Anda di halaman 1dari 12

MINGGU II

ASAS SIFAT EMERGEN


Konsekuensi penting dari hirarki organisasi adalah sebagai komponen,
atau subset-subset yang bergabung untuk menghasilkan fungsi lebih
besar secara menyeluruh, sifat baru muncul yang mana tidak ada pada
tingkatan di bawahnya. Jadi sifat emergen pada suatu tingkatan ekologi
atau unit tidak dapat diduga dengan mempelajari komponen-komponen
dari tingkatan atau unit tersebut.

Cara lain untuk menyatakan konsep yang sama adalah ‘sifat yang
tidak dapat direduksi’–-ada sifat menyeluruh yang tidak dapat
direduksi ke jumlah sifat-sifat bagian-bagian. Penemuan terdahulu
pada suatu tingkatan membantu mempelajari tingkatan berikutnya,
tidak pernah dijelaskan secara sempurna fenomena yang terjadi
pada tingkatan berikutnya, yang harus dipelajari sendiri untuk
mendapatkan gambaran yang lengkap.

Contoh: Ketika oksigen dan hidrogen bergabung dalam satu


konfigurasi molekul tertentu, air terbentuk---cairan dengan sifat
yang sama sekali berbeda dari semua komponen gas
penyusunnya.
ASAS SIFAT EMERGEN
Salt (1979) menyampaikan suatu perbedaan antara sifat emergen dan sifat
kolektif seperti yang ditetapkan sebelumnya sebagai intisari perilaku dari
komponen- komponennya. Keduanya adalah sifat-sifat menyeluruh, tapi sifat
kolektif tidak termasuk ciri baru atau khusus yang dihasilkan dari fungsi
seluruh unit
.
Tingkat kelahiran adalah suatu contoh sifat kolektif pada tingkat populasi,
sebagaimana ini merupakan jumlah dari individu yang lahir pada suatu
periode waktu, dinyatakan sebagai bagian atau persentase dari jumlah
individu dalam populasi. Sifat baru muncul karena interaksi komponen-
komponennya, bukan karena perubahan sifat dasar dari komponen.
Bagian-bagian tidak melebur, tetapi terintegrasi untuk menghasilkan sifat
baru yang khas.
Dapat dibuktikan secara matematik bahwa integrasi unsur pokok dari
hirarki berkembang lebih cepat dari pada sistem non-hirarki dengan
jumlah elemen yang sama, ia juga lebih resilien untuk merespon
gangguan. Secara teoritis ketika berbagai tingkatan dari subsistem
hirarki terdekompisis, maka yang terdekomposisi belakangan masih
dapat berinteraksi dan mereorganisasi untuk mencapai kompleksitas
pada tingkatan yang lebih tinggi
ASAS SIFAT EMERGEN
Beberapa atribut terdahulu, menjadi lebih kompleks dan berubah-ubah untuk mencapai tingkatan
organisasi yang lebih tinggi, tapi sering atribut lain menjadi kurang kompleks dan sedikit berubah-
ubah dari unit lebih kecil menuju ke unit yang lebih besar. Karena mekanisme umpan balik
seluruhnya beropersi, lebar ayunan oksilasi cenderung menurun sebagai fungsi unit-unit yang lebih
kecil di dalam unit yang lebih besar. Secara statistik, keragaman sifat seluruh tingkatan sistem lebih
kecil dari jumlah keragaman bagian-bagiannya. Misalnya laju fotosintesa dari suatu komunitas
hutan kurang berubah-ubah dari pada individu daun atau pohon dalam komunitas, karena bila satu
komponen menurun, maka komponn lain dapat lebih cepat untuk mengimbangi

Bila dianggap kedua sifat emergen dan homeostasis meningkat yang berkembang
pada setiap tingkatan, maka tidak semua bagian-bagian dari komponen harus dikenal
sebelum keseluruhannya dapat dipahami. Ini suatu poin penting, karena beberapa
yang berpendapat bahwa ini kurang berguna untuk mencoba bekerja pada populasi
dan komunitas kompleks bila unit-unit yang lebih kecil tidak dipahami sepenuhnya.
Justru sebaliknya, seseorang dapat memulai mempelajari pada setiap titik dalam
spektrum, dengan syarat tingkatan berdekatan, dan juga tingkatan yang dipelajari
dipertimbangkan, seperti telah dikemukakan bahwa beberapa atribut dapat diprediksi
dari bagian-bagiannya (sifat kolektif), tapi yang lainnya tidak bisa (sifat emergen).

Idealnya, mempelajari sistem tingkatan dengan tiga tingkatannya yaitu:


sistem, subsistem (level berikutnya di bawah), dan suprasistem (level
berikutnya di atas). Untuk informasi lain tentang sifat emergen dapat dilihat
pada T.F.H Allen and Starr (1982), F.F.H.allen and Hoekestra (1992), dan Ahl
and Allen (1996)
ASAS SIFAT EMERGEN
Tiap tingkatan biosistem memiliki sifat emergen dan mengurangi keragaman termasuk
intisari dari atribut komponen subsistemnya. Kearifan rakyat tentang hutan
menjadikannya lebih dari sekedar kumpulan pohon-pohon, sesungguhnya ini adalah
perinsip pertama pekerjaan ekologi. Walaupun filosofi ilmu selalu holistik dalam
pencarian pemahaman tentang fenomena secara menyeluruh, akhir-akhir ini praktek
ilmu pengetahuan reduksionis meningkat dalam mencari pemahaman fenomena dengan
studi detail dari komponen yang lebih kecil.

Laszlo and Margenau (1972) menggambarkan dalam sejarah


ilmu pengetahuan bahwa pemikiran holistik dan reduksionis
terjadi secara bergantian. Hukum ‘diminishing return’ dapat
berlaku sangat baik disini, seperti upaya berlebihan dalam
satu yang pada akhirnya mengharuskan untuk mengambil
arah lain.
Pendekatan reduksionis telah mendominasi ilmu pengetahuan
dan teknologi sejak Isaac Newton memberikan sumbangsi
pokoknya. Misalnya penelitian pada tingkat sel dan molekul
telah ditetapkan sebagai usaha pokok untuk pengobatan dan
pencegahan kanker ke depan pada tingkatan organisme.
Namun ilmu pengetahuan pada tingkatan sel akan berkontribusi
sangat sedikit untuk kesejahteraan atau kelangsungan hidup
peradaban manusia
MELAMPAUI FUNGSI DAN PROSES KONTROL
Mengingat tiap tingkatan dalam hirarki ekologi dapat diharapkan memiliki emergen dan
sifat kolektif yang khas, ada fungsi-funsi dasar beroperasi pada setiap tingkatan.
Misalnya, melampaui fungsi, meliputi: kelakuan, perkembangan, keragaman, energetik,
evolusi, integrasi, dan regulasi. Beberapa di antaranya (sebagai contoh energetik)
beroperasi sama pada seluruh hirarki, tapi modus operandi yang lainnya berbeda pada
tingkatan yang berbeda. Evolusi seleksi alam, misalnya karena mutasi dan interaksi
genetik lainnya pada tingkat organisme tapi merupakan koevolusi tidak langsung dan
proses seleksi kelompok pada tingkatan lebih tinggi.
Ini khususnya penting untuk menekankan bahwa meskipun pengendalian
umpan balik positif atau negatif adalah universal, dari tingkatan organisme
ke bawah, pengendalian adalah ‘set point’, karena itu sangat pasti
menyangkut genetik, hormon, dan pengendalian alami terhadap
pertumbuhan dan perkembangan menuju apa yang sering disebut
homeostasis.
Istilah homeorhesis, berasal dari Yunani yang berarti ‘memelihara
aliran’ telah disarankan untuk pengendalian denyutan ini. Dengan kata
lain tidak ada keseimbangan pada tingkat ekosistem dan ekosfer, tapi
ada keseimbangan denyutan/pulsing balances, seperti antara
produksi dan respirasi atau antara O2 dan CO2 di atmosfir. Kegagalan
untuk mengenali perbedaan dalam cibernetics (ilmu pengetahuan
berkaitan dengan mekanisme pengendalian atau regulasi) muncul
kebingungan tentang realitas sehigga disebut ‘keseimbangan alam’.
Penghubung Ekologi/Ecological Interfacing
Karena ekologi luas, disiplin bertingkat, menghubungkan dengan disiplin
tradisional yang cenderung memiliki fokus yang lebih sempit. Selama
dekade terahir, telah terjadi peningkatan pesat di bidang studi interface
disertai dengan masyarakat baru, jurnal, volume simposium, buku-buku---
dan karir baru.

Ekonomi ekologis, adalah merupakan salah satu yang terpenting.


Hal lain yang banyak mendapat perhatian, khususnya dalam
pengelolaan sumberdaya yaitu: agroekologi, keragaman biotik,
ekologi konservasi, rekayasa secara ekologi, kesehatan
ekosistem, ekotoksikologi, etika lingkungan, dan ekologi restorasi.
Pada awalnya, upaya yang dilakukan dengan menghubungkan disiplin-
disiplin ilmu telah memperkaya disiplin yang dihubungkan tersebut.
Bentuk-bentuk hubungan telah ditetapkan, dan memberikan sedikit
pelatihan untuk meningkatkan keahlian pada setiap bidang yang
dikembangkan. Tetapi untuk menjadikan bidang interface sebagai
disiplin baru, kadang-kadang hal baru muncul, seperti konsep baru
atau teknologi. Konsep dari barang yang tidak dipasarkan dan jasa,
sebagai contoh munculnya konsep baru dalam ‘ekonomi ekologis’,
yang berasal dari buku teks yang ditulis oleh ahli ekologi tradisional
maupun ahli ekonomi
Penghubung Ekologi/Ecological
Interfacing
Tulisan ini akan merujuk pada modal alam dan modal ekonomi. Modal alam
dinyatakan sebagai keuntungan dan jasa yang disediakan kepada
masyarakat manusia oleh ekosistem alam, atau tersedia ‘bebas biaya’,
tanpa melakukan sistem pengelolaan alam. Semua keuntungan dan jasa
tersebut termasuk pemurnian air dan udara melalui proses alam,
dekomposisi sampah-sampah, pemeliharaan keragaman biotik,
pengendalilan serangga hama, penyerbukan tanaman, mitigasi banjir,
keindahan alam, rekreasi,

Modal ekonomi dinyatakan sebagai barang-barang dan jasa yang disediakan


oleh manusia atau hasil kerja manusia, secara khusus dinyatakan sebagai
Produk Nasional Bruto. Produksi nasional bruto adalah jumlah nilai moneter
dari semua barang dan jasa yang disediakan negara selama setahun. Modal
alam secara khusus dikuantifikasi dan dinyatakan dalam unit energi,
sedangkan modal ekonomi dinyatakan dalam unit moneter

Tapi beberapa tahun lalu sudah ada usaha untuk menilai jasa ekosistem
dunia dan modal alam dalam istilah moneter. Costanza, d’Arge et al (1977)
menduga nilai tersebut antara 16-54 triliun $ US per tahun untuk seluruh
biosfer, dengan rata- rata 33 triliun $ US per tahun. Sehingga sangat arif
untuk memproteksi lingkungan alam, baik secara ekologi maupun ekonomi
karena dapat memberikan keuntungan dan jasa kepada masyarakat.
Disipliner Reduksionisme untuk Transdisipliner Holisme
E.P Odum (1977) dalam makalahnya yang berjudul ‘The Emergence of Ecology as a
New Integrative Discipline’ menulis bahwa ekologi telah menjadi disiplin holistik baru,
berakar pada biologi, fisika, dan ilmu sosial, dari pada sekedar subdisiplin biologi.
Sehingga tujuan ekologi adalah untuk mengkaitkan ilmu alam dan sosial. Perlu
dicatat bahwa kebanyakan pendekatan disiplin dan disipliner berbasis pada peningkatan
spesialisasi dalam isolasi (Gambar 1-3).

Awal perkembangan dan evolusi ekologi acapkali bedasar pada pendekatan


multidisiplin (multi = banyak) khususnya selama tahun 1960-an-1970-an.
Sayangnya pendekatan multidisipliner kekurangan kerjasama atau fokus. Untuk
mencapai kerjasama dan menetapkan tujuan, institusi atau pusat-pusat yang
ditetapkan di kampus-kampus di seluruh dunia, seperti Institut Ekologi yang berada
di Kampus Universitas Georgia. Semua pendekatan lintas disipliner (cross = garis
melintang, Gambar 1-3) sering muncul polarisasi ke arah konsep monodisipliner
khusus, sangat sedikit biaya yang dialokasikan oleh unit administrasi, atau dengan
misi/tugas sempit.

Pendekatan lintas disipliner juga sering muncul polarisasi sistem


penghargaan fakultas, institusi perguruan tinggi, secara tradisional
dibangun pada struktur disipliner, memiliki kesulitan dalam mengatur
program-program dan menyebarkan persoalan lingkungan, demikian pula
untuk mengambil keuntungan dari peluang pada skala spasial dan
temporal yang lebih besar.
PEMBAGIAN EKOLOGI
1. OUTECOLOGY:
EKOLOGI YANG MEMPELAJARI SUATU JENIS (SPESIES)
ORGANISME YANG BERINTERAKSI DENGAN LINGKUNGANNYA.
BIASANYA DITEKANKAN PADA ASPEK SIKLUS HIDUP, ADAPTASI
TERHADAP LINGKUNGAN, SIFAT PARATISITIS ATAU
NONPARASITIS DLL

2. SYNECOLOGY:
EKOLOGI YANG MENGKAJI BERBAGAI KELOMPOK ORGANISME
SEBAGAI SUATU KESATUAN YANG SALING BERINTERAKSI
DALAM SUATU DAERAH TERTENTU.. SELAIN TIU SERING PULA
DIDENGAN ISTILAH EKOLOGI JENIS, EKOLOGI POPULASI,
EKOLOGI KOMUNITAS DAN EKOLOGI EKOSISTEM. NAMUN
ISTILAH INI TIDAK LAGI BANYAK DIGUNAKAN
PEMBAGIAN EKOLOGI (LJT)

3. PEMBAGIAN MENURUT HABITAT


EKOLOGI MENURUT HABITAT ATAU TEMPAT SUATU
JENIS ATAU KELOMPOK JENIS TERTENTU. MIS:
EKOLOGI BAHARI/KELAUTAN, EKOLOGI PERAIRAN
TAWAR, EKOLOGI DARAT/TERISTERIAL, EKOLOGI
ESTUARIA, EKOLOGI PADANG RUMPUT DLL

4. PEMBAGIAN MENURUT TAKSONOMI


YAITU SESUAI DENGAN SISTEMATIKA MAHLUK HIDUP. MIS:
EKOLOGI TUMBUHAN, EKOLOGI HEWAN, YANG LEBUH
KHUSUS LADI SPT: EKOLOGI SERANGGA, EKOLOGI
BURUNG, DAN EKOLOGI MIKROBA DLL
HUBUNGAN EKOLOGI DENGAN ILMU LAIN
1. ILMU FISIKA: BERPERAN KARENA DALAM
EKOLOGI TERKAIT FAKTOR FISIK SEPERTI SINAR
MATAHARI, PERUBAHAN SUHU, DAYA SERAP
TANAH, HUJAN, DLL
2. ILMU KIMIA: DALAM EKOLOGI TERKAIT PROSES
KIMIA SEPERTI SINTESIS DAN ANALISIS KIMIAWI
DALAM TUBUH DAN DILUAR TUBUH MAHLUK
HIDUP MERUPAKAN BAGIAN PENTING
3. ILMU BUMI ANTARIKASA KARENA EKOLOGI
BERKAITAN DENGAN BERBAGAI PERISTIWA
SIANG DAN MALAM, MUSIM KEMARAU DAN
MUSIM HUJAN DLL
4. ILMU SOSIAL: PENTING BILA KEMAMPUAN
MANUSIA DIMASUKKAN DALAM CAKUPAN
EKOSISTEM, ATAU BILA KITA MEMPELAJARI PERAN
EKOSISTEN TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA

Anda mungkin juga menyukai