Anda di halaman 1dari 5

Notulen Rapat Pendeta Distrik XII Tanah Alas

Senin, 30 Agustus 2021

Hari/Tanggal: Senin, 30 Agustus 2021/ Pukul 19.00 WIB - Selesai


Tempat : Hotel GNB Muara Nauli
Yang hadir :

Agenda Rapat :
 Pembahasan Tema dan Sub-tema Rapot Pandita Hatopan

Pembahasan Rapat :
 Tema dan Sub-tema Rapot Pandita Hatopan

Tema : Sungguh Tuhan itu keselamatanku, karena Ia kekuatan dan mazmurku, aku
percaya dengan tidak gemetar. (Yesaya 12:2)

Sub-Tema : Pendeta HKBP bersama bergantung pada Tuhan dan saling membantu pada
masa covid-19.

Melihat tema dan sub-tema rapat pendeta pada tahun 2009 yang berorientasi pada teknologi
digital, diharapkan semua pendeta dapat memanfaatkan teknologi digital untuk melaksanakan
pelayanan. Setelah lima bulan kemudin Pandemi datang serta memberikan kecemasan di tengah
masyarakat Indonesia, kecemasan tersebut juga berdampak terhadap gereja karena pelayanan
dalam gereja sudah dibatasi secara besar-besaran. Oleh karena itu HKBP akan menggumuli
permasalahan ini dalam Rapat Pendeta hatopan yang diadakan pada tahun 2021, tema yang di
angkat ialah Sungguh Tuhan itu keselamatanku, karena Ia kekuatan dan mazmurku, aku
percaya dengan tidak gemetar (Yesaya 12:2), dengan tema ini diharapkan Pendeta HKBP dapat :
bersyukur dan berseru ditengah pandemic covid-19, menjadi figur kristus ditengah masyarakat.

Masa covid-19 tidak menjadi penghalang Pendeta HKBP untuk melakukan pelayanan
kepada jemaat, oleh karena itu Pendeta HKBP harus : pertama bersatu dalam doa, Dalam doa
bersama setiap masalah akan dapat kita selesaikan bersama dengan Tuhan, kedua berbagi
kegembiraan dalam pelayanan, artinya dengan kegembiraaan Pendeta HKBP memupuk
kebersamaan. Ketiga Menemukan kearifan baru, Pendeta harus melakukan pelayanan dengan
internetisasi (Khotbah singkat, padat dan tepat). Pendeta HKBP Harus memiliki Iman seperti
Yesaya, lahir kembali dalam situasi yang sulit ini. Maka spritualitas dan semangat harus dipupuk
kembali agar semua itu menjadi modal utama untuk kita dalam melayani di tengah tengah situasi
sulit ini.

Hasil Rapat :
Notulen Rapat Pendeta Distrik XII Tanah Alas
Selasa, 31 Agustus 2021

Hari/Tanggal: Selasa, 31 Agustus 2021/ Pukul 10.00 WIB - Selesai


Tempat : Hotel GNB Muara Nauli
Yang hadir : Pendeta : 21 Orang
Istri Pendeta : 15 Orang
Calon Pendeta : 08 Orang
Agenda Rapat :
 TLP (Tumpak Liat Pendeta)

Pembahasan Rapat :
 TLP (Tumpak Liat Pendeta)
Nilai-nilai dari TLP adalah Solidaritas, tentunya sesama Pendeta akan melakukan
kegiatan social (Pensiun dan Meninggal suami/istri Pendeta) di tengah-tengah komunitasnya.
Hal ini akan menjadi contoh, tiruan kepada Jemaat, oleh karena itu Solidaritas (Hasadaon) harus
di kembangkan dan digerakkan sebagimana isi poda Tohonan no 7. Bertolong-tolong
(Marsiurupan) Tentunya dalam TLP ini, sesama Pendeta akan topang menopang dalam
menanggung kesedihan dan kesejeahteraan senior di masa tuanya.
Konsep TLP bias berlaku jika 80% dari jumlah keseluruhan Pendeta HKBP membayar
secara konsisten, oleh karena itu strategi yang dipakai oleh panitia TLP adalah Konsolidasi
(Menyatukan), Sosialisasi (aleale TLP mensosialisasikan kepada C.Pdt yang akan menerima
penabisan dan Pendeta menjelaskan tentang apa itu TLP di tinggkat Distrik) dan Revitalisasi
(aleale TLP, menjelaskan From Penagihan TLP dan Manfaat TLP).
Permasalahan yang dihadapi oleh panitia TLP adalah belum masuknya anggaran TLP di
dalam anggaran Huria karena anggaran TLP tidak dimasuk dalam SK (Surat Kerja) Pendeta.
Belum adanya laporan yang siapa saja yang menerima TLP kepada seluruh anggota TLP, sistem
di HKBP yang bisa saja berubah karena pergantian pemimpin, memperbandingkan TLP dengan
Asuransi kematian dan asuransi masa tua yang jauh lebih murah.
Dalam menjawab permasalahan diatas panitia TLP menjawab TLP untuk sementara ini
tidak akan dimasukan dalam kolom SK (Surat kerja), karena hal ini akan membebankan huria,
TLP adalah julajula ni Pandita dan Panditalah yang bertanggung jawab untuk membayar TLP
tanpa membebankannya kepada huria.

Hasil Rapat :
Notulen Rapat Pendeta Distrik XII Tanah Alas
Selasa, 31 Agustus 2021

Hari/Tanggal: Selasa, 31 Agustus 2021/ Pukul 14.00 WIB - Selesai


Tempat : Hotel GNB Muara Nauli
Yang hadir : Pendeta : 21 Orang
Calon Pendeta : 08 Orang
Agenda Rapat :
 Pokok Pikiran yang akan di ajukan di rapat Pendeta Hatopan
 Ditengah Pandemi covid-19, Kita berbenah dan bertranformasi menunaikan tugas gereja
dengan kewaspadaan.
 Keseragaman Pelayanan

Pembahasan Rapat :
 Pokok Pikiran yang akan di ajukan di Rapat Pendeta Hatopan
Mengenai hal ini akan dipertimbangkan oleh tim perumus dua minggu kedepan.

Ditengah Pandemi covid-19, Kita berbenah dan bertranformasi menunaikan tugas


gereja dengan kewaspadaan.
Fakta yang Tidak bisa dipungkiri bahwa di masa pandemic ini, banyak aspek-aspek
kehidupan menjadi terganggu, pandemic covid-19 juga merenggut banyak korban sehingga
membuat masyarakat menjadi ketakutan. Pemerintah telah mengeluarkan surat edaran untuk
mengarahkan masyarakat agar tidak melakukan aktifitas di luar rumah, hal ini di lakukan guna
mencegah penyebaran virus covid-19 yang membahyakan kesehatan manusia. Dampaknya
adalah seluruh kegiatan ekonomi, pendidikan dan spiritual menjadi terhenti, untuk mengatasi
permasalahan ini banyak orang menggunakan media social untuk membantu mereka
menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sempat terhenti karena pandemic covid-19. Sekolah
dan tenaga pendidik sudah melakukan proses belajar dan mengajar dengan cara virtual. Lalu
bagaimana dengan Gereja ?
Selama ini gereja memahami bahwa koinonia (persekutuan) dilakukan secara tatap muka
(Face to face), namun dimasa pandemic ini gereja juga memerlukan media social sebagai
perantara untuk melakukan persekutuan dalam gereja seperti Kebaktian Lingkungan
(Partangiangan), Kebatian Minggu (Parmingguan) dan lain sebagainya. Memang pada dasarnya
gereja sudah pernah melakukan pelayanan melalui media elektronik seperti televisi, radio, surat
kabar, serta media online, namun bagi gereja pelayanan seperti ini hanya berbasis supplement
(tambahan). Faktanya sekarang pelayanan gereja berbasis media sosial menjadi prioritas dalam
memenuhi kebutuhan spiritual jemaat.
HKBP Berbenah dan Bertrasformasi, sebagai pelayan di HKBP kita harus mampu
menggerakkan setiap keluarga melakukan ibadah di rumah, sama halnya dengan keluarga
pendeta tempo dulu yang selalu mengawali hari dengan beribadah di rumah, seperti bernyanyi,
membaca Almanak dan berdoa. Begitu juga dengan jemaat, Pendeta harus bisa menggerakkan
para orang tua untuk memimpin Ibadah di rumahnya masing-masing.
Giat berdiakoinonia bisa dilakukan bila ada rasa berbagi dalam diri seseorang, tanpa rasa
berbagi seseorang akan suusah melakukan diakoinonia. Masa pandemic bisa menjadi dasar
dorongan untuk berbagi, karena banyak dari jemaat kita kehilangan mata pencaharian, Kisah
para rasul 4:32 menjadi acuan untuk kita dalam melakukan kegiatan berdiakoinonia. Gaya hidup
memberi adalah bagian gaya hidup orang Kristen, sekarang adalah waktunya untuk saling
mendukung secara global, regional dan local, sama dengan vaksin, bukan hanya memberi vaksin
pada beberapa orang saja tetapi harus sama-sama memvaksin agar umat s’lamat semuanya.
Napaknya Jemaat telah akrab dengan gaya hidup menonton dengan HP (Handphone),
oleh karena itu gereja harus memanfaatkan teknologi digital dalam melayani jemaat. Gereja
harus menfasilitasi dirinya dengan studio mini guna menghasilkan video renungan singkat dan
menyebar video tersebut melalui media social. Bukan hanya gedung gereja yang harus di bangun
tetapi gereja juga harus membangun ruang rekaman dan membeli peralatan rekaman, yang
menjdi pertanyaannya adalah; Apa dalil dan dasar teologia gereja dalam merumuskan
pelayanannya berbasis media social/online.
Diharapkan semua Pendeta harus melek digital, artinya pendeta harus mampu
memanfaatkan media social untuk mengabarkan injil, karena kebiasaan di zamaan sekarang
adalah menonton, oleh sebab itu pendeta harus mampu memberikan pemberitaan injil melalui
video singkat dan padat. Media social menjadi sasaran gereja untuk mengatasi permasalah
pandemic covid-19. Beberapa waktu lalu PGI juga mengemukakan bahwa saat ini gereja harus
meyediakan Digital Church untuk melayani para umatnya, yang menjadi pernyatanyaan apakah
jemaat mampu memahami dasar-dasar seremoni (Perjamuan kudus, Babtisan, Menanam orang
mati) yang ada di gereja dengan menggunakan media Digital Church ?
Pelayanan secara marturia digitalisasi atau bisa kita sebut sebagai televangelis adalah
cara gereja untuk mengabarkan injil keseluruh dunia, Memberitakaan injil keseluruh dunia pada
masa ini tidak lagi berpaku pada keberangkatan missionaries ke daerah zending, pada zaman ini
media komunikas juga sudah dapat di gunakan para pendeta untuk memberitakaan injil. Karena
tak bisa dipungkiri bahwa jemaat kita telah akrab dengan smart phonen, Oleh karena itu, segala
aspek pelayanan gereja diharapkan bisa disentuh oleh media social.

 Keseragaman Pelayanan.
Pandidion na badia : Boasa dihatindanghon natoras Hata Haporseaon : asa boi haduan di
ajarhon natoras na dakdaknak (Lonjong), taringot tu nama ingkon di jou ma dohot margana, alai
dang pola di tulis (Br.) di akta i molo paropuan nasida gabe susah do haduan di bagasan
administrasi, anak na niain (Anak asuh) kalau mau di babtis oleh orang tua asuh harus
melampirkan surat pernyataan dan jika ada yang menuntut orang tua asuh itulah yang
bertanggung jawab (Harus bermaterai). Anak yang di babtis opung na tong do ingkon di bahen
surat na, bahwa pahompunya itu sudah di rawat oleh opungnya secara jasmani dan rohani.
Pandidion na mangodang, mengenai babtisan ulang, tidak di terima oleh HKBP karena sinode
HKBP telah menandatangani lima dokumen kesaan gereja, oleh sebab itu HKBP menerima
segala babtisan gereja lain yang menandatangani lima dokumen keesaaan gereja.
Manghatindanghon haporseaon : naik sidi (dibulatkan) agar bisa lepas dari orangtunya.
Tidak bisa menikahkan orang yang beda agama, pernyataan ini juga di atur oleh Undangundang
oleh karena itu, setiap angota jemaat akan menikah dengan orang beda agama harus naik sidi,
proses ini ini di sebut di proteskan atau disamakan terlebih dahulu.
Mambasu pat (membasuh kaki) secara teologi tidak ada hubungannya ritual pembasuhan
kaki yang dilakukan oleh Yesus kepada muridmuridnya dengan prosesi pembasuhan kaki di
gereja. Pembasuhan kaki bisa pendeta lakukan dengan cara mengarahkan anak-anak untuk
membasuh kaki orangtuanya, hal ini secara psikologi dapat membantu anak-anak untuk lebih
bersimpati terhadap orangtua.
Hasil Rapat :

Anda mungkin juga menyukai