Anda di halaman 1dari 9

Nama: Talitha Widiastuti

NIM: P27226021180

Kelas: D3 B Fisioterapi

OUTCOME MEASURE KESEIMBANGAN

A. Tes Keseimbangan Duduk

• Tipe pengukuran :

Mengukur dan menilai kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan dalam posisi


duduk.

• Alat yang dibutuhkan :

Stop watch dan bed.

• Waktu tes :

30 detik.

• Prosedur tes :

Pasien duduk di tepi bed, kaki tersangga, kedua tangan diletakkan di sisi tubuh dan punggung
tak tersangga selama 15 detik. Jika mampu menahan posisi ini selama 15 detik, fisioterapis
menggoyang/mendorong pasien ke arah depan, belakang, dan samping (dengan tenaga
dorongan yang diperkirakan mampu diterima pasien) hingga waktu 30 detik berakhir.
• Skor :

4 (normal) : mampu melakukan tanpa ada bantuan fisik

3 (good) : membutuhkan bantuan dari sisi tubuh yang lemah

2 (fair) : mampu mempertahankan posisi statis, tapi perlu bantuan dalam reaksi tegak

1 (poor) : tak mampu mempertahankan posisi statis tegak

• Skor normal : 4

Reliabilitas : dipertanyakan

Validitas : signifikan, korelasi indek Barthel pada 1,2 dan 3 minggu pasca stroke
• Keunggulan dan kelemahan :
- sederhana, cepat, dan mudah dilakukan
- banyak digunakan di rumah sakit pada pasien stroke

- standarisasi gangguan dan skor dipertanyakan

B. Tes Keseimbangan Berdiri

1. Timed Up and Go test

• Tipe pengukuran :

Mengukur kecepatan terhadap aktivitas yang mungkin menyebabkan gangguan keseimbangan.


• Alat yang dibutuhkan :
Kursi dengan sandaran dan penyangga lengan, stopwatch, dan dinding.
• Waktu tes :
10 detik – 3 menit
• Prosedur tes :
Posisi awal pasien duduk bersandar pada kursi dengan lengan berada pada penyangga lengan
kursi. Pasien mengenakan alas kaki yang biasa dipakai. Pada saat fisioterapis memberi aba-aba
“mulai” pasien berdiri dari kursi, boleh menggunakan tangan untuk mendorong berdiri jika
pasien menghendaki. Pasien terus berjalan sesuai dengan kemampuannya menempuh jaak 3
meter menuju ke dinding, kemudian berbalik tanpa menyentuh dinding dan berjalan kembali
menuju kursi. Sesampainya di depan kursi pasien berbalik dan duduk kembali bersandar. Waktu
dihitung sejak aba-aba “mulai” hingga pasien duduk bersandar kembali. Tidak diperbolehkan
mencoba atau berlatih terlebih dahulu.
• Skor normal :
Umur 75 tahun rata-rata 8,5 detik Reliabilitas interrater dan retes ICC=0,99 (Podsiadlo, 1991)
Validitas signifikan dan berkorelasi dengan tes-tes lain (Berg, Barthel) (berg K, 1992).
• Keunggulan dan kelemahan :
- Cepat, sederhana dan peralatan minimal
- Tidak sensitif terhadap gangguan keseimbangan ringan-sedang

2. Skala keseimbangan dari Berg (Berg Balance Scale)


• Tipe pengukuran :
Pengukuran terhadap satu seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes keseimbangan statis
dan dinamis dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas dan waktu yang diperlukan dalam
melengkapi tes).
• Alat yang dibutuhkan :
Stopwatch, kursi dengan penyangga lengan, meja, obyek untuk dipungut dari lantai, blok (step
stool), dan penanda.
• Waktu tes :
10 – 15 menit
• Prosedur tes :
Pasien dinilai waktu melakukan hal-hal di bawah ini, sesuai dengan kriteria yang
dikembangkan oleh Berg :

a. Duduk ke berdiri

b. Berdiri tak tersangga

c. Duduk tak tersangga

d. Berdiri ke duduk

e. Transfers

f. Berdiri dengan mata tertutup

g. Berdiri dengan kedua kaki rapat

h. Meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal

i. Mengambil obyek dari lantai

j. Berbalik untuk melihat ke belakang

k. Berbalik 360 derajat

l. Menempatkan kaki bergantian ke blok (step stool)

m. Berdiri dengan satu kaki didepan kaki yang lain

n. Berdiri satu kaki

• Normal skor : 56

Reliabilitas retes dan interrater tinggi pada pasien stroke dan usia lanjut (Berg K, 1995) Validitas
mempunyai korelasi yang signifikan dengan perkembangan pasien stroke (Stevenson T, 1996)
• Keunggulan dan kelemahan :
- Meliput banyak tes keseimbangan , khususnya tes fungsional baik statis maupun dinamis.
- Keterbatasan dalam menilai gangguan keseimbangan ringan-sedang

3. Step test

• Tipe pengukuran :
Pengukuran kecepatan saat bergerak dinamis naik turun satu trap dengan satu kaki.

• Alat yang dibutuhkan :

Stopwatch, blok setinggi 7,5 cm.

• Waktu tes:

30 detik

• Prosedur tes :

Pasien berdiri tegak tak tersangga, sepatu dilepas, kedua kaki sejajar berjarak 5 cm di belakang
blok. Fisioterapis berdiri di salah satu sisi pasien dengan satu kaki diletakkan di atas blok untuk
stabilisasi blok. Pasien dipersilahkan memilih kaki yang mana yang menapak ke atas blok dan
kaki yang menyangga berat badan. Pasien diajarkan bahwa kaki harus menapak sempurna pada
blok dan kembali pada tempat semula juga dengan sempurna dan ini dilakukan secepat
mungkin. Tes dimulai saat pasien menyatakan siap dengan aba-aba “mulai” dan stopwatch
dihidupakan. Jumlah step dihitung 1 kali jika pasien menapak pada blok dan kembali ke tempat
semula. Tes diakhiri saat stopwatch menunjukkan waktu 15 detik dengan aba-aba “stop” dan
dicatat jumlah step yang dilakukan pasien. Prosedur yang sama diulangi pada kaki satunya.
• Skor normal :
Usia 73 tahun rata-rata 17 kali tiap 15 detik. Reliabilitas Retes ICC>0,90 pd orang tua sehat &
ICC>0,88 pd pasien stroke (Hill K, 1996). Validitas mempunyai korelasi yang signifikan dengan
tes meraih (reach test), kecepatan langkah dan lebar langkah saat jalan dan menunjukkan
perkembangan pasien stroke signifikan (Hill K, 1997).
• Keunggulan dan kelemahan :
- Cepat, sederhana dan peralatan minimal
- Terlihat sensitif untuk gangguan keseimbangan ringan-sedang
- Kurang sensitif untuk menilai penyebab gangguan keseimbangan pada penderita Parkinson.
4. Tes Pastor/ tes Marsden

• Tipe pengukuran :
Pengukuran kemampuan untuk mempertahankan posisi terhadap gangguan dari luar.
• Alat yang dibutuhkan :
tidak ada.
• Waktu tes :
10 detik

• Prosedur tes :
Fisioterapis berdiri di belakang pasien dan memberikan tarikan secara mengejut pada bahu
pasien ke belakang. Pasien yang kedua matanya tetap terbuka selama tes diinstruksikan untuk
bereaksi melawan tarikan tersebut untuk mecegah agar tidak jatuh ke belakang. Respon pasien
tersebut dinilai dengan skala seperti di bawah ini:

0 tetap berdiri tegak tanpa melangkah ke belakang


1 berdiri tegak dengan mengambil satu langkah ke belakang untuk mempertahankan stabilitas
2 mengambil 2 atau lebih langkah ke belakang tetapi mampu meraih keseimbangan lagi

3 mengambil beberapa langkah ke belakang tetapi tak mampu meraih keseimbangan lagi dan
memerlukan bantuan terapis untuk membantu meraih keseimbangan
4 jatuh ke belakang tanpa mencoba mengambil langkah ke belakang
• Skor normal : 0-1
Reliabilitas retes tinggi pada pasien Parkinson (Smithson F, 1996) Validitas menunjukkan
validitas yang signifikan dalam membedakan orang normal dengan pasien Parkinson (Smithson
F, 1998).
• Keunggulan dan kelemahan:
- Sederhana, cepat
- Kesulitan dalam menstandarisasi gangguan dari luar
5. Functional reach test
• Tipe pengukuran :
Mengukur kemampuan dalam “meraih” (“reach”) dari posisi berdiri tegak.

• Alat yang diperlukan :

Penanda dan penggaris.


• Waktu tes :
15 detik
• Prosedur tes :

Posisi pasien berdiri tegak rileks dengan sisi yang sehat dekat dengan dinding; kedua kaki
renggang (10 cm). Pasien mengangkat lengan sisi yang sehat (fleksi 90o). Fisioterapis menandai
pada dinding sejajar ujung jari tangan pasien. Pasien diberikan instruksi untuk meraih sejauh-
jauhnya (dengan membungkukkan badan) dan ditandai lagi pada dinding sejajar dimana ujung
jari pasien mampu meraih. Kemudian diukur jarak dari penandaan pertama ke penandaan yang
kedua.
• Skor normal :
Umur 20-24; laki-laki 42 cm dan wanita 37 cm
Umur 41-69; laki-laki 38 cm dan wanita 35 cm
Umur 70-87; laki-laki 33 cm dan wanita 27 cm
Reliabilitas interrater 0.98 (bagus) pada orang normal (Duncan P, 1990)
Reliabilitas retes 0.92 (bagus) pd orang normal dan penderita Parkinson
(Schenkmen, 1997). Validitas: Signifikan, termasuk dalam menilai perkembangan pasien stroke
(Hill K, 1997).

• Keunggulan dan kelemahan :


- Tes sederhana, cepat dan membutuhkan peralatan minimal
- Kurang sensitif untuk menilai gannguan keseimbangan ringan-sedang

6. Clinical Test of Sensory Interaction of Balance (CTSIB)


• Tipe pengukuran :
Pengukuran terhadap kemampuan mempertahankan posisi berdiri pada keadaan berkurang
atau berselisihnya-nya petunjuk sensorik.
• Alat yang dibutuhkan :
Stop watch, foam padat, dan dome.
• Waktu tes :

6 jenis tes, masing-masing 30 detik

• Prosedur tes :
Berdiri tegak tanpa alas kaki dengan kedua kaki terpisah 10 cm atau rapat. Berikan penjelasan
atau contoh kepada pasien tentang tes yang akan dilakukan. Pasien berdiri tegak dan
mempertahankan posisi tersebut dengan kedua tangan di samping tubuh. Fisioterapis
memberikan aba-aba “mulai” bersamaan dengan menghidupkan stopwatch dan “stop”
bersamaan dengan mematikan stopwatch setelah 30 detik atau saat pasien kehilangan
keseimbangannya.
• Jenis tes :
a. Mata terbuka; berdiri di permukaan yang keras
b. Mata tertutup; berdiri di permukaan yang keras
c. Konflik visual (memakai dome); berdiri di permukaan yang keras

d. Mata terbuka; berdiri di atas foam


e. Mata tertutup; berdiri di atas foam
f. Konflik visual (memakai dome); berdiri di atas foam
• Skor normal :

Umur 25-44 : mampu melakukan semua tes sesuai dengan waktu (30 detik)

Umur 45-64 : mampu melakukan semua tes sesuai dengan waktu (30 detik) dengan sedikit
penurunan pada jenis tes nomor 6
Umur 65-84 : mampu melakukan/mempertahankan

30 detik untuk 3 tes pertama

29 detik untuk tes nomor 4

17 detik untuk tes nomor 5

19 detik untuk tes nomor 6

Reliabilitas : retes bagus pada pasien stroke (DiFabio R, 1990) Validitas signifikan untuk menilai
perkembangan pasien stroke (Hill K, 1997)
• Keunggulan dan kelemahan :
- Bermanfaat untuk menentukan jenis kelainan pada sistem sensorik, vestibular dan visual
- Merupakan tes statis dan tidak fungsional.

7. Static standing balance (Bohannon 1989)


• Tipe pengukuran :
mengukur dan menilai kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan posisi berdiri statik
• Alat yang dibutuhkan :
stop watch
• Waktu tes :
30 detik
• Prosedur tes dan penskoran :
0 : Tidak mampu berdiri
1 : Mampu berdiri dengan 2 kaki terpisah, tetapi kurang dari 30 detik
2 : Mampu berdiri dengan 2 kaki terpisah selama 30 detik, tetapi tidak mampu saat 2 kaki rapat
3 : Mampu berdiri dengan 2 kaki rapat, tetapi kurang dari 30 detik
4 : Mampu berdiri dengan 2 kaki rapat, selama 30 detik atau lebih

Merupakan pemeriksaan dengan skala pengkategorian yang sederhana dan diatakan reliabel
(dalam penelitian Bohannon yang tidak dipublikasikan. Kemugkinan pengukuran ini berguna,
tetapi belum ada laporan secara luas tentang penggunaannya dalam klinis.

Program latihan Otago dan Taichi

Pengertian program latihan Otago dan Taichi

-Latihan Otago adalah program latihan kekuatan dan keseimbangan yang didesain untuk
mencegah jatuh dan meningkatkan status kesehatan pada lansia.
-Tai chi juga dikenal sebagai ilmu beladiri yang memiliki manfaat terapeutik atau penyembuhan
terhadap tubuh manusia dalam setiap latihannya.

Pengaruh terapi latihan Otago dan Taichi

-Pengaruh latihan keseimbangan dalam Otago Exercise Programme untuk mengajarkan kembali
pada tubuh bagaimana menjaga keseimbangan sehingga mempermudah dalam melakukan
gerakan- gerakan fungsional dan agar tidak mudah jatuh saat bergerak. Latihan berjalan
bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan berjalan dan untuk mempertahankan kebugaran
fisik dari lansia. Sebagai awalan dapat memulai dengan berjalan selama 5-10 menit dan terus
ditingkatkan hingga 30 menit. Setelah melakukan latihan lansia akan melaksanakan
pendinginan untuk membantu mengembalikan denyut jantung dan pernafasan kembali normal,
dan membantu mengurangi penumpukan asam laktat di otot setelah latihan.

-Tai Chi mampu melatih keseimbangan tubuh, sekaligus membantu memelihara sel-sel saraf
agar dapat berfungsi dengan baik. Lebih jauh lagi, gerakan-gerakan Tai Chi dapat meningkatkan
kelenturan. Selain itu, bela diri ini merupakan cara yang mudah dilakukan untuk menjaga
kebugaran tubuh.

Cara Terapi Latihan Otago dan Taichi

-Cara terapi latihan otago adalah:

1. Jenis latihan front knee strengthening:

Posisi duduk bersandar dikursi dan pergelangan kaki dipasangi pemberat, kemudian angkat dan
luruskan lutut ke depan, ulangi sebanyak 10 kali pada kaki kanan dan kiri.

2. Jenis latihan back knee strengthening exercise: Berpegangan pada sandaran kursi dan.
pergelangan kaki dipasangi pemberat, kemudian tekuk lutut ke belakang lalu luruskan kembali,
ulangi gerakan tersebut 10 kali pada kaki kanan dan kiri.

3. Jenis latihan side hip strengthening exercise: Berdiri tegak di samping kursi atau meja dangan
pergelangan kaki dipasangi pemberat, salah satu tangan berpegangan di meja dan kaki diangkat
ke samping (diabduksi).

-Cara terapi latihan taichi:

A. Pose Awal

Berdiri tegak dengan kedua kaki terbuka selebar bahu Anda. Letakkan kedua tangan di pinggul.
Secara perlahan, putar kepala searah jarum jam dan ulangi sebanyak dua kali. Setelah itu, putar
kepala pada arah yang berlawanan sebanyak tiga kali. Tarik napas dalam sampai bahu terangkat
dan lepaskan perlahan-lahan sambil menurunkan bahu.

B. Melemaskan Tangan

Angkat kedua tangan sampai setinggi perut Anda. Pastikan bahwa lengan atas Anda tetap
menahan postur tubuh dengan kencang dan kibas-kibas telapak tangan Anda seolah sedang
mengeringkan tangan dari butir-butir air. Lakukan gerakan pelemasan tangan ini sambil
menarik dan membuang napas dalam sebanyak tiga kali. Masih dengan posisi berdiri yang
sama, angkat tangan Anda dengan gerakan seperti menyapu perlahan dinding di hadapan Anda.
Saat mengangkat tangan, arahkan jarijari Anda supaya menghadap ke bawah. Saat tangan
sudah setinggi kepala Anda, turunkan pelan-pelan dengan posisi jemari lurus menghadap ke
atas. Ulangi sampai enam kali sambil terus mengambil napas dalam.

C. Gerakan dua purnama

Angkat kedua lengan Anda ke depan sampai tegak lurus di samping tubuh dan turunkan ke
belakang sampai posisi tangan kembali ke sisi tubuh Anda dan membentuk lingkaran purnama
yang sempurna. Ulangi gerakan ini hingga enam kali. Akhiri dengan posisi tangan di sisi tubuh
masing-masing.

D. Menebarkan sayap

Angkat kedua lengan setinggi dada Anda. Dengan posisi telapak tangan terbaring sejajar
menghadap ke bawah, pastikan ujung jemari kedua telapak tangan Anda hampir saling
menyentuh. Kemudian secara perlahan buat gerakan membuka lengan seolah menebarkan
“sayap” atau lengan bawah Anda ke samping tubuh. Biarkan kedua lengan Anda terentang
dengan lurus dan tegap. Kembalikan lagi ke posisi awal dengan tangan di hadapan dada Anda.
Ulangi gerakan merentangkan tangan ini hingga enam kali. Jangan lupa untuk mempertahankan
teknik pernapasan dalam selama Anda melatih gerakan ini.

E. Membelah air

Arahkan kedua lengan Anda lurus ke depan kira-kira setinggi dada Anda. Kedua telapak tangan
Anda seharusnya menghadap ke bawah. Lalu, buat gerakan seperti Anda sedang berenang dan
membelah air di hadapan Anda perlahan-lahan. Ayunkan masing-masing lengan Anda ke sisi
tubuh dan kembali lagi ke posisi semula. Ulangi sebanyak enam kali sambil terus bernapas
dengan rileks. Akhiri dengan posisi kedua tangan berada di sisi tubuh.

Anda mungkin juga menyukai