PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini terdapat beberapa laporan dari pilot mengenai kegagalan sistem
thrust reverser terutama pada pada pesawat Boeing 737-800. Banyaknya kegagalan
pada sistem ini membuat sistem pengereman pesawat menjadi terganggu dan dapat
membahayakan penumpang dan kru pesawat terutama pada landasan basah atau
landasan pendek. Untuk itu agar sistem kembali bekerja dengan baik, diperlukan
evaluasi dari kerusakan system thrust reverser sehingga dapat diterapkan maintenance
yang tepat dan Airworthiness. Maka dari itu, perlu kami angkat menjadi tema “Studi
Kasus Sistem Thrust Reverser Dan Penanggulangan Masalahnya Pada Pesawat
Boeing 737-800”
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Thrust reverser terletak pada bagian exhaust engine. Sistem ini merubah arah
aliran dari fan air exhaust untuk membantu membuat reverse thrust. Pilot
menggunakan thrust reverser untuk memperlambat pesawat setelah mendarat atau
sedang melakukan rejected takeoff (RTO). Arah aliran turbine exhaust tidak berubah
saat reverse thrust diaktifkan.
3
Gambar 2.1 Letak thrust reverser pada pesawat
Thrust reverser umumnya memutar aliran udara sampai 135o. Udara diarahkan
45o kedepan. Reverse thrust pada turbo jet terbatas pada sekitar 80% power, kurang
pada beberapa mesin high bypass, disebabkan oleh keterbatasan struktural dari
reverser. (Module 11, Gas Turbine Engine,2016)
4
Gambar 2.2 Efisiensi Penggunaan Thrust Reverser Saat Landing
Setiap jenis pesawat memiliki jenis thrust reverser yang berbeda beda,berikut
adalah jenis thrust reverser pada pesawat terbang:
Digunakan pada mesin pure jet dan menggunakan sistem low bypass.
Clamshell door digunakan untuk membelokkan aliran udara panas dan
dialirkan ke cascade vane dan blocker doors pada aliran udara dingin.
(Boeing 727 JT8D)
5
Gambar 2.3 Clamshell Door Thrust Reverser
Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 11, Gas Turbine
Engine,2016 Rev. 0:Aug 25,2016
b. Bucket Doors
Bucket doors adalah variasi dari sistem clamshell door. Perbedaannya
terletak pada door yang berada diluar. Saat thrust reverser lever ditarik
oleh pilot, actuator menggerakkan bucket door sehingga bucket door
menutup gas panas dari exhaust dan membelokkannya kedepan. Jenis
ini biasanya terlihat pada mesin turbojet dan low bypass.
6
Gambar 2.4 Bucket Doors Thrust Reverser
Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 11, Gas Turbine
Engine,2016 Rev. 0:Aug 25,2016
7
Gambar 2.5 Casecades Vanes Thrust reverser
Basic Aircraft Maintenance Training Manual Handbook Module 11, Gas Turbine
Engine,2016 Rev. 0:Aug 25,2016
Berikut adalah komponen thrust reverser pada tiap half beserta fungsinya:
1. Translating sleeve
Saat posisi stow, komponen ini berfungsi untuk melindungi
cascades dan komponen internal pada thrust reverser, serta mengontrol
8
aliran udara dari fan air exhaust. Saat posisi deploy, berfungsi untuk
menampakkan cascades dan menggerakan blocker door agar menutup
aliran udara dari fan air exhaust.
2. Hydraulic actuator dan sync shaft
Hydraulic actuator menggerakan translating sleeve saat
pengoperasian posisi deploy dan stow. Sedangkan sync shaft membuat
hydraulic actuator bergerak extend dan retract pada kecepatan yang
sama.
3. Cascades
Mengontrol aliran udara dari fan air exhaust saat posisi deploy.
Hal ini menyebabkan reverse thrust. Cascade juga berfungsi
memberikan kekuatan struktur pada thrust reverser.
4. Blocker doors
Merubah arah aliran udara dari fan air exhaust saat posisi
deploy. Saat posisi stow, blocker door menjadi bagian dari fan duct
outer wall.
5. Blocker doors drag links
Menghubungkan blocker doors ke inner fan duct wall.
6. Thrust reverser opening actuator
Berfungsi membuka thrust reverser cowl. 1 engine mempunyai
2 opening actuator. Setiap actuator membuka cowl sekitar 45○.
Dioperasikan menggunakan hand pump.
7. Krueger flap deflector (inboard halves only)
Memisahkan antara inboard leading edge (krueger) flap dan
inboard thrust reverser outer skin saat inboard leading edge dalam
9
keadaan extend atau saat thrust reverser dalam keadaan terbuka
(deploy).
8. Rubstrip
Berinteraksi dengan translating sleeve dan engine fan cowl.
9. Tension latches
Menahan thrust reverser half.
10. Fire seals
Mencegah api mengenai komponen thrust reverser, engine fan,
komponen yang berada di area engine fan case, dan engine strut.
11. Insulation blanket
12. Torque box, innerwall dan aft cascade support ring
13. Access doors
Mendapatkan akses ke thrust reverser hydraulic actuator aft
attach point dan memberikan jalur keluar udara dari fan air exhaust jika
melewati bullnose seal saat keadaan stow.
14. Upper and lower sliders and tracks
15. Main and auxilarry track liner
10
Gambar 2.7 Komponen thrust reverser
Sleeve berada pada posisi stow ketika posisi thrust reverser lever full forward.
Sleeve berada pada posisi deploy ketika posisi thrust reverser lever full aft. Translating
sleeve mempunyai slider yang membuat sleeve dapat bergerak maju dan mundur dalam
track. Hydraulic actuator adalah komponen penggerak translating sleeve.
Setiap blocker door drag link tersambung pada blocker door pada inner duct.
Drag link membuat blocker door bergerak menutup aliran fan air exhaust saat
translating sleeve bergerak kebelakang. Blocker doors mengubah arah fan air exhaust
menuju cascades. Hal ini menyebabkan reverse thrust. Cascade tidak bergerak.
11
2.3 Sistem Thrust Reverser Boeing 737-800
Setiap thrust reverser memiliki control valve module yang berfungsi untuk
mengontrol hydraulic power untuk deploy dan stow thrust reverser. Setiap module
mempunyai komponen electrical dan hidrolik yang berfungsi untuk mengontrol aliran
hidrolik menuju thrust reverser hydraulic actuators. Terdapat 2 control valve module
pada pesawat.
Terdapat sistem sync shaft dan sync lock pada control thrust reverser system.
Sync shaft terdapat pada setiap translating sleeve dan berfungsi untuk membuat 3
sleeve actuator beroperasi pada kecepatan yang sama. Sedangkan sync lock
tersambung pada hydraulic actuator pada setiap thrust reverser half. Sync lock harus
unlock agar sync shaft dapat bergerak. Saat pengoperasian thrust reverser, sync lock
akan unlock sehingga hydraulic actuator dapat bergerak ke posisi deploy. Sync lock
dapat dioperasikan secara manual ketika melakukan maintenance.
Engine accessory unit (EAU) berfungsi untuk mengatur thrust reverser saat
posisi stow. EAU menggunakan input dari sleeve proximity sensor untuk auto-restow
logic.
12
Thrust reverser lever mengoperasikan switch pada autothrottle switch pack.
Switch ini berfungsi untuk mengatur sinyal ke engine accessory unit (EAU), sync lock
dan control valve module.
1. Switch pada autothrottle switch pack mengaktifkan sync lock dan arm
signal kepada thrust reverse control valve module
13
2. Thrust reverser control switch memberikan sinyal untuk deploy melalui
thrust reverser control valve module
3. Thrust reverser control valve module mengirim cairan hidrolik menuju
actuator untuk menggerakkan translating sleeve ke belakang.
14
Gambar 2.9 Thrust reverser control system – Functional Description – Deploy/stow
hydraulic flow
Arm dan deploy solenoid akan aktif ketika thrust reverser lever ditarik
ke belakang. Hal yang akan terjadi ketika arm solenoid aktif dan hydraulic
power tersedia untuk thrust reverser control valve module:
15
2. HIV bergerak ke arm position (keatas)
3. Hydraulic power tersedia pada directional control valve (DCV)
4. Hydraulic fluid mengalir melewati open manual shutoff valve lalu
menuju rod side thrust reverser actuator.
Deploy seenoid aktif setelah sync lock menerima sinyal untuk unlock.
Hal yang akan terjadi ketika deploy solenoid aktif dan hydraulic power tersedia
untuk thrust reverser control valve module:
Hydraulic pressure pada kedua sisi actuator piston sama rata, tetapi
area permukaan pada head side lebih besar daripada rod side. Gaya yang besar
pada head side menyebabkan actuator piston dapat extend.
Ketika actuator dalam posisi extend, fluida pada rod side actuator
bergerak menuju manual shutoff valve dan bercampur dengan fluida yang akan
bergerak ke head side.
Arm dan stow solenoid akan aktif jika thrust reverse lever dikembalikan
pada posisi awal ke posisi stow.
Hal yang akan terjadi jika arm solenoid aktif dan hydraulic power
tersedia untuk thrust reverser control valve module:
16
1. Hydraulic control valve yang berdekatan dengan arm solenoid tetap
berada pada spring.
2. Hydraulic power menjaga HIV tetap pada arm position.
3. Hydraulic power tersedia pada directional control valve (DCV)
4. Hydraulic system pressure tetap pada rod side thrust reverser
actuator.
17
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Melakukan wawancara
tentang tema yang ingin
Konsultasi
dibahas dengan
Dengan Pakar instruktur PT. GMF
Aero Asia
18
1. Konsultasi Dengan Pakar
Melakukan konsultasi berupa wawancara kepada instruktur PT. GMF
Aero Asia yang bersangkutan pada bidang engine khususnya sistem thrust
reverser pada pesawat B737-800. Mengajukan pertanyaan berupa sistem kerja,
jenis-jenis kerusakan, dan maintenance action yang berkaitan pada sistem
thrust reverser.
2. Menentukan Topik
Setelah selesai melakukan konsultasi dengan pakar yang bersangkutan,
maka didapatkan yaitu “Studi Kasus Sistem Thrust Reverser Dan
Penanggulangan Masalahnya Pada Pesawat Boeing 737-800”
3. Tinjauan Pustaka
Referensi yang digunakan untuk menunjang tugas akhir ini adalah:
4. Observasi
Terdapat 2 tahap observasi yaitu:
a. Bimbingan
Melakukan bimbingan dengan instruktur dan karyawan
PT. GMF Aero Asia yang Asia dan tentunya berkompeten dalam
bidang thrust reverser Boeing 737-800. Bimbingan juga
dilakukan dengan dosen Politeknik Negeri Jakarta dalam hal
penulisan tugas akhir, supaya bahasan menjadi terarah, jelas,
dan tidak keluar dari batasan masalah.
19
b. Pengambilan Data
Mengambil data dari unit engineering mengenai
kerusakan yang terjadi pada thrust reverser Boeing 737-800.
Data yang didapatkan berupa tabel kerusakan thrust reverser
dan Aircraft Maintenance Log Book (AML) tentang laporan pilot
mengenai kegagalan sistem thrust reverser.
6. Penyelesaian Masalah
Menggunakan referensi seperti Aircraft Maintenance Manual (AMM),
Fault Isolation Manual (FIM) dan manual penerbangan lainnya untuk
menemukan penyebab kerusakan sistem thrust reverser dan maintenance
action yang tepat. Setelah masalah sudah terselesaikan, penyelesaian disusun
menjadi laporan tugas akhir.
20
BAB IV
JADWAL KEGIATAN
4. Observasi XX X X X
5. Pengolahan dan XX XX XX XX XX XX XX XX
Analisa Data
6. Penyelesaian XX XX XX XX XX XX XX
Masalah
7. Membuat Laporan X XX XX XX XX XX XX XX
Tugas Akhir
8. Ujian X
21