CODE of ETHICS
& of CONDUCT
Professional
Organizations
GP FARMASI Data Lit
◼ Tend to unite GAKESLAB
& IPMG multisenter
their given
community →
“purification”
Tim Ahli
◼ Provide IDI PDSp/m Pemerintah/
uniformity → WHO dll
“positioning”
◼ Enforce
Standards → PERSI MEDSOS
Opinion
“domination” Leader
KEUTAMAAN PROFESI
= TIPE IDEAL (KODEKI)
MODEL PANUTAN
DSp senior/
konsultan yg
dosen FK >< dgn MORALITAS PEMBERI
DSp
>< DENGAN SISTEM ETIKOLEGAL,
PERTOBATAN & KENEGARAWAN PROFESI >< dgn MORALITAS PENGAMBIL
PPDS “basah”
YANG BERTANGGUNGJAWAB
>< dgn /DPU/DU senior
PROFESIONALISME &
Puskes 24 Jam PTT Preklinik Pasca PTT
KEPATUHAN ETIS & PPDS minor Karyawan biasa
DISIPLIN PROFESI
Koasisten
Praktek Laris
0,01 % Subspes Konsultan Senior
75 % FK terkenal vs
Dr Umum FK baru
Collusion
R&D and clinical trials Evergreening Bribery
Patent
Manufacturing Fraud Overinvoicing
Registration Cartels
Falsification of
safety/Efficacy data Pricing Counterfeit/
substandards
ConfIict Selection
of
Interest Procurement & Import Unethical
Distribution donations
State/regulatory Unethical
capture promotion
Tax
Promotion
Pressure evasion Inspection
Thefts
Adapted from WHO
MEKANISME MORAL HAZARD: connivens
ARROGANCE
GREED
ABUSE OF POWER
MISREPRESENTATION
IMPAIRMENT
CONFLICT OF INTEREST
NON-CONCIENTIOUSNESS
Kondisi manusia: versi Hannah Arendt
Tidak kritis/peka thd isu/masalah etis: era modern,
milenial: manusia mudah menjadi jahat tanpa
menyadarinya/kompromais:
◼ Sekedar menjalankan tugas/SOP (etika minimalis) →
“penyebab” banalitas nurani
◼ Etika (kemampuan menimbang, dialog dengan diri
sendiri/mawas etik, kematangan emosi dan
tilikan/insight) tidak diasah
◼ Kepekaan nilai, via “tatapan wajah penderita sbg
perwakilan wajah Tuhan” << dimaknai
KLUSTER 4 ERA DISRUPTIF 4.0 - BERIKUT KEPRAKTISAN & KEJAHATAN
DOKTER & PASIEN BISA MENGALAMI :
ACTS : DEONTOLOGICAL
,
Golden rule Super-tanggungjawab, dimensi HAM
ENDS : TELEOLOGICAL
PERKEMB
TEKNOLOGI CONSEQUENCES : CONSEQUENTIALIST
(UTILITARIAN)
BIOETIKA
FENOMENA SIBERNETIK JELEK
• Maxim 1
Moral rules
2
Person
1=Rational Being
2= worth in itself creature;
• Maxim
• Maxim 3
(Autonomous = self-
legislating will)
Legislating member;
universal
Kingdom ends
Humanity (always as an end); Duty for the sake
Never as a means → Of Duty
Intrinsic worth & dignity
ETIKA = “REM”; TEKNOLOGI = “GAS”
"Yang Baik mendahului yang benar":
◼ Baik: orientasi keselamatan pasien (cito/gadar, rentan, kurang otonom)
dan/atau kepentingan terbaiknya (elektif, MCU, Kesehatan kerja, pasien
otonom – modus eklektik-holistik dari beberapa pilihan terapi) sbg
tujuan/luaran yandok yg sesuai dgn yan tsb sesuai dgn perbuatan yg
baik (deontologik).
◼ Benar: orientasi keilmuan dgn ketersediaan sarana/prasarana &
kepatuhan norma hukum termasuk pembuktiannya(cq "etika minimalis"
krn sbg norma rata-rata) – kecocokan perbuatan dgn hal2 tersebut
▫ Pada situasi/kondisi kasus konkrit tertentu, ada kekosongan/keribetan
hukum (mis anomik masyarakat, indiferensi teknologi baru, jenis
halal/haram modal tertentu utk mencapai “benar”): diperlukan
keputusan etik (utk mencapai “baik”), sehingga pada ”fase antara”
demikian diperlukan keputusan “etikolegal”
"Yang benar mendahului yang baik" :
Ini yang umum.
D. Whiting (2018) : it is bad to believe the false > it is good yo believe the
truth→ nahi munkar > amar ma’ruf
-
GOOD
Do the encourage
right thing BAD
R
right
GOOD U
CHARACTER L
wrong
E
S
Best course
of action VALUES = MORALITY Agus Purwadianto. 2017
Nilai - Etik - Moralitas
Contoh 2 Contoh 2
Di zaman Romawi, wanita yang aborsi disiksa Wanita sendiri yang berhak menentukan
hingga mati menerima atau menolak kehamilannya
TEORI ETIKA NORMATIF
Teori Teori
Deontologis Teleologis
Deon = kewajiban Telos = akibat
Kebaikan dinilai dari efek yang dihasilkan
Aliran egoisme Aliran utilitarianisme
Kewajiban manusia Kebaikan dalam pandangan Kebaikan dinilai dari luas
untuk berlaku baik hedonis manfaat sebuah tindakan
Kebaikan bukan Manusia bertindak untuk Tindakan yang baik apabila
dinilai dari bentuk mendapatkan manfaat untuk diri manfaatnya lebih luas dari
perilaku keburukannya
Kebaikan dinilai dari Kebaikan dinilai dari manfaat
niat, motivasi, dan yang dapat diberikan kepada
tujuan dirinya
Nilai - Etik - Moralitas
<<< 10 COMAND-
• Harm MENTS
• Evil
Governing
Moral behavior
• Virtues
• Ideals
• Rules
Rational persons
KD Clouser & B.Gert, 2004
Super Keabadian
Tanggung Yang Baik
jawab Yankes
Tujuan
Pertimbangan
Kaidah
Dasar Umum = Ciri & cara Profesi
Bioetika
peran etika & Profesi luhur
IHSAN: Luhur
moral
Profesional Value
Personal Value
MUKADIMAH WAJIB
JENIS KEWAJIBAN SEHARUSNYA/
◼PASAL SEYOGYANYA
◼ CAKUPAN PASAL TIDAK
◼ PENJELASAN PASAL
SEHARUSNYA
◼ PENJELASAN
CAKUPAN PASAL SEYOGYANYA
TIDAK
PENUTUP
DILARANG
Cakupan Pasal : inspirasi pasal di Kode Etik Dunia/Negara Lain
Terkait kemajuan teknologi/peradaban masyarakatnya
Proporsionalitas kepentingan pribadi dokter (spy tetap
bermartabat) – mis : wajib tingkatkan ilmu dkk,
walaupun itu bukan niat/ motivasi utamanya =
implisit HAK2 DR yg WAJAR, bukan mengutamakan
sistem penghargaan semata
Terkait rasionalitas keputusan profesi (melalui penalaran
pembenaran moral via Bioetika)
Adaptabilitas utk mengelola kebaikan budaya/adat
istiadat NKRI (misal : gotong rotong/tolong
menolong) supaya sinergi dgn budaya profesi,
keselarasan personal-professional – national values).
Kompetensi : cara sah perolehan & menjaganya
(integritas personal & profesional)
Responsibilitas individu insan profesi : cakupan,
jenis, bentuk pd pekerjaan & di luar dinas
Akuntabilitas profesi (“budaya integritas”): isi
semata-mata “kewajiban”
Tekad/kepedulian kemanusiaan : atasi penderitaan,
kerentanan, ketimpangan → yankes sbg yan publik
CAKUPAN PASAL:
• setiap dokter dilarang membuat ikatan atau menerima imbalan
berasal dari perusahaan famasi/obat/vaksin/makanan/suplemen/
alkes/aldok/bahan/produk atau jasa kesehatan/terkait kesehatan
dan/atau berasal dari faskes apapun dan dari manapun dan/atau
berasal dari pengusaha, perorangan atau badan lain yg akan
menghilangkan kepercayaan publik/masy thd dan menurunkan
martabat profesi kedokteran
• dalam kehadirannya dalam pertemuan ilmiah, setiap dokter dilarang
mengikatkan diri untuk mempromosikan/meresepkan barang/produk
dan jasa tertentu, apapun bentuk bantuan sponsrshipnya
• pemberian sponsor kepada seorang dokter haruslah dibatasi pada
kewajaran dan dinyatakan dengan jelas tujuan, jenis, waktu dan
tempat kegiatan ilmiah tsb serta kejelasan peruntukan pemberian
tsb dan secara berkala dilaporkan ke pimpinan organisasi setempat
untuk diteruskan ke Pimpinan Nasional IDI
1. Tekad capai/pertahankan kualitas Yan
TERBAIK kemanusiaan/kesehatan – wujud
SUPER-tanggungjawab profesi luhur/mulia
= KEBERANIAN PENEGAK ATURAN =
menyuarakan kebenaran/keadilan mis:
(menegur TS yang mulai menyimpang) .
2. Tekad berani berkurban (ALTRUISME) demi
contoh perwujudan tegak & kokohnya
SUPER-TANGGUNGJAWAB profesi
Etika tidak bisa diajarkan, namun hanya bisa dicontohkan (model
behavioristik/panutan, hidden curriculum), jaminan kebaikan dan kebenaran suara
hati manusia utk selalu muncul dan menang sepanjang masa) :
Sejalan dengan prinsip nilai2 yang terkandung dalam kepercayaan, tradisi, budaya.
SUPER-TANGGUNGJAWAB = super-kewajiban sbg
BUDAYA INTEGRITAS:
◼ KEWAJIBAN MENDAHULUI kebebasan = {niat - sikap -
tindak – perilaku} SERBA BAIK = KEUTAMAAN karakter
DOKTER BAIK
◼ Tercermin dalam tuntunan perilaku di batang tubuh
KODEKI:
◼ Terlihat dari isi pasal2 : norma MEWAJIBKAN atau
MELARANG perilaku tertentu.
t
Responsibili Accountability Professiona
Liability
Dignity
y Discipline
Ethics
SOCIAL CONTRACT
Patient/Client Community PUBLIC TRUST
Family Society
BEST INTEREST,
QUALITY OF LIFE
Ranah etik: Dokter bermasalah
& konflik etikolegal – sebelum
Hub Dr-Pasien
DISIPLIN KEDOKTERAN : APLIKASI ILMU
KEDOKTERAN PADA PRAKTIK KEDOKTERAN → ADA
HUBUNGAN PROFESIONAL DOKTER – PASIEN :
UMUMNYA TREATING DOCTORS (DIRECT
RELATIONSHIP) & DIAGNOSTIC DETERMINATING
DOCTORS (CLINICAL SUPPORTING DOCTORS) YANG
MENENTUKAN DIAGNOSIS UTK KEPENTINGAN
TERAPI.
KADANG2 ASSESING DOCTORS (UTAMANYA
FORENSIC MEDICINE) & CLINICAL FORENSIC
MEDICINE
DITERAPKAN PADA DISIPLIN
KETIKA SUDAH ADA HUB DR –
PASIEN → PRINSIP PERSIDANGAN
MKDKI
ARROGANCE
GREED
ABUSE OF POWER SAKIT,
UZUR,
MISREPRESENTATION
LEBIH BEBAN
IMPAIRMENT DISORGANISASI
CONFLICT OF INTEREST “MATRE”
“KRIMINAL”
NON-CONCIENTIOUSNESS
Pelangga Sanksi
Kategori 3:
ran Etik Jika pelanggar etik berat Penjeraan
Berat hanya diberi pemecatan pemecatan
tanpa mendapat sanksi Sanksi
Pelangga pembinaan, maka kecil Kategori 2:
peluang untuk
ran Etik perbaikan perilaku →
Penjeraan
Sedang non
insight dapat tetap Pemecatan
buruk dan bahkan
menganggap MKEK
sebagai “musuh”. Sanksi
Pelangg Tujuan utama MKEK
aran memberi sanksi ruhnya Kategori
justru adalah 1:
Etik memastikan adanya Pembina
Ringan perbaikan perilaku dari
an
pelanggar. Maka
selayaknya setiap ada
pelanggaran etik, harus
ada program
pembinaan.
Pukovisa Prawiroharjo, 2020
Monitoring dan evaluasi eksekusi sanksi
kategori 1 → Divisi Pembinaan MKEK
setempat.
Monitoring dan evaluasi eksekusi sanksi
kategori 2 & 3 → Ketua MKEK da n Divisi
kemahkamahan
Jika Monev ditemukn pelanggaran, dapat
• Pemecatan keanggotaan sementara (kehilangan seluruh
tambah sanksi tanpa proses kemahkamahan
hak dan wewenang yang didapat sebagai dokter
kembali.
Indonesia) dalam kurun waktu 3-12 bulan.
Pelangga • Jika sangat berat, dapat dijatuhkan sanksi usulan
ran Etik Pemecatan keanggotaan tetap (disahkan di Muktamar).
Berat
Pelangga • Pencabutan kewenangan etika dan profesionalisme tertentu dalam
kurun waktu 3-12 bulan.
ran Etik • Pencopotan dari jabatan di IDI dan organisasi di bawah IDI serta
Sedang pelarangan menjabat di IDI &organisasi di bawah IDI untuk 1 periode
kepengurusan pasca keputusan.
• Denda yang ditentukan besarnya oleh Majelis Pemeriksa.
• Kerja sosial pengabdian profesi dalam kurun waktu 4-12 bulan.
Pelang
garan • Membuat refleksi diri.
Etik • Membuat surat penyesalan dan permohonan maaf.
Ringan • Mengikuti workshop etik.
• Mengikuti Modul Etik di FK yang ditunjuk.
• Mengikuti program membayangi dokter role model
≤ 6 bulan.
Pukovisa Prawiroharjo, 2020 • Kerja sosial pengabdian profesi ≤ 3 bulan.
Etika kedokteran sebagai profesi luhur tertua bidang
kesehatan menjadi model etika nakes lainnya atau bahkan
profesi non nakes, NAMUN pelanggqarannya dapat
menjadi contoh kejahatan profesi lainnya.
Keluhuran profesi dijamin melalui kode etik & standar
perilakunya dalam yankes sebagai etika normatif &
descriptif yan publik yang senantiasa siap direvisi oleh OP
nya sesuai perkembangan jaman.
KODEKI telah mengadopsi teori etika dan kaidah dasar
bioetika sebagai disiplin ilmu tersendiri utk diabdikan
bagi kepentingan terbaik pasien sbg insan manusia
(sebagai disiplin humaniora kesehatan)
Arsitektur KODEKI dibuat sebagai objektivasi pemahaman
lebih baik etika keutamaan & tuntunan perilaku profesional
etika kewajiban & etika kemanfaatan teleologik akibat
perkembangan jaman disertai “jembatan KDB” & hirarki
hukum Islam sebagai etika normatif yang ada dalam pasal,
cakupan pasal, beserta penjelasannya (anatomi KODEKI)
dan ortala sebagai prosedur beracara penegakannya (fisiologi
KODEKI).
Etika profesi nakes berfungsi untuk penyeimbang/rem ekses
kemajuan iptekdokkes demi kepentingan terbaik
pasien/klien/keluarga melalui budaya integritas dan
manajemen penegakannya melalui sistem etikolegal.
Dr & RS di era JKN > memiliki risiko merugi sehingga mudah
tergelincir pada moral hazard/deprofesionalisme profesi.
Dr hrs memutakhirkan profesionalismenya,
bertanggungjawab melayani pasien (kendali mutu, etika
mikro/meso) namun juga bersikap adil terhadap pengelola
JKN (kendali biaya, etika makro) sbg inti nilai profesional
dalam UHC
Diperlukan kesadaran etik, kejujuran ilmiah, kematangan
bioetik, sistem etikolegal berisi TRIAS TANGGUNGJAWAB
kemanusiaan yang adil & beradab serta negarawan &
pertobatan profesi agar mampu interkolaborasi profesi &
mematuhi etika kesejawatan.
KETUA DEWAN PERTIMBANGAN KLINIS
KETUA ASOSIASI PENELITI KES INDONESIA
Ex SAM Bid Teknol Kes & Globalisasi
Ex Kabadan Litbangkes Depkes RI
Ex Staf Ahli Bid Hukum & HAM Kemenkokesra RI
Gurubesar I.K. Forensik & Medikolegal (07)
Doktor Filsafat (03); MSi Sosio-Kriminologi (00)
SpF (konsultan etiko-medikolegal) (05)
Diplome of Forensic Med Groningen Univ (02)
SH (97), SpF (83), dr (79)
Ex Ketua MKEK Pusat IDI, dosen IKF-ML FKUI/RSCM, ex Ketua
Kolegium IK Forensik Indonesia
Ex Karo Hukor Depkes RI
Ex Anggota WHO Global Advisory Vaccine Safety Committee
Ex Anggota UNESCO Global Ethics Observatory Law
Wakil Ketua Komisi Bioetika Nasional
Perintis/dosen S3 Kekhususan Bioetika FKUI