Anda di halaman 1dari 37

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
yang bekerja pada instansi Pemerintah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014. Berbagai cara dilakukan agar seorang ASN dapat
menjalankan fungsinya dengan baik dan mampu melakukan kinerjanya
sesuai kompetensinya. Untuk mencapai hal tersebut maka pada UU No.
5 Tahun 2014 pasal 63 ayat (3,4) dan Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2020, tercantum bahwa Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
wajib menjalani masa percobaan selama satu tahun dan mengikuti
pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun moral,
kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan,
karakter pribadi yang unggul dan bertanggung jawab dan memperkuat
profesionalisme serta kompetensi bidang. Pendidikan dan pelatihan ini
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai wujud implementasi Peraturan
Lembaga Negara Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pelatihan Dasar Calon
Pegawai Negeri Sipil dengan konsep BerAKHLAK.
Pegawai Negeri Sipil berfungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa berdasarkan
UU No. 5 Tahun 2014. Beberapa fungsi ASN tersebut menandakan
bahwa seorang ASN berkaitan erat dengan bagaimana melayani
masyarakat dengan sebaik mungkin. Aparatur Sipil Negara sebagai
pelayan publik dapat meliputi banyak hal dalam berbagai ruang lingkup
kehidupan, seperti pelayanan administrasi negara, bidang pendidikan,
sosial, kesehatan, dan lainnya. Rumah Sakit merupakan salah satu
instansi pemerintah yang melaksanakan pelayanan kesehatan.
Sebagaimana yang tercantum di dalam Undang-

1
Undang No. 44 Tahun 2009, Tugas Rumah Sakit adalah sebagai
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna serta menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
Rumah Sakit berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Salah satu jenis pelayanan rumah sakit
yaitu memberikan pelayanan/perawatan kepada pasien dengan penyakit
paru infeksius yang dilakukan di Ruang Kenanga. Ruang Kenanga
merupakan bagian dari Instalasi Rawat Inap Penyakit Paru Infeksius di
RSUD Bayu Asih Purwakarta, dimana kapasitas jumlah tempat tidur
sebanyak 10 dan total jumlah perawat sebanyak 11 orang yang terdiri
dari Kepala Ruang, Perawat Penanggung jawab dan Perawat Pelaksana.
Jumlah total pasien yang dirawat di Ruang Kenanga selama bulan
Januari – Juni 2022 sebanyak 236 orang dengan jumlah rata-rata hari
rawat selama 4 sampai 6 hari. Jenis penyakit paru infeksius yang
menjalani perawatan di Ruang Kenanga yaitu tuberculosis (TBC). Saat
ini TBC menempati urutan 8 dari 10 besar penyakit rawat inap di
RSUD Bayu Asih Purwakarta periode bulan Januari - Juni 2022 (Sistem
Informasi Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta).
Tuberculosis merupakan penyakit paru infeksius yang diakibatkan
oleh kuman mycrobacterium tuberculosis, dimana penyebaran bakteri
bisa menular melalui udara, hal ini bisa melalui penderita ketika batuk,
bersin dan juga berbicara. Penyebaran penyakit melalui udara/airbone
sangat berdampak pada kesehatan individu. Jika pengetahuan pasien
mengenai etika batuk dan bersin tidak ditingkatkan dapat menyebabkan
penyebaran bakteri melalui udara menjadi lebih cepat sehingga dapat
menyebabkan jumlah penderita penyakit menular menjadi bertambah.
Mengingat banyaknya jumlah pasien yang dirawat di

2
Ruang Kenanga, maka penulis sebagai seorang CPNS yang bekerja
sebagai perawat yang memberikan pelayanan tentang kesehatan
berkewajiban untuk melakukan edukasi, karena salah satu tugas pokok
dan peran perawat yakni sebagai edukator yaitu memberikan
pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan kepada pasien,
keluarga pasien maupun anggota masyarakat dalam upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Dalam hal ini dapat diterapkan
melalui pemberian edukasi dengan cara sosialisasi tentang etika batuk
dan bersin sebagai upaya preventif penyebaran penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat luas.

1. Kondisi Sekarang
Berdasarkan pengamatan penulis sejak bertugas di ruang
perawatan paru infeksius RSUD Bayu Asih Purwakarta ditemukan
isu diantaranya:
a. Belum optimalnya edukasi tentang etika batuk dan bersin
bagi pasien dan keluarga
Selama bertugas di ruang perawatan paru infeksius
RSUD Bayu Asih Purwakarta sejak 2 – 30 Juni 2022,
penulis mengamati belum optimalnya edukasi tentang etika
batuk dan bersin oleh petugas kesehatan khususnya di ruang
perawatan paru infeksius, meskipun di ruangan sudah
terdapat SOP tentang etika batuk yang telah diterbitkan oleh
Direktur RSUD Bayu Asih pada tanggal 15 Februari 2018
sesuai dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Bayu Asih Kabupaten Purwakarta No.440/Kep.10-
RSUD Bayu Asih/2018 tentang Kebijakan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) namun belum pernah dilakukan
sosialisasi kepada pasien dan keluarga. Berdasarkan hasil
wawancara

3
dengan Kepala Ruang Perawatan Paru Infeksius yaitu Iis
Sugiarti, S.Kep., Ners pada tanggal 28 Juli 2022 dikatakan
bahwa belum pernah dilakukannya edukasi etika batuk dan
bersin oleh petugas kesehatan (perawat) di ruangan tersebut
dan hanya pernah dilakukan oleh mahasiswa, hal ini
dikuatkan pula oleh pernyataan pasien bahwa dari jumlah
total 10 pasien belum mengetahui etika batuk dan bersin
sesuai standar.
Tabel 1.1 Data wawancara penerapan etika batuk dan
bersin pada pasien
No. Pasien Indikator Pengetahuan Etika Batuk dan Bersin

Menutup mulut Segera Melakukan Menggunak


dan hidung membuang kebersihan an masker
menggunakan tissue pada tangan saat batuk
tissue / lengan tempat
dalam baju sampah
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1. Tn. AM √ √ √ √
2. Tn. Ad √ √ √ √
3. Tn. P √ √ √ √
4. Tn. N √ √ √ √
5. Tn. An √ √ √ √
6. Ny. C √ √ √ √
7. Ny. S √ √ √ √
8. Ny. E √ √ √ √
9. Ny. O √ √ √ √
10. Ny. F √ √ √ √

Pada tabel 1.1 menggambarkan hasil wawancara yang


dilakukan kepada pasien di Ruang Kenanga RSUD Bayu
Asih Purwakarta. Dari 10 pasien hanya 1 pasien yang
menerapkan indikator etika batuk, tetapi juga dari 4 indikator
etika batuk dan bersin hanya menerapkan 1 indikator.
Selanjutnya berdasarkan hasil observasi didapati fakta belum
tersedianya poster atau

4
panduan untuk pasien dan keluarga tentang etika batuk dan
bersin di ruang perawatan pasien baik yang tertempel di
ruang perawatan pasien maupun yang tidak tertempel.

Gambar 1.1 SOP Etika Batuk RSUD Bayu Asih Purwakarta

Gambar 1.2 Belum Terpasang Poster/Panduan Etika Batuk dan Bersin

5
b. Belum optimalnya edukasi penggunaan masker bagi pasien
dan keluarga
Berdasarkan hasil pengamatan selama bertugas di
ruang perawatan paru infeksius sejak 2 – 30 Juni 2022,
penulis mengamati belum adanya edukasi pentingnya
penggunaan masker yang baik dan benar oleh petugas
kesehatan terhadap pasien maupun keluarga, hanya sekedar
diberikan himbauan untuk menggunakan masker kepada
pasien maupun keluarga/pengunjung. Hasil observasi
menunjukkan sebagian besar belum patuh dalam penggunaan
masker.
Tabel 1.2 Data observasi penggunaan masker pada pasien
No. Pasien Penggunaan Masker

Sering Jarang Tidak Pernah


1. Tn. AM √
2. Tn. Ad √
3. Tn. P √
4. Tn. N √
5. Tn. An √
6. Ny. C √
7. Ny. S √
8. Ny. E √
9. Ny. O √
10. Ny. F √

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa pasien


yang berada di Ruang Kenanga RSUD Bayu Asih Purwakarta
dari jumlah total 10 pasien, hanya 1 pasien yang patuh
menggunakan masker, dan 9 pasien jarang terlihat
menggunakan masker. Rata-rata pasien menggunakan masker
saat visit dokter. Selain itu juga belum adanya
panduan/gambar yang terpasang di ruang perawatan pasien,
hanya terdapat tulisan

6
kewajiban menggunakan masker. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Kepala Ruang Iis Sugiarti, S.Kep., Ners
pada tanggal 28 Juli 2022 juga dikatakan bahwa belum
pernah dilakukan edukasi penggunaan masker yang baik dan
benar oleh petugas kesehatan (perawat). Hanya pernah
dilakukan oleh mahasiswa.

Gambar 1.3 Belum terpasang Panduan Pemakaian Masker di


Ruang Perawatan Pasien

c. Belum optimalnya edukasi cuci tangan 6 langkah bagi pasien


dan keluarga
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
penulis sejak 2 – 30 Juni 2022, menunjukkan bahwa pasien
dan keluarga dalam melakukan cuci tangan belum sesuai
dengan 6 langkah. Berikut ini merupakan data observasi
pasien dan keluarga di Ruang Kenanga RSUD Bayu Asih
Purwakarta:

7
Tabel 1.3 Data observasi pasien dalam melakukan cuci
tangan 6 langkah
No. Pasien Cuci Tangan 6 Langkah

Sesuai Belum Sesuai


1. Tn. AM √
2. Tn. Ad Bedrest total
3. Tn. P √
4. Tn. N √
5. Tn. S Bedrest total
6. Ny. C √
7. Ny. S Bedrest total
8. Ny. E √
9. Ny. O √
10. Ny. F √

Tabel 1.4 Data observasi keluarga dalam melakukan cuci


tangan 6 langkah
No. Pasien Cuci Tangan 6 Langkah

Sesuai Belum sesuai


1. Keluarga Tn. AM √
2. Keluarga Tn. Ad √
3. Keluarga Tn. P √
4. Keluarga Tn. N √
5. Keluarga Tn. S √
6. Keluarga Ny. C √
7. Keluarga Ny. S √
8. Keluarga Ny. E √
9. Keluarga Ny. O √
10. Keluarga Ny. F √

Pada tabel 1.3 dan tabel 1.4 menunjukkan bahwa pasien


dan keluarga sebagian besar cara melakukan cuci tangan
tidak sesuai dengan 6 langkah cuci tangan, data menunjukkan
7 dari 10 jumlah total pasien dan 10 dari 10 jumlah total
penunggu pasien (keluarga) belum melakukan cuci tangan
sesuai 6 langkah cuci tangan.

8
Untuk ketiga pasien dengan keterangan “bedrest total” tidak
dilakukan observasi karena mobilisasi pasien yang terbatas.
Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruang Perawatan Paru Infeksius Iis Sugiarti, S.Kep., Ners
pada tanggal 28 Juli 2022, dikatakan bahwa belum adanya
edukasi dari petugas kesehatan sendiri tentang cuci tangan 6
langkah yang baik dan benar. Namun panduan mengenai cuci
tangan 6 langkah, wastafel, dan sabun sudah ada di masing-
masing ruangan pasien.

Gambar 1.4 Panduan Cuci Tangan 6 Langkah

9
2. Kondisi yang Diharapkan
Dilihat dari isu yang penulis temui dan telah dikemukakan di
atas maka hal yang diharapkan :
a. Peningkatan pengetahuan tentang etika batuk dan bersin bagi
pasien dan keluarga, sehingga pasien dan keluarga
mengetahui tentang etika batuk dan bersin yang benar.
Perawat dapat memberikan edukasi bagaimana etika batuk
dan bersin yang benar sesuai dengan tugas dan peran
perawat.
b. Optimalnya penggunaan masker bagi pasien dan keluarga
agar pasien tidak menularkan bakteri yang ada pada dirinya
kepada keluarga dan orang lain, serta kepada tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan. Perawat perlu
memberikan pengetahuan tentang penggunaan masker yang
baik dan benar untuk mencegah penyebaran bakteri melalui
airbone.
c. Peningkatan pengetahuan cuci tangan yang baik dan benar
bagi pasien dan keluarga tentang 6 langkah cuci tangan. Agar
pasien dan keluarga membiasakan hidup sehat melalui
peningkatakan pengetahuan cuci tangan yang benar. Karena
kegiatan cuci tangan dapat memutus rantai penyakit.

3. Isu yang Diangkat


Berikut penulis paparkan pemilihan isu permasalahan yang
ada di ruang perawatan paru infeksius RSUD Bayu Asih
Purwakarta dengan teknis tapisan USG (Urgency, Seriousness,
Growth).Kriteria USG meliputi:
a. Urgency: Seberapa mendesak isu itu harus dibahas,
dianalisis dan ditindaklanjuti.
b. Seriousness: Seberapa serius itu harus dibahas dikaitkan
dengan akibat yang ditimbulkan.

10
c. Growth : Seberapa besar kemungkinan terburuknya isu
tersebut jika tidak segera ditangani sebagaimana mestinya.
Analisis isu menggunakan USG adalah untuk menentukan isu
prioritas dengan menetapkan rentang penilaian 1-5. Dengan
interpretasi bobot: 5= sangat kuat pengaruhnya dan 1= sangat
kurang pengaruhnya. Semakin tinggi skor menunjukkan bahwa isu
tersebut sangant urgent dan sangat serius untuk diselesaikan.

Tabel 1.5 Analisis Isu dengan USG


Score
No. Identifikasi Isu Total Peringkat
U S G
Belum optimalnya
1. edukasi tentang etika 4 5 5 14 I
batuk dan bersin bagi
pasien dan keluarga
Belum optimalnya
2. edukasi penggunaan 4 4 5 13 II
masker bagi pasien
dan keluarga
Belum optimalnya
edukasi cuci tangan
3. yang baik dan benar 4 4 4 12 III
bagi pasien dan
keluarga
Keterangan USG :
5 = Sangat mendesak/Berpengaruh/Berdampak 4 =
Mendesak/Berpengaruh/Berdampak
3 = Cukup mendesak/Berpengaruh/Berdampak 2 =
Tidak mendesak/Berpengaruh/Berdampak 1 =
Sangat tidak mendesak/Berpengaruh Keterangan
Peringkat :
I = Sangat tinggi
II = Tinggi
III = Sedang
IV = Rendah

11
V = Sangat rendah

Berdasarkan matriks USG diatas, terdapat total nila tertinggi


pada isu pertama yaitu “Belum optimalnya edukasi tentang etika
batuk dan bersin bagi pasien dan keluarga di ruang perawatan paru
infeksius RSUD Bayu Asih Purwakarta”. Kemudian dilakukan
identifikasi faktor penyebab isu dengan menggunakan diagram
fishbone.

Tabel 1.6 Diagram fishbone

METHODS MAN

Kurangnya kesadaran Kurangnya kesadaran


pemberian edukasi etika pemberian edukasi etika
batuk dan bersin batuk dan bersin

SOP etika batuk belum dilaksanakan Kurangnya informasi etika


batuk dan bersin
dengan baik

Belum optimalnya edukasi tentang etika batuk dan bersin bagi pasien dan keluarga

Belum terpasang panduan Kurangnya pengetahuan


etika batuk dan bersin masyarakat tentang etika
batuk dan bersin

Kurangnya kesadaran
pemberian edukasi etika Kurangnya kesadaran
batuk dan bersin pemberian edukasi etika
batuk dan bersin

MATHERIALS ENVIRONMENT

Berdasarkan analisis diagram fishbone diatas, didapatlah


gagasan penyebab dari isu yakni sebagai berikut:
a. Man (sumberdaya manusia): Masih kuarangnya kesadaran
pemberian edukasi etika batuk dan bersin, sehingga
informasi yang diperoleh menjadi kurang

12
mengenai etika batuk dan bersin yang baik dan benar/sesuai
SOP.
b. Methods (metode): Di ruangan perawatan paru infeksius
sudah ada tentang SOP etika batuk, namun pelaksanaannya
belum optimal. Hal ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran
pemberian edukasi tentang etika batuk dan bersin.
c. Matherials (bahan): Belum adanya panduan seperti poster
dan leaflet bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui etika
batuk dan bersin yang baik dan benar, akibat dari kurangnya
kesadaran pemberian edukasi mengenai etika batuk dan
bersin.
d. Environment (lingkungan): Kurangnya kesadaran pemberian
edukasi tentang etika batuk dan bersin, sehingga pengetahuan
pasien dan keluarga mengenai etika batuk dan bersin kurang.
Melalui pengamatan isu dan gagasan penyebab yang sudah
dijabarkan menggunakan teknik analisis diatas, muatan pokok dari
rancangan aktualisasi habituasi yang dipilih penulis adalah terkait
dengan “Optimalisasi edukasi batuk dan bersin pada pasien dan
keluarga di ruang perawatan paru infeksius RSUD Bayu Asih
Purwakarta”.

B. TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN PERAN

1. Visi
Visi yang dimiliki oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Bayu Asih Purwakarta “Menjadi Rumah Sakit yang
Profesional dan Dipercaya”

2. Misi
Misi merupakan mengenai upaya – upaya yang harus
dilakukan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan.

13
Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan
pihak yang berkepentingan sebagai komponen penyelenggara
program kegiatan dapat mengetahui langkah dan tindakannya tanpa
mengabaikan mandat yang diberikan. Misi RSUD Bayu Asih
Purwakarta adalah “Meningkatkan dan Mengoptimalkan Sumber
daya Rumah Sakit”

Motto
Motto Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta yaitu
“Pelayanan memuaskan untuk kesan tak terlupakan”.

Nilai-Nilai Dasar RSUD Bayu Asih


B : Budi Pekerti Luhur
A : Asih Asah Asuh
Y : Yakin
U : Utamakan Pasien A
: Akuntabilitas
S : Sabar I
: Ikhlas
H : Hati Nurani

Falsafah RSUD Bayu Asih “CEKAS”


C : Cepat, Tepat, Akurat E
: Empati
K : Komunikasi yang Baik
A : Amanah terhadap Pekerjaan S :
Senyum Sapa Salam

3. Tugas Pokok, Fungsi dan Peran Rumah Sakit


a. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 47 Tahun
2021 tentang penyelenggaraan bidang

14
perumahsakitan, bahwasanya rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan peningkatan
dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan. Menurut
Undang - Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
fungsi rumah sakit adalah :
1) Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan
kesehatan seuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
2) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan
melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat
kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3) Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya
manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pemberian pelayanan kesehatn.
4) Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta
penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang
kesehatan
RSUD Bayu Asih mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

15
1) Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna
dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan yang dilakukan secara serasi, terpadu
dengan upaya peningkatan serta melaksanakan upaya
rujukan.
2) Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai standar
dari pelayanan rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, RSUD Bayu
Asih mempunyai fungsi:
1) Penyelenggaraan Pelayanan Medis
2) Pelayanan Penunjang Medis dan Non Medis
3) Pelayanan dan Asuhan Keperawatan
4) Pelayanan Rujukan
5) Pendidikan dan Latihan
6) Penelitian dan Pengembangan
7) Pelayanan administrasi umum dan Keuangan

b. Peran dan Fungsi Perawat


Dalam menjalankan perannya, seorang perawat memiliki
fungsi yaitu:
1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver)
baik individu, kelurga maupun kelompok. Pemberian
asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana
sampai dengan kompleks menggunakan proses
keperawatan meliputi: pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2) Sebagai advokat (pelindung klien)


Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien &
keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi
dari pemberi pelayanan

16
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas
tindakan keperawatan. Perawat juga berperan
dalam mempertahankan & melindungi hak-hak
pasien meliputi: hak atas pelayanan sebaik-
baiknya; hak atas informasi tentang penyakitnya;
hak atas privacy; hak untuk menentukan nasibnya
sendiri; dan hak menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
3) Sebagai edukator
Perawat memiliki peran untuk memberikan
pengetahuan, informasi, dan pelatihan ketrampilan
kepada pasien, keluarga pasien maupun anggota
masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan
4) Sebagai koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,
merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi
pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien.
5) Sebagai kolaborator
Perawat sebagai kolaborator yaitu bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapi,
ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yang diperlukan.
6) Sebagai konsultan
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi dengan
mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis sesuai dengan metode pemberian pelayanan
keperawatan.
7) Sebagai pembaharu

17
Perawatan mengadakan perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan
metode pemberian pelayanan.

4. Struktur Organisasi
a. Gambaran Umum RSUD Bayu Asih Purwakarta
RSUD Bayu Asih merupakan rumah sakit tertua di
wilayah Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Subang. Rumah
sakit ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan warga
masyarakat Purwakarta dan sekitarnya. Diresmikan tanggal
18 Oktober 1930 oleh Gubernur Jenderal ACD de Graeff,
Pastoor Van den Brug, dr. Dake dan dr. Bosman. Berdiri
diatas tanah seluas 5 hektar dan luas bangunan 5000 m2,
memiliki komponen pelayanan yang sangat mendasar, yaitu:
rawat jalan dan rawat inap. RSUD Bayu Asih Purwakarta
merupakan sebuah rumah sakit yang sangat dibanggakan dan
dibuat oleh Nederlandsch Zendings Vereeniging untuk
Pemerintah (Hindia Belanda), diberi nama “Bajoe Asih“
yang mempunyai arti “Pemeliharaan didalam kekuatan
derma pengasihan “. RSUD Bayu Asih berlokasi ditengah
kota Purwakarta, sehingga mempunyai aksesibiliti mudah
dijangkau dari segala arah.

18
b. Struktur Organisasi

Tabel. 1.7 Bagan Struktur Organisasi

C. TUJUAN AKTUALISASI
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari rancangan aktualisasi habituasi ini adalah
sebagai pedoman untuk mengimplementasikan nilai – nilai dasar
ASN BerAKHLAK (Berorientasi pelayanan, Akuntabel,
Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) serta
kedudukan dan peran ASN dalam NKRI secara langsung di unit
kerja penulis yaitu RSUD Bayu Asih Purwakarta.

2. Tujuan Khusus
Mengoptimalkan pengetahuan tentang pentingnya etika batuk
dan bersin bagi pasien dan keluarga sehingga meningkatkan derajat
kesehatan.

19
D. MANFAAT AKTUALISASI

1. Manfaat Bagi Peserta Latsar


Pemahaman dan implementasi nilai dasar BerAKHLAK
sebagai pedoman dalam menjalankan profesi sebagai ASN dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan di RSUD Bayu Asih
Purwakarta.

2. Manfaat bagi Organisasi


a. Membantu mewujudkan visi dan misi RSUD Bayu Asih
Purwakarta
b. Terciptanya lingkungan kerja yang sehat dan aman dalam
mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta
mengurangi terjadinya infeksi nosokomial

3. Manfaat Bagi Masyarakat


Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya pasien
dan keluarga yang berobat/dirawat di RSUD Bayu Asih Purwakarta
mengenai etika batuk dan bersin sesuai standar.

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang dilaksanakan
oleh penulis yaitu di Ruang Perawatan Paru Infeksius (Ruang Kenanga)
RSUD Bayu Asih Purwakarta. Kegiatan aktualisasi ini dilaksanakan
selama 30 hari, dimulai dari 6 Agustus sampai 11 September 2022.

20
II. RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI HABITUASI

A. Gambaran Umum Kegiatan Aktualisasi Habituasi


Kegiatan aktualisasi ini meliputi nilai dasar ASN BerAKHLAK
dalam kegiatan pemberian pelayanan dan peningkatan pengetahuan etika
batuk dan bersin pada pasien dan keluarga di ruang perawatan paru
infeksius. Berikut adalah rangkaian rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan pada kegiatan aktualisasi:
1. Membuat video edukasi etika batuk dan bersin
2. Membuat media edukasi berupa leaflet dan poster tentang etika batuk
dan bersin
3. Membuat instrumen monitoring evaluasi (monev) pelaksanaan
edukasi tentang etika batuk dan bersin untuk pasien dan keluarga
4. Melaksanakan sosialisasi kepada pasien dan keluarga tentang etika
batuk dan bersin serta sosialisasi instrumen monitoring dan evaluasi
(monev)
5. Implementasi edukasi etika batuk dan bersin yang baik dan
benar/sesuai dengan SOP
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan edukasi etika batuk dan bersin
pada pasien dan keluarga

B. Kegiatan Rencana Aktualisasi


1. Membuat video edukasi etika batuk dan bersin
a. Tahap kegiatan
1) Melaksanakan koordinasi dengan bidang keperawatan dan
mentor mengenai usulan pembuatan video tentang etika batuk
dan bersin
2) Mencari sumber referensi untuk bahan pembuatan video
3) Membuat video dengan aplikasi Wondershare Filmora X
atau Capcut

21
4) Menunjukkan hasil pembuatan video kepada bidang
keperawatan dan mentor serta meminta ijin untuk
menggunakan media tersebut sebagai alat edukasi dengan
cara sosialisasi
5) Mengupload video diyoutube dan meletakkan link youtube
dileaflet
6) Menjelaskan cara melihat video dari link dan menayangkan
video edukasi kapada pasien dan keluarga
7) Memberikan laporan kepada bidang kepegawaian dan mentor
bahwa leaflet dan poster telah digunakan sebagai media
edukasi
b. Hasil yang ingin dicapai
1) Adanya dukungan dari bidang keperawatan dan mentor untuk
membuat video
2) Tersedianya media audio visual tentang pentingnya edukasi
etika batuk
3) Video edukasi menarik dan mudah dipahami oleh pasien dan
keluarga
4) Video edukasi dilihat oleh semua pasien, keluarga, dan
petugas kesehatan
5) Petugas kesehatan dan pasien yang melihat video tersebut
dapat mengerti pentingnya etika batuk dan bersin
c. Nilai-nilai dasar BerAKHLAK
1) Berorientasi pelayanan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan memberikan pelayanan
prima dengan pemberian edukasi melalui video sebagai
bahan peningkatan derajat kesehatan melalui perilaku hidup
sehat. Membuat video merupakan wujud melakukan
perbaikan tiada henti dalam pelayanan.

22
2) Akuntabilitas
Mencari literasi atau referensi yang benar sebagai dasar
pembuatan video etika batuk dan bersin merupakan bentuk
tanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan.
3) Kompeten
Mencari literasi atau referensi yang dapat dijadikan bahan
pembuatan video merupakan wujud terus belajar dan
mengembangkan kapabilitas yang merupakan wujud dari
nilai dasar ASN yaitu kompeten.
4) Harmonis
Membuat media video yang diberikan dan ditunjukkan
kepada petugas, pasien dan keluarga tanpa membeda-
bedakan latar belakangnya merupakan wujud saling peduli
dan menghargai perbedaan yang ada.
5) Loyal
Membuat video sebagai media edukasi etika batuk dan bersin
merupakan bentuk kontribusi terhadap rumah sakit dan
dedikasi terhadap masyarakat yang merupakan kata kunci
dari nilai dasar loyal.
6) Adaptif
Penggunaan video sebagai media edukasi merupakan salah
satu wujud terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas.
7) Kolaboratif
Dalam membuat video dibutuhkan koordinasi dengan bidang
keperawatan dan mentor. Hal ini merupakan salah satu
bentuk tindakan kolaboratif demi membangun kerjasama
yang sinergis.

23
d. Kedudukan dan peran ASN
1) Manajemen ASN
Membuat video sebagai media edukasi adalah salah satu
tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan sesuai dengan fungsi ASN yaitu sebagai pelayan
publik.
2) Smart ASN
Membuat video sebagai media edukasi bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan sebagai bentuk karakter dari Smart
ASN yaitu literasi digital.
e. Kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
Membuat video sebagai media edukasi melalui sosialisasi dan
penayangan etika batuk dan bersin demi meningkatkan kualitas
pelayanan sejalan dengan visi dan misi RSUD Bayu Asih
Purwakarta, yaitu “Menjadi Rumah Sakit yang Profesional dan
Dipercaya” dan misi “Meningkatkan dan Mengoptimalkan Sumber
Daya Rumah Sakit”.
f. Penguatan terhadap nilai-nilai organisasi
Membuat video sebagai media edukasi melalui sosialisasi dan
penayangan mewujudkan nilai-nilai organisasi berupa akuntablitias
dan mengutamakan pasien.
2. Membuat media edukasi berupa leaflet dan poster tentang etika batuk
dan bersin
a. Tahap kegiatan
1) Melaksanakan koordinasi dengan bidang keperawatan dan
mentor mengenai usulan pembuatan leaflet dan poster
2) Mencari sumber referensi untuk pembuatan leaflet dan poster
3) Membuat leaflet dan poster dengan aplikasi Canva
4) Menunjukkan hasil pembuatan leaflet dan poster kepada
bidang keperawatan dan mentor serta meminta ijin untuk

24
menggunakan media tersebut sebagai alat edukasi dengan cara
sosialisasi
5) Memberikan laporan kepada bidang kepegawaian dan mentor
bahwa leaflet dan poster telah digunakan sebagai media
edukasi
b. Hasil yang ingin dicapai
1) Adanya dukungan dari bidang keperawatan dan mentor untuk
membuat leaflet dan poster
2) Tersedianya media leaflet dan poster
3) Media leaflet dan poster menarik dan mudah dipahami oleh
pasien dan keluarga
c. Nilai-nilai dasar BerAKHLAK
1) Berorientasi pelayanan
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan memberikan pelayanan
prima dengan pemberian edukasi sebagai bahan peningkatan
derajat kesehatan melalui perilaku hidup sehat. Membuat
leaflet dan poster merupakan wujud melakukan perbaikan tiada
henti dalam pelayanan.
2) Akuntabilitas
Mencari literasi atau referensi yang benar sebagai dasar
pembuatan leaflet dan poster etika batuk dan bersin merupakan
bentuk tanggung jawab atas kepercayaan yang telah diberikan.
3) Kompeten
Mencari literasi atau referensi yang dapat dijadikan dasar
pembuatan leaflet dan poster merupakan wujud terus belajar
dan mengembangkan kapabilitas yang merupakan wujud dari
nilai dasar ASN yaitu kompeten.
4) Harmonis
Membuat leaflet dan poster yang diberikan dan ditunjukkan
kepada petugas, pasien dan keluarga tanpa

25
membeda-bedakan latar belakangnya merupakan wujud saling
peduli dan menghargai perbedaan yang ada.
5) Loyal
Membuat leaflet dan poster untuk edukasi etika batuk dan
bersin merupakan bentuk kontribusi terhadap rumah sakit dan
dedikasi terhadap masyarakat yang merupakan kata kunci dari
nilai dasar loyal.
6) Adaptif
Penggunaan leaflet dan poster sebagai media edukasi
merupakan salah satu wujud terus berinovasi dan
meengembangkan kreativitas.
7) Kolaboratif
Dalam membuat leaflet dan poster dibutuhkan koordinasi
dengan bidang keperawatan dan mentor. Hal ini merupakan
salah satu bentuk tindakan kolaboratif demi membangun
kerjasama yang sinergis.
d. Kedudukan dan peran ASN
1) Manajemen ASN
Membuat leaflet dan poster sebagai media edukasi adalah
salah satu tindakan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan sesuai dengan fungsi ASN yaitu sebagai
pelayan publik.
2) Smart ASN
Membuat leaflet dan poster sebagai media edukasi bertujuan
untuk meningkatkan pelayanan sebagai bentuk karakter dari
Smart ASN yaitu literasi digital.
e. Kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
Membuat leaflet dan poster sebagai media edukasi melalui
sosialisasi etika batuk dan bersin demi meningkatkan kualitas
pelayanan sejalan dengan visi dan misi RSUD Bayu Asih
Purwakarta, yaitu “Menjadi Rumah Sakit yang

26
Profesional dan Dipercaya” dan misi “Meningkatkan dan
Mengoptimalkan Sumber Daya Rumah Sakit”.
f. Penguatan terhadap nilai-nilai organisasi
Membuat leaflet dan poster sebagai media edukasi melalui
sosialisasi mewujudkan nilai-nilai organisasi berupa akuntablitias
dan mengutamakan pasien.
3. Membuat instrumen monitoring evaluasi (monev) pelaksanaan
edukasi tentang etika batuk dan bersin untuk pasien dan keluarga
a. Tahap kegiatan
1) Berkoordinasi dengan bidang keperawatan untuk
menyampaikan usulan pembuatan instrumen monitoring
evaluasi pelaksanaan edukasi tentang etika batuk dan bersin
bagi pasien dan kelurga
2) Mengumpulkan bahan dan materi untuk pembuatan
instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin
3) Membuat instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin
4) Melaporkan hasil kepada bidang keperawatan dan mentor
mengenai instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin.
b. Hasil yang ingin dicapai
Pasien dan keluarga memiliki pengetahuan yang baik mengenai
etika batuk dan bersin
c. Nilai-nilai dasar BerAKHLAK
1) Berorientasi pelayanan
Kegiatan ini mengandung aspek berorientasi pelayanan,
dimana instrumen monev etika batuk dan bersin ini didasari
atas pemberian pelayanan prima untuk kepuasan masyarakat.

27
2) Akuntabilitas
Kegiatan mengumpulkan bahan pembuatan instrumen monev
edukasi etika batuk dan bersin mengandung aspek
akuntabilitas dimana merupakan bentuk tanggung jawab atas
kepercayaan yang diberikan untuk meningkatkan pelayanan.
3) Kompeten
Kegiatan mengumpulkan bahan dan mempelajarinya untuk
pembuatan instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin
merupakan wujud nilai dasar ASN kompeten dimana mau
mengembangkan kapabilitas.
4) Harmonis
Berkoordinasi dengan pimpinan dan mentor dalam
pembuatan instrumen mone edukasi etika batuk dan bersin ini
memperlihatkan harmonisasi saat bekerja.
5) Loyal
Dengan mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan
instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin
mencerminkan nilai ASN yang berdedikasi untuk
instansinya.
6) Adaptif
Dengan mengumpulkan bahan dan mempelajarinya untuk
pembuatan instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin
ini mencerminkan sikap proaktif yang terdapat pada nilai
dasar ASN adaptif.
7) Kolaboratif
Koordinasi yang dilakukan dengan pimpinan dan mentor
untuk hasil yang lebih baik merupakan cerminan dari nilai
dasar ASN kolaboratif.

28
d. Kedudukan dan peran ASN
1) Manajemen ASN
Mengumpulkan bahan dan mempelajarinya sebagai acuan
pembuatan instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin
menggambarkan kedudukan dan peran ASN sebagai salah
satu dari sistem menejemen ASN yaitu pemberi pelayanan
publik.
2) Smart ASN
Mencari, mengumpulkan dan mempelajari bahan untuk
pembuatan instrumen monev merupakan tindakan
pemanfaatan teknologi sesuai kebutuhan berdasarkan
karakter dari Smart ASN.
e. Kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
Demi terwujudnya misi RSUD Bayu Asih Purwakarta yaitu
“Meningkatkan dan mengoptimalkan sumber daya rumah sakit”,
maka dengan mempersiapkan bahan-bahan untuk pembuatan
instrumen monev edukasi etika batuk dan bersin, sehingga
terciptanya visi RSUD Bayu Asih yang profesional dan dipercaya.
f. Pengutan terhadap nilai-nilai organisasi
Membuat instrumen monev merupakan salah satu bentuk
mewujudkan nilai-nilai organisasi berupa akuntablitias dan
mengutamakan pasien.
4. Melaksanakan sosialisasi kepada pasien dan keluarga tentang etika
batuk dan bersin serta instrumen monitoring dan evaluasi (monev)
a. Tahap kegiatan
1) Meminta izin kepada kepala bidang keperawatan untuk
melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga serta
sosialisasi instrumen monev tentang edukasi etika batuk dan
bersin bagi pasien dan keluarga
2) Melakukan sosialisasi etika batuk dan bersin

29
3) Melakukan sosialisasi instrumen monitoring dan evaluasi
4) Melaporkan hasil kegiatan sosialisasi kepada mentor dan
pimpinan
b. Hasil yang ingin dicapai
Tersampaikannya pengetahuan tentang etika batuk dan bersin
pada pasien dan keluarga
c. Nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK
1) Berorientasi pelayanan
Dengan melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga
mengenai etika batuk dan bersin ini mencerminankan
memberikan pelayanan prima demi kepuasan pasien dan
peningkatan derajat kesehatan melalui pencegahan penularan
penyakit.
2) Akuntabilitas
Melakukan sosialisasi agar pasien dan keluarga mengetahui
tentang pentingnya etika batuk dan bersin memiliki arti
tanggung jawab atas kepercayaan yang diberikan menjadi ciri
dari akuntabilitas.
3) Kompeten
Melakukan sosialisasi mengenai etika batuk dan bersin
merupakan salah satu arti dari nilai dasar kompeten dimana
terus belajar mengembangkan kapabilitas.
4) Harmonis
Mampu berkoordinasi kepada pimpinan untuk melakukan
sosialisasi mengenai etika batuk dan bersin merupakan bentuk
harmonisasi dalam bekerja.
5) Loyal
Melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga agar
mengetahui etika batuk dan bersin merupakan suatu bentuk
kontribusi kita sebagai ASN kepada institusi dan dedikasi kita
kapada masyarakat.

30
6) Adaptif
Dengan terus melakukan sosialisasi mengenai etika batuk dan
bersin kapad pasien merupakan tindakan proaktif untuk
memberikan pelayanan kapada pasien agar tercapainya derajat
kesehatan yang baik.
7) Kolaboratif
Setelah selesai melakukan sosialisasi kemduain melaporkan
hasil kegiatan kepada pimpinan atau mentor merupakan
kerjasama kolaboratif.
d. Kedudukan dan peran ASN
1) Manajemen ASN
Dengan melakukan sosialisasi kepada pasien dan keluarga
mengenai etika batuk dan bersin ini merupakan bagian dari
manajemen ASN sebagai pelayan publik.
2) Smart ASN
Kegiatan sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
yang diberikan kepda pasien dan keluarga merupakan salah
satu karakter dari smart ASN yaitu hospitality.
e. Kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
Membantu mewujudkan visi yang dimiliki RSUD Bayu Asih,
dimana menjadi rumah sakit yang profesional dan dipercaya
melalui kegiatan sosialisasi tentang etika batuk dan bersin sebagai
pemutus penyebaran rantai penyakit melalui tenaga kesehatan. Hal
ini sejalan dengan misi RSUD Bayu Asih yaitu meningkatkan
dan mengoptimalkan sumber daya rumah sakit.
f. Penguatan terhadap nilai-nilai organisasi
Melakukan edukasi etika batuk dan bersin merupakan salah satu
bentuk penguatan nilai dasar organisasi yaitu akuntabilitas dan
mengutamakan pasien terutama dal pelayanan peningkatan derajat
kesehatan.

31
5. Implementasi edukasi etika batuk dan bersin yang baik dan
benar/sesuai dengan SOP
a. Tahap kegiatan
1) Melakukan koordinasi dengan mentor dan penanggung jawab
ruangan untuk pelaksanaan eduksi etika batuk dan bersin
2) Membagikan leaflet tentang etika batuk dan bersin
3) Menjelaskan dan mendemonstrasikan etika batuk dan bersin
kepada pasien dan keluarga
4) Memasang poster etika batuk dan bersin di ruang perawatan
pasien
5) Memberikan laporan kepada mentor dan penanggung jawab
ruangan bahwa kegiatan penyuuluhan sudah dilakukan
b. Hasil yang ingin dicapai
Tercapainya sasaran target edukasi yaitu meningkatnya
pengetahuan pasien dan keluarga tentang etika batuk dan bersin
c. Nilai-nilai dasar BerAKHLAK
1) Berorientasi pelayanan
Melakukan implementasi edukasi etika batuk dan bersin
merupakan usaha ASN yang mempunyai arti memberikan
pelayanan prima demi kepuasan pasien.
2) Akuntablitias
Melakukan implementasi edukasi etika batuk dan bersin
merupakan panduan prilaku melaksanakan tugas dengan jujur
dan berintegritas tinggi.
3) Kompeten
Melakukan implementasi edukasi etika batuk dan bersin
merupakan panduan prilaku melaksakan tugas dengan kualitas
terbaik yang merupakan core velue ASN kompeten.

32
4) Harmonis
Melakukan implementasi edukasi etika batuk dan bersin
dengan seluruh pasien dan keluarga tanpa membeda- bedakan
latar belakang merupakan harmonisasi dalam bekerja.
5) Loyal
Melakukan kegiatan implementasi edukasi etika batuk dan
bersin merupakan panduan prilaku berkomitmen yang
merupakan core velue ASN loyal.
6) Adaptif
Melakukan kegiatan implementasi edukasi etika batuk
merupakan wujud proaktif sebagai tenaga kesehata dengan
pengetahuan pasien dan keluarga
7) Kolaboratif
Melakukan kegiatan implementasi edukasi etika batuk dengan
berkoordinasi merupakan bentuk kontribusi ASN dimana
sesuai dengan core velue kolaboratif.
d. Kedudukan dan peran ASN
1) Manajemen ASN
Dalam memberikan edukasi mengenai etika batuk dan bersin
merupakan wujud dari pelayanan publik sebagai seorang ASN.
2) Smart ASN
Melakukan kegiatan implementasi edukasi etika batuk dan
bersin secara profesional merupakan wujud karakter smart
ASN.
e. Kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
Membantu mewujudkan visi organisasi yaitu menjadi rumah sakit
yang profesional dan dapat dipecaya dengan melalui peningkatan
sumber daya yang ada di rumah sakit sesuai dengan misi RSUD
Bayu Asih Purwakarta.

33
f. Penguatan terhadap nilai-nilai organisasi
Melakukan edukasi tentang etika batuk dan bersin merupakan salah
satu bentuk penguatan nilai dasar organisasi yaitu akuntabilitas dan
mengutamakan pasien terutama dal pelayanan peningkatan derajat
kesehatan.
6. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan edukasi batuk dan bersin pada
pasien dan keluarga
a. Tahap kegiatan
1) Berkoordinasi dengan mentor untuk melaksanakan kegiatan
monitoring dan evaluasi edukasi etika batuk dan bersin
2) Melaksanakan pretest. Pretest dilakukan sebelum
penyuluhan etika batuk dan bersin diberikan kepada pasien dan
keluarga
3) Melaksanakan posttest. Postest dilakukan setelah pasien dan
keluarga mendapatkan materi penyuluhan tentang etika batuk
dan bersin
4) Memonitor hasil penilaian terhadap pengetahuan pasien dan
keluarga mengenai etika batuk dan bersin
5) Evaluasi hasil penilaian
6) Menyampaikan hasil evaluasi kepada mentor
7) Membuat laporan kegiatan edukasi etika batuk dan bersin
b. Hasil yang ingin dicapai
1) Adanya bahan evaluasi terhadap pelayanan khususnya terkait
dengan edukasi etika batuk dan bersin
2) Peningkatan kualitas pelayanan dengan memberikan kepuasan
kepada pasien dan keluarga
c. Nilai-nilai dasar ASN BerAKHLAK
1) Berorientasi pelayanan
Monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan
merupakan wujud perilaku melakukan perbaikan tiada

34
henti demi memberikan pelayanan prima kepada pasien dan
keluarga.
2) Akuntabilitas
Kegiatan monitoring dan evaluasi merupakan bentuk tanggung
jawab atas kepercayaan yang diberikan sebagai ASN yang
bertugas sebagai pelayan publik.
3) Kompeten
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dapat dijadikan acuan
untuk terus belajar dan mengembangkan kapabilitas sesuai
dengan nilai dasar kompeten.
4) Harmonis
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi harus memegang
teguh prinsip saling peduli dan menghargai perbedaan apabila
ada yang berbeda pendapat.
5) Loyal
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi kita tetap harus
menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan dan instansi
6) Adaptif
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dapat dijadikan acuan
untuk terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas untuk
memberikan pelayanan yang bermutu.
7) Kolaboratif
Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi ini dibutuhkan
kerjasama yang sinergis dari semua petugas agar kedepannya
dapat memberikan pelayanan yang lebih baik lagi.
d. Kedudukan dan peran ASN
1) Manajemen ASN
Salah satu fungsi ASN yaitu sebagai pelayan publik,
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan

35
yang diberikan demi memberikan pelayanan terbaik
merupakan kegiatan yang sesuai dengan fungsi ASN.
2) Smart ASN
Dalam proses monitoring dan evaluasi dilakukan dengan jujur
dan penuh tanggung jawab merupakan karakter dari smart
ASN.
e. Kontribusi terhadap visi dan misi organisasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini sesuai dengan visi rumah
sakit yaitu menjadi rumah sakit yang profesional dan dapat
dipercaya, serta sesuai dengan misi yaitu melalui peningkatan ndan
pengoptimalan sumber daya rumah sakit.
f. Penguatan terhadap nilai-nilai organisasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang
diberikan merupkan wujud nilai-nilai organisasi berupa
akuntabilitas.

36
38

Anda mungkin juga menyukai