Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh Molase Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus) pada Media Serbuk Kayu Mahang dan Sekam Padi

The Effect of Molases for Grow and Yield White Oyster Mushroom with
Sawdust of Mahang and Rice Bran Media

Muhammad Ikhsan1, Erlida Ariani2

Program Studi Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi


Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru
Email :Ikhsanmuhammad04@gmail.com/081270805493

ABSTRACT

The research purpose to know the effect of molases for growth and yield
white oyster mushroom with sawdust of mahang and rice bran media. This
research already held in mushroom house at kempas XIII street, Pandau Permai,
Siak Hulu, Kampar Regency. This research conducted for 4 months from August
until November 2017. This research used a completely randomized design (CRD)
one factor with four replicaton. The factor various contentration of molases,
M1 = 68 cc/l, M2 = 136 cc/l, M3 = 204 cc/l, M4 = 272 cc/l, M5 = 340 cc/l and
M6=408 cc/l. The result of research showed the molases with different
concentraion give significanly different for various parameter, like time mycelium
fullgrow in baglog, first time pinhead grow, diameter of oyster, weight of the
white oyster mushroom and interval of harvest, but not significantly different for
first time mycelium grow and amount of oyster.

Keywords : white oyster mushroom, molases, sawdust of mahang, rice bran

PENDAHULUAN

Jamur tiram putih merupakan memiliki berbagai manfaat,


tumbuhan yang tidak berklorofil. diantaranya sebagai bahan sayuran,
Jamur tiram putih dapat hidup di bahan olahan dan berkhasiat sebagai
tanah maupun pada kayu yang telah obat yang dapat mencegah anemia,
lapuk dan biasanya secara alami memperbaiki gangguan pencernaan
banyak ditemukan pada musim dan membantu masalah kekurangan
penghujan. Jamur tiram putih gizi (Soenanto, 2000). Menurut
memiliki kandungan nutrisi paling Djarijah dan Djarijah (2001) jamur
tinggi jika dibandingkan dengan jenis tiram putih memiliki sifat
jamur konsumsi lainnya, sehingga menetralkan racun dan zat-zat radio
baik dimanfaatkan sebagai makanan aktif dalam darah.
maupun obat. Banyaknya manfaat jamur
Jamur tiram putih tiram putih menyebabkan permintaan
sebagaimana jamur konsumsi lainnya akan jamur ini terus meningkat dari

1) Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 1
waktu ke waktu. Permintaan jamur 33–44% selulosa, 17-47% lignin,
tiram putih meningkat sekitar 5% 17-26% hemiselulosa dan 13%
setiap tahunnya. Berdasarkan silika (Sipahutar, 2010).
perhitungan tersebut diperkirakan Berdasarkan hasil penelitian
pada tahun 2017 kebutuhan jamur Sulistyarini (2003) penggunaan
tiram di Indonesia mencapai 20.905 media kombinasi antara serbuk kayu
ton, namun produksi jamur dalam dan sekam padi dihasilkan berat
negeri Indonesia baru mencapai segar jamur tiram putih rata-rata
10.000-12.500 ton ( Piryadi, 2013). hanya berkisar 78,76 g. Hal ini masih
Pertumbuhan dan hasil jamur rendah jika dibandingkan dengan
tiram putih sangat tergantung pada berat maksimal jamur tiram putih
media tumbuh, karena jamur tidak yang rata-rata mencapai 100 g
dapat melakukan fotosintesis. Media (Cahyana dkk., 1999). Untuk itu
tumbuh yang baik adalah media yang perlu dilakukan penambahan nutrisi
mampu menyediakan nutrisi untuk lain, seperti penambahan molase.
pertumbuhan jamur tiram putih. Menurut Agus (2010) molase
Limbah pertanian seperti serbuk mengandung jenis karbohidrat yang
kayu, sekam padi, tandan kosong dan lebih sederhana, dibandingkan
ampas tebu merupakan bahan-bahan campuran serbuk gergaji dan dedak,
potensial yang dapat dijadikan bahan sehingga karbohidrat yang terdapat
utama untuk media tumbuh jamur dalam molase lebih cepat
tiram putih. dimanfaatkan untuk pertumbuhan
Pemanfaatan serbuk kayu jamur tiram putih. Karbohidrat
sangat mendominasi untuk dijadikan merupakan pemasok energi utama
bahan utama pada media tumbuh bagi pertumbuhan dan
jamur tiram putih, seperti serbuk perkembangan jamur tiram putih.
kayu sengon, mahoni dan mahang. Molase merupakan salah satu
Limbah serbuk kayu mengandung bahan alternatif yang dapat
selulosa, hemiselulosa dan lignin digunakan sebagai nutrisi tambahan
yang dibutuhkan dalam pertumbuhan pada media tumbuh jamur tiram
dan hasil jamur tiram putih. putih. Molase mengandung glukosa,
Ketersediaan serbuk kayu saat ini fruktosa, nitrogen, kalsium,
mulai sulit karena menurunnya hasil magnesium, potasium dan besi yang
hutan dan adanya peraturan yang dapat digunakan untuk memenuhi
mengatur pemanfaatan hasil hutan, kebutuhan nutrisi pada jamur tiram
sehingga diperlukan inovasi baru putih.Tujuan dari penelitian ini
dalam komposisi media tumbuh adalah untuk mengetahui pengaruh
jamur tiram putih agar konsentrasi molase terhadap
ketergantungan terhadap serbuk kayu pertumbuhan dan hasil jamur tiram
dapat diatasi. putih (Pleurotus ostreatus) pada
Sekam padi merupakan bahan media serbuk kayu mahang dan
yang dapat digunakan sebagai bahan sekam padi.
aditif untuk media tumbuh jamur
tiram putih, karena sekam padi dapat BAHAN DAN METODE
dengan mudah dicari dan
mengandung nutrisi yang dibutuhkan Penelitian dilaksanakan di
untuk pertumbuhan dan hasil jamur jalan Kempas XIII Perumahan
tiram putih. Sekam padi mengandung Pandau Permai Desa Pandau Jaya
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 2


Kampar. Penelitian ini dilaksanakan perlakuan dan disusun menggunakan
selama 4 bulan mulai Agustus Rancangan Acak Lengkap (RAL)
sampai November 2016. Penelitian masing-masing perlakuan diulang
dilaksanakan di jalan Kempas XIII sebanyak 4 kali sehingga diperoleh
Perumahan Pandau Permai Desa 24 unit percobaan. Setiap unit
Pandau Jaya Kecamatan Siak Hulu percobaan terdiri dari 4 baglog,
Kabupaten Kampar. Penelitian ini sehingga diperoleh 96 baglog.
dilaksanakan selama 4 bulan mulai Perlakuan konsentrasi molase terdiri
Agustus sampai November 2016. dari :M1 = 68 cc/l, M2 =136 cc/l, M3
Bahan yang digunakan pada = 204 cc/l, M4 = 272 cc/l, M5 = 340
penelitian ini adalah bibit jamur cc/l, M6 = 408 cc/l. Data yang
tiram putih F2 (Pleurotus ostreatus), diperoleh dianalisis secara statistik
serbuk gergaji kayu mahang dari menggunakan analisis ragam. Hasil
tempat pengetaman kayu, sekam padi analisis ragam dilanjutkan dengan uji
dari toko pertanian, dedak, alkohol Jarak berganda Duncan pada taraf
70%, kapur (dolomit), gips, molase, 5% .
plastik polipropilen ukuran 17 x 35
cm dengan ketebalan 0,5 mm, tali HASIL DAN PEMBAHASAN
plastik, spritus, kertas koran,
formalin 2% dan air. Waktu Awal Miselium Tumbuh
Alat yang digunakan adalah Hasil penelitian setelah
cangkul, timbangan, alat pasteurisasi dilakukan analisis ragam
(drum besi), kayu bakar, menunjukkan bahwa penambahan
termohygrometer, handsprayer, molase pada media tumbuh jamur
spatula, lampu bunsen, ayakan pasir tiram berpengaruh tidak nyata
10 mesh, suntikan, label, cincin terhadap waktu awal miselium
paralon ukuran 0,5 inchi dan selang. tumbuh. Rata-rata waktu awal
Penelitian ini dilaksanakan secara miselium tumbuh dan hasil uji jarak
eksperimen yang terdiri dari 6 berganda Duncan pada taraf 5%
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata waktu awal miselium tumbuh sejak inokulasi dengan


penambahan molase pada media serbuk kayu mahang dan sekam padi.
Konsentrasi molase (cc/l) Waktu awal miselium tumbuh (HSI*)
68 5,00 a
136 4,00 a
204 5,00 a
272 4,50 a
340 5,00 a
408 5,00 a
Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan taraf 5%
*HSI : Hari Setelah Inokulasi

Tabel 1 menunjukkan bahwa dengan konsentrasi yang berbeda


penambahan molase terhadap awal belum mampu dimanfaatkan secara
miselium tumbuh berbeda tidak maksimal oleh bibit jamur tiram
nyata antar perlakuan. Hal ini putih. Menurut Susiana (2010)
dikarenakan penambahan molase bahwa penambahan gula akan

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 3


berpengaruh pada proses pemenuhan Berdasarkan pengamatan
jamur pada baglog keseluruhan tidak thermohygrometer pada ruang
pada awal tumbuhnya miselium, inkubasi didapatkan kelembaban 62-
media jamur yang ditambahkan 450 99% dan suhu 25-36°C, kondisi
g gula lebih cepat proses pemenuhan lingkungan optimal didapatkan
miselium dibandingkan tanpa hanya pada pagi dan sore hari,
pemberian gula. Jamur belum sementara pada siang hari kondisi
mampu memanfaatkan molase pada kelembaban rendah dan suhu tinggi
tahap awal pertumbuhan miselium melewati kondisi optimal, hal ini
dikarenakan molase belum meyatu akan menghambat tumbuhnya
dengan media, jika molase telah miselium jamur. Menurut Ipunk dan
menyatu dengan media akan Saprianto (2010) laju pertumbuhan
memberikan pengaruh yang baik miselium dipengaruhi oleh faktor
terhadap pertumbuhan miselium lingkungan seperti suhu dan
awal. Karena molase mengandung kelembaban.
gula sederhana yang mudah untuk
dimanfaatkan jamur pada awal Waktu Miselium Memenuhi
pertumbuhannya. Menurut Sugianto Baglog dan Waktu Muncul
(2013) molase mengandung gula Pinhead Jamur Tiram
sederhana yang memiliki karbon Hasil penelitian setelah
berantai 6 yaitu dalam bentuk dilakukan analisis ragam
glukosa dan fruktosa yang dapat menunjukkan bahwa penambahan
dimanfaatkan langsung oleh jamur molase pada media tumbuh jamur
untuk pertumbuhan miselium awal. tiram berpengaruh nyata terhadap
Faktor lainnya yang memepengaruhi pemenuhan miselium pada baglog
tumbuhnya miselium adalah faktor dan waktu muncul pinhead jamur
lingkungan. Kelembaban dan suhu tiram. Rata-rata pemenuhan
menjadi faktor lingkungan yang miselium pada baglog , waktu
sangat penting. Penumbuhan muncul pinhead jamur dan hasil uji
miselium jamur akan optimal pada jarak berganda Duncan pada taraf
kelembaban 60-80% dan suhu 25- 5% disajikan pada Tabel 2.
30°C (Djarijah dan Djarijah, 2001).

Tabel 2. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk miselium memenuhi baglog dan
waktu muncul pinhead jamur tiram sejak inokulasi dengan penambahan molase
pada media serbuk kayu mahang dan sekam padi.
Konsentrasi molase Waktu miselium Waktu awal
(cc/l) memenuhi baglog muncul pinhead
(HSI*) (HSI*)
68 70,00 b 90,50 b
136 70,00 b 91,00 b
204 60,50 a 83,50 a
272 59,25 a 84,00 a
340 62,00 a 86,00 a
408 65,25 ab 88,50 ab
Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan taraf 5%
*HSI : Hari Setelah Inokulasi

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 4


Tabel 2 menunjukkan bahwa cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan
penambahan molase dengan hasil penelitian Putranti (2003)
konsentrasi 204 cc/l, 272 cc/l dan penambahan molase berpengaruh
340 cc/l menunjukkan pemenuhan terhadap saat munculnya miselium,
miselium dan awal muncul pinhead penyebaran miselium dan awal
lebih cepat dibandingkan perlakuan muncul pinhead.
lainnya. Terdapat hubungan yang Perlambatan pertumbuhan
lurus antara pemenuhan miselium miselium dan pinhead pada
jamur pada baglog dengan waktu penambahan molase dengan
munculnya pinhead jamur tiram. konsentrasi 68 cc/l, 136 cc/l dan 408
Pemenuham miselium pada cc/l diduga erat kaitannya dengan
baglog dipengaruhi oleh nutrisi yang kandungan gula dan nitrogen yang
terkandung pada media jamur tiram. terkandung dalam molase. Pada
Hal ini sesuai dengan Steviani (2011) penambahn molase dengan
bahwa proses pertumbuhan miselium konsentrasi 68 cc/l dan 136 cc/l gula
jamur membutuhkan gula, nitrogen, dan nitrogen yang terkandung di
kalsium, kalium, fosfor dan vitamin dalamnya sedikit dan belum mampu
B dalam jumlah yang cukup. Molase memberikan pengaruh yang baik
dengan konsentrasi 204 cc/l, 272 cc/l terhadap pertumbuhan miselium
dan 340 cc/l menunjukkan jamur tiram, sebaliknya pada
pemenuhan miselium lebih cepat penambahan molase dengan
dibandingkan perlakuan lainnya konsentrasi 408 cc/l kandungan gula
karena mampu menambah dan nitrogen yang terdapat pada
kandungan gula sederhana dan molase berlebih sehingga jamur
nitrogen yang dibutuhkan miselium tiram tidak dapat menyerapnya
untuk tumbuh. Penumbuhan dengan baik. Hal ini sesuai dengan
miselium membutuhkan gula dan Steviani (2011) proses pertumbuhan
nitrogen dalam jumlah yang cukup. miselium jamur membutuhkan gula,
Menurut Mahrus (2014) molase nitrogen, kalsium, dan magnesium
mengandung gula yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup.
dalam pertumbuhan jamur. Tabel 2 menunjukkan adanya
Selanjutnya, menurut Hambali keterkaitan antara pemenuhan
(2010) molase mengandung nitrogen miselium dengan awal muncul
2-6%, yang sangat berguna dalam pinhead. Hal ini dikarenakan, proses
pertumbuhan miselium, membentuk pertumbuhan dari satu tahap ke tahap
protein dan membangun enzim- berikutnya akan mempengaruhi
enzim. pertumbuhannya. Hal ini sesuai
Waktu munculnya pinhead dengan Steviani (2011) pertumbuhan
dapat dijadikan parameter jamur secara keseluruhan akan
pertumbuhan jamur tiram. Hasil yang dipengaruhi oleh pertumbuhan dari
diperoleh dari Tabel 2 menunjukkan satu proses ke proses berikutnya..
molase dengan konsentrasi 204 cc/l, Waktu pemenuhan miselium
272 cc/l dan 340 cc/l merangsang pada baglog dan munculnya pinhead
munculnya pimhead lebih cepat yang didapatkan pada Tabel 2
dibandingkan perlakuan lainnya. Hal dengan menggunakan media serbuk
ini dikarenakan adanya penambahan kayu mahang dan sekam padi jika
molase yang kaya akan gula, dibandingkan dengan media yang
nitrogen dan bahan organik yang direkomendasikan dalam budidaya

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 5


jamur tiram yaitu serbuk kayu penelitian Steviani (2011)
sengon memiliki pertumbuhan yang penggunaan kayu sengon dan glugur
rendah. Hal ini disebabkan oleh memberikan pertumbuhan yang lebih
beberapa faktor. Pertama, baik dibandingkan kayu akasia yang
penggunaan serbuk kayu mahang merupakan jenis kayu keras.
yang merupakan jenis kayu keras. Menurut Sulistyarini (2003)
Faktor kedua, penambahan sekam kandungan silika pada sekam padi
padi yang memiliki kandungan silika menghambat aktifitas miselium
menjadi faktor penghambat. jamur dalam merombak media
Menurut Suhardiman (1990) menjadi senyawa-senyawa yang
dalam Afief dkk. (2015) keras lebih sederhana.
lunaknya kayu yang dijadikan media
tumbuh sangat mempengaruhi Diameter Tudung, Jumlah Tudung
pertumbuhan dan pekembangan per Rumpun dan Berat Segar
jamur tiram, karena erat hubungnnya Jamur Tiram
dengan proses pelapukan media. Hasil penelitian setelah
Jenis kayu yang mudah melapuk dilakukan analisis ragam
akan cepat menyediakan nutrisi yang menunjukkan bahwa penambahan
dibutuhkan oleh jamur dalam molase pada media tumbuh jamur
pertumbuhannya. Hal ini didukung tiram berpengaruh nyata terhadap
oleh pendapat Fadhillah (2010) diameter tudung dan berat segar
menyatakan bahwa cepat lambatnya jamur tiram, namun berbeda tidak
dekomposisi bahan media akan nyata pada jumlah tudung jamur per
mempengaruhi pertumbuhan dan rumpun. Rata-rata diameter tudung,
pemenuhan miselium pada baglog. jumlah tudung per rumpun, berat
Dekomposisi bahan yang segar jamur tiram dan hasil uji jarak
berlangsung cepat akan menyediakan berganda Duncan pada taraf 5%
unsur N, P dan K yang dapat disajikan pada Tabel 3.
dimanfaatkan oleh jamur. Hasil

Tabel 3. Rata-rata diameter tudung, jumlah tudung per rumpun dan berat segar
jamur tiram dengan penambahan molase pada media serbuk kayu
mahang dan sekam padi.
Konsentrasi molase Jumlah tudung Diameter tudung Berat segar
(cc/l) per rumpun (buah) jamur (cm) jamur (g)
68 5,50 a 9,75 a 68,75 b
136 8,00 a 7,75 b 66,00 b
204 7,75 a 7,75 b 77,50 ab
272 8,00 a 8,00 b 88,50 a
340 7,5 a 8,00 b 70,50 b
408 7,25 a 8,75 ab 67,00 b
Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan taraf 5%

Tabel 3 menunjukkan berbeda nyata terhadap diameter


penambahan molase berbeda tidak tudung jamur, penambahan molase
nyata terhadap jumlah tudung per dengan konsentrasi 136 cc/l sampai
rumpun. Penambahan molase 340 cc/l lebih merata

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 6


pertumbuhannya jika dikaitkan oleh jamur untuk membentuk tubuh
dengan jumlah tudung per rumpun buah jamur. Pembentukan tubuh
dan berat segar jamur tiram. Molase buah jamur membutuhkan unsur hara
dengan konsentrasi 272 cc/l seperti gula, nitrogen, kalsium dan
memberikan pengaruh terbaik pada vitamin dalam jumlah yang cukup.
berat segar jamur tiram dan Kekurangan nutrisi yang dibutuhkan
pertumbuhannya cenderung lebih jamur tersebut akan mengakibatkan
meerata jika dikaitkan dengan jumlah sedikitnya jumlah tubuh buah jamur
tudung per rumpun dan diameter yang akan terbentuk. Pengaruhnya
jamur tiram. Ini disebabkan adanya akan terjadi peningkatan diameter
ketersediaan dan keseimbangan jamur yang tidak merata pada jamur
komposisi nutrisi yang terdapat tiram putih. Menurut Puspaningrum
dalam media tubuh jamur. (2013) adanya kekurangan nutrisi
Pembentukan tubuh buah jamur pada media menyebabkan
membutuhkan berbagai macam jenis pertumbuhan jamur terganggu.
nutrisi seperti gula, nitrogen, kalium Penambahan molase dengan
dan vitamin. konsentrasi 408 cc/l diduga terjadi
Menurut Mahrus (2014) kelebihan gula pada media jamur
bahwa pertumbuhan dan tiram, sehingga jamur tiram tidak
perkembangan tudung jamur juga dapat menyerap nutrisi secara
memerlukan unsur lain seperti optimal sehingga berpengaruh
kalium, nitrogen, dan vitamin B terhadap pertumbuhannya.
kompleks yang memiliki peranan Pertumbuhan jumlah tudung jamur
masing-masing. Menurut Soenanto akan sedikit, sehingga terjadinya
(2000) nitrogen berfungsi sebagai pertumbuhan diameter jamur yang
pembentuk miselium, pembentukan besar, namun memiliki berat segar
protein, dan membangun enzim- yang rendah. Menurut Riyati dan
enzim yang dibutuhkan untuk Sumarsih (2002) penambahan nutrisi
memecah selulosa, dan lignin. Ipunk dengan perbandingan tingkat tertentu
dan Saprianto (2010) menyatakan mampu menyuplai nutrisi untuk
dalam merangsang pertumbuhan pertumbuhan jamur, namun
buah jamur membutuhkan nitrogen. penambahan yang terus meningkat
Senyawa nitrogen dapat diperoleh akan mengurangi kandungan
dari molase yang mengandung 2-6% lignoselulosa yang dibutuhkan dalam
nitrogen. Menurut Suparti dan pertumbuhan jamur. Akhirnya akan
Marfuah (2015) vitamin mempengaruhi banyak sedikitnya
mempengaruhi terbentuknya pinhead tudung jamur tiram yang terbentuk.
pada jamur tiram putih dan unsur Secara langsung akan mempengaruhi
kalsium mampu memberikan akar besar kecilnya diameter jamur tiram.
dan batang yang kokoh pada jamur Hal ini sesuai dengan pendapat
tiram putih. Nurjihadinnisa dkk. (2015) bahwa
Terjadinya peningkatan diameter tudung jamur dipengaruhi
diameter tudung jamur pada molase jumlah tubuh buah dan ketersediaan
konsentrasi terendah yaitu 68 cc/l nutrisi pada media. Pertumbuhan
dan molase konsentrasi tertinggi jumlah tudung per rumpun ini
yaitu 408 cc/l. Pada molase dengan berbanding terbalik dengan diameter
konsentrasi 68 cc/l diduga terjadi tudung. Semakin sedikit jumlah
kekurangan nutrisi yang dibutuhkan tudung jamur yang dihasilkan maka

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 7


diameter tudung jamur akan semakin jamur tiram. Jamur yang tudung
besar, sebaliknya semakin banyak jamur yang optimal dengan jumlah
jumlah tudung jamur yang diameter merata yang akhirnya akan
dihasilkkan maka diameter tudung berpengaruh pada berat segar jamur
akan semakin kecil, sehingga akan tiram. Menurut penelitian Fauzi dkk.
berpengaruh terhadap berat segar (2013) terdapat keterkaitan antara
jamur tiram. diameter jamur tiram, jumlah tudung
Nutrisi yang paling penting per rumpun dan berat segar jamur
dalam pembentukan buah jamur tiram yang ditunjang oleh nutrisi
adalah karbohidrat, karena sebagian yang cukup.
besar kandungan dari jamur tiram
terdiri dari karbohidrat. Menurut Interval Panen Jamur
Soenanto (2000) kandungan gizi Hasil penelitian setelah
jamur tiram dalam 100 g terdiri dari dilakukan analisis ragam
karbohidrat 61.7 g; kalsium 32,9 g; menunjukkan bahwa penambahan
protein 13,8 g dan kandungan nutrisi molase pada media tumbuh jamur
lainnya. Kekurangan ataupun tiram berpengaruh nyata terhadap
kelebihan nutrisi utama diatas akan interval panen jamur. Rata-rata
mengakibatkan terjadinya interval panen dan hasil uji jarak
penghambatan pertumbuhan jamur. berganda Duncan pada taraf 5%
Pada Tabel 3 juga disajikan pada Tabel 4.
menunjukkan adanya keterkaitan
antara diameter tudung jamur,
tudung per rumpun dan berat
mendapatkan nutrisi cukup akan
mampu mengahasilkan jumlah segar

Tabel 4. Rata-rata interval panen jamur tiram putih dengan pemberian molase
pada media serbuk kayu mahang dan sekam padi.
Konsentrasi molase (cc/l) Interval panen jamur (HSPS*)
68 30,00 b
136 28,00 ab
204 25,50 a
272 28,25 ab
340 32,00 c
408 30,75 bc
Angka-angka pada kolom yang diikuti dengan huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
uji jarak berganda Duncan taraf 5%
*HSPS : Hari Setelah Panen Sebelumnya

Tabel 4 menunjukkan bahwa pertama hingga panen kedua relatif


penambahan molase dengan lebih merata dibandingkan dengan
konsentrasi 204 cc/l nyata dapat perlakuan lainnya. Pertumbuhan
mempercepat interval panen jamur merata ditandai dengan proses
tiram dibandingkan dengan pertumbuhan jamur tiram dari satu
perlakuan lainnya. Hal ini tahap ke tahap berikutnya
dikarenakan pada perlakuan tersebut menunjukkan hasil yang baik pada
pertumbuhan jamur dari panen tiap parameter. Pertumbuhan dan

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 8


perkembangan jamur yang merata kelembaban 80-90%, suhu dan
bisa didapatkan karena adanya kelembaban yang tidak sesuai akan
asupan nutrisi yang cukup pada menghambat pertumbuhan dan
jamur tiram putih, penambahan pembentukan buah jamur.
molase dengan konsentrasi yang
cukup mampu menambah nutrisi KESIMPULAN DAN SARAN
yang dibutuhkan sehingga
kebutuhannya dapat terpenuhi. Kesimpulan
Menurut Mahrus (2014) Dari penelitian yang telah
jumlah tubuh buah dan pertumbuhan dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
yang merata antar panen serta proses penambahan molase dengan
sebelumnya yang berlangsung baik konsentrasi yang berbeda
akan mempercepat interval panen. memberikan pengaruh nyata
Menurut Pamungkas (2000) dalam terhadap waktu miselium memenuhi
Mahrus (2014) bahwa dengan baglog, awal muncul pinhead,
kandungan gula pada molase mampu diameter tudung, berat segar jamur
mempercepat intervel panen. dan interval panen namun tidak
Penambahan molase berbeda memberikan pengaruh yang nyata
nyata antar perlakuan terhadap terhadap waktu awal miselium
inteval panen. Ini dikarenakan proses tumbuh dan jumlah tudung per
pertumbuhan sebelumnya yang telah rumpun.
banyak perbedaaan, sehingga ketika
telah masuk ke panen kedua Saran
perbedaan-perbedaan tersebut akan Berdasarkan hasil penelitian
terakumulasi. Hal ini sesuai dengan dapat disarankan penambahan
pernyataan Steviani (2011) molase sebagai nutrisi tambahan
pertumbuhan jamur dari satu tahap pada media serbuk kayu mahang dan
ke tahap berikutnya akan sekam padi. Perlu dilakukan
mempengaruhi pertumbuhan penelitian lanjutan dalam
selanjutnya. penggunaan media kombinasi antara
Interval panen juga serbuk kayu mahang dengan sekam
dipengaruhi oleh faktor lingkungan padi, terutama pada lamanya
yaitu kelembaban dan suhu. pendiaman media karena keduanya
Pertumbuhan tubuh jamur merupakan bahan keras.
membutuhkan kelembaban yang
tinggi dan suhu yang rendah. Hasil
pengamatan thermohygrometer di DAFTAR PUSTAKA
kumbung suhu 25-36ºC dan
kelembaban 80-99%. Suhu dan Afief M.F., R.R. Lahay. dan B.
kelembaban optimal pada Siagian. 2015. Respon
pembentukan buah tidak didapatkan pertumbuhan dan produksi
pada pada lokasi penelitian, sehingga
jamur tiram putih
secara tidak langsung akan
menghambat proses terbentuknya (Pleurotus ostreatus)
buah jamur. Hal ini sesuai dengan terhadap berbagai media
Djarijah dan Djarijah (2001) dalam serbuk kayu dan pemberian
pembentukan tubuh buah jamur pupuk NPK. Jurnal Online
membutuhkan suhu 20-22ºC dan

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 9


Agroteknologi, volume 3 (4) : putih. Jurnal Warta Rimba,
1381-1390. volume 2 (1) : 45-53.

Agus. 2010. Tiram Disuntik Jadi Gunawan, A.W. 2000. Usaha


Produktif. Pembibitan Jamur.
online.co.id/tiram-disuntik- Penebar Swadaya. Jakarta.
jadi-produktif/. Diakses Hambali, E. 2007. Teknologi
pada tanggal 3 Januari Bioenergi. Agromedia
2016. Pustaka. Jakarta.
Cahyana, Y. A., Muchroji dan M. Ipunk Y. dan C. Saprianto. 2010.
Bakrun. 1999. Jamur Usaha 6 Jenis Jamur
Tiram. Penebar Swadaya. Skala Rumah Tangga.
Jakarta. Penebar Swadaya. Jakarta.
. 2004. Jamur Tiram Istiqomah, N dan F, Siti. 2014.
Pembibitan, Pertumbuhan dan hasil
Pembudidayaan dan jamur tiram putih pada
Analisis Usaha. Penebar berbagai media tanam.
Swadaya. Jakarta. Jurnal Ziraa’ah, volume 39
Djarijah N.M dan A.S. Djarijah (3) : 95-99.
2001. Budidaya Jamur Mahrus, A. 2014. Pengaruh
Tiram, Pembibitan, penambahan molase pada
Pemeliharaan, dan media F3 terhadap
Pengendalian Hama pertumbuhan jamur kuping
Penyakit. hitam (Auricularia
Kanisius.Yogyakarta. polytrica). Skripsi Jurusan
Fauzi, M., T, Chairunnisa. dan Biologi Fakultas Sains dan
Syukri. 2013. Pengaruh Teknologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik
tiga media tanam pada
Ibrahim Malang. (Tidak
serbuk kayu dan
dipublikasikan).
pemberian pupuk pada
media jamur tiram putih.
Jurnal Online Nurhjihadinnnisa., E. Tambaru ,
Agroteknologi, volume 1 Baharuddin dan Masniawati.
2015. Penggunaan eceng
(2): 177-189.
gondok Eichhornia crassips
Fauzia. Yusran dan Irmasari. 2014. sebagai media
Pengaruh media tumbuh pertumbuhan jamur tiram
beberapa limbah serbuk Pleurotus sp. Skripsi Jurusan
gergajian terhadap Biologi Fakultas matematika
pertumbuhan jamur tiram dan Ilmu Pengetahuan Alam

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 10


Universitas Hasanuddin Priyadi T. U. 2013. Bisnis Jamur
Makassar. (Tidak Tiram. Agromedia Pustaka.
dipublikasikan). Jakarta.

Pamungkas, Y. 2008. Optimalisasi Puspaningrum, I. dan Suparti. 2013.


Produktivitas Etanol dari Produksi jamur tiram
Molases Menggunakan putih (Pleurotus
Bakteri Termutasi pada ostreatus) pada media
Immobilisasi Sel Ca- tambahan molase dengan
dosis yang berbeda.
alginat. ITS. Surabaya.
Disampaikan Pada Seminar
Pasaribu, G. B. Sipayu dan G. Pari. Nasional X Pendidikan
2007. Analisis kimia Biologi FKIP UNS.
komponen empat jenis
kayu asal Sumatera Utara. Putranti R.D. 2003. Pengaruh
Jurnal Penelitian Hasil penambahan molase dan
Hutan, volume 25 (4) : penggunaan dedak sebagai
327-333. pengganti bekatul pada
media tanam terhadap
Parlindungan, A. K. 2000. pertumbuhan dan hasil
Karakteristik jamur tiram putih
pertumbuhan & produksi (Pleurotus ostreatus).
jamur tiram putih Skripsi Fakultas Pertanian
(Pleurotus ostreatus) dan Universitas Muhammadiyah
jamur tiram kelabu Surakarta, Surakarta. (Tidak
(Pleurotus sajoraju) pada dipublikasikan).
baglog alang-alang. Skripsi
Fakultas Pertanian Ratningsih, N. 2008. Uji toksisitas
Universitas Riau, molase terhadap respirasi
Pekanbaru. (Tidak ikan mas (Cyprinus carpio
dipublikasikan). L) .Skripsi Fakultas
Matematika dan
Pramana. 2008. Potensi Molases di Pengetahuan Alam
Universitas Padjajaran
Indonesia Beserta
Jatinangor, Sumedang.
Klasifikasi
Penggunaannya. Pustaka (Tidak dipublikasikan).
karya. Bandung. Riyati R. dan S. Sumarsih. 2002.
Prayitno E. 2010. Molases. Pengaruh perbandingan
http://ilmuternakkita.blogsp bagas dan blotong
ot.com/2010/molases. html. terhadap pertumbuhan
Diakses 13 Januari 2016. dan produksi jamur tiram

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 11


putih (Pleurotus ostreatus). Ilmu Pengetahuan Alam
Jurnal Ilmiah Agrivet : 1-10. Universitas Diponegoro,
Semarang. (Tidak
Shifriyah, A. Kaswan, B. dan Sinar, dipublikasikan).
S. 2012. Pertumbuhan dan
produksi jamur tiram Suparti dan M. Marfuah. 2015.
putih (Pleurotus ostreatus) Produktivitas jamur tiram
pada penambahan dua putih (Pleurotus ostreatus)
sumber nutrisi. Jurnal pada limbah sekam padi
Agrovigor, volume 5 (1) : 8- dan daun pisang kering
13 sebagai media alternatif.
Jurnal Bioeksperimen,
Sinaga, M.S. 2000. Jamur Merang volume 1(2) : 37-44.
dan Budi Dayanya.
Penebar Swadaya. Jakarta. Steviani, S. 2011. Pengaruh
penambahan molase
Sipahutar, D. 2010. Teknologi dalam berbagai media
Bricket Sekam Padi. pada media jamur tiram
BPTP. Riau. putih. Skripsi Fakultas
Pertanian, Universitas
Soenanto, H. 2000. Jamur Tiram
Sebelas Maret, Surakarta.
Budidaya dan Peluang
(Tidak dipublikasikan).
Usaha. CV Aneka Ilmu.
Semarang. Suhardiman, P. 1990. Jamur
Merang dan Budidayanya.
Sugianto, A. 2013. Panen Tiram.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Majalah Trubus. Jakarta.
Susiana, S. 2010. Pengaruh
Sukmadi, H. N. Hidayat dan E.R.
Lestari. 2012. Optimalisasi penambahan gula
(sukrosa) terhadap
produksi jamur tiram
pertumbuhan miselium
abu-abu (Pleurotus
jamur tiram merah.
sajoraju) pada campuran
Skripsi Fakultas Sains dan
serat garut dan sekam
Teknologi, Universitas
padi. Jurnal Teknologi
Malik Ibrahim, Malang.
Pertanian, volume 4 (1) : 1-
(Tidak dipublikasikan).
12.
Suriawira, U. 2002. Budidaya
Sulistyarini. 2003. Produksi jamur
Jamur Tiram. Kanisius.
tiram putih (Pleurotus
Yogyakarta.
ostreatus) pada media
campuran serbuk gergaji
dan sekam padi. Skripsi
Fakultas Matematika dan

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 12


Suriawiria, U. 2004. Sukses
Beragrobisnis Jamur
Kayu Shitake, Kuping,
Tiram. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Wiardani, I. 2010. Budidaya Jamur


Konsumsi. Lily
Publisher.Yogyakarta.

JOM FAPERTA VOL 4 NO 2 OKTOBER 2017 13

Anda mungkin juga menyukai