Dosen Pembimbing: Drs. H. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd
Oleh :
Deska Dwi Rahma Anggraini
20003058
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2022 TUJUAN PEMBELAJARAN DAN INDIKATOR A. Pengertian Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan tanggung jawab guru yang harus dipilih dan ditentukan dengan hati-hati untuk menciptakan proses pembelajaran yang bermakna (Isman, 2011: 136). Komponen audience, behavior, condition, dan degree merupakan pertimbangan untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan pembelajaran. Komponen audience adalah salah satu unsur tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan peserta didik yang akan melakukan kegiatan belajar. Setiap peserta didik memiliki potensi sebelum masuk dalam kegiatan belajar mengajar. Potensi bawaan yang dimiliki peserta didik dipertimbangkan dalam merumuskan tujuan pembelajaran (Mudlofir & Rusdiyah, 2016: 34-35). Komponen behavior adalah salah satu unsur tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan perilaku khusus yang akan dikuasai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar. Komponen condition adalah salah satu unsur tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan kondisi peserta didik dan fasilitas yang digunakan. Kondisi sekolah yang mendukung penerapan tujuan pembelajaran dapat meningkatkan hubungan antara guru dan peserta didik (Khuana & Khuana, 2017: 302). Komponen degree adalah salah satu unsur tujuan pembelajaran dengan mempertimbangkan tingkat keberhasilan peserta didik yang diharapkan (Dick & Carey, 2015: 132-133). Teori tujuan pembelajaran Dick and Carey yang memiliki unsur audience, behavior, condition, dan degree selaras dengan pengembangan tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013. Tujuan pembelajaran pada kurikulum 2013 dikembangkan dengan memerhatikan audience yang berarti peserta didik yang menjadi subjek belajar, behavior mengacu pada capaian perilaku khusus pada kompetensi dasar, condition merupakan usaha belajar yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai perilaku pembelajaran pada kompetensi dasar, dan degree merupakan kualitas keberhasilan peserta didik yang dapat dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif. B. Kriteria Pengembangan Tujuan Pembelajaran Menurut Kaber (1988:108) menetapkan tujuan merupakan proses analisis yang menuntut suatu keterampilan, keahlian tersendiri. Untuk itu perlu adanya suatu langkah- langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis suatu tujuan pendidikan/pengajaran. Langkah-langkah tersebut dijabarkannya sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Klasifikasi 2. Menetapkan Pentingnya jenis tujuan Tujuan 3. Penshahihan Mencek berdasar Spesifikasi Analisis 4. Tujuan kan kriteria Tujuan Merumuskan tujuan seperti dijelaskan sebelumnya harus runtun yaitu tujuan umum dijabarkan pada tujuan khusus. Selanjut tujuan khusus diteliti jenis-jenisnya, dinilai kepentingannya dan dicek berdasarkan kriteria, syarat-syarat tujuan lebih formal dan terinci, sehinga setiap komponen yang ada tidak terlampaui. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perumusan tujuan yang merupakan kriteria tujuan yang baik seperti berikut ini: Tujuan harus selalu kosisten dengan tujuan tingkat di atasnya (Pratt, 1980:185). Tujuan-tujuan yang bersifat penjabaran dari suatu tujuan yang lebih tinggi jenjangnya harus sesuai atau tidak bertentangan dengan hal-hal yang diisayaratkan oleh tujuan tersebut. Misalnya tujuan instruksional yang dijabarkan langsung dari tujuan kurikuler harus mencerminkan tujuan kurikuler itu. Tujuan harus tepat seksama dan teliti. Tujuan hanya berguna jika ia dirumuskan secara teliti dan tepat sehingga memungkinkan orang mempunyai kesamaan pengertian terhadapnya. Perumusan tujuan yang cermat akan memungkinkan kita untuk melaksanakannya dengan penuh kepastian. Ketelitian berhubungan dengan skope tujuan, walau tidak untuk menentukan berapa banyak harus terkandung materi pelajaran dalam suatu tujuan. Identifikasi tujuan khusus pencapaiannya akan terlihat dalam penampilan (peformance) atau bentuk tingkah laku. Perumusan dalam hal ini sering ditentukan oleh situasi. Prinsip umum tentang ketelitian perumusan tujuan adalah: nyatakan tujuan dengan seteliti mungkin untuk dapat menggambarkan secara jelas keluaran belajar dan memberi petunjuk kepada pembuat desain, guru dan penilai hasil (Pratt, 1980:185) Tujuan harus diidentifikasikan secara spesifik yang menggambarkan keluaran belajar yang dimaksudkan. Tujuan yang dirumuskan harus menunjuk pada pengertian keluaran dari pada kegiatan. Tujuan yang menunjukkan tingkat kemampuan atau pengetahuan siswa merupakan maksud utama kurikulum. Akan tetapi jika ia tidak pernah mengidentifikasi keluarannya, ia bukanlah tujuan kurikulum yang kualifait (Pratt, 1980:184). Tujuan bersifat relevan (Davies, 1976:17) dan berfungsi (Pratt,1980:186). Masalah kerelevansian berhubungan dengan persoalan personal dan sosial, atau masalah praktis yang dihadapi individu dan masyarakat. Memang harus diakui bahwa terdapat perbedaan pengertian tentang kerelevansian itu karena adanya perbedaan masalah dan kepentingan antara tiap individu dan masyarakat. Jadi kerelevansian itu berkaitan dengan pengertian untuk siapa dan kapan. Di samping relevan, tujuan pun harus berfungsi personal maupun sosial. Suatu tujuan dikatakan berfungsi personal jika ia memberi manfaat bagi individu yang belajar untuk masa kini dan masa akan datang, dan berfungsi sosial jika ia memberi mafaat bagi masyarakat di samping pelajar. Tujuan harus mempunyai kemungkinan untuk dicapai. Tujuan yang dirumuskan harus memungkinkan orang, pelaksana kurikulum untuk mencapainya sesuai kemampuan yang ada. Masalah kemampuan itu berkaitan dengan masalah tenaga, tingkat sekolah, waktu, dana, skope materi, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya. Perumusan tujuan yang terlalu muluk (karena terasa lebih ideal) dan melupakan faktor kemampuan atau realitas hanya akan berakibat tujuan itu tak tercapai. Suatu program kegiatan dikatakan efektif jika hasil yang dicapai dapat sesuai atau paling tidak, tidak terlalu jauh berbeda dengan perencanaan. Tujuan harus memenuhi kriteria kepantasan worthwhilness (Davies, 1976:18). Pengertian “pantas” mengarah pada kegiatan memilih tujuan yang dianggap lebih memiliki potensi, bersifat mendidik, dan lebih bernilai. Memang agak sulit menentukan tujuan yang lebih pantas karena dalam hal ini orang bisa mengalami perbedaan kesepakatan pengertian. Secara umum kita boleh mengatakan bahwa kriteria kepantasan harus didasarkan pada pertimbangan objektif, dengan argumentasi yang objektif. Dalam hal ini Profesor Peter dalam (Davies, 1976:18) menyarankan tiga kriteria (a) aktivitas harus berfungsi dari waktu ke waktu, (b) aktivitas harus bersifat selaras dan seimbang dari pada bersaing, mengarah ke keharomonisan secara keseluruhan, dan (c) aktivitas harus bernilai dan sungguh-sungguh khususnya yang menunjang dan memajukan keseluruhan kualitas hidup. Secara lebih khusus lagi terutama dalam merumuskan tujuan kurikulum Pratt (1980: 190) yang dukutip oleh Kaber (1988:109) mengemukakan ada tujuh kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan tujuan kurikulum yang mengarah kepada tingkah laku, seperti berikut ini: Menunjukkan hasil belajar yang spesifik. Memperlihatkan konsistensi Memperlihatkan ketepatan Memperlihatkan kelayakan Memperlihatkan fungsionalitas Memperlihatkan signifikasi Memperlihatkan keserasian C. Pengertian Indikator Dalam Pembelajaran Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar secara spesifik yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan karakteristik SK-KD melalui telaah kata kerja operasional yang digunakan. Untuk kompetensi yang menuntut penguasaan konsep dan prinsip menggunakan kata kerja operasional yang sesuai dan berbeda untuk kompetensi yang menuntut kemapuan opersional atau prosedural. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. D. Cara Mengembangkan Indikator Dalam Pembelajaran Indikator merupakan Kompetensi Dasar yang lebih spesifik. Apabila serangkaian indikator dalam satu Kompetensi Dasar sudah dapat dicapai oleh siswa, berarti target Kompetensi Dasar tersebut sudah terpenuhi. Untuk merumuskan indikator perlu diperhatikan: 1. Mengacu pada kompetensi dasar dan materi pembelajaran 2. Kata kerja operasional sama atau lebih rinci dari kata kerja operasional pada kompetensi dasar 3. Tiap kompetensi dasar bisa dibuat tiga atau lebih indikator 4. Cakupan lebih sempit dibanding kompetensi dasar 5. Cakupan materi lebih sedikit dibanding dengan standar kompetensi. 6. Tiap indikator dapat dibuat tiga atau lebih butir soal Perbendaharaan kata kerja operasional yang beragam akan sangat membantu guru dalam merumuskan indikator berdasarkan kompetensi dasarnya. Contoh; pada kompetensi dasar mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan Untuk kompetensi yang menuntut kemapuan opersional atau prosedural , Indikatornya: melaksanakan percobaan untuk mengidentifikasi sifat-sifat larutan nonelektrolit dan elektrolit Untuk kompetensi yang menuntut penguasaan konsep, indikatornya: Mengelompokkan larutan ke dalam larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar. E. Pemahaman Tentang Kata Kerja Operasional Kata kerja operasional pada tujuan pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang ditujukan untuk satu topik pembelajaran pada satu periode tertentu. Kata Kerja Operasional KKO selalu digunakan pada perencanaan pembelajaran. Kata Kerja Operasional KKO KD pengetahuan kurikulum 2013 mengacu pada taksonomi Bloom revisi Aderson. Penggunaan Kata Kerja Operasional KKO yang tepat dalam indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran akan menjamin akurasi dan linieritas pembelajaran. menurut teori taksonomi Bloom olahan Anderson, pengetahuan diperoleh melalui tingkatan-tingkatan (1), mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, (6) mengkreasi. Sani (2016:110) mengatakan perlu diperhatikan bahwa struktur dan isi pertanyaan lebih penting untuk diperhatikan, dan tidak berlandaskan hanya pada penggunaan kata kerja tersebut dalam menilai tingkat kognitif sebuah pertanyaan. Beberapa kata kerja yang sama kemungkinan digunakan untuk tingkat kognitif yang berbeda, hal ini tergantung pada isi pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan berdasarkan proses kognitif (taksonomi Bloom yang direvisi) 1. Mengingat kembali (Recall), adalah pertanyaan mengingat kembali informasi, fakta, konsep, generalisasi yang telah didiskusikan. 2. Memahami (Comprehension) pertanyaan menyangkut kemampuan peserta didik menyerap informasi, mengiterpretasi, dan melakukan ekstrapolasi atau memberi saran. 3. Mengaplikasikan, pertanyaan ini peserta didik mengguanakan abstraksi dan generalisasi pada situasi tertentu. Pertanyaan ini menggunakan generalisasi secara bebas dari suatu keadaan di mana generalisasi telah digambarkan sebelumnya. Pertanyaan aplikasi sebenarnya erat dengan pertanyaan pemahaman. 4. Menganalisis, pertanyaan ini meminta peserta didik menyelesaikan masalah melalui pemeriksaan sistematik tentang fakta atau informasi. 5. Mengevaluasi, pertanyaan ini meminta peserta didik membuat penilaian tentang suatu berdasarkan sebuah acuan standar. 6. Berkreasi, pertanyaan ini meminta peserta didik untuk menemukan penyelesaian masalah melalui pemikiran kreatif. Sudjana mengungkapkan (2016:25) Karateristik pembuatan soal pemahaman dapat dengan mudah dikenal, misal mengungkap tema, topic, atau masalah yang sama dengan masalah yang pernah diperoleh atau dipelajari, namun materinya berbeda. Mengungkapkan tentang sesuatu dengan bahasa sendiri dengan simbol tertentu termasuk dalam pemahaman terjemah. Dapat menguhubungkan hubungan antar usur termasuk dalam pemahaman penafsiran. Selanjutnya item extrapolasi dapat mengungkapkan kemampuan dibalik pesan yang tertulis dalam suatu keterangan. Sutetyo menyatakan (2015:27) Pemahaman (comprehersion) dapat diukur dengan : a. Menerjemahkan bahan pelajaran dari satu bentuk ke bentuk lain. b. Menafsirkan makna bahan. c. Mengadakan ekstrapolasi, yaitu membuat tafsiran yang lebih luas dari data yang disajikan. REFERENSI Budiastuti, P., Soenarto, S., Muchlas, M., & Ramndani, H. W. (2021). Analisis Tujuan Pembelajaran Dengan Kompetensi Dasar Pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Dasar Listrik Dan Elektronika Di Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Edukasi Elektro, 5(1), 39–48. https://doi.org/10.21831/jee.v5i1.37776 Dwiyanti, G., & Nahadi. (2011). RPP, PENGEMBANGAN INDIKATOR, DAN TUJUAN PEMBELAJARAN Oleh:Dra. Gebi Dwiyanti, MSi dan Nahadi, MSi 1. 1–4. Thaibah, H., Mangkurat, U. L., Saputri, M. D., & Mangkurat, U. L. (2020). Tugas Makalah Tujuan Perencanaan dan Pembelajaran “ TUJUAN PERENCANAAN DAN PEMBELAJARAN ” Mata Kuliah Strategi Pembelajaran Dosen Pengampun : Hayatun Thaibah , M . Psi , Psikolog Disusun Oleh : Anisa Khairul Nida Mita Dwiyuliani Saputri Syam Rizki. December.