Anda di halaman 1dari 18

JURNAL ILMU KEPERAWATAN

Volume 5 No. 1, Mei 2017

SUSUNAN REDAKSI
DAFTAR ISI
JURNAL ILMU KEPERAWATAN
PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PERUBAHAN POTENSI
KREATIVITAS ANAK AUTIS USIA 5-6 TAHUN DI KLINIK TERAPI WICARA
FASTABIKUL KHOIROT BEDALI LAWANG
Penanggung Jawab
Ari Damayanti Wahyuningrum..........................................................1-5
Ns. Setyoadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom
PENINGKATAN KENYAMANAN LANSIA DENGAN NYERI RHEUMATOID
Editor Kepala ARTHRITIS MELALUI MODEL Comfort Food For The Soul
Ns. Bintari Ratih K, M.Kep Dhina Widayati, Farida Hayati........................................................6-15

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG YANG BERHUBUNGAN DENGAN


Penyunting/Editor RESILIENSI ORANG TUA ANAK RETARDASI MENTAL (DOWN SYNDROME)
Ns. Tina Handayani, M.Kep STUDI DI SDLB-C YAYASAN BHAKTI LUHUR KOTA MALANG
Dian Pitaloka Priasmoro, Nunung Ernawati...................................16-24
Desain Grafis
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN POLISI LALU LINTAS
Ns. Ahmad Hasyim W., M.Kep, MN
TENTANG BASIC LIFE SUPPORT (BLS) DI KABUPATEN PONOROGO
Filia Icha Sukamto...........................................................................25-33
Sekretariat
Ns. Annisa Wuri Kartika., M.Kep FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI GEJALA
NYERI DADA KARDIAKISKEMIK PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT
DI RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Ika Setyo Rini, Dini Widya Ayuningtyas, Retty Ratnawati..............34-41

FENOMENOLOGI : PENGALAMAN CARING PERAWAT PADA PASIEN


TRAUMA DENGAN KONDISI KRITIS (P1) DI IGD RSUD TARAKAN-
KALIMANTAN UTARA
Alamat Redaksi Merry Januar F., Retty Ratnawati, Retno Lestari............................42-56
Gedung Biomedik Lt. 2
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
Fakultas Kedokteran Universitas PADA PASIEN PRE OPERASI TERENCANA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR
Brawijaya MALANG
Jalan Veteran Malang 65145 Miftakhul Ulfa..................................................................................57-60
Telepon (0341) 551611, 569117,
567192 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN PADA PASIEN
Pesawat 126; CEDERA KEPALA YANG PERNAH DIRAWAT DI IGD RSUD DR. R. KOESMA
TUBAN
Fax (62) (0341) 564755
Moh. Ubaidillah Faqih, Ahsan, Tina Handayani Nasution..............61-73
Email: jik@ub.ac.id
Website: www.jik.ub.ac.id GAMBARAN PENGETAHUAN SAYUR ANAK USIA 5-12 TAHUN DI
YAYASAN ELEOS INDONESIA DESA SUKODADI KECAMATAN WAGIR
KABUPATEN MALANG
Ronasari Mahaji Putri, Susmini, Hari Sukamto Hadi.......................74-80

STUDI FENOMENOLOGI: POST TRAUMATIC GROWTH PADA ORANG


TUA ANAK PENDERITA KANKER
Zidni Nuris Yuhbaba, Indah Winarni, Retno Lestari.......................81-95

PERBEDAAN KEBERHASILAN TERAPI FIBRINOLITIK PADA PENDERITA


ST-ELEVATION MYOCARDIAL INFARCTION (STEMI) DENGAN DIABETES
DAN TIDAK DIABETES BERDASARKAN PENURUNAN ST-ELEVASI
Ni Made Dewi W., Djanggan Sargowo, Tony Suharsono..............96-102

www.jik.ub.ac.id
1
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017
2
STUDI FENOMENOLOGI: POST TRAUMATIC GROWTH PADA ORANG TUA
ANAK PENDERITA KANKER

Zidni Nuris Yuhbaba1, Indah Winarni2, Retno Lestari3


1
Stikes Dr. Soebandi Jember
2
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya
3
Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

ABSTRAK
Kanker anak merupakan penyakit yang menakutkan bagi orang tua karena tidak banyak yang mampu
bertahan dan sembuh dari penyakit ini. Kanker tidak hanya akan berdampak pada fisik, tetapi juga pada
kondisi psikologis penderita maupun orang tuanya. Penelitian menunjukkan bahwa dampak positif post
traumatic growth ditemukan pada orang tua anak penderita kanker. Post traumatic growth merupakan
pengalaman perubahan positif yang terjadi sebagai hasil perjuangan individu menghadapi krisis yang
tinggi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi makna pengalaman orang tua anak penderita
kankertentang post traumatic growth. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
interpretif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada 5 orang tua anak penderita
kanker. Hasil penelitian dialalisis dengan metode Interpretif Phenomenology Analysis (IPA).Sepuluh tema
telah teridentifikasi dari penelitian ini, yaitu: (1) memahami kanker sebagai penyakit yang mengancam
kehidupan, (2) mengalami tekanan secara batin, (3) mengalami krisis dalam kehidupannya, (4) menila
kanker sebagai kenyataan yang harus dijalani, (5) berusaha mengatasi krisis yang dialami, (6) mencari
pertolongan dan dukungan melalui komunitas, (7) merasa aman dan mendapat dukungan dari keluarga,
sesama orang tua anak penderita kanker dan relawan komunitas, (8) menemukan harapan baru, (9)
merasakan perubahan hubungan yang bermakna dan (10) mengalami perkembangan spiritualitas.
Pengalaman orang tua mengalami post traumatic growth merupakan proses yang tidak mudah. Orang tua
mengalami krisis dalam hidupnya membuat orang tua menilai kanker sebagaikenyataan yang harus
dihadapi, ia merasa harus berusaha mengatasi krisis yang dialami, hingga pada akhirnya orang tua
mendapatkan dukungan dari orang disekitarnya dan menemukan harapan baru, orang tua merasakan
perubahan pada hubungan dan mengalami peningkatan spiritualitas. Sehingga pengalaman orang tua
anak penderita kanker tentang post traumatic growthdapat diintepretasikan sebagai perjuangan menghadapi
realita baru kehidupan setelah mengalami peristiwa traumatis.
Kata Kunci: studi fenomenologi, orang tua, anak penderita kanker, post traumatic growth

ABSTRACT
Childhood cancer is a scary disease for parents because not many people can survive and recover from
cancer. Cancer not only affects the physical, but also the psychological condition of the children and their
parents. Research shows that the positive effects of post traumatic growth found in parents of children
with cancer. Post traumatic growth is the experience positive changes that occur as a result of the struggle
of individuals facing a crisis.The purpose of this study was to explore the meaning of the experience of
parents of children with cancer on post traumatic growth. The study design was a qualitative interpretive
phenomenological approach. Data were collected by in-depth interviews in five parents of children with
cancer. The results were analyze by using Interpretive Phenomenology Analysis (IPA) method. Nine themes
have been identified from this study, namely: (1) understanding cancer as a life-threatening disease, (2)
experiencing internal stress, (3) experiencing a crisis in life, (4) treating cancer as a reality to be endured,
(5) trying to overcome the crisis, Seek help and support through community, (7) feel secure and get support
from family, fellow parent child cancer and community volunteer, (8) find new hope, (9) feel change of
meaningful relationship and (10) experience spirituality development . The experience of parents experi-
encing post traumatic growth is a process that is not easy. Parents experiencing a crisis in their lives make
parents assess cancer as a reality that must be faced, he felt should try to overcome the crisis experienced,
until in the end parents get support from people around him and find new hope, parents feel changes in
relationships and increased Spirituality. So the experience of a cancer patient’s parent’s child about post
traumatic growth can be interpreted as a struggle against a new reality of life after experiencing a
traumatic event.
Keywords: phenomenological study, parents, children with cancer, post traumatic growth
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 5, No. 1, Mei 2017. Korespondensi : Zidni Nuris Yuhbaba. Stikes Dr.
Soebandi Jember. Alamat: Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember. Email : zidniyuhbaba@gmail.com. No.Hp
08113699993
www.jik.ub.ac.id
81
PENDAHULUAN orang tua. Peristiwa ini mengharuskan
orang tua berjuang melakukan penyesuaian
Kanker anak merupakan penyakit yang
terhadap hidup mereka baik untuk diri
menakutkan dan menjadi momok bagi
mereka sendiri, anak-anak, dan keluarga
orang tua karena tidak banyak yang mampu
mereka. Orang tua harus berjuang untuk
bertahan dan sembuh dari penyakit ini.
mengatasi masalah psikologis yang
Proses perjalanan penyakit, berat dan
dialaminya disamping harus melakukan
lamanya pengobatan kanker menimbulkan
perjuangan untuk kesembuhan anaknya, dan
dampak psikologis yang besar bagi penderita
tetap melakukan peran dan fungsinya untuk
maupun orang tua (Gregurek. et al., 2010).
keluarga. Kompleksitas penyakit dan
Efek yang ditunjukkan selama proses
pengobatan menyebabkan kehidupan anak-
pengobatan seperti anemia, pendarahan,
anak dan orang tua mengalami perubahan
penurunan berat badan, mual muntah,
dan menuntut mereka untuk beradaptasi
kerontokan rambut hingga kebotakan
dengan rutinitas baru yang menjadi bagian
menambah berat rangkaian proses
dari kehidupan setiap harinya (Moreira &
pengobatan yang harus dijalani (National
Angelo, 2008).
Cancer Institute, 2008). Klassen et al. (2011)
menyebutkan orang tua dari anak penderita Namun demikian, penelitian menunjuk-
kanker mengalami gangguan tidur, cemas, kan bahwa dampak positif ditemukan pada
stres berat hingga depresi. orang tua anak penderita kanker. Barakat
et al. (2006) dalam studinya yang dilakukan
Norberg (2008) menyampaikan bahwa
pada remaja penderita kanker dan orang
dampak psikologis ditemukan tinggi terjadi
tuanya menjelaskan bahwa 90% orang tua
pada orang tua anak penderita kanker.
mengalami perubahan positif akibat
Dampak psikologis ini sangat besar
penyakit anak mereka. Perubahan positif
pengaruhnya dalam kehidupan orang tua.
dalam kehidupan ini disebut sebagai post
(Klassen et al., 2011). Witt et al. (2010)
traumatic growth.
mengatakan bahwa orang tua dari anak
penderita kanker mengalami peristiwa Post traumatic growth merupakan
traumatik yang mempengaruhi kualitas pengalaman perubahan positif yang terjadi
hidup mereka. Saat menerima diagnosis sebagai hasil perjuangan individu
kanker dan menjalani prosedur pengobatan, menghadapi krisis yang tinggi (Chalhoun &
orang tua mengalami kelelahan dan stres Tedeschi, 2006). Perubahan ini menuju pada
sepanjang hari. Selain itu beban finansial cara pandang individu tentang kehidupan-
berpengaruh besar pada kondisi emosional nya setelah mengalami trauma. Krisis yang
orang tua dalam menjalani prosedur dialami orang tua selama mendampingi anak
pengobatan anak yang panjang (Creswell et menjalani pengobatan kanker merupakan
al., 2013 ; Chen et al., 2014) pengalaman traumatis yang sangat
mempengaruhi kehidupan orang tua.
Menjadi orang tua anak penderita
kanker memang merupakan tantangan luar Post traumatic growth ditemukan terjadi
biasa dan merupakan sumber tekanan bagi pada orang tua anak yang menderita

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


82
penyakit kronis (Picoraro et al., 2014). perjuangan untuk menghadapi realita baru
Lechner, Tennen, & Affleck (2009) menyebut- dalam kehidupan setelah mengalami
kan bahwa orang tua yang merawat anak peristiwa yang traumatis. Perubahan
kanker mengalami pertumbuhan emosional psikologi positif yang terjadi berupa
yang positif. Pertumbuhan emosional yang peningkatan psikologis mendalam yang
positif ditemukan pada 40-90% orang meliputi peningkatan perkembangan dalam
setelah mengalami suatu penyakit atau 5 domain perubahan yaitu perubahan
peristiwa hidup yang merugikan. Namun terhadap penghargaan hidup, peningkatan
tidak semua orang tua mampu bertahan hubungan dengan orang lain, peningkatan
dan berjuang dengan kondisi anakanya dan kekuatan diri, kemungkinan baru dan
mencapai perubahan positif dalam hidupnya. perkembangan spiritualitas (Calhoun &
Perubahan yang terjadi pada individu Tedeschi, 2006).
yang mengalami post traumatic growth Di Kota Malang terdapat 53 pasien
meliputi perubahan besar dalam pandangan kanker anak dan orang tuanya yang
mereka terhadap hubungan dengan orang tergabung dalam Komunitas Sahabat Anak
lain, bagaimana cara mereka melihat diri Kanker Malang sejak November 2015-Maret
mereka sendiri dan filsafat hidup mereka 2016. Anggota komunitas ini terdiri dari
(Joseph & Linley, 2006). Beberapa hal yang relawan yang berasal dari berbagai latar
dirasakan oleh orang-orang yang mengalami belakang, diantaranya survivor kanker,
trauma berupa pertumbuhan signifikan orang tua anak penderita kanker, psikolog,
setelah perjuangan yang mereka lakukan, perawat, dokter, mahasiswa dan profesi lain.
diantaranya mereka merasa memiliki Kegiatan yang dilakukan diantaranya terapi
hubungan yang lebih bermakna dan merasa bermain untuk anak penderita kanker.
diterima oleh orang lain. (Woodward dan Kunjungan pada pasien kanker anak,
Joseph, 2003). sharing, bertukar pengalaman dan informasi
Calhoun dan Tedeschi (2013) menegas- selama perawatan anak dengan relawan dan
kan bahwa PTG pada seseorang sangat sesama orang tua anak penderita kanker,
dipengaruhi oleh karakteristik emosi serta pendampingan pada orang tua yang
individu, kepribadian yang ekstrovert sedang mendampingi anak menjalani
menunjukkan efek yang lebih positif pengobatan.
terhadap terjadinya PTG. Selain itu Berdasarkan studi pendahuluan yang
kemampuan individu dalam mengontrol dilakukan pada Maret 2016 di Komunitas
emosi, dukungan orang sekitar dan proses Sahabat Anak Kanker, orang tua mengata-
kognitif individu sangat mempegaruhi kan syok saat pertama kali mendengar
terjadinya PTG. anaknya didiagnosis kanker. Ada perasaan
Perlu digaris bawahi bahwa post traumatic sedih, tidak percaya, dan merasa bersalah
growth bukanlah hasil yang langsung terjadi pada anaknya. Mereka berjuang keras
setelah seseorang mengalami peristiwa mengatasi stres yang dialami dengan
traumatis, tetapi merupakan sebuah berusaha menerima dan menjalaninya

www.jik.ub.ac.id
83
dengan ikhlas dan melakukan apapun demi melakukan penelitian lebih lanjut tentang
kesembuhan anaknya. Dalam komunitas ini, pengalaman Post Traumatic Growth pada
orang tua merasa mendapatkan dukungan, orang tua anak penderita kanker untuk
semangat, motivasi dan kekuatan untuk memperoleh gambaran pengalaman yang
berjuang. Perasaan ini timbul saat orang lebih detail.
tua bertemu dan membagikan pengalaman-
nya dengan sesama orang tua dan relawan. METODE
Pendapat ini disampaikan oleh orang tua
Penelitian ini menggunakan desain
yang mengatakan bahwa kekuatan terbesar
penelitian kualitatif dengan menggunakan
timbul ketika melihat anaknya berjuang
pendekatan fenomenologi interpretif
menghadapi rasa sakit, dan adanya motivasi
(Creswell, 2014).Penelitian ini dilaksanakan
dari orang disekitar membuatnya semangat
di Komunitas Sahabat Anak Kanker Malang
untuk berjuang menghadapi kanker walau
dengan jumlah 5 (lima) orangpartisipan yang
sangat berat dan tidak mudah.
dipilih menggunakan pendekatan purposive
Orang tua merupakan sumber dukungan
sampling. Peneliti memilih dari populasi
utama bagi anak kanker. Masa transisi
sampel yang memenuhi kriteria penelitian
menjadi orang tua dari anak yang sehat
yaitu orang tua yang merawat langsung
menjadi orang tua anak dengan kanker
anaknya. Orang tua yang pernah mendampingi
menuntut perubahan pada kehidupan dan
anaknya menjalani kemoterapi. Orang tua
peran orang tua setelah mendapat diagnosis.
yang mampu bekerjasama dan menceritakan
Orang tua harus mampu merawat diri
pengalamannya dengan baik serta bersedia
mereka sendiri terkait dengan beban
menjadi partisipan. Setelah dilakukan
psikologis yang dialami, orang tua juga
wawancara pada lima partisipan peneliti
bertanggung jawab untuk merawat,
mendidik, menjaga, dan memenuhi menemui kejenuhan data, yang artinya

kebutuhan anaknya. Fenomena ini layak sudah tidak ditemukan lagi variasi data.

mendapat perhatian khusus karena Sebelum melakukan wawancara peneliti


mengingat dampak yang ditimbulkan kanker memperkenalkan diri, menjelaskan, tujuan,
tidak hanya pada penderita namun juga dan manfaat penelitian. Kemudian peneliti
pada orang tuanya. melakukan kontrak waktu dan tempat sesuai
Namun demikian, beberapa penelitian dengan kesepakatan dari partisipan.
tentang post traumatic growth pada orang Kemudian peneliti melakukan wawancara
tua sebelumnya, belum mengeksplorasi dengan menggunakan teknik in depth
pengalaman orang tua anak penderita interview selama 30-60 menit di rumah
kanker tentang post traumatic growth secara partisipan. Hasil penelitian dianalisis dengan
mendalam, melainkan terbatas pada tingkat metode Interpretif Phenomenology Analysis
post traumatic growth yang terjadi pada (IPA). Penelitian ini telah mendapatkan
orang tua yang dinilai secara kuantitatif. rekomendasi persetujuan etik oleh Komite
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk Etik Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


84
HASIL partisipan memahami bahwa kemoterapi

Penelitian ini memperoleh sembilan merupakan satu-satunya jalan untuk

tema yaitu: (1) memahami kanker sebagai kesembuhan. Jika kemoterapi tidak

penyakit yang mengancam kehidupan, (2) dilakukan maka akan mengakibatkan

mengalami tekanan secara batin, (3) penyebaran yang berujung kematian. Hal
mengalami krisis dalam kehidupannya, (4) tersebut didukung oleh pernyataan
menilai kanker sebagai kenyataan yang partisipan sebagai berikut:
harus dijalani, (5) berusaha mengatasi krisis P2: “...Ya kan kalau kanker darah
yang dialami, (6) mencari pertolongan dan itu kan kalo nggak di.. kalau nggak
dukungan melalui komunitas, (7) merasa dikemo kan resikonya ya kematian
aman dan mendapat dukungan dari itu. Makin menyebar sakitnya kan
keluarga, sesama orang tua anak penderita itu resikonya kan makin besar gitu”
kanker dan relawan komunitas, (8)
P4: “..Pengobatannya hanya bisa
menemukan harapan baru, (9) merasakan
dengan kemo, jadi ya sementara
perubahan hubungan yang bermakna dan
dokter hanya bisa melakukan kemo,
(10) mengalami perkembangan spiritualitas.
gak ada pengobatan lain..” (p4)
Tema 1: Memahami kanker sebagai
penyakit yang mengancam kehidupan Tema 2: Mengalami tekanan secara batin

Penyakit kanker oleh partisipan dipahami Partisipan mengungkapkan penyakit

sebagai penyakit yang mengancam kanker pada anaknya mengkibatkan ia

kehidupan. Tema ini disusun dari dua sub merasa tertekan secara batin. Tertekan

tema yaitu penyakit yang menyebabkan secara batin berarti partisipan merasakan
kematian dan tidak ada pengobatan lain sesungguhnya merasa sengsara dalam
selain kemoterapi. Sub tema penyakit yang jiwanya. Tema ini dibangun dari sub tema
menyebabkan kematiandiungkapkan oleh merasa tidak tenang, merasa menderita,
partisipan sebagai penyakit yang ganas dan merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan,
mematikan. Hal tersebut didukung oleh merasa kecewa dengan keadaan yang
pernyataan partisipan sebagai berikut: dialami dan merasa lelah dengan keadaan.
Sub tema merasa tidak tenang diungkap-
P1: “...Yang saya tahu kanker itu
kan oleh partisipan melalui ungkapan
kan.... katanya penyakit yang
mematikan. Kan dengar-dengar kata perasan takut, kecemasan dan khawatir

orang kayak gitu, saya takutnya tentang keadaan yang dialaminya seperti

kayak gitu..” cuplikan kalimat ungkapan berikut:

P3: “..Dokternya bilang kanker P1: “..Kayak seandainya orang kayak


ganas, gitu. yang kalok nggak diobati udah nggak ada darah itu Mbak,
bisa mematikan.” takut, pokoknya takut. Kayak anu..
pokoknya takut lah. Takut.”
Sub tema kedua adalah tidak ada
pengobatan lain selain kemoterapi artinya P2: “Saya sempat syok jugak, deg-

www.jik.ub.ac.id
85
degan. Segala macem. Perasaan saya gak punya, kayak apa yang dijual
itu wes gak karu-karuan gitu. Takut. itu kan nggak punya..”
Sangat takut. Apalagi kan termasuk
Sub tema ke empat yaitu merasa kecewa
kanker ganas”
dengan keadaan yang dialami. Rasa kecewa
P5: “Kan yang saya takutkan masak kecewa diartikan sebagai rasa kecil hati,
saya harus kehilangan anak saya” tidak puas, tidak senang terhadap terhadap
P3: Takutnya itu ya kawatir kalo sesuatu yang tidak sesuai dengan
besar minder Mbak, itu cuman yang harapannya. Ini ditunjukan oleh partisipan
kawatir sekarang.” dalam ungkapan perasaan marah yang
merupakan ungkapan dari rasa tidak senang.
Sub tema merasa menderita dibangun
Pernyataan yang mendukung sub tema ini
dari perasaan sedih yang diungkapkan oleh
disampaikan partisipan dalam cuplikan
partisipan. Sedih erat kaitannya dengan
berikut:
perasaan, rasa pilu dalam hati akibat situasi
yang dialami dan oleh partisipan P5: “Kemaren itu saya kayak, rasane
diekspresikan dengan menangis. Perasaan itu maraaah gitu sama Tuhan itu
menderita disini ditunjukkan dengan kayake marah. Saya itu kayak’e
ungkapan berikut: maraaaah gitu Mbak”

P1: “Waktu itu hanya aku udah P2: “Kalo sebelumnya kan saya gini
nggak kuat ngliat anak saya, nyesel, “Kenapa harus saya yang menderita.
nggak tega, ibaratnya orang nangis Kenapa bukan orang lain? Kenapa
udah nggak keluar air mata waktu harus tiap hari menderita? Gitu.
itu Mbak” Sampek-sampek kayak nggak
percaya sama Tuhan tu. Apa saya
P5: “Sedih nggak karuan wes. Gak
diciptakan cuman untuk menderita?
karuan Mbak, kalo bisa diganti sama
Gitu..”
Mata saya, saya ganti”
Sub tema ke lima yaitu merasa lelah
Sub tema ketiga merasa bingung.
dengan keadaan. Artinya partisipan telah
Bingung memliki arti tidak tahu apa yang
lelah, lelah dalam konteks ini adalah
harus dilakukan. Hal tersebut didukung
kelelahan secara emosional yang merupakan
oleh ungkapan partisipan berikut:
suatu ekspresi dari bentuk perasaan putus
P2: “Temen saya setiap hari cuman
asa dan tidak berdaya, karena suatu hal
satu, ya cuman anak saya itu.
yang ditunjukkan dengan cuplikan berikut:
Makanya kalau ada apa-apa saya
P2: “Soalnya kalok ngrasakne itu ya
udah bingung, saya nggak tau
capek Mbak kadang-kadang itu...”
gimana caranya”
P5: “Kadang sumpek Mbak. Sumpek.
P3: “Apa yang mau saya buat biaya
Pikiran itu sumpek kalo apa-apa.
perawatan ke Rumah Sakit itu apa
Makanya itu saya itu sensitif..”
gitu. ya bingung, orang tua juga

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


86
Tema 3: Mengalami krisis dalam diatas semakin menambah beban yang harus
kehidupannya ditanggung orang tua. Hal tersebut
Partisipan mengungkapkan kesulitannya didukung oleh pernyataan partisipan sebagai
selama mendampingi anak sakit sebagai berikut:
bentuk krisis yang dialami dalam P1: “Kemarin itu ya ada pekerjaan
kehidupannya. Krisis memiliki arti kemelut, lain, ternak itik. Jadi masuk rumah
keadaan yang suram baik tentang ekonomi sakit, bapaknya di rumah, terus tak
dan emosional. Tema ini dibangun dari 3 suruh jual semua”
sub tema yaitu orang tua mengalami
P2: “seperti kemarin-kemarin kan
kegagalan dalam pengobatan anaknya,
saya sampek pulang paksa itu kan
orang tua mengalami kesulitan ekonomi dan
itu udah kehabisan uang. Iya.. gitu..
sub tema ketiga orang tua mengalami
soalnya kan nggak ada yang bantuin.
tekanan psikologis yang berat.
Saya cuman sendirian, tiap hari kerja
Sub tema kegagalan pengobatan sendirian, buat anak, buat saya, gitu.”
mengandung arti bahwa partisipan tidak
P4: “...ayahnya nggak bisa kerja. Saya
berhasil setelah melakukan pengobatan baik
nggak bisa kerja, sedangkan
alternatif maupun medis dan kondisi anak
pengeluaran di rumah sakit kan
semakin menurun. Sub tema ini dibangun
banyak. Saya ndak punyak tabungan
dari pernyataan partisipan berikut
apa-apa.”
P2: “akhirnya ya pulang paksa
Sub tema ketiga yaitu orang tua
memang. Giitu.. Terus nggak taunya
mengalami tekanan psikologis yang berat
dirumah malah nggak ini, nggak
dibangun dari 3 sub-sub tema. Yaitu orang
napsu makan, trus males gitu. tua tidak mendapat dukungan dari orang
Akhirnya ngedrop terus saya bawa disekitarnya, hanya memiliki 1 anak dan
ke alternatif lagi, dua hari itu menyadari bahwa suatu saat anak akan
muntah-muntah terus sampek kayak meninggal. Hal tersebut didukung oleh
kehabisan cairan gitu trus akhirnya pernyataan partisipan sebagai berikut:
saya bawa ke rumah sakit lagi. Terus
P3: “Tapi kan kalo kata orang tua
akhirnya masuk ICU” (p2)
nanti kalo ada apa-apa takut, nggak
P4: “Soalnya dikemo satu dua itu
usah kemo gitu awalnya takut
anak saya sempet ngedrop masuk
sembarang kalir nggak boleh itu
HCU, terus kayake anu langsung
sama orang tua.”
berat badane turun drastis. (p4)
P2: Apalagi ini anak saya satu-
Sub tema kedua yaitu kesulitan ekonomi. satunya. Temen saya setiap hari
Hal ini dikarenakan pengobatan kanker cuman satu, ya cuman anak saya itu
memakan waktu yang lama dan berulang-
P4: “Ya sebetulnya mereka hanya
ulang. Kesulitan ekonomi yang dirasakan
menunggu waktu, gitu kan. Setelah
orang tua berdasarkan cuplikan pengalaman itu kan ketauan anak saya sakit gitu

www.jik.ub.ac.id
87
ya saya cobak nerima. Misale ya.. sudah saya lakukan itu. Saya
sewaktu-waktu dia gak ada.” setujui itu (kemoterapi)”
P4: “Dokter hanya bisa melakukan
Tema 4: Menilai kanker sebagai
kemo, gak ada pengobatan lain, gitu
kenyataan yang harus dijalani
dokter bilang. Ya saya biang ya ndak
Tema ini dibangun berdasarkan pengalaman papa dokter kalau memang itu
partisipan yang menilai bahwa peristiwa pengobatannya ya gimana lagi”
yang dialaminya merupakan ujian yang
Sub tema kedua adalah memotivasi diri
nyata dari Tuhan. Sehingga ia merasa harus
memiliki arti melakukan dorongan yang
bisa melaluinya. Kenyataan sendiri memiliki
secara sadar dilakukan oleh partisipan untuk
arti sesuatu hal yang benar-benar nyata dan
mencapai tujuan kesembuhan anak.Hal
dirasakan oleh partisipan. Dalam konteks
tersebut didukung oleh pernyataan
ini kanker dirasakan begitu nyata sebagai
partisipan sebagai berikut:
teguran dan cobaan. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan partisipan sebagai berikut: P3: “Pokok wes kudu kuat, kudu
tegar. Harus Mbak itu, kalo nggak
P1: “Harus bisa nerima ini cobaan,
tegar nanti ya gimana”
Cuma gitu. Teguran dari Yang Maha
Kuasa, gitu aja.” P5: “Berusaha untuk kuat, demi anak

P4: “Anak kan amanah Mbak. Saya wes, ben tetep semangat. Harus

hanya mikir, segalanya sudah disana tetep semangat pokoke tetep

nasnya. Dia sudah dicatet jadi anak semangat.. Gak boleh ngersulo..”

saya..” Pada sub tema ketiga yaitu menahan


emosi diri memiliki arti bahwa partisipan
P5: “Semua itu kan wes sudah dianu,
berusaha menahan emosinya. Emosi dalam
disana juga ditulis nasibnya, ini
hal ini adalah perasaan sedih dan marah
begini, ini begini. Makanya sekarang
yang ia rasakan.Hal tersebut didukung oleh
cumak njalani, gitu aja.”
pernyataan partisipan sebagai berikut:
Tema 5: Berusaha mengatasi krisis yang P3: “Nangis ngliat anaknya kesakitan
dialami yo kasian Mbak. Tapi kudu nahan.
Tema ini dibangun dengan 5 sub tema Anaknya lo ya tau, kalo saya nangis
diantaranya melakukan pengobatan, itu dia yo ngliatin saya”
memotivasi diri, menahan emosi diri, mencari P5: “Mau marah yo marah kesiapa,
jalan keluar dan berikhtiar. Sub tema ya mungkin memang sudah nasib
mengupayakan kesembuhan didasarkan begini. Jadi ya wes ditahan aja,
pada pengalaman partisipan yang diterima”
diungkapkan dalam cuplikan berikut
Sub tema keempat yaitu mendekatkan
P2: “Akhirnya ya wes mau nggak diri ke Tuhan yang artinya partisipan
mau wes demi kesembuhan anak berupaya meminta pertolongan ke Tuhannya

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


88
dengan melakukan kegiatan ibadah.Hal orang tua menerima bantuan berupa
tersebut didukung oleh pernyataan motivasi dari orang sekitar yaitu, keluarga,
partisipan sebagai berikut: sesama orang tua anak penderita kanker
dan relawan komunitas. Kondisi ini
P4: “kalo saya luemah ya saya
menyebabkan orang tua mendapatkan
berdoa, ya Allah kenapa aku gini,
perasaan aman karena merasa bahwa dirinya
tolong ya Allah segala kekuatan
tidak sendirian dalam menghadapai
hanya berasal dari Engkau beri aku
masalahnya. Tema ini disusun dengan dua
kekuatan.”
sub tema yaitu merasa bukan dirinya satu-
Tema 6: Mencari pertolongan dan satunya yang menderita dan mendapat
dukungan melalui komunitas dukungan emosional.

Orang tua mencari pertolongan dan P2: “ternyata setelah liat nggak
dukungan dengan berbagi informasi dan cuman saya yang dikasih begini,
pengalaman dengan orang tua anak banyak yang lain juga, jadi nggak
penderita kanker lain dan juga relawan ngerasa sendirian, jadi lebih tenang.”
komunitas.Pernyataan ini disusun dengan P3: “Terus kalok sabtu itu temen-
dua sub tema yaitu mencari informasi dan temen dari sahabat anak jugak
berbagi dukungan.. Hal tersebut didukung dateng gitu seneng ada yang
oleh ungkapan partisipan berikut: perhatiin.”

P2: “Kan kadang-kadang kalau saya P5: “...saling menguatkan mbak. Kita
bingung mau ngapain gitu, terus ada itu ndek sana itu kayak keluarga
yang ngasih tau itu. Saya tanya-tanya udah, saya itu ndek sana anu beda
juga ada yang ngasih tau itu. Kan gitu orang-orangnya itu lo yang
semuanya itu kalau udah satu sama-sama hemato itu pasti saling
ruangan kan akrab. Saling menguatkan. Misalnya kalo ada apa-

membantu gitu.” apa, satunya anaknya kesakitan,


saling mbantu...”
P5: “sama ibuk-ibuk yang sama
hematonya yang sama-sama kemo itu
Tema 8 : Menemukan harapan baru
ngasih, apa sih ngasih anu ngasih sa-
Tema menemukan harapan baru
ran, ngasih nasehat yang penting kita
memiliki arti bahwa orang tua melihat
itu kuat sama, yang penting sama-
adanya peluang atau kemungkinan baru
sama anu saling menguatkan mbak.”
setelah ia mengalami peristiwa yang tidak
menyenangkan. Tema ini disusun dengan
Tema 7: Merasa aman dan mendapat
sub tema adanya harapan kesembuhan dan
dukungan dari keluarga, sesama orang
sub tema kepercayaan kemampuan diri. Hal
tua anak penderita kanker dan relawan
ini didukung oleh pernyataan partisipan
komunitas
sebagai berikut:
Dukungan memiliki arti sebagai
sokongan atau bantuan, dalam konteks ini P4: “Terus ada G, yang bisa sembuh

www.jik.ub.ac.id
89
itu yawis harapan jadi semakin mengalami perubahan secara batiniah, yang
besar.” didasarkan pada sub tema satu yaitu tahan
P4: “Saya bilang dalam hati gini, menghadapi cobaan. Sub tema ini memiliki
mereka bisa masa saya gak bisa. Saya arti bahwa partisipan mengalami perubahan
harus bisa. dari yang awalnya kurang sabar dalam
menghadapi suatu hal menjadi lebih sabar
Tema 9: Merasakan perubahan dan berusaha menerima keadaan. Selain itu
hubungan yang bermakna perkembangan spiritualitas juga ditunjukkan
Tema ini disusun oleh sub tema partisipan dengan sub tema dua yaitu
peningkatan hubungan interpersonal yang perubahan religiusitas, meliputi adanya
memiliki arti bahwa, orang tua mengalami perasaan semakin dekat dengan Tuhan dan

peningkatan hubungan dengan anak, peningkatan ibadah yang dilakukan

keluarga, dan sesama orang tua anak partisipan. Hal ini didukung oleh pernyataan

penderita kanker. Orang tua memperbaiki partisipan sebagai berikut:

hubungan dengan anak dengan meningkat- P5: “Yo merasa lebih sabar lebih
kan waktu bersama anak, merasa lebih kuat, imannya jugak. Nggak kayak
menyayangi dan perhatian terhadap anak. dulu gitu lo. Kalok dulu kayake
Perubahan ini juga didukung dengan adanya kurang anuu gitu”)
perasaanlebih dekat dengan orang tua anak P1: “Ya perubahannya ada, kan
lain, perasaan lebih terbuka dan perasaan kemarin masih bolong-bolong
senasipmenjadikan orang tua merasakan solatnya, sekarang udah tak
hubungan sosial yang lebih bermakna. Hal usahakan nggak sampek bolong gitu
ini didukung oleh pernyataan partisipan aja. Supaya Tuhan itu mendengar
sebagai berikut: doa saya, itu aja.”
P4: “sekarang kan sehari semalam Sub tema ketiga yaitu perubahan
sama saya. Jadi lebih banyak waktu, pandangan hidup. Yang artinya partisipan
sekarang, saya jadi lebih perhatian melihat kehidupan dengan sisi yang berbeda
saoal susunya, makannya, gitu” dari sebelumnya. Partisipan memiliki pikaran
P2: “dulu itu saya tertutup orangnya yang lebih positif dengan pandangan bahwa
dulu. Tapi ya itu kadang-kadang kan setiap kekurangan pasti ada kelebihan,
bisa jadi sumpek gitu. Kalo sekarang mempercayai bahwa dirinya dan anaknya
bisa apa namanya curhat itu kan merupakan orang-orang pilihan Tuhan. Hal
ada yang ngasih masukan, gitu ini didukung oleh pernyataan partisipan
ngasih solusi” sebagai berikut:

P5: “Berarti anak saya itu, anak-anak


Tema 10: Mengalami perkembangan
pilihan kan, kita dititipin dengan
spiritualitas
anak-anak pilihan pasti ada
Tema mengalami perkembangan
kelebihannya, pasti ada hikmahnya
spiritualitas memiliki arti bahwa partisipan

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


90
dibalik semua itu.”(p5) Orang tua merasa takut dengan penyakit
P3: “kan anak itu punya kelainan, yang diderita anaknya, adanya perasaan
punya kelebihan gitu a Mbak. takut kehilangan anaknya membuat orang
Anaknya pinter gimana kan nggak tua mengalami kecemasan setiap harinya.
tahu orang itu nggak pernah tau.” Orang tua merasa sedih dan kecewa dengan
keadaan yang dialaminya.Jones (2015)
mengatakan bahwa diagnosis kanker akan
PEMBAHASAN mempengaruhi kualitas hidup, mental,
Orang tua anak penderita kanker sangat kesehatan fisik, aktivitas sehari-hari,
rentan mengalami krisis dalam kehidupan- dinamika keluarga dan spiritualitas dalam
nya. Karena kanker tidak hanya akan kehidupan. Lancet et al. (2011) menjelaskan
berdampak pada fisik dan psikologis bahwa pengalaman orang tua tentang
penderita, namun juga pada orang tuanya. kanker sebelumnya dapat mempengaruhi
Klassen et al. (2011) menyebutkan bahwa reaksi mereka saat mendapat diagnosis
orang tua yang memiliki anak kanker kanker untuk anaknya. Perasaan ini
mengalami dampak emosional yang besar menyebabkan orang tua merasakan tekanan
seperti kecemasan, ketakutan, kesedihan secara batin setiap hari.
mendalam, susah tidur dan bahkan beberapa Orang tua sangat tertekan dengan
diantaranya mengalami gejala depresi kondisi yang ia alami, terlebih lagi saat saat
hingga membutuhkan pengobatan.Dalam orang tua melakukan upaya pengobatan
penelitian oleh Balluffi et al, (2004) tetapi gagal, kesulitan ekonomi, dan
dijelaskan bahwa orang tua anak penderita tekanan psikologis yang berat menyebabkan
kanker saat mendapat diagosis sering kali orang tua mengalami krisis kehidupan.
menunjukkan reaksi stres traumatis. Seperti Fernandez et al. (2010) menjelaskan bahwa
yang digambarkan dalam tema yang orang tua anak penderita kanker mengalami
ditemukan dalam penelitian. Orang tua anak krisis dalam kehidupannya saat mendapat
penderita kanker memahami kanker sebagai diagnosis kanker terutama pada dua minggu
suatu penyakit yang mengancam kehidupan, pertama pasca diagnosis. Krisis sendiri
orang tua mempercayai bahwa kanker dapat merupakan suatu kondisi yang berbahaya,
menyebabkan kematian pada anaknya pada seseorang yang mengalami krisis dapat
waktu yang tidak dapat diduga. Pemahaman berkembang menjadi menjadi lebih
ini menimbulkan ketakutan pada orang tua. burukatau lebih baik yang disebut sebagai
Dalam Watanabe et al. (2013) orang tua post traumatic growth.
yang memiliki anak penderita kanker Post traumatic growth merupakan
menyebut bahwa kanker adalah kematian. pengalaman perubahan psikologis positif
Pritchard et al. (2009) menjelaskan orang yang dialami oleh seseorang sebagai hasil
tua yang menegetahui anaknya menderita dari perjuangan menghadapi krisis yang
kanker beranggapan bahwa kematian akan berat (Tedeschi & Chalhoun, 2006). Selain
terjadi kapan saja dan tanpa peringatan. itu, PTG dapat berfungsi untuk pertahanan

www.jik.ub.ac.id
91
diri terhadap efek negatif dari stres pasca kehidupan setelah ia mengalami cobaan
trauma pada kualitas hidup seseorang dalam hidupnya.
(Morrill et al., 2008). Dalam penelitian ini Germann et al. (2015) mengatakan
orang tua menilai situasi yang dialaminya dalam penelitiannya bahwa harapan dapat
adalah merupakan teguran dari Tuhan yang menjadi koping yang baik untuk mengatasi
harus ia jalani. Sehingga ia berusaha tekanan psikologis akibat kanker sehingga
menerima dan menjalaninya dengan dapat berkembang menjadi psikogis yang
mengusahan kesembuhan anaknya. positif. Hullmann et al. (2014) mengatakan
Wong dan Chan (2006) dalam studinya harapan sangat erat kaitannya dengan PTG,
mengatakan bahwa reaksi awal orang tua semakin tinggi harapan maka PTG yang
saat menerima diagnosis kanker untuk terjadi lebih besar. Orang tua yang lebih
anaknya adalah syok, cemas dan penolakan. mengapresiasi harapan lebih tinggi akan
Namun orang tua akan dengan cepat memiliki pengalaman kehidupan yang lebih
menerima kenyataan dan menganggap besar akibat anker anak karena mereka lebih
penyakit anak mereka sebagai nasib yang mampu untuk menemukan manfaat dari
harus diterima. Sehingga orang tua pengalaman kanker daripada mereka yang
membangun suatu keyakinan bahwa mereka lebih rendah tingkat harapannya.
harus mampu merawat dan mencari Dalam proses yang melibatkan orang-
dukungan untuk mengatasi situasi yang ia orang disekitarnya inilah orang tua akan
alami. Selama proses ini orang tua belajar merasakan peningkatan dalam hubungan
dari orang-orang disekitarnya. Orang-orang dengan sosialnya. Ia akan merasa lebih dekat
sekitar yang dimaksud adalah keluarga, dan intim dengan orang-orang disekitarnya,
orang tua sesama anak penderita kanker, merasa diterima dan memiliki hubungan
dan relawan sahabat anak kanker. Dukungan yang berarti. Keadaan ini menyebabkan
ini membuat orang tua semakin kuat dan orang tua lebih menghargai hubungan dan
merasa bahwa dirinya tidak sendirian. kehidupan yang bermakna. Orbuch et al.,
Zhang, et al. (2014) dalam penelitian (2005) yang mengatakan bahwa hubungan
PTG yang dilakukan menghasilkan bahwa interpersonal sangat penting untuk
aspek kesempatan baru dan hubungan kesejahteraan fisik dan psikologis orang tua
dengan orang lain berpengaruh signifikan dan anak.Kondisi ini erat kaitannya dengan
terhadap Post Traumatic Growth. Dukungan proses perubahan spiritualitas yang dialami
sosial merupakan komponen kunci melalui orang tua.. Selain merasakan perubahan
keluarga, teman, dan hubungan terapetik dalam hubungan sosial, orang tua juga kana
dalam mencapai PTG (Moran.S; Burker. E; mengalami peningkatan psiritualitasnya.
Schmidt.J, 2012). Orang tua menemukan Dalam Darby (2014) dikatakan bahwa
harapan kehidupan yang baru setelah ia keyakinan agama adalah sumber kekuatan
mengalami krisis. Orang tua akan menata dan harapan Selama proses usaha keluar
ulang pandangan hidupanya, mencoba dari krisisnya, orang tua banyak melibatkan
menerima keadaan yang dialaminya dan spiritualitas dengan mendekatkan diri ke

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


92
Tuhan. Gallagher et al., (2014) dalam mengalami krisis dalam kehidupannya (4)
penelitiannya menyebutkan bahwa keyakinan menilai bahwa kanker merupakan takdir
spiritual digunakan sebagai strategi koping dan ujian dari Tuhan (5) berusaha mengatasi
bagi seseorang saat mereka mengalami situasi krisis yang dialami (6) mendapat dukungan
yang sangat sulit, terutama ketika mereka dari orang sekitar (7) menemukan harapan
merasa bahwa sudah tidak ada jalan lain baru. (8) merasakan perubahan hubungan
yang mereka miliki. yang bermakna, (9) mengalami perkembang-
an spiritualitas.

KESIMPULAN Pengalaman partisipan tentang post


traumatic growth dirasakan partisipan
Penelitian ini menghasilkan 9 temuan
sebagai suatu perubahan positif dalam
tema yang mewakili pengalaman post
hidupnya. Namun untuk mencapai hal
traumatic growth orang tua anak penderita
tersebut partisipan melakukan perjuangan
kanker yaitu 1) memahami kanker sebagai
yang tidak mudah untuk keluar dari krisis
penyakit yang mengancam kehidupan, (2)
yang dialaminya.
mengalami tekanan secara batin, (3)

DAFTAR PUSTAKA Reilly, Anne., Kazak Anne E., 2010. Acute


stress in parents of children newly
Balluffi A, Kassam-Adams N, Kazak A. 2004.
diagnosed with cancer. Pediatric Blood
Traumatic stress in parents of children
Cancer. 50(2): 289–292. doi: 10.1002/
admitted to the pediatric intensive care
pbc.21262
unit. Pediatr Critical Care Med. 5:547–553.
Gallagher, Stephen.,Phillips, A.C., Lee, H.2014.
Calhoun, L. G. , & Tedeschi, R. G. 2006. The
The association between spirituality and
handbook of posttraumatic growth:
depression in parents caring for children
Research and practice.Mahwah, NJ:
with developmental disabilities: Social
Lawrence Erlbaum Associates Publishers
Support and/or Last Resort. Journal of
Calhoun, L. G. , & Tedeschi, R. G. 2006. The
Religion and Health. doi: 10.1007/s10943-
handbook of posttraumatic growth:
014-9839-x
Research and practice.Mahwah, NJ:
Germann, Julie N.., David Leonard., Thomas
Lawrence Erlbaum Associates Publishers
J. Stuenzi., Radu B. Pop., Sunita M.
Calhoun, L. G., & Tedeschi, R. G. 2013.
Stewart., and Patrick J. Leavey. 2015.
Posttraumatic growth in clinical
Hoping is Coping: A Guiding Theoretical
practice. New York: Brunner Routledge.
Framework for Promoting Coping and
Darby, Kathryn. 2014. Parents’ spiritual and Adjustment Following Pediatric Cancer
religious needs in young oncology. Diagnosis. Journal of Pediatric Psychology.
Cancer Nursing Practice doi: 10.1093/jpepsy/jsv027
Fernández, Anna MP., Pai, Ahna L.H., Gregurek, R., Marijana Braš, Veljko ?or?evi?,
Alderfer, Melissa., Hwang, Wei-Ting., Ana-Strahinja Ratkovi? & Lovorka

www.jik.ub.ac.id
93
Brajkovi?. 2010. Psychological problems Treatment, Care and Rehabilitation. doi:
of patients with cancer. Psychiatria 10.1007/s11136-011-0072-8
Danubina. Vol. 22. No.2 Lancet 357, 670. Dixon-Woods M, Findlay M,
Hullmann, Fedele DA, Molzon ES, Mayes Young B. 2011. Parents’ perceptions of
S, Mullins LL. 2014. Posttraumatic growth obtaining a diagnosis of childhood
and hope in parents of children with cancer can include experiences of

cancer. Journal of Psychosoc Oncol US disputes and delays : Parents’ accounts

National Library of Medicine. doi: of obtaining a diagnosis of childhood


cancer doi:10.1136/ebn.5.1.28
10.1080/07347332.2014.955241
Lechner S, Tennen H, Affleck G. 2009.
Joseph, S., Linley, P.A. 2006. Growth following
Benefit finding and growth. In: Lopez SJ,
adversity: Theoretical perspectives and
Snyder CR, editors. Oxford Handbook of
implications for clinical practice. Clinical
Positive Psychology. New York: Oxford
Psychology Review
University Press
Jones SM., LaCroix AZ., Li W., Zaslavsky O.,
Moran.S., Burger.E., Schmidt.J. 2012.
Wassertheil-Smoller S., Weitlauf J.,
Posttraumatic Growth: Helping Clients
Brenes GA., Nassir R., Ockene JK., Caire-
Overcome Trauma. Journal of Applied
Juvera G., Danhauer SC., 2015. Depression
Rehabilitation Counseling.Vol.4
and quality of life before and after breast
Moran.S., Burger.E., Schmidt.J. 2012.
cancer diagnosis in older women from
Posttraumatic Growth: Helping Clients
the Women’s Health Initiative. Journal
Overcome Trauma. Journal of Applied
of Cancer Survivor. 9(4):620-9. doi:
Rehabilitation Counseling.Vol.4
10.1007/s11764-015-0438-y
Moreira, PL., Angelo, Margareth. 2008.
Klassen, A., Raina, P., Reineking, S., Dix, D., Becoming a mother of a child with
Pritchard, S., & O´Donnell, M. 2007. cancer: building motherhood. Latino-Am.
Developing a literature base to understand Enfermagem vol.16 no.3 Ribeirão Preto.
the caregiving experience of parents of doi.org/10.1590/S0104-11692008000300004
children with cancer: A systematic Morrill, EF., Brewer, NT., O’Neill, SC., Lillie,
review of factors related to parental SE., Dees EC., Carey LA., Rimer BK. 2008.
health and well-being. Support Care The interaction of post-traumatic growth
Cancer, 15(7), 807-818 and post-traumatic stress symptoms in
Klassen AF., Gulati S., Granek L., Rosenberg- predicting depressive symptoms and quality
Yunger ZR., Watt L., Sung L., Klaassen of life. Journal of Psychooncology.
R., Dix D., Shaw NT. 2011. Understanding 17(9):948-53. doi: 10.1002/pon.1313
the health impact of caregiving: a National Cancer Institute. 2008. Using the
qualitative study of immigrant parents Chemotherapy Side Effects Fact Sheets. U.S.
and single parents of children with cancer. Department of health and human services.
Quality of Life Research: An International Norberg, Annika, L,. Boman, K. 2008. Parent
Journal of Quality of Life Aspects of distress in childhood cancer: a comparative

Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017


94
evaluation of PTSD symptoms, depression Woodward, Clare., Joseph, Stephen. 2003.
and anxiety. Journal Acta Oncologica. Positive change processes and post-
doi: 10.1080/02841860701558773 traumatic growth in people who have

Orbuch, Terri L., Parry, Carla., Chesler, Mark., experienced childhood abuse: Under-

Fritz, Jennifer., Repetto, Paula. 2005. standing vehicles of change. Journal of


Psychology and Psichotheraphy DOI:
Parent-Child Relationships and Quality
10.1348/147608303322362497
of Life : Resilience among Childhood
Cancer Survivors, Family Relations. doi: Witt, W. P., Litzelman, K., Wisk, L. E., Spear,
10.1111/j.0197-6664.2005.00014. H. A., Catrine, K., Levin, N., & Gottlieb,
C. A. 2010. Stress-Mediated Quality of
Picoraro, Joseph A., Womer, James W., Kazak,
Life Outcomes in Parents of Childhood
Anne E., Feudtne, Chris. 2014. Posttraumatic
Cancer and Brain Tumor Survivors: A
growth in parents and pediatric patients.
Case-Control Study. Quality of Life
Journal of Palliative Medicine. doi:
Research?: An International Journal of
10.1089/jpm.2013.0280
Quality of Life Aspects of Treatment,
Pritchard, M., Srivastava, D. K., Okuma, J. O., Care and Rehabilitation, 19(7), 995–1005.
Powell, B., Burghen, E., West, N. K., Hinds, doi.org/10.1007/s11136-010-9666-9
P. S. 2009. Bereaved Parents’ Perceptions
Wong, M. Y.-F. and Chan, S. W.-C. 2006, The
About When Their Child’s Cancer-Related
qualitative experience of Chinese par-
Death Would Occur. Journal of Pain and ents with children diagnosed of cancer.
Symptom Management, 38(4), 561–567. Journal of Clinical Nursing, 15: 710–717.
doi: 10.1016/j.jpainsymman doi: 10.1111/j.1365-2702.2006.01297.x
Watanabe, Akiko., Nunes, Terezinha., Abreu, Zhang, Wei., Yan Ting-ting, Barriball, K
de Guida. 2013. Japanese parents’ Louise., While, Alison E., Liu, Xiao-hong.
perception of disclosing the diagnosis of 2014. Post-traumatic growth in mothers
cancer to their children. Clinical Child of children with autism: A phenomeno-
Psychology and Psychiatry. Vol 19(1) 125– logical study. Journal of Autism.
138. doi: 10.1177/1359104512470599 doi:10.1177/1362361313509732

www.jik.ub.ac.id
95

Anda mungkin juga menyukai