Sistem ini bekerja berdasarkan Hukum Pascal, yaitu ketika suatu zat cair
dikenakan tekananan pada ruangan tertutup, maka tekanan itu akan diteruskan ke
segala arah dengan sama besar. Dan juga Hukum Bernoulli yang bunyinya aliran
(flow) dan tekanan (pressure) selalu berbanding terbalik. Jika aliran terhambat,
maka terjadi tekanan dan jika aliran tinggi, maka tekanannya rendah.
Mudah terbakar
Program Studi Teknik Aeronautika 6
Tidak beracun
Berguna sebagai pelumas
Tidak bersifat merusak
1. Keuntugan :
2. Kelemahan :
Sistem hidrolik memerlukan bagian dengan tingkat presisi yang sangat
tinggi.
Membutuhkan perawatan yang intensif.
Harganya sangat mahal.
Seal pada sistem hidrolik digunakan untuk mencegah kebocoran dari suatu
sistem yang bergerak secara respirokal (naik dan turun).
Program Studi Teknik Aeronautika 7
Hydaurlic seal diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu dynamic seal dan
static seal.
Actuator pada landing gear berfungsi sebagai pengendali dari landing gear
untuk melakukan retract atau extend yaitu gerakan untuk menarik atau mendorong
landing gear ke dalam dan keluar wheel well kompartemen.
Program Studi Teknik Aeronautika 9
A. Posisi Up
Ketika control lever landing gear digerakan keposisi “up”, internal circuit pada
selctor valve akan mengalirkan tekanan dari sistem hidrolik yang digunakan
untuk :
Unlocking dan opening wheel well doors (melalui unlock dan doors
actuator).
B. Posisi Off
Semua komponen hidrolik pada landing gear yang termasuk pada sistem “up”
and “down” akan terhubung pada return line. Pada keadaan ini landing gear
akan dikunci secara mekanis oleh uplock mechanim.
C. Posisi Down
Jika landing gear control lever digerakan keposisi “down”, tekanan dari sistem
hidrolik akan dirilis oleh internal circuit pada selector valve yang digunakan
untuk :
Unlocking uplock.
Kata perawatan diambil dari kata yunani terein yang artinya merawat,
menjaga dan memelihara. Arti kata perawatan (maintenance) itu sendiri sesuai
CASR 43 ialah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk memastikan continues
airworthiness dari pesawat. Diantaranya overhaul, inspection, replacement, defect
rectification, dan modification or repair.
Line Maintenance
Line maintenance dilakukan di line stations atau pada flight line dari airlines
base station. Line maintenance terdiri dari routine tasks dengan interval
rendah seperti servicing, cleaning, refueling, dan inspeksi ringan. (GMF
Learning Services,2015, 21.1 : 4)
Base Maintenance
Base maintenance dilakukan di airlines maintenance base. Base maintenance
merupakan “Fix-Oriented” karena pada base maintenance memiliki tenaga
kerja (man power) dan fasilitas yang memadai untuk melakukan semua jenis
pekerjaan. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 5)
Minor Maintenance
Minor maintenance dilakukan selama 24 jam atau kurang. Biasanya mencakup
pekerjaan maintenance rutin hingga A-Check dan menghasilkan non routine
task. Berdasarkan pada maintenance program yang digunakan, minor
maintenance juga mencakup beberapa C-Check yang dilakukan di line station
atau base station. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 5)
Intermediate Maintenance
Intermediate maintenance terdiri dari beberapa C-Check tasks yang
membutuhkan ground time hingga tujuh hari. Besar atau kecilnya interval
pada setiap tasks dapat dioptimalkan untuk menyelesaikan setiap pekerjaan
dan ground time yang tersedia. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 5)
terhadap tindakan maintenance dan cara tindakan perawatan yang ditetapkan untuk
komponen dan sistem tersebut. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 5)
A. Process-oriented Maintenance
Secara umum, hard time adalah removal dari sebuah komponen pada
interval yang sudah ditentukan, biasanya ditentukan dalam begitu banyak flight
hours atau flight cycles atau juga dapat menggunakan calendar time. On-condition
memiliki arti bahwa item tersebut akan diperiksa pada interval tertentu (in hours,
cycles atau calendar time) untuk menentukan serviceability. Condition monitoring
melibatkan pemantauan dari failure rates, dan lainnya untuk memfasilitasi
maintenance planning. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 11)
1. Hard Time
Hard time juga diterapkan pada komponen yang memiliki efek merugikan
langsung pada safety dan reliability degradation. Sebagai contoh yaitu, structure
inspection, landing gear overhaul, dan replacement life-limited engine parts. Selain
itu, mechanical linkages actuator, hydraulic pump dan motor, electric motor dan
generator, serta komponen serupa yang mengalami siklus keausan juga
dikategorikan pada hard time dan untuk komponen yang sekali pakai juga sangat
ekonomis dikategorikan pada hard time. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 11-
12)
2. On-Condition
b) Control cables
3. Condition Monitoring
Proses condition monitoring diterapkan ketika proses hard time dan proses on-
condition juga diterapkan. Proses condition monitoring mencakup monitoring
failure rates dan removal dari sebuah komponen atau sistem yang tidak memiliki
lifetime yang pasti. Condition monitoring bukanlah tindakan task yang sesuai untuk
mengevaluasi life expectancy dari sebuah item condition monitoring serta tidak
terdapat persyaratan untuk penggantian komponen tersebut sebelum mengalami
kerusakan. Tidak tersedianya waktu atau standar yang digunakan untuk mengontrol
item CM karena komponen-komponen tersebut tidak memiliki perlengkapan seperti
itu. Oleh karena itu, komponen condition monitoring dioperasikan sampai
kegagalan atau kerusakan terjadi dan penggantian komponen condition monitoring
merupakan unscheduled maintenance. (GMF Learning Services,2015, 21.1 : 14)
a) Item CM tidak memiliki efek merugikan secara langsung pada safety ketika
mengalami kegagalan, misalnya pesawat harus tetap terbang dan dapat landing
dalam kondisi aman. Secara umum, item CM hanya memiliki efek tidak
langsung terhadap keselamatan.
b) Item CM tidak boleh memiliki fungsi teersembunyi (yaitu kerusakan yang tidak
dapat dideteksi oleh crew) yang kegagalannya mungkin merugikan langsung
terhadap keselamatan. Namun jika terdapat fungsi tersembunyi dan ketersediaan
atau pengoperasian fungsi tersebut dapat diverifikasi oleh scheduled operational
test atau non measurement test lain yang dilakukan oleh flight crew atau
maintenance crew, maka item tersebut masih boleh untuk digunakan.
Penerapan yang paling tepat dari proses condition monitoring adalah sistem
kompleks seperti pada avionic dan komponen elektronik, dan komponen atau sistem
lainnya yang tidak ada cara untuk memprediksi kegagalan. Komponen dan sistem
yang cocok untuk CM adalah peralatan navigasi dan komunikasi, lights, instruments
dan komponen lainnya. Dalam dunia aviasi, condidion monitoring sering digunakan
pada komponen dimana tidak memiliki efek serius pada keselamatan pesawat.
Seperti contohnya coffe maker, toilet, dan in flight entertainment. (GMF Learning
Services,2015, 21.1 : 15)
B. Task-oriented Maintenance
f. Visual Check
Observasi untuk menetukan apakah ada kelainan pada item atau komponen
dan membandingkan dengan kondisi standar.
g. Restoration
Pekerjaan yang diperlukan untuk mengembalikan suatu item atau komponen
pada standar tertentu. Pekerjaan tersebut bervariasi mulai dari cleaning,
sampai penggantian part hingga overhaul.
h. Discard
Removal dari sebuah item pada batas lifetime yang telah ditentukan.
1) Transit Checks
Yaitu pemeriksaan yang dilakukan saat pesawat sedang transit pada station
tertentu yang dilakukan setiap 50 flight hours. Apabila tidak ditemukan
kerusakan dan semua sistem berfungsi dengan baik, maka dilanjutkan dengan
mengisi Aircraft Maintenance Log Book.
2) Daily Check
Pemeriksaan yang dilakukan sekali dalam kurun waktu 24 jam setelah pesawat
menerima daily check sebelumnya dan dilakukakn setelah pesawat berada di
ground selama minimal 4 jam setiap harinya. Pemeriksaan pada daily check ini
meliputi pemeriksaan secara visual pada komponen seperti pada landing gear,
flight control, serta pada beberapa sistem seperti cabin pressure, sistem hidrolik,
sistem brake dan juga memeriksa pesawat dari bahaya Foreign Object Damage
(FOD) yang dapat mempengaruhi safety pesawat.
Program Studi Teknik Aeronautika 28
3) Weekly Check
Pemeriksaan yang dilakukan setiap 7 hari. Before departure daily check yang
disertai operational check dan cabin maintenance termasuk dalam task weekly
check.
3) A-Check
Pemeriksaan ini dilakukan setiap 400 – 600 flight hours atau 200 – 300 flight
cycles. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan di hangar sedikitnya selama 10
jam. Pelaksanaan sebenarnya bergantung dengan jenis pesawat, jumlah
pergerakan, atau jumlah jam terbang setelah pemeriksaan terakhir.
Pemeriksaan dapat di tunda oleh maskapai apabila beberapa kondisi yang
ditentukan sebelumnya terpenuhi. (Kinnison : 2011)
4) C-Check
Pemeriksaan ini dilakukan kira-kira setiap 20-24 bulan atau pada jumlah flight
hours tertentu seperti yang ditetapkan oleh tiap manufaktur dari pesawat.
Pemeriksaan perawatan ini mengharuskan sebagian besar komponen untuk
dilepas dan diperiksa. Perawatan ini harus dilakukan dihangar sesuai dengan
basis perawatan yang berbeda. Waktu yang dibutuhkan untuk proses perawatan
ini antara 1 - 2 minggu dan membutuhkan tenaga hingga 6000 jam kerja.
Jadwal pemeriksaan tergantung pada banyaknya faktor dan komponen yang
diperiksa, dan bergantung pada jenis pesawat. (Canaday : 2015)
Permeriksaan jenis ini merupakan yang paling luas dan paling berat bagi sebuah
pesawat. Pemeriksaan ini dilakukan kirra-kira tiap enam sampai sepuluh tahun
sehingga membuat hampir semua bagian pesawat dibongkar untuk di inspeksi
dan diteliti. Bahkan cat juga harus di lepas menggunakan paint remover untuk
inspeksi lebih lanjut pada bagian badan pesawat. Pemeriksaan ini membutuhkan
hingga 50000 jam kerja dan dua bulan untuk selesai, tergantung pada jenis
pesawat dan jumlah personil yang terlibat (www.lufthansa-technik.com).
Pemeriksaan ini juga membutuhukan tempat yang paling luas sehingga harus
dilakukan di base perawatan yang tepat. Sulitnya persyaratan dan besarnya usaha
Program Studi Teknik Aeronautika 29
yang dibutuhkan membuat pemeriksaan ini menjadi yang paling mahal, dengan
biaya penyelenggaraan sekali D-check ,menghabiskan dana hingga puluhan milyar
rupiah.
Karena kondisi dan biaya pemeriksaan ini, sebagian besar maskapai terutama
yang memiliki armada besar harus merencanakan D-check bagi pesawatnya setahun
sebelumnya. Sering kali pesawat yang lebih tua pada beberapa maskapai tertentu
akan disimpan dan dibesituakan sebelum mencapai D-check berikutnya, kerena
besarnya biaya bila dibandingkan dengan nilai pesawat. Rata-rata, sebuah pesawat
komersial akan menjalani tiga D-check sebelum dipensiunkan.
Hal ini terbukti bahwa inpeksi yang terjadwal secara teratur dan preventive
maintenance menjamin suatu kelaikan udara. Kegagalan operasional dan malfungsi
peralatan akan berkurang jika kita melakukan tindakan preventif. Inspeksi airframe
dan engine dapat berkisar dari inspeksi preflight hingga inspeksi mendetail.
Interval waktu untuk periode inspeksi bervariasi berdasarkan model pesawat dan
jenis pengoperasian pesawat. Instruksi dari pabrik airframe dan engine harus di
konsultasikan saat menetapkan interval inspeksi. (GMF Learning
Services,2015,21.3 : 4)
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode untuk
menganalisa penyebab dari sebuah masalah atau suatu kondisi. Sering juga diagram
ini disebut dengan diagram sebab-akibat atau cause effect diagram. Penemunya
adalah Professor Kaoru Ishikawa, seorang ilmuwan Jepang yang juga alumni teknik
kimia Universitas Tokyo, pada tahun 1943. Sehingga sering juga disebut dengan
diagram Ishikawa.
Program Studi Teknik Aeronautika 31
Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan untuk :
1. Mengidentifikasi akar penyebab dari suatu permasalahan.
2. Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu
masalah.
3. Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut.
1. Mengidentifikasi Masalah
Identifikasikan masalah yang sebenarnya sedang dialami. Masalah utama yang
terjadi kemudian digambarkan dengan bentuk kotak sebagai kepala dari fishbone
diagram. Masalah yang diidentifikasi yang akan menjadi pusat perhatian dalam
proses pembuatan fishbone diagram.