Anda di halaman 1dari 9

FISIKA MATEMATIKA II

Di susun oleh : Natalia Diyaning Gulita Kriswantoro Maya Wulandari Yulianti Sappang Lopak ( 192010015 / 642010004 ) ( 192010020 ) ( 192010006 ) ( 192010003 )

Daftar Isi

I.

Pendahuluan 1) Bentuk Deret Pangkat 2) Bentuk Deret Fourier 3) Persamaan Diferensial Parsial

I. Pendahuluan
Fungsi f(x) dapat dideretkan dengan berbagai cara, yaitu dengan deret pangkat, deret fourier, dan deret -deret dengan fungsi khusus seperti legendre, hermite, laguerre. Kegunaan dari penderetan tersebut adalah:  Deret pangkat : merupakan metoda dasar standar untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear dengan koefisien yang berubah  Deret fourier : fungsi periodik bisa dinyatakan sebagai jumlah dari beberapa fungsi harmonis, yaitu fungsi dari sinus dan cosinus (fungsi sinusoidal)

1. Bentuk Deret Pangkat


Deret pangkat merupakan suatu deret tak hingga.
g

a
m!0

( x  x 0 ) m ! a 0  a1 ( x  x0 )  a 2 ( x  x 0 )  a 2 ( x  x 0 ) 2  a3 ( x  x 0 ) 3  ....

(1)

Diasumsikan x, x 0 , dan koefisien

merupakan bilangan real. Jumlah parsial untuk

n suku pertama bentuk diatas adalah sn yang dapat dituliskan sebagai n 1 n2 sn ( x) ! an 1 ( x  x0)  an  2 ( x  x0)  ...... Dan sisa deret pangkat (1) diatas dapat diperoleh

(2)

x ( x ) ! a n 1  x 0  a n  2 x  x 0
n 1

n2

 ......

(3)

Untuk persamaan (1) diatas dapat dioeroleh

s !a R ! a x  x  a x  x  a x  x  ... s ! a  a x  x R ! a x  x  a x  x  a x  x  ... s ! a  a x  x  a x  x R ! a x  x  a x  x  a x  x  ....


0 0 2 3 0 1 0 2 0 3 0 1 0 1 0 2 3 4 1 2 0 3 0 4 0 2 2 0 1 0 2 0 3 4 5 2 3 0 4 0 5 0

Dalam hal ini masalah yang kita alami adalah bagaimana mencari nilai a untuk f(x) Contoh:
sin x ! a 0  a1 x  a 2 x  a 3 x  ...
2 3

Cari nilai

a .....

Jawab: Untuk mencari nilai dari

a maka harus ada syarat. Syaratnya yaitu x=0

! 0 sin 0 ! 0 a0 ! 0

Turunkan sin(x) terhadap x, Juga deret terhadap x cos x ! a  2a x  3a x


1 2 3 2

 ...

x ! 0 cos 0 !1
a1!1

Turunkan lagi!
 sin x ! 2a 2  3.2a3 x  4.3a 4 x  ...
2

x ! 0 sin x ! 0

a2 ! 0

Turunkan lagi!

 cos x ! 3.2a  4.3.2a x ! 0 1 ! 3.2a


3 3

x  ...

1 a3 ! 6

Sehingga

sin x ! x  3.2  5.4.3.2  7.6.5.4.3.2  ... x x x sin x !


 1 x
n 1 n !1 g 2 n 1

2n  1 !

2. Bentuk Deret Fourier


Deret fourier biasanya digunakan dalam masalah persamaan deferensial parsial untuk menggambarkan fungsi. Andaikan f(x) adalah sebuah fungsi periodik dengan periode T yang terdefinisikan dalam selang dasar a < x < a + T, yakni f(x) = f (x + T), maka fungsi f(x) dapat diuraikan dalam deret Fourier sebagai berikut:
f x !

a  cos nTx  sin nTx a b 2 L L


0 n !1 0 n

Contoh: Diketahui fungsi f(x) sebagai berikut: 1 ,  T x 0 f x ! 0 , 0 x T Periodik dengan periode 2 sehingga f(x + 2 ) = f(x) Uraikan fungsi ini dalam uraian deret Fourier. Pemecahan: Menurut definisi fungsi periodik, periode fungsi f(x) di atas adalah T = 2 , dengan demikian L = T = , selang dasarnya < x < , jadi a = - . Di luar selang ini, f(x) didefinisikan sebagai perluasan selang dasar ke arah kiri dan kanan sumbu x Koefisien-koefisien fourier dapat dicari sebagai berikut :

1 T 1 1

a a a a a b b b b

! ! ! ! ! ! ! !

a T

a 0 T

f x dx ! ! 1 x

1 T
0

T

f x dx ! T ! 1 T

0 1 1 dx  x T 

0 dx
0

dx
a

!
T

aT

T

0 1 1 cos nx . dx  T T 

0 cos
0

1 nx . dx ! T

1 1 sin nx T n
aT

!
T

1 nT

sin
1 T

0  sin n T
T

!
nTx

T

0 1 1 . sin nx . dx  T T 

T

0 sin
1 nT

1 nx . dx ! T 0  cos

1 1 cos nx  n T n n

! 
T

cos

 2 / nx , ! 0 ,

ganjil genap

Dengan demikian, uraian Fourier untuk fungsi f(x) pada contoh ini adalah:

f x sin

nTx

dx !

f x sin

n T !

f x cos

nTx

dx !

1 T

f x cos

nTx

dx

T

cos

nx . dx

0 dx
0

T

sin

nx . dx  1 n 1   1 nT

f x ! f x ! f x ! f x !

a  a 2
0 n !1

cos

nTx nTx  bn sin , L L ganjil

!0

nTx 1 g 2   sin T 2 n !1 nx

1 1 2 1   sin x  sin 3 x  sin 5 x  ... 5 2 T 3 1 1 2 1   sin x  sin 3 x  sin 5 x  ... 5 2 T 3

Syarat Periodik Persyaratan sebuah fungsi f(x) agar dapat dinyatakan dalam deret Forier ditentukan oleh syarat periodik berikut: Jika: (a) f(x) periodik dengan periode T (b) Bernilai tunggal serta kontinu bagian demi bagian dalam selang dasarnya; a < x < a + T, dan
a T

(c)

f x dx
a

nilainya berhingga.

Maka deret Fourier di ruas kanan konvergen ke nilai : o f(x) di semua titik kekontinuan f(x) dan o 1 _ f x0  lim f x0 di setiap titik ketakkontinuan x 0 lim a 2 (pada daerah lompatan).

3. Persamaan Diferensial Parsial


Persamaan diferensial parsial adalah persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi ( yang tidak diketahui ) dengan dua atau lebih peubah bebas. Tingkat (order) persamaan diferensial parsial adalah pangkat tertinggi dari turunan tingkat tertinggi yang termuat dalam persamaan diferensial parsial. Persamaan diferensial parsial linear adalah suatu bentuk persamaan diferensial yang berderajat satu dalam peubah tak bebasnya dan turunan parsialnya ( Hutahean , 1993 ). Beberapa persamaan diferensial parsial linear orde 2 yang penting :
x 3u x 2u ! c 2 3 , disebut persamaan gelombang dimensi satu ; xx xt 3 xu x 3u ! c 2 3 , disebut persamaan konduksi panas dimensi satu ; xt xx x 2u x 2u  ! 0 , disebut persamaan laplace dimensi satu; xx 2 xy 2 x 2u x 2u  ! f x , y , disebut persamaan poisson dimensi satu; xx 2 xy 2

x 2u x 2u x 2u   ! 0 , disebut persamaan laplace dimensi tiga. xx 2 xy 2 xz 2


Dalam hal ini c adalah konstanta, t adalah waktu dan x,y,z adalah peubah bebas. Untuk memudahkan notasimaka digunakan indeks untuk menotasikan turunan parsial, seperti

ux !

xu x 2u , u xx ! 2 dan sebagainya. Adapun bentuk umum persamaan diferensial parsial linier xx xx

orde-2 diberikan dengan

Au xx  Bu xy  Cu yy  Du x  Eu y  Fu ! G
dimana A,B,C,D,E,F, dan G adalah fungsi-fungsi yang bergantung pada x dan y. Terdapat 3 jenis persamaan diferensial parsial linier yang penting, yaitu parabolik, hiperbolik, dan eliptik. Persamaan diferensial parsial orde dua,

jika jika jika

B 2  4 AC ! 0 , disebut persamaan parabolik,


B 2  4 AC " 0 , disebut persamaan hiperbolik,
B 2  4 AC 0 , disebut persamaan elliptik (Pinsky, 1998)

Syarat Batas Syarat batas adalah syarat-syarat tertentu atau kondisi-kondisi tertentu yang terlibat dalam persamaan diferensial parsial untuk membantu mencari solusi persamaan diferensial parsial tersebut. Ada tiga kemungkinan, yaitu interval terbatas, interval setengah terbatas, dan interval tak terbatas. Untuk interval terbatas, besarnya interval I adalah 0 < x < L sehingga mempunyai dua syarat bebas yaitu pada x = 0 dan x = L. Untuk interval setengah tak terbatas, besarnya I adalah 0
x g biasa ditulis x > 0, syarat batasnya hanya pada x = 0. Dan untuk

interval tak terbatas, besarnya interval I adalah syarat batas. Bentuk persamaan syarat batas diberikan dengan,

g

g sehingga tidak punya

xu E u  F xn ! f x ,

(4)

dimana

E ,F

xu
adalah suatu konstanta dan xn didefinisikan sebagai grad

xu xu u.n ! xx ,..., xx 0 1

n.

Terdapat tiga jenis syarat batas yaitu : 1) persamaan (4) disebut dengan kondisi Dirichlet jika E { 0 dan F ! 0 2) persamaan (4) disebut dengan kondisi Neumann jika E ! 0 dan F { 0 3) persamaan (4) disebut dengan kondisi campuran jika E { 0 dan F { 0 (Pinsky,1998)

Hubungan dengan Persamaan Diferensial Biasa Jika suatu persamaan diferensial parsial mengandung turunan terhadap hanya salah satu peubahnya saja, maka dapat dipecahkan seperti suatu persamaan diferensial biasa, dengan memperlakukan peubah - peubah bebas lainnya sebagai prameter.

Daftar Pustaka

   

http://www.scribd.com/doc/24364939/Deret-fourier http://id.wikipedia.org/wiki/Deret_Fourier http://all-matematika.blogspot.com/2009/03/deret-pangkat.html http://www.scribd.com/doc/20431964/Persamaan-DiferensialParsial  http://www.unsri.ac.id/upload/arsip/persamaan%20differensial%20 parsial.pdf

Anda mungkin juga menyukai