Anda di halaman 1dari 5

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini bank darah (baca: palang merah) masih dihadapkan dengan

kekurangan darah akibat persediaan darah yang belum mencukupi permintaan

kebutuhan darah yang tinggi (Karacan et al., 2013). Ketersediaan darah

bervariasi di seluruh dunia. World Health Organization (WHO)

memperkirakan untuk memenuhi kebutuhan darah tiap negara dibutuhkan

persentase 1-3% pendonor dari total populasi. Namun kenyataannya persentase

di negara berkembang masih kurang dari 1% (McCullough dan McCullough,

2013). Sebuah negara idealnya mempunyai ketersediaan darah untuk donor

sebanyak 2,5% dari jumlah penduduk. Jika diterapkan pada Indonesia dengan

jumlah penduduk sebanyak 247.837.073 orang, idealnya dibutuhkan 4.956.741

kantong darah. Namun pada tahun 2013 lalu, tercatat hanya 2.480.352 kantong

darah yang terkumpul dari pendonor. Jumlah ini menunjukkan adanya

kekurangan kebutuhan kantung darah secara nasional. Akibatnya, pemenuhan

kebutuhan untuk transfusi darah masih sering mengalami kesulitan

(Kementerian Kesehatan RI, 2014).

Keinginan individu untuk melakukan donor darah dipengaruhi salah

satunya oleh motivasi. Motivasi adalah usaha untuk memunculkan dorongan

pada diri individu atau sekelompok masyarakat sehingga mau melaksanakan

hal yang telah direncanakan demi mencapai tujuan yang diharapkan (Sulaeman,
commit to user

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

2009). Altruisme (sifat lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan

orang lain, kebalikan dari egoisme), respon sosial, pengaruh lingkungan, akses

menuju fasilitas kesehatan, dan pengetahuan tentang pentingnya donor darah

merupakan beberapa motivasi yang mendorong seseorang ingin mendonorkan

darahnya (Pule et al., 2014).

Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap donor sukarela menjadi salah

satu penyebab kurangnya ketersediaan darah di Indonesia. Kebanyakan donor

darah masih dilakukan pada saat acara tertentu saja. Berbeda dengan di negara

maju yang masyarakatnya sudah rutin setiap tiga bulan mendonorkan darahnya

secara sukarela (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Penyebab lain kurangnya

ketersediaan darah adalah ketidakefisienan sistem persediaan darah. Menurut

WHO (2011), donasi dari relawan donor sukarela berperan penting dalam

menjaga kestabilan dan kecukupan persediaan kantong darah.

Jumlah pendonor darah rutin sangatlah penting untuk menjamin persediaan

stok darah. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa jumlah pendonor

pemula yang mendonorkan darahnya untuk kedua kali dan seterusnya masih di

bawah 50% (Cobain, 2004). Sementara di Indonesia, perbandingan pendonor

pemula dan pendonor rutin adalah 40% : 60%. Hal ini menunjukkan bahwa di

Indonesia perlu mengembangkan program untuk mempertahankan pendonor

darah yang lebih baik. Saat ini Voluntary Blood Donor’s Association telah aktif

mendampingi Palang Merah Indonesia (PMI) untuk menjalankan program

rekruitmen pendonor dan program untuk mempertahankan pendonor darah

(Soedarmono, 2010).
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Untuk memastikan stok darah tersedia dengan aman, butuh keberadaan

pendonor darah yang bersedia menjadi pendonor darah rutin. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor demografi, psikosiosial,

altruisme, frekuensi donasi yang sebelumnya, faktor sikap individu, dan

kepuasan terhadap proses donor sebelumnya (Pule et al., 2014).

Kepuasan terhadap proses donor sebelumnya telah diteliti menjadi salah

satu faktor penting dalam program rekruitmen donor dan program untuk

mempertahankan pendonor darah. Kepuasan donor saat ini secara signifikan

berhubungan dengan motivasi untuk kembali mendonorkan darah dikemudian

hari. Sehubungan frekuensi donor berkontribusi dalam keamanan dan stabilitas

suplai darah, pengalaman positif yang dialami pendonor akan memberikan

kesan tentang pentingnya mempertahankan donor dan mengubah pendonor

pemula menjadi pendonor rutin. Oleh karena itu, pusat donor darah (baca: PMI)

perlu memperhatikan beberapa hal untuk mengembangkan dan menjaga basis

donor, yaitu merekrut pendonor, menjaga pendonor tetap senang selama donasi,

dan memotivasi pendonor untuk datang kembali (Nguyen et al., 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

antara motivasi dan kepuasan pendonor dengan rutinitas donor darah di Unit

Transfusi Darah (UTD) PMI Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara motivasi dan kepuasan pendonor dengan rutinitas

donor darah di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Surakarta?


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk menganalisis hubungan antara motivasi dan kepuasan pendonor

dengan rutinitas donor darah di UTD PMI Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis gambaran karakteristik pendonor di UTD PMI

Surakarta tahun 2017.

b. Untuk menganalisis hubungan antara motivasi pendonor dengan

rutinitas donor darah di UTD PMI Surakarta.

c. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat kepuasan pendonor

dengan rutinitas donor darah di UTD PMI Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai hal-

hal yang bisa meningkatkan motivasi dan kepuasan masyarakat untuk

melakukan donor darah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang manfaat

donor darah dan urgensinya pada masyarakat umum.

2. Manfaat aplikatif

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi saran dan masukan bagi PMI

Surakarta dalam mengembangkan strategi untuk menambah jumlah

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

pendonor darah sukarela dan mengajak masyarakat agar melakukan donor

darah secara rutin.

3. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan sarana pembelajaran

bagi penelitian sejenis berikutnya.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai