com
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
ABSTRAK---Latar BelakangJumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin meningkat, sehingga penurunan fungsi
kognitif akan semakin banyak ditemukan oleh karena itu diperlukan penerapan aktivitas kognitif membaca sebagai
Tujuan:Untuk mengetahui adanya hubungan antara frekuensi dan durasi membaca Al-Quran dengan fungsi
kognitif pada lansia.
Metode:Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol dan pengambilan sampel yang dilakukan sesuai dengan kasus insiden. Pada
subjek penelitian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif dengan kuesioner MoCa-Ina, kemudian dilakukan pengukuran frekuensi dan durasi
Hasil :Subjek penelitian berjumlah 68 orang yang terdiri dari 34 subjek dengan fungsi kognitif abnormal dan 34
subjek dengan kognitif normal. Dari 34 subjek yang memiliki kelainan kognitif, terdapat 27 (50,9%) orang yang
membaca Al-Qur'an dengan frekuensi <12 x/minggu, dan 7 (46,7%) orang membaca dengan frekuensi 12x/minggu.
Tidak ada hubungan antara frekuensi membaca Al-Qur'an dengan fungsi kognitif (p = 0,770). Kemudian, 34 subjek
yang mengalami kelainan kognitif sebanyak 14 (40%) orang membaca Alquran, dengan durasi 1 kali membaca <30
menit dan 20 (60,6%) orang membaca Alquran, dengan durasi 1 kali membaca 30 menit. .
Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara durasi membaca Al-Qur'an dengan fungsi kognitif (p = 0,0890)
Kesimpulan :Tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi membaca Al-Qur'an dengan fungsi
kognitif pada lansia.
Kata kunci---Aktivitas Kognitif, Membaca Al Quran, Fungsi Kognitif, Lansia, MoCa-Ina
11Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran - Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo, Universitas Airlangga, Surabaya 60285, Indonesia Penulis
Korespondensi: Muhammad Hamdan
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran- Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo, Universitas Airlangga Mayjen Prof. Dr. Moestopo 47,
Surabaya,60285, Indonesia
Email: muhammadhamdan.md@gmail.com
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4062
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
I. PENDAHULUAN
Penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan usia harapan hidup, rata-rata meningkat hingga 70 tahun.
Jumlah lansia di Indonesia cukup tinggi(1,2). Penurunan fungsi kognitif akan semakin banyak ditemui sejalan dengan
pesatnya pertumbuhan lansia(3) sehingga menimbulkan urgensi promosi kesehatan (1,4,5). Jumlah orang dengan
gangguan kognitif diperkirakan sekitar sepertiga dari populasi di atas usia 70 tahun (6). Penelitian sebelumnya
menyebutkan bahwa sekitar 10% orang tua yang lebih tua dari 65 tahun, dan 50% di atas 85 akan mengalami
gangguan kognitif. , yang akan menunjukkan gangguan kognitif ringan hingga demensia (7).
Lima belas persen individu dengan gangguan kognitif ringan akan menjadi gila dalam 1 tahun dan meningkat menjadi 50%
kemungkinan menjadi demensia dalam 3 tahun. Demensia terjadi 25% pada usia >75 tahun dan 40% pada usia >80 tahun(8).
Pengobatan gangguan kognitif memerlukan biaya yang besar (6,9). Di Amerika Serikat, gangguan kognitif menjadi penyumbang
terbesar pasien rawat inap sebesar 40 %(10). Sementara di Inggris, 800.000-900.000 penderita demensia diperkirakan menelan biaya
22-23 miliar per tahun, dan biaya pemeliharaan demensia pada tahun 2060 di Australia diperkirakan akan menelan seluruh anggaran
kesehatan (11).
Fungsi kognitif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian, kualitas hidup (12,13) dan kelangsungan hidup pada lansia
(9). Fungsi kognitif yang buruk juga merupakan prediktor kematian dan sebagai penanda status kesehatan umum pada lansia 1.
Penatalaksanaan kognitif gangguan paling baik dilakukan sedini mungkin sebagai pencegahan atau mempertahankan fungsi kognitif (14),
sehingga meningkatkan kualitas hidup, memperpanjang kemandirian dan mengurangi beban ekonomi dan sosial.
Penatalaksanaan nonfarmakologis penting, terutama bagi populasi lansia yang paling berisiko
mengalami efek samping polifarmasi (15). Membaca merupakan bagian dari aktivitas kognitif dan salah
satu manajemen nonfarmakologi untuk memaksimalkan fungsi kognitif pada lansia (16). kitab suci Al-
Qur'an, adalah bagian dari aktivitas kognitif, juga bagian dari aktivitas keagamaan. Salah satu faktor
penuaan aktif menurut program World Health Organization (WHO). Penuaan aktif adalah proses
mengoptimalkan kesempatan untuk menjadi sehat, berpartisipasi dan aman untuk meningkatkan kualitas
hidup pada lanjut usia. Kata 'aktif' dimaksudkan untuk tetap berperan aktif dalam bidang sosial, ekonomi,
budaya, dan spiritual/keagamaan, bukan hanya kemampuan untuk aktif secara fisik sebagai tenaga kerja
(17).
II. METODE
Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dan desain yang digunakan adalah kasus kontrol. Desain ini
dipilih karena dianggap sesuai dengan masalah yang diteliti dan tujuan yang ingin dicapai. Subyek penelitian ini adalah lansia
pria dan wanita Islam berusia 45-70 tahun yang bisa membaca Al-Qur'an, bisa membaca dan menulis, dan bersedia mengikuti
penelitian, dan tes Moca-Ina <26 dan tinggal di komunitas lansia. Desa Gubeng dan Airlangga, Surabaya. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni 2016 hingga Juni 2017 dari studi pustaka hingga laporan penelitian. Pelaksanaan penelitian
Membaca Al Quran adalah kegiatan membaca dengan membuka kitab suci Al Quran (hijaiyah) dari padaiqrodengan
melihat dan mengeluarkan suara terlepas dari artinya atau tidak, dan bukan tindakan menghafal Al-Qur'an. Orang yang bisa
membaca Al-Qur'an, frekuensi, dan durasi membaca ditentukan berdasarkan wawancara. Dalam penelitian ini dinilai aktivitas
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4063
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
Frekuensi membaca Al-Qur'an, berapa kali subjek studi membaca Al-Qur'an dalam 1 minggu diamati. Data
frekuensi akan disajikan dalam bentuk kategoris yaitu jarang (<cut off point) dan sering (≥ cut off point). Durasi
membaca Al-Qur'an, berapa lama subjek penelitian membaca Al-Qur'an (dalam menit) untuk sekali membaca.
Kurasi data akan disajikan dalam bentuk kategoris yaitu short (cut off point) dan long (≥ cut off point). Variabel
perancu meliputi usia, pendidikan, diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterolemia dan perokok.
Fungsi kognitif adalah kemampuan kognitif yang diukur dengan menggunakan tes MoCA-Ina yang menghasilkan
nilai ukur. Interpretasi tes adalah jika skor 26/30 - 30/30 poin berarti normal, dan <26 poin berarti ada gangguan
kognitif/abnormal. Poin ditambah 1 jika subjek memiliki riwayat 12 tahun. Data fungsi kognitif akan disajikan dalam
Instrumen penelitian menggunakan lembar pendataan pasien. Pemeriksaan fungsi kognitif dilakukan dengan menggunakan
MoCA-Ina. Prosedur penelitian adalah semua subjek termasuk dalam kriteria inklusi dan diberikan penjelasan tentang tujuan dan
kegunaan penelitian, kemudian diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian tanpa paksaan. Di akhir, Jika subjek telah mengerti dan
setuju, maka diminta untuk menandatangani pernyataan persetujuan dengan mengikuti penelitian.
Penelitian ini telah mendapatkan surat kelayakan etik pada Komite Etik Penelitian RSUD dr. Soetomo/FK Universitas
Airlangga Surabaya. Data diperoleh dari lembar pengumpulan data yang kemudian dianalisis. Hubungan antara frekuensi
membaca Al-Qur'an pada lansia yang sering dan jarang, pendek dan lama dengan fungsi kognitif pada lansia dihitung dan
Data demografi meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan pekerjaan. (Tabel 1). Data
klinis subjek penelitian meliputi fungsi kognitif, hipertensi, diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, merokok, frekuensi,
dan durasi membaca Al-Qur'an (Tabel 2). Dari 34 subjek dengan kognitif abnormal sebanyak 28 (48,3%) dengan usia 60
tahun, dan 6 (60%) pada usia <60 tahun. Tidak ada korelasi yang signifikan antara usia dan fungsi kognitif secara
Selain itu, dari 34 subjek dengan kognitif abnormal, terdapat 29 (52,7%) orang dengan tingkat pendidikan 12 tahun dan 5
(38,5%) orang dengan tingkat pendidikan >12 tahun. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan
fungsi kognitif secara statistik (p = 0,355) (Tabel 4). Kemudian, dari 34 subjek dengan kognitif abnormal, 16 (43,2%) orang
dengan hipertensi dan 18 (58,1%) tidak menderita hipertensi. hipertensi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
hipertensi dengan fungsi kognitif secara statistik (p = 0,223) (Tabel 5). Namun, dari 34 subjek dengan kognitif abnormal,
terdapat 9 (47,4%) penderita Diabetes Mellitus dan 25 orang (51%) dengan tidak ada DM. Tidak ada hubungan yang signifikan
Kemudian, dari 34 subjek dengan kognitif abnormal, terdapat 21 (51,2%) orang dengan hiperkolesterolemia dan 13
(48,1%) orang tanpa hiperkolesterolemia. Tidak ada hubungan yang bermakna antara hiperkolesterolemia dengan
fungsi kognitif secara statistik (p = 0,804) (Tabel 7). Kemudian, 34 subjek dengan kognitif abnormal, tidak ada perokok
(0%) dan 34 (50,7%) bukan perokok. Tidak ada analisis korelasi antara perokok dan fungsi kognitif (Tabel 8). Selain itu,
dari 34 subjek yang kognitifnya abnormal, ada 27 (50,9%) orang yang membaca Alquran dengan frekuensi <12 kali/
minggu (jarang) , dan 7 (46,7%) orang dengan frekuensi 12 kali/minggu (sering). Tidak ada hubungan antara frekuensi
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4064
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
poin 12 kali/minggu (p = 0,770) (Tabel 9). Tidak ada hubungan antara frekuensi membaca Al-Qur'an dengan fungsi kognitif,
Kemudian, dari 34 subjek yang memiliki kelainan kognitif sebanyak 14 (40%) orang membaca Al-Qur'an,
dengan durasi satu kali membaca <30 menit (singkat) dan 20 orang (60,6%) membaca Al-Quran, dengan durasi
dari sekali kali membaca 30 menit (lama). Tidak ada hubungan antara durasi membaca Al-Qur'an dengan fungsi
kognitif dengan cut off point 30 menit (p = 0,0890) (Tabel 10). Tidak ada hubungan antara durasi membaca Al-
Qur'an dengan fungsi kognitif, dengan cut off point di setiap durasi.
Berdasarkan 68 subjek, diperoleh 27 subjek yang membaca Al-Qur'an setiap hari dengan menggunakan cut-off point 120
bulan. Terdapat 15 orang dengan gangguan kognitif yang terdiri dari 10 (62,5%) orang membaca Al-Qur'an setiap hari dari
<120 bulan, dan 5 orang (45,5%) membaca Al-Qur'an setiap hari sejak 120 bulan. Tidak ada hubungan yang signifikan antara
berapa lama membaca Al-Qur'an setiap hari dengan fungsi kognitif statistik. (p = 0,452) (Tabel 11).
IV. DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi membaca Alquran
dengan fungsi kognitif pada usia lanjut. Intensitas aktivitas kognitif sulit diukur, bervariasi antar individu,
dan antar berbagai aktivitas (13). Berdasarkan hasil review oleh Sajeev dkk menyebutkan bahwa aktivitas
kognitif pada usia lanjut berpeluang menurunkan risiko DA dan demensia lainnya, tetapi lebih banyak
data diperlukan untuk mengkonfirmasi hubungan di antara mereka, jenis aktivitas, durasi, intensitas, dan
waktu yang optimal (18). Penelitian ini juga menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara berapa lama
membaca Alquran setiap hari. dengan fungsi kognitif, namun subjek yang membaca Al-Qur'an setiap hari
dalam waktu lama ditemukan kecenderungan memiliki kognitif abnormal dengan proporsi yang lebih
kecil. Selain itu,
Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel perancu dengan fungsi kognitif pada lansia. Subjek
penelitian sebagian besar berjenis kelamin perempuan (88,4%), berusia 60 tahun (85,3%), berpendidikan 12
tahun (80,9%), sudah menikah dan masih hidup (75%), bekerja sebagai ibu rumah tangga (61,7%). Seiring
dengan bertambahnya usia maka fungsi kognitif akan menurun (19). Tabel 3 menunjukkan hubungan antara
usia dengan fungsi kognitif. Selanjutnya, pendidikan memiliki efek protektif pada fungsi memori, kecerdasan
kristal dan efek minimal pada kognisi cairan (20)Tabel 4 menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan dan
fungsi kognitif. Dengan demikian Tabel 5 menunjukkan hubungan antara hipertensi dan fungsi kognitif.
Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan efek negatif pada fungsi kognitif independen selain faktor
penuaan (21). Penurunan tekanan darah jangka panjang meningkatkan fungsi kognitif, terutama fungsi
eksekutif meskipun kerusakan serebrovaskular besar (22). Sebanyak 24 (65%) orang dari 37 subjek penelitian
dengan hipertensi telah mendapatkan terapi antihipertensi. Oleh karena itu, 6 juga menunjukkan hubungan
antara diabetes mellitus dengan fungsi kognitif. Studi sebelumnya menyebutkan bahwa disfungsi kognitif pada
pasien diabetes mellitus dikaitkan dengan kontrol gula yang buruk (23). Pasien yang tidak diobati, dibandingkan
dengan pasien yang menerima pengobatan mengalami penurunan nilai MMSE sebesar 2 poin dalam waktu 2
tahun dengan durasi lama sakit >5 tahun24. Sebanyak 17 orang (89,5%) dari 19 penderita Diabetes Mellitus
telah mendapatkan pengobatan untuk mengontrol kadar gula darahnya. Lebih-lebih lagi,
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4065
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
Peningkatan kolesterol total, Low-density lipoprotein (LDL), Very Low-density lipoprotein (VLDL) dan LDL/High
– Rasio Density Lipoprotein (HDL) dikaitkan dengan gangguan nilai MMSE. Kolesterol terutama LDL merupakan faktor risiko
yang paling signifikan terutama pada subjek yang juga merokok, sedangkan pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan
kadar LDL (24). Penelitian lain menunjukkan bahwa tidak ada bukti hubungan antara kolesterol darah dan kemampuan
kognitif (25).
Terdapat efek negatif merokok terhadap fungsi kognitif yang konsisten dengan hasil tinjauan sistematis, yang
menunjukkan bahwa merokok menyebabkan kemampuan kognitif yang lebih buruk pada usia paruh baya hingga usia tua
(25). Dari tabel 8 terlihat hubungan antara perokok dengan fungsi kognitif. Tidak ada perokok dalam kelompok dengan fungsi
kognitif abnormal.
Pada penelitian ini digunakan titik potong pada setiap frekuensi yang ada. Hasil analisis statistik tidak
didapatkan hubungan antara frekuensi dengan fungsi kognitif dengan menggunakan cut off point pada
masing-masing frekuensi. Tabel 9 menunjukkan hubungan antara frekuensi membaca Al-Qur'an dengan fungsi
kognitif menggunakan titik potong 12 kali/minggu. Dari hasil analisis, tidak ada hubungan antara frekuensi
membaca Al-Qur'an dengan fungsi kognitif secara statistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Geda
dkk bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi membaca (majalah dan koran) dengan risiko gangguan
kognitif ringan (26),
Namun, ada beberapa perbedaan dengan penelitian di atas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Geda
yang melibatkan subyek penelitian berusia 70-89 tahun dan mengukur aktivitas membaca buku dalam 1
bulan (26), sedangkan pada penelitian ini usia subjek penelitian 45-70 tahun dan mengukur aktivitas
membaca Al-Qur'an di 1 minggu. Selain itu, alat yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif dalam
penelitian ini adalah tes MoCA-Ina yang lebih sensitif dalam mendeteksi adanya disfungsi kognitif
sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE)(27). Dalam
penelitian oleh Verghese et al, subjek penelitian yang lebih tua berusia 75-85 tahun dan output yang
dinilai adalah demensia (28), sedangkan dalam penelitian ini subjek berusia 45-70 tahun dengan output
kognitif abnormal atau normal.
Subyek penelitian yang lebih sering membaca Al-Qur'an (≥12 kali/minggu dan 14 kali/minggu) menunjukkan
kecenderungan memiliki fungsi kognitif yang tidak normal dengan proporsi yang lebih kecil yaitu 46,7% dan 42,9%. Dengan
menggunakan cut-off point pada setiap durasi membaca Al-Qur'an, tidak ada hubungan antara durasi membaca Al-Qur'an
dengan fungsi kognitif. Tabel 10 menunjukkan hubungan antara durasi membaca Al-Qur'an dan fungsi kognitif menggunakan
cut-off point 30 menit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wang et al tetapi berbeda dengan beberapa penelitian
berikut (16,29). Penelitian dengan membaca dan menulis selama 3 bulan, 3 kali/minggu, dan 30 menit/sesi meningkatkan
fungsi memori pada subjek dengan MCI usia 50-70 tahun. Studi membaca Al-Quran selama 15 menit meningkatkan fungsi
memori. Penyebab tidak adanya hubungan yang signifikan antara durasi membaca Al-Qur'an dengan fungsi kognitif dapat
disebabkan oleh subjek penelitian yang subyektifitasnya tinggi, ukuran sampel yang kecil ( error = 60% pada cut-off point 30
menit). Selanjutnya dari data subjek yang membaca Al-Qur'an setiap hari sejak lama didapatkan kecenderungan memiliki
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4066
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
Berdasarkan literatur diperoleh bahwa individu yang memiliki tingkat aktivitas kognitif yang lebih tinggi sepanjang hidupnya (yang
diukur dengan Lifetime of Experiences Questionnaire (LEQ) memiliki atrofi hipokampus yang lebih kecil sebesar 3,6% selama 3 tahun,
sedangkan individu dengan tingkat aktivitas kognitif yang lebih rendah mengalami hipokampus. atrofi 8,3% selama 3 tahun (p =
0,042)32.Individu yang lebih sering melakukan aktivitas kognitif sepanjang hidupnya berkorelasi dengan penurunan kognitif yang
lebih lambat (30).Secara keseluruhan, penelitian ini berkontribusi dalam memperluas literatur tentang fungsi kognitif pada
lansia.Namun , penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan1) Peneliti tidak membuktikan apakah subjek penelitian benar-benar bisa
membaca Alquran dan dengan frekuensi dan durasi yang disebutkan oleh subjek penelitian; (2) Penelitian ini tidak menganalisis
aktivitas kognitif lainnya (menulis, bermain puzzle, berkebun, memasak, menjahit, merajut, dll), aktivitas fisik, keterlibatan sosial, yang
dapat mempengaruhi fungsi kognitif; (3) Penelitian ini tidak menganalisis faktor perancu lainnya seperti status sosial ekonomi/ (4)
sampel kecil.
V. KESIMPULAN
Hasil penelitian menemukan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi dan durasi membaca Al-Qur'an dengan fungsi
kognitif pada lansia. Variabel confounding yang diteliti juga menunjukkan hubungan yang tidak signifikan terhadap fungsi
kognitif lansia. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis penelitian intervensi atau observasional
dengan desain studi kohort dan lebih memperhatikan faktor perancu lainnya yang tidak dianalisis dalam penelitian ini, atau
dengan menggunakan alat pengukuran yang lebih objektif (kuesioner standar, buku harian, atau perangkat penunjuk waktu)
REFERENSI
[1] Berniyanti T, Palupi R, Setijanto RD, Bramantoro T, Nur I, Ramadhani A. Gambaran Umum Permintaan Gigi Tiruan
Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Pada Tingkat Harapan Hidup Tinggi di Indonesia. J Int Oral
Heal. 2019;11(3):112–7.
[2] Anna NEV, Mannan EF, Srirahayu DP. Evaluasi Peran Perpustakaan Berbasis Masyarakat dalam Pemberdayaan Masyarakat
Kota Surabaya. Perpustakaan Publik Q. 2019;1–13.
[3] Jak AJ. Dampak aktivitas fisik dan mental pada penuaan kognitif. Dalam: Neurobiologi Perilaku Penuaan.
Peloncat; 2011. hal. 273–91.
[4] Kushariyadi K. Stimulasi Memori, Intervensi Meningkatkan Fungsi Kognitif Lansia. J Ners.
2017;8(2):317–29.
[5] Bramantoro T, Rizal S, Palupi R, Setijanto D, Wening GRS, Kusumo AD. Program pemberdayaan intervensi
untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi bagi ODHA, remaja, dan pengunjung Puskesmas di
wilayah kabupaten merah. J Int Oral Heal. 2019;11(7):22.
[6] Fisher GG, Stachowski A, Infurna FJ, Faul JD, Grosch J, Tetrick LE. Tuntutan kerja mental, pensiun, dan
lintasan longitudinal fungsi kognitif. J Menempati Psikolog Kesehatan. 2014;19(2):231.
[7] Yaffe K, Barnes D, Nevitt M, Lui LY, Covinsky K. Sebuah studi prospektif aktivitas fisik dan penurunan kognitif
pada wanita tua: wanita yang berjalan. Med Intern Arch. 2001;161(14):1703–8.
[8] Fillit HM, Butler RN, O'connell AW, Albert MS, Birren JE, Cotman CW, dkk. Mencapai dan mempertahankan vitalitas kognitif
seiring bertambahnya usia. Dalam: Prosiding Mayo Clinic. Lain; 2002. hal. 681–96.
[9] Aartsen MJ, Smits CHM, Van Tilburg T, Knipscheer KCPM, Deeg DJH. Aktivitas pada orang dewasa yang lebih tua: penyebab
atau konsekuensi dari fungsi kognitif? Sebuah studi longitudinal pada aktivitas sehari-hari dan kinerja kognitif pada orang
dewasa yang lebih tua. Jurnal Gerontol Ser B Psychol Sci Soc Sci. 2002;57(2):P153–62.
[10] Dear IJ, Corley J, Gow AJ, Harris SE, Houlihan LM, Marioni RE, dkk. Penurunan kognitif terkait usia. Br
Med Bull. 2009;92(1):135–52.
[11] Marioni RE, Valenzuela MJ, Van den Hout A, Brayne C, Matthews FE. Gaya hidup kognitif aktif dikaitkan
dengan transisi kesehatan kognitif positif dan kompresi morbiditas dari usia enam puluh lima tahun. PLoS
Satu. 2012;7(12):e50940.
[12] Yusuf A, Indarwati R, Jayanto AD. SENAM OTAK MENINGKATKAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4067
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
[16] Hughes TF, Chang C-CH, Vander Bilt J, Ganguli M. Keterlibatan dalam membaca dan hobi dan risiko
demensia insiden: proyek FILM. Am J Alzheimer Dis Other Dementias®. 2010;25(5):432–8.
[17] WHO. Penuaan aktif: kerangka kebijakan. Kontribusi Organisasi Kesehatan Dunia untuk Majelis Dunia Kedua
Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Penuaan,. Di Madrid, Spanyol; 2002. Tersedia dari: http://apps.who.int/
iris/bitstream/10665/67215/1/WHO_NMH_NPH_02.8.pdf
[18] Sajeev G, Weuve J, Jackson JW, VanderWeele TJ, Bennett DA, Grodstein F, dkk. Aktivitas kognitif akhir
dan demensia: tinjauan sistematis dan analisis bias. Epidemiologi. 2016;27(5):732.
[19] Harada CN, Cinta MCN, Triebel KL. penuaan kognitif normal. Klinik Geriatr Med. 2013;29(4):737–52.
[20] Muzamil MS, Afriwardi A, Martini RD. antara tingkat aktivitas fisik dengan fungsi kognitif pada usila di
Kelurahan Jati Kecamatan Padang Timur. J Kesehat Andalas. 2014;3(2).
[21] Myers JS. Faktor yang terkait dengan perubahan fungsi kognitif pada orang dewasa yang lebih tua: Implikasi untuk rehabilitasi
keperawatan. Rehabilitasi Nur. 2008;33(3):117–23.
[22] Semplicini A, Inverso G, Realdi A, Macchini L, Maraffon M, Puato M, dkk. Kontrol tekanan darah memiliki efek yang
berbeda pada fungsi eksekutif, perhatian, memori dan penanda kerusakan serebrovaskular. J Hum Hipertensi.
2011;25(2):80.
[23] Munshi M, Grande L, Hayes M, Ayres D, Suhl E, Capelson R, dkk. Disfungsi kognitif dikaitkan dengan kontrol diabetes yang
buruk pada orang dewasa yang lebih tua. Perawatan Diabetes. 2006;29(8):1794–9.
[24] TEKN O, ZKARA A, Yanik B, YİĞİTOĞLU MR, Ilhan A, Kibrisli E, dkk. Efek lipid plasma dan merokok
pada fungsi kognitif. Turki J Med Sci. 2011;41(2):193–204.
[25] Okusaga O, Stewart MCW, Tukang Daging I, Yang Terhormat I, Fowkes FGR, Harga JF. Merokok, hiperkolesterolemia dan hipertensi
sebagai faktor risiko gangguan kognitif pada orang dewasa yang lebih tua. Penuaan Usia. 2013;42(3):306–11.
[26] Geda YE, Topazian HM, Lewis RA, Roberts RO, Knopman DS, Pankratz VS, dkk. Terlibat dalam aktivitas
kognitif, penuaan, dan gangguan kognitif ringan: studi berbasis populasi. J Neuropsikiatri Klinik
Neurosci. 2011;23(2):149–54.
[27] Koenig HG, George LK, Titus P. Agama, spiritualitas, dan kesehatan pada pasien lanjut usia yang dirawat di rumah sakit dengan
sakit medis. J Am Geriatr Soc. 2004;52(4):554–62.
[28] Verghese J, Lipton RB, Katz MJ, Hall CB, Derby CA, Kuslansky G, dkk. Kegiatan rekreasi dan risiko demensia
pada orang tua. N Engl J Med. 2003;348(25):2508–16.
[29] Nahid S, Hassan K, Maryam N, Pouneh M. Efek aktivitas fisik dan mental pada memori pada wanita berusia
50-70 tahun dengan gangguan kognitif ringan. Eur J Experi Biol. 2013; 3:353–62.
[30] Wilson RS, Boyle PA, Yu L, Barnes LL, Schneider JA, Bennett DA. Aktivitas kognitif rentang hidup, beban
neuropatologis, dan penuaan kognitif. Neurologi. 2013;81(4):314–21.
TABEL
Tabel 1: Data Demografi Subyek Penelitian
Variabel Jumlah Persentase (%)
Seks
Pria 8 11.76
Perempuan 60 88.24
Usia
<60 tahun 10 14.7
60 tahun 58 85.3
Tingkat Pendidikan
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4068
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
12 tahun 55 80.9
1/2 tahun 13 19.1
Pekerjaan
kognitif
Abnormal 34 50
Normal 34 50
Hipertensi
Ya 37 54.4
Tidak 31 45.6
Diabetes Melitus
Ya 19 27.9
Tidak 49 72.1
Hiperkolesterolemia
Ya 41 60.3
Tidak 27 39.7
Perokok
1
Ya 1.5
67
Tidak 98.5
Frekuensi membaca Al-Qur'an
dalam seminggu
53 77.9
< 12 kali
15 22.1
12 kali
Durasi membaca Al Quran
dalam 1 kali bacaan
< 30 menit 35 51.5
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4069
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
30 menit 33 48.5
60 58
<60 28 (48,3%) 30 (51,7%) (100%) 0,622
0,493
6 (60%) 4 (40%) 11 (0,159-2,439)
(100%)
Total 34 34 68
Pendidikan kognitif
Total P RO (CI95%)
Tingkat Abnormal Normal
12 tahun 55
> 12 tahun 29 (52,7%) 26 (47,3%) (100%) 1.785
0,355
5 (38,5%) 8 (61,5%) 13 (0,518-6,145)
(100%)
Total 34 34 68
Ya 37
Tidak 16(43,2%) 21(56,8%) (100%) 0,550
0.223
18 (58,1%) 13(41,9%) 31 (0.210-1.445)
(100%)
Total 34 34 68
Total 34 34 68
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4070
Jurnal Internasional Rehabilitasi Psikososial, Vol. 24, Edisi 02, 2020 ISSN:
1475-7192
Ya 20
Tidak 21 (51,2%) (48,8%) 41 (100%) 0.8 1.131
(51,9%)
Total 34 34 68
Total 34 34 68
Tabel 10: Hubungan Durasi Membaca Al-Qur'an dengan Fungsi Kognitif
Durasi (menit kognitif Total P RO (CI95%)
e)
Abnormal Normal
Total 34 34 68
Tabel 11: Hubungan Berapa Lama Membaca Al-Qur'an Setiap Hari dengan Fungsi Kognitif
Total 15 12 27
DOI: 10.37200/IJPR/V24I2/PR200727
Diterima: 05 Jan 2020 | Revisi: 20 Jan 2020 | Diterima: 30 Jan 2020 4071