SUSUNAN REDAKSI
DAFTAR ISI
JURNAL ILMU KEPERAWATAN
PENGARUH TERAPI MUSIK MOZART TERHADAP PERUBAHAN POTENSI
KREATIVITAS ANAK AUTIS USIA 5-6 TAHUN DI KLINIK TERAPI WICARA
FASTABIKUL KHOIROT BEDALI LAWANG
Penanggung Jawab
Ari Damayanti Wahyuningrum..........................................................1-5
Ns. Setyoadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom
PENINGKATAN KENYAMANAN LANSIA DENGAN NYERI RHEUMATOID
Editor Kepala ARTHRITIS MELALUI MODEL Comfort Food For The Soul
Ns. Bintari Ratih K, M.Kep Dhina Widayati, Farida Hayati........................................................6-15
www.jik.ub.ac.id
1
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 5, No. 1 Mei 2017
2
STUDI FENOMENOLOGI: POST TRAUMATIC GROWTH PADA ORANG TUA
ANAK PENDERITA KANKER
ABSTRAK
Kanker anak merupakan penyakit yang menakutkan bagi orang tua karena tidak banyak yang mampu
bertahan dan sembuh dari penyakit ini. Kanker tidak hanya akan berdampak pada fisik, tetapi juga pada
kondisi psikologis penderita maupun orang tuanya. Penelitian menunjukkan bahwa dampak positif post
traumatic growth ditemukan pada orang tua anak penderita kanker. Post traumatic growth merupakan
pengalaman perubahan positif yang terjadi sebagai hasil perjuangan individu menghadapi krisis yang
tinggi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi makna pengalaman orang tua anak penderita
kankertentang post traumatic growth. Desain penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
interpretif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam pada 5 orang tua anak penderita
kanker. Hasil penelitian dialalisis dengan metode Interpretif Phenomenology Analysis (IPA).Sepuluh tema
telah teridentifikasi dari penelitian ini, yaitu: (1) memahami kanker sebagai penyakit yang mengancam
kehidupan, (2) mengalami tekanan secara batin, (3) mengalami krisis dalam kehidupannya, (4) menila
kanker sebagai kenyataan yang harus dijalani, (5) berusaha mengatasi krisis yang dialami, (6) mencari
pertolongan dan dukungan melalui komunitas, (7) merasa aman dan mendapat dukungan dari keluarga,
sesama orang tua anak penderita kanker dan relawan komunitas, (8) menemukan harapan baru, (9)
merasakan perubahan hubungan yang bermakna dan (10) mengalami perkembangan spiritualitas.
Pengalaman orang tua mengalami post traumatic growth merupakan proses yang tidak mudah. Orang tua
mengalami krisis dalam hidupnya membuat orang tua menilai kanker sebagaikenyataan yang harus
dihadapi, ia merasa harus berusaha mengatasi krisis yang dialami, hingga pada akhirnya orang tua
mendapatkan dukungan dari orang disekitarnya dan menemukan harapan baru, orang tua merasakan
perubahan pada hubungan dan mengalami peningkatan spiritualitas. Sehingga pengalaman orang tua
anak penderita kanker tentang post traumatic growthdapat diintepretasikan sebagai perjuangan menghadapi
realita baru kehidupan setelah mengalami peristiwa traumatis.
Kata Kunci: studi fenomenologi, orang tua, anak penderita kanker, post traumatic growth
ABSTRACT
Childhood cancer is a scary disease for parents because not many people can survive and recover from
cancer. Cancer not only affects the physical, but also the psychological condition of the children and their
parents. Research shows that the positive effects of post traumatic growth found in parents of children
with cancer. Post traumatic growth is the experience positive changes that occur as a result of the struggle
of individuals facing a crisis.The purpose of this study was to explore the meaning of the experience of
parents of children with cancer on post traumatic growth. The study design was a qualitative interpretive
phenomenological approach. Data were collected by in-depth interviews in five parents of children with
cancer. The results were analyze by using Interpretive Phenomenology Analysis (IPA) method. Nine themes
have been identified from this study, namely: (1) understanding cancer as a life-threatening disease, (2)
experiencing internal stress, (3) experiencing a crisis in life, (4) treating cancer as a reality to be endured,
(5) trying to overcome the crisis, Seek help and support through community, (7) feel secure and get support
from family, fellow parent child cancer and community volunteer, (8) find new hope, (9) feel change of
meaningful relationship and (10) experience spirituality development . The experience of parents experi-
encing post traumatic growth is a process that is not easy. Parents experiencing a crisis in their lives make
parents assess cancer as a reality that must be faced, he felt should try to overcome the crisis experienced,
until in the end parents get support from people around him and find new hope, parents feel changes in
relationships and increased Spirituality. So the experience of a cancer patient’s parent’s child about post
traumatic growth can be interpreted as a struggle against a new reality of life after experiencing a
traumatic event.
Keywords: phenomenological study, parents, children with cancer, post traumatic growth
Jurnal Ilmu Keperawatan Vol. 5, No. 1, Mei 2017. Korespondensi : Zidni Nuris Yuhbaba. Stikes Dr.
Soebandi Jember. Alamat: Jl. Dr. Soebandi No. 99 Jember. Email : zidniyuhbaba@gmail.com. No.Hp
08113699993
www.jik.ub.ac.id
81
PENDAHULUAN orang tua. Peristiwa ini mengharuskan
orang tua berjuang melakukan penyesuaian
Kanker anak merupakan penyakit yang
terhadap hidup mereka baik untuk diri
menakutkan dan menjadi momok bagi
mereka sendiri, anak-anak, dan keluarga
orang tua karena tidak banyak yang mampu
mereka. Orang tua harus berjuang untuk
bertahan dan sembuh dari penyakit ini.
mengatasi masalah psikologis yang
Proses perjalanan penyakit, berat dan
dialaminya disamping harus melakukan
lamanya pengobatan kanker menimbulkan
perjuangan untuk kesembuhan anaknya, dan
dampak psikologis yang besar bagi penderita
tetap melakukan peran dan fungsinya untuk
maupun orang tua (Gregurek. et al., 2010).
keluarga. Kompleksitas penyakit dan
Efek yang ditunjukkan selama proses
pengobatan menyebabkan kehidupan anak-
pengobatan seperti anemia, pendarahan,
anak dan orang tua mengalami perubahan
penurunan berat badan, mual muntah,
dan menuntut mereka untuk beradaptasi
kerontokan rambut hingga kebotakan
dengan rutinitas baru yang menjadi bagian
menambah berat rangkaian proses
dari kehidupan setiap harinya (Moreira &
pengobatan yang harus dijalani (National
Angelo, 2008).
Cancer Institute, 2008). Klassen et al. (2011)
menyebutkan orang tua dari anak penderita Namun demikian, penelitian menunjuk-
kanker mengalami gangguan tidur, cemas, kan bahwa dampak positif ditemukan pada
stres berat hingga depresi. orang tua anak penderita kanker. Barakat
et al. (2006) dalam studinya yang dilakukan
Norberg (2008) menyampaikan bahwa
pada remaja penderita kanker dan orang
dampak psikologis ditemukan tinggi terjadi
tuanya menjelaskan bahwa 90% orang tua
pada orang tua anak penderita kanker.
mengalami perubahan positif akibat
Dampak psikologis ini sangat besar
penyakit anak mereka. Perubahan positif
pengaruhnya dalam kehidupan orang tua.
dalam kehidupan ini disebut sebagai post
(Klassen et al., 2011). Witt et al. (2010)
traumatic growth.
mengatakan bahwa orang tua dari anak
penderita kanker mengalami peristiwa Post traumatic growth merupakan
traumatik yang mempengaruhi kualitas pengalaman perubahan positif yang terjadi
hidup mereka. Saat menerima diagnosis sebagai hasil perjuangan individu
kanker dan menjalani prosedur pengobatan, menghadapi krisis yang tinggi (Chalhoun &
orang tua mengalami kelelahan dan stres Tedeschi, 2006). Perubahan ini menuju pada
sepanjang hari. Selain itu beban finansial cara pandang individu tentang kehidupan-
berpengaruh besar pada kondisi emosional nya setelah mengalami trauma. Krisis yang
orang tua dalam menjalani prosedur dialami orang tua selama mendampingi anak
pengobatan anak yang panjang (Creswell et menjalani pengobatan kanker merupakan
al., 2013 ; Chen et al., 2014) pengalaman traumatis yang sangat
mempengaruhi kehidupan orang tua.
Menjadi orang tua anak penderita
kanker memang merupakan tantangan luar Post traumatic growth ditemukan terjadi
biasa dan merupakan sumber tekanan bagi pada orang tua anak yang menderita
www.jik.ub.ac.id
83
dengan ikhlas dan melakukan apapun demi melakukan penelitian lebih lanjut tentang
kesembuhan anaknya. Dalam komunitas ini, pengalaman Post Traumatic Growth pada
orang tua merasa mendapatkan dukungan, orang tua anak penderita kanker untuk
semangat, motivasi dan kekuatan untuk memperoleh gambaran pengalaman yang
berjuang. Perasaan ini timbul saat orang lebih detail.
tua bertemu dan membagikan pengalaman-
nya dengan sesama orang tua dan relawan. METODE
Pendapat ini disampaikan oleh orang tua
Penelitian ini menggunakan desain
yang mengatakan bahwa kekuatan terbesar
penelitian kualitatif dengan menggunakan
timbul ketika melihat anaknya berjuang
pendekatan fenomenologi interpretif
menghadapi rasa sakit, dan adanya motivasi
(Creswell, 2014).Penelitian ini dilaksanakan
dari orang disekitar membuatnya semangat
di Komunitas Sahabat Anak Kanker Malang
untuk berjuang menghadapi kanker walau
dengan jumlah 5 (lima) orangpartisipan yang
sangat berat dan tidak mudah.
dipilih menggunakan pendekatan purposive
Orang tua merupakan sumber dukungan
sampling. Peneliti memilih dari populasi
utama bagi anak kanker. Masa transisi
sampel yang memenuhi kriteria penelitian
menjadi orang tua dari anak yang sehat
yaitu orang tua yang merawat langsung
menjadi orang tua anak dengan kanker
anaknya. Orang tua yang pernah mendampingi
menuntut perubahan pada kehidupan dan
anaknya menjalani kemoterapi. Orang tua
peran orang tua setelah mendapat diagnosis.
yang mampu bekerjasama dan menceritakan
Orang tua harus mampu merawat diri
pengalamannya dengan baik serta bersedia
mereka sendiri terkait dengan beban
menjadi partisipan. Setelah dilakukan
psikologis yang dialami, orang tua juga
wawancara pada lima partisipan peneliti
bertanggung jawab untuk merawat,
mendidik, menjaga, dan memenuhi menemui kejenuhan data, yang artinya
kebutuhan anaknya. Fenomena ini layak sudah tidak ditemukan lagi variasi data.
tema yaitu: (1) memahami kanker sebagai kesembuhan. Jika kemoterapi tidak
mengalami tekanan secara batin, (3) penyebaran yang berujung kematian. Hal
mengalami krisis dalam kehidupannya, (4) tersebut didukung oleh pernyataan
menilai kanker sebagai kenyataan yang partisipan sebagai berikut:
harus dijalani, (5) berusaha mengatasi krisis P2: “...Ya kan kalau kanker darah
yang dialami, (6) mencari pertolongan dan itu kan kalo nggak di.. kalau nggak
dukungan melalui komunitas, (7) merasa dikemo kan resikonya ya kematian
aman dan mendapat dukungan dari itu. Makin menyebar sakitnya kan
keluarga, sesama orang tua anak penderita itu resikonya kan makin besar gitu”
kanker dan relawan komunitas, (8)
P4: “..Pengobatannya hanya bisa
menemukan harapan baru, (9) merasakan
dengan kemo, jadi ya sementara
perubahan hubungan yang bermakna dan
dokter hanya bisa melakukan kemo,
(10) mengalami perkembangan spiritualitas.
gak ada pengobatan lain..” (p4)
Tema 1: Memahami kanker sebagai
penyakit yang mengancam kehidupan Tema 2: Mengalami tekanan secara batin
kehidupan. Tema ini disusun dari dua sub merasa tertekan secara batin. Tertekan
tema yaitu penyakit yang menyebabkan secara batin berarti partisipan merasakan
kematian dan tidak ada pengobatan lain sesungguhnya merasa sengsara dalam
selain kemoterapi. Sub tema penyakit yang jiwanya. Tema ini dibangun dari sub tema
menyebabkan kematiandiungkapkan oleh merasa tidak tenang, merasa menderita,
partisipan sebagai penyakit yang ganas dan merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan,
mematikan. Hal tersebut didukung oleh merasa kecewa dengan keadaan yang
pernyataan partisipan sebagai berikut: dialami dan merasa lelah dengan keadaan.
Sub tema merasa tidak tenang diungkap-
P1: “...Yang saya tahu kanker itu
kan oleh partisipan melalui ungkapan
kan.... katanya penyakit yang
mematikan. Kan dengar-dengar kata perasan takut, kecemasan dan khawatir
orang kayak gitu, saya takutnya tentang keadaan yang dialaminya seperti
www.jik.ub.ac.id
85
degan. Segala macem. Perasaan saya gak punya, kayak apa yang dijual
itu wes gak karu-karuan gitu. Takut. itu kan nggak punya..”
Sangat takut. Apalagi kan termasuk
Sub tema ke empat yaitu merasa kecewa
kanker ganas”
dengan keadaan yang dialami. Rasa kecewa
P5: “Kan yang saya takutkan masak kecewa diartikan sebagai rasa kecil hati,
saya harus kehilangan anak saya” tidak puas, tidak senang terhadap terhadap
P3: Takutnya itu ya kawatir kalo sesuatu yang tidak sesuai dengan
besar minder Mbak, itu cuman yang harapannya. Ini ditunjukan oleh partisipan
kawatir sekarang.” dalam ungkapan perasaan marah yang
merupakan ungkapan dari rasa tidak senang.
Sub tema merasa menderita dibangun
Pernyataan yang mendukung sub tema ini
dari perasaan sedih yang diungkapkan oleh
disampaikan partisipan dalam cuplikan
partisipan. Sedih erat kaitannya dengan
berikut:
perasaan, rasa pilu dalam hati akibat situasi
yang dialami dan oleh partisipan P5: “Kemaren itu saya kayak, rasane
diekspresikan dengan menangis. Perasaan itu maraaah gitu sama Tuhan itu
menderita disini ditunjukkan dengan kayake marah. Saya itu kayak’e
ungkapan berikut: maraaaah gitu Mbak”
P1: “Waktu itu hanya aku udah P2: “Kalo sebelumnya kan saya gini
nggak kuat ngliat anak saya, nyesel, “Kenapa harus saya yang menderita.
nggak tega, ibaratnya orang nangis Kenapa bukan orang lain? Kenapa
udah nggak keluar air mata waktu harus tiap hari menderita? Gitu.
itu Mbak” Sampek-sampek kayak nggak
percaya sama Tuhan tu. Apa saya
P5: “Sedih nggak karuan wes. Gak
diciptakan cuman untuk menderita?
karuan Mbak, kalo bisa diganti sama
Gitu..”
Mata saya, saya ganti”
Sub tema ke lima yaitu merasa lelah
Sub tema ketiga merasa bingung.
dengan keadaan. Artinya partisipan telah
Bingung memliki arti tidak tahu apa yang
lelah, lelah dalam konteks ini adalah
harus dilakukan. Hal tersebut didukung
kelelahan secara emosional yang merupakan
oleh ungkapan partisipan berikut:
suatu ekspresi dari bentuk perasaan putus
P2: “Temen saya setiap hari cuman
asa dan tidak berdaya, karena suatu hal
satu, ya cuman anak saya itu.
yang ditunjukkan dengan cuplikan berikut:
Makanya kalau ada apa-apa saya
P2: “Soalnya kalok ngrasakne itu ya
udah bingung, saya nggak tau
capek Mbak kadang-kadang itu...”
gimana caranya”
P5: “Kadang sumpek Mbak. Sumpek.
P3: “Apa yang mau saya buat biaya
Pikiran itu sumpek kalo apa-apa.
perawatan ke Rumah Sakit itu apa
Makanya itu saya itu sensitif..”
gitu. ya bingung, orang tua juga
www.jik.ub.ac.id
87
ya saya cobak nerima. Misale ya.. sudah saya lakukan itu. Saya
sewaktu-waktu dia gak ada.” setujui itu (kemoterapi)”
P4: “Dokter hanya bisa melakukan
Tema 4: Menilai kanker sebagai
kemo, gak ada pengobatan lain, gitu
kenyataan yang harus dijalani
dokter bilang. Ya saya biang ya ndak
Tema ini dibangun berdasarkan pengalaman papa dokter kalau memang itu
partisipan yang menilai bahwa peristiwa pengobatannya ya gimana lagi”
yang dialaminya merupakan ujian yang
Sub tema kedua adalah memotivasi diri
nyata dari Tuhan. Sehingga ia merasa harus
memiliki arti melakukan dorongan yang
bisa melaluinya. Kenyataan sendiri memiliki
secara sadar dilakukan oleh partisipan untuk
arti sesuatu hal yang benar-benar nyata dan
mencapai tujuan kesembuhan anak.Hal
dirasakan oleh partisipan. Dalam konteks
tersebut didukung oleh pernyataan
ini kanker dirasakan begitu nyata sebagai
partisipan sebagai berikut:
teguran dan cobaan. Hal tersebut didukung
oleh pernyataan partisipan sebagai berikut: P3: “Pokok wes kudu kuat, kudu
tegar. Harus Mbak itu, kalo nggak
P1: “Harus bisa nerima ini cobaan,
tegar nanti ya gimana”
Cuma gitu. Teguran dari Yang Maha
Kuasa, gitu aja.” P5: “Berusaha untuk kuat, demi anak
P4: “Anak kan amanah Mbak. Saya wes, ben tetep semangat. Harus
nasnya. Dia sudah dicatet jadi anak semangat.. Gak boleh ngersulo..”
Orang tua mencari pertolongan dan P2: “ternyata setelah liat nggak
dukungan dengan berbagi informasi dan cuman saya yang dikasih begini,
pengalaman dengan orang tua anak banyak yang lain juga, jadi nggak
penderita kanker lain dan juga relawan ngerasa sendirian, jadi lebih tenang.”
komunitas.Pernyataan ini disusun dengan P3: “Terus kalok sabtu itu temen-
dua sub tema yaitu mencari informasi dan temen dari sahabat anak jugak
berbagi dukungan.. Hal tersebut didukung dateng gitu seneng ada yang
oleh ungkapan partisipan berikut: perhatiin.”
P2: “Kan kadang-kadang kalau saya P5: “...saling menguatkan mbak. Kita
bingung mau ngapain gitu, terus ada itu ndek sana itu kayak keluarga
yang ngasih tau itu. Saya tanya-tanya udah, saya itu ndek sana anu beda
juga ada yang ngasih tau itu. Kan gitu orang-orangnya itu lo yang
semuanya itu kalau udah satu sama-sama hemato itu pasti saling
ruangan kan akrab. Saling menguatkan. Misalnya kalo ada apa-
www.jik.ub.ac.id
89
itu yawis harapan jadi semakin mengalami perubahan secara batiniah, yang
besar.” didasarkan pada sub tema satu yaitu tahan
P4: “Saya bilang dalam hati gini, menghadapi cobaan. Sub tema ini memiliki
mereka bisa masa saya gak bisa. Saya arti bahwa partisipan mengalami perubahan
harus bisa. dari yang awalnya kurang sabar dalam
menghadapi suatu hal menjadi lebih sabar
Tema 9: Merasakan perubahan dan berusaha menerima keadaan. Selain itu
hubungan yang bermakna perkembangan spiritualitas juga ditunjukkan
Tema ini disusun oleh sub tema partisipan dengan sub tema dua yaitu
peningkatan hubungan interpersonal yang perubahan religiusitas, meliputi adanya
memiliki arti bahwa, orang tua mengalami perasaan semakin dekat dengan Tuhan dan
keluarga, dan sesama orang tua anak partisipan. Hal ini didukung oleh pernyataan
hubungan dengan anak dengan meningkat- P5: “Yo merasa lebih sabar lebih
kan waktu bersama anak, merasa lebih kuat, imannya jugak. Nggak kayak
menyayangi dan perhatian terhadap anak. dulu gitu lo. Kalok dulu kayake
Perubahan ini juga didukung dengan adanya kurang anuu gitu”)
perasaanlebih dekat dengan orang tua anak P1: “Ya perubahannya ada, kan
lain, perasaan lebih terbuka dan perasaan kemarin masih bolong-bolong
senasipmenjadikan orang tua merasakan solatnya, sekarang udah tak
hubungan sosial yang lebih bermakna. Hal usahakan nggak sampek bolong gitu
ini didukung oleh pernyataan partisipan aja. Supaya Tuhan itu mendengar
sebagai berikut: doa saya, itu aja.”
P4: “sekarang kan sehari semalam Sub tema ketiga yaitu perubahan
sama saya. Jadi lebih banyak waktu, pandangan hidup. Yang artinya partisipan
sekarang, saya jadi lebih perhatian melihat kehidupan dengan sisi yang berbeda
saoal susunya, makannya, gitu” dari sebelumnya. Partisipan memiliki pikaran
P2: “dulu itu saya tertutup orangnya yang lebih positif dengan pandangan bahwa
dulu. Tapi ya itu kadang-kadang kan setiap kekurangan pasti ada kelebihan,
bisa jadi sumpek gitu. Kalo sekarang mempercayai bahwa dirinya dan anaknya
bisa apa namanya curhat itu kan merupakan orang-orang pilihan Tuhan. Hal
ada yang ngasih masukan, gitu ini didukung oleh pernyataan partisipan
ngasih solusi” sebagai berikut:
www.jik.ub.ac.id
91
diri terhadap efek negatif dari stres pasca kehidupan setelah ia mengalami cobaan
trauma pada kualitas hidup seseorang dalam hidupnya.
(Morrill et al., 2008). Dalam penelitian ini Germann et al. (2015) mengatakan
orang tua menilai situasi yang dialaminya dalam penelitiannya bahwa harapan dapat
adalah merupakan teguran dari Tuhan yang menjadi koping yang baik untuk mengatasi
harus ia jalani. Sehingga ia berusaha tekanan psikologis akibat kanker sehingga
menerima dan menjalaninya dengan dapat berkembang menjadi psikogis yang
mengusahan kesembuhan anaknya. positif. Hullmann et al. (2014) mengatakan
Wong dan Chan (2006) dalam studinya harapan sangat erat kaitannya dengan PTG,
mengatakan bahwa reaksi awal orang tua semakin tinggi harapan maka PTG yang
saat menerima diagnosis kanker untuk terjadi lebih besar. Orang tua yang lebih
anaknya adalah syok, cemas dan penolakan. mengapresiasi harapan lebih tinggi akan
Namun orang tua akan dengan cepat memiliki pengalaman kehidupan yang lebih
menerima kenyataan dan menganggap besar akibat anker anak karena mereka lebih
penyakit anak mereka sebagai nasib yang mampu untuk menemukan manfaat dari
harus diterima. Sehingga orang tua pengalaman kanker daripada mereka yang
membangun suatu keyakinan bahwa mereka lebih rendah tingkat harapannya.
harus mampu merawat dan mencari Dalam proses yang melibatkan orang-
dukungan untuk mengatasi situasi yang ia orang disekitarnya inilah orang tua akan
alami. Selama proses ini orang tua belajar merasakan peningkatan dalam hubungan
dari orang-orang disekitarnya. Orang-orang dengan sosialnya. Ia akan merasa lebih dekat
sekitar yang dimaksud adalah keluarga, dan intim dengan orang-orang disekitarnya,
orang tua sesama anak penderita kanker, merasa diterima dan memiliki hubungan
dan relawan sahabat anak kanker. Dukungan yang berarti. Keadaan ini menyebabkan
ini membuat orang tua semakin kuat dan orang tua lebih menghargai hubungan dan
merasa bahwa dirinya tidak sendirian. kehidupan yang bermakna. Orbuch et al.,
Zhang, et al. (2014) dalam penelitian (2005) yang mengatakan bahwa hubungan
PTG yang dilakukan menghasilkan bahwa interpersonal sangat penting untuk
aspek kesempatan baru dan hubungan kesejahteraan fisik dan psikologis orang tua
dengan orang lain berpengaruh signifikan dan anak.Kondisi ini erat kaitannya dengan
terhadap Post Traumatic Growth. Dukungan proses perubahan spiritualitas yang dialami
sosial merupakan komponen kunci melalui orang tua.. Selain merasakan perubahan
keluarga, teman, dan hubungan terapetik dalam hubungan sosial, orang tua juga kana
dalam mencapai PTG (Moran.S; Burker. E; mengalami peningkatan psiritualitasnya.
Schmidt.J, 2012). Orang tua menemukan Dalam Darby (2014) dikatakan bahwa
harapan kehidupan yang baru setelah ia keyakinan agama adalah sumber kekuatan
mengalami krisis. Orang tua akan menata dan harapan Selama proses usaha keluar
ulang pandangan hidupanya, mencoba dari krisisnya, orang tua banyak melibatkan
menerima keadaan yang dialaminya dan spiritualitas dengan mendekatkan diri ke
www.jik.ub.ac.id
93
Brajkovi?. 2010. Psychological problems Treatment, Care and Rehabilitation. doi:
of patients with cancer. Psychiatria 10.1007/s11136-011-0072-8
Danubina. Vol. 22. No.2 Lancet 357, 670. Dixon-Woods M, Findlay M,
Hullmann, Fedele DA, Molzon ES, Mayes Young B. 2011. Parents’ perceptions of
S, Mullins LL. 2014. Posttraumatic growth obtaining a diagnosis of childhood
and hope in parents of children with cancer can include experiences of
Orbuch, Terri L., Parry, Carla., Chesler, Mark., experienced childhood abuse: Under-
www.jik.ub.ac.id
95