Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR

PENGUJIAN KHASIAT PRODUK

SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JULI 2011
LAPORAN AKHIR
PENGUJIAN KHASIAT PRODUK

Dr. Kusnandar Anggadireja & Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si.


Produk bio TERRA dapat mengatasi ketergantungan alkohol
dan narkoba

SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JULI 2011
LAPORAN AKHIR

PENGUJIAN EFEK IMUNOSTIMULAN PRODUK BIOTERRA


CV PROBIOTERRA LESTARI

COPY
Tim Peneliti:

DR. Joseph I. Sigit


Aprillia N.,S.Si., M.Si.

Disetujui oleh:
Dekan Sekolah Farmasi ITB

Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc.


NIP 19650709 199203 1 001

SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JULI 2011
I. TUJUAN
Tujuan uji aktivitas imunostimulan ini adalah untuk mengetahui aktivitas produk
Bioterra terhadap jumlah leukosit, bersihan karbon, dan uji aktivitas eksudat peritoneum pada
hewan uji yang ditekan sistem imunnya.

II. METODE YANG DIGUNAKAN


Aktivitas imunostimulan diuji pada mencit DDY yang ditekan sistem imunnya dengan
siklofosfamid 200 mg/kg bb. Produk Bioterra diberikan secara oral 2 kali sehari selama 7 hari
berturut-turut dengan dosis 0,975; 1,95; dan 2,925 mL/kg bobot badan. Aktivitas
imunostimulan terhadap respon imun non spesifik diteliti melalui uji aktivitas fagositosis
dalam mengeliminasi partikel karbon dan penentuan jumlah leukosit total. Selain itu, diamati
aktivitas terhadap eksudat peritoneum dan organ hati dan limpa.

III. HASILPERCOBAAN DAN PEMBAHASAN


Pengujian imunostimulan pada mencit yang ditekan sistem imunnya bertujuan untuk
melihat kemampuan produk Bioterra dalam memperbaiki sistem imun yang sebelumnya telah
ditekan sistem imunnya dengan pemberian imunosupressan siklofosfamid.
Parameter yang digunakan untuk menyatakan bahwa model hewan yang ditekan
sistem imun sudah terbentuk adalah dengan menghitung jumlah leukositnya. Setelah
pemberian siklofosfamid selama 3 hari (H0) terdapat perbedaan bermakna secara statistik
(p<0,05) antara kelompok hewan normal dan hewan yang telah ditekan sistem imunnya. Hal
ini menyatakan bahwa model hewan uji yang ditekan sistem imunnya telah terbentuk dengan
melihat jumlah leukosit sebagai parameter uji (Tabel 1).

*
Keterangan : n = 4 ekor mencit; berbeda bermakna terhadap kontrol normal pada p<0,05;
Setelah pemberian produk Bioterra dengan dosis 0,975; 1,95; dan 2,925 mL/kg bobot
badan selama 4 hari, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah leukosit dibandingkan pada
H0 sedangkan jumlah leukosit kelompok hewan normal relatif tetap. Hal yang sama juga
diamati pada kelompok kontrol, ini dapat dimungkinkan karena efek homeostasis normal
tubuh terhadap penurunan jumlah leukosit. Akan tetapi peningkatan yang lebih besar
ditunjukkan oleh pemberian produk Bioterra, ini menunjukkan bahwa produk Bioterra
memberikan efek imunostimulan relatif dibandingkan kontrol. Setelah pemberian produk
Bioterra selama 7 hari, jumlah leukosit semua kelompok tidak berbeda bermakna dengan
kelompok hewan normal. Pada saat ini, mungkin sudah terjadi homeostasis pada semua
kelompok hewan.
Uji bersihan karbon pada mencit yang ditekan sistem imunnya dilakukan untuk melihat
pengaruh produk Bioterra terhadap perbaikan sistem imun yang tertekan. Peningkatan kecepatan
eliminasi karbon dari dalam darah menunjukkan kecepatan fagositosis sebagai salah satu respon
imun non spesifik. Kecepatan bersihan karbon ditunjukkan oleh besarnya nilai transmitan. Semakin
besar nilai transmitan, semakin kecil jumlah karbon dalam darah. Jumlah karbon dalam darah
dihitung sebagai 100 - %T. Dari hasil pengujian, tidak terdapat perbedaan bermakna antara
kelompok normal / kontrol dengan kelompok yang diberi sediaan (Tabel 2).

Tabel 2. Data Pengamatan Bersihan Karbon setelah Pemberian


Produk Bioterra selama 7 Hari

Jumlah partikel karbon dalam darah ( 100 - %T) pada waktu


Kelompok (menit) setelah penyuntikan koloid karbon
0 5 10 20
Normal 98,10 ± 0,07 98,65 ± 0,76 98,16 ± 0,15 98,11 ± 0,14
Kontrol positif 98,15 ± 0,05 98,33 ± 0,09 98,23 ± 0,10 98,14 ± 0,04
Dosis 0,975 mL/kg bb 98,15 ± 0,02 98,28 ± 0,13 98,16 ± 0,21 98,15 ± 0,07
Dosis 1,95 mL/kg bb 98,13 ± 0,03 98,28 ± 0,13 98,20 ± 0,12 98,19 ± 0,20
Dosis 2,925 mL/kg bb 98,15 ± 0,03 98,30 ± 0,13 98,22 ± 0,06 98,11 ± 0,02
Keterangan : n = 4 ekor mencit, T = Transmitan, t0 = sebelum pemberian karbon

Pada pengujian eksudat peritoneum, kemampuan untuk melisis E. coli dijadikan


parameter efek imunostimulan dan dalam pengujian dilihat dari perubahan absorban eksudat
peritonium. Setelah pemberian produk Bioterra selama 7 hari, terdapat perubahan absorban
yang sedikit lebih baik dibandingkan kontrol walaupun tidak berbeda bermakna. Ini
menunjukan dari parameter ini produk Bioterra bersifat imunostimulan lemah.
Tabel 3. Aktivitas Eksudat Peritonium dalam Melisiskan Escherichia coli

Kelompok Absorbansi

Normal 0,181 ± 0,232


Kontrol positif 0,190 ± 0,155
Dosis 0,975 mL/kg bb 0,099 ± 0,043
Dosis 1,95 mL/kg bb 0,097 ± 0,045
Dosis 2,925 mL/kg bb 0,097 ± 0,049
Keterangan : n = 4 ekor mencit.

Dalam penilaian indeks organ, terdapat perbedaan indeks organ limpa pada kelompok
yang diberi produk Bioterra (Tabel 4). Peningkatan nilai indeks organ limpa dapat
mengindikasikan terjadinya peningkatan respon imun. Hal ini menunjukkan bahwa produk
Bioterra bersifat imunostimulan.
Imunostimulan adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme
pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non-spesifik, dan terjadi induksi non-spesifik
baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Produk imunostimulan dapat digunakan
sebagai pencegahan maupun untuk penanganan kondisi infeksi akibat virus (misalnya
meningitis, hepatitis, dan silent subclinical infection akibat cytomegalovirus), defisiensi
sistem imun, dan saat menggunakan obat-obat terapi kanker.

Tabel 4. Indeks Organ Hati dan Limpa Setelah Pemberian Produk Bioterra

Indeks Organ (%)


Kelompok
Hati Limpa
Normal 6,47 ± 0,72 0,64 ± 0,14
Kontrol positif 7,14 ± 0,62 1,01 ± 0,21*
Dosis 0,975 mL/kg bb 7,29 ± 0,74 1,29 ± 0,38 *
Dosis 1,95 mL/kg bb 6,48 ± 1,14 1,16 ± 0,29 *
Dosis 2,925 mL/kg bb 6,85 ± 0,98 1,23 ± 0,24 *
*
Keterangan : n = 4 ekor mencit, berbeda bermakna terhadap kontrol normal pada p<0,05

IV. KESIMPULAN
Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa produk Bioterra mempunyai
aktivitas imunostimulan ditunjukkan khususnya dengan peningkatan jumlah leukosit dan
peningkatan indeks organ limpa.
CO PY
1. Latar belakang
Dislipidemia adalah suatu keadaan gangguan metabolisme lipoprotein dengan manifestasi
salah satu atau lebih hal berikut: kenaikan konsentrasi kolesterol total, LDL, trigliserida atau
penurunan kolesterol HDL dalam darah. Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko
utama terjadinya penyakit jantung koroner (Herfindal dkk., 2000). Angka kematian akibat
penyakit jantung koroner yang terus meningkat dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa
prevalensi dislipidemia masih tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Terapi dislipidemia
masih terus dikembangkan karena penyakit jantung koroner akibat komplikasi dislipidemia
masih menjadi penyebab utama kematian (Flegal dkk., 2002).

2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antidislipidemia / antihiperlipidemia produk
Bioterra dibandingkan dengan obat standar golongan statin (simvastatin).

3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan model hewan hiperlipidemia yang diinduksi dengan
propiltiourasil dan larutan kolesterol murni dalam minyak sayur mengikuti metode
Hasimun dkk., 2011.
3.1. Hewan coba: Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus Wistar jantan usia 2
bulan dengan bobot badan rata-rata 150-200 gram.
3.2. Design studi: Tiga puluh ekor tikus diinduksi hiperlipidemia dengan pemberian
propil tiourasil 0,01% dalam air minum dan 30 mg/kg bb peroral serta pemberian
larutan kolesterol murni dalam minyak sayur dosis 200 mg/kg bb. Induksi dilakukan
selama 28 hari. Pada hari ke-14 hewan coba dikelompokkan secara acak menjadi 5
kelompok @ 6 ekor. Kelompok 1 tanpa diinduksi dan hanya menerima pembawa obat
(kontrol normal), kelompok 2 diinduksi dan hanya menerima pembawa obat (kontrol
positif), kelompok 3 diinduksi dan menerima obat simvastatin (5 mg/kg bb) selama
14 hari dan diberikan mulai hari ke-14 setelah induksi. Kelompok 4 diinduksi dan
menerima produk Bioterra dosis I (4,05 mL/kg bb) selama 14 hari dan diberikan
mulai hari ke-14 setelah induksi. Kelompok 5 diinduksi dan menerima produk
Bioterra dosis II (12,15 mL/kg bb) selama 14 hari dan diberikan mulai hari ke-14
setelah induksi.
3.3. Parameter yang diukur: kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL.
4. Hasil Penelitian
4.1.1. Kadar kolesterol total
Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar kolesterol
total yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,008) kelompok dosis 4,05
mL/kg bb (p = 0,013), kelompok dosis 12,15 mL/kg bb (0,046) dibandingkan terhadap
kelompok kontrol positif.
Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar
kolesterol total yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,022), kelompok
dosis 4,05 mL/kg bb (p < 0,001) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.
Penurunan kolesterol total antara kelompok statin, kelompok dosis 4,05 mL/kg bb dan
kelompok dosis 12,15 mL/kg bb tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik
baik pada hari ke-21 maupun pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan bahwa efek produk
Bioterra sebanding dengan simvastatin.

Tabel 1. Kadar kolesterol total pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok

Kadar kolesterol total ± sd (mg/dL) kelompok


Hari ke
Normal Positif Simvastatin Dosis I Dosis II
14 86,5±16,0 107,9±18,7 119,4±8,1 99,8±15,9 128,1±16,5
21 70,0±9,6 147,9±9,1 121,7±9,0 * 123,6±15,1 * 128,7±9,8 *
28 91,6±26,4 153,6±12,2 131,4±8,5 117,6±11,9 138,9±7,4

Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik
(p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05
mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).

4.1.2. Kadar trigliserida


Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar trigliserida
yang bermakna secara statistik untuk kelompok dosis 4,05 mL/kg bb (p = 0,038),
dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Sedangkan penurunan kadar
trigliserida pada kelompok statin (p=0,130) dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb
(p=0,235) tidak bermakna secara statistik.
Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar
trigliserida yang bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,039), kelompok
dosis 4,05 mL/kg bb (p = 0,002), kelompok dosis 12,15 mL/kg bb (p=0,004)
dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.

Penurunan trigliserida antara kelompok simvastatin (5 mg/kg bb), kelompok dosis 4,05
mL/kg bb dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb tidak terdapat perbedaan bermakna
secara statistik baik pada hari ke-21 maupun pada hari ke-28. Hal ini menunjukkan
bahwa penurunan kadar trigliserida oleh produk Bioterra sebanding dengan
simvastatin.
Tabel 2. Kadar trigliserida pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok

Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik
(p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I
(4,05 mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).

4.1.3. Kadar HDL


Perubahan kadar HDL pada hari ke-21 dan hari ke-28 tidak berbeda bermakna secara
statistik. Hal ini menunjukkan bahwa produk Bioterra tidak mempengaruhi kadar
HDL, walaupun ada kecenderungan menaikkan kadar HDL.

Tabel 3. Kadar kolesterol HDL pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua kelompok

Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik
(p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I
(4,05 mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).

4.1.4. Kadar LDL


Pada hari ke-21 (7 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar LDL yang
bermakna secara statistik untuk kelompok statin (p = 0,013), dibandingkan terhadap
kelompok kontrol positif. Sedangkan penurunan kadar LDL pada kelompok dosis 4,05
mL/kg bb dan kelompok dosis 12,15 mL/kg bb tidak bermakna secara statistik.
Pada hari ke 28 (14 hari pemberian produk Bioterra) terjadi penurunan kadar LDL yang
bermakna secara statistik, kelompok statin (p = 0,048), kelompok dosis 4,05 mL/kg bb
(p = 0,006) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif.
Tabel 4. Kadar kolesterol LDL pada hari ke-14, ke-21, dan ke-28 untuk semua
kelompok

Keterangan: data ditampilkan dalam rata-rata ± standar deviasi. * = bermakna secara statistik
(p<0,05) dibandingkan terhadap kelompok kontrol positif. Simvastatin (5 mg/kg bb), dosis I (4,05
mL/kg bb), dosis II (12,15 mL/kg bb).

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemberian produk Bioterra dosis 4,05 mL/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol
total, trigliserida, dan LDL yang bermakna secara statistik.
2. Pemberian produk Bioterra dosis 4,05 mL/kg bb dan dosis 12,15 mL/kg bb tidak
mempengaruhi kadar HDL.
3. Pemberian produk Bioterra dosis 12,15 mL/kg bb dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan trigliserida yang bermakna secara statistik dan penurunan kadar LDL tidak
bermakna secara statistik.
4. Dosis 4,05 mL/kg bb lebih baik efeknya dibandingkan dosis 12,15 mL/kg bb dalam
menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL.
6. Daftar pustaka
Flegal, K., Carroll, M., Ogden, C. and Johnson, C. (2002): Prevalence and trends in obesity
among US adults, 1999-2000, JAMA, 288(14), 1723.
Herfindal, T. Eric, Gourley R. Dick (2000): Textbook of therapeutics: drug and disease
management, William & Wilkins, Baltimore, 407-416.
P. Hasimun, E.Y. Sukandar, I K. Adnyana, D.H. Tjahjono, (2011): A Simple Method For
screeningAntihyperlipidemicAgents, Int. J. Pharm., 7 (1): 74-78.
LAPORAN AKHIR
PENGUJIAN EFEK ANTI-KETERGANTUNGAN ALKOHOL DAN
NARKOBA PADA PRODUK BIOTERRA
CV PROBIOTERRA LESTARI

COPY Tim Peneliti:

Dr. Kusnandar Anggadireja


Pratiwi Wikaningtyas, S. Si., M. Si.

Disetujui oleh:
Dekan Sekolah Farmasi ITB

Dr. Daryono Hadi Tjahjono, M.Sc.


NIP 19650709 199203 1 001

SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JULI 2011
1. Tujuan
Menguji efek Produk Biotera sebagai anti-ketergantungan alkohol.

2. Prinsip Uji
Mempelajari pengaruh pemberian berulang Produk Biotera terhadap profil konsumsi alkohol
serta ekspresi reaksi putus alkohol pada mencit yang dibuat tergantung terhadap alkohol.

3. Subjek Uji
Hewan: mencit jantan Webster, usia 10-12 minggu, dengan bobot 20-30 g.

4. Bahan
? Alkohol, dalam bentuk minuman beralkohol (15% etanol dalam 0,2% larutan sukrosa)
yang diberikan ad lib selama 16 hari.
? Ibuprofen, dosis 10 mg/kg, sebagai penginduksi reaksi putus alkohol.
? Produk Biotera pada dosis 0,1 ml; 0,2 dan 0,4 ml/10 g, diberikan sekali dalam 2 hari.

5. Prosedur Percobaan
? Mencit dibagi ke dalam 6 kelompok sebagai berikut:
o Kelompok 1: diberi minuman beralkohol ad lib selama 16 hari/ Kontrol (+)
o Kelompok 2: diberi minuman sukrosa 0,2% ad lib selama 16 hari/Kontrol (-)
o Kelompok 3: diberi air minum biasa
o Kelompok 4: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,1 ml/10 g
o Kelompok 5: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,2 ml/10 g
? o Kelompok 6: seperti pada Kelompok 1 dan diberi Produk Biotera oral 0,4 ml/10 g
? Pada hari ke-17 semua mencit diberi ibuprofen 10 mg/kg intraperitoneal, 1 jam setelah
minuman diambil.
? Pengamatan ekspresi reaksi putus alkohol dilakukan segera setelah pemberian ibuprofen
selama 1 jam, dengan menghitung insidensi reaksi putus alkohol yang paling nyata
terekspresi.

6. Hasil Percobaan
Profil konsumsi alkohol harian (total per kelompok) ditampilkan pada Gambar 1. Terlihat
bahwa kelompok yang diberi minuman beralkohol saja menunjukkan konsumsi minuman
alkohol yang tinggi. Peningkatan tajam teramati pada hari ke-2 dan ke-3 pemberian alkohol.
Peningkatan konsumsi minuman beralkohol ini terlihat menurun pada kelompok yang diberi
Produk Biotera pada dosis 0,2 ml dan 0,4 ml/10 g.

Gambar 2 menunjukkan persen perubahan jumlah alkohol yang dikonsumsi oleh tiap
kelompok. Terlihat bahwa kelompok yang hanya diberi minuman beralkohol menunjukkan
persen kenaikan konsumsi alkohol yang meningkat tajam pada hari ke-2 dan ke-3 percobaan.
Kenaikan ini dapat ditekan pada kelompok yang menerima Produk Biotera pada dosis 0,2 dan
0,4 ml/10 g. Sementara itu, pada dosis 0,1 ml/20 g, Produk Biotera pada hari ke-2 menyebabkan
peningkatan konsumsi alkohol, namun pada hari ke-3 konsumsi menurun.

Gambar 1 Profil jumlah konsumsi alkolhol harian. Kontrol (+): mencit mendapat minuman beralkohol; Kontrol (-
): mencit mendapat minuman sukrosa 0,2%, Normal: mencit diberi minum air; Dosis 1: mencit mendapat
minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,1 ml/10 g; Dosis 2: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk
Biotera 0,2 ml/10 g; Dosis 3: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,4 ml/10 g.

Gambar 2 Perubahan persen konsumsi alkohol. Kontrol (+): mencit mendapat minuman beralkohol; Kontrol (-):
mencit mendapat minuman sukrosa 0,2%, Normal: mencit diberi minum air; Dosis 1: mencit mendapat minuman
beralkohol dan Produk Biotera 0,1 ml/10 g; Dosis 2: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera
0,2 ml/10 g; Dosis 3: mencit mendapat minuman beralkohol dan Produk Biotera 0,4 ml/10 g.

Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2 dapat merupakan petunjuk bahwa Produk Biotera
dapat mencegah perkembangan ketergantungan pada alkohol.

Pada pemeriksaan ekspresi reaksi putus alkohol yang diinduksi dengan ibuprofen, dapat
diamati bahwa kelompok mencit yang mendapat perlakuan Produk Biotera memiliki insidensi
reaksi putus alkohol yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok mencit yang hanya
menerima minuman beralkohol.
Untuk reaksi yang berupa fore paw licking (gerakan menjilati telapak kaki depan) penurunan
paling signifikan diberikan setelah Produk Biotera pada dosis 0,2 ml/10 g, seperti ditunjukkan
pada Gambar 3. Demikian pula untuk reaksi grooming (menjilati seluruh bagian tubuh),
penuruman insidensi reaksi sampai ke tingkat paling kecil setelah dosis 0,2 ml/10 g (Gambar
4).

Gambar 3 Profil insidensi reaksi putus alkohol fore paw licking. Pengamatan perilaku dilakukan selama 60 menit
setelah menginduksi putus obat. *, ** masing-masing p<0,05 dan 0,01, berbeda nyata secara statistik terhadap
kelompok yang hanya menerima minuman berlakohol (ANOVA, post hoc Fisher's PLSD).

Gambar 4 Profil insidensi reaksi putus alkohol grooming. Pengamatan perilaku dilakukan selama 60 menit setelah
menginduksi putus obat. *, ** masing-masing p<0,05 dan 0,01, berbeda nyata secara statistik terhadap kelompok
yang hanya menerima minuman berlakohol (ANOVA, post hoc Fisher's PLSD).

Hasil dari pengujian ekspresi reaksi putus alkohol, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3
dan 4 di atas, mengindikasikan bahwa pemberian Produk Biotera juga dapat mencegah
munculnya reaksi putus alkohol, yang terlihat pada pecandu pada saat konsumsi alkohol, dan
bahan adiktif umumnya, dihentikan.

7. Kesimpulan
Produk Biotera teramati dapat menekan konsumsi alkohol serta mencegah ekspresi reaksi
putus obat pada mencit yang mengalami ketergantungan alkohol. Hasil ini lebih jauh
menunjukkan bahwa Produk Biotera berpotensi untuk digunakan untuk mengatasi
ketergantungan terhadap alkohol.

Anda mungkin juga menyukai