Anda di halaman 1dari 22

PROSEDUR PENATALAKSANAAN

INLAY/ONLAY GIGI POSTERIOR

Oleh:
MONETA
04074822124037

Dosen Pembimbing: drg. Merryca Bellinda, Sp.KG, M.PH

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
PROSEDUR PENATALAKSANAAN RESTORASI INLAY/ONLAY
A. Restorasi Non Plastis
Restorasi non plastis adalah restorasi yang dibuat di laboratorium menggunakan
model cetakan gigi yang dipreparasi, kemudian disemenkan pada gigi. Restorasi non
plastis membutuhkan kunjungan berulang dan penempatan tumpatan sementara sehingga
lebih mahal untuk pasien.
Restorasi non plastis terdiri dari:
 Inlay
Inlay merupakan restorasi intrakoronal indirect yang dibuat diluar rongga mulut
dan disementasi pada gigi yang dipreparasi. Inlay tidak menutupi cusp gigi atau
menutupi satu cusp gigi (tidak menyeluruh).
 Onlay
Onlay merupakan restorasi indirect intrakoronal dan ekstrakoronal yang
menutupi satu atau lebih cusp gigi.

Gambar 1. Gambar restorasi inlay, onlay


 Crown
Partial crown merupakan crown yang menutupi tiga perempat atau tujuh per
delapan mahkota gigi. Crown merupakan restorasi yang menutupi seluruh mahkota
gigi,

(A) (B)
Gambar 2. (A) Crown pada gigi perawatan saluran akar (B) Crown diletakan pada gigi yang dipreparasi.
 INLAY
Tabel 1. Indikasi dan Kontraindikasi Inlay
Indikasi Kontraindikasi
 Karies pada gigi posterior yang dapat meluas ke  Pasien dengan indeks karies gigi
daerah proksimal  Pasien tidak bisa datang pada kunjungan kedua
 Pasien dengan OH baik dan indeks kareis rendah  Umur gigi untuk tetap vital rendah (gigi dengan
 Lebar kavitas tidak lebih dari 1/3 jarak antarcusp kerlibatan periodontal pada orang tua )
 Resistensi cusp yang masih ada cukup kuat  Terdapat perluasan karies di fasial, lingual dan 2
 Gigi tidak digunakan untuk gigi penyangga fixed permukaan, diindikasikan crown
bridge atau removable prostheses. Apabila untuk  Pasien ekonomi rendah, karena biayanya mahal
gigi penyangga lebih diindikasikan untuk onlay  Pasien yang ada restorasi logam yang berbeda
 Menjaga dan mengembalikan kontak karena dapat sebabkan perubahan galvanik ketika
interproksimal gigi untuk membentuk kontak berkontak sama lain.
dnegan gigi yang berdekatan serta untuk koreksi
dataran oklusal
 Ketika gigi lain sudah ada yang direstorasi dengan
restorasi metal

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Inlay


Kelebihan Kekurangan
 Menghasilkan kontak dan kontur yang lebih baik  Menghabiskan waktu lebih lama, dan butuh
 Pemakaian restorasi logam lebih resisten tumpatan sementara
daripada direct komposit, terutama ketika  Lebih mahal dibanding diret
restorasi pada prmukaan oklusal  Teknik lebih sensitif
 Lebih biokompatibel dengan respon jaringan  Ikatan dengan gigi rendah karena hanya semen,
lebih baik bisa disebabkan
 Memperkuat struktur gigi yang tersisa dengan  Inlay kecil dapat menghasilkan efek weding pada
adesif bonding struktur fasial gigi atau lingual gigi dan
 Polishing mudah meningkatkan potensi pecahnya gigi
 Ikatan dengan gigi rendah karena hanya semen,
bisa disebabkan microleakage.

 ONLAY
Tabel 3. Indikasi dan Kontraindikasi Onlay
Indikasi Kontraindikasi
 Karies besar meluas hingga proksimal gigi  Kebiasaan parafungsional
posterior yang melibatkan cusp  Kelainan periodontal
 Kemungkinan bisa terjadi fraktur melibatkan  Kamar pulpa yang lebar serta tanduk pulpa tinggi
cusp (pada pasien muda)
 Gigi yang telah dirawat endodontik (dimana  Dinding fasial, lingual dan multipel rusak
akses kavitas telah menurunkan kekuatan dan (indikasi crown)
prognosis gigi)  Indeks karies tinggi (indikasi crown)
 Gigi yang sulit untuk membentuk retensi  Alergi logam
 Sebagai penyangga gigi tiruan
 Untuk menjaga dan merestorasi kontak
interproksimal, kontur dan oklusal
 Oral hygiene baik dan indeks karies rendah
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Onlay
Kelebihan Kekurangan
 Memperkuat struktur gigi yang tersisa dengan  Teknik sangat sensitif
adhesive bonding  Restorasi membutuhkan keterampilan operator
 Lebih tahan aus dibandingkan dengan restorasi  Memerlukan jumlah kunjungan lebih banyak
direk  Memerlukan restorasi sementara
 Kemungkinan polymerization shrinkage lebih  Restorasi sulit diperbaiki
kecil sehingga mengurangi kemungkinan  Keramik mengabrasi gigi dan restorasi yang
microleakage dan sensitivitas setelah restorasi. berlawanan
(kecuali jika semen larut)  Lebih mahal
 Biokompatibel dengan respon jaringan lebih baik
 Polishing secara ekstra oral mudah
 Kontak dan Kontur lebih baik karena dibuat di
laboratorium

Tabel 5. Bahan Restorasi Non Plastis


Bahan Indikasi Kontraindikasi Kelebihan Kekurangan
Emas  Beban kunyah  Pertimbangan  Bahan restoratif Kurang estetis
besar estetik ekstrakoronal
 Gigi posterior  Indeks karies tinggi yang paling baik
pasca perawatan atau terdapat dibandingkan
endodontik penyakit bahan lainnya.
 Ketika bahan periodontal.  Memiliki
restorasi lain tidak  Faktor sosial dan kekerasan yang
cukup membangun ekonomi sama dengan
daerah proksimal  Pasien email sehingga
dan oklusal menginginkan sulit pecah
 Kehilangan perawatan dengan maupun terkikis.
jaringan dentin kunjungan singkat  Tahan karat.
koronal cukup dan prosedur
besar. sederhana.

Porselen  Pertimbangan  Daya oklusal yang  Tepi mahkota  Bersifat rapuh


estetik besar porselen dan mudah
 Gigi anterior yang  Gigi dengan diletakkan di pecah sebelum
mengalami mahkota klinis yang bawah margin dilakukan
perubahan warna kecil. gingiva sebagai sementasi pada
yang berat.  Pada oklusi edge to pertimbangan kavitas.
 Pada restorasi post edge. estetis.  Setelah melekat
dan core. pada gigi
bersifat sangat
kuat sehingga
dapat mengikis
permukaan gigi
antagonis.

Komposit  Pertimbangan  Restorasi Mudah pecah dan


Indirek estetik Daya oklusal yang komposit di buat berubah warna
 Faktor ekonomi besar di laboratorium
sehingga kontur
lebih baik.
 Tidak
mengikisgigi
lawan danmudah
diperbaiki
(dibandingkan
porselen).
PFM  Pada kasus  Pasien usia muda PFM memberikan  Preparasi
kegagalan berulang (Kamar pulpa lebar) kombinasi kekuatan membutuhkan
crown porselen.  Pada kasus yang dan estetik. ketebalan
 Gigi posterior dikhawatirkan akan yang cukup
memerlukan estetik terjadi keausan sehingga
 Pada gigi anterior permukaan oklusal meningkatkan
yang tidak berlebih. insidensi
memiliki ruang kematian
yang cukup untuk pulpa gigi
restorasi porselen vital.
 Permukaan
oklusal dari
porselen lebih
estetik
sehingga
membutuhkan
pengurangan
jaringan gigi
lebih banyak
dan
meningkatkan
resiko
excessive
occlusal wear
terhadap gigi
lawan.

Metal  Restorasi yang luas  Resiko karies tinggi Kekuatan tinggi Kurang estetis
(perlu kekuatan,  Pasien usia muda
kontrol kontur dan (kamar pulpa lebar)
kontak yang baik).  Pertimbangan
 Gigi posterior estetik
pasca perawatan  Restorasi kecil
endodontik
 Gigi dengan resiko
fraktur
 Diastema closure
dan occlusal plane
correction.
 Removable
prosthodontic
abutment
B. Prosedur Kerja Kasus Inlay/Onlay
Prosedur pelaksanaan untuk kasus inlay dan onlay sebenarnya sama, perbedaannya
terdapat pada tahapan preparasi dimana inlay tidak memiliki keterlibatan cusp sehingga
preparasi tidak termasuk pengurangan cusp dan pada preparasi kelas 2 proksimal pasien
harus menggunakan benang retraksi untuk mempermudah prosedur.

1. Preparasi
 Preparasi oklusal
 Preparasi dimulai menggunakan bur karbid fissure yang flat dengan sumbu
aksis gigisedalam 2 mm di sepanjang central groove. 

Gambar 3. Preparasi di sepanjang central groove

 Preparasi oklusal ini diperluas ke arah fasial dan lingual tepat di luar karies ke
struktur gigi yang sehat dengan menjaga kedalamannya tetap 2 mm. Namun, groove
tidak boleh diperpanjang lebih jauh dari dua pertiga jarak dari central groove ke
puncak cusp (Gambar 4)

Gambar 4. Preparasi diperluas ke arah fasial dan lingual

 Kurangi cusp untuk mendapatkan convenience form sehingga dapat meningkatkan


akses dan visibilitas
 Divergensi oklusal tergantung pada kedalaman oklusal-servikal dari preparasi dan
berhubungan dengan bentuk retensi gigi. Kemiringan bur membentuk divergensi
dinding oklusal sebesar 3º-5º.
 Preparasi box proksimal
 Menggunakan bur yang sama, preparasi diperluas hingga ke mesial dan distal untuk
membuka dentinoenamel junction proksimal. Lebar pemotongan 0,8 mm (0,5 mm
dentin dan 0,3 mm enamel) meluas hingga ke fasial dan lingual 

Gambar 5. Preparasi diperluas hingga ke mesial dan distal

 Dinding fasial dan lingual harus divergen 6º-10º, seperti pada preparasi oklusal
 Preparasi meluas ke gingiva untuk membuang karies pada lantai gingival dengan
jarak 0,5 mm dari gigi sebelahnya. Prosedur ini dapat dilakukan menggunakan
micropreparation bur untuk preparasi dinding gingiva (membentuk bevel)

Gambar 6. Lantai gingiva 0,5 mm dari gigi sebelahnya

 Untuk menghancurkan kontak dari gigi sebelahnya, pemotongan menggunakan


bur karbid pada box proksimal bagian fasial dan lingual 

Gambar 7. Pemotongan pada box proksimal bagian fasial dan lingual


 Pemotongan arah gingiva hingga bur mencapai permukaan proksimal. Tetap
menjaga selapis tipis enamel pada daerah kontak untuk mencegah kerusakan pada
gigi sebelahnya. jika diperlukan dapat menggunakan matriks band untuk proteksi
gigi sekitar
 Selapis tipis dinding enamel yang tidak didukung dapat dihilangkan
menggunakan
hand instrument

Gambar 8. Menghilangkan dinding enamel dengan menggunakan ekskavator

 Bevel gingiva ditempatkan 1 mm di bawah free gingiva margin



 Pengurangan cusp
Pengurangan cusp dimulai dengan membuat kedalaman grooves 1,5 mm (untuk
cusp non fungsional) dan 2 mm (untuk cusp fungsional) menggunakan bur karbid
atau flame shape bur dan meluas hingga ke lingual dan fasial (Gambar 9).

Gambar 9. Pengurangan cusp




 Preparasi bevel dan flare
 Insersi gingival cord retraction, setelah beberapa menit kemudian menggunakan
slender, flame-shaped, fine-grit diamond untuk counterbevels dalam mengurangi
cusp, bevel gingival, dan membentuk flare sekunder pada dinding fasial dan
lingual box proksimal. Bevel dijaga sebesar 30º. Lebar bevel 0,5 mm
 Counterbevel harus cukup luas agar margin cavosurface melampaui kontak gigi
berlawanan
 Beveling margin gingiva dan dinding enamel proksimal. membuang bagian tajam
dan membulat. Membulat antara counterbevel dan flare sekunder
 Sudut garis aksiopulpal dibevel ringan
 Meningkatkan retensi dengan memotong groove proksimal dengan kedalaman 0,3
mm

Gambar 10. Tahap preparasi bevel dan flare



 Bentuk retensi dan resistensi
1) Penambahan groove pada dinding box proksimal
Untuk meningkatkan retensi dan resistensi, groove dibuat di dinding proksimal
pada box. Pembuatan pada sudut garis fasioaksial dan sudut garis linguoaksial
pada dentinuntuk menambah retensi (Gambar 11).

Gambar 11. Preparasi onlay dengan retensi berupa groove pada sudut garis fasioaksial
dansudut garis linguoaksial.

2) Bevel oklusal
Bevel oklusal 30- 40 derajat dimulai pada sepertiga dinding oklusal.
Menggunakan flame shaped diamond. Tujuan bevel oklusal adalah untuk
membuang ketidakteraturan dalam preparasi atau enamel rod yang tidak didukung
pada cavosurface margin (Gambar 13). Bevel memberikan cavosurface margin
yang halus. Jika cusp curam, berikan sedikut bevel atau tanpa bevel, namun jika
cusp dangkal, berikan bevel yang lebih jelas. Penyelesaian akhir dari dinding dan
margin dilakukan dengan membuang semua email yang tidak didukung oleh
dentin.

Gambar 12. Bevel oklusal membantu pembuangan enamel rod yang tidak didukung
cavosurface margin.

3) Bevel gingiva
Gingival bevel sekitar 45º pada preparasi onlay akan sangat menguntungkan.
Bevel harus dibuat halus dan ditempatkan dengan bantuan double ended gingival
marginal trimmer. Gingival bevel harus mencakup setengah ketebalan dari
dinding gingiva. Gingival bevel yang ditempatkan secara tepat dapat mengurangi
kemungkinan email yang lemah atau tidak didukung pada dinding gingiva. Bevel
memberikan sudut tumpul yang lebih kuat pada struktur gigi yang membantu
dalam finishing dari pengecoran dan memberikan kerapatan yang lebih efisien
dari tepi restorasi (Gambar 13a).
Kesalahan bevel pada margin gingiva dapat menghasilkan pembentukan
tepi yang lemah karena adanya undermined rods. Gingival bevel yang lebih dari
45º menghasilkan perluasan yang berlebih dari tepi gingiva dan proksimal yang
dapat menyebabkan kesulitan dalam pencetakan, pembuatan pola lilin, dan
finishing restorasi (Gambar 13b).

Gambar 13. (a)Bevel pada tepi gingival dari box proksimal. (b) Kesalahan pada bevel
dapatmenyebabkan kegagalan restorasi.

 Preparasi akhir

 Bersihkan preparasi dengan semprotan udara/air atau dengan menggunakan cotton


pellet 
Gambar 14. Preparasi onlay selesai

 Bersihkan debris dan periksa semua sudut dan tepi cavosurface

 Buang karies yang masih tersisa, material restorasi yang lama, pit dan fissure
yang dalam yang termasuk dalam preparasi

 Pada preparasi yang besar dengan karies lunak, pembuangan dentin yang
berkaries dilakukan dengan ekskavator atau bur bulat kecepatan rendah

 Aplikasikan basis pada dasar preparasi. Jika karies dalam dan sangat dekat ke
pulpa, berikan kalsium hidroksida dengan ketebalan 1 mm sebelum diberikan
base yang sesuai.

Gambar 15.. Pelindung pulpa diberikan pada preparasi yang dalam. Kalsium
hidroksida digunakan sebagai liner dan glass ionomer cement sebagai basis

3. Pembuatan Catatan Gigit


Catatan gigit digunakan untuk mendapatkan hubungan dari model rahang atas dan
rahang bawah sebagaimana hubungan oklusi yang terdapat di dalam mulut pasien,
sehingga didapatkan restorasi yang stabil oklusinya (oklusi sentries). Umumnya catatan
gigit dibuat menggunakan bite registration paste∕bite wax.
Catatan gigit dapat dengan (1) membuat catatan interoklusal intercuspation maksimal
dengan bite registration paste atau (2) membuat cetakan rahang penuh dan membentuk
model dari cetakan lalu diletakan pada artikulator.

Prosedur:
2. PVS bite registration paste, material berada pada cartridge kemudian mencampur
basedan pasta accelerator secara otomatis pada disposable automixing tip (Gambar
16)

Gambar 16. Bite registration paste

3. Pasta kemudian dialirkan langusng pada gigi yang telah dipreparasi dan lawannya,
selanjutnya pasien menutup mulut keseluruhan. (Gambar 17a dan b). Operator
mengobservasi gigi yang tidak tertutup bite registration paste untuk memverifikasi
gigidalam intercuspation maksimum

Gambar 17. a) menggunakan cartridge dispenser dan disposable automixing tip, base
danpasta akseleratur otomatis tercampur dan diaplikasikan pada gigi yang telah
dipreparasi, b)pasien diminta menutup mulut hingga posisi intercuspation maksimum

4. Saat material mengeras (set), operator mengambil catatan gigit). Terlihat penetrasi
gigiyang tidak dipreparasi (Gambar 18).

Gambar 18. Mengangkat catatan gigit dengan hati-hati saat sudah mengeras, dan
terlihat gigiyang tidak dipreparasi penetrasi ke pasta

4. Pencetakan Dan Pembuatan Model Kerja Die


Setelah preparasi gigi, pencetakan gigi yang telah dipreparasi dan gigi sekitarnya
dilakukan dengan menggunakan material cetak elastomer. Sebelum mencetak, gingival
retraction cord harus dipasang dahulu agar pencetakan gingival margin dari preparasi
dapat lebih baik.
(A) (B)
Gambar 19. (A) Rubber base material impression. (B) Hasil cetakan yang diharapkan.

Syarat material yag digunakan sebagai bahan pencetakan yaitu:


1.Mampu menjadi elastis setelah pengecoran.
2.Memiliki kekuatan yang adekuat.
3.Memiliki keakuratan dimensi, stabil dan detail.
Alginat digunakan untuk pencetakan rahang gigi antagonis dan bahan cetak rubber base
digunakan pada rahang gigi yang dipreparasi.

 Teknik Dua Tahap (Double Mix)


1. Sendok cetak berlubang-lubang siap pakai bawah (palatum hanya diperlukan
jika akan dibuat bar palatal). Bagaimanapun juga sebaiknya sendok cetak harus
cukup kuat untuk menahan tekanan yang dapat mengubah bentuk. Berikan
adhesif pada permukaan sendok cetak.
2. Campur putty base dan tetesan katalis pada pad yang disediakan.
3. Berikan alas plastik di atas seluruh lengkung gigi. Masukan putty ke dalam
sendok, tempatkan pada posisinya dalam mulut. Tahan ± 3 menit hingga
mengeras.
4. Keluarkan sendok dan keringkan permukaannya. Buang spacer dan keluarkan
ganjal gingiva. Aduk bahan light bodied. Masukkan bahan light bodied yang
telah dicampur ke dalam cetakan di atas seluruh lengkung (tidak hanya di sekitar
cetakan pada gigi yang telah dipreparasi).
5. Suntikkan bahan light bodied sekeliling gigi yang dipreparasi (penggunaan
semprotan udara secara perlahan akan membantu dapat membantu menyebarkan
bahan light bodied di atas permukaan preparasi).
6. Tempatkan kembali sendok cetak ke dalam mulut dan tahan selama ± 5 menit.
Gunakan tekanan jari yang ringan.
5. Pembuatan Restorasi Sementara
Teknik pembuatan restorasi sementara:
a. Direct
Pencetakan dilakukan sebelum preparasi, jika gigi mengalami karies atau
fraktur, ditutupi dengan malam kontur anatomis normal. Kemudian pada cetakan
negatif diisi dengan resin akrilik lalu dipasangkan pada gigi yang telah dipreparasi
yang sudah diolesi vaseline. Kemudian restorasi sementara diambil dan dilakukan
trimming. Kemudian sementasi restorasi sementara dengan semen sementara
(Gambar 20).

Gambar 20. Teknik direct pembuatan restorasi sementara

b. Teknik Indirect
a. Pemberian adesif pada sendok cetak
b. Pencetakan menggunakan alginat dengan jari kemudian sendok cetak yang
telahberisi alginat dicetak lagi. Kemudian dicor dengan plaster/stone

Gambar 21. Prosedur pencetakan dan pengecoran teknik indirect pembuatan


restorasisementara

c. Digambarkan margin dengan pensil pada gigi yang telah dipreparasi pada model
kerja. Kemudian model kerja diaplikasikan release agent. Lalu material sementara
diisi pada cetakan sebelum preparasi pada daerah gigi yang dipreparasi.
Pembuatanrestorasi sementara menggunakan resin sementara sewarna gigi .
Gambar 22. Prosedur pembuatan restorasi sementara

d. Trimming dan menyesuaikan restorasi sementara, kemudian disementasi dengan


semensementara

Gambar 23. Prosedur trimming, menyesuaikan, dan mensementasi restorasi


sementarapada gigi

6. Pembuatan Pola Malam Inlay


Teknik yang digunakan adalah teknik indirect, yaitu memodel wax pada model kerja
yang telah didapat sebelumnya. Inlay wax dilunakan di atas lampu spiritus kemudian
ditekan-tekan pada kavitas sampai penuh dan dilakukan pengukiran, baik cusp maupun pit
dan fissure sesuai bentuk anatomis semula.
Setelah dilakukan pemolesan malam, model kerja dan model malam dapat dikirim
ke laboratorium untuk mendapatkan restorasi inlay.
Gambar 24. Pembuatan pola malam inlay sesuai dengan bentuk anatomis awal dari gigi tersebut.

7. Prosedur Laboratorium

8. Try-In

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat uji coba pemasangan (try-in) onlay antara
lain:
 Oklusi
Tidak boleh terjadi prematur kontak yang akan mengakibatkan trauma oklusi
(Gambar 29). Untuk mengetahuinya digunakan kertas artikulasi, adanya teraan
yang lebih tebal menunjukkan terjadinya traumatik oklusi.

Gambar 25. a) Oklusi yang tepat saat intercusp maksimum, b) Oklusi yang tidak
tepatmengakibatkan restorasi tidak stabil

Pengurangan apabila cusp terlalu tebal dapat dilakukan menggunakan bur


abrasive stone. Namun, apabila terlalu banyak daerah yang ingin dibuang, maka
dapat dilakukan pengembalian ke lab untuk diperbaiki kembali.

 Adaptasi
Diperiksa keadaan sela gusi. Terutama keakuratan/kerapatan pinggiran servikal
antara tepi onlay dengan bagian servikal gigi asli. Pada bagian pundak, pinggiran
mahkota tidak boleh menekan gusi (overhang), karena kelebihan mahkota dapat
menjadi tempat tertimbunnya plak yang akan mengakibatkan peradangan gusi.

 Daerah Titik Kontak


Untuk pemeriksaan daerah titik kontak, digunakan dental floss. Daerah titik
kontak harus dapat dilalui dengan mulus oleh dental floss.

Setelah try-in, dapat dilakukan pemeriksaan radiografi langsung untuk menilai apakah
restorasi sudah pas dan tidak ada bagian yang overhang atau berlebih.

9. Sementasi
Prosedur Sementasi:
 Isolasi gigi dari saliva dengan cotton rolls (dan saliva ejector) (Gambar 30).

Gambar 26. Isolasi gigi

 Preparasi dikeringkan dengan air syringe, jangan terlalu kering


 Semen diaduk berdasarkan instruksi pabrikan
 Semen diaplikasikan dengan hati-hati pada permukaan onlay

Gambar 27. Mengaplikasikan semen pada permukaan onlay

 Operator menempatkan onlay dengan jari atau penjepit. Selanjutnya menekan


daerah pit dengan burnisher (dari sisi satu ke lainnya), memberikan tekanan
untuk menempatkan onlay
Gambar 28. Memberikan tekanan untuk menempatkan onlay dengan burnisher

 Operator menempatkan small lexible rubber polishing disk pada onlay, angkat
saliva ejector, dan meminta pasien menutup dan menggigit (Gambar 29a dan b)
Pasien juga diminta untuk menggerakkan mandibula sedikit dari sisi ke sisi,
sambalmemberikan tekanan

Gambar 29. a) Menempatkan polishing disk pada onlay, b) Pasien diminta


menggigit

 Beberapa detik tekanan cukup, disk diambil, kelebihan di daerah mukosa


dibersihkan dan lebih mudah untuk memeriksa dan memverifikasi restorasi
duduk sepenuhnya
 Mengambil kelebihan semen pada margin fasial dan lingual/palatal (dapat
menggunakan microbrush)

Gambar 30. Mengambil kelebihan semen

 Saat semen masih lunak, margin yang dapat diakses di burnish


 Saliva ejector dimasukkan lagi kedalam mulut dan daerah dijaga tetap kering
saat setting semen. Kelembaban berlebih saat reaksi setting dapat melemahkan
beberapa jenis semen

 Setelah semen mengeras, kelebihan dibersihkan dengan explorer atau


microbrush dan spray air- water. Dental floss harus dapat melewati kontak,
membawa ke gingiva interproksimal dan sulkus, mengambil semen pada daerah
ini (Gambar 35), dental tape dengan simpul kecil juga dapat mengangkat
kelebihan semen yang sedikit pada daerah interproksimal. Saat menggunakan
dental floss, restorasi sambil ditekan agar tidak lepas/terangkat.

Gambar 31. Dental floss dilewati pada kontak

 Menyemprotkan udara pada sulkus gingiva dan terlihat semen sisa yang harus
dihilangkan
 Ketika sementasi telah dilakukan dengan benar, garis semen seharusnya tidak
terlihat dimargin.

Gambar 32. Margin halus

C. Instruksi Pada Pasien


a. Pasien diberikan Dental Heatlh Education (DHE) dan diinstruksikan untuk tidak
makan selama 1 jam dan tidak menggunakan restorasi untuk menggigit sesuatu yang
keras dengan sengaja selama 24 jam, serta untuk rajin membersihkan gigi
menggunakan dental flosh.
b. Pasien diminta untuk datang kembali, kontrol 1 minggu setelah sementasi dengan
melakukan :
1. Pemeriksaan Subyektif
Pemeriksaan subyektif dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan keluhan pasien setelah dilakukan sementasi inlay/onlay,
seperti ada atau tidaknya nyeri (lokasi, durasi dan keparahan)
2. Pemeriksaan Obyektif
Pemeriksaan obyektif dilakukan dengan pemeriksaan palpasi, perkusi, dan
mobilitas pada gigi yang telah dirawat, serta dillihat apakan inlay/onlay masih
dalam keadaan oklusi, adaptasi dan kedudukan yang baik. Selain itu, juga
diperiksa apakah terdapat inflamasi atau peradangan pada jaringan periodontal
di sekitar gigi tersebut.

Palembang, 16 Juli 2021

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Konservasi

drg. Merryca Bellinda, Sp.KG, M.PH


DAFTAR PUSTAKA
Sturdevant CM, Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2006. Sturdevant’s Art & Science of
Operative Dentistry, 5th ed. St. Louis: Mosby.
Sturdevant CM, Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. 2002. Sturdevant’s Art & Science of
Operative Dentistry, 4th ed. St. Louis: Mosby.
Bartlett D, Ricketts D. Advanced Operative Dentistry : A Practical Approach. 2011. Chruhill:
Elsevier
Ritter AV, Boushell LW, Walter R. Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry. 7th Ed.
St. Louis: Elsevier. 2019.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers. 2015.
Powers JM, Wataha JC, Chen YW. Dental materials foundations and applications. 11th Ed. St.
Louis: Elsevier. 2017.
Gladwin M, Bagby. Clinical aspects of dental materials theory, practice, and cases. 4th Ed.
Philadelphia: Wolters Kluwer. 2013.
Ricketts D, Bartlett D. Advanced operative dentistry: a practical approach. St. Louis: Elsevier.
2011

Anda mungkin juga menyukai