuk keluarga-keluarga terdampak covid-19. Derap ekonomi masyarakat yang mandek di berbagai sektor
telah mengakibatkan penderitaan tiada terperi. Orang miskin harus tetap mendapat garansi untuk mengakses berbagai pelayanan yang menjadi
haknya, terutama akses terhadap pangan. Covid-19 baru disadari keberadaannya di Indonesia pada awal Maret 2020. Belum ada survei sosial
ekonomi untuk menghitung jumlah orang miskin baru. Data sebelumnya menyebutkan jumlah orang miskin sekitar 25 juta orang. Kini orang-orang
yang dulu masuk kategori nyaris atau rentan miskin sudah berjatuhan ke kelompok miskin. Ketika industri terhenti, pemutusan hubungan kerja bagi
pegawai harian sungguh tidak terelakkan.

Demikian pula pengurangan jam kerja yang tentunya berdampak pada take home pay yang dibawa pulang ke rumah sebagai penghasilan keluarga.
Indonesia dan banyak negara lain merasakan bencana hebat akibat covid- 19. Rakyat dituntut kesabarannya untuk menghadapi situasi sulit saat ini.
Pemerintah sedang berjuang keras untuk mengatasi problem kesehatan masyarakat, problem ekonomi, sosial, dan pangan masyarakat.

Ketahanan pangan

Ketahanan pangan keluarga menyangkut tiga hal penting, yaitu ketersediaan, akses, dan konsumsi pangan. Aspek ketersediaan pangan tergantung
pada sumber daya alam, fi sik, dan manusia. Di tengah wabah covid-19, ketersediaan juga terkendala oleh terbatasnya pilihan pangan di pasaran,
berkurangnya tukang sayur keliling, dan banyaknya warung penjual makanan kaki lima yang tutup. Sementara itu, akses pangan hanya dapat terjadi
apabila rumah tangga mempunyai penghasilan yang cukup. Covid-19 yang menyebabkan penghasilan masyarakat merosot drastis tentu
[Pick the date] Page 4
menyebabkan gangguan akses pangan. Berbagai bantuan pemerintah semisal program pembagian sembako ataupun Program Keluarga Harapan
(PKH) untuk sementara dapat menjadi penolong untuk mengatasi situasi kurang pangan yang mungkin terjadi di tingkat keluarga. Selanjutnya,
setelah akses pangan ialah konsumsi pangan yang akan sangat menentukan apakah seluruh anggota keluarga nantinya bisa mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Kondisi ketahanan pangan keluarga yang rapuh memunculkan kekhawatiran lanjutan yaitu memburuknya status gizi
masyarakat.

“KITA tidak punya pilihan, kecuali menang melawan virus ini. Bersatu, bersinergi, dan berkolaborasi adalah jawabannya,” (Presiden RI Joko
Widodo, Selasa, 14/4/2020).

Bersatu, bergotong royong, dan bekerja sama merupakan solusi dalam mengatasi pandemi covid-19. Saat ini 209 negara di dunia sedang
menghadapi permasalahan covid-19. Musuh yang dihadapi ialah penyakit yang disebabkan virus atau covid-19, yang tidak kasatmata.

Solidaritas
Saat berdiam di rumah, kita tetap dapat menggerakkan tindakantindakan solidaritas. Keluarga- keluarga yang mampu bisa menyisihkan sedikit
rezeki mereka untuk membantu keluarga yang berkekurangan, seperti makanan, suplemen, vitamin, dan masker.

Ide-ide kreatif bisa dibuat dengan memanfaatkan media sosial atau media lainnya. Doa-doa pendek, nyanyian-nyanyian penguatan, atau kalimat-
kalimat solidaritas penuh penghiburan bisa direkam dan dikirim kepada mereka yang menderita. Atau juga, kepada mereka yang ada di garda
terdepan melayani secara langsung masyarakat yang terpapar covid-19, seperti tenaga medis, para relawan, serta aparat keamanan.

Jika penderita covid-19 tinggal di sekitar kita dan mengalami karantina mandiri di rumah, perlu diciptakan suasana yang mana mereka tidak
merasakan perilaku diskriminatif dari warga di sekitarnya.

Bahkan, bisa dibantu dengan cara menyediakan kebutuhan sehari-hari mereka selama masa karantina, dengan tentunya tetap menjaga jarak aman.

Terpapar virus korona bukanlah aib atau kutukan Tuhan. Karenanya, stigmatisasi yang mendorong ke tindakan diskriminasi terhadap mereka yang
terpapar harus dilawan bersama-sama.

Beberapa hari lagi kita akan memasuki Ramadan 1441 H, bulan rahmat, magfirah, dan bulan ibadah. Mari kita sambut Ramadan dengan kesiapan
lahir batin, fisik dan mental, serta cara dan pemahaman baru beribadah di tengah wabah covid-19.

Wabah covid-19 bukan halangan untuk beribadah, justru dapat dijadikan momentum untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa. Hanya karena ada kondisi khusus, maka caranya perlu dilakukan secara khusus pula. Menghindari kerumunan yang potensial penyebaran
wabah ialah ibadah. Hadiah terbaik Ramadan saat ini ialah kita tetap sehat.

Perjuangan kita melawan covid-19 masih panjang. Sinergi dan kolaborasi seluruh lapisan komponen masyarakat dibutuhkan untuk menang dalam
pertempuran ini. Yakin dan optimistislah bahwa dengan bekerja sama kita bisa mengatasi krisis ini dan kembali beraktivitas seperti sediakala.
Bersama Tuhan, mari kita bahu-membahu melawan covid-19.

Banda Aceh (Waspada Aceh) – Generasi Gemilang Anti Narkoba (Gergana) melakukan aksi kampanye cegah
Corona dengan membagikan ratusan masker gratis kepada warga Banda Aceh, pada Minggu (5/4/2020) di
seputaran Simpang Jam (Taman Bustanussalatin), Jalan Tgk Abu Lam U, Baiturrahman.

Dalam aksi tersebut, anak-anak dari komunitas anti narkoba ini membagikan dua macam masker, yaitu masker
medis dan kain.

Ketua Gergana, Muhammad Zidan Aminullah mengatakan, pihaknya akan melakukan pembagian ratusan masker
lagi usai mendapatkan stok dalam kuota lebih banyak.

“Untuk masker kain ini sendiri kita memanfaatkan pelaku usaha UMKM yang ada di Banda Aceh. Masker yang
kita pesan ini sudah sesuai dengan standar yang di anjurkan oleh pemerintah kota,” kata Zidan yang juga putra
Wali Kota Banda Aceh ini.

Kegiatan ini, ungkapnya, didasari atas bentuk kepedulian dan solidaritas sesama terhadap masyarakat.

“Menghadapi pandemi virus Corona ini kita tahu bahwa semua masih serba kekurangan. Keterbatasan APD (alat
pelindung diri) bagi masyarakat seperti masker ini kan sulit dijangkau, stok terbatas, jadi kami dari Gergana
berinisiatif untuk membantu pemerintah dalam upaya pencegahan,” ujarnya.

[Pick the date] Page 5

Anda mungkin juga menyukai