Anda di halaman 1dari 4

Jurnal in vivo

Judul : Anticholesterol Activity of Okra Fruit Extract (Abelmoschus esculentus (L) Moench)
and Its Nanoemulsion in Vivo
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ekstrak etanol 70% (v/v) buah okra dan
nanopartikelnya serta mengevaluasi aktivitas antikolesterolnya secara in vivo.
Alat dan bahan : buah okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench), a propilen glikol, tablet
simvastatin, sodium karboksimetil selulosa, sukrosa, kapmul dan gliserin
Cara kerja :
1. Ekstraksi
Ekstrak diperoleh dengan cara mengekstraksi serbuk simplisia dengan metode maserasi
kinetik menggunakan etanol 70% (v/v), maserat yang diperoleh kemudian dipekatkan
dengan rotary evaporator sampai diperoleh ekstrak kental.
2. Sediaan ekstrak nanoemulsi
Nanoemulsi ekstrak buah okra dibuat dengan metode kosolven. Ekstrak dilarutkan dalam
kosolven yang terdiri dari kapmul, propilen glikol, gliserin dan aquadest. Formula
optimal mengandung 100 mg ekstrak etanol 70% (v/v) buah okra, 1 ml kapmul, 2,5 ml
propilen glikol, 2 ml gliserin, dan 10 ml akuades
3. Studi antikolesterol
Dalam penelitian ini, mencit jantan DDY dibagi menjadi 5 kelompok yaitu normal,
negatif, positif (simvastatin), ekstrak (400 mg/kg BB), dan nanopartikel (~ 400 mg/kg
BB). Semua kelompok kecuali kelompok normal diberikan diet hiperkolesterol selama 14
hari. Selanjutnya simvastatin, ekstrak dan nanopartikel diberikan selama 7 hari.
Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan dengan metode strip test kolesterol.
Hasil
1. Ekstraksi
885,25 g okra simplisia diekstraksi dengan maserasi kinetik menggunakan 40 L etanol
70%(v/v). Setelah dievaporasi dengan vacum rotary evaporator, diperoleh ekstrak kental
88,26 g.
2. Sediaan ekstrak nanoemulsi
Nanoemulsi yang dihasilkan menunjukkan ukuran partikel 134,7 nm, indeks
polidispersitas 0,512 dan potensi zeta -26,72 mV
3. Studi antikolesterol
Pengukuran bobot badan mencit dilakukan selama penelitian untuk mengetahui pengaruh
perlakuan selama 21 hari. Pengukuran bobot badan mencit pada hari ke 0 dilakukan
untuk mengetahui bobot badan mencit sebelum perlakuan untuk memastikan bobot badan
mencit yang digunakan sesuai dengan kriteria hewan coba yang digunakan (20-30 gr).
Tabel 1 menunjukkan rata-rata berat badan mencit yang digunakan yang memenuhi
syarat (20,68 ± 0,65 - 24,94 ± 1,07 gr).

Pengukuran kadar kolesterol total pada hari ke 0 dilakukan untuk mengetahui kadar
kolesterol total sebelum perlakuan (kondisi awal). Data menunjukkan bahwa rata-rata
kadar kolesterol total darah mencit dalam kondisi normal berada pada kisaran 55,4 ± 6,58
mg/dL - 66,2 ± 3,03 mg/dL. Kadar kolesterol total pada hari ke-0 memenuhi syarat
kolesterol total darah normal mencit (40-130 mg/dL). Kadar kolesterol total pada hari ke
0 antara kelompok I, II, III, IV, dan V tidak berbeda nyata (Tabel 1).
Pengukuran kadar kolesterol total pada hari ke-14th dilakukan untuk mengetahui apakah
kadar kolesterol total pada kelompok II, III, IV, dan V meningkat setelah diberikan
makanan pemicu hiperkolesterolemia. Data pada Tabel II menunjukkan bahwa rata-rata
kadar kolesterol darah mencit kelompok II, III, IV, V, dan VI berkisar antara 149,8 ±
8,98 mg/dL - 155,2 ± 8,84 mg/dL. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara
kelompok (Tabel 2).
Pengukuran kadar kolesterol total pada hari ke-21 menunjukkan adanya penurunan kadar
kolesterol total mencit kelompok III, IV dan V. Terdapat perbedaan kadar kolesterol total
yang bermakna pada hari ke-21 antara kelompok I, II, III, IV dan V yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok. Pada penelitian ini dilakukan analisis statistik
terhadap perbedaan kadar kolesterol total darah sebelum dan sesudah perlakuan yaitu
antara hari ke-0 dan hari ke-14 dan antara hari ke 14 dan hari 21 (Tabel 3).

Kesimpulan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
ekstrak dan kelompok nanopartikel. Dengan demikian, nanopartikel memiliki kemampuan
menurunkan kadar kolesterol total darah lebih baik dibandingkan ekstraknya. Hal ini dapat
disebabkan oleh karakteristik nanoemulsi yang memiliki ukuran partikel yang sangat kecil dan
tegangan antarmuka yang rendah sehingga mudah berpenetrasi. Selain itu, nanoemulsi memiliki
stabilitas jangka panjang (tanpa creaming, sedimentasi, flokulasi atau koalesensi) karena
stabilitas termodinamika.

Anda mungkin juga menyukai