MURABBIYAH TAKWIN
JUDUL:
1. AL INTIMA’ LIL HARAKAH
2. HARAKATUL INQADZ
3. PENTINGNYA ILMU SYAR’I DI MEDAN DAKWAH
4. METODE YANG BENAR DALAM MENEGAKKAN AD DIN
5. FIQH DAKWAH
6. FANNU AT TA’AMUL
7. HAKIKAT GHURABA’ DAN KEUTAMAANNYA
8. AQIDATU AL ASMA WA ASH SHIFAT
9. SULUKIYATU AHLI AS SUNNAH WA AL JAMA’AH
10. AQIDATU AHLI AS SUNNAH FI ASH SHAHABAH
11. AQIDATUNA WA MANHAJUNA
Tujuan umum:
1. Agar mutarabbiyah memahami kewajiban dalam memperjuangkan islam (sehingga
dia tidak hanya mementingkan diri sendiri)
2. Agar mutarabbiyah memiliki sifat - sifat orang yang hidup untuk islam
3. Agar mutarabbi memahami tentang kewajiban amal jama'i (sehingga tidak berjuang
sendiri - sendiri)
4. Agar mutarabbiyah memahami kriteria umum jama'ah yang ideal sebagai wadah
perjuangan.
5. Agar mutarabbiyah memiliki tsiqah kepada tanzhim dan jama'ah
Dakwah itu harus dikelola secara amal jama'i karena ia adalah tugas berat bukan tugas
ringan yang tidak akan mampu kita kerjakan sendiri – sendiri. Oleh karena itulah kita perlu
bergabung dalam sebuah lembaga pergerakan (intima’ lil harakah).
Dalam berintima’ kepada harakah ada beberapa hal yang harus kita pahami, diantaranya
I. Saya hidup untuk islam
Orang yang beramal untuk kehidupan akhirat ibarat orang yang menanam
padi yang secara otomatis rumputnya pun ikut tumbuh. Adapun yang bekerja
untuk dunia diibaratkan seperti orang yang menanam rumput tapi
mengharapkan memanen padi dan itu tidak mungkin terjadi.
Jadi tujuan kita bukan untuk makan dan minum tetapi untuk beribadah. Kita
makan dan minum untuk hidup bukan hidup untuk makan dan minum.
َوهَّللا ِ َما ال ُّد ْن َيا فِى اآلخ َِر ِة ِإالَّ م ِْث ُل َما َيجْ َع ُل َأ َح ُد ُك ْم: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َمَ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ ِإصْ َب َع ُه َه ِذ ِه – َوَأ َش
ُ ار َيحْ َيى ِبال َّسبَّا َب ِة – فِى ْال َي ِّم َف ْل َي ْن
ظرْ ِب َم َيرْ ِج ُع
Dari Sahl bin Sa’ad, dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Seandainya dunia di sisi Allâh sebanding dengan satu sayap
nyamuk, niscaya Allâh tidak akan memberikan minum seteguk air kepada
orang kafir”. [HR Tirmidzi, no. 2320 dan ini lafazhnya; juga Ibnu Majah, dan
dishahihkan oleh Syeikh Al Albani]
ِ ِ ِ َّ
َاه ُد وا ف ينَ ا لَ َن ْه د َي َّن ُه ْم ُس ُب لَ نَ ا ۚ َو ِإ َّن اللَّ هَ لَ َم ع
َ ين َجَ َو ال ذ
ين ِ ِ ال
َ ْم ْح س ن
ُ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)
Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar
beserta orang-orang yang berbuat baik.
Ayat ini menerangkan janji yang mulia dari Allah kepada orang-orang
mukmin yang berjihad di jalan-Nya dengan mengorbankan jiwa dan
hartanya serta menanggung siksaan dan rintangan. Oleh karena itu,
Allah akan memberi mereka petunjuk, membantu mereka
membulatkan tekad, dan memberikan bantuan, sehingga mereka
memperoleh kemenangan di dunia serta kebahagiaan dan kemuliaan
di akhirat kelak.
Tugas harakah
a. secara global: mengajak manusia agar menyembah Allah
b. secara terperinci:
Harakah Islamiyah secara khusus bertugas untuk mewujudkan
Sistem pemerintahan internal
Sistem hubungan internasional
Sistem kehakiman
Sistem pertahanan dan kemiliteran
Sistem ekonomi
Sistem pendidikan
Sistem keluarga dan rumah tangga
Selain mengetahui tugas dari harakah Islamiyah,ada hal - hal pokok dari
pergerakan dakwah Islamiyah sebagai dasar harakah dakwah itu berada di atas
kebenaran atau tidak, diantaranya:
Berada di atas manhaj yang benar (aqidah, ibadah, akhlak dan mu'amalah)
Punya tujuan yang jelas (meninggikan kalimat Allah)
Ada tanzhim dan program kerja yang jelas secara bertahap
Terwujudnya ukhuwah diantara anggotanya
2) Bertahap
Karena itulah dalam lembaga dakwah dikenal istilah marhalah, yaitu:
Marhalah ta’rif ula
Marhalah ta’rif tsaniyah
Marhalah ta’kwin ula
Marhalah takwin tsaniyah
Marhalah tanfidz
Marhalah itqan
3) Lebih banyak beramal dan berkarya daripada melakukan propaganda dan
publikasi.
Jangan sampai ada lembaga dakwah yang lebih mementingkan masalah
publikasi walaupun kerjanya sangat sedikit dan lemah. Sebuah pergerakan
dakwah yang ideal adalah sebuah pergerakan dakwah yang lebih
memperhatikan kerja - kerja dakwah
IV. Saya harus memahami lika liku perjuangan islam dan alasan memilih harakah
Islamiyah
Kita memilih perjuangan islam dan memilih harakah islamiyah bukan pergerakan
politik karena:
1) Orientasi pada aspek rohani
2) Orientasi pada aspek intelektual
3) Orientasi pada aspek sosial
4) Orientasi politik murni
5) Kesempurnaan pada harakah Islamiyah
Saling melengkapi antara satu dan yang lainnya
Maraji’:
Al Intima’ Lil Islam (Dr.Fathi Yakan)
Harakatul Inqadz
(Ust.Jahada Mangka, Lc)
Tujuan materi:
1. Agar mutarabbi mengetahui bahwa dosa dan kemaksiatan adalah sebab kehancuran
dan bencana
2. Agar mutarabbi berperan secara aktif dalam dakwah dan memperbaiki masyarakat
3. Agar mutarabbi menjaga amal jama'i dalam dakwah
Muqaddimah
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Rasulullah shallallahu ‘alayhi
wa sallam memberikan permisalan kehidupan dunia ini seperti orang - orang yang
hendak menaiki satu bahtera untuk menyeberangi lautan. Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
مثل القائم في حدود هللا والواقع“ فيها كمثل قوم استهموا على سفينة فصار بعضهم“ أعالها وبعضهم
أسفلها وكان الذين في أسفلها إذا استقوا من الماء مروا على من فوقهم فقالوا لو أنا خرقنا في نصيبنا
خرقا ولم نؤذ من فوقنا فإن تركوهم“ وما أرادوا“ هلكوا جميعا وإن أخذوا على أيديهم“ نجوا ونجوا“ جميعا
“Permisalan orang-orang yang menegakkan batasan-batasan Allah (amar ma’ruf nahi
mungkar) dan orang-orang yang bermaksiat padanya, seperti satu kaum yang melakukan
undian untuk mendapatkan posisi dia atas kapal. Maka sebagian mereka mendapat posisi
bagian atas, sedang yang lainnya mendapat posisi bagian bawah. Pada saat itu, orang-
orang yang mendapat posisi bagian bawah, jika hendak mengambil air minum, maka
mereka harus naik pada bagian atas kapal melewati orang-orang yang berada pada
tempat tersebut. Sayangnya, orang-orang yang berada pada bagian atas kapal merasa
terganggu, hingga orang-orang yang berada di bagian bawah berkata, “Jika saja kita
melubangi kapal pada bagian kita, niscaya kita tidak akan mengganggu orang-orang yang
berada di atas kita”. Seandinya orang-orang yang berada di atas kapal itu membiarkan
apa yang mereka inginkan (melubanginya) niscaya mereka semua akan binasa, namun
jika mereka mengambil tangan-tangan mereka niscaya mereka semua akan selamat”
(HR. Bukhari)
ِ ) ِإاَّل الَّ ِذين آَمنُوا وع ِملُوا َّ حِل2( ) ِإ َّن اِإْل نْسا َن لَِفي خس ٍر1( والْعص ِر
َ اص ْوا بِاحْلَ ِّق َوَت َو
اص ْوا َ الصا َات َو َت َو ََ َ َ ُْ َ َْ َ
َّ ِب
ِالصرْب
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Di dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa semua manusia berada dalam kerugian
dan dikecualikan 4 orang yaitu yang beriman, beramal sholih, nasehat menasehati
dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran. Ada 4 golongan yang
dikecualikan sebagai orang yang merugi dan 2 diantaranya adalah perkara dakwah.
Maka tidak ada jalan lain kecuali menjadikan dakwah sebagai jalan hidup kita karena
Rasulullah pun diperintahkan dalam surat Yusuf: 108 untuk mengatakan inilah
(dakwah) jalanku. Allah Ta’ala berfirman:
َ ير ٍة َأ َن ۠ا َو َم ِن ٱ َّت َب َعنِى ۖ َو ُسب ٰ َْح َن ٱهَّلل ِ َو َمٓا َأ َن ۠ا م َِن ْٱل ُم ْش ِرك
ِين َ ِقُ ْل ٰ َه ِذهِۦ َس ِبيل ِٓى َأ ْدع ُٓو ۟ا ِإلَى ٱهَّلل ِ ۚ َعلَ ٰى بَص
Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik"
وا ٱهَّلل َ َح َّق ُت َقا ِتهِۦ َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأن ُتم مُّسْ لِمُون
۟ ُوا ٱ َّتق َ ٰ َٓيَأ ُّي َها ٱلَّذ
۟ ِين َءا َم ُن
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa
Istiqamah
۟ وا َوَأبْشِ ر
ُوا ِب ْٱل َج َّن ِة ۟ ُُوا َت َت َن َّز ُل َعلَي ِْه ُم ْٱل َم ٰ ٓلَِئ َك ُة َأاَّل َت َخاف
۟ وا َواَل َتحْ َز ُن ۟ وا َر ُّب َنا ٱهَّلل ُ ُث َّم ٱسْ َت ٰ َقم
۟ ُِين َقال
َ ِإنَّ ٱلَّذ
ونَ وع ُد َ ٱلَّتِى ُكن ُت ْم ُت
وحدثين مالك عن إمسعيل بن أيب حكيم أنه مسع عمر بن عبد العزيز يقول كان يقال إن اهلل
تبارك وتعاىل ال يعذب العامة بذنب اخلاصة ولكن إذا عمل املنكر جهارا استحقوا العقوبة
كلهم
“Bercerita kepadaku Malik, dari Isma’il bin Abi Hakim bahwa sesungguhnya ia
mendengar Umar bin ‘Abdil ‘Aziz berkata; dikatakan bahwa sesungguhnya Allah
Tabaraka wa Ta’ala tidak mengadzab suatu kaum secara menyeluruh disebabkan dosa
khusus akan tetapi jika kemungkaran dilakukan terang-terangan maka mereka semua
berhak mendapatkan adzab”
Allah berfirman dalam surat Al A'raf ayat; 96
ض َوٰلَ ِك ْن َك َّذبُوا
ِ اَأْلر ِ َّ ات ِمن
ٍ َأن َأهل الْ ُقر ٰى آمنُوا و َّات َقوا لََفتَحنَا علَي ِهم بر َك
ْ الس َماء َو َ ََ ْ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ ْ َّ َولَ ْو
ْسبُو َنِ فََأخ ْذنَاهم مِب َا َكانُوا يك
َ ُْ َ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Al Anfal: 25
"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya."
Penilaian orang sholih dan tholih akan dinilai nanti di akhirat adapun ketika datang
adzab datang, maka semua akan ditimpa adzab tersebut.
3. Akan terjadi perselisihan dan perpecahan (3:105)
Sebuah komunitas masyarakat ketika tidak ada amar ma'ruf nahi mungkar maka yang
mendominasi adalah godaan syaithan yang menyuruh untuk melakukan kemaksiatan
seperti pertikaian dan perselisihan. Sangat rentan terjadi pertikaian dan perpecahan
ketika masyarakat itu tidak pernah tersentuh dengan dakwah.
Alangkah benarnya ucapan Syaikh Ibnu Utsaimin tatkala berkata dalam khutbahnya
tentang dampak kemaksiatan: “Demi Allah, sesungguhnya kemaksiatan itu sangat
berpengaruh pada keamanan suatu negeri, kenyamanan, dan perekonomian rakyat.
Sesungguhnya kemaksiatan menjadikan manusia saling bermusuhan satu sama lain.”
(Atsarul Ma’ashi wa Dzunub).
Maraji':
- tafsir surat Ali 'Imran ayat 102 - 104
- Hatta la taghriqas safinah (salman al audah)
- Aids Haraki
Pentingnya Ilmu Syar’i dalam Berdakwah
(Ust. Syaiful Yusuf, Lc., MA.)
Tujuan Materi:
Mengingatkan Kembali kepada para mutarabbi untuk tetap semangat dalam menuntut
ilmu
A. Urgensi materi
“Akhi, kalian tidak akan pernah mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara
ini, akan aku kabarkan kepadamu secara terperinci
yaitu dzakaaun (kecerdasan), hirsun (semangat), ijtihaadun (cita-cita yang
tinggi), bulghatun (bekal), mulazamatul ustadzi (duduk dalam majelis bersama
ustadz), tuuluzzamani (waktu yang panjang).
Zuhud dengan ilmu dan merasa cukup dengan ilmu yang sedikit
Zuhud dengan ilmu adalah hal yang tercela dan ia adalah musibah yang besar.
Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata, "Suatu musibah yang besar adalah ketika
seorang insan merasa ridha dengan keadaan dirinya dan merasa cukup dengan
ilmunya, dan ini adalah ujian yang telah merata pada keadaan mayoritas orang.
Karena sifat zuhud dengan ilmu inilah sehingga ada seorang murabbi yang
kadang keteteran dengan mutarabbinya yang sangat semangat belajar sehingga
ketika dia mendengarkan murabbinya menjelaskan tentang suatu hal di halaqah
tarbiyah dan terdengar beda dari apa yang pernah dia dengar dari salah seorang
ustadz, dia sebagai seorang murabbi tidak bisa menjelaskan karena keilmuannya
(wawasannya) yang kurang. Karena itulah seorang murabbi harus berpacu
dengan mutarabbinya dalam hal menuntut ilmu dan itu bukan sesuatu yang aib,
karena Imam Bukhari juga meriwayatkan hadits dari muridnya. Kata beliau:
“Tidak akan menjadi muhaddits ketika seseorang tidak mengambil ilmu dari orang
yang lebih tua dari dia maupun yang lebih kecil dari dia”
Keutamaan ilmu:
- Merupaka amal jariyah
- Pondasi amal
Imam Bukhari rahimahullah berkata dalam kitabnya “Berilmu sebelum
beramal”, beliau menafsirkan dari firman Allah:
ِ ك ولِْلمْؤ ِمنِ والْمْؤ ِمن
ٰتۚ َوال ٰلّهُ َي ْعلَ ُم ِ ِ ِ ْ اعلَم اَنَّهٗ اَل ٓ اِٰلهَ اِاَّل ال ٰلّهُ و
ُ َ َ اسَت ْغف ْر ل َذنْۢب َ َ ُ نْي َ ْ ْ َف
ُمَت َقلَّبَ ُك ْم َو َم ْث ٰوى ُك ْم
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada illah (sesembahan,
Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa)
orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui
tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” (QS. Muhammad : 19).
- Makanan ruh
Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Kebutuhan manusia terhadap ilmu
(syar’i) itu melebihi kebutuhannya terhadap makanan dan minuman. Hal itu
karena seseorang membutuhkan makanan dan minuman hanya sekali atau
dua kali (saja), adapun kebutuhannya terhadap ilmu (syar’i) itu sebanyak
tarikan nafasnya.”
ِإ ِِ ِ ِ ِإ
ٌ مَّنَا خَي ْ َشى اللَّـهَ م ْن عبَاده الْعُلَ َماءُ ۗ َّن اللَّـهَ َع ِز ٌيز َغ ُف
ور
“Hanyalah para ulama yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
dengan takut yang sebenarnya dikalangan manusia, sesungguhnya Allah
Subhanahu wa Ta’ala Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS.
Fatir[35]: 28)
فَ َم َن الْعِْل َم َو َّرثُوا ِإمَّنَا ً ِد ْرمَه ا َ َوال ً ِدينَارا يُ َو ِّرثُوا ْمَل َاَأْلنْبِيَاء ِإ َّن ،اَأْلنْبِيَ ِاء ُ َو َرثَة َالْعُلَ َماء ِإ َّن
ظوافِ ٍر حِب َأخ َذه
َ َ َأخ َذ َ ُ َ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu.
Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang
banyak.” (HR. al-Imam at-Tirmidzi di dalam Sunan beliau no.
2681, Ahmad di dalam Musnad-nya (5/169), ad-Darimi di dalam Sunan-
nya (1/98), Abu Dawud no. 3641, Ibnu Majah di dalam Muqaddimah-nya,
serta dinyatakan sahih oleh al-Hakim dan Ibnu Hibban. Asy-Syaikh al-
Albani rahimahullah mengatakan, “Haditsnya shahih.” Lihat kitab Shahih
Sunan Abu Dawud no. 3096, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2159, Shahih
Sunan Ibnu Majah no. 182, dan Shahih at-Targhib, 1/33/68)
ِئ ِ ِ ِِ ِ
َ َ َوِإ َّن الْ َمـالَ ـ َكةَ لَت،ك طَ ِريْـ ًقـا َي ْبـتَغي ف ْيه علْ ًما َس َّه َـل اهللُ لَهُ طَ ِريْـ ًقـا ِإىَل اجْلَنَّـة
ض ُع َ ََم ْن َسل
ِ السمـا و ِ مِل ِإ ِ َِأجـنِ َح َـت َها لِطَال
ب الْعِلْ ِم ِر ً مِب
ات َو َم ْن َ َ َّ َو َّن الْ َعا َ لَيَ ْـس َـت ْغـف ُـر لَهُ َم ْن يِف،صنَ ُع ْ َضا َا ي ْ
ِ ض حىَّت احْلِـيتـا ُن يِف الْم
ـاء َ َْ َ ِ اَألرْ يِف
Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka
Allah memudahkan jalannya menuju Surga. Sesungguhnya para Malaikat
membentangkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha
atas apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya orang yang berilmu
benar-benar dimintakan ampun oleh penghuni langit dan bumi, bahkan
oleh ikan-ikan yang berada di dalam air.” [Hadits shahih, diriwayatkan
oleh Abu Dawud (no. 3641), Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223),
Ahmad (V/196), Ad-Darimi (I/98), Ibnu Hibban (88 – Al-Ihsan dan 80 – Al-
Mawarid), Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah (I/275-276, no. 129), Ibnu
‘Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil ‘Ilmi (I/174 ,no. 173), dan Ath-Thahawi
dalam Musykilul Atsar (I/429), dari Abud Darda’ radhiyallahu’anhu]
الد ْنيَا َم ْلعُونَةٌ َم ْلعُو ٌن َما فِ َيها ِإاَّل ِذ ْك ُر اللَّ ِه َو َما َوااَل هُ َو َعامِلٌ َْأو ُمَت َعلِّ ٌم
ُّ ِإ َّن
Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun
terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan
ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan
hadits ini hasan)
Dari semua penjelasan tentang keutamaan majelis ilmu, keutamaan ilmu
dan penuntut ilmu seharusnya memotivasi kita untuk semangat dalam
menuntut ilmu.
Kata ulama’: “Kami dulu belajar dari guru-guru kami adab dan ilmunya”
Menjaga perjalanan dakwah ini agar berjalan di atas manhaj yang lurus.
Hal ini hanya akan terwujud jika kita memiliki kader-kader ulama yang banyak. Jika
kader thalibul ilmi (ulama’) di lembaga dakwah ini semakin sedikit maka dakwah
ini akan melenceng kesana kemari dan tidak ada yang mengarahkan.
ب ِز ْديِن ِع ْل ًما
ِّ َوقُ ْل َر
dan katakanlah :”Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan“.
[Thâhâ/20:114]
Ayat di atas, dinyatakan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam kitabnya
(al-Fath, 1/187), sangat jelas berindikasi tentang keutamaan ilmu yang sangat
besar. Sebab, Allah Azza wa Jalla tidak pernah memerintahkan Nabi-Nya untuk
meminta tambahan apapun selain tambahan ilmu.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah menjelaskan alasan mengapa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam , hamba Allah yang paling berilmu tentang Allah Azza
wa Jalla , diperintahkan untuk berdoa memohon tambahan ilmu. Kata beliau, “
Sesungguhnya ilmu adalah kebaikan. Dan limpahan kebaikan memang
dibutuhkan. Ilmu itu sendiri berasal dari Allah Azza wa Jalla . Dan cara untuk
menggapainya ialah dengan keseriusan, antusiasme besar kepada ilmu,
memintanya dan memohon bantuan kepada Allah Azza wa Jalla serta
menghinakan diri kepada-Nya pada setiap saat. Demikian penuturan beliau dalam
tafsirnya (hal. 551)
Dan sejarahpun telah mencatat bagaimana perjalanan para salaf dalam mencari
ilmu seperti Abu Dzar Al Ghifari yang rela menempuh perjalanan jauh ke Mekkah
hanya untuk bertemu Rasululullah, panas terik dan perjalanan yang meletihkan
tidak menghilangkan semangatnya untuk mencari kebenaran (ilmu) tentang agama
islam yang dia dengar.
Kisah Salman Al Farisi dalam mencari kebenaran, berpindah dari satu pendeta ke
pendeta yang lain hingga diarahkan ke Madinah dan berakhir pada pertemuannya
dengan Rasulullah. Dan masih banyak kisah – kisah tentang semangat para
sahabat yang lain dalam mencari ilmu (menuntut ilmu).
Perpecahan
Semakin sedikit ilmu semakin dikuasai nafsu sehingga mudah terpecah. Berbeda
pemahaman sedikit akan menjadikan dia mudah memisahkan diri dan berpecah
dengan saudaranya. Semakin luas ilmu maka semakin sedikit kemungkinan untuk
berpecah karena kita bisa mentolerir perbedaan pendapat. Para salaf dulu ketika
berbeda pendapat, mereka dengan lapang dada menerima pendapat yang lain.
Dikisahkan suatu ketika Umar bin Khattab mendengarkan Hisyam bin Hakim
membaca Al-Qur’an surah al-Furqan. Maka ia pun mendengarkan bacaan Hisyam
bin Hakim dengan seksama. Umar bin Khattab kaget bukan kepalang ketika ia
mendengar bacaan Al-Qur’an Hisyam bin Hakim berbeda dengan bacaan yang ia
dapatkan dari Rasulullah.
Hampir saja Umar bin Khattab menegur Hisyam bin Hakim yang sedang membaca
Alquran di dalam salatnya. Namun Umar bin Khattab dengan sabar menunggu
Hisyam bin Hakim selesai melakukan salat. Kemudian, Umar bin Khattab menarik
sorban Hisyam bin Hakim seraya berkata, “Siapa yang mengajarkanmu bacaan Al-
Qur’an yang kudengarkan tadi ?”
Umar bin Khattab pun menyeret Hisyam bin Hakim untuk menemui Rasulullah
Saw. Umar bin Khattab ingin mengadukan kepada Rasulullah terkait perbedaan
bacaan Al-Qur’an di antara mereka.
Silahkan ikuti madzhab tapi pahami dalilnya, ikuti fatwa dengan memahami
dalilnya.
Terburu – buru/tergesa-gesa
Karena tidak memiliki ilmunya sehingga dia ingin melihat dengan cepat hasil dari
perjuangannya dan akhirnya menghancurkan kemaksiatan dengan membuat
keonaran yang besar. Padahal menghilangkan kemungkaran tidak dibenarkan
dengan membuat kekacauan. Sunnatullah perjuangan adalah membutuhkan waktu
yang panjang dan inilah jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para salafush
shalih.
Metode yang Benar dalam Menegakkan Ad
Din
(Ust. Jahada Mangka’ Lc)
Tujuan materi:
1. Agar mutarabbi mengetahui tahapan - tahapan dalam berdakwah
2. Agar mutarabbi bisa terhindar dari sikap isti'jal dalam berdakwah
Secara umum sirah rasulullah dibagi dalam tiga marhalah besar sejak diangkatnya beliau
menjadi nabi dengan turunnya wahyu pertama yaitu QS. Al Alaq ayat 1 - 5 sampai beliau
meninggal dunia. Sangat penting untuk mengetahui metode – metode di setiap marhalah
tersebut agar kita bisa meneladani beliau dalam berdakwah. Adapun tahapan – tahapan
yang dilakukan oleh Rasulullah dalam menegakkan ad din (berdakwah):
1. Marhalah ta'sis
Marhalah ini adalah marhalah makkiyah/pembangunan pondasi.Yang dilakukan
Rasulullah dalam periode ini adalah:
1) Penyebaran pokok/prinsip prinsip ajaran islam (fase dakwah) diantaranya:
Aqidah
Ia adalah pondasi dalam islam sehingga sangat penting untuk memulai
membenahi hal ini.Ketika aqidah ini tidak beres maka persoalan yang lain pun
akan menjadi tidak beres.
Ibadah
Ini yang sering salah kaprah di kalangan umat islam, mereka memahami bahwa
nabi di Mekkah hanya konsen pada masalah aqidah. Padahal di fase makkah
sudah ada pensyariatan ibadah. Bahkan di surat Al Muzzammil ada perintah
untuk mendirikan shalat.
Akhlak
Pada periode Makkah, Rasulullah pun sudah konsen pada pembentukan akhlak.
Sebagaimana penjelasan dalam surat al muddatstsir (surat makkiyah) yang
intinya adalah Akhlak.
الر ْج َز
ُّ ) َو4( ك فَطَ ِّه ْرَ َ) َوثِيَاب3( ك فَ َكِّب ْرَ َّ) َو َرب2( ) قُ ْم فََأنْ ِذ ْر1( يَا َُّأي َها ال ُْم َّد ِّث ُر
)8( ) فَِإ ذَا نُِق َر فِي النَّاقُو ِر7( اصبِ ْر
ْ َك ف َ ِّ) َولَِرب6( ) َواَل تَ ْمنُ ْن تَ ْستَ ْكثِ ُر5( فَ ْاه ُج ْر
)10( ين غَْي ُر يَ ِسي ٍر ِ ِ ٍ فَ َذلِ َ ِئ
َ ) َعلَى الْ َكاف ِر9( ك َي ْو َم ذ َي ْو ٌم َعس ٌير
Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah
peringatan (kepada manusia) dan Tuhanmu agungkanlah, dan
pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah
berhala) tinggalkanlah! dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk
(memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah. Apabila ditiup
sangkakala, maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang
sulit, bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah.
2) Membangun pondasi yang kokoh dengan melahirkan rijal dakwah dan rijal aqidah.
Pada fase ini, nabi konsen juga pada pengkaderan dan pembinaan (tarbiyah). Yang
merespon islam pada fase Makkah, dibina dan dibimbing Rasulullah untuk menjadi
bagian dari rijal aqidah dan rijal dakwah.
Perhatian Rasulullah pada periode Makkah bukan konsen untuk memperbesar
pengikut sebanyak - banyaknya. Tapi Rasulullah konsen dalam pembinaan dan
pengkaderan sehingga lahirlah kader-kader yang kokoh dalam aqidah dan dakwah.
Ini dibuktikan dengan jumlah kaum muslimin yang hijrah ke Madinah tidak sampai
100 orang. Dari 10 orang yang dijamin masuk surga, 6 orang diantaranya adalah
hasil dari pembinaan di periode Makkah.
3) Membangun jama'ah
Secara otomatis di zaman Rasulullah terbentuk yang namanya komunitas jama’ah
karena pentingnya kedudukan jama’ah dalam perjuangan.
4) Dakwah dan pergerakan
Sangat terasa dinamika pergerakan dakwah di zaman Rasulullah karena semua
yang dibina Rasulullah di fase awal tidak ada yang tinggal diam, mereka semua
bergerak mengajak orang lain untuk masuk islam.
‘Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhuma, mereka adalah hamba sahaya dari Bani
Makhzum. ‘Ammar masuk Islam bersama kedua orang tuanya. Orang-orang musyrik
menggiring mereka ke padang pasir. Apabila matahari sudah panas, kemudian
mereka disiksa dengan panas matahari itu. Dalam kondisi seperti itu,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lewat, beliau berkata, “Bersabarlah wahai
keluarga Ammar dan keluarga Yasir karena bagi kalian adalah surga.” Yasir
meninggal karena siksaan dan Sumayyah meninggal karena Abu Jahal
menancapkan tombak di kemaluannya. Dia adalah syahid pertama dalam Islam.
(Ceritakan kisah - kisah sahabat yang mengalami penyiksaan di periode
Makkah).
Berbeda pada waktu nabi sudah berada pada marhalah tamkin (sudah ada di
Madinah) dan kaum muslimin sudah eksis. Suatu ketika ada wanita muslimah yang
dilecehkan di pasar yahudi yang dikuasai oleh Bani Qainuqa’,ketika Rasulullah
mendengar berita tersebut, Rasulullah memerintahkan untuk menyerang bani
Qainuqa'. Hal ini dilakukan Rasulullah karena kondisi mereka pada waktu itu sudah
kuat.
ِ ِ ِ َّذ ِ ِإ
اة َف لَ مَّ اَ الز َك
َّ يم وا الصَّ اَل َة َو آتُوا ُ يل هَلُ ْم ُك ُّف وا َأيْ د يَ ُك ْم َو َأق َ ين ق َ أمَلْ َت َر ىَل ال
ََّأش د
َ َّه َْأو ِ ال ِإ ذَ ا فَ ِر يق ِم ْن ه م خَي ْ َش و َن النَّاس َك خ ْش ي ِة الل
َ َ َ ْ ُْ ٌ ُ َب َع لَ ْي ِه ُم الْ ِق ت ِ
َ ُك ت
ۗ يب ٍ َأج ٍل قَ ِر ِإ َ َت َع لَ ْي نَ ا الْ ِق ت مِل
َ ٰ َّر َت نَ ا ىَل ْ ال لَ ْو اَل َأخ َ َخ ْش يَ ةً ۚ َو قَ الُ وا َر بَّنَ ا َ َك تَ ْب
ون فَ تِ ي اًل َ يل َو ا آْل ِخ َر ةُ َخ ْي ٌر لِ َم ِن ا ت
َ َّق ٰى َو اَل تُ ظْ لَ ُم ِ ُّ ُقُ ْل َم تَ اع
ٌ الد ْن يَ ا قَ ل
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan
munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan
lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau
wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban
berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah:
"Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-
orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.
Allah pasti memenangkan islam ini sebagaimana janji Allah dalam Al Quran. Allah
subhanahu wata’ala berfirman:
dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
Janji Allah itu pasti dan Allah tidak pernah melanggar janjiNya, namun kita harus
bersabar. Sabar dalam berdakwah agar tidak terburu - buru ingin melihat hasil
sehingga menempuh jalan pintas dengan jalan kekerasan seperti penyerangan
membabi buta, pengeboman atau pengrusakan.
2. Marhalah hijrah
Marhalah hijrah ini sangat singkat karena ia adalah proses peralihan dari periode
Makkah ke Madinah. Hijrah ini terbagi 2:
1). Hijrah maknawiyah (non fisik)
Artinya berhijrah dari keburukan kepada kebaikan.
3. Marhalah tamkin
Marhalah ini adalah marhalah kemenangan dimana kondisi umat islam pada waktu itu
sudah mulai kuat. Yang dilakukan Rasulullah pada periode ini adalah:
1) Mempersaudarakan (kaum Anshar dan Muhajirin)
2) Membangun masjid
3) Jihad fi sabilillah
Dimulai pada tahun ke-2 H yaitu dimulai dari perang badar kemudian perang
Uhud kemudian perang Ahzab.
4) Penaklukan – penaklukan
Tahun ke 9 H seluruh kabilah-kabilah arab datang ke Madinah dan mengatakan
bahwa seluruh pengikutnya mengakui islam hingga umat islam menguasai
jazirah Arab sebelum nabi meninggal dunia dan umat islam menjadi siyadatul
alam (pemimpin bangsa-bangsa di dunia).
.
Maraji’:
Sirah Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam
Fiqh Dakwah (Lanjutan)
(ust.Muhammad Qasim Saguni, MA)
Tujuan Materi:
1. Memberikan pemahaman dan wawasan tentang konsep dakwah islam
2. Menumbuhkan kesadaran dan semangat untuk berdakwah
3. Memberikan taujih (arahan) agar dapat mengaplikasikan da’wah bil hikmah
4. Memberikan pemahaman dan kesadaran akan pentingnya akhlak dan sifat – sifat
mulia dalam berdakwah
D. Hukum Berda’wah
Wajib bagi setiap muslim sesuai kondisinya
E. Tujuan Da’wah
Kepada Allah bukan untuk:
Ilayya: Popularitas, kultus individu
Ilayna: Jama’ah, kelompok,yayasan
Ilayhim: Thagut
2. Mad’u
Risalah yang universal (seluruh alam) yaitu:
Jin
Manusia
- Ummatudda’wah
- Ummatulistijabah
4. Uslub Da’wah
Menggunakan Al Hikmah dengan akhlak yang utama
Tarbiyah dan ta’lim
Motivasi dan ancaman
Sembunyi-sembunyi dan terang-terangan
Menggunakan beberapa dalil akal untuk menetapkankebenaran beberapa
hukum (islam)
Dsb
5. Wasilah da’wah
Khutbah
Pelajaran
Pengajian umum
Diskusi dan debat
Seminar dan pelatihan
Fatwa-fatwa syar’i
Perilaku yang baik
Media social modern
Camping dan rihlah
Aturan-aturan dan organisasi
Berusaha membantu kebutuhan-kebutuhan manusia (saha-usaha social):
- Mengobati orang sakit seperti ruqyah,bekam dll.
- Memberi hadiah
- Membantu orang yang kesulitan
Kisah-kisah
Dsb
H. Karakteristik Dakwah
Rabbaniyyah (bersumber dari wahyu Allah subhanahu wata’ala)
- Rabbaniyah dalam ajaran
- Rabbaniyah dalam pelaku-pelaku da’wah
Salafiyyah (merujuk pada pemahaman salaf demi menjaga orisinalitas dalam
pemahaman aqidah)
Wasathiyyah (pertengahan)
Waqi’iyyah (realistis)
Akhlaqiyyah (menggunakan akhlak mulia)
Sumuliyyah (menyeluruh dan lengkap)
‘Alamiyyah (mendunia)
Syuriyyah (menjunjung tinggi musyawarah)
Jihadiyyah (kesungguhan dan militansi)
Jujur dalam:
- Memikul addin
- Perkataan
- Perbuatan
Mengikuti nabi shallallahu ‘alayhi wasallam dalam:
- Aqidah
- Jenis-jenis ibadah
- Manhaj da’wah
- Dsb
Sabar
- Dalam menanggung kesulitan-kesulitan da’wah
- Meninggalkan ketergesa-gesaan
- Kontinyu dalam berda’wah
Adil
- Terhadap lawan dan kawan
- Dalam menilai buku-buku
- Dalam menghukumi da’wah dan pergerakan
- Dalam berinteraksi dengan nash-nash syar’i
- Dalam berinteraksi dengan perbedaan pendapat
“Berilah kemudahan dan jangan mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan
membuat mereka lari…” [HR. Bukhari dan Muslim]
Dan setiap orang pasti suka jika dimudahkan begitupun dengan syariat dalam
agama kita, Allah menginginkan kemudahan untuk hambaNya, sebagaimana
firmanNya dalam surat Al Baqarah: 185
Maraji’:
1. Sentuh kemudian raih hatinya, dia akan menjadi budakmu atau engkau akan
jadi rajanya
2. Kenali mad’u sehingga dia merasa dihargai dan membangun kedekatan
Bisa dilakukan dengan perkenalan diri (nama, asal, satatus social, hobby)
Interaksi ke atas (dengan orang yang berada di atas kita baik dari
segi umur, social, politik dll)
Interaksi ke samping (dengan orang yang sejajar/setara dengan kita
baik usia, status social, Pendidikan dll)
Interaksi ke bawah (dengan orang yang berada di bawah kita baik
dari segi umur, status social, Pendidikan dll).
Apa kalimat yang sama itu ? yaitu tidak menyembah kecuali Allah dan tidak
mempersekutukanNya dengan sesuatupun.
- Dicintai
- Dipahami
- Dihargai
- Dinilai
- Rasa aman
9. Lakukan hal-hal yang disukai (mulailah dengan percakapan), diantaranya:
1. Perbaiki hubungan dengan Allah dan bersihkan hati maka Allah akan
memperbaiki hubunganmu dengan orang lain
2. Berpakaian dan berpenampilan yang baik
3. Tidak eksklusif dalam penampilan dan sikap
4. Jangan remehkan:
5. Menggunakan kata-kata yang lembut dan santun serta hindari:
6. Membiasakan sikap al itsar
7. Pandai memahami tabiat dan fikrah orang lain (melatih sikap toleran)
8. Menyenangkan perasaannya dengan cara;
9. Memperbanyak silaturrahim dan memberi hadiah
10. Tidak reaktif dan emosional, tapi penyabar dan rasional
11. Mengalah untuk kemaslahatan, terkhusus pada hal-hal yang tidak prinsip
12. Jujur dan setia kawan
13. Tidak mengambil haknya atau menahannya tanpa keridhaannya
14. Menjaga adab-adab lainnya
Hakikat Ghuraba’ dan Keutamaannya
(Ust. Syaiful Yusuf, Lc., MA)
Tujuan Materi:
1. Agar mutarabbi memahami makna hadits tentang ghuraba’ (keutamaan orang yang
dianggap asing, tidak dijadikan sebagai alasan untuk mempertahankan keterasingan
tersebut biar asing terus karena dia bukanlah tujuan. Dan Rasulullah pun berjuang
untuk keluar dari keterasingan tersebut. Hadits tentang ghuraba’ ini adalah hiburan
bagi kaum muslimin)
2. Agar mutarabbi memahami keutamaan dari ghuraba’
Mengenai ghuraba’ ini, ada hadits dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alayhi wasallam bersabda:
Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing.
Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Kata “thuubaa” dalam hadits imam Ahmad dan At Tirmidzi adalah sebuah pohon di surga
dimana pakaian ahlil Jannah terbuat dari pohon tersebut. “Thuubaa” berarti
keberuntungan atau keselamatan.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Beruntunglah orang-orang yang terasing.” “Lalu siapa orang yang terasing wahai
Rasulullah”, tanya sahabat. Jawab beliau, “Orang-orang yang shalih yang berada
di tengah banyaknya orang-orang yang jelek lalu orang yang mendurhakainya
lebih banyak daripada yang mentaatinya.” (HR. Ahmad 2: 177. Hadits ini hasan
lighoirihi, kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
“Sesungguhnya Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali asing
seperti saat kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing”.
Seseorang bertanya : “Siapakah orang-orang yang terasing itu ya Rasulallah .
Rasulullah bersabda: Mereka yang berseberangan dari kaumnya”. [HR.Ibnu
Majah, Ahmad dan Ad Darimi dan dinyatakan shahih oleh syeikh Al Albani].
َّاس ِم ْن ِ قَ َال «ِإ َّن الدِّين ب َدَأ َغ ِريبا وير ِجع َغ ِريبا فَطُو لِْلغُرب ِاء الَّ ِذين ي ول اللَّ ِه َّ
ُ صل ُحو َن َما َأفْ َس َد الن
َُْ َ َ ً َ َ ْ ُ ً ىَب ََ َ َأن َر ُس
يح ِ يث حسن ِ ِ َب ْع ِدى ِم ْن ُسنَّىِت
ٌ صحَ ٌ َ َ ٌ يسى َه َذا َحد َ قَ َال َأبُو ع.»
“Sesungguhnya Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti saat
kemunculannya. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing”. Seseorang bertanya :
“Siapakah orang-orang yang asing itu ya Rasulullah ? “Orang-orang yang selalu
memperbaiki (melakukan ishlah) di saat manusia merusak sunnah-sunnah ku”, jawab
Rasulullah (HR. At Tirmidzi, dinyatakan Hasan Shahih oleh Imam At Tirmidzi)
A. Defenisi Al Ghuraba’
Secara Bahasa:Ghuraba’ adalah bentuk jamak dari kata “al gharib” bermakna “al
ghurbah” yang memiliki banyak arti, diantaranya:
يب َْأو َعابُِر َسبِ ٍيلٌ َّك َغ ِر ُّ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم مِب َْن ِكيِب َف َق َال ُك ْن يِف
َ الد ْنيَا َكَأن ِ ُ َأخ َذ رس
َ ول اللَّه َُ َ
ت فَاَل َتْنتَ ِظ ْر الْ َم َساءَ َو ُخ ْذ ِم ْن ْ اح َوِإذَا
َ َأصبَ ْح َّ ت فَاَل َتْنتَ ِظ ْر
َ َالصب َ ول ِإذَا َْأم َسْيُ َو َكا َن ابْ ُن عُ َمَر َي ُق
ِ ِِص َّحتِك لِمر ِضك و ِمن حيات
َ ِك ل َم ْوت
ك َ ََ ْ َ َ َ َ َ
B. Keutamaan Al Ghuraba’
“Selalu ada satu kelompok dari umatku yang berperang atas kebenaran, dalam
Sebab-sebab
Pada awalnya, mereka masih mmengikuti dakwah yang dibawa oleh nabi
Isma’il ‘alayhissalam yaitu mengikuti agama nabi Ibrahim ‘alayhissalam
sampai kemudian Amru bin Luhay, pemimpin bani khuza’ah yang membawa
berhala dari Syam ke Jazirah Arab dan mengajak penduduk Makkah untuk
menyembah berhala tersebut. Sehingga ketika Rasulullah diutus dan
mengajak mereka ke agama tauhid, hal itu dianggap asing karena tidak
mereka dapatkan dari nenek moyang mereka. Yang dikenal adalah agama
berhala yang pencetusnya adalah Amru bin Luhay.
ۗ آبَاءَ نَا يل هَلُ ُم اتَّبِ عُ وا َم ا َأ ْن َز َل اللَّهُ قَ الُ وا بَ ْل َن تَّبِ ُع َم ا َألْ َف ْي نَ ا َع لَ ْي ِه ِ ِإ
َ َذ ا ق
ون
َ ون َش ْي ًئ ا َو اَل َي ْه تَ ُد َ ُان آبَا ُؤ ُه ْم اَل َي ْع ِق ل َ ََأو لَ ْو َك
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (AlBaqarah: 170)
آبَاءَ نَا يل هَلُ ُم اتَّبِ عُ وا َم ا َأ ْن َز َل اللَّهُ قَ الُ وا بَ ْل َن تَّبِ ُع َم ا َو َج ْد نَا َع لَ ْي ِه ِ ِإ
َ َو َذ ا ق
ِاب السَّعِ ري ِ وه م ِإ ىَل ٰ َع َذ
ْ ُ ُان يَ ْد ع ُ ََّي طْ ان الش َ ۚ ََأو لَ ْو َك
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah".
Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti
bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa
api yang menyala-nyala (neraka)? ( Luqman: 21)
d. Tradisi kesukuan
Kerabat beliau tidak mengikuti karena dianggap bahwa dia bukan dari
pembesar kaum, karena masih ada yang lebih dituakan dari beliau yaitu
pamannya, Abu Thalib.
Dari suku sendiri tidak diikuti karena dianggap ia bukan pembesar kaum,
dan dari suku yang lain tidak diikuti karena tradisi di Arab ada yang
disebut dengan fanatisme terhadap qabilah. Mereka tidak mengikuti
kecuali dari sukunya sendiri.
Abu Jahal pernah ditanya, kenapa dia tidak mau mengikuti Muhammad
shallallahu ‘alayhi wassallam ?, dia menjaawab bahwa antara bani
Makhzum dan bani Hasyim ada persaingan, mereka bertugas memberi
minum para jama’ah haji, kitapun bertugas untuk itu. Ketika kita mengikuti
beliau sebagai nabi maka bani Makhzum tidak punya nabi sedangkan
mereka punya nabi.
Ciri-ciri
a. Dakwah sembunyi-sembunyi
b. Sedikit pengikut
c. Tekanan dan penyiksaan
Pada periode ini, para sahabat banyak yang mengalami tekanan dan
penyiksaan, khususnya mereka dari kalangan lemah seperti Bilal bin Rabah
yang disiksa oleh majikannya. Abu Bakar menemukan Bilal bin Rabah di
bawah terik matahari. Saat itu, dia sedang mendapat hukuman dari
majikannya bernama Umayyah di tengah padang pasir yang sangat panas dan
lehernya pun diikat. Bilal ditelentangkan menghadap matahari dan dadanya
ditindih dengan batu yang sangat besar sehingga membuat napas Bilal terasa
sesak.
Kemudian keluarga Yasir yang juga disiksa oleh tuannya hingga Yasir dan
istrinya Sumayyah menemui syahidnya karena penyiksaan tersebut. Dan
masih banyak lagi para sahabat yang mendapatkan penyiksaan pada masa-
masa awal islam di Makkah. Termasuk pemboikotan yang Rasulullah dan para
sahabat selama 3 tahun hingga mereka harus bertahan di syibhu abi Thalib
dengan hanya memakan dedaunan.
Pada periode awal, dakwah hanya ada di Makkah. Islam ditolak dimana-mana.
Bagaimana menghadapinya:
Dakwah terang-terangan
Hal ini dilakukan untuk memperkuat dukungan pada Rasulullah. Pada periode
ini, nabi berusaha menghilangkan keterasingan, terbukti dengan menjadikan
islam mayoritas di Madinah. Oleh karena itu, untuk memenangkan islam harus
memayoritaskan jumlah kaum muslimin yang berkualitas dan menghilangkan
keterasingan.
Jihad fi sabilillah
Negeri-negeri yang tidak menerima islam harus didobrak dengan jihad untuk
mengenalkan islam kepada mereka.
Fathu Makkah
Internasionalisasi dakwah
- Dengan perkataan
- Dengan perbuatan
D. Bentuk-Bentuk Keterasingan
Kondisi dimana islam asing di seluruh dunia yaitu awal diutusnya Rasulullah
shallallahu ‘alayhi wasallam dan sebelum hari kiamat
1. Sebab-sebab
Ketika dakwah lemah, makai slam akan semakin terasing. Padahal kita tahu
bahwa musuh-musuh islam sangat gencar bekerja untuk menjauhkan umat
islam dari agamanya, maka seharusnya kitapun semakin termotivasi untuk
berjuang lebih keras dalam mendakwahkan agama ini.
Khilafah bukanlah tujuan tapi tujuan kita adalah menerapkan syari’at Allah di
muka bumi. Dan kekuasaan adalah sarana untuk menerapkan syari’at.
Apakah kekuasaan itu bentuknya republic, kerajaan ataupun khilafah, yang
penting syari’at islam ditegakkan di negeri tersebut.
2. Keadaannya
Kenapa kita sulit menerapkan syari’at islam di negara sendiri ? karena kita
masih minoritas di tengah-tengah kaum muslimin sendiri, seperti:
Semua hal ini adalah bagian dari tantangan kita sehingga kita harus
berjuang untuk menghilangkan keterasingan tersebut.
c. Adanya kepemimpinan
a. Menyebarkan dakwah
b. Membentuk jama’ah kaum muslimin (organisasi islam yang berkualitas)
c. Membangun daulah
d. Melakukan jihad
e. Amar ma’ruf nahi mungkar
f. Menjadi ustadz dan pengajar di seluruh dunia
Dengan Langkah-langkah ini, insya Allah islam akan jaya di seluruh dunia
sebagaimana kejayaannya di masa sebelumnya.Islam sudah pernah berkuasa
sebelumnya, sampai-sampai semua negara di dunia membayar jizyah kepada
kaum muslimin, seperti Amerika yang pernah membayar jizyah kepada negara
Turki.
5) Nama-nama Allah adalah tauqifiyah sehingga akal tidak boleh ikut berperan
di dalamnya
ٓ
ان َع ۡن ُه َم ۡسـُٔواٗل َ َص َ“ر َو ۡٱلفَُؤ ا َد ُك ُّل ُأ ْو ٰل
َ ِئك َك َ ك ِبهِۦ عِ ۡل ۚ ٌم ِإنَّ ٱلس َّۡم َع َو ۡٱل َب َ َواَل َت ۡقفُ َما لَ ۡي
َ َس ل
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.” (QS.Al-Isra’:36)
Artinya bahwa sifat Allah adalah sifat yang sempurna yang tidak ada
kekurangan di dalamnya dari sisi manapun. Ia merupakan sifat sempurna
yang tidak ada aib di dalamnya, misalnya:
- sifat Al Haya’ artinya bahwa Allah memiliki sifat hidup yang sempurna,
tidak didahului dengan sifat ‘adamun (tidak ada), tidak ada sakitnya
dan tidak ada matinya. Berbeda dengan makhluk yang didahului
dengan sesuatu yang tidak ada, ia mengalami sakit dan akan
mengalami kematian.
- Sifat Al ‘Ilmu (maha mengetahui) yang artinya bahwa Allah memiliki
sifat ilmu yang sempurna, tidak didahului dengan ketidak tahuan, tidak
lupa dan tidak sesat. Sebagaimana kisah Musa ‘alayhissalam yang
ditanya oleh Fir’aun tentang siapakah Tuhannya.
ِ ب اَل ي ِ ۡ ِ ۡ ِ َ َال ا ۡل ُقر ۡو ِن ا ۡلاُ ۡو ٰل ق
ض ُّل َ ٍ ۚ ال عل ُم َها عن َد َرىِّب ۡى ىِف ۡى كٰت ُ ُ َقَ َال فَ َما ب
Artinya bahwa semua nama Allah menunjukkan sifat Nya tapi tidak semua
sifat Allah menunjukkan nama Nya, misalnya firman Allah:
Maka dalam sifat salbiyah ini, yang wajib dilakukan adalah menafikan
sifat salbiyah tersebut untuk Allah kemudian menetapkan lawan dari
sifat tersebut. Misalnya: sifat yamuut (mati) maka kita nafikan sifat mati
pada diri Allah yaitu Allah tidak mati kemudian menetapkan lawan dari
itu yaitu Al Hayyu (Maha Hidup), sifat zhalim, maka kit nafikan sifat
zhalim pada diri Allah bahwa Allah tidak zhalim kemudian menetapkan
lawannya bahwa Allah Maha ‘Adil.
4) Sifat tsubutiyah adalah sifat yang terpuji dan sempurna
- Dzatiyah:
Yaitu sifat yang senantiasa melekat pada dzat Allah dan tidak pernah
terlepas dari dzat Allah, diantaranya: Allah memiliki sifat Al ‘Ilmu,
artinya Allah memiliki sifat ilmu terus menerus tanpa berhenti sekejap
pun. Allah As Sami’, artinya Allah memiliki sifat mendengar terus
menerus.
- Fi’liyah
7) Sifat-sifat Allah tauqifiyah sehingga akal tidak boleh ikut berperan dalam
menentukan
1) Dalil penetapan nama dan sifat Allah adalah Al Qur’an dan Sunnah
2) Wajib mengambil dalil nash-nash Al Qur’an dan hadits sesuai dzahirnya
tanpa tahrif, terutama nash-nash tentang sifat dan akal tidak boleh ikut
berperan dalam menentukan.
Dalil yang menetapkan nama dan sifat Allah adalah adalah Al Qur’an dan
sunnah yang berbahasa arab sehingga wajib mengambil nash-nash sesuai
zhahirnya tanpa tahrif (menyelewengkan dari makna yang sebenarnya)
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang mentakwil sifat Allah
bahwa Allah memiliki tangan, kemudian mereka menafsirkan tangan Allah
itu dengan adalah kekuatan.
Yang wajib adalah memahami makna dari nash tersebut sesuai dengan
makna bahasa arabnya, tidak boleh mengartikan dengan makna lain.
3) Dzahir nash-nash sifat Allah dalam satu segi bisa diketahui namun dari
segi yang lain tidak bisa diketahui
Begitu juga dengan sifat Allah pada ayat “wa jaa’a Rabbuka…” bahwa Allah
memiliki sifat datang, Adapun bagaimananya kaifiyatnya, tidak diketahui.
4) Yang diambil dari dzahirnya tentang sifat Allah adalah pengertian yang
langsung dipahami akal dan inipun berbeda sesuai dengan konteks
kalimatnya.
Ada Sebagian orang yang mentakwilkan sifat Allah, padahal yang benar
adalah memahami zhahir tentang sifat Allah langsung dari awal apa yang
terlintas pada pemahaman akal kiat, misalnya: tangan, maka yang terlintas
di awal tentang tangan itu adalah zhahirnya yang langsung dipahami oleh
akal.
Namun makna ini, terkadang berbeda sesuai dengan konteks dari kalimat
tersebut. Satu kalimat terkadang berbeda maknanya tergantung dengan
kalimat yang menyertainya karena itulah, kita memahaminya sesuai
dengan yang pertama kali terlintas dalam akal kita, misalnya:
Tangan yang pertama yang disandarkan pada anak nabi Adam adalah
tangan makhluk sedangkan makna tangan yang kedua adalah tangan
Allah yang tentunya sesuai dengan keagunganNya.
Tujuan:
Suluukiyah berasal dari kata suluuk yang berarti jalan hidup, orientasi, cara pandang atau
pandangan atau madzhab seseorang.
Dari pengertian ini, bisa dipahami bahwa suluuk itu bisa baik bisa buruk, yang dilakukan
dengan sadar atau tidak sadar, bisa dilakukan karena pilihan ataupun paksaan.
Lalu apa perbedaan antara suluk dengan akhlak ?. Karena dua-duanya berasal dari
bahasa arab, meskipun sering kali digunakan pada makna yg sama.
Akhlak lebih ke sifat bathin, ia tersimpan dalam bathin dan dialah yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya nyata, baik atau buruk secara spontan
tanpa pikir panjang. Sedangkan suluk adalah bagian luar yang tampak, yaitu perbuatan
yang mengejewantahkan hal-hal yang ada dalam bathin tersebut, dia adalah hal-hal yang
sifatnya tampak bukan sesuatu yang abstrak.
Bebicara tentang sulukiyah ahlussunnah wal jama’ah, ada beberapa hal yang perlu
diketahui, diantaranya:
Sulukiyah ahlussunnah wal jama’ah memiliki sebuah konsep yang jelas karena tidak
membutuhkan susunan konsep baru. Ia semata mata mengacu pada perikehidupan
Rasulullah, baik dalam hal ilmu, hujjah (argumentasi), maupun akhlak beliau kepada
manusia. Dan diantara akhlak beliau kepada manusia adalah:
Dalam islam, mar ma’ruf nahi mungkar adalah salah satu cabang keimanan. Ia
pembuktian keimanan seseorang bahkan bagian penting dari perjuangan dakwah dan
salah satu hal yang penting dan menjadi prasyarat dicapainya khoira ummah (sebaik-
baik ummat). Allah Ta’ala berfirman:
ۗ وف َوَتْن َه ْو َن َع ِن ٱلْ ُمن َك ِر َو ُتْؤ ِمنُو َن بِٱللَّ ِه ِ َّاس تَْأمرو َن بِٱلْمعر ِ ُكنتم خير َُّأم ٍة ُأخ ِرج
ُْ َ ُُ ِ ت للن ْ َ ْ ََْ ْ ُ
ب لَ َكا َن َخْيًرا هَّلُم ۚ ِّمْن ُه ُم ٱلْ ُمْؤ ِمنُو َن َوَأ ْكَث ُر ُه ُم ٱلْ َٰف ِس ُقو َنِ َولَ ْو ء َامن َْأهل ٱلْ ِكٰت
ُ َ َ َ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik” (Ali ‘Imran: 110)
Dikedepankan kata amar ma’ruf daripada keimanan karena urgensi dari amar
ma’ruf nahi mungkar tersebut. Keimanan hanya bisa dibuktikan dengan
melakukan amar ma’ruf nahi mungkar sehingga bisa sampai pada derajat khoira
ummah. Karena itulah, ahlussunnah wal jama’ah adalah orang yang paling
semangat dalam beramar ma’ruf nahi mungkar.
Diantara karakteristik ahlussunnah wal jama’ah dalam beramar ma’ruf nahi mungkar:
Ahlussunnah wal jama’ah adalah orang-orang yang melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar di atas manhaj Al Qur’an dan sunnah dengan tetap menjaga persatuan
jama’ah. Mereka berusaha untuk tidak mengoyak-oyak persatuan jama’ah
Loba untuk menyatukan kalimat (persatuan) kaum muslimin dan membuang jauh-
jauh perpecahan dan perbedaan
Al Wala’:
Al wala’ wal bara’ adalah konsekuensi dari aqidah . Syahadat laa ilaha illallah
memiliki konsekuensi al wala’ wal bara’ dan Al Qur’an sudah menegaskan
hal tersebut bahwa wala’ (loyalitas) kaum muslimin hanya ditujukan kepada:
Allah Ta’ala
Rasulullah
Orang-orang beriman
ِ َّذ ِ ِ ِ
ون
َ يم
ُ ين يُق
َ آم نُ وا ال َ مَّنَ ا َو ل يُّ ُك ُم اللَّهُ َو َر ُس ولُ هُ َو الَّذ
َ ين
الز َك اةَ َو ُه ْم َر اكِ عُ ون
َّ ون َ ُالصَّ اَل ةَ َو يُ ْؤ ت
Qabilah
Negara
Madzhab
Kelompok
Jama’ah
Syeih/guru
Perlu dipahami bahwa dalam islam ada persoalan-persoalan yang sudah jelas dan
menjadi kesepakatan kaum muslimin dan seluruh imam-imam telah bersepakat
dengan masalah tersebut, seperti: masalah pokok-pokok aqidah dan ibadah. Tapi
dalam maasalah furu’, bisa terjadi ikhtilaf. Oleh karena itu, dalam islam ada ruang
untuk memahami hal seperti itu.
Manhaj ahlussunnah adalah manhaj yang sangat luas, berbeda dengan firqah lain
yang ketika berbeda sedikit, bisa menyebabkan perpecahan. Ahlussunnah wal
jama’ah punya prinsip dan karakter dalam menyikapi itu, diantaranya:
Sebagaiman dalam masalah amar ma’ruf nahi mungkar, dalam hal perbedaan
pendapatpun selalu mengedepankan persatuan kaum muslimin . Jangan sampai
perbedaan itu menciderai persatuan.
Karena itulah, tidak pernah didapati dalam kehidupan ahlussunnah wal jama’ah
terjadi kekacauan. Mereka berbeda pendapat tetapi sangat menghargai dan
sangat toleran selama bukan masalah pokok dalam agama. Sehingga
ahlussunnah selalu berjuang bagaimana menyatukan hati kaum muslimin dan
kesatuan kalimat (menyatukan barisan kaum muslimin). Meskipun terkadang
mereka berdiskusi dalam masalah tertentu bahkan berdebat namun tetap
menjaga keterpaduan hati di atas bingkai ad din.
“Mereka berdiskusi dalam perkara ilmiyah dan amaliyah tapi mereka menjaga
keterpaduan hati mereka dan persaudaraan di atas bingkai islam”.
Marajai’ :
Tujuan Materi:
1. Urgensi Materi
Tidak ada yang bisa menandingi kedudukan sahabat sampai hari kiamat.
Kedudukan ini adalah pemberian Allah subhanahu wata’ala, karena itu Ibnu
Umar pernah berkata:
َي ْعيِن َم َع-ًاعة ِ ِ َفلَم َقام، ال تَسُّبوا َأصحاب حُم َّم ٍد صلَّى اهلل علَي ِه وسلَّم
َ َأحده ْم َس َ ُ َ َ َ َ َْ ُ َ َ َ َ ْ ْ ُ
ًَأح ِد ُك ْم َْأربَعِنْي َ َسنَة ِ ِ
َ َخْيٌر م ْن َع َم ِل-صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
ِ ِ
َ َر ُس ْول اهلل
Janganlah kalian mencela para Sahabat Muhammad shollallahu alaihi
wasallam. Sungguh masa berdiri mereka sesaat – yaitu bersama Rasulullah
shollallahu alaihi wasallam- lebih baik dibandingkan amalan salah seorang
dari kalian selama 40 tahun (riwayat Ahmad)
ِ ِ ِ َأن َأح َد ُكم َأْن َفق ِمثْل ُأح ٍد َذهبا ما بلَغ م َّد
َ ُ َ َ َ ً َ ُ َ َ ْ َ َّ َأص َحايِب َفلَ ْو
َُأحده ْم َواَل نَصي َفه ْ اَل تَ ُسبُّوا
Janganlah kalian mencela para Sahabatku. Kalau seandainya salah seorang
dari kalian menginfaqkan emas sebesar (gunung) Uhud, hal itu tidak bisa
menyamai shodaqoh mereka (para Sahabat) sebanyak 1 mud (2 genggaman
tangan), bahkan tidak pula bisa menyamai setengahnya (H.R al-Bukhari dari
Abu Said al-Khudriy dan Muslim dari Abu Hurairah)
Kita diperintahkan untuk mencintai para sahabat, berloyal kepada mereka dan
mengikuti mereka. Rasulullah bersabda:
Rasulullah bersabda:
وإن كان عبدا حبشيا فإنه من يعش، أوصيكم بتقوى اهلل والسمع والطاعة
، فعليكم بسنيت وسنة اخللفاء الراشدين املهديني، منكم فسريى اختالفا كثريا
وإياكم وحمدثات األمور فإن كل حمدثة، فتمسكوا هبا وعضوا عليها بالنواجذ
) بدعة وكل بدعة ضاللة
“Aku wasiatkan kalian agar bertaqwa kepada Allah. Lalu mendengar dan taat
kepada pemimpin, walaupun ia dari kalangan budak Habasyah. Sungguh
orang yang hidup sepeninggalku akan melihat perselisihan yang banyak.
Maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnnahku dan sunnah khulafa ar
raasyidin yang mereka telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dan
gigitlah ia dengan gigi geraham. Serta jauhilah perkara yang diada-adakan,
karena ia adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat” (HR. Abu Daud no.4609,
Al Hakim no.304, Ibnu Hibban no 5)
2. Defenisi Sahabat
Secara Bahasa: Kata sahabat adalah bentuk jamak dari shahabiyyun. Kata
shahabat disandarkan kepada kata “Ash Shuhbah” (pertemana) yang
artinya al mula’amah dan al mulazamah (menyertai).
Secara istilah: Sahabat (shahabat) adalah siapa saja yang pernah bertemu
dengan Rasulullah, beriman kepadanya dan meninggal dalam keadaan
muslim.
Kata ibnu Hajar dan Al Iraqi, inilah defenisi yang dekat yang bisa mencakup
sahabat Rasulullah. Ada beberapa poin yang bisa disimpulkan dari defenisi
tersebut:
Man (siapa):
Sesuatu yang berakal, baik jin maupun manusia karena ada juga
dari kalangan jin yang pernah bertemu dengan Rasulullah dan
mendengarkan bacaan Al Qur’an dari beliau, Allah berfirman di
surat Al Jin:
ٱستَ َم َع َن َفٌر ِّم َن ٱجْلِ ِّن َف َقالُ ٓو ۟ا ِإنَّا مَسِ ْعنَا ُق ْرءَانًا َع َجبًا ِ
ْ ُقُ ْل ُأوح َى ِإىَلَّ َأنَّه
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu
bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran),
lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al
Quran yang menakjubkan, (Al-Jin Ayat 1)
Laqiya (bertemu):
Artinya dia tidak murtad. Jika dia murtad maka tidak dikategorikan
sebagai sahabat. Beda halnya kalau dia bertemu Rasulullah,
beriman kepadanya kemudia dia murtad tapi setelah itu masuk
islam kembali dan meninggal dalam keadaan muslim, maka dia
tetap dikategorikan sebagai sahabat seperti, Abdullah bin Sa’ad
(saudara sesusuan Utsman bin ‘Affan).
3. Kedudukan Sahabat
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik (Ali Imran:110)
فإهنم,وسلم ِ ِ ِ
َ ِاهلل صلى اهللُ عليه رسول فليتأس بأصحاب َّ ً ُمتأسيا منكم من كا َن
،وأقومها َهديَا ِ ِ ِ َّ كانوا
ُ ، وأقلـَُّها تكلـَُّفا،ً وأعمقـُها علما،ًأبر هذه األمة قلوبا
،وإقام ِة دينِ ِه ِ ِ ِ ِ اختارهم اهلل ل،ًوأحسنـها حاال
َ وسلم َ صحبة نبيِّه صلى اهللُ عليه ُ ُ َُُ ُ
فإهنم كانوا على اهلُدى املستقيم، واتـَّبـِعُوهم يف آثا ِر ِهم،فاعرفوا هلم فضلـَُهم
ُ
“Siapa saja yang mencari teladan, teladanilah para sahabat
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Karena merekalah orang yang
paling baik hatinya diantara umat ini, paling mendalam ilmu agamanya,
umat yang paling sedikit dalam berlebihan-lebihan, paling lurus
bimbingannya, paling baik keadaannya. Allah telah memilih mereka untuk
mendampingi Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan menegakkan agama-
Nya. Kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jalan mereka. Karena
mereka semua berada pada shiratal mustaqim (jalan yang lurus)”
Mereka adalah kelompok manusia yang terpercaya (adil) berdasarkan
penetapan Allah dan Rasul Nya
Adil artinya tidak zhalim. Adapun maksud adil disini adalah sebagaimana
yang disebutkan oleh ulama’ sebagai syarat-syarat perawi yang diterima
periwayatannya, yaitu orang yang senantiasa melakukan ketaatan, tidak
sengaja melakukan dosa besar, tidak larut dalam dosa kecil dan menjaga
muru’ah.
َّج َر ِة َف َع لِ َم َم ا
َ ت الش َ ْحَت ك َ َني ِإ ْذ يُ بَ ايِ عُ ون ِِ
َ اللَّهُ َع ِن الْ ُم ْؤ م ن لَ َق ْد َر ِض َي
َف ْت ًح ا قَ ِر يبً ا ِ فَ َأ ْن ز َل الس
َّك ينَ ةَ َع لَ ْي ِه ْم َو َأثَ َاب ُه ْم يِف ُق لُ و هِبِ ْم
َ
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui
apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya). (Al Fath: 18)
ال تزالون خبري ما دام فيكم من رآين وصاحبين ومن رأى من رآين ومن رأى من رأى من رآين
“Kebaikan akan tetap ada selama diantara kalian ada orang yang pernah
melihatku dan para sahabatku, dan orang yang pernah melihat para
sahabatku (tabi’in) dan orang yang pernah melihat orang yang melihat
sahabatku (tabi’ut tabi’in)” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim Al Ashabani
dalam Fadhlus Shahabah. Di-hasan-kan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani
dalam Fathul Baari (7/7)]
Dikisahkan bahwa para sahabat ada yang sampai ke negeri cina, Afrika,
Eropa dan belahan bumi lainnya untuk mendakwahkan agama ini.
Menunjukkan bahwa islam tersebar pertama kali melalui usaha-usaha
mereka.
Mencintai mereka
Sahabat yang paling mulia secara mutlak adalah Abu Bakar ash-Shiddiq
Radhiyallahu anhu , kemudian ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu ,
kemudian ‘Utsmân bin ‘Affân Radhiyallahu anhu, kemudian Ali bin Abi
Thâlib Radhiyallahu anhu . Kemudian sepuluh orang lainnya yang dijamin
masuk Surga , kemudian yang ikut bai’at Ar Ridwan kemudian yang ikut
perang Badr dari kalangan Muhâjirin, kemudian yang menyaksikan perang
Badr dari kalangan Anshâr, kemudian sahabat yang lainnya. [Musnad
Imam Ahmad]
Umar bin Abdul Aziz ketika ditanya tentang peristiwa perang shiffin, beliau
menjawab: “Itu adalah darah yang tertumpah, yang Alhamdulillah Allah
sudah menghindarkan kita dari terlibat dalam peristiwa tersebut. Maka kita
jangan sampai mengotori lidah kita untuk mengungkit-ungkit hal tersebut”
Kewajiban kita adalah menjaga lisan dan hati dari mencela sahabat. Hati
kita bersih dari memburuk-burukkan sahabat, baik kepada Ali, kepada
Mu’awiyah dan kepada sahabat secara umum. Allah subhanahu wata’ala
berfirman:
َﻋ َﻤﺎﻟِﻨَﺎَ ،ﻣ ْﻦﺎﻪﻠﻟ ِﻣ ْﻦ ُﺷ ُﺮﻭْﺭِ ﺃَ ْﻧ ُﻔ ِﺴﻨَﺎ ﻭ َِﻣ ْﻦ َﺳﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃ ْﺇِﻥَّ ﺍﺤْﻟ ﻤ َﺪ ﻟِﻠَّ ِﻪ ﺤَﻧْﻤ ُﺪﻩ ﻭَﻧَﺴﺘَﻌِﻴﻨُﻪ ﻭَﻧَﺴَﺘ ْﻐ ِﻔﺮﻩ ﻭَ َﻧﻌﻮﺫُ ﺑِ ِ
َ ُ ْ ْ ُ ْ ُْ ُ َْ
ﻀ َّﻞ ﻟَﻪ ﻭَﻣﻦ ﻳ ْ ِﻳﻬ ِﺪ ِﻩ ﺍﻪﻠﻟ ﻓَﻼَ ﻣ ِ
ﻀﻠ ْﻞ ﻓَﻼَ َﻫﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ .ﺃَ ْﺷ َﻬ ُﺪ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻪﻠﻟ ﻭَﺃَ ْﺷ َﻬ ُﺪ ﺃَﻥَّ ﺤُﻣَ َّﻤ ًﺪﺍ َﻋْﺒ ُﺪﻩُ ُ َْ ُ َْ ُ ُ
َﺳ ْﻮﻟُﻪُ
.ﻭَﺭ ُ
َﺍﻣﻨُﻮﺍ َّﺍﺗ ُﻘﻮﺍ ﺍﻪﻠﻟَ َﺣ َّﻖ ُﺗ َﻘﺎﺗِِﻪ ﻭَﻻَ ﻤَﺗُْﻮﺗُ َّﻦ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُ ْﻢ ُّﻣ ْﺴﻠِ ُﻤ ْﻮﻥَ ِ
.ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬﻳْ َﻦ ﺀ َ
َﻋ َﻤﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻭ ََﻳ ْﻐ ِﻔ ْﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺫُﻧُ ْﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ ﻭ ََﻣ ْﻦ ﻳﺎﺃَﻳُّﻬﺎ ﺍﻟَّ ِﺬﻳﻦ ﺀَﺍﻣﻨﻮﺍ َّﺍﺗ ُﻘﻮﺍ ﺍﻪﻠﻟ ﻭَ ُﻗﻮﻟُﻮﺍ َﻗﻮﻻً ﺳ ِﺪﻳ ًﺪﺍ .ﻳ ِ
ﺼﻠ ْﺢ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﺃ ْ
َ ْْ ْ َ ْ ُْ َ َ ْ َ َُ
َﺳ ْﻮﻟَﻪُ َﻓ َﻘ ْﺪ ﻓَﺎﺯَ َﻓ ْﻮﺯًﺍ َﻋ ِﻈْﻴ ًﻤﺎ ِ
.ﻳُﻄ ِﻊ ﺍﻪﻠﻟَ ﻭَﺭ ُ
ِ ٍ ِ ِ ِ ِ
َﺳﻠَّ َﻢ ،ﻭ َ
َﺷَّﺮ ﺻ َّﻞ ﺍﻪﻠﻟُ َﻋﻠَْﻴﻪ ﻭ َ
َﺧْﻴَﺮ ﺍﻬْﻟَﺪﻱِ َﻫ ْﺪﻱُ ﺤُﻣَ َّﻤﺪ َ
َﺻ َﺪﻕَ ﺍﺤْﻟَﺪﻳْﺚ ﻛﺘَﺎﺏُ ﺍﻪﻠﻟ ﻭ َ ﺃ ََّﻣﺎ َﺑ ْﻌ ُﺪ؛ ﻓَِﺈﻥَّ ﺃ ْ
ﺿﻼَﻟٍَﺔ ﻲِﻓ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ٍ ٍ ٍ
ﺍﻷ ُُﻣ ْﻮﺭِ ﺤُﻣَ َﺪﺛَﺎ ُﺗ َﻬﺎ ،ﻭَ ُﻛ َّﻞ ﺤُﻣْ َﺪﺛَﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ ﻭَ ُﻛ َّﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔ َ
ﺿﻼَﻟﺔ ﻭَ ُﻛ َّﻞ َ
Wahdah Islamiyah menyadari bahwa jalan terbaik dalam dakwah dan perjuangan
membawa perbaikan ke tengah ummat manusia adalah berpegang teguh kepada Al
Qur’an dan Sunnah Rasulullah berdasarkan pemahaman para ulama’ as salaf ash shalih
secara konsisten. As Salaf Ash Shalih yang dimaksud adalah generasi para sahabat yang
hidup pada masa Rasulullah dan generasi yang hidup paada dua masa berikutnya yaitu
kaum tabi’in dan tabi’ tabi’in. Ketiga generasi ini mendapatkan keutamaan dari Allah
dengan firmanNya dalam QS.At Taubah : 100
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan
muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha
kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
Rasulullah juga telah memberikan pujian kepada mereka di dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud:
Wahdah Islamiyah senantiasa berupaya untuk meniti jalan as salaf ash shalih dalam
segala persoalan agama sejak awal pendiriannya. Oleh karena itu’ Wahdah Islamiyah
menetapkan jalan perjuangannya pada permasalahan aqidah dan dakwah di dalam poin-
poin berikut ini:
Pertama:
Kedua:
Ketiga:
Keempat:
Kelima:
Keenam:
Ketujuh:
Penjelasan:
Karena dia adalah tugas yang pernah diemban oleh para nabi dan Rasul
Ia adalah misi penyelamatan manusia dari kebinasaan.
Dia merupakan pekerjaan yang syarat dengan keutamaa-keutamaan yang
disebutkan dalam Al Quran dan hadits.
Hai orang yng beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah menuju
kepada Allah.
Wasilah dakwah akan selalu pararel dengan keragaman kondisi dan pelakunya.
Oleh karena itu, setiap da’I memiliki wasilah tersendiri sesuai dengan kapasitas
dirinya sendiri dan kondisi yang dihadapi.
Adapun buah dari dakwah ini adalah mewujudkan pribadi dan mayarakat yang
shalih di dunia dan berhasil meraih ridha Allah di akhirat.
Penjelasan:
Penjelasan:
Wajib memulai dakwah dari yang paling penting kemudian yang lebih penting.
Artinya ada skala prioritas dan tauhid itu adalah hal yang harus diprioritaskan
sebagaimana hadits Mu’adz.
Dan segala sesuatu harus diwarnai dengan nilai-nilai ketauhidan dan berlepas diri
dari segala bentuk dakwah yang tidak peduli dengan ketauhidan
Adapun berbilangnya jama’ah dakwah dan berbeda dalam aqidah adalah seuatu
yang terlarang dan yang berdosa adalah yang menyelisihi al haq. Dan wajib
dilakukan oleh semuanya adalah berpegang teguh pada aqidah salaf ash shalih,
baik dalam masalah ilmunya, amalnya dan dakwahnya.
5. Kami juga berkeyakinan bahwa prinsip dasar dalam Kerjasama antar jama’ah
adalah: ta’awun (saling menolong), tanashuh (saling menasehati), lalu
ta’ayusy (hidup Bersama tanpa saling mengganggu).
Penjelasan:
Bahwa prinsip dasar Kerjasama antar jama’ah adalah ta’awun (dalam kebaikan
dan dan taqwa), tanashuh (saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran),
dan juga beta’ayusy (berinteraksi).
Jadi bukan hanya bekerjasama dalam kebaikan tapi harus ada mu’amalah
diantara jama’ah lainnya.
Penjelasan:
7. Kami berlepas diri dari segala macam bentuk sikap ghuluw dalam dakwah,
seperti pengkafiran masyarakat islam, atau perintah untuk mengasingkan diri
dari mereka, atau melakukan tindakan kekerasan selain di medan jihad,
seperti: melakukan pembunuhan terhadap orang yang tidak sepaham, baik
dari kalangan kaum musliminmaupun orang kafir mu’ahad (yang terikat
perjanjian dengan kaum muslimin), atau melakukan peledakan sarana-sarana
fasilitas pemerintahan dan umum, atau yang semacamnya.
Penjelasan:
Bahwa kami berlepas diri dari segala macam bentuk ghuluw (ekstrim) dalam
dakwah seperti mengkafirkan masyarakat islam atau memisahkan diri dari
masyarakat muslim atau menempuh cara yang frontal seperti fenomena
radikalisme dan terorisme di luar medan jihad, seperti pembunuhan kepada orang-
orang yang dianggap tidak sama (menyimpang), atau kafir mu’ahad ( yang berada
dalam perjanjian damai dengan kaum muslimin) padahal Rasulullah dari
melakukan hal tersebut, atau meledakkan fasilitas-fasilitas pemerintah atau failitas
umum dsb.
Penjelasan:
Berjihad di jalan Allah adalah puncak kemegahan dan kejayaan islam serta tetap
berlaku hingga hari kiamat, baik itu dari pemimpin yang baik maupun pemimpin
yang pendosa. Artinya bahwa ketika pemimpin ini memimpin umat maka wajib
untuk diikuti.
Dan barangsiapa yang mati dan belum pernah berperang di jalan Allah atau
meniatkan dirinya untuk berperang makai a mati dalam salah satu cabng
kemunafikan. Kenapa ? Karena syari’at jihad ini tidak ada habisnya, ia akan
berlangsung terus sampai hari kiamat sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam.
9. Kami memandang bahwa kondisi Ahlussunnah wal Jama’ah tidak lepas dari
empat kondisi:
Penjelasan:
Ketika manusia memiliki imam syar’I yang mengikuti manhaj dan berpegang
teguh kepada ahlussunnah wal jama’ah dan mengjak manusia kepada manhaj
ahlussunnah wal jama’ah dan mengingatkan manusia untuk menghindari apa
yang menyelisihi dan imam syar’I juga memerangi segala bentuk
penyimpangan yaitu ahlul ahwa’ (bid’ah-bid’ah) maka wajib mengikuti imam
tersebut.
Pada kondisi yang pertama, dua makna jama’ah terpadu menjadi satu
karena imamnya adalah imam yang bermanhaj ahlussunnah wal
jama’ah. Jadi jama’ah dalam artian bersatunya kaum muslimin
dibawah kepemimpinan imam yang bermanhaj ahlussunnah wal
jama’ah.
Apa yang menjadi sikap kaum muslimin adalah wajib untuk mengikuti
jama’ah yaitu berpegang teguh kepada manhaj ahlussunnah wal
jama’ah yang berada pada ketaatan kepada pemimpinnya dan dia
harus berpegang teguh dalam bentuk loyalitas dan keberpihakan
kepada pemimpinnyadan mengikuti apa yang diserukan oleh
pemimpinnya.
Penjelasan:
Keadaan yang kedua adalah keadaan dimana ada imam syar’I tapi tidak
konsisten dengan manhaj ahlussunnah wal jama’ah (mengusung bid’ah
tertentu seperti mu’tazilah dsb). Dan di sisi lain, ada yang pemimpinnya
bermanhaj ahlussunnah wal jama’ah dan konsisten. Akan tetapi dalam kondisi
seperti ada dalam tubuh ummat sekelompok orang yang terpisah-pisah
Tetap tunduk pada pemimpin yang syar’I akan tetapi tidak mengikuti
pemimpin tersebut dalam hal kemaksiatan yang diserukannya namun
dia juga tidak boleh memberontak.
Bergabung dengan kelompok ahlussunnah wal jama’ah yang
menyerukan ahlussunnah wal jama’ah dan Bersama jama’ah tersebut
untuk berjuang melawan kebid’ahan tersebut.
c. Tidak berada di bawah imam syar’i (adil atau zhalim) namun terdapat
jama’ah dakwah yang konsisten dengan manhaj ahlussunnah wal
jama’ah, pribadi-pribadi atau berbentuk organisasi. Maka dalam kondisi
ini, seorang muslim beerkewajiban untuk mengikuti jama’ah dakwah
tersebut, bekerja Bersama untuk menegakkan kewajiban menjalankan
agama Allah.
Penjelasan:
Situasi dimana kaum muslimin tidak memiliki imam syar’i baik dia seorang
yang adil ataupun zhalim akan tetapi dalam kondisi seperti itu ada yang
menegakkan dakwah di atas manhaj ahlusunnah wal jama’ah baik secara
pribadi maupun melalui organisasi, maka wajib untuk berada dalam jama’ah
tersebut, bergabung dan berjuang dalam organisasi tersebut dan berdakwah
kepada Allah melalui organisasi tersebut.
Kuncinya adalah dua, yaitu dakwah dan persatuan. Melaksanakan dakwah
dan mencari orang-orang yang bisa diajak bekerjasama untuk berdakwah
kepada Allah.
d. Tidak berada di bawah imam syar’I dan tidak terdapat jama’ah dakwah
yang konsisten dengan manhaj ahlussunnah wal jama’ah. Dalam kondisi
ini, seorang muslim berkewajiban untuk mencari perkumpulan yang
komitmen dan konsisten dengan manhaj ahlussunnah wal jama’ah. Jika
ia tidak menemukan, maka ia wajib mendakwahkan dan mendirikan
perkumpulan tersebut. Jika tidak, maka ia tidak dibenarkan bersandar
kepada ahlul bid’ah, ia harus melakukan uzlah hingga Allah memutuskan
apa yang dikehendakiNya.
Penjelasan:
Kondisi dimana tidak ada pemimpin yang sah dan tidak ada juga satu
kelompok dari sebagian ummat yang melakukan dakwah di atas manhaj
ahlussunnah wal jama’ah, maka pada kondisi seperti ini wajib mencari suatu
perkumpulan untuk begabung pada perkumpulan tersebut dan jika sudah
mencari dan tidak menemukan perkumpulan orang-orang yang sama
manhajnya maka dia harus memastikan bahwa dirinya pribadi adalah jama’ah,
ia mendakwahkan dan mendirikan perkumpulan tersebut. Kemudian jika ia
tidak bisa berdakwah dan mendirikan perkumpulan maka ia harus beruzlah
(meninggalkan firqah-firqah bid’ah).