Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerbangan adalah salah satu bidang industri yang perkembangannya sangat


pesat seiring dengan perkembangan teknologi. Teknologi membuat pesawat menjadi
semakin canggih dan cepat. Hal ini menimbulkan masalah baru yaitu pesawat harus
dapat berhenti dengan cepat di berbagai kondisi landasan, misalnya panjang landasan
yang pendek atau landasan yang licin akibat hujan atau salju.

Normalnya pengereman pada pesawat dilakukan menggunakan braking system,


selain itu pesawat juga menggunakan thrust reverser sebagai alat bantu sistem
pengereman. Thrust reverser merupakan sebuah sistem yang dapat membalikan engine
thrust dari engine fan air exhaust ke depan, aksi ini dapat menyebabkan pembalikan
thrust dan menimbulkan drag sehingga membuat kecepatan pesawat berkurang.
Pendaratan pesawat dengan menggunakan thrust reverser membuat jarak pegereman
pesawat pada landasan berkurang. Thrust reverser juga berfungsi untuk
menyeimbangkan pesawat dan mencegah skidding saat landing ketika kondisi landasan
licin.

Akhir-akhir ini terdapat beberapa laporan dari pilot mengenai kegagalan sistem
thrust reverser terutama pada pada pesawat Boeing 737-800. Banyaknya kegagalan
pada sistem ini membuat sistem pengereman pesawat menjadi terganggu dan dapat
membahayakan penumpang dan kru pesawat terutama pada landasan basah atau
landasan pendek. Untuk itu agar sistem kembali bekerja dengan baik, diperlukan
evaluasi dari kerusakan system thrust reverser sehingga dapat diterapkan maintenance
yang tepat dan Airworthiness. Maka dari itu, perlu kami angkat menjadi tema “Studi
Kasus Sistem Thrust Reverser Dan Penanggulangan Masalahnya Pada Pesawat
Boeing 737-800”

1
1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang umumnya terjadi pada thrust reverser B737-800, evaluasi


kerusakan dan cara penanggulangannya menurut aircraft maintenance manual
(AMM).

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang dibahas pada tugas akhir ini adalah:

1. Sistem kerja thrust reverser B737-800.


2. Kegagalan sistem yang umumnya terjadi pada thrust reverser B737-800.
3. Evaluasi kegagalan dan rekomendasi maintenance action.
4. Penanggulangan masalah pada thrust reverser.
5. Dalam tugas akhir ini, tidak membahas tentang hydraulic system dan braking
system.
6. Tidak membahas kerusakan pada Reverser cowl/Aircraft structure akibat
kerusakan system reverser.

1.4 Tujuan Penulisan

1. Dapat menentukan penyebab terjadinya kegagalan pada sistem thrust reverser.


2. Dapat melakukan perbaikan pada sistem thrust reverser B737-800.
3. Dapat melakukan perawatan pada thrust reverser B737-800.

1.5 Manfaat Penulisan

1. Memahami lebih dalam mengenai sistem thrust reverser B737-800.


2. Dapat mengetahui kegagalan yang sebenarnya terjadi dan menarik kesimpulan.
3. Dapat mengaplikasikan prosedur yang tertulis di Aircraft Maintenance Manual
jika terjadi kegagalan sistem pada thrust reverser B737-800.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan yang akan dibahas pada tugas akhir ini mengenai:

2.1 Thrust Reverser


2.2 Komponen Thrust Reverser B737-800
2.3 Sistem Thrust Reverser B737-800

2.1 Thrust Reverser

Thrust reverser terletak pada bagian exhaust engine. Sistem ini merubah arah
aliran dari fan air exhaust untuk membantu membuat reverse thrust. Pilot
menggunakan thrust reverser untuk memperlambat pesawat setelah mendarat atau
sedang melakukan rejected takeoff (RTO). Arah aliran turbine exhaust tidak berubah
saat reverse thrust diaktifkan.

Sistem thrust reverser memiliki electro-hydraulic control system dan


indicating system. Terdapat 2 thrust reverser pada setiap pesawat. Untuk thrust
reverser 1 dipakai oleh engine 1 (kiri) dan thrust reverser 2 untuk engine 2 (kanan).

3
Gambar 2.1 Letak thrust reverser pada pesawat

Aircraft Maintenance Manual B737-800 ATA 78

Thrust reverser dipakai dalam penerbangan komersial untuk:

 Membantu dalam pengereman dan kontrol terarah saat pendaratan


normal, mengurangi keausan rem pada disc brake.
 Membantu pengereman saat landasan bersalju atau basah. Mengurangi
peluang tergelincir.
 Membalikkan pesawat keluar dari tempat parkir, namun hal ini sangat
berbahaya karena memungkinkan adanya gas panas dan terjadi FOD
(Foreign Object Damage). Sangat jarang sekali terjadi.

Thrust reverser umumnya memutar aliran udara sampai 135o. Udara diarahkan
45o kedepan. Reverse thrust pada turbo jet terbatas pada sekitar 80% power, kurang
pada beberapa mesin high bypass, disebabkan oleh keterbatasan struktural dari
reverser. (Module 11, Gas Turbine Engine,2016)

4
Gambar 2.2 Efisiensi Penggunaan Thrust Reverser Saat Landing

Sumber: Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 10-


Aircratft System Rev. 0:Aug 19,2015

Setiap jenis pesawat memiliki jenis thrust reverser yang berbeda beda,berikut
adalah jenis thrust reverser pada pesawat terbang:

a. Clamshell Door Thrust Reverser

Digunakan pada mesin pure jet dan menggunakan sistem low bypass.
Clamshell door digunakan untuk membelokkan aliran udara panas dan
dialirkan ke cascade vane dan blocker doors pada aliran udara dingin.
(Boeing 727 JT8D)

5
Gambar 2.3 Clamshell Door Thrust Reverser

Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 11, Gas Turbine
Engine,2016 Rev. 0:Aug 25,2016

b. Bucket Doors
Bucket doors adalah variasi dari sistem clamshell door. Perbedaannya
terletak pada door yang berada diluar. Saat thrust reverser lever ditarik
oleh pilot, actuator menggerakkan bucket door sehingga bucket door
menutup gas panas dari exhaust dan membelokkannya kedepan. Jenis
ini biasanya terlihat pada mesin turbojet dan low bypass.

6
Gambar 2.4 Bucket Doors Thrust Reverser

Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 11, Gas Turbine
Engine,2016 Rev. 0:Aug 25,2016

c. Cascade Vanes and Blocker doors


Digunakan pada mesin high bypass. Saat thrust reverser
diaktifkan, translating cowl bergerak kebelakang (deploy). Keterkaitan
antara translating cowl dan blocked doors menggerakan door untuk
menutup aliran udara bypass dan mengalihkannya keluar melalui
cascade yang akan mengalihkan aliran udara tersebut kedepan,
sehingga pesawat melambat.
Aliran udara panas tidak terpengaruh pada sistem ini, hanya
memberikan 20% gaya dorong dan tidak akan menjadi masalah. Udara
pada sistem ini dibelokkan kedepan sekitar 45°.

7
Gambar 2.5 Casecades Vanes Thrust reverser

Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 11, Gas Turbine
Engine,2016 Rev. 0:Aug 25,2016

2.2 Komponen Thrust Reverser B737-800

Pesawat Boeing 737-800 menggunakan thrust reverser jenis cascade. Setiap


thrust reverser mempunyai half left dan half right. Tiap half mempunyai translating
sleeve yang berfungsi menggerakkan reverse thrust kebelakang (deploy). Kedua
sleeves pada tiap thrust reverser bekerja pada waktu yang sama, tetapi tidak bergantung
satu sama lain. Diperbolehkan satu sleeve untuk bergerak sebelum yang lainnya, tetapi
tentunya memiliki limitasi waktu pada saat deploy/stow. Sleeve stuck disebabkan
adanya perbedaan gesekan antara toleransi bagian inboard dan outboard thrust
reverser sleeve.

Berikut adalah komponen thrust reverser pada tiap half beserta fungsinya:

1. Translating sleeve
Saat posisi stow, komponen ini berfungsi untuk melindungi
cascades dan komponen internal pada thrust reverser, serta mengontrol

8
aliran udara dari fan air exhaust. Saat posisi deploy, berfungsi untuk
menampakkan cascades dan menggerakan blocker door agar menutup
aliran udara dari fan air exhaust.
2. Hydraulic actuator dan sync shaft
Hydraulic actuator menggerakan translating sleeve saat
pengoperasian posisi deploy dan stow. Sedangkan sync shaft membuat
hydraulic actuator bergerak extend dan retract pada kecepatan yang
sama.

Terdapat 2 jenis hydraulic actuator dalam thrust reverser yaitu


locking actuator dan non-locking actuator. Locking actuator berfungsi
sebagai locking saat posisi stow dan unlock saat posisi deploy.

3. Cascades
Mengontrol aliran udara dari fan air exhaust saat posisi deploy.
Hal ini menyebabkan reverse thrust. Cascade juga berfungsi
memberikan kekuatan struktur pada thrust reverser.
4. Blocker doors
Merubah arah aliran udara dari fan air exhaust saat posisi
deploy. Saat posisi stow, blocker door menjadi bagian dari fan duct
outer wall.
5. Blocker doors drag links
Menghubungkan blocker doors ke inner fan duct wall.
6. Thrust reverser opening actuator
Berfungsi membuka thrust reverser cowl. 1 engine mempunyai
2 opening actuator. Setiap actuator membuka cowl sekitar 45○.
Dioperasikan menggunakan hand pump.
7. Krueger flap deflector (inboard halves only)
Memisahkan antara inboard leading edge (krueger) flap dan
inboard thrust reverser outer skin saat inboard leading edge dalam

9
keadaan extend atau saat thrust reverser dalam keadaan terbuka
(deploy).
8. Rubstrip
Berinteraksi dengan translating sleeve dan engine fan cowl.
9. Tension latches
Menahan thrust reverser half.
10. Fire seals
Mencegah api mengenai komponen thrust reverser, engine fan,
komponen yang berada di area engine fan case, dan engine strut.
11. Insulation blanket
12. Torque box, innerwall dan aft cascade support ring
13. Access doors
Mendapatkan akses ke thrust reverser hydraulic actuator aft
attach point dan memberikan jalur keluar udara dari fan air exhaust jika
melewati bullnose seal saat keadaan stow.
14. Upper and lower sliders and tracks
15. Main and auxilarry track liner

Menahan sliders sehingga dapat membuat translating sleeve


bergerak kedepan dan kebelakang.

16. Upper and lower auxiliary track slider


Membuat translating sleeve bergerak kedepan dan kebelakang
dalam track.
17. Bullnose seal and retainer
Bullnose seal mencegah aliran udara dari fan air exhaust masuk
kedalam bagian thrust reverser translating sleeve ketika thrust reverser
dalam posisi stow. Sedangkan bullnose retainer berfungsi untuk
menahan bullnose seal ke acoustic panel assembly.

10
Gambar 2.7 Komponen thrust reverser

Aircraft Maintenance Manual B737-800 ATA 78

Sleeve berada pada posisi stow ketika posisi thrust reverser lever full forward.
Sleeve berada pada posisi deploy ketika posisi thrust reverser lever full aft. Translating
sleeve mempunyai slider yang membuat sleeve dapat bergerak maju dan mundur dalam
track. Hydraulic actuator adalah komponen penggerak translating sleeve.

Setiap blocker door drag link tersambung pada blocker door pada inner duct.
Drag link membuat blocker door bergerak menutup aliran fan air exhaust saat
translating sleeve bergerak kebelakang. Blocker doors mengubah arah fan air exhaust
menuju cascades. Hal ini menyebabkan reverse thrust. Cascade tidak bergerak.

11
2.3 Sistem Thrust Reverser Boeing 737-800

Thrust reverser mengatur hydraulic power dan electrical power untuk


pengoperasian deploy dan stow thrust reverser translating sleeve. Hydraulic power
diperoleh dari hydraulic system A untuk thrust reverse kiri dan hydraulic system B
untuk thrust reverse kanan. Electrical power yang digunakan sebesar 24/28V DC.
Pesawat dapat menggunakan thrust reverser ketika ketinggian sudah mencapai 10 kaki
(3 meter) dari darat.

Setiap thrust reverser memiliki control valve module yang berfungsi untuk
mengontrol hydraulic power untuk deploy dan stow thrust reverser. Setiap module
mempunyai komponen electrical dan hidrolik yang berfungsi untuk mengontrol aliran
hidrolik menuju thrust reverser hydraulic actuators. Terdapat 2 control valve module
pada pesawat.

Terdapat sistem sync shaft dan sync lock pada control thrust reverser system.
Sync shaft terdapat pada setiap translating sleeve dan berfungsi untuk membuat 3
sleeve actuator beroperasi pada kecepatan yang sama. Sedangkan sync lock
tersambung pada hydraulic actuator pada setiap thrust reverser half. Sync lock harus
unlock agar sync shaft dapat bergerak. Saat pengoperasian thrust reverser, sync lock
akan unlock sehingga hydraulic actuator dapat bergerak ke posisi deploy. Sync lock
dapat dioperasikan secara manual ketika melakukan maintenance.

Engine accessory unit (EAU) berfungsi untuk mengatur thrust reverser saat
posisi stow. EAU menggunakan input dari sleeve proximity sensor untuk auto-restow
logic.

12
Thrust reverser lever mengoperasikan switch pada autothrottle switch pack.
Switch ini berfungsi untuk mengatur sinyal ke engine accessory unit (EAU), sync lock
dan control valve module.

Gambar 2.8 Thrust reverser control system

Aircraft Maintenance Manual B737-800 ATA 78

Berikut adalah sistem gerak thrust reverser secara umum.

Saat thrust reverser deploy, maka:

1. Switch pada autothrottle switch pack mengaktifkan sync lock dan arm
signal kepada thrust reverse control valve module

13
2. Thrust reverser control switch memberikan sinyal untuk deploy melalui
thrust reverser control valve module
3. Thrust reverser control valve module mengirim cairan hidrolik menuju
actuator untuk menggerakkan translating sleeve ke belakang.

Saat thrust reverser stow, maka:

1. Thrust reverser control switch menonaktifkan sinyal deploy ke thrust


reverser control valve module
2. Engine accessory unit (EAU) secara otomatis mengulang stow circuit
test
3. Switch pada autothrottle switch pack mengirim arm signal dan stow
signal melalui EAU kepada thrust reverser control valve module
4. Thrust reverser control valve module mengirim cairan hidrolik yang ada
didalam actuator untuk menggerakkan translating sleeve kembali ke
posisi stow
5. Sync lock mulai beroperasi setelah 18 detik

Auto-restow terjadi ketika:

1. EAU menerima input dari proximity sensor pada sleeve yang


memberikan indikasi bahwa sleeve tidak dalam posisi stow atau
terkunci
2. Engine reverse thrust lever dalam keadaan stow

Auto-restow logic biasanya beroperasi selama 10 detik saat


pengoperasian normal thrust reverse

14
Gambar 2.9 Thrust reverser control system – Functional Description – Deploy/stow
hydraulic flow

Aircraft Maintenance Manual B737-800 ATA 78

Berikut adalah sistem kontrol thrust reverser menggunakan sistem hidrolik.

Saat posisi deploy:

Arm dan deploy solenoid akan aktif ketika thrust reverser lever ditarik
ke belakang. Hal yang akan terjadi ketika arm solenoid aktif dan hydraulic
power tersedia untuk thrust reverser control valve module:

1. Hydraulic control valve yang berdekatan dengan arm solenoid,


menggerakkan spring dan hydraulic fluid melewati valve dan
menuju hydraulic isolation valve (HIV)

15
2. HIV bergerak ke arm position (keatas)
3. Hydraulic power tersedia pada directional control valve (DCV)
4. Hydraulic fluid mengalir melewati open manual shutoff valve lalu
menuju rod side thrust reverser actuator.

Deploy seenoid aktif setelah sync lock menerima sinyal untuk unlock.
Hal yang akan terjadi ketika deploy solenoid aktif dan hydraulic power tersedia
untuk thrust reverser control valve module:

1. Hydraulic control valve yang berdekatan dengan deploy solenoid


menggerakkan spring dan hydraulic fluid melewati DCV.
2. DCV bergerak ke deploy position.
3. Hydraulic fluid mengalir melewati DCV dan menuju ke head side
dan rod side pada setiap thrust reverser actuator piston.
4. Setiap mekanisme locking actuator terlepas

Hydraulic pressure pada kedua sisi actuator piston sama rata, tetapi
area permukaan pada head side lebih besar daripada rod side. Gaya yang besar
pada head side menyebabkan actuator piston dapat extend.

Ketika actuator dalam posisi extend, fluida pada rod side actuator
bergerak menuju manual shutoff valve dan bercampur dengan fluida yang akan
bergerak ke head side.

Saat posisi stow:

Arm dan stow solenoid akan aktif jika thrust reverse lever dikembalikan
pada posisi awal ke posisi stow.

Hal yang akan terjadi jika arm solenoid aktif dan hydraulic power
tersedia untuk thrust reverser control valve module:

16
1. Hydraulic control valve yang berdekatan dengan arm solenoid tetap
berada pada spring.
2. Hydraulic power menjaga HIV tetap pada arm position.
3. Hydraulic power tersedia pada directional control valve (DCV)
4. Hydraulic system pressure tetap pada rod side thrust reverser
actuator.

Ketika stow solenoid diaktifkan, maka:

1. Hydraulic control valve yang berdekatan dengan stow solenoid


menggerakkan spring dan hydraulic fluid melewati DCV
2. DCV bergerak dari posisi deploy ke posisi stow (kebawah)
3. Hydraulic pressure pada head side menjadi rendah dan fluida
kembali ke airplane hydraulic system melalui shutoff valve dan
DCV.
4. Hydraulic pressure pada rod side menyebabkan actuator dapat
bergerak retract dan membuat posisi thrust reverser stow

17
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Diagram Alir Pembuatan Tugas Akhir

Melakukan wawancara
tentang tema yang ingin
Konsultasi
dibahas dengan
Dengan Pakar instruktur PT. GMF
Aero Asia

Mendapatkan tema yang


Menyusun hasil dari Menentukan Topik akan dibahas pada
penyelesaian masalah laporan Tugas Ahir
dengan tata cara
penulisan yang benar
Berpedoman kepada:
Tinjauan Pustaka 1. AMM
2. FIM
Membuat Laporan Tugas 3. Manual lainnya
Akhir
Observasi Melakukan bimbingan
dan pengambilan data
untuk penyempurnaan
laporan
Penyelesaian Pengolahan &
Masalah Analisa
Mengumpulkan semua
data yang didapatkan
lalu diolah

Flow chart proses pembuatan tugas akhir

18
1. Konsultasi Dengan Pakar
Melakukan konsultasi berupa wawancara kepada instruktur PT. GMF
Aero Asia yang bersangkutan pada bidang engine khususnya sistem thrust
reverser pada pesawat B737-800. Mengajukan pertanyaan berupa sistem kerja,
jenis-jenis kerusakan, dan maintenance action yang berkaitan pada sistem
thrust reverser.

2. Menentukan Topik
Setelah selesai melakukan konsultasi dengan pakar yang bersangkutan,
maka didapatkan yaitu “Studi Kasus Sistem Thrust Reverser Dan
Penanggulangan Masalahnya Pada Pesawat Boeing 737-800”

3. Tinjauan Pustaka
Referensi yang digunakan untuk menunjang tugas akhir ini adalah:

a. Aircraft Maintenance Manual (AMM) ATA 78


b. Fault Isolation Manual (FIM) ATA 78
c. Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook
Module 11 Gas Turbine Engine, Rev. 2016

4. Observasi
Terdapat 2 tahap observasi yaitu:

a. Bimbingan
Melakukan bimbingan dengan instruktur dan karyawan
PT. GMF Aero Asia yang Asia dan tentunya berkompeten dalam
bidang thrust reverser Boeing 737-800. Bimbingan juga
dilakukan dengan dosen Politeknik Negeri Jakarta dalam hal
penulisan tugas akhir, supaya bahasan menjadi terarah, jelas,
dan tidak keluar dari batasan masalah.

19
b. Pengambilan Data
Mengambil data dari unit engineering mengenai
kerusakan yang terjadi pada thrust reverser Boeing 737-800.
Data yang didapatkan berupa tabel kerusakan thrust reverser
dan Aircraft Maintenance Log Book (AML) tentang laporan pilot
mengenai kegagalan sistem thrust reverser.

5. Pengolahan dan Analisa Data


Dari banyaknya data yang sudah didapatkan mengenai thrust reverser,
maka permasalahan yang akan diangkat untuk tugas akhir adalah:

a. Kerusakan yang sering terjadi pada sistem thrust reverser


pesawat Boeing 737-800. Banyaknya kerusakan yang dibahas
pada laporan tugas akhir ini adalah 3 jenis kerusakan.
b. Maintenance action yang tepat untuk menanggulangi
permasalahan tersebut.

6. Penyelesaian Masalah
Menggunakan referensi seperti Aircraft Maintenance Manual (AMM),
Fault Isolation Manual (FIM) dan manual penerbangan lainnya untuk
menemukan penyebab kerusakan sistem thrust reverser dan maintenance
action yang tepat. Setelah masalah sudah terselesaikan, penyelesaian disusun
menjadi laporan tugas akhir.

7. Membuat Laporan Tugas Akhir


Menyusun data, hasil analisa dan penyelesaian masalah menjadi laporan
tugas akhir dengan menggunakan tata bahasa yang baik agar mudah dipahami.

20
BAB IV

JADWAL KEGIATAN

Adapun rencana waktu pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 4.1. Jadwal Kegiatan

Waktu (Bulan ke), x = 1 (satu) minggu


No Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Konsultasi XX X
Dengan Pakar
2. Menentukan XX
Topik
3. Tinjauan Pustaka X X X

4. Observasi XX X X X
5. Pengolahan dan XX XX XX XX XX XX XX XX
Analisa Data
6. Penyelesaian XX XX XX XX XX XX XX
Masalah
7. Membuat Laporan X XX XX XX XX XX XX XX
Tugas Akhir
8. Ujian X

21

Anda mungkin juga menyukai